• Tidak ada hasil yang ditemukan

TARI LENGGER CALUNG BANYUMASAN DI DESA RAWA JAYA KECAMATAN BANTARSARI KABUPATEN CILACAP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TARI LENGGER CALUNG BANYUMASAN DI DESA RAWA JAYA KECAMATAN BANTARSARI KABUPATEN CILACAP."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh: Galih Mardyanti

(2)

Oleh Galih Mardyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Galih Mardyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

1005735

TARI LENGGER CALUNG BANYUMASAN DI DESA RAWA JAYA KECAMATAN BANTARSARI KABUPATEN CILACAP

Disetuji dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I,

Dr. Yuliawan Kasmahidayat, M.Si. NIP. 196507241993021001

Pembimbing II,

Tatang Taryana, M.Si. NIP. 196501012001121001

Mengetahui,

(4)
(5)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS TARI LENGGER CALUNG BANYUMASAN A. Penelitian Sebelumnya ... 9

B. Kedudukan Kesenian Tradisional di Masyarakat Rawa Jaya ... 10

C. Kesenian Tradisional ... 12

D. Fungsi Tari ... 14

E. Makna Ritual ... 17

F. Bentuk Penyajian Tari ... 19

(6)

H. Pengertian Calung ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Pendekatan ... 25

B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 27

C. Definisi Operasional ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

1. Latar Belakang Terciptanya Tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya ... 39

2. Fungsi Tari dalam Pertunjukan Tari Lengger Calung Banyumasan ... 55

B. Pembahasan ... 57

1. Ritual yang Dilakukan dalam Pertunjukan Tari Lengger Calung Banyumasan ... 57

2. Makna Ritual yang Terkandung dalam Pertunjukan Tari Lengger Calung Banyumasan ... 64

3. Makna dari Ritual yang Harus Dilakukan Sebelum Menjadi Seorang Penari Lengger ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 74

B. Rekomendasi ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 81

(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “TARI LENGGER CALUNG BANYUMASAN DI DESA

RAWA JAYA KECAMATAN BANTARSARI KABUPATEN CILACAP”.

Membahas mengenai kegiatan ritual pada tari Lengger Calung Banyumasan yang

sampai sekarang masih tetap hidup, dijaga dan dilestarikan serta memiliki makna

tersendiri di dalamnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah

1). Latar belakang terciptanya tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa

Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap? 2). Bagaimana kegiatan ritual

yang dilakukan pada tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya

Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap? 3). Apa makna yang terkandung pada

berbagai aspek ritual dalam tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya

Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap?. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan latar belakang terciptanya tari Lengger Calung

Banyumasan di desa Rawa Jaya dan pelaksanaan kegiatan ritualnya beserta makna

yang terkandung dalam ritual tersebut. Kajian teori yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teori tari berdasarkan fungsinya. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik

pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan wawancara, observasi,

studi pustaka, dokumentasi dan teknik analisis data. Adapun hasil dari penelitian

ini adalah sejarah terciptanya dan masuknya tarian Lengger Calung Banyumasan

ke desa Rawa Jaya. Kegiatan dan makna ritual yang dilakukan dari mulai

persiapan sampai akhir pertunjukan pada tari Lengger Calung Banyumasan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan tari Lengger Calung

Banyumasan dapat terus terlestarikan dan dijaga keasliannya, supaya nilai-nilai

budaya tetap terjaga.

(8)

ABSTRACT

The Thesis title is "LENGGER CALUNG BANYUMASAN DANCE INRAWA

JAYA VILLAGE BANTARSARI SUBDISTRICT OF CILACAP". Covered

about activities in Lengger Calung Banyumasan rituals that dance still alive until

now, protected and preserved also have a special meaning inside. The issue that

drawn in this thesis is 1). Background of the creation Lengger Calung

Banyumasandance in Rawa Jaya village Bantarsari subdistrict of Cilacap? 2).

How do the rituals inLengger Calung Banyumasandance in Rawa Jaya village

Bantarsari subdistrict of Cilacap? 3). What is the meaning contained in the various

aspects of the ritual in Lengger Calung Banyumasan dance in Rawa Jaya village

Bantarsari subdistrict of Cilacap?. The purpose of this study was to describe the

background of the creation of Lengger Calung Banyumasandance in Rawa Jaya

and implementation activities and their ritual meanings that contained in the ritual.

Study of theory used in this study is based on the function of dance theory. This

study used a descriptive analysis method using qualitative approaches, researchers

tried to explain that all the results of existing research in the field. Data collection

techniques used by researchers is interview, observation, library research,

documentation and data analysis techniques. The results of this research are the

creation history of Lengger Calung Banyumasandance in Rawa Jaya village. The

rituals activities that performed and the meanings of the rituals activities that

carried out in preperation until the event finished on the Lengger calung

Banyumasan dancein Rawa Jaya village. Based on the results of research

conducted, Lengger Calung Banyumasandance is expected to preserve and

maintained its authenticity continually, so that cultural values remain intact.

(9)

Galih Mardyanti , 2014

Tari Lengger Calung Banyumasan Di Desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan

Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian

dari kebudayaan yang dikagumi karena keunikan dan keindahannya. Kesenian

merupakan hasil karya seni manusia yang mengungkapkan keindahan serta

merupakan ekspresi jiwa dan budaya penciptanya. Ragam kesenian yang ada

tersebut diantaranya adalah seni musik, seni lukis, seni drama, seni sastra dan seni

tari. Perwujudan seni yang ada di masyarakat merupakan cermin dari kepribadian

hidup masyarakat. Driyarkara (1980:8) menyatakan bahwa “kesenian selalu

melekat pada kehidupan manusia, dimana ada manusia di situ pasti ada kesenian”.

Selanjutnya Wardhana (1960:6) menyatakan “pada hakikatnya kesenian adalah

buah budi manusia dalam menyatakan nilai-nilai keindahan dan keluhuran lewat

berbagai media cabang seni”. Suwandono (1984:40) mengatakan bahwa:

Kesenian, dalam hal ini seni tari adalah milik masyarakat sehingga pengungkapannya merupakan cermin alam pikiran dan tata kehidupan daerah itu sendiri. Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari kebudayaan atau kesenian yang dimilikinya, oleh sebab itu kesenian sebagai salah satu bagian dari kebudayaan perlu dilestarikan dan dikembangkan.

