• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK DENGAN MENGGUNAKAN KPSP (KUISIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN): Studi Deskriptif pada anak-anak TK A di Kec. Ciranjang Kab. Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK DENGAN MENGGUNAKAN KPSP (KUISIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN): Studi Deskriptif pada anak-anak TK A di Kec. Ciranjang Kab. Cianjur."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK

DENGAN MENGGUNAKAN KPSP

(KUISIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN)

(Studi Deskriptif pada anak-anak TK A di Kec. Ciranjang Kab. Cianjur)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

NENENG SUSANTI 1007932

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

(2)

DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK DENGAN MENGGUNAKAN KPSP

(KUISIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN)

Oleh Neneng Susanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memenuhi gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Neneng Susanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

DETEKSI DINI MASALAH PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK DENGAN MENGGUNAKAN KPSP (KUISIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN). Di Indonesia jumlah balita 10% dari jumlah penduduk, di mana prevelensi (rata-rata)

gangguan perkembangan adalah 10% sehingga deteksi dini masalah perkembangan anak pada usia dini sangat penting supaya masalah ataupun penyimpangan perkembangan bisa terdeteksi sedini mungkin sehingga stimulasi ataupun intervensi bisa segera diberikan. Ada beberapa alat yang bisa digunakan untuk deteksi dini perkembangan anak, salah satunya adalah KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan), yang merupakan sebuah instrumen baku yang dikeluarkan oleh

DEPKES RI, yang sudah biasa digunakan dii lingkungan kesehatan namun belum begitu dikenal di lingkungan pendidikan, sehingga penulis tertarik untuk melihat bagaimana penerapan KPSP tersebut di lingkungan TK. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran hasil deteksi dini perkembangan anak TK A dii kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur dengan menggunakan KPSP. Populasi pada penelitian ini adalah anak-anak TK A usia

empat sampai lima tahun yang ada di wilayah kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur, dan KPSP yang digunakan adalah KPSP umur 48 bulan, KPSP umur 54 bulan, dan KPSP umur 60 bulan. Hasil penelitian menunjukan perkembangan anak TK A dii kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur adalah 25,6% anak yang memiliki kemungkinan adanya penyimpangan perkembangan (P), 20,9% anak yang memiliki kemungkinan perkembangan yang meragukan (M), dan 53,5% anakmemiliki

perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya (S).Kesimpulan dari penelitian ini adalahbahwa KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) bisa dijadikan sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak di TK karena terbukti bisa menjaring anak yang mengalami masalah perkembangan dan juga bisa

dilakukan oleh guru yang terlatih.

(6)

Early Developmental Problems of Kindergarten Children

Using KPSP (Pre-Screening Questionnaire Development)

Neneng Susanti, Ali Nugraha, and Nur Faizah

Romadhona

Abstrak.

In Indonesia toddler number are 10% from population, which developmental disorder prevalence was 10%, so early detection is very importantfor hildre ’s develop e tal pro le s do, i order pro le or develop e tal disorders can be detected as early as possible so that stimulation or intervention

can be given immediately.

There are several tools that can be used for early detection of child development problems, one way is to use KPSP, which is standard instrument that issued by the department of health that was used in healthcare environment, however little known in educational environment, so I interested to see how the application of the KPSP in kindergarten environment.

Design research uses descriptive method. That aims to provide an overview of the results of early dete tio of ki dergarte ’s child development at Ciranjang by using KPSP. The population in this study is a kindergarten child class A in Ciranjang region, KPSP that used are KPSP age 48 months, KPSP age 54 months, and KPSP age 60 months. The results show the development of kindergarten children in Ciranjang is 25,6% have the possibility of irregularities, 20,9% of children have possible development dubious, and 53,5% of children have a developmental that according

(7)

The conclusion of this study is that KPSP can be used as a means of early detection of child development problems because can children encompass proven experiencing development problems and can also be done by a trained teacher.

Key words: Early Detection, Children Development, KPSP (Pre-Screening

(8)

DAFTAR ISI

a. Perkembangan fisik motorik anak ...9

b. Perkembangan Kognitif dan bahasa ...11

c. Perkembangan sosial ...13

b. Perkembangan kognitif dan bahasa ...17

c. Perkembangan sosial ...19

C.DeteksiDiniTumbuhKembangAnak ...20

(9)

2. Tekhnik/alat deteksi dini tumbuh kembang anak ...20

a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan ...21

b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan ...21

c. Deteksi dini penyimpangan masalah mental emosional ...22

3. Kuisioner Pra Skrining Perkembangan ...22

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil ...31

1. Penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini perkembangan anak TK di kecamatan Ciranjang kabupaten cianjur ...31

a. Pelatihan penerapan KPSP ...31

b. Penerapan KPSP ...33

2. Hasil penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur ...36

a. Perkembangan motorik kasar ...47

b. Perkembangan motorik halus ...49

c. Perkembangan bicara dan bahasa...51

d. Perkembangan sosialisasi dan kemandirian ...53

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Pelatihan

Gambar.2 Penerapan KPSP di TK Kemala Bhayangkari Gambar.3 Penerapan KPSP di TK Gapura Cipta

