Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Meli Muslimat, 0809268, Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung. Di
bawah bimbingan Hj. Sumiyati, SE ., M.Si.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kinerja karyawan. Hal tersebut ditandai dengan turunnya kinerja pada karyawan dan turunnya target operasional perusahaan selama tiga tahun terakhir. Fenomena tersebut harus segera ditangani agar tidak mengganggu kinerja perusahaan. Lingkungan dan motivasi kerja dijadikan suatu cara untuk meningkatkan kinerja karyawan sehingga kinerja perusahaan pun meningkat.
CV. Apriyanti Mulya merupakan perusahaan rekanan pemerintah khusus di bidang pengadaan barang tekstil, produk tekstil, konveksi, dan perlengkapan pegawai. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui gambaran 1) Lingkungan kerja di perusahaan CV. Apriyanti Mulya, 2) Motivasi kerja karyawan di perusahaan CV. Apriyanti Mulya, 3) Kinerja karyawan di perusahaan CV. Apriyanti Mulya, 4) Besarnya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan CV. Apriyanti Mulya, 5) Besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan perusahaan CV. Apriyanti Mulya, 6) Besarnya pengaruh lingkungan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan perusahaan CV. Apriyanti Mulya.
Objek dalam penelitian ini ialah karyawan CV. Apriyanti Mulya kota Bandung. Variabel bebas dalam penelitian ini ialah lingkungan kerja dan motivasi kerja sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini ialah kinerja karyawan. Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif dan verifikatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanatory survey dengan teknik sampel jenuh dan jumlah sebanyak 49 orang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah regresi linear berganda dengan alat bantu software komputer SPSS 21.0.
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kata Kunci : Lingkungan Kerja, Motivasi Kerja, Kinerja Karyawan ABSTRACT
Meli Muslimat, 0809268, Enviromental Influence And Work Motivation On Apriyanti Mulya. CV Employees Performance In Bandung City. Under the guidance of Hj. Sumiyati, SE., M.Si.
Background of this study is a low performance of employees. The signal is performance employees were decreased and operational target for past 3 (three) years also decreased. In order not to interfere company performance, it has to be solving the phenomenom. Environmental and work motivation becoming way of solution to increase employee performance and company performance has increased.
Apriyanti Mulya.CV is one of government partner company, specialist of classifier procurement in textile, textile product, konveksi and worker equipment. The purpose of this study is to obtained the description of 1) working environment in Apriyanti Mulya.CV, 2) work motivation in Apriyanti Mulya.CV, 3) employee performance in Apriyanti Mulya.CV, 4) amount of influence working environment for employee performance Apriyanti Mulya.CV, 5) amount of influence work motivation for employee performance in Apriyanti Mulya.CV, 6) amount of the influence working environment and work motivation for employee performance in Apriyanti Mulya.CV.
Objects in this study are employees of Apriyanti Mulya. CV Bandung. The independent variable in this study is working environment and work motivation, while the dependent variable in this study is employee performance. This type of research is descriptive verification. The method used in this research is explanatory survey techniques and the amount of saturated samples as many as 49 people. Data analysis techniques used in this study is linear regression with the computer software tool SPSS 21.0 .
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
studies done on working environment and work motivation with different indicators and objects.
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Organisasi merupakan suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan
terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan
tertentu. Untuk dapat bersaing dan bertahan, maka organisasi perlu memiliki
manajemen yang baik dan kuat. Manajemen yang kuat adalah manajemen yang
mampu memanfaatkan unsur-unsur yang dimilikinya dengan optimal agar
bermanfaat dalam menunjang terwujudnya tujuan organisasi.
Pola pemikiran manajemen dewasa ini, lebih banyak berorientasi terhadap
unsur man. Manusia sebagai sumber daya, besar peranannya dalam proses
pencapaian tujuan perusahaan. Rendahnya kualitas SDM dapat menjadi
penghalang dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Persoalan ini semakin
rumit dirasakan sehubungan dengan masuknya era globalisasi dimana perusahaan
dituntut untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka
dari itu, perusahaan perlu memiliki SDM yang profesional dan memiliki daya
saing yang tinggi untuk dapat mengikuti perkembangan zaman. Hal tersebut
dirasakan oleh berbagai industri, salah satunya industri tekstil.
Industri tekstil pada saat ini mulai menganut fashion luar negeri yang
variatif, hal tersebut dikarenakan perkembangan globalisasi di bidang informasi
yang semakin cepat dan mudah diperoleh masyarakat. Hal ini tentu juga berakibat
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produk fashion tersebut. Begitu pula di instansi-instansi pemerintah permintaan
akan tekstil setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan permintaan dan jenis
tekstil yang akan diminta instansi-instansi tersebut lebih beragam. Seperti pada
tahun 2006, banyak instansi-instansi pemerintah yang lebih menyukai bahan
pakaian jenis wool untuk pakaian dinas hariannya. Akan tetapi saat ini permintaan
bahan tekstil wool mulai menurun, karena bahan wool mulai tergantikan dengan
bahan jenis polyester rayon viskosa dan bahan jenis wool rayon viskosa.
CV. Apriyanti Mulya didirikan pada 4 Juli 1988, yang merupakan
perusahaan rekanan pemerintah khusus di bidang pengadaan barang tekstil,
produk tekstil, konveksi, dan perlengkapan pegawai. Selain itu, CV. Apriyanti
Mulya juga menjadi supplier di beberapa perusahaan swasta seperti Bank BJB,
Bank BNI, dan instansi-instansi vertikal lainnya. Hampir 80% pekerjaan CV.
Apriyanti Mulya berasal dari pengadaan barang yang diadakan oleh instansi
pemerintah baik secara vertikal maupun horizontal.
CV. Apriyanti Mulya juga menjalin hubungan bisnis dengan perusahaan
tekstil lainnya, seperti PT. Trisula Tekstil, Textile One, PT. MaxiStar, dan
perusahaan besar tekstil lainnya. Hal tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan instansi-instansi pemerintah agar bisa menawarkan barang yang
berkualitas, berinovasi, dan menawarkan bahan yang bersertifikasi Komite
Akreditasi Nasional di Balai Besar Tekstil Bandung. Selain itu, CV. Apriyanti
Mulya juga memproduksi beberapa produk tekstil dengan nama brand sendiri
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bahkan di tahun 2012 CV. Apriyanti Mulya ditunjuk sebagai distributor tunggal
bahan batik Korpri dari Dewan Korpri Nasional di Kota Bandung.