Sebuah karya seni tentu identik dengan keindahan serta keunikannya, seni

merupakan karunia Tuhan kepada manusia untuk dapat berekspresi sebagai

perwujudan dari peradaban manusia sebagai hasil pengerahan kemampuan akal,

(10)

sebuah hasil karya yang dapat dinikmati. Baik oleh sang seniman (si pembuat

karya), maupun oleh orang lain yang bertujuan untuk memperhalus dan

mempercantik serta menciptakan keharmonisan jiwa, raga, pikiran, dan alam ini.

Maka dapat disimpulkan bahwa seni adalah segala sesuatu yang bertujuan untuk

memperhalus dan mempercantik jiwa dan alam ini. Karya seni adalah hasil upaya

manusia dalam menciptakan sesuatu yang indah dan mempunyai nilai tertentu.

Saini (2001:49) mengungkapkan bahwa:

Karya seni adalah hasil pendekatan seniman terhadap realitas. Ia adalah hasil persinggungan bahkan pergulatan kesadaran seniman berupa pemikiran, perasaan dan khayalan seniman dengan realitas yang menjadi sasaran obsesinya.

Desa Rawa Jaya yang terletak di wilayah Kecamatan Bantarsari,

Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, memiliki berbagai macam budaya

yang menarik untuk dipelajari yang dikarenakan berada di antara dua kekuatan

budaya besar (marginal survival) yaitu budaya Jawa dan budaya Sunda. Hal ini

mengakibatkan corak kebudayaan Rawa Jaya yang tidak lepas dari perpaduan

kedua wilayah tersebut dengan ciri khusus kesederhanaan, egaliter, terbuka

(Banyumas: cablaka) dan keakraban. Kesenian ini merupakan perwujudan sifat

kerakyatan yang berakar pada kebudayaan rakyat yang hidup di lingkungan

masyarakat. Pertunjukan-pertunjukan semacam ini biasanya sangat komunikatif,

sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan.

Pada zaman dahulu, di desa Rawa Jaya tari Lengger CalungBanyumasan

dipertunjukan pada masa sesudah panen sebagai ungkapan syukur masyarakat

terhadap Dewi Sri yang telah memberikan rezeki. Boleh dikatakan bahwa tarian

Lengger pada awalnya adalah sebuah tarian religius atau tarian keagamaan lokal.

Pada dasarnya tujuan dari kegiatan tersebut merupakan ritual-ritual tradisional

yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa tertentu yang dianggap berpengaruh

(11)

bagaimana manusia berdamai dengan alam dan menghargai alam. Untuk itu

mereka meminta kepada yang membahu rekso (Sang Maha Pencipta) supaya

terhindar dan terlindungi dari segala bencana serta mengucap syukur ketika

kelimpahruahan menghampiri mereka melalui ritual tersebut.

Menurut Bapak S. Darsono sebagai pimpinan di Paguyuban Ngesti Laras

sekaligus pembina tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya, tari

Lengger Calung Banyumasan merupakan tarian tradisi rakyat desa Rawa Jaya

yang diwariskan turun temurun dari leluhurnya. Diperkirakan pada awal tahun

1929, Demang Toya Reka menciptakan tarian ini dan kemudian dibantu

pengembangannya oleh Demang Baiman beliau merupakan salah satu pewaris

dari Demang Toya Reka, Demang Baiman ini menyebar luaskan tari Lengger

Calung Banyumasan ke daerah Jawa Tengah yaitu Cilacap hingga saat ini. Oleh

karena itu tari Lengger Calung Banyumasan disebut dengan tari rakyat daerah

Banyumas. Tarian ini kemudian tersebar ke daerah-daerah sekitar Banyumas

seperti Purwokerto, Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, Gombong, Wonosobo,

Kebumen, Purworejo, Kulon Progo, dan Magelang.

Tari Lengger Calung Banyumasan merupakan salah satu kesenian yang

ada dan berkembang di desa Rawa Jaya. Tari Lengger Calung Banyumasan

sebagai seni rakyat pada awalnya berkembang di desa-desa atau daerah pertanian

dan kesenian ini dapat disebut tarian rakyat pinggiran, merupakan seni rakyat

yang cukup tua, dan merupakan warisan nenek moyang atau leluhur masyarakat

Rawa Jaya.

Tari Lengger Calung Banyumasan saat ini sudah mengalami banyak

perubahan. Tari Lengger Calung Banyumasan yang dahulu merupakan tarian

yang dijadikan sebagai ritual keagamaan untuk mengucap syukur pasca panen,

kini tari Lengger Calung Banyumasan juga dijadikan sebagai tari untuk

pertunjukan-pertunjukan tertentu, seperti penyambutan tamu, acara pernikahan,

(12)

memang harus diketahui oleh masyarakat luas. Semakin banyak yang

mengatahuinya maka akan semakin banyak orang yang kemungkinan akan tertarik

dan melestarikannya.

Bentuk pertunjukan tari Lengger Calung Banyumasan pada umumnya

dibagi menjadi empat babak yaitu (a) babak Gambyongan/Lenggeran yang

ditarikan oleh penari wanita, mereka melakukan gerak bersolek atau berhias diri

agar menjadi cantik sehingga banyak pemuda yang tertarik, (b) babak badud

(bodoran) yaitu babak yang biasanya dibawakan oleh 2 orang penari, mereka

menari dengan gerakan yang lucu sehingga menghibur penonton, (c) babak

ebeg-ebegan atau kuda calung yaitu babak yang dilakukan pada tengah malam

dimana penari kuda calung atau ebeg melakukan ndadi (wuru/mendem) dan babak

yang terakhir (d) babak baladewaan yaitu munculnya penari yang menarikan tari

baladewaan yang merupakan babak terakhir dari tari Lengger Calung

Banyumasan.

Dalam setiap babak di atas pada tari Lengger Calung Banyumasan

memiliki makna yang di dalamnya saling berkaitan satu sama lain, sehingga

menjadikan suatu ciri khas pada tariannya sendiri. Tari Lengger Calung

Banyumasan masih kental akan serangkaian ritual yang harus dilaksanakan

sebelum atau sesudah pertunjukan tari digelar, maka dari itu serangkaian

ritual-ritualnya tidak lepas dari tariannya itu sendiri.