(11)

DAFTAR TABEL

3.1 Sebaranpopulasianak TK Adi kecamatanCiranjang kabupaten Cianjur ...25 3.2 Kisi-kisi instrumen Observasi Penerapan KPSP ...27 4.1 Hasil Penerapan KPSP Umur 48 bulan pada TK A di

kecamatan Ciranjang kabupaten Cianju ...37 4.2 HasilPenerapan KPSP Umur 54 bulan pada Anak TK A di

kecamatan Ciranjang ...37 4.3 Hasil Penerapan KPSP Umur 60 bulan pada anak TK A di

kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur ...38 4.4HasilPenerapan KPSP pada anak TK A di kecamatan Ciranjang

kabupaten Cianjur ...39 4.5 Perkembangan Motorik Kasar anak TK A di kecamatan Ciranjang

kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2013-2014 ...48 4.6 Perkembangan Motorik Halus anak TK A di kecamatan Ciranjang

kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2013-2014 ...50 4.7 Perkembangan Bicara dan bahasa anak TK A di kecamatan Ciranjang

kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2013-2014 ...52 4.8 Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian anak TK A di kecamatan

(12)

DAFTAR GRAFIK

4.1 HasilPenerapan KPSP pada TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten

Cianjur ...40

4.2 Perkembangan Motorik Kasar Anak ...49

4.3 Perkembangan Motorik Halus Anak ...51

4.4 Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak ...53

(13)
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah

Direktorat PAUD, 2005 dalam Yamin ( 2010: 1), menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Hal tersebut menegaskan bahwa rentang usia anak usia dini (sejak lahir sampai usia enam tahun) merupakan masa-masa penting untuk menerapkan berbagai stimulus pendidikan. Penerapan stimulus pendidikan ini, bertujuan untuk membantu perkembangan anak secara maksimal, baik perkembangan jasmani maupun rohaninya agar kepekaan dan sensitifitas di rentang usia dini ini lebih tajam dan terarah.

Kaitan dengan hal di atas, Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menekankan bahwa PAUD hendaknya memiliki hakekat pendidikan sebagai fasilitator untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(15)

hendaknya senantiasa memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara seksama, serius dan bersungguh-sungguh (Dewi, TT: V).

Masalah ataupun penyimpangan perkembangan anak hendaknya bisa terdeteksi sedini mungkin untuk kemudian bisa diberikan stimulasi ataupun intervensi yang tepat. Hal tersebut dikarenakan masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak (Yamin, 2010: 4). Itu berarti semua pihak perlu memahami akan pentingnya masa usia dini bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

Masa peka itu sendiri adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar pertama untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotorik, bahasa, sosio-emosional, dan spiritual (Wahyudin dan Agustin, 2011: 6). Selanjutnya, masa peka dari setiap anak akan berbeda satu sama lain karena hal tersebut sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing anak. Untuk itu, stimulasi yang harus diberikan kepada anakpun harus berbeda sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Pada dasarnya, tiap-tiap tahap perkembangan memiliki potensi gangguan perkembangan berbeda-beda, tergantung pada tugas perkembangan yang diemban pada masing-masing usia. Sedangkan gangguan perkembangan yang banyak muncul pada masa anak usia TK antara lain gangguan bicara, gangguan berbahasa, keterbelakangan mental, autis, lambat belajar, gangguan pemusatan perhatian. Selain itu, pada usia anak TK dimana aktivitas anak semakin tinggi dengan kegiatan bermainnya, maka sangat tinggi pula kemungkinan terjadinya kelelahan atau kecelakaan yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan motorik.

(16)

PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations) dengan perkiraan anak yang memiliki kecenderungan menyimpang mencapai paling sedikit 10% dapat menjadi rujukan yang kuat. Apalagi perkiraan tersebut menyatakan bahwa ke-10% itu dialami oleh anak usia prasekolah dan sekolah. Dengan asumsi tersebut, maka di Indonesia dengan jumlah anak sekolah (5-14 tahun) sebesar 46 juta anak, diperkirakan ada kurang lebih 4,6 juta anak yang mengalami masalah tumbuh kembang ataupun berkebutuhan khusus. Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan ada 351.000 anak berkebutuhan khusus di bawah lima tahun (College of Educators Indonesia).

Gangguan kemampuan berbahasa juga menjadi masalah yang banyak dijumpai pada anak usia dini. Padahal Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensorimotor, psikologis, emosi dan lingkungan di sekitar anak. Menurut NCHS (dalam Soetjiningsih,1994: 237), berdasarkan atas laporan orangtua (di luar gangguan pendengaran dan celah pada palatum) diperkirakan gangguan bicara dan bahasa pada anak usia TK adalah sekitar 4-5%.