Kinerja terjemahan dari “performance” yang berarti hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral etika. A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2010:67) berpendapat
bahwa kinerja adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya”.
Untuk itu, organisasi harus memiliki perencanaan kinerja yang merupakan
suatu proses di mana karyawan dan pimpinan bekerjasama merencanakan apa
yang harus dikerjakan karyawan, menentukan bagaimana kinerja harus diukur,
mengenali dan merencanakan cara mengatasi kendala, serta mencapai pemahaman
bersama tentang pekerjaan itu. Sehingga, kinerja karyawan merupakan kunci
utama untuk mencapai keuntungan maksimal, menjaga kelangsungan hidupnya
serta mengembangkan aktifitas usahanya.
Salah satu indikasi penurunan kinerja karyawan CV. Apriyanti Mulya
terlihat dari ketidakhadiran yang meningkat. Hal ini dapat memperlihatkan bahwa
terjadi penurunan kinerja karyawan. Berikut rekapitulasi kehadiran karyawan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TABEL 1.1
REKAPITULASI KETIDAKHADIRAN KARYAWAN CV. APRIYANTI MULYA TAHUN 2010-2012
No Indikasi Tahun
2010 2011 2012
1 Jumlah pegawai 49 48 49
2 Jumlah hari kerja 261 hari 260 hari 261 hari 3 Jumlah kehadiran 159 hari 135 hari 141 hari 4 Jumlah ketidahadiran 102 hari 125 hari 120 hari
a. Sakit 49 hari 51 hari 32 hari
b. Izin 53 hari 74 hari 78 hari
5 Persen kehadiran 60.91 % 51.92 % 54.02 % 6 Persen ketidakhadiran 39.08 % 48.08 % 45.98% Sumber: Manajemen CV. Apriyanti Mulya
Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa tingkat kehadiran karyawan yang
belum optimal, hal tersebut dapat dilihat dari data absensi yang mengalami
fluktuasi setiap tahunnya, yaitu tahun 2010 persentase ketidakhadiran karyawan
sebesar 39,08%, kemudian tahun 2011 menunjukan kenaikan absensi yang cukup
signifikan sebesar 48,08%, dan pada tahun 2012 persentase ketidakhadiran
mengalami penurunan menjadi 45,98%. Hal tersebut mengakibatkan
ketidakefisiensian dan keefektifan yang akan mempengaruhi waktu kerja dan hasil
yang didapatkan dari pekerjaan yang dilakukan.
Selain itu, fenomena rendahnya kinerja pegawai pada CV. Apriyanti
Mulya salah satunya juga dapat terlihat pada tingkat kedisiplinan pegawai, yaitu
data mengenai jumlah kasus keterlambatan saat masuk kerja pagi hari ataupun
masuk kerja setelah istirahat, dan sebelum jam kerja berakhir beberapa karyawan
sudah ada yang pulang sebelum waktunya. Setiap bulan kasus-kasus tersebut
selalu saja terjadi, sehingga penggunaan waktu bekerja di kantor berkurang dan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan mempengaruhi besarnya cara kerja, waktu kerja dan hasil yang didapatkan
dari pekerjaan yang dilakukan. Berikut adalah data rekapitulasi keterlambatan jam
masuk kerja.
TABEL 1.2
REKAPITULASI KETERLAMBATAN JAM MASUK KERJA KARYAWAN CV. APRIYANTI MULYA TAHUN 2010-2012
Tahun Jumlah Karyawan
Terlambat
Presentasi Keterlambatan
Karyawan
2010 89 hari orang 0,76%
2011 119 hari orang 1,01%
2012 93 hari orang 0,79%
Sumber: Manajemen CV. Apriyanti Mulya
Berdasarkan Tabel 1.2 terlihat bahwa pada tahun 2010 persentase
keterlambatan karyawan adalah 0,76%, kemudian pada tahun 2011 meningkat
menjadi 1,01%, dan pada tahun 2012 kembali menurun menjadi 0,79%,. Hal ini
memperlihatkan kinerja karyawan mengalami penurunan.
Masalah rendahnya kinerja karyawan yang dialami CV. Apriyanti Mulya
selain dapat dilihat dari tingkat ketidakhadiran dan keterlambatan jam masuk
kerja, terdapat beberapa indikasi lain yang menunjukan rendahnya kinerja
karyawan CV. Apriyanti Mulya sesuai dengan hasil pengamatan dan wawancara
dengan pimpinan CV. Apriyanti Mulya, Ibu Yanthi Apriyantini, antara lain:
1. Kurangnya inisiatif karyawan dalam melakukan pekerjaan yang bisa
meningkatkan produktivitas perusahaan apabila sedang menerima instruksi
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Sebagian besar karyawan belum mampu menyelesaikan tugas dengan
cepat dan tepat sehingga tidak dapat mencapai target yang telah
ditentukan.
3. Karyawan cenderung tidak kreatif dan tidak memiliki target untuk
pekerjaannya.
4. Hasil kerja karyawan kurang sesuai dengan standar kualitas yang sudah
ditetapkan perusahaan.
5. Hasil kerja karyawan kurang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
oleh perusahaan.
6. Sebagian karyawan kurang mampu bekerja sama dalam menyelesaikan
pekerjaan, baik kerja sama dengan atasan, rekan kerja, maupun kerja sama
dengan bawahan.
Hasil penilaian kinerja yang dilakukan oleh perusahaan kepada
masing-masing karyawan dilakukan dengan tiga tingkatan, yaitu karyawan dengan tingkat
kinerja tinggi, karyawan dengan tingkat kinerja sedang, dan karyawan dengan
tingkat kinerja rendah. Peneliti mendapatkan data dari perusahaan bahwa,
karyawan dengan tingkat kinerja tinggi sebanyak 19 orang, karyawan dengan
tingkat kinerja sedang sebanyak 23, dan karyawan dengan tingkat kinerja rendah
sebanyak 7 orang.