Pertunjukan tari Lengger Calung Banyumasan dilakukan dalam waktu

semalam suntuk. Penari Lengger menari sambil menyanyi atau nyinden, diiringi

oleh gamelan calung. Di dalam pertunjukan Lengger terdapat kekuatan gaib yang

merasuk dalam tubuh penari sehingga penari memiliki kekuatan yang lebih

dibandingkan dengan penari-penari lainnya. Kekuatan gaib yang merasuki penari

tersebut disebut Indhang. Keberadaan Indhang sangat terlihat melalui para penari

yang sedang menari dan menyanyi (nembang) pada babak awal yaitu gambyongan

(13)

menari selama berjam-jam tanpa lelah atau tariannya kelihatan indah dan erotis,

serta memiliki daya tarik yang luar biasa. Pada babak ebeg-ebegan, penari yang

telah kerasukan Indhang akan mencapai keadaan trance (kesurupan) yang

membuatnya mampu melakukan hal-hal yang tidak masuk akal, misalnya: menari

dan menyanyi dengan kekuatan yang lebih, memakan pecahan kaca tanpa terluka,

memegang bara api tanpa terbakar, makan arang, makan bunga/kembang,

kemenyan dan lain sebagainya. Kekuatan Indhang juga diaktualisasikan dalam

syair tembang yang lebih tepat disebut “mantra”. Mantra berfungsi untuk

mendatangkan atau mengundang Indhang.

Meskipun tari Lengger Calung Banyumasan sudah bertambah fungsi yang

pada awalnya tari Lengger Calung Banyumasan sebagai tarian untuk upacara

keagamaan, sekarang tari Lengger Calung Banyumasan juga digunakan untuk

sarana pertunjukan dan tontonan. Akan tetapi di dalamnya masih terdapat

keyakinan atau kepercayaan tertentu yang dilakukan dalam bentuk ritual. Di

dalam seni tari ini masih terdapat unsur-unsur yang masih “primitif” dan mistis.

Unsur mistis yang dimaksud adalah keyakinan adanya roh halus yang merasuk

dalam diri penari yang disebut Indhang. Gambaran mengenai keadaan masyarakat

pada mitos yang dahulu pernah hidup dan mereka yakini. Oleh karena itu, para

pelaku seni tari Lengger Calung Banyumasan masih melakukan serangkaian

ritual.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan untuk mengadakan penelitian

lebih lanjut mengenai makna ritual yang terkandung dalam tari Lengger Calung

Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap secara

komprehensif dan sistematis agar mendapat jawaban dari pokok-pokok

permasalahan. Hal ini amat penting untuk diangkat ke dalam bentuk skripsi

(14)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu tahapan permulaan dari penguasaan

masalah dimana suatu objek dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu

masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa

masalah yang berhubungan dengan ritual pokok yang dilaksanakan selama tari

Lengger Calung Banyumasan berlangsung. Adapun pengkajian akan terfokus

pada beberapa hal berikut:

1. Bagaimana latar belakang terciptanya tari Lengger Calung Banyumasan di

desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap?

2. Bagaimana kegiatan ritual yang dilakukan pada tari Lengger Calung

Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap?

3. Apa makna yang terkandung pada berbagai aspek ritual dalam tari Lengger

Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten

Cilacap?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang utama untuk mendapatkan

gambaran dari hasil penelitian. Berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan

terlihat dari tercapai tidaknya tujuan penelitian. Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan latar belakang terciptanya tari Lengger Calung Banyumasan

di desa Rawa Jaya kecamatan Bantarsari kabupaten Cilacap.

2. Mendeskripsikan dan meneliti mengenai ritual yang dilakukan pada tari

Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya kecamatan Bantarsari

(15)

3. Mendeskripsikan dan meneliti mengenai makna yang terkandung pada

berbagai aspek ritual dalam tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa

Jaya kecamatan Bantarsari kabupaten Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini, dapat memberikan

manfaat kepada semua pihak sebagai berikut:

1. Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, peneliti diharapkan mendapatkan berbagai

informasi dan pengetahuan secara langsung mengenai tari Lengger Calung

Banyumasan di desa Rawa Jaya kecamatan Bantarsari kabupaten Cilacap,

khususnyaritual yang terdapat di dalamnya.

2. Pelaku seni

Memberikan apresiasi dan motivasi para seniman supaya dapat

mengembangkan, mempertahankan dan melestarikan tari Lengger Calung

Banyumasan, khususnya ritual yang ada sehingga seni budaya tari dapat terus

berlangsung.

3. Pembaca

Diharapkan mendapat informasi dan pengetahuan secara menyeluruh

mengenai tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya kecamatan

Bantarsari kabupaten Cilacap, khususnya ritual yang terdapat di dalamnya.

4. Civitas akademik UPI

Menambah sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan kajian dan

bacaan bagi para mahasiswa, khususnya Jurusan Pendidikan Seni Tari dan

umumnya seluruh civitas akademik UPI.

5. Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi penggerak kecintaan akan budaya, menjadikan

(16)

peningkatan kecintaan akan budaya sebagai bagian dari generasi penerus

yang menjunjung kelestarian atas keindahan dari budaya kita.

6. Seniman

Memberikan motivasi untuk lebih melestarikan serta menjaga kesenian

tradisional dan mengenalkan kesenian tradisional kepada generasi penerus.

Mengadakan suatu acara kesenian yang dapat menarik perhatian masyarakat

luas.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada struktur organisasi penulisan penelitian ini akan dijabarkan dalam

sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada Bab I skripsi ini di dalamnya menjelaskan tentang latar belakang

penelitian skripsi ini, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan yang terakhir strukur organisasi penelitian.