Masalah perkembangan anak yang umumnya terlihat adalah anak yang belum bisa berbicara sesuai dengan usianya, anak yang tidak mau lepas dari ibunya, anak pemarah, dan anak yang hanya fokus pada dirinya sendiri. Adapun masalah perkembangan tersebut cenderung sangat terlihat, sehingga anak dengan masalah perkembangan lainnya belum diketahui secara pasti.

(17)

perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan juga.

Selain itu, masa anak juga merupakan dasar pembentukan fisik dan kepribadian pada masa berikutnya. Dengan kata lain, masa anak merupakan “masa emas” mempersiapkan seorang individu menghadapi tuntutan zaman sesuai potensinya. Jika terjadi gangguan perkembangan, apapun bentuknya, deteksi dini merupakan kunci penting keberhasilan program intervensi yang dilakukan. Semakin dini gangguan perkembangan terdeteksi, semakin tinggi pula kemungkinan tercapainya tujuan intervensi atau koreksi atas gangguan yang terjadi (Ayuningsih, TT:104).

Ada beberapa alat yang bisa digunakan dalam melakukan deteksi dini penyimpanganperkembangan anak, diantaranya adalah Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), Tes Daya Lihat (TDL), dan Tes Daya Dengar (TDD). Untuk melakukan deteksi dini penyimpangan mental emosional digunakan Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan, Ceklis autis anak prasekolah (Cheklist for Autism in Toddlers/CHAT) bagi anak umur 18 bulan sampai 36 bulan, dan Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated

Conner Rating Scale bagi anak umur 36 bulan keatas (Rusmil, 2010: 70).

Di kecamatan Cianjang, tidak terdapat data yang spesifik mengenai angka pasti dari anak yang mempunyai masalah perkembangan, namun berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru yang ada di setiap TK yang ada di kecamatan Ciranjang, maka didapat data bahwa terdapat setidaknya 3 orang anak pada setiap TK yang sudah terdeteksi mengalami masalah perkembangan.

(18)

deteksi yang sudah valid. Sehingga, penggunaan alat deteksi seperti yang disebutkan pada latar belakang di atas menjadi suatu hal yang menarik bagi penulis.

Kelas A sendiri dipilih untuk menjadi subjek penelitian karena berdasarkan hasil penelitian awal ditemukan bahwa anak-anak kelas A lebih berpotensi memiliki masalah perkembangan, dimana hampir semua anak kelas A berasal dari rumah tangga sehingga masih sedikit anak yang telah mendapatkan stimulasi yang optimal. Hal tersebut berbeda dengan kelas B yang sebagian besar anak-anaknya adalah berasal dari kelas A, sehingga anak sudah banyak yang telah mendapatkan stimulasi dari gurunya.

Selanjutnya, KPSP dipilih sebagai alat yang akan digunakan dalam penelitian ini. Alasan dari pemilihan KPSP adalah karena KPSP adalah salah satu alat deteksi dini yang sudah baku yang dikeluarkan oleh Depkes, dimana validasinya sudah teruji, dan KPSP itu sendiri sudah banyak dipergunakan untuk melakukan deteksi dini perkembangan anak di lingkungan kesehatan ataupun kader-kader posyandu.

Untuk mengetahui bagaimana penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak di TK, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Deteksi Dini Masalah Perkembangan Anak Taman Kanak-kanak dengan menggunakan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan). (Studi deskriptif pada anak-anak TK A di Kec. Ciranjang kabupaten Cianjur)”.

B.Rumusan Masalah

(19)

perkembangan anak Taman Kanak-kanak di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur?.

Secara rinci, rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penerapan KPSP yang digunakan sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur?

2. Bagaimanakah hasil dari penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur?

C.Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran penerapan deteksi dini masalah perkembangan anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur dengan menggunakan KPSP.

2. Mengetahui hasil dari penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak TK di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur.

D.Manfaat Penelitian

(20)

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya mengenai penggunaan KPSP sebagai salah satu alat yang bisa digunakan dalam melakukan deteksi dini masalah perkembangan anak TK.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, orang tua, dan praktisi pendidikan lainnya dalam bidang PAUD sebagai bahan masukan dalam melakukan deteksi dini masalah perkembangan anak TK, yaitu dengan menggunakan KPSP.

E.Struktur Organisasi

BAB I.Pendahuluan

Bab Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau signifikansi penelitian BAB II. Kajian Pustaka

Bab Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoretik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis (bagi penelitian yang membutuhkan hipotesis).

BAB III. Metode Penelitian

Metode penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen di dalamnya.

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari dua hal utama, yakni: a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan

dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian. b. Pembahasan atau analisis temuan

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Taman Kanak-kanak di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak TK kelompok A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 87 orang anak. Data keseluruhan dan persebaran anak TK A di kecamatan Ciranjang tertuang pada tabel sebagai berikut

Tabel 3.1

Sebaran populasi anak TK A

di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur

NO NAMA TK JUMLAH ANAK

1 TKN Pembina 15

2 TK Kemala Bhayangkari 8 21

3 TK Gapura Cipta 8

4 TK Anugrah 13

5 TK Alfasalam 30

(23)

B.Desain Penelitian

Desain penelitian yang akan dilakukan dirancang dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data belaka (Hatimah, 2007: 95).