Dari pengamatan dan wawancara tersebut, semakin jelas terlihat bahwa
karyawan CV. Apriyanti Mulya belum memiliki kinerja yang optimal.
Kebanyakan karyawan masih belum memiliki kinerja sesuai dengan standar
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perusahaan, keterbatasan pemahaman terhadap tugas baru yang diberikan
perusahaan, bekerjasama dengan rekan kerja/atasan kurang baik, dan kesesuaian
hasil kerja dengan memunculkan gagasan/ ide belum terlihat.
Selain itu, untuk melihat penurunan kinerja karyawan bisa dilihat juga dari
adanya penurunan realisasi target/program kerja. Berikut merupakan rekapitulasi
target operasional CV. Apriyanti Mulya pada tahun 2010-2012.
TABEL 1.3
REKAPITULASI TARGET OPERASIONAL CV. APRIYANTI MULYA TAHUN KERJA 2010-2012
Tahun Program/Kegiatan Rencana Realisasi Persentase
2010
a. Belanja Pakaian Bahan
Batik Korpri Baru. 52 Instansi 38 Instansi 73,08% b. Belanja Pakaian Dinas
Harian Kementrian Kesehatan.
7 Instansi 1 Instansi 14,28%
c. Belanja Pakaian Dinas
Harian. 15 Instansi 15 Instansi 100%
d. Belanja Bahan Pakaian
Kerja Bank BJB. 3 Program 3 Program 100%
Total 77 52 71,84%
2011
a. Belanja Pakaian Bahan
Batik Korpri Baru. 52 Instansi 0 Instansi 0% b. Belanja Pakaian Dinas
Harian Kementrian Kesehatan.
7 Instansi 1 Instansi 14,28%
c. Belanja Pakaian Dinas
Harian. 15 Instansi 11 Instansi 73,33% d. Belanja Bahan Pakaian
Kerja Bank BJB. 3 Program 1 Program 33,33%
Total 77 13 40,31%
2012
a. Belanja Pakaian Bahan
Batik Korpri Baru. 52 Instansi 29 Instansi 55,76 % b. Belanja Pakaian Dinas
Harian Kementrian Kesehatan.
7 Instansi 1 Instansi 14,28%
c. Belanja Pakaian Dinas
Harian. 10 Instansi 8 Instansi 80%
d. Belanja Bahan Pakaian
Kerja Bank BJB. 3 Program 0 Program 0%
Total 72 38 37,51%
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan Tabel 1.3 dapat ditarik suatu penjelasan, bahwa realisasi
pencapaian target program/kerja dari tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami
penurunan. Lebih rinci lagi, pada tahun 2010 jumlah rencana/target sebanyak 77
program kerja, realisasi 52 dengan persentase realisasi terhadap target sebesar
71,84%. Pada tahun 2011, target kerja menurun drastis karena tender belanja
pakaian bahan batik Korpri tidak diadakan dengan persentase realisasi terhadap
target sebesar 40,31%, sehingga terjadi penurunan yang signifikan antara tahun
2010 dengan tahun 2011 sebesar 31,53%. Sedangkan tahun 2012 tercatat angka
persentase realisasi target kerja sebesar 37,51%, terjadi penurunan kembali antara
tahun 2011 dengan tahun 2012 sebesar 2,8%.
Selain itu, untuk mengukur kinerja perusahaan tidak hanya dilihat dari
rencana/realisasi program kerja. Tetapi, dilihat dari volume/nilai uang yang
dihasilkan oleh perusahaan dari masing-masing program/kegiatan kerja.
77
25
72 57
13
38 71.84
40.31 37.51
0 20 40 60 80 100
2010 2011 2012
Rencana
Realisasi
Persentase
GAMBAR 1.1
REALISASI TARGET KERJA CV. APRIYANTI MULYA
Gambar 1.1 menggambarkan bahwa terjadi ketimpangan antara
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahwa rendahnya kinerja karyawan mengakibatkan penurunan realisasi kerja,
senada dengan hasil wawancara dengan Bapak Fauzian bahwa ketika kinerja
karyawan baik, maka setiap seksi/bagian akan menunjukkan performa yang
maksimal yang pada akhirnya akan menentukan tingkat pencapaian target kerja.
Penurunan persentase realisasi kerja dibandingkan dengan target yang
direncanakan adalah suatu masalah yang tidak dapat dibiarkan begitu saja tanpa
adanya evaluasi guna perbaikan untuk tahun ke tahun.
Menurut Veithzal Rivai (2011: 309), “Dari hasil penelitian dapat dilihat
kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja karyawan”. Hal tersebut
sependapat dengan yang dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005:1) yang
mengemukakan bahwa “kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan
tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka
mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk
kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut.”
(http://wandhie.wordpress.com/teori-kinerja/ diakses hari kamis 26/12/2014 pada
pukul 15.15 WIB)
Berdasarkan pendapat tersebut, kinerja karyawan dengan kinerja
perusahaan terdapat hubungan yang erat. Dengan perkataan lain bila kinerja
perusahaan baik maka kemungkinan besar kinerja karyawan juga baik.
Sebaliknya, apabila kinerja perusahaan buruk maka secara tidak langsung hal
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melihat dari realita yang terjadi di CV. Apriyanti Mulya, sebaiknya pihak
perusahaan perlu melihat kembali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan itu sendiri. Bagi suatu organisasi pemahaman terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja karyawan itu sendiri sangat penting. Karena dari
pemahaman tersebut organisasi dapat mengerti apa yang mempengaruhi perilaku
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat dijadikan acuan
untuk memberikan umpan balik (Hani Handoko, 2010:124). Kinerja yang baik
dari setiap organisasi tentu tidak lepas dari kontribusi karyawan yang
menggerakkan organisasi tersebut karena tanpa adanya kinerja yang baik dari
pegawai maka menurunkan kinerja organisasi tersebut.
