MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA
PELAJARAN IPA KELAS V
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
ANI ROSMINI
1009040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
========================================================== ========
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA
PELAJARAN IPA KELAS V
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2013-2014)
Oleh
ANI ROSMINI
1009040
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
©
ANI ROSMINI2014
Universitas Pendidikan IndonesiaJANUARI 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Abstrak
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN IPA KELAS V
Oleh: Ani Rosmini
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan Model Pembelajaran Interaktif pada Mata Pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran,Motivasi belajar dan Hasil belajar siswa. Model Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis S, MC Toggar R (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action),
observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus.Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Rancamalang 3, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung tahun pelajaran 2013/2014. Sumber atau Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes,dokumentasi, dan kuisioner. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara rekan Guru, Siswa, Peneliti dan melibatkan Kepala Sekolah. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa :(1) Dalam Proses pembelajaran
Memberikan kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran.(2) Motivasi belajar siswa meningkat setelah pembelajaran IPA menggunakan Model Pembelajaran Interaktif. Siswa saling berebut mengemukakan informasi (apa yang mereka ketahui) tentang materi pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan.(3) Hasil belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok. Pada siklus I nilai rata-rata kelompok sebesar 6.5 pada tes awal 4.83 dan nilai rata-rata tes akhir 7,0. Pada siklus II nilai rata-rata kelompok 9.5 pada tes awal 6.75 dan rata-rata tes akhir 8,3. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dapat digunakan pada Penelitian Tindakan kelas.
Abstract
Increasing the kind of classroom interactive learning students in science subjects a vAni rosmini
by:Research is aimed to implement the interactive learning in science subjects by working groups as of a correction and increase in learning process, the study and the study the student.The act of using a study conducted by the research follow procedure based on the principle of kemmis s, mc toggar r ( 1988 ) includes planning ( planning ), an act ( action ), observation ( observation ) reflection ( reflection ) or evaluation.The activity was held at the iterative siklus.subyek research is a grade student of elementary schools rancamalang 3 margaasih sub-district, bandung regency lesson 2013 - in 2014.Perfidiously or engineering data is by observation, tests, documentation, and kuisioner.The research conducted by ways of collaborating Fellow teachers, students, researchers and involving a schoolmistress.Research result indicates that: ( 1 ) in learning process giving the teacher to repair and improve the quality of learning appropriated for the purpose, the material, the characteristic of a student, and the lesson. ( 2 ) the learned lesson science student increase the use of the interactive learning.Each student to give information ( what they know about the human and material relation to food and health care. ( 3 ) the learned lesson after experiencing rising student interactive by working groups.In a group i mean value of 6.5 on a pre-test 4.83 and average value of final tests 7,0.The second cycle of the 9.5 average in a pre-test 6.75 and the final test 8.3.Based on the value of the acquired students may conclude that an interactive learning by working groups can be used in the research The class.
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ………. i
UCAPAN TERIMA KASIH ……… ii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL ……… vii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Rumusan Penelitian ……… 5
C. Tujuan Penelitian ……… 5
D. Manfaat Penelitian ………... 6
E. Definisi Operasional ………7
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian pustaka ……… 10
1. Hakekat Belajar, Pembelajaran, dan Motivasi Belajar ……… 10
1). Hakekat Belajar ………..……..10
2). Hakekat Pembelajaran ……… 15
3). Hakekat Motivasi Belajar ……….. 17
2. Metode Pembelajaran Interaktif ………... 21
1). Pengertian model pembelajaran ………... 21
2). Metode Pembelajaran Interaktif ………... 22
3). Hakikat Pembelajaran IPA Kelas V ……….. 26
4). Konsep Alat Pencernaan Makanan Pada Manusia ……… 28
C. Hipotesis Tindakan ………. 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tentang Kondisi Sekolah ……… 48
1. Pelaksanaan Metode Pembelajaran Interaktif dalam pembelajaran terhadap aktivitas guru dan siswa ……… 73
3. Respon siswa terhadap pembelajaran Metode Pembelajaran Interaktif
……… 77
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………. 78
1). Perencanaan ……….. 78
2). Pelaksanaan ……….. 79
3). Hasil Belajar ……….. 79
B. Rekomendasi ………. 80
DAFTAR PUSTAKA ……… 82 LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru Sekolah Dasar, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru adalah orang yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat bersaing di Era Globalisasi sekarang ini.