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat gambaran dari penggunaan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak-anak TK A di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur, tahun pelajaran 2013/2014.

Yang menjadi populasi penelitian adalah guru-guru dan anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur. Adapun dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan instrumen KPSP yang sudah tersedia untuk diberikan kepada guru-guru TK di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur yang dipilih, sedangkan untuk melihat bagaimana penerapan dari KPSP sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak, peneliti menggunakan lembar observasi dan studi dokumentasi.

C.Metode Penelitian

(24)

D.Instrumen Penelitian

Menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam pola prosedur penelitian. Instrumen berfungsi sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data yang diperlukan (Hatimah, 2007: 183).

1. Instrumen Penerapan Deteksi Dini Dengan Menggunakan KPSP

Instrumen untuk mengungkap bagaimana deteksi dini dengan menggunakan KPSP dilakukan disusun dalam bentuk lembar observasi. Penyusunan observasi dilakukan meliputi aspek (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) pengolahan hasil berdasarkan petunjuk pedoman penggunaan KPSP (DEPKES RI, 2010: 48).

Dari ketiga aspek tersebut dikembangkan menjadi beberapa indikator yang kemudian dikembangkan dalam bentuk item pertanyaan.

Berikut kisi-kisi instrumen penerapan deteksi dini dengan menggunakan KPSP.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Observasi Penerapan KPSP

No Dimensi Indikator No Item

1. Perencanaan a. Pengguna instrumen KPSP

b. Alat/instrumen yang digunakan

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

2, Pelaksanaan a. Kategori anak yang diberi KPSP

b. KPSP yang digunakan c. Penggunaan KPSP

8, 9, 10, 11, 12

(25)

Hasil b. Intervensi

2. Instrumen KPSP

Instrumen untuk mengetahui hasil dari KPSP itu sendiri adalah dengan menggunakan kuisioner yaitu KPSP (Kuisioner Pra Skrimg Perkembangan) yang sudah tersedia. Instrumen ini terdiri dari 9perintah/pertanyaan dalam KPSP umur 48 bulan, 10 perintah/pertanyaan dalam KPSP umur 54 bulan, dan 10 perintah/pertanyaan dalam KPSP umur 60 bulan.

Instrumen KPSP ini adalah sebuah instrumen baku yang dibuat oleh DEPKES RI, yang sudah biasa digunakan di lingkungan dinas kesehatan. Dan karena instrumen KPSP tersebut adalah instrumen baku maka tidak perlu dilakukan validasi dan realibilitas.

Instrumen ini diberikan kepada guru yang diinstruksikan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen tersebut dengan cara memilih salah satu alternatif pertanyaan yang tersedia, yaitu YA atau TIDAK.

Adapun lembar dari instrumen KPSP itu sendiri terdapat pada lembar lampiran di belakang.

E.Teknik Pengumpulan Data

Menurut Musfiqon (2012: 115), data penelitian merupakan informasi tentang suatu kenyataan atau fenomena empiris yang berupa angka atau pernyataan, dan salah satu tahapan penelitian adalah proses pengumpulan data.

(26)

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan, kemudian mengelompokan ke dalam pola. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah induksi analitik, artinya setelah data mengenai penerapan KPSP terkumpul, maka peneliti langsung mengolahnya dengan melakukan penafsiran dan analisis secara kritis untuk kemudian menarik kesimpulan secara bertahap dan melakukan pembahasan, sehingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Proses penyusunan tersebut disebut analisis data. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 129).

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah membuat rangkuman temuan penelitian berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti. Dengan adanya penyajian data, maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga dapat memudahkan dalam memahami gambaran keseluruhan aspek-aspek yang diteliti.

3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

(27)

atau sementara. Oleh karena itu, kesimpulan senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk menjaga tingkat kepercayaan penelitian.

Langkah terakhir dalam analisis data adalah peneliti melakukan penafsiran atau interprestasi terhadap data yang telah dideskrifsikan dan membandingkannya dengan teori-teori yang relevan agar data-data tersebut memiliki makna.

G.Definisi Operasional

1. Deteksi Dini

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah, sehingga stimulasi maupun intervensi akan lebih mudah dilakukan dan bisa segera diberikan.

2. Perkembangan Anak TK

Perkembangan merupakan perubahan individu ke arah yang lebih sempurna, yang terjadi semenjak terjadinya proses terbentuknya individu tersebut sampai akhir hayatnya yang berlangsung secara terus menerus dan memiliki kecenderungan mengikuti pola-pola tertentu. Ada empat jenis perkembangan, yaitu; 1) perkembangan aspek fisik-motorik, 2) perkembangan aspek kognitif, 3) perkembangan aspek bahasa, dan 4) perkembangan aspek sosial.

3. KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)

(28)
(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hasil dari penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat deteksi dini dalam menjaring anak TK yang mengalami masalah perkembangan di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur.. Penyajian data hasil penelitian berkenaan dengan : 1) KPSP (Penerapan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat deteksi dini perkembangan anak Taman Kanak-kanak di Kecamatan Ciranjang, 2) Hasil dari penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak.

A.Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan langkah-langkah pengolahan data, hasil penelitian digambarkan sebagai berikut:

1. Penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) Sebagai Alat

Deteksi Dini Masalah Perkembangan Anak TK A di Kecamatan

Ciranjang Kabupaten Cianjur

Penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini perkembangan anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur dimulai dengan diadakannya pelatihan tentang cara penggunaannya yang kemudian dilanjutkan dengan penerapan dari KPSP itu sendiri pada anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur.

a. Pelatihan Penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)

(30)

Pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2013, bertempat di ruang kelas SDN Karangsari Kecamatan Ciranjang dan dilakukan oleh seorang petugas kesehatan yang bertugas sebagai bidan desa bernama Titin Fatimah.

Pelatihan itu sendiri diberikan kepada guru-guru TK yang ada di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur yang sebelumnya sudah terlebih dahulu diundang. Peserta kegiatan sebanyak 10 orang yang masing-masing merupakan perwakilan dari setiap TK sebanyak dua orang dari lima TK yang ada di kecamatan Ciranjang.

Adapun materi yang diberikan secara garis besar, meliputi: 1) Perkembangan anak usia 4-5 tahun

2) Masalah perkembangan anak 3) KPSP

4) Pedoman penggunaan KPSP 5) Stimulasi dan Intervensi

Maksud dari diadakannya pelatihan tersebut adalah untuk memberikan informasi kepada para guru yang sebelumnya belum mengenal KPSP, tentang apa yang dimaksud dengan KPSP itu sendiri dan tata cara penggunaannya.

(31)

Untuk melihat sejauh mana pengetahuan dan kemampuan yang didapat peserta, pelatih melakukan simulasi dimana setiap peserta mempraktekkan bagaimana cara penggunaan KPSP sesuai dengan panduan. Dan kegiatan simulasi dimulai dengan setiap peserta diharuskan untuk menghitung umur anak untuk selanjutnya menentukan KPSP yang tepat sesuai dengan umur anak. Peserta pelatihan dianggap sudah paham dan mampu menggunakan KPSP jika peserta pelatihan berhasil melakukan penghitungan umur anak dan pemilihan KPSP yang sesuai dengan umur anak dengan tepat.

Selanjutnya peserta pelatihan melakukan simulasi untuk melakukan deteksi dini perkembangan anak dengan menggunakan KPSP, dan peserta pelatihan dianggap sudah paham dan mampu menggunakan KPSP jika guru bisa menginterpretasikan setiap pertanyaan yang ada dalam KPSP dengan benar, sesuai dengan panduan.

b. Penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)

Setelah melaksanakan pelatihan, tahapan selanjutnya dari penerapan KPSP adalah penerapannya pada anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur. Penerapan KPSP itu sendiri terdiri dari dari tiga tahapan yaitu; 1) tahap perencanaan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap pengolahan hasil. Dan berdasarkan observasi, didapatkan data sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Pada tahapan ini rata-rata guru melakukan hal yang sama yaitu menghitung umur anak menurut bulan, mempersiapkan KPSP yang sesuai dengan umur anak, dan juga mempersiapkan alat-alat bantu pemeriksaan.

(32)

rinci, hasil penghitungan umur anak menurut bulan yang didapat adalah sebagai berikut:

a) TK Bhayangkari

Dari total jumlah anak TK A yang ada di TK Kemala Bhayangkari yaitu sebanyak 21 orang anak, pada bulan Oktober-Desember 2013, anak yang bisa diberikan KPSP umur 48 bulan tidak ada, anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan adalah sebanyak satu orang, dan anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan adalah sebanyak 8 orang anak.

b) TK Gapura Cipta

Dari total jumlah anak TK A yang ada di TK gapura Cipta yaitu sebanyak delapan orang anak, pada bulan Oktober-Desember 2013, anak yang bisa diberikan KPSP umur 48 bulan tidak ada, anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan tidak ada, dan anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan adalah sebanyak lima orang anak.

c) TK Pembina

Dari total jumlah anak TK A yang ada di TK Pembina sebanyak 15 orang anak, pada bulan Oktober-Desember 2013, anak yang bisa diberikan KPSP umur 48 bulan sebanyak dua orang anak, anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan adalah sebanyak tiga orang, dan anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan adalah sebanyak lima orang.

d) TK Al-Fassalam

(33)

e) TK Anugerah

Dari total jumlah anak TK A yang ada di TK Anugerah sebanyak 13 orang anak, , pada bulan Oktober-Desember 2013, anak yang bisa diberikan KPSP umur 48 bulan tidak ada, anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan tidak ada, dan anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan adalah sebanyak empat orang.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan ini guru melaksanakan perintah ataupun mengajukan pertanyaan yang ada pada lembar KPSP sesuai dengan umur anak. Terdapat sedikit perbedaan dari cara pelaksanaan penggunaan KPSP tersebut, dimana perbedaan tersebut lebih kepada bagaimana cara guru menginterpretasikan perintah/pertanyaan yang ada dalam lembar KPSP kepada anak.