Salah satu cara yang dilakukan oleh CV. Ariyanti Mulya untuk
meningkatkan kinerja karyawannya adalah dengan menciptakan lingkungan kerja
yang nyaman dan kondusif. Lingkungan kerja dipilih sebagai solusi yang dirasa
tepat karena dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif
maka diharapkan karyawan akan merasa puas dalam bekerja sehingga mereka
mampu bertanggung jawab pada pekerjaan yang diberikan dan pada akhirnya
tujuan perusahaan akan tercapai.
Lingkungan kerja merupakan hal yang dapat mempengaruhi kinerja
seorang karyawan agar bersedia melaksanakan kegiatan kerja dan meningkatkan
kinerja perusahaan. Selain itu, lingkungan kerja juga merupakan faktor yang harus
diperhatikan setiap perusahaan, karena berkaitan langsung dengan lingkungan
dimana karyawan bekerja dan melaksanakan tugasnya, baik lingkungan kerja fisik
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperbaiki kondisi tempat kerja secara fisik, seperti mencat ulang dinding yang
kusam dan mengelupas, memperbaiki ventilasi ruangan agar tidak panas. Selain
itu juga memperbaiki lingkungan kerja non fisik, seperti menempatkan karyawan
sesuai dengan keahlian, melakukan rotasi jabatan agar karyawan tidak jenuh, dan
mendengarkan masukan-masukan baik dari atasan, bawahan maupun rekan kerja
tentang bagaimana efisiensi dapat tercapai dalam pekerjaan mereka. Dengan
demikian apabila perusahaan menginginkan kinerja karyawan baik dan
berkualitas, maka diperlukan pembentukan lingkungan kerja dan kondisi kerja
yang berkualitas juga.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis di CV. Apriyanti
Mulya, penulis melihat keadaan lingkungan kerja pada CV. Apriyanti Mulya
adalah sebagai berikut :
1. Kebersihan kantor yang tidak terjaga, sehingga mengganggu konsentrasi kerja karyawan.
2. Kurangnya ventilasi dan tidak adanya pemasangan AC membuat suhu di ruang kerja terasa panas.
3. Masih adanya senioritas dilingkungan kerja.
Selain faktor lingkungan kerja, terdapat pula faktor lain yang
mempengaruhi pencapaian kinerja karyawan. Faktor tersebut adalah faktor
kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation) menurut Mangkunegara
(2010:67). Senada dengan pendapat Keith Davis dalam Mangkunegara (2010:67)
yang merumuskan bahwa:
- Human Performance = Ability + Motivation
- Motivation = Attitude + Situation
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan suatu perusahaan. Motivasi pada manusia merupakan unsur yang sangat
penting karena sebagai pendorong untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu,
perusahaan yang ingin mencapai tujuannya harus memberikan perhatian berupa
pemberian motivasi kerja pada karyawannya.
Menurut Malayu Hasibuan (2010:99) “Alat motivasi material berupa uang
dan atau barang yang bernilai ekonomis. Sedangkan alat motivasi non material
berupa penghargaan yang tidak bernilai ekonomis jadi hanya memberikan
kepuasan atau kebanggaan rohani saja”. Seseorang yang sangat termotivasi, yaitu
orang yang melaksanakan upaya substansial, guna menunjang tujuan-tujuan
kesatuan kerjanya, dan organisasi dimana ia bekerja. Seseorang yang tidak
termotivasi, hanya memberikan upaya minimum dalam hal bekerja. Motivasi kerja
karyawan harus kuat dan tinggi dalam rangka mencapai kinerja yang optimal.
Apabila sekolompok karyawan dan atasannya mempunyai kinerja yang baik,
maka akan berdampak pada kinerja organisasi yang baik pula.
Dari hasil pengamatan, karyawan CV. Apriyanti Mulya memiliki motivasi
kerja yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari kinerja karyawan yang masih
kurang maksimal belum sesuai dengan target perusahaan dan absensi karyawan
yang cukup tinggi. Karyawan juga cepat merasa sudah puas dengan hasil
pekerjaan mereka sehingga tidak ada dorongan atau motivasi untuk meningkatkan
kinerja mereka menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut dikarenakan perusahaan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maksimal, dan tidak adanya penghargaan yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan yang berprestasi.
Menurut Tisnawati Sule dan Saefullah (2009:235) mengemukakan bahwa
“Kinerja ditentukan oleh tiga faktor yaitu motivasi, kemampuan dan lingkungan
pekerjaan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa bagus tidaknya lingkungan dan
motivasi kerja yang dimiliki karyawan mengakibatkan meningkat dan/ atau
menurunnya kinerja yang dihasilkan karyawan itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara serta pengamatan di lokasi penelitian, untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan dan motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan CV. Apriyanti Mulya, maka perlu dilakukan penelitian tentang:
“PENGARUH LINGKUNGAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KINERJA KARYAWAN CV. APRIYANTI MULYA DI BANDUNG”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah
penelitian ini diidentifikasi masalah ke dalam tema sentral sebagai berikut :
Menurut Tiffin dan Cormick (1979), bahwa performance atau kinerja berhubungan dengan individual variable dan situational variable. Individual variable mencakup sikap, karakteristik kepribadian,
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
fisik, karakter organisasi, pelatihan dan supervisi, tipe insentif/kompensasi, dan lingkungan sosial. Untuk meningkatkan kinerja karyawan adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif serta meningkatkan motivasi kerja sehingga karyawan merasa nyaman dan termotivasi dalam melakukan pekerjaan mereka dengan baik sesuai yang diharapkan oleh perusahaan. Maka perlu dilakukan penelitian mengenai lingkungan dan motivasi kerja bagi karyawan CV. Apriyanti Mulya oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawannya.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran lingkungan kerja CV. Apriyanti Mulya.
2. Bagaimana gambaran motivasi kerja karyawan CV. Apriyanti Mulya.
3. Bagaimana gambaran kinerja karyawan CV. Apriyanti Mulya.
4. Seberapa besar pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan CV.
Apriyanti Mulya.
5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan CV.
Apriyanti Mulya.