Guru Sekolah Dasar dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi.
Setiap hari Guru menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya.Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu :
1. Pengoganisasian Materi Pembelajaran
2. Penyampaian Materi Pelajaran
Jika Guru berhadapan dengan metode apa yang digunakan dan media pembelajaran apa yang sesuai dengan materi yang disampaikan. 3. Pengelolaan Kelas
Jika Guru menginginkan kerja kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif.
Berdasarkan pernyataan diatas, kurikulum berbasis KTSP Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik sehingga mereka menjadi tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran IPA.
Disamping itu kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu :
1. Belajar untuk mengetahui (learning to know), 2. Belajar dengan melakukan (learning to do),
3. Belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan 4. Belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
membutuhkan pengertian dari guru terutama dalam memberikan materi pelajaran IPA sesuai dengan kenyataan alam yang ada disekitarnya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa kelas 5 di SDN
Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung yang
dipaparkan pada tabel berikut.
Tabel 1.1
Nilai Rapor untuk Mata Pelajaran IPA Kelas V Tahun Pelajaran 2010/2011 sampai dengan 2012/2013 SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih
Kabupaten Bandung
Tahun Ajaran Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-Rata
2010/2011 6,34 3,78 5,06
2011/2012 7,26 4,26 5,76
2012/2013 6,82 3,96 5,39
Rendahnya perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA di SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung menunjukkan adanya indikasi terhadap rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa motivasi belajar siswa tidak seperti yang diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi dengan segera.
cenderung membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru sebelum proses belajar dan mengajar berlangsung, bisa pula dilakukan saat berlangsungnya proses belajar-mengajar, terutama bila kondisi bealajar sudah menurun. Beberapa prinsip mengajar yang penting ialah motivasi anak dalam menerima pembelajaran dari guru sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
Motivasi hendaknya tidak dianggap persyaratan mutlak kegiatan belajar, lebih baik motivasi dianggap sebagai kemauan biasa untuk memasuki situasi belajar. Kegiatan tidak perlu ditunda sampai ada motivasi yang tepat untuk belajar, strategi mengajar yang paling baik barangkali sudah menghiraukan ada atau tidaknya motivasi, tetapi memusatkan perhatian pada penyampaian bahan pelajaran dengan cara yang begitu rupa sehingga motivasi siswa dapat dikembangkan dan diperkuat dengan selama proses belajar.
Berkenaan dengan hal itu peneliti menyadari sepenuhnya masalah-masalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran, serimgkali guru merasa bingung menentukan model pembelajaran atau metode mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Gambaran ideal tentang siswa yang cerdas, aktif, kreaif dan mempunyai minat yang besar dalam mempelajari materi pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes yang dilakukan tidak terwujud. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa kurang aktif dalam setiap kegiatan, tidak berani bertanya, kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru, kurang bersemangat dalam mempelajari materi pembelajaran IPA serta hasil tes yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui pada perilaku siswa yang mencerminkan keberhasilan pembelajaran.
menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan Observasi (Penyelidikan). peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran IPA dengan
menggunakan Model Pembelajaran Interaktif, serta peningkatan efektifitas
pembelajaran IPA yakni waktu-belajar efektif, keterampilan proses, dan hasil
belajar penguasaan konsep siswa. Dengan demikian, diharapkan Motivasi
Belajar siswa meningkat, kritis dan aktif serta meningkatkan kemampuan guru dalam merefleksi diri terhadap kinerja yang telah dilakukannya, sehingga dapat melakukan perubahan dan perbaikan kualitas pembelajaran dan mengelola proses pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa di kelas 5. B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses aktivitas belajar siswa Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA?
2. Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA ?
3. Bagaimana hasil belajar siswa Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA?
C. Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan proses aktifitas belajar siswa Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA
3. Meningkatkan Hasil belajar siswa Kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung melalui Model Pembelajaran Interaktif pada mata pelajaran IPA
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Dengan Metode Pembelajaran Interaktif memberikan pengalaman baru
dan diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya.