Hal tersebut bisa dilihat dari bagaimana sebagian guru melakukan penilaian terhadap perkembangan anak dengan menggunakan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan), ada yang kesemua perintah/pertanyaan diberikan secara individual, namun ada juga yang memberikan perintah yang ada dalam lembar KPSP secara bersama-sama khususnya untuk perintah pada perkembangan motorik kasar, dimana guru melaksanakannya pada saat kegiatan olahraga.

Namun pada akhirnya, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri pada dasarnya guru melakukan penilaian secara individual.

Kemudian, semua guru mengajukan perintah/pertanyaan yang ada dalam KPSP secara berurutan, dimana perintah/pertanyaan selanjutnya diberikan kepada anak setelah anak selesai menjawab atau menyelesaikan perintah/pertanyaan terdahulu.

(34)

intinya guru memberikan perintah/pertanyaan kepada anak sesuai dengan yang ada dalam lembar KPSP.

Sebagian besar guru bisa langsung mengisi lembar KPSP sesuai dengan perintah/pertanyaan yang diselesaikan anak, namun adapula yang mengalami kesulitan dimana anak yang akan dideteksinya tersebut tidak bisa bekerjasama dengan baik sehingga guru harus menangguhkan deteksi pada hari tersebut dan mengulanginya kembali pada hari berikutnya.

3) Tahap Pengolahan Hasil

Pada tahapan ini setiap guru yang sedang melakukan deteksi dini perkembangan anak dengan menggunakan KPSP menghitung seluruh jumlah jawaban YA untuk mengetahui skor keseluruhan dari setiap tugas perkembangan yang sudah bisa diselesaikan dengan baik oleh anak yang bersangkutan.

Skor yang didapatkan oleh setiap anak merupakan hasil dari deteksi dini yang dilakukan dimana jumlah skor tersebut mengkategorikan anak ke dalam kategori: anak dengan perkembangan yang sesuai (S), anak dengan kemungkinan perkembangan meragukan (M), atau anak dengan kemungkinan adanya penyimpangan (P).

Selanjutnya, berdasarkan hasil KPSP tersebut guru bisa menentukan intervensi dan stimulasi yang cocok untuk anak yang memiliki perkembangan meragukan.

2. Hasil penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai

alat deteksi dini perkembangan anak-anak TK A di Kecamatan Ciranjang

a. Umur 48 bulan

(35)

TK A dengan umur 48 bulan atau empat tahun di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur bisa menjaring sebanyak dua orang anak yang memiliki kemungkinan ada penyimpangan(P), dan satu orang anak dengan perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

Tabel 4.1

Hasil Penerapan KPSP Umur 48 bulan Pada Anak TK A di Kecamatan Ciranjang

NO NAMA ANAK TOTAL SKOR KETERANGAN

1 IS 9 Sesuai Perkembangan

2 AA 6 Ada Penyimpangan

3 ON 5 Ada Penyimpangan

b. Umur 54 bulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) yang diterapkan pada anak-anak TK A dengan umur 54 bulan di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur bisa menjaring sebanyak tiga orang anak yang memiliki kemungkinan adanya penyimpangan perkembangan (P), dua orang anak dengan perkembangan yang meragukan (M), dan dua orang anak dengan perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

Tabel 4.2

Hasil Penerapan KPSP Umur 54 Bulan Pada Anak TK A di Kecamatan Ciranjang

(36)

1 RA 4 Ada Penyimpangan

2 IN 7 Meragukan

3 AND 4 Ada Penyimpangan

4 MA 2 Ada Penyimpangan

5 S 7 Meragukan

6 APR 9 Sesuai Perkembangan

7 I 9 Sesuai Perkembangan

c. Umur 60 bulan

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan data bahwa KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) yang diterapkan pada anak-anak TK A dengan umur 60 bulan di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur bisa menjaring sebanyak enam orang anak yang memiliki kemungkinan adanya penyimpangan perkembangan (P), tujuh orang anak dengan perkembangan yang meragukan (M), dan dua puluh orang anak dengan perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

Tabel 4.3

Hasil Penerapan KPSP Umur 60 Bulan Pada Anak TK A di Kecamatan Ciranjang

NO NAMA ANAK TOTAL SKOR KETERANGAN

1. RR 10 Sesuai Perkembangan

2. JR 7 Meragukan

3. RS 7 Meragukan

4. SSR 9 Sesuai Perkembangan

5. M 9 Sesuai Perkembangan

6. CM 4 Ada Penyimpangan

7. APA 10 Sesuai Perkembangan

(37)