6. Seberapa besar pengaruh lingkungan dan motivasi kerja terhadap kinerja
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk
memperoleh hasil temuan mengenai :
1. Lingkungan kerja di perusahaan CV. Apriyanti Mulya.
2. Motivasi kerja karyawan di perusahaan CV. Apriyanti Mulya.
3. Kinerja karyawan di perusahaan CV. Apriyanti Mulya.
4. Besarnya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan
perusahaan CV. Apriyanti Mulya.
5. Besarnya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan perusahaan
CV. Apriyanti Mulya.
6. Besarnya pengaruh lingkungan dan motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan perusahaan CV. Apriyanti Mulya.
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan
pemikiran atau menambah informasi tentang lingkungan dan motivasi
kerja terhadap kinerja karyawan.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berharga kepada berbagai pihak, diantaranya:
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dapat memberikan tambahan pengetahuan, pengalaman dan dapat
memberikan analisis perbandingan antara aplikasi dengan teori yang
didapat selama perkuliahan mengenai manajemen sumber daya
manusia.
b. Bagi Perusahaan
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan bagi manajemen CV. Apriyanti Mulya mengenai lingkungan
dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan, sehingga bisa dijadikan
informasi serta masukan bagi pihak perusahaan dalam upaya
meningkatkan kinerja karyawan, dengan melalui variabel-variabel
yang mempengaruhi diantaranya pengaruh lingkungan dan motivasi
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen berasal dari kata to manage, yang artinya mengurus,
mengatur, melaksanakan dan mengelola. Manajemen juga dapat didefinisikan
sebagai suatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan,
pengorganisasian, penggerak, dan pengawasan yang dilakukan untuk mengetahui
dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya.
Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi.
Adapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk
kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh
manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan
organisasi.
Manajemen sumber daya manusia merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja,
pengembangan, kompensasi. Integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan
kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan,
organisasi, dan masyarakat.
Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Edwin B. Fllipo yang
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MSDM adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan, pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintregrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumber daya manusia agar tercapainya tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Menurut Veithzal Rivai, Ella Jauvani (2009:15) Manajemen Sumber Daya
Manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada
sumber daya manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya, manajemen sumber
daya manusia memiliki fungsi manajerial dan fungi operasional seperti fungsi
manajemen umum.
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan (planning), penentuan mengenai program tenaga kerja.
b. Pengorganisasian (organizing), merancang struktur hubungan yang mengaitkan atara pekerjaan, karyawan, dan faktor-faktor fisik lainnya.
c. Pengarahan (directing), pengarahan yang berfungsi staffing dan
leading.
d. Pengendalian (controlling), mengatur aktifitas-aktifitas agar sesuai dengan tujuan yang akan di capai.
2. Fungsi Operasional
a. Pengadaan tenaga kerja (SDM), penentuan kebutuhan tenaga kerja. b. Pengembangan, usaha untuk meningkatkan keahlian karyawan. c. Kompensasi, usaha untuk memberikan balas jasa atau imbalan
kepada pegawai.
d. Pengintegrasian, usaha untuk menyelaraskan kepentingan individu, organisasi, perusahaan, maupun masyarakat.
e. Pemeliharaan, usaha untuk memelihara sikap-sikap pegawai. f. Pemutusan hubungan kerja, usaha untuk mengembalikan
pegawainya ke lingkungan masyarakat.
Menurut Moekijat (2011:15) mengidentifikasi enam fungsi perencanaan
manajemen sumber daya manusia, meliputi:
1. Perencanaan 2. Penilaian prestasi 3. Seleksi
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Lingkungan
7. Pengawasan pelaksanaan pekerjaan 8. Hubungan perburuhan
Menurut Moekijat (2010:2), menjabarkan sembilan fungsi administrasi
gaji dan upah, meliputi:
1. Ikatan kerja sama 2. Kepuasan kerja 3. Pengadaan efektif 4. Motivasi
5. Stabilitas karyawan 6. Disiplin
7. Pengaruh serikat buruh
8. Pengaruh asosiasi usaha sejenis/kadin 9. Pengaruh pemerintah
Berdasarkan fungsi dari perencanaan manajemen sumber daya manusia
yang dikemukakan para ahli. Peneliti akan membatasi penelitian, peneliti hanya
akan meneliti mengenai lingkungan kerja dan motivasi kerja seorang
karyawan/pegawai.
2.1.2 Konsep Lingkungan Kerja 2.1.2.1 Definisi Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk
diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses
produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh
langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut.
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
banyak organisasi yang sampai saat ini kurang memperhatikan lingkungan kerja
tempat di mana para karyawannya bekerja.
Karyawan akan mampu mencapai kinerja maksimal apabila memiliki
motif berprestasi tinggi. Motif berprestasi yang perlu dimiliki karyawan harus
ditumbuhkan dalam diri sendiri yang akan membentuk kekuatan diri dan dari
lingkungan kerja yang turut mendukung maka pencapaian kinerja akan lebih
mudah. Beberapa pakar memberikan pengertian lingkungan kerja sebagai berikut
ini pada Tabel 2.1:
TABEL 2.1
DEFINISI LINGKUNGAN KERJA
No Sumber Definisi
1 Alex Nitisemito (2009:39)
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar pekerjaan dan dapat mempengaruhi seorang karyawan dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
2 Sedarmayanti (2012:21)
Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
3 Gouzaly Saydam (2008:226)
Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada disekitar pegawai yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
4 Schultz dan Schultz
(2010:405)
Lingkungan atau kondisi kerja adalah semua aspek fisik kerja, psikologis kerja dan peraturan kerja yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja dan produktivitas kerja.
5 Stewart and Stewart
(1991:53)
Kondisi Kerja adalah “Working condition can be defined as series of conditions of the working environment in which
become the working place of the employee who works there”. diartikan kondisi kerja sebagai serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut.
6 Newstrom (2008:469)
“Work condition relates to the scheduling of work-the length of work days and the time of day (or night) during which people
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Sumber Definisi
7 Chandrasekar (2011) dalam International Journal Of Enterprise Computing Business System
Lingkungan kerja adalah sekumpulan lingkungan kerja pada suatu tempat berdampak pada semangat pegawai, serta produktivitas baik secara positif maupun negatif.