Siswa memiliki kesadaran bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka
mengembangkan potensi dirinya, karena itu keberhasilan pembelajaran
sangat ditentukan oleh siswa. Disamping itu, melalui penelitian ini siswa
terlatih untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah dan
siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional,
dengan Metode Pembelajaran Interaktif menjadi alternative pembelajaran
IPA untuk meningkatkan prestasi siswa. Memberikan kesadaran guru untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan
dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran. Guru
mempunyai kemampuan dalam merancang Metode Pembelajaran Interaktif
yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam
pembelajaran IPA. Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan
siswa dan memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa
juga meningkat, sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna,
dapat memperkaya pengalaman guru dalam melakukan perbaikan dan
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri atas kinerjanya
melalui PTK.
3. Bagi Kepala Sekolah
penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya
meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi
belajar siswa serta perlunya kerjasama yang baik antar guru dan antara guru
dengan kepala sekolah.
4. Bagi Peneliti
Penelitan ini Merupakan sebagai gambaran dan acuan untuk
memotivasi Siswa dalam belajar, memperkaya model pembalajaran yang
bervariatif Dan melalui Metode pembelajaran Interaktif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. ”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti ”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan
sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal
dengan ilmu pengetahuan alam (IPA). Dalam proses pendidikan, tidak
terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama
dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan
perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa
belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan
pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai
sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh
dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan
keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
2. Motivasi belajar
Penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah proses
internal yang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
“Motivasi ada dua macam yaitu motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut motivasi ekstrinsik ”(Djamarah S.B, 1997:223).
3. Model Pembelajaran Interaktif
Model ini sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model pembelajaran ini dirancang agar siswa bertanya dan kemudian menemukan jawaban dari pertanyaan mereka sendiri.
4. Pembelajaran IPA SD
* Merupakan upaya guru dalam membelajarkan siswa melalui penerapan
berbagai model pembelajaran yang dipandang sesuai dengan karakteristik
siswa SD
* Merupakan belajar melalui pengalaman langsung (learning by doing) Daur belajar siswa SD harus mendorong berpikir ilmiah pada diri anak : (1) Eksplorasi, merupakan pengembangan kemampuan observasi ilmiah melalui penginderaan secara langsung; (2) Generalisasi, penarikan kesimpulan dari beberapa informasi (pengalaman belajar) hasil observasi ilmiah; (3) Deduksi, merupakan aplikasi konsep dari hasil generalisasi pada situasi yang baru.
Tujuan mata pelajaran IPA yang tercantum dalam KTSP 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan , memperoleh keyakinan atas kebesaran Tuhan, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA, mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara lingkungan alam, meningkatkan kesadaran menghargai alam.
6. Metode Penelitian
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan
oleh pelaku pendidikan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran.
PTK harus dilaksanakan oleh guru untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan.
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan
Kelas memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan
motovasi pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.
Pihak yang yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar
mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna
yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan
kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya mengukur tingkat
keberhasilan.
Menurut Suyanto (Bektiarso,1997) Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif
adalah penelitian tindakan yang melibatkan beberapa pihak yaitu guru, Kepala
Sekolah, peneliti, dan siswa, dengan tujuan untuk meningkatkan praktek
pembelajaran, menyumbangkan pada perkembangan teori, dan peningkatan
karir guru.
Kunandar (1997:44-45) mengemukakan bahwa :
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian tindakan (Action Research)yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama denagn orang lain(Kolaborasi) dengan jalan merancanag, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifasif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (Treatment) tertentu dalam suatu siklus.
berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi antara peneliti dengan guru.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Pelaksanaa
Perencanaan
Siklus I
PengamatanRefleksi
Refleksi dari Siklus I
Perencanaan
Siklus II
PengamatanRefleksi Gambar 3.1
Planner. Deakin. Deakin University: Australia
B. Prosedur Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas lima di SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung pada Semester 1 (ganjil) Tahun Pelajaran 2013/2014. Dibawah ini peta lokasi penelitian :
Gambar 3.2 :
(Sumber : Gogle Maps, Nov 2013 : 20.15)
Sekolah Halaman / Lapangan Upacara
Ruang Guru Kelas Kelas Kelas Kelas dilanjutkan pelaksanan tindakan dan diakhiri dengan penyusunan laporan hasil penelitian komposisi jumlah siswa perempuan sebanyak 11 orang dan jumlah siswa laki-laki sebanyak 13 orang. Untuk mengetahui mengapa hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan, dan memotivasi belajar siswa tentu guru perlu merefleksi diri memperbaiki proses pembelajaran di kelas untuk dapat mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA.
Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, maka penelitian
melakukan pembelajaran melalui pola Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas dua siklus kegiatan, dan satu siklus kegiatan terdiri dari satu kali pertemuan, masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1). Tahap Persiapan
(1). Permintaan izin penelitian kepada kepala sekolah selaku pimpinan SDN Rancamalang 3, Kecamtan Margaasih, kabupaten Bandung. (2). Menentukan kelas yang akan digunakan dalam penelitian yaitu
b. Menyiapkan instrumen (pedoman observasi, tes akhir) c. Menyusun hasil belajar siswa
d. Merencanakan tugas kelompok berupa kuisioner
(5). Menyiapkan RP dengan menggunakan Model Pembelajaran Interaktif dalam pembelajaran IPA pada materi pokok makanan dan kesehatan, gangguan pada pencernaan manusia yang sesuai dengan indikator- indikator pada RPP baik siklus I maupun siklus II
2). Tahap Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain :
b. Menerapkan Model Pembelajaran Interaktif dengan membagi siswa kedalam 6 kelompok , setiap kelompok berjumlah 4 orang (anak diusahakan untuk bertanya dan menemukan jawabannya)
c. Melaksanakan prosedur pembelajaran Makanan dan kesehatan dengan menggunakan model pembelajaran interaktif
d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan
e. Menganalisis data hasil belajar yang diperoleh dari hasil observasi f. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala
saat melakukan tahap tindakan
g. Peneliti berdiskusi dengan observer mengenai proses dan hasil pembelajaran materi makanan dan kesehatan untuk merencanakan tindakan perbaikan pada tahap selanjutnya
h. Melakukan kegiatan refleksi siklus I untuk memperbaiki dan merancang pembelajran makanan dan kesehatan dengan menggunakan model pembelajaran interaktif untuk pelaksanaan siklus II.
Secara lebih rinci pelaksanaan tindakan untuk setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Siklus I
Pada siklus pertama ini Model permbelajaran interaktif dengan
Diskusi Kelompok memiliki beberapa langkah :
1) Persiapan; sebelum pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa
untuk membaca materi yang akan dibahas; guru memberi
pengarahan; menerangkan dan membagi kelompok untuk
meperlihatkan gambar berupa A. anak yang kurang gizi Dan B
anak yang sehat, serta gambar orang berpenyakit gondok dan alat
yang di bawa seperti : susu, mie goreng dan Nasi goreng, serta
2).Kegiatan Penerapan; pada saat pembelajaran memberikan
pertnyaan tentang apa yang akan kamu rasakan bila tidak makan
selam 2 hari? siswa lain mempersiapkan jawaban dengan cara
besrdiskusi dengan teman yang lain.
3). Pertanyaan siswa diarahkan guru sekitar materi ‘Makanan Dan
Kesehatan dan juga gannguan pada pencernaan’.
4) Penyelidikan; guru dan siswa memilih pertanyaan yang benar-benar
tidak dipahami untuk dieksplorasi lebih jauh.
5).Refleksi; pada pertemuan berikutnya dikelas dibahas hasil
penyelidikan mereka; dilakukan perbandingan antara contoh makan
yang bersih dan makanan yang tidak bersih dan juga makanan yang
seimbang sehari-hari. Untuk memantapkan pemahaman materi;
pada akhir kegiatan; guru memberi tugas kepada siswa berupa
lembar kerja siswa (LKS)
b. Siklus II
1). Perencanaan (planning)
• Hasil refleksi dievaluasi; didiskusikan; dan mencari upaya
perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
• Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat
Pembelajaran.
• Merancang perbaikan 2 berdasarkan refleksi siklus 1.
2). Tindakan (action)
• Melakukan analiss pemecahan masalah
• Melaksanakan tindakan perbaikan 2 dengan memaksmalkan
penerapan mdel pembelajaran interaktf dengan membagi
kelompok dan mempersiapkan pertanyaan dengan jawaban
sendir
• Melakukan pengamatan terhadap penerapan model
pembelajaran interaktif dengan membagi kelompok dan
Mempersiapkan pertanyaan dengan jawaban sendiri
• Mencatat perubahan yang terjadi • Menilai hasil tindakan.
4). Refleksi (reflection)
• Merefleksikan proses pembelajaran interaktif dengan
membagi kelompok dan mempersiapkan pertanyaan
Dengan jawaban sendiri .
Diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus 1.
Dari tahap kegiatan pada siklus I dan II; hasil yang
diharapkan adalah:
• Siswa memiliki kemampuan dan kreativitas serta aktif
terlibat dalam proses pembelajaran IPA.
• Terjadi peningkatan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA.
3). Tahap Observasi
Observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru dan untuk mengamati tingkah laku siswa ketika mengikuti pembelajran IPA yang menerapkan pendekatan Model Pembelajaran Interaktif.
(1). Untuk Peneliti
membimbing siswa dalam mengembangkan dan menyajikan hasil kelompok, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil kelompok.
Tabel 3.1
Panduan Lembar Observasi Pelaksanaan Tindakan Kelas Akivitas Guru
No Aspek Yang diamati
Nilai Profil
1 2 3 4
I. Tahap Pendahulan / Kemampuan membuka Pelajaran
1. Mengkondisikan siswa
2. Memberikan informasi tentang tujuan pembelajran
3. Melakukan kegiatan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan yang ada hubungan dengan materi
4. Memotivasi siswa dengan mnampilkan gambar penyakit gondok
1. Tahap pertama Persiapan :
Guru dan kelas memilih topik dan menemukan informasi yang melatarbelakanginya.Memperlihatkan media pembelajaran
2. Tahap Kegiatan penjelajahan: Lebih melibatkan siswa pada topic
yang sedang dibahas. memberikan penjelasan tentang konsep, membagi siswa menjadi kelompok
3. Tahap Pertanyaan anak:
Saat kelas mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas menuliskan hipotesis yang dibuat oleh siswa berdasarkan perkiraan jawaban siswa
memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempersentasikan hasil diskusinya
4. Tahap Penyelidikan:
Guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi, selama
5. Tahap Refleksi:
Melakukan evaluasi untuk
memantapkan hal-hal yang terbukti dan memisahkan hal-hal yang masih perlu diperbaiki. membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
memberikan penguatan dan
penghargaan kepada kelompok yang memiliki kinerja paling bagus III. Kemampuan Penutup Pelajaran
1.Meninjau kembali atau menyimpulkan materi kompetensi yang diajarkan 2. memberikan kesempatan bertanya 3. Mengerjakan lembar evaluasi
4.Menginformasikan,materi ajar berikutnya
Jumlah Rata-rata
Keterangan :
Sangat Baik --- à Nilainya 4, Baik --- à Nilainya 3 Cukup --- à Nilainya 2 Kurang --- à Nilainya 1
(2). Untuk Siswa
NILAI 1 : Jika Satu Deskriptor Tampak
NILAI 0 : Jika Deskriptor Tidak Tampak Sama Sekali Catatan Observer :
4). Tahap Refleksi (Reflection)
(1). Merefleksi proses pebelajaran interaktif dengan kerja kelompok (2). Merefleksi hasil belajar siswa dengan penerapan Model
Pembelajaran Interaktif dengan kerja kelompok (3). Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian
(4). Rekomendasi 4. Instrumen Penelitian
1). Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumenter. Teknik observasi digunakan untuk menggali berbagai kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang berkaitan dengan sistem yang berlangsung pada proses pembelajaran di kelas. Jadi observasi dipakai untuk menggali data yang terlihat, terdengar, atau terasakan dimana kesemuanya dipandang sebagai suatu hamparan kenyataan (Stuart, 1977) yang mungkin saja diangkat sebagai aspek penting terkait dengan sistem pembelajaran di sekolah. Teknik wawancara mendalam (in depth interview) digunakan
untuk menggali apa yang ada di dalam proses pembelajarannya baik bagi guru maupun bagi siswa. Sedangkan dokumenter digunakan untuk menggali data yang bersifat dokumen.
2). Analisis Data
presentase selanjutnya dimaknai dengan analisis kualitatif.(Supardi,
2006:131). Ketika pengumpulan data berlangsung, penelitian akan dengan
sendirinya terlibat melakukan perbandingan-perbandingan dalam rangka memperkaya data bagi tujuan konseptual, kategori dan teorisasi. Reduksi data dilakukan untuk memastikan data terkumpul dengan selengkap mungkin untuk kemudian dipilah-pilahkan ke dalam suatu konsep tertentu, kategori tertentu, atau tema tertentu (Muhajir, 1989). Untuk menghitung nilai rata-rata dari setiap tes yang dilaksanakan pada setiap siklus sebagai perolehan dari hasil belajaran dengan menggunakan rumus:
X = ∑ = nilai rata-rata,
∑ = Jumlah nilai seluruh siswa
N = Banyaknya siswa yang ikut tes (Sudjana, 2002,67)
Kategori yang peneliti maksud adalah skala yang digunakan untuk dapat memasukkan data sehingga data tersebut dapat dianalisis untuk memudahkan dalam data kuantitatif. Indikator yang dimaksud adalah seperti contoh berikut ini :
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel deskriptif presentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut :
Tabel 3.3
Presentase Nilai dan Kategori
Dir Dirjen Dikti Depdikbud (1980)
Setelah mendapatkan data dan dianalisis maka data tersebut bisa dibaca secara deskriptif untuk memudahkan dalam membaca laporan hasil penelitian tindakan kelas.
No Nilai Presentase Kategori
1 > 9 > 90 % Baik Sekali
2 7.0 – 8.9 70 – 89 % Baik 3 5.0 – 6.9 50 – 69 % Cukup 4 3.0 – 4.9 30 – 49 % Kurang
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penggunaan Model Pembalajaran Interaktif dalam pembelajaran IPA pada materi Pencernaan manusia sub pokok bahasan makanan dan kesehatan serta gangguan pada pencernaan di kelas V SDN Rancamalang 3 Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Penulis mempunyai kesimpulan dan saran-saran bagi pihak yang terkait.
Dengan pengembangan melalui Model Pembelajaran Interaktif, guru mempunyai pengalaman baru dalam penggunaan metode, sehingga dapat dilaksanakan di sekolah secara bervariatif dan berkesinambungan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran materi makanan dan kesehatan serta gangguan pada pencernaan dengan Model Pembelajaran Interaktif sudah berjalan dengan baik, terbukti dengan adanya kerjasama didalam kelompoknya masing-masing dan memotivasi siswa dalam belajar menjadi meningkat terutama pada pembelajaran IPA, antusias siswa dalam mengungkapkan jawaban juga memberikan gagasan dan ide yang baik.
Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah yang peneliti lakukan, masih dapat dilakukan pembelajaran dengan media yang terbatas pula, sehingga penggunaan media pada materi Makanan dan Kesehatan serta Gangguan pada Pencernaan dibawa oleh siswa sesuai pembagian kelompok dan masing-masing tugasnya. Sehingga terlaksana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak mengurangi aktivitas siswa dalam belajar.
1). Perencanaan
di kelas V , dengan seringnya menggunakan pertanyaan yang dicari sendiri sesuai dengan materi yang diberikan juga mencari jawaban sendiri pula, siswa menjadi aktif baik secara individu maupun dalam kelompoknya. Sehinggaa suasana dalam pembelajaran dan belajar menjadi tidak jenuh siswa menjadi antusias dalam setiap pertanyaan yang diajukan dan ingin menjawabnya. Hasil belajar siswa pun menjadi meningkat.
2). Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V masih sangat banyak yang belum dipahami oleh siswa , dalam hal ini peneliti mengembangkan Model Pembelajaran Interaktif melalui kerja kelompok yang dibatasi oleh kelebihan dari metode ini pertanyaan dalam pembelajaran difokuskan kepada siswa dan siswa sendiri yang mencari jawabannya. Di SDN Rancamalang 3 di kelas V tentang materi makanan dan kesehatan siswa belum termotivasi dengan materi yang diberikan, sesuai dengan hasil belajar siswa pada Bab I rata-rata nilai siswa masih dibawah KKM, dengan pelaksanaan siklus I dan siklus II siswa dapat termotivasi dengan hasil nilai yang lebih baik dan mencapai nilai KKM yang diinginkan.
3). Hasil Belajar
menjadi 8,3 telah melebihi dari KKM. secara umum nilai prestasi belajar siswa setelah menggunakan Model Pembelajaran Interaktif mengalami peningkatan.
B. Rekomendasi
Dari hasil penelitian dengan menggunakan Model Pembelajaran Interaktif
yang telah dilakukan mempunyai pengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa juga menjadi dorongan guru untuk lebih bervariatif dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Rancamalang 3 Kabupaten Bandung. Adapun beberapa saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Guru akan kreatif akan selalu memberikan inovasi dalam setiap pembelajarannya, salah satunya dengan mempelajari metode yang dapat diterapkan dalam setiap pengajarannya. Model pembelajaran yang digunakan mampu membuat siswa lebih aktif dalam pembelajarannya yang tidak hanya terpusat pada satu arah. Guru tidak hanya menggunakan metode ceramah namun dapat menggabungkan dengan model lain yang menunjang sehingga prestasi belajar siswa lebih baik. Dan fasilitas yang mneunjang diperlukan untuk mendukung setiap pembelajaran.
2. Bagi Kepala Sekolah
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini membatasi diri pada PTK belum mengungkap keberhasilan yang berarti, namun Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Interaktif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Ani Rosmini, 2014
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Ipa
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (1994). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja RoMadrasah Ibtidaiyah (MI)akarya. Bandung.
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Azmiyawati, Choiril dkk. 2008. IPA 5 Salingtemas. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Gagne, R.M (1985). The Conditions of Learning Theory of instruction (4th Edition). New York : Holt, Rinehart and Winston.
Hasibuan, J.J, Mudjiono (1988), Proses Belajar Mengajar. CV. Remaja Karya. Bandung.
Hendro Darmodjo, Kaligis, J R E. (1991/1992). Pendidikan IPA II, Hal 7-11 Depdikbud Dirjen Dikti, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan
http://carabelajarcepat.com/
http://rafyberbagy.blogspot.com/ Diposkan 15th December 2012 oleh Rafy Zaldy http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html
http://nandasetiawanrock.blogspot.com/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://tipskesehatan.web.id/wp-content/uploads/2012/06/Gizi-Buruk.jpg
Irwanto, dkk (1991). Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kemmis, S. dan MC. Toggart.R. (Ed.1988). TheAction Resesarch Planner. Deakin. Deakin University: Australia
Lemlit-UT, (2003). Jurnal Pendidikan Volume 4, nomor 2. Pusat Studi Lembaga Penelitian Universitas Terbuka.
Lena Wulandari, S.Pd : Skripsi Tahun 2011 ( Mahasiswa UPI tahun 2006)
Ani Rosmini, 2014
Muchtar, dkk. 2004. Fenomena Sains.Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kelas 5 SD. Jakarta: Yudistira.
Mulyasa,F. (2005) Menjadi Guru Profesional : Memciptakan Pembaelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Madrasah Ibtidaiyah (MI) Karya. Bandung
Poedjiadi,A. (1991). Pendidikan Sains dan Teknologi di Masa yang akan datang.
Disampaikan pada Seminar Puskur Balitbang Dikbud, Jakarta.
Poedjiadi,A. (1991). Mewujudkan LiterasiSains dan Teknologi Melalui Pendidikan, hal 4-6.. Disampaikan pada Seminar FPMIPA IKIP-Bandung. Slavin, RE.(1994). Educational Psychology : Theory and Practice. Masschusetts:
Allyn and Bacon Publisher.
Slavin, RE.(1994). Educational Psychology : Theory Research and Practice. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon.
Sobry Sutikno, (2004). Model Pembelajaran Interaksi Sosial, Pembelajaran Efektif dan Retorika. NTP Press. Mataram
Sumber : Gogle Maps, Nov 2013 : 20.15
Sumber: Djumhana (2011) –Perkuliahan Konsep Pembelajaran IPA di SD. UPI Sutarno, N. (2004). Materi Dan Pembelajaran IPA MADRASAH IBTIDAIYAH
(MI). Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Tating, Rachman. 2003. Alam Sahabatku. Ilmu Pengetahuan Alam. Untuk kelas 5 SD. Jakarta: Yudistira.