9. APR 10 Sesuai Perkembangan

10. LF 10 Sesuai Perkembangan

11. NWF 9 Sesuai Perkembangan

12. HS 10 Sesuai Perkembangan

13. DAP 7 Meragukan

14. RM 8 Meragukan

15. P 3 Ada Penyimpangan

16. DA 10 Sesuai Perkembangan

17. IS 5 Ada Penyimpangan

18. IN 5 Ada Penyimpangan

19. SK 6 Ada Penyimpangan

20. RF 10 Sesuai Perkembangan

21. NFS 9 Sesuai Perkembangan

22. SK 10 Sesuai Perkembangan

23. BN 10 Sesuai Perkembangan

24. MI 9 Sesuai Perkembangan

25. MFSK 10 Sesuai perkembangan

26. ASPK 10 Sesuai Perkembangan

27. MFAA 10 Sesuai Perkembangan

28. VR 8 Meragukan

29. MRAS 8 Meragukan

30. DY 10 Sesuai Perkembangan

31. M 4 Ada Penyimpangan

32. K 7 Meragukan

33. A 10 Sesuai Perkembangan

(38)

orang anak TK A di kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur yang bisa dideteksi dengan menggunakan KPSP, terdapat sebanyak 11 orang anak atau 25,6% orang anak dengan kemungkinan adanya penyimpangan (P), sebanyak sembilan orang anak atau 20,9% orang anak dengan kemungkinan perkembangan yang meragukan (M), dan sebanyak 23 orang anak atau 53,5% anak dengan perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya (S).

Tabel 4.4

Hasil Penerapan KPSP (Kuisiner Pra Skrining Perkembangan) Pada Anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur

Hasil Deteksi Dini Jumlah Anak Presentase

Ada Penyimpangan (P) 11 25,6

Meragukan (M) 9 20,9

Sesuai Perkembangan (S) 23 53,5

TOTAL 43 100

(39)

Grafik 4.1

Hasil Penerapan KPSP pada anak TK A di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

Data tersebut di atas, diambil dari hasil penerapan KPSP yang dilakukan di lima TK yang ada di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur. Adapun data dari tiap TK adalah sebagai berikut:

a. TK Kemala Bhayangkari

1) Anak dengan umur 48 bulan

Tidak ditemukan anak dengan umur 48 bulan. 2) Anak dengan umur 54 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan di TK Kemala Bhayangkari adalah sebanyak seorang anak dengan nilai skor dua, yang berarti anak memiliki kemungkinan adanya penyimpangan (P). Adapun perintah dalam KPSP yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik adalah dua dalam perkembangan motorik kasar, dua dalam perkembangan motorik halus, dua dalam perkembangan bicara dan bahasa, dan dua dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

P

25.6%

M

20.9%

S

53.5%

(40)

3) Anak dengan umur 60 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan di TK Kemala Bhayangkari adalah sebanyak delapan orang anak, dengan hasil penilaian KPSP sebagai berikut:

a) Ada Penyimpangan (P)

Satu orang anak memiliki kemungkinan penyimpangan (P), yaitu anak dengan nilai skor empat. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan adalah tiga dalam perkembangan bicara dan bahasa, dua dalam perkembangan motorik kasar, dan satu dalam perkembangan motorik halus. b) Meragukan (M)

Dua orang anak memiliki kemungkinan perkembangan yang meragukan (M), yaitu anak dengan nilai skor masing-masing tujuh. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan berbeda., anak yang satu tidak berhasil melakukan satu perintah dalam perkembangan bahasa, satu dalam perkembangan motorik halus, dan satu dalam perkembangan sosial dan kemandirian. Sedangkan satu orang anak yang lainnya tidak berhasil melakukan tiga perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa.

c) Perkembangan Sesuai (S)

(41)

b. TK Gapura Cipta

1) Anak dengan umur 48 bulan

Tidak terdapat anak dengan umur 48 bulan.

2) Anak dengan umur 54 bulan

Tidak terdapat anak dengan umur 54 bulan.

3) Anak dengan umur 60 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan adalah sebanyak lima orang, dengan hasil penilaian KPSP yaitu:

a) Ada penyimpangan (P)

Tidak ditemukan anak dengan kemungkinan adanya penyimpangan (P). b) Meragukan (M)

Satu orang anak memiliki kemungkinan perkembangan yang meragukan (M), yaitu dengan nilai skor tujuh. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan adalah satu perintah dalam perkembangan motorik kasar, dan dua perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

c) Sesuai Perkembangan (S)

Empat orang anakmemiliki perkembangan sesuai dengan tahap perkembangannya (S), dengan nilai skor sembilan dan sepuluh. Ada satu orang anak dengan nilai skor sembilan, yang itu berarti bahwa anak tersebut belum mampu melaksanakan semua perintah yang ada dalam lembar KPSP, walaupun anak tersebut masuk ke dalam kategori anak yang perkembangannya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan adalah dalam perkembangan motorik kasar.

c. TK Pembina

1) Anak dengan umur 48 bulan

(42)

a) Ada Penyimpangan (P)