8 Vischer (2006) dalam jurnal The Concept Of Workplace performance and its Value to Managers
“Kinerja dari lingkungan kerja merupakan tempat kerja yang dapat mendukung akan meningkatnya kinerja pegawai, dan
mengoptimalkan produktivitas pegawai”.
Sumber: berbagai referensi buku dan jurnal
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja
merupakan segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja, baik
yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat meningkatkan semangat dan
kinerja karyawan.
2.1.2.2 Jenis-jenis Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2012:21) menyatakan bahwa secara garis besar,
jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni, (1) lingkungan kerja fisik, dan (2)
lingkungan kerja non fisik.
1. Lingkungan kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun scara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan. Seperti: pusat
kerja, kursi, meja dan sebagainya.
b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya:
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran
mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan,
maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik
dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai
dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik
“Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang
berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun
hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan”. Lingkungan
non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa
diabaikan.
2.1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Lingkungan Kerja 1. Faktor-faktor Lingkungan Kerja Fisik
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga
dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi
lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam
jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, Keadaan lingkungan yang kurang baik
dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung
diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2012:28) yang
dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan
dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1. Penerangan/cahaya di tempat kerja 2. Temperatur/suhu udara di tempat kerja 3. Kelembaban di tempat kerja
4. Sirkulasi udara di tempat kerja 5. Kebisingan di tempat kerja 6. Getaran mekanis di tempat kerja 7. Bau tidak sedap ditempat kerja 8. Tata warna di tempat kerja 9. Dekorasi di tempat kerja 10.Musik di tempat kerja 11.Keamanan di tempat kerja
Berikut ini akan diuraikan masing-masing faktor tersebut dikaitkan dengan
kemampuan manusia, yaitu :
1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Pencahayaan adalah faktor penting dalam lingkungan kerja. Karena
dengan pencahayaan yang baik akan membantu dalam menyelesaikan tugas
dengan lebih efektif. Hal tersebut senada dengan pengertian pencahayaan Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1405 tahun 2002, yang mendefinisikan
“Pencahayaan sebagai jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pencahayaan pada dasarnya terbagi ke dalam dua jenis, yaitu cahaya alami
dari sinar matahari dan pencahayaan buatan dari lampu listrik/neon. Bangunan
ruang kantor harus memiliki desain tata cahaya yang baik dalam konstruksinya,
terutama dalam mempertimbangkan jumlah sinar matahari yang dapat masuk ke
dalamnya. Sinar matahari yang masuk harus dapat diatur keseimbangannya
sehingga tidak menyilaukan mata pekerja, dan tidak menciptakan cahaya yang
terlalu terik dan membuat suhu menjadi panas.
Selain cahaya matahari, sumber penerangan lainnya ialah lampu neon.
Lampu neon merupakan sumber pencahayaan untuk penerangan di malam hari
dan terutama untuk ruang kerja yang gelap dan tidak terkena sinar matahari.
Menurut Liang Gie (2010:12), teknik pencahayaan dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu :
a. Pencahayaan Langsung (direct lighting)
Cahaya ini memencarkan langsung dari sumbernya kearah permukaan
meja. Apabila dipakai lampu biasa, cahaya bersifat sangat tajam dan
bayangan yang ditimbulkan sangat tegas. Cahaya ini lekas
menimbulkan kelelahan pada mata. Biasanya ini merupakan cahaya
yang paling tidak disukai.
b. Pencahayaan Setengah Langsung (semi direct lighting)
Cahaya ini memancar dari sumbernya dengan melalui tudung lampu
yang biasanya terbuat dari gelas yang berwarna seperti susu. Cahay ini
tersebar sehingga bayangan yang ditimbulkan tidak begitu tajam. Akan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan memantul kembali kea rah mata pekerja. Sehingga, hal ini masih
kurang memuaskan walaupun sudah lebih baik daripada cahaya
langsung
c. Pencahayaan Setengah Tidak Langsung (semi indirect lighting)
Pencahayaan ini terjadi dari cahaya yang sebagian besar merupakan
pantulan dari langit-langit dan dinding ruangan, sebagian lagi terpancar
melalui tudung kaca. Cahaya ini sudah lebih baik daripada cahaya
setengah tidak langsung, karena sifat dan bayangan yang diciptakan
sudah tidak begitu tajam bila dibandingkan dengan cahaya setengah
langsung.
d. Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
Cahaya ini dari sumbernya memancar kearah langit-langit ruangan,
kemudian baru dipantulkan kearah meja. Hal ini memberikan cahaya
yang lunak dan tidak memberikan bayangan yang tajam. Sifat cahaya
ini benar-benar sudah lunak, tidak mudah menimbulkan kelelahan
mata karena cahaya tersebar merata keseluruh penjuru. Sistem
penerangan ini merupakan sistem penerangan yang terbaik.
“Pencahayaan harus menggunakan teknik yang tepat karena jika
pencahayaan terlalu silau/redup akan menyebabkan kelelahan fisik dan mental
para karyawan atau pekerjanya” (Notoatmodjo, 2003:123). Setiap pekerja
memiliki kebutuhan akan intensitas cahaya yang berbeda. Pencahayaan minimal
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
TABEL 2.2
TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL
JENIS KEGIATAN TINGKAT
PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan kasar dan tidak terus-menerus
100 Ruang penyimpanan dan ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu.
Pekerjaan kasar dan terus-menerus
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar.
Pekerjaan rutin
300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin, dan perakitan/penyusunan.
Pekerjaan agak halus
500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.
Pekerjaan halus
1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus, dan perakitan halus.
Pekerjaan amat halus
1500 Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin, dan perakitan yang sangat halus.
Pekerjaan terinci 3000 Pemeriksaan pekerjaan,
perakitan sangat halus. Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02
Keuntungan penerangan yang baik menurut Moekijat (2002:136), adalah: a. Perpindahan karyawan berkurang.
b. Semangat kerja lebih tinggi. c. Prestise lebih besar.
d. Hasil pekerjaan lebih banyak. e. Kesalahan berkurang.
f. Keletihan berkurang.