BAB II Kajian Pustaka

Pada Bab II peneliti memaparkan mengenai berbagai kajian kepustakaan,

yang akan peneliti gunakan sebagai bahan acuan dalam proses penelitian, serta

mengkaji data pengamatan dari berbagai sumber. Menjelaskan tentang teori-teori

yang menguatkan dalam penelitian, di antaranya terdapat penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian skripsi. Selanjutnya menggunakan teori-teori yang

menguatkan penelitian skripsi ini.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab III berisi mengenai penjabaran yang rinci mengenai metodologi

(17)

penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan

analisis data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Pada Bab IV merupakan penjabaran dari hasil penellitian yang didalamnya

membahas mengenai latar belakang terciptanya tari Lengger Calung Banyumasan

di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap. Selain itu,

membahas mengenai kegiatan ritual yang dilakukan pada tari Lengger Calung

Banyumasan tersebut. Dan menggali makna yang terkandung pada berbagai aspek

ritual dalam kesenian tari Lengger Calung Banyumasan tersebut.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada Bab V merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dari

hasil penelitian yang diperoleh dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari

penelitian.

Daftar Pustaka

Daftar Pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, artikel jurnal,

dokumen resmi atau sumber-sumber lain dari internet) atau tercetak (CD, video,

film atau kaset) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis

(18)

Galih Mardyanti , 2014

Tari Lengger Calung Banyumasan Di Desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Pendekatan

Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat serta

desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan

pendekatan penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik serta alat yang digunakan

dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan.

Metode merupakan syarat yang mutlak untuk dapat melihat kedalaman dari

sebuah masalah. Ketepatan metode dalam penelitian merupakan cara atau alat

untuk mencapai keberhasilan sebuah penelitian. Sesuai dengan judul penelitian

yang diambil, peneliti menetapkan metode yang digunakan dalam adalah

deskriptif analisis, dengan tujuan untuk membuat gambaran yang faktual dan

akurat mengenai fakta-fakta dan ciri khas tertentu dalam objek penelitian. Metode

desktiptif analisis merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

informasi mengenai status gejala menurut fakta yang ada. Azwar (1997:7)

menyatakan bahwa:

Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai popularitas atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambrakan situasi atau kejadian.

Hal ini dijelaskan pula oleh Surakhmad (1990:139),

(19)

Dalam penelitian ini peneliti hanya mendeskripsikan hasil penelitian. Saat

peneliti memasukan objek yang diteliti, peneliti melihat segala sesuatu yang

terlibat dengan objek secara langsung maupun yang tidak langsung. Segala

aktivitas yang dilakukan oleh objek dilihat dan diperhatikan secara jelas. Peneliti

mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan diperhatikan secara

jelas. Peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar dan ditanyakan.

Kemudian peneliti memilah data yang penting dan menarik dan menyingkirkan

data yang tidak perlu. Dari data yang ada, peneliti menetapkan data tersebut

sebagai fokus penelitian. Setelah sampaipada fokus penelitian, langkah

selanjutnya adalah memaparkan data-data tersebut, kemudian

mengkonstruksikannya menjadi data dalam bentuk susunan yang beruntun.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian

kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang bersifat

eksploratoris karena berusaha mengeksplorasi terhadap suatu permasalahan

walaupun dengan sedikit informan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Basrowi

(2008:1) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau lisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengebali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Pendapat lain, menurut moleong (2010:6) bahwa penelitian kualitatif

adalah sebagai berikut:

Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memandaatkan sebagai metode alamiah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian ini diharapkan dapat

(20)

Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari

Kabupaten Cilacap.

B. Lokasi dan Subjek penelitian a) Lokasi penelitian

Lokasi merupakan daerah atau tempat yang digunakan peneliti dalam

melaksanakan penelitian. Lokasi penelitian dalam penelitian ini difokuskan di

desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap. Alasan dipilihnya

desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap sebagai lokasi

penelitian, karena merupakan daerah dimana tari Lengger Calung

Banyumasan dilestarikan dan tempat berdirinya Paguyuban Ngesti Laras

yang merupakan paguyuban tari Lengger Calung Banyumasan.

b) Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah makna pada berbagai aspek ritual

dalam tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan

Bantarsari Kabupaten Cilacap. Karena, di dalam seni tari ini masih terdapat

unsur-unsur yang masih primitif dan mistis. Unsur mistis yang dimaksud

adalah keyakinan adanya roh halus yang merasuk dalam diri penari yang

disebut Indhang. Sebagai gambaran mengenai keadaan masyarakat pada

mitos yang dahulu pernah hidup dan mereka yakini. Subjek ini dipilih selain

untuk mempelajari tariannya itu sendiri, juga khususnya agar dapat lebih

memahami makna ritual yang terkandung dalam tari Lengger Calung

(21)

C. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah dan menghindari kesalah pahaman dalam

penafsiran, maka diberikan batasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian,

adalah sebagai berikut:

a. Lengger Calung Banyumasan adalah seni tari yang berasal dari desa Rawa

Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap, yang merupakan tari tradisi

rakyat Rawa Jaya yang diwariskan turun temurun dari leluhurnya.

Tarian ini dibagi menjadi empat babak yaitu: (a) babak

Gambyongan/Lenggeran, (b) babak badud, (c) babak kuda calung

(ebeg-ebegan), dan (d) babak yang terakhir babak baladewaan. Uniknya dalam

pagelarannya, tarian ini diiringi oleh Gamelan calung terdiri dari gambang

barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong, tiup, ketipung dan

kendang.

b. Desa Rawa Jaya adalah nama desa yang berada di Kecamatan Bantarsari

Kabupaten Cilacap, tempat dimana penelitian dilaksanakan.

c. Ritual merupakan serangkaian tindakan keagamaan atau magis dengan urutan

yang didasarkan tradisi.

D. Instrumen Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan beberapa instrumen

penelitian. Instrumen penelitian menurut Suryabrata (2008:52), yaitu:

Instumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam pada umumnya secara kuantitatif keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atribut-atribut psikologis itu secara teknik biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Untuk atribut kognitif perangsangnya adalah pertanyaan, sedangkan untuk atribut non kognitif perangsangnya adalah pernyataan.

Instrumen merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data yang

(22)

menyiapkan beberapa panduan diantaranya pedoman observasi, wawancara dan

dokumentasi. Dengan adanya panduan tersebut peneliti akan lebih fokus terhadap

topik pembahasan dimana dengan cara ini peneliti bisa berfokus mengetahui pada

topik penelitian Sugiyono (2013:305), mengungkapkan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.