Satu orang anak yang memiliki kemungkinan adanya penyimpangan (P), dengan nilai skor enam dari sembilan item perintah/pertanyaan. Adapun perintah KPSP yang tidak bisa dilaksanakan adalah satu perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, dan dua perintah dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

b) Meragukan (M)

Tidak ditemukan anak dengan perkembangan meragukan (M). c) Perkembangan Sesuai (S)

Tidak terdapat anak dengan perkembangan yang sesuai (S). 2) Anak dengan umur 54 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan di TK Pembina adalah sebanyak tiga orang anak, dengan hasil penilaian KPSP yaitu:

a) Ada Penyimpangan (P)

dua orang anak yang mempunyai kemungkinan adanya penyimpangan (P), yaitu dengan nilai skor enam dari 10 perintah/pertanyaan. Seorang anak tidak bisa melaksanakan satu perintah dalam perkembangann motorik halus, tiga perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, dan dua perintah dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

Sedangkan seorang anak lainnya tidak bisa melaksanakan satu perintah dalam perkembangan motorik kasar, dua perintah dalam perkembangan motorik halus, satu perintah dalam perkembangan bahasa dan bicara, dan dua perintah dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

b) Meragukan (M)

(43)

dalam perkembangan motorik kasar, satu perintah dalam perkembangan motorik halus, dan satu perintah dalam perkembangan bahasa dan bicara. c) Perkembangan Sesuai (S)

Tidak ditemukan anak dengan perkembangan yang sesuai (S)

3) Anak dengan umur 60 bulan

Anak yang bisa diberikkan KPSP umur 60 bulan di TK Pembina adalah sebanyak lima orang anak, dengan hasil penilaian KPSP yaitu:

a) Ada Penyimpangan

Tiga orang anak memiliki kemungkinan ada penyimpangan (P), yaitu satu orang anak dengan nilai skor tiga, dimana anak tersebut tidak berhasil melakukan tiga perintah yang ada dalam KPSP dalam perkembangan bicara dan bahasa, dua perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian, dan dua perintah dalam perkembangan motorik kasar. Sedangkan dua orang anak lainnya dengan nilai skor lima, namun dengan dalam perkembangan yang berbeda, dimana satu orang anak tidak berhasil melaksanakan tiga perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, satu perintah dalam perkembangan motorik halus, dan satu perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian. Dan satu orang anak lainnya tidak berhasil melakukan dua perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, satu perintah dalam perkembangan motorik halus, dan dua perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

b) Meragukan (M)

Satu orang anak memiliki kemungkinan perkembangan meragukan (M), dengan nilai skor delapan. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan adalah satu perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, dan satu perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

(44)

Satu orang anak lainnya memiliki perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya (S), yaitu anak dengan nilai skor 10.

d. TK Al-fassalam

1) Anak dengan umur 48 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 48 bulan di TK Al-Fassalam adalah sebanyak satu orang dengan hasil:

a) Ada Penyimpangan (P)

Satu orang anak dengan nilai skor lima dari sembilan item perintah/pertanyaan. Adapun perintah yang tidak bisa dilaksanakan oleh anak adalah satu perintah dalam perkembangan motorik kasar, satu perintah dalam perkembangan motorik halus, satu perintah dalamperkembangan bicara dan bahasa, dan sau perintah dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

b) Meragukan (M)

Tidak ditemukan anak dengan perkembangan meragukan (M). c). Perkembangan Sesuai (S)

Tidak ditemukan anak dengan perkembangan yang sesuai (S). 2) Anak dengan umur 54 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 54 bulan di TK Al-Fassalm adalah sebanyak tiga orang, yaitu:

a) Ada Penyimpangan (P)

Tidak ditemukan anak dengan kemungkinan adanya penyimpangan (P). b) Meragukan (M)

(45)

c) Perkembangan Sesuai (S)

Dua orang anak memiliki perkembangan yang sesuai (S), namun dengan nilai skor masing-masing sembilan, yang itu berarti bahwa masih ada perintah dalam KPSP yang tidak bisa dilaksanakan oleh anak.

Satu orang anak tidak bisa melaksanakan satu perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa. Dan satu orang anak lainnya tidak bisa melaksanakan satu perintah dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

3) Anak dengan umur 60 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan di TK Al-Fassalam adalah sebanyak 11 orang anak, dengan hasil penilaian KPSP yaitu:

a) Ada Penyimpangan (P)

Satu orang anak memiliki kemungkinan ada penyimpangan perkembangan (P), yaitu anak dengan nilai skor enam. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan adalah satu perintah dalam perkembangan motorik kasar, dan tiga perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

b) Meragukan (M)

Dua orang anak memiliki kemungkinan perkembangan meragukan (M), yaitu anak dengan nilai skor masing-masing delapan. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan oleh anak yang satu adalah dua perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian. Dan satu orang anak yang lainnya tidak berhasil melakukan satu perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa dan satu perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

c) Perkembangan Sesuai (S)

(46)

orang dan anak