Keuntungan tersebut dapat terwujud bila mutu penerangan yang ada
bermutu baik. Penerangan yang bermutu baik adalah penerangan yang secara
ralatif tidak menyilaukan mata dan dipancarkan secara merata. Pencahayaan yang
baik akan membantu karyawan dalam bekerja sementara pencahayaan yang buruk
pada lingkungan kerja bukan saja akan menambah beban kerja karena
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyelesaikan pekerjaan. Dengan mengatur teknik pencahayaan yang baik dan
cahaya minimal yang tepat akan menciptakan semangat dalam diri karyawan
untuk menyelesaikan pekerjaannya.
2. Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh
manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika
perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan
35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.
Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi
pengaruh yang berbeda. Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap
karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di
daerah bagaimana karyawan dapat hidup.
3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa
dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh
temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban,
kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk
menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar
dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan
telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar
tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah
manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan
pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja,
keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk
dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat
lelah setelah bekerja.
Jika kondisi di dalam ruang kantor yang kemungkinannya penuh dengan
karyawan, sangatlah perlu diperhatikan mengenai pertukaran udara yang baik
dang menggunakan alat pendingin (AC). Karena dengan sirkulasi udara yang baik
akan memberikan kesegaran fisik bagi karyawan. Sebaliknya apabila sirkulasi
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akhirnya akan menyebabkan turunnya minat kerja dan motivasi karyawan akan
menurun. Keuntungan udara yang baik menurut Moekijat (2002:145) adalah:
a. Produktivitas yang lebih tinggi. b. Mutu pekerjaan yang lebih baik.
c. Kesenangan dan kesehatan karyawan bertambah baik. d. Kesan yang menyenangkan bagi para tamu.
5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya
adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak
dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa
menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
a. Lamanya kebisingan.
b. Intensitas kebisingan, biasanya diukur dalam satuan desibel (dB) yang menunjukkan besarnya arus energi per satuan luas.
c. Frekuensi kebisingan, yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ke telinga setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik (Hz).
Dalam jangka panjang tingkat kebisinagn yang mengganggu dapat
merusak pendengaran, menyebabkan terjadi kesalahan dalam komunikasi. Selain
itu, akan berpengaruh pada emosi karyawan yang apabila tidak diantisipasi maka
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang
sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu
tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun
frekwensinya. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila
frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara
umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
a. Konsentrasi bekerja. b. Datangnya kelelahan.
c. Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.
7. Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai
pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang
terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air
condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8. Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan
sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan
penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh
besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan
rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal tersebut didasarkan pada psikologi tentang warna yang menyebutkan
bahwa warna tertentu akan dapat merangsang jiwa seseorang, karena warna
memiliki getaran-getaran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berikut
[image:34.595.115.516.227.424.2]adalah tabel warna dan efek yang ditimbulkannya:
TABEL 2.3
PSIKOLOGI TENTANG WARNA
Jenis warna Efek yang ditimbulkan
Merah Memberikan rangsangan, pengaruh panas serta dapat menggetarkan jiwa dan perasaan orang yang melihatnya.
Kuning Menimbulkan getaran rasa suka cita dan memberikan cahaya yang gemilang, megah, dan bijaksana.
Hijau dan Biru Menimbulkan suasana damai, tenang, dan menciptakan rasa gembira.
Orange
Merupakan warna yang paling panas yang memiliki kekuatan dan tenaga yang luar biasa, sehingga dapat menimbulkan segesti kehidupan dan getaran semangat.
Violet
Menimbulkan rasa yang menggetarkan dan melambangkan getaran tinggi dari rahasia serta melukiskan kekuatan yang tidak terkendali.
Sumber: Nitisemito (1994:190)
Warna memiliki efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni
dapat memotivasi karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, pemilihan warna
dalam ruang kerja harus diperhatikan karena merupakan faktor pendorong
motivasi dalam bekerja.
Masalah warna sebenarnya bukan hanya pewarnaan dindingnya saja,
melainkan lebih luas dari itu. Seperti pewarnaan mesin-mesin, peralatan, bahkan
pewarnaan seragam kerja juga perlu diperhatikan. Menurut Moekijat (2002:143)
kentungan penggunaan warna yang baik adalah: “(1) Memungkinkan kantor
menjadi tampak menyenangkan dan menarik pemandangan, (2) Mempunyai
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu
dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga
dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk
bekerja.
10.Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana,
waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk
bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk
dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di
tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.
11.Keamanan di Tempat Kerja
Menurut Nitisemito (1994:194) “Rasa aman akan menimbulkan
ketenangan dalam bekerja, dan ketenangan akan mendorong semangat dan
motivasi dalam bekerja.” Dalam hal ini ialah keamanan terhadap milik pribadi
karyawan. Misalnya kendaraan pribadi karyawan tidak diawasi dengan baik dan
tidak adanya pemberian jaminan keamanan pada karyawan ketika mereka bekerja,
akan membuat mereka merasa tidak terlindungi, dan selalu merasa
dibayang-bayangi oleh rasa takut tidak aman. Selain itu, salah satu upaya untuk menjaga
keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal ini secara psikologis akan mengganggu mental dan menghambat
konsentrasi, sehingga pekerjaan tidak maksimal. Apabila perusahaan dapat
memberikan jaminan keamanan, maka ketenangan dalam bekerjapun akan timbul
dan dapat memberikan hasil kerja yang maksimal.