Adapun instrumen atau alat yang digunakan untuk mendukung

kelancaran berlangsungnya penelitian ini antara lain:

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara adalah kumpulan atau hal pokok yang

menjadikan dasar untuk memberikan petunjuk bagaimana sesuatu yang harus

dilakukan dalam wawancara, sehingga wawancara tersebut dapat

menghasilkan sesuatu hal yang diinginkan. Wawancara dilakukan langsung

kepada narasumber, yaitu (1) Seniman dalam bidang-bidang seni tradisi yang

memberikan informasi tentang seni tari Lengger Calung Banyumasan, yakni

S. Darsono (seniman tari Lengger Calung Banyumasan), Sunardi (seniman

tari Lengger Calung Banyumasan) dan Eja Rosida, S.sen (seniman tari

Lengger Calung Banyumasan), (2) Tokoh masyarakat desa Rawa Jaya, yakni

Sugeng Sanmiharso. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini

menggunakan dua pedoman yaitu wawancara terstruktur (structured

interview) dan wawancara tak berstruktur (unstructured interview). Sugiyono

(23)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.

Selain kepada narasumber, wawancara juga dilakukan kepada

masyarakat guna mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat

mengenai tari Lengger Calung Banyumasan.

b. Pedoman Observasi

Pedoman Observasi adalah kumpulan atau hal pokok yang menjadikan

dasar untuk memberikan petunjuk bagaimana sesuatu yang harus dilakukan

dalam observasi, sehingga observasi yang dilakukan tersebut dapat

menghasilkan suatu hal yang diinginkan. Dari segi pelaksanaan pengumpulan

data, Sugiyono (2013:204) menyatakan bahwa observasi dapat dibedakan

menjadi:

1. Observasi berperanserta (participant observation)

Peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian

2. Observasi non partisipan (non participant observation)

Peneliti hanya mengamati saja sebagai pengamat independen, tidak

terlibat langsung dalam kegiatan yang diteliti.

Selanjutnya dari segi instrumen yang digunakan, Sugiyono (2013:205)

menyatakan bahwa observasi dapat dibedakan menjadi:

1. Observasi terstruktur

Observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang

diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan

(24)

diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen

penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

2. Observasi tidak terstruktur

Observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa

yang akan diobservasi. Hali ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara

pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti

tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa

rambu-rambu pengamatan.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti jika dilihat dari segi proses

pengumpulan data dan segi instrumen yang digunakan adalah observasi

nonpartisipan dan observasi yang tidak berstruktur. Karena peneliti hanya

mengamati saja, tidak terjun langsung sebagai pelaku yang akan diteliti. Selain

itu, instrumen yang digunakan tidak menggunakan instrumen yang baku yaitu

kamera foto dan kamera video karena hasil yang ingin didapat berupa gambar,

rekaman suara dan video. Adapun pedoman observasi serta tabel hasil observasi

akan berada dalam lampiran penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data

yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sumber data yang dipakai sebagai

bahan pembuatan penelitian terdiri dari 2 jenis sumber data, yakni sumber data

primer dan data sekunder, antara lain:

(25)

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari

hasil wawancara langsung dengan narasumber kunci antara lain adalah seniman

tari Lengger calung banyumasan dan tokoh masyarakat desa Rawa Jaya serta hasil

dokumentasi berupa photo dan rekaman tari Lengger calung banyumasan.

2. Sumber data sekunder

Merupakan data yang diambil secara tidak langsung melalui

keterangan-keterangan kepustakaan dari buku-buku, diktat kuliah dan yang lainnya untuk

memperoleh data mengenai teori-teori yang menunjang kegiatan penelitian.

Selanjutnya bisa dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka ada

beberapa teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini, di antaranya:

1. Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan (Nasution, 1988). Para

ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

nyata yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan

menggunakan berbagai alat yang canggih sehingga benda-benda yang sangat

kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa)

dapat diobservasi dengan jelas.

Observasi merupakan suatu cara untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data-data penelitian secara langsung dengan mengamati tari

Lengger Calung Bnayumasan. Observasi awal dilakukan yaitu pada tanggal 11

November 2013 dengan mencari tahu tentang tari Lengger Calung

Banyumasan yang berada di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari. Kemudian

peneliti mengkaji hal apa saja yang dapat diteliti dan dijadikan masalah dalam

sebuah penelitian pada tari Lengger Calung Banyumasan tersebut. Observasi

selanjutnya dilakukan dengan melihat langsung pertunjukan tari Lengger

(26)

peneliti merasa masih kurang lengkap dalam penelitian sebelumnya, maka

diputuskan observasi akhir dilakukan pada tanggal 11 April 2014.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai langkah berikutnya dalam rangka

mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk memecahkan

masalah-masalah dalam penelitian yang tidak dapat ditemukan melalui kegiatan

observasi. Sugiyono (2013:319-320) menyatakan bahwa:

Wawancara terstruktur digunakan bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan

instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistemastis dan lengkap untuk pengumpulan data.

Peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur dikarenakan peneliti

belum mengetahui pasti mengenai informasi yang akan diperoleh, sehingga

menggunakan perdoman waancara yang tidak terstruktur. Hanya berupa

garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Peneliti melakukan

wawancara terhadap Seniman dalam bidang-bidang seni tradisi dan tokoh

masyarakat yang memberikan informasi tentang seni tari Lengger Calung

Banyumasan, yakni:

1. Bapak S. Darsono selaku seniman tari Lengger Calung Banyumasan

sekaligus pimpinan paguyuban Ngesti Laras di desa Rawa Jaya Kecamatan

Bantarsari Kabupaten Cilacap. Bapak S. Darsono dijadikan sebagai

narasumber inti oleh peneliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau,

diperoleh data mengenai latar belakang terciptanya dan penciptaan tari

Lengger Calung Banyumasan beserta ritual dan makna ritual yang terdapat

(27)

2. Bapak Sunardi selaku seniman tari Lengger Calung Banyumasan sekaligus

pimpinan paguyuban Madya laras dan sebagai penata musik tari Lengger

Calung Banyumasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau,

diperoleh data mengenai struktur koreografi, alat musik, tata busana dan

tata rias pada tari Lengger Calung Banyumasan.

3. Bapak Eja Rosida, S.Sen selaku seniman tari Lengger Calung

Banyumasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau, diperoleh data

mengenai ritual dan makna ritual beserta penciptaan tari Lengger Calung

Banyumasan.

4. Bapak Sugeng Sanmiharso selaku tokoh masyarakat desa Rawa Jaya

Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap. berdasarkan hasil wawancara

dengan beliau diperoleh data mengenai awal mula datangnya tari Lengger

Calung Banyumasan ke desa Rawa Jaya.

Peneliti melakukan beberapakali wawancara kepada narasumber.

Wawancara yang peneliti lakukan yakni secara langsung bertatap muka dengan

responden yang dijadikan narasumber primer maupun sekunder. Peneliti

melakukan penelitian dengan wawancara salah satu tokoh seniman tari

Lengger Calung Banyumasan yakni S. Darsono, pada tanggal 11 November

2013 pukul 13.00 s/d 14.30 WITA di rumah narasumber. Pada tanggal 11

November 2013 pukul 15.00 s/d 17.00 WITA melakukan wawancara dengan

seniman tari Lengger Calung Banyumasan yakni Sunardi, di rumah

narasumber.

Pada tanggal 12 November 2013 pukul 13.00 s/d 15.00 WITA peneliti

melakukan wawancara kepada narasumber yakni Eja Rosida, S.sen di rumah

narasumber. Selain melakukan wawancara kepada tokoh seniman tari Lengger

(28)

kepada tokoh masyarakat yakni Sugeng Sanmiharso pada pukul 15.00 s/d

17.00 WITA di rumah narasumber.

Setelah itu peneliti melihat langsung pertunjukan kesenian tari

Lengger Calung Banyumasan pada tanggal 18 Januari 2014. Dari hasil

apresiasi tersebut peneliti mendapatkan data tambahan mengenai tari Lengger

Calung Banyumasan, karena peneliti merasa masih kurang lengkap dalam

penelitian sebelumnya, diputuskan pada tanggal 11 April 2014 peneliti

melakukan penelitian lagi dimulai pada pukul 10.00 s/d 18.00 WITA

melakukan wawancara ulang lagi kepada narasumber yaitu S. Darsono untuk

melengkapi bahan yang merasa kurang lengkap, dan setelah wawancara

dilakukan peneliti mengunjungi Paguyuban Ngesti Laras.

3. Studi Pustaka

Untuk memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian, peneliti

melakukan studi pustaka dengan cara membaca buku-buku referensi, internet,

hasil-hasil penelitian, serta hasil-hasil lain yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti seperti jurnal, koran, majalah dan lain-lain. Beberapa pustaka yang

peneliti gunakan untuk menunjang penulisan karya ilmiah ini di antaranya:

1. Agama dalam Transpormasi Budaya Nusantara pengarang

Kasmahidayat (2010). Buku ini sangat membantu peneliti karena di

dalam buku ini terdapat berbagai penjelasan yang mempermudah

peneliti dalam menganalisis aspek dan makna ritual yang terkandung

dalam tari Lengger Calung Banyumasan.

2. Metode Penelitian Pendidikan pengarang Sugiyono (2013). Buku ini

sangat membantu peneliti untuk menentukan dan menyusun

metode-metode penelitian yang akan digunakan peneliti dalam meneliti

tari Lengger Calung Banyumasan yang kemudian akan dibubuhkan

(29)

3. Calung Saepulloh, Aep dan Supandi, Pandi (1998). Buku ini sangat

membantu peneliti untuk melengkapi teori mengenai instrumen calung,

yang merupakan instrumen musik yang digunakan pada tari Lengger

Calung Banyumasan, kemudian akan dibubuhkan pada hasil penelitian

berupa karya tulis pada bab II.

4. Dokumentasi

Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dapat

dipercaya apabila didukung oleh data dari dokumen-dokumen. Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku baik berbentuk tulisan,

gambar dan karya-karya seseorang lainnya. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa dokumen berupa foto, video struktur pertunjukan tari

Lenger calung Banyumasan dan sertifikat-sertifikat paguyuban Ngesti Laras.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, selanjutnya yang

harus dilakukan adalah menganalisis data. Sugiyono (2013:335) mengemukakan

bahwa:

Analisis data adalah proses mencari, menyusun secara sistemastis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun orang lain.

Analisi data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki

lapangan, selama proses penelitian di lapangan dan setelah selesai penelitian di

(30)

tetapi dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di

lapangan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Adapun proses analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan, yaitu analisis tehadap studi pendahuluan atau data sekunder

yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus

penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

masuk di lapangan.

Penelitian yang dilakukan adalah melihat dan mengamati keberadaan

paguyuban Ngesti Laras di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten

Cilacap. Selanjutnya melakukan Tanya jawab terhadap para seniman tari Lengger

Calung Banyumasan yang dianggap mengetahui tentang kesenian tari Lengger

Calung Banyumasan. Kemudian dari berbagai jawaban, terdapat beberapa hal

menarik untuk diteliti lebih lanjut yaitu mengenai unsur ritual pada tari Lengger

Calung Banyumasan.

2. Analisis selama di lapangan

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013:337) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data

(data display) dan kesimpulan (Conclusion Drawing / Verification).

Bagan 3.1.

Komponen Dalam Analisis Data

(31)

a. Data reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan tentu dalam jumlah banyak, maka dari

itu perlu dicatat secara rinci, teliti dan segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok.

Memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hal pokok

yang diambil dalam penelitian yaitu mengenai struktur pertunjukan dan nilai ritual

tari Lengger Calung Banyumasan. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian Data)

Setelah dilakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data

yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat. Penyajian data secara jelas dan

singkat, akan memudahkan dalam memahami aspek-aspek yang diteliti, baik

secara keseluruhan maupun bagian demi bagian yang selanjutnya data disajikan

dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai dengan data yang didapat.

Data Collection

Data Display

Data Reduction

(32)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya. Penyajian data

bertujuan untuk menyusun informasi yang diperoleh dari peneliti di lapangan

guna menarik kesimpulan mengenai tari Lengger Calung Banyumasan di desa

Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap.

Dalam penyajian data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangulasi

merupakan gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk

mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang

berbeda. Menurut Sugiyono (2010:330) yang menyebutkan bahwa triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti

melakukan pengumpula data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data serta sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber

data.

Terkait dengan penelitian yang dilakukan, menggaris bawahi pengujian

kredibilitas, maka penelitian ini secara garis besar teknik yang digunakan untuk

validasi data adalah triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini adalah data yang

terkumpul dari berbagai metode akan divalidasi oleh beberapa sumber. Pada

penelitian ini peneliti memperoleh data dari berbagai sumber mengenai tari

Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari

Kabupaten Cilacap.

c. Conclusion Drawing / Verification (Kesimpulan)

Langkah terakhir dalam analisis data yaitu membuat kesimpulan atau

conlusion drawing. Kesimpulan akan dianggap kredibel apabila didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten. Kesimpulan yang dicapai merupakan

(33)

gambaran mengenai tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya

Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap.

Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dari data yang tersaji.

Kesimpulan dalam bentuk penelitian kualitatif harus menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011:345).

Adapun data yang dianalisis dan disimpulkan adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana latar belakang terciptanya tari Lengger Calung Banyumasan di

desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap?

b. Bagaimana kegiatan ritual yang dilakukan pada tari Lengger Calung

Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten

Cilacap?

c. Apa makna yang terkandung pada berbagai aspek ritual dalam tari Lengger

Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Tari Lengger Calung Banyumasan adalah kesenian tradisional yang

berasal dari daerah Jawa Tengah yaitu Banyumas, tarian ini sampai sekarang

masih berkembang di daerah Jawa Tengah. Tari Lengger Calung Banyumasan

merupakan salah satu tarian yang berkembang di desa Rawa Jaya Kabupaten

Cilacap. Pada zaman dahulu tahun 1929 Demang Toya Reka merupakan seorang

seniman yang pertama mengembangkan tari Lengger Calung Banyumasan di

daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Banyumas. Dalam mengembangkan tari

Lengger Calung banyumasan ini, Demang Toya Reka telah mengangkat seorang

murid dan kini telah menjadi penerusnya salah satunya adalah Demang Baiman.

Demang Baiman seorang seniman dan selaku penerus dari Demang Toya Reka,

beliau meneruskan pengembangan dan pelestarian tari Lengger Calung

Banyumasan sampai ke daerah Cilacap.

Pada Tahun 1980 tari Lengger Calung Banyumasan telah sampai ke desa

Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari Kabupaten Cilacap. Pada waktu itu Demang

Baiman telah mengangkat dua orang muridyakni Bapak Saman dan Bapak

kasman yang merupakan penduduk asli desa Rawa Jaya. Sebagai pewaris tari

Lenger Calung Banyumasan Bapak Saman dan Bapak Kasan mengembangkan

tari Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya dan telah mengangkat

seorang murid yaitu Bapak S. Darsono. Pada saat ini Bapak Kasan telah

meninggal dunia, sekarang Bapak Saman dengan dibantu oleh salah seorang

muridnya yakni Bapak S. Darsono yang sampai sekarang masih melestarikan dan

mengembangkan tari Lengger Calung banyumasan di desa Rawa Jaya sampai saat

ini.Bapak S. Darsono yang merupakan pewaris tari Lengger Calung Banyumasan

(35)

Tari Lengger Calung Banyumasan ini sangat kental akan ritual dan makna

yang terkandung didalamnya, dari zaman dahulu sampai saat ini tari

LenggerCalung Banyumasanmasih menggunakan serangkaian ritual yang

dijalankan. Pada zaman dahulu tarian ini dipertunjukan sebagai tarian untuk acara

ritual keagamaan pada masa sesudah panen untuk mengungkapkan syukur

masyarakat terhadap Dewi Sri yang telah memberikan rezeki. Sekarang tari

Lengger Calung Banyumasan sudah bertambah fungsinya, yakni untuk sarana

pertunjukan dan tontonan dikarenakan seiring berkembangnya tarian ini dan

banyaknya masyarakat yang mengenal tari Lengger Calung Banyumasan maka

selain untuk upacara ritual keagamaan juga untuk pertunjukan-pertunjukan

tertentu, seperti penyambutan tamu, acara pernikahan, khitanan, acara-acara

penting dan kegiatan lainnya.

Akan tetapi, meskipun tari Lengger Calung Banyumasan sudah bertambah

fungsi menjadi tarian sebagai sarana pertunjukan dan tontonan,serangkaian ritual

yang sudah ada sejak zaman dahulu tidak dilupakan dan masih tetap dijalankan.

Karena masyarakat Jawa meyakini bahwa apabila ritual pada tari Lengger Calung

Banyumasan ditinggalkan maka pelaksanaannya tidak sah dan bahkan akan

menimbulkan bencana. Disini terlihat kecintaan dan kebanggaan masyarakat Jawa

akan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhurnya dan

hingga saat ini telah membuat tari Lengger Calung Banyumasan tetap hidup dan

berkembang dari masa ke masa.

B. Rekomendasi

Dalam rangka melestarikan khasanah budaya Jawa Tengah khususnya tari

Lengger Calung Banyumasan di desa Rawa Jaya Kecamatan Bantarsari

Kabupaten Cilacap yang terus berkembang sampai saat ini, harus tetap menjaga

keaslian dan keutuhan budayanya sebagaimana yang telah diwariskan oleh para

(36)

Pengembangan lambat laun akan menghasilkan suatu perubahan dan

pertambahan, terbukti pada fungsi tari yang pada awalnya hanya untuk upacara

ritual keagamaan, sekarang telahbertambah fungsinya menjadi tarian untuk sarana

pertunjukan dan tontonan. Meskipun fungsinya telah bertambah diharapkan

budaya tari Lengger Calung Banyumasan harus tetap dijaga keasliannya, baik itu

pada pelaksanaan ritual maupun pada pelaksanaan pertunjukan tarinya. Hal ini

merupakan tanggungjawab kita sebagai masyarakat yang berbudaya untuk

melestarikan dan memelihara khasanah budaya yang telah diwariskan secara turun

temurun oleh para leluhur, karena budaya merupakan cermin dari suatu bangsa

dan kita perlu mengetahui, menggali, melestarikannya.

Dengan berakhirnya penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa

saran atau rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Peneliti berharap

rekomendasi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dikemudianhari. Adapun

rekomendasi tersebut peneliti tunjukan kepada:

1. Seniman tari Lengger Calung Banyumasan

Peneliti mengharapkan kepada para seniman tari Lengger Calung

Banyumasan khusunya Paguyuban Ngesti Laras yang dipimpin oleh Bapak S.

Darsonodapat terus melestarikan dan mengembangkan tarian ini dengan

menjaga apa yang telah diwariskan oleh para leluhur secara turun temurun.

2. Generasi Penerus tari Lengger Calung Banyumasan

Jangan pernah malu dengan apa yang kita lakukan, dengan banyak belajar dan

berusaha dengan sungguh-sungguh, apa yang hari ini terlihat buruk akan

menjadi sesuatu yang sangat berguna dan bermanfaat dikemudian hari jika

kita bersungguh-bersungguh melakukannya, termasuk melestarikan tari

Lengger Calung Banyumasan yang merupakan bagian dari kebudayaan Jawa

Tengah.

3. Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Kepada Bapak Ibu Dosen Pendidikan Seni Tari UPI, peneliti berharap dapat

(37)

jurusan Seni Tari yang memiliki bakat yang luar biasa, baik yang berasal dari

kota Bandung maupun dari beberapa kota seluruh indonesia. Semoga Jurusan

Pendidikan Seni Tari dapat mencetak calon pendidik yang benar-benar dapat

mendidik dengan baik dikemudian hari.

Semoga apa yang peneliti harapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan

pertimbangan demi melestarikan seni budaya indonesia, khususnya tari Lengger

(38)

DAFTAR PUSTAKA

a. Sumber Buku

Agus, Bustanuddin. (2006). Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Alwi, Hasan, dkk. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Djuli Pitoyo, Wien Priyanto. (2004). Estetika Tari Gambyong Calung Dalam Kesenian Lengger Di Banyumas. Yogyakarta: UNY

Driyarkara. (1980).Driyarkara Tentang Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Hadi, Sumandiyo. (2005). Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.

Harymawan, RMA. (1988). Dramaturgi. Bandung: CV. Rosda.

Hidayat, Robby. (2005). Wawasan Seni Tari: Pengetahuan Praktis Bagi Guru Seni Tari. Malang : Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra UNM.

Humardani. (1983). Kumpulan Kertas Tentang Tari Surakarta: STSI Press.

Jarwanti, Sony. (2004). Makna Simbolis yang Terkandung dalam Upacara Tedhak Sinten Pada Masyarakat Jawa Yogyakarta. Skripsi Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Jazuli, M. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari.Semarang: IKIP Semarang.

K. M, Saini. (2001). Taksonomi Seni. Bandung: STSI Press Bandung.

Kasmahidayat, Yuliawan. (2010). Agama dalam Transformasi Budaya Nusantara.

Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

(39)

______________. (2002). Pengantar Ilmu antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Kulsum, Kendar Umi. (2006). Kajian Estetika Feminis (Seni Tradisi Lengger). Jakarta: Universitas Indonesia.

Lexy J, Moleong. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Masunah, Juju. (2012). Tari Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Murgiyanto Sal.(1983). Koreografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Jakarta.

Nazir, M. (1988). Metodologi Penelitian. Jakarta Timur: Galia Indonesia.

O’Dea, Thomas. F. (1995). Sosiologi Agama: Suatu Pengenalan Awal.

Terjemahan: Yasogama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saepulloh, Aep dan Supandi, Pandi. (1998). Calung. Bandung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah TK 1 Jawa Barat.

Sartono. (2008). Bahan Ajar Mata Kuliah Pengantar Pengetahuan Kesenian. Palembang: FKIP Universitas PGRI.

Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta: Sinar harapan.

Soedarso. (1990). Tinjauan Seni Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Saku Dayar Sana.

Soedarsono. (1978). Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Yogyakarta: ASTI Yogyakarta.

Sopandi, Atik dkk. (1987). Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Jawa Barat.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

(40)

Sunaryadi. (2000). Lengger “Tradisi dan Transformasi”. Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.

Sunyata, dkk. (1996). Fungsi, Kedudukan, dan Struktur Cerita Rakyat Jawa Barat. Jakarta: Depdikbud.

Suryabrata, Sumadi. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Supardjan, N dan I Gusti Ngurah Supartha. (1982). Pengantar Seni tari. Jakarta: Depdikbud

Winarno Surachmad. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Winick, Ch. (1958). Dictionary of Anthropology. Littlefield: Adas & Co.

b. Sumber Lain dari Internet

Wardhana .(1960). Makna Indhang. [Online]. Tersedia:

http://eprints.uny.ac.id/432/1/Makna_Indhang_artikel.pdf[21Maret 2011]

Suwandono. (1984). Jurnal Panggung. [Online]. Tersedia: http://penerbitan.stsi-bdg.ac.id/jurnalpanggung/panggung_volume_21_no_3/4_risnawati/4_ris nawati/search/searchtext.xml

Tersedia: http://www.isi-dps.ac.id/berita/kebudayaan-sebagai-identitas-masyarakat-banyumas diunggah pada hari senin tanggal 14 April 2014

Referensi

Dokumen terkait

Selama penyimpanan viabilitas benih rosela (Hibiscus sabdariffa L) sangat. dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban

Viabilitas Benih Wijen Lokal (Sesanum indicum L) Setelah Kriopreservasi dan Penyimpanan Pada Suhu Rendah (-40 0 C).. Pemanfaatan Teknik Kriopreservasi Dalam Penyimpanan

- Kecambah yang bentuk cacad, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang lain, plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok,

Pendanaan Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi adalah skema pendanaan yang diberikan kepada inovasi teknologi yang berpotensi komersial dari lingkungan

JURUSAN IPA

Gambar 5 menunjukkan Activity diagram latihan soal, saat pengguna memilih menu latihan soal secara otomatis aplikasi akan meminta data dari server dengan cara parsing XML

Predictors: (Constant), TQM_MS, Managerial Skill, Total Quality Management. Dependent Variable: Kinerja

Faktor-faktor yang memungkinkan untuk digunakan oleh perusahaan dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan agar dapat meningkatkan produktifitas kerja karyawan,