Selain itu, menurut Ahyari (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja fisik antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penerangan 2. Suhu udara 3. Suara bising 4. Ruang gerak 5. Keamanan kerja
(Sumber: http://intanghina.wordpress.com/2008/04/28/pengaruh-budaya-perusahaan-dan-lingkungan-kerja-terhadap-kinerja-karyawan/ diakses pada 19/9/2013 pada pukul 14.00 WIB)
Kondisi fisik dari lingkungan kerja menurut Newstrom (1996:469) adalah:
among the more obvious factors that can affect the behavior of workers are the physical conditions of the work environment, including the level of lighting, the usual temperature, the level of noise, the amounts and the types of airbone chemicals and pollutans, and aesthetic features such as the colors of walls and flors, and the presence (or absence) of art work, music, plants decorative items. Kira- kira berarti bahwa faktor yang lebih nyata dari faktor-faktor yang la innya dapat mempengaruhi perilaku para pekerja adalah kondisi fisik, dimana yang termasuk didalamnya adalah tingkat pencahayaan, suhu udara, tingkat kebisingan, jumlah dan macam-macam radiasi udara yang berasal dari zat kimia dan polusi-polusi, cirri-ciri estetis seperti warna dinding dan lantai dan tingkat ada (atau tidaknya) seni didalam bekerja, musik, tumbuh-tumbuhan atau hal-hal yang menghiasi tempat kerja.
(Sumber:
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/09/kondisi-kerja-definisi-dan-jenis.html/ diakses pada 18/04/2013 pada pukul 15.00 WIB)
Menurut Robbins (2002) Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor
Faktor-Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kebisingan,
c) penerangan, d) mutu udara.”
(Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20494/4/Chapter%20II.p df/ diakses pada 8/01/2014 pada pukul 16.37 WIB)
Dari keempat teori mengenai faktor-faktor lingkungan kerja fisik di atas,
teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori dari Sedarmayanti, yaitu
penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang
diperlukan, keamanan kerja
2. Faktor-faktor Lingkungan Kerja Non Fisik
Selain lingkungan intern perusahaan yang menjadi pusat perhatian,
seorang manajer juga harus menyadari pentingnya pengaruh lingkungan eksternal
perusahaan dengan mempertimbangkan unsur-unsur dan kekuatan lingkungan
eksternal dalam setiap kegiatannya yang sangat berpengaruh dalam operasi
perusahaan, faktor-faktor lingkungan kerja non fisik (Alex Nitisemito, 2008:183).
Menurut Suryadi Perwiro Sentoso (2009:19-21) yang mengutip pernyataan
Prof. Myon Woo Lee sang pencetus teori W dalam Ilmu Manajemen Sumber
Daya Manusia, bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun
suatu iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk
mencapai tujuan bersama. Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu
mendorong inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya
menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan menurut Alex Nitisemito (2008:171-173) Perusahaan
hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan,
komunikasi yang baik, dan pengendalian diri. Hubungan kerja dibagi menjadi dua,
yaitu:
a) Hubungan kerja antarkaryawan dengan pimpinan
Sikap atasan terhadap bawahan memberikan pengaruh bagi karyawan
dalam melaksanakan aktivitasnya sikap yang bersahabat, saling
menghormati dan menghargai perlu dalam hubungan antarkaryawan
dengan pimpinan untuk kerjasama dalam mencapai tujuan perusahaan.
Sikap bersahabat yang diciptakan atasan akan menjadikan karyawan lebih
betah untuk bekerja dan dapat menimbulkan semangat kerja bagi
karyawan.
b) Hubungan kerja antarkaryawan
Hubungan kerja antarkaryawan sangat diperlukan untuk melakukan
pekerjaan, terutama bagi karyawan yang bekerja secara kelompok. Apabila
terjadi konflik maka akan memperkeruh suasana kerja dan akan
menurunkan semangat kerja karyawan. Hubungan kerja yang baik antara
karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya maka akan
meningkatkan semangat kerja bagi karyawan, di mana mereka saling
kerjasama atau saling membantu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Menurut Schultz dan Schultz lingkungan kerja non fisik terdiri dari
lingkungan kerja temporal dan lingkungan kerja psikologis. Lebih lanjut
dijelaskan oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2010:105):
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Waktu jumlah jam kerja
Dalam kebijakan kepegawaian Indonesia, standar jumlah jam kerja
minimal 35 jam dalam seminggu. Karyawan dikategorikan pekerja penuh
apabila mereka bekerja minimal 35 jam dalam seminggu. Sebaliknya,
karyawan yang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu, dikategorikan
setengah pengangguran yang terlihat.
b. Waktu istirahat kerja
Waktu istirahat kerja perlu diberikan kepada karyawan agar mereka dapat
memulihkan kembali rasa lelahnya. Dengan adanya waktu istirahat yang
cukup, karyawan dapat bekerja lebih semangat dan bahkan meningkatkan
produksi serta efisiensi.
2. Lingkungan kerja psikologis
a. Kebosanan
Kebosanan kerja dapat terjadi akibat rasa tidak enak, pekerjaan yang
monoton, kurang bahagia, kurang istirahat, dan kelelahan. Untuk
mengurangi kebosanan dalam bkerja, perusahaan dapat melakukan
penempatan kerja yang sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuan
karyawan, pemberian motivasi dan rotasi kerja.
b. Pekerjaan yang monoton
Suatu pekerjaan yang sifatnya rutin tanpa variasi akan dapat menimbulkan
rasa bosan karena pekerjaan yang dilakukan sama saja, sehingga
menimbulkan kemalasan yang dapat mengakibatkan kegiatan bekerja
Meli Muslimat, 2014
Pengaruh Lingkungan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan CV. Apriyanti Mulya di Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Keletihan
Keletihan bekerja terdiri dari dua macam, yaitu keletihan psikis dan
keletihan psikologis. Penyebab keletihan psikis adalah kebosanan kerja
sedangkan keletihan psikologis dapat mengakibatkan meningkatnya
kesalahan dalam bekerja, meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan
kerja.
Persepsi setiap orang terhadap kondisi lingkungan kerja berbeda-beda.
Karyawan yang memiliki persepsi positif terhadap kondisi lingkungan kerja akan
memandang segala sesuatu yang di hadapi di tempat kerja secara positif dan
bukan segala sesuatu yang menekan dan mengancam bagi karyawan tersebut.
Sedangkan persepsi yang negatif terhadap kondisi lingkungan kerjanya akan
menghasilkan respon yang negatif terhadap hal-hal yang dihadapi di tempat kerja
serta melihat kondisi lingkungan kerja sebagai suatu ancaman.
2.1.2.4Indikator Lingkungan Kerja
Menurut Sedarmayanti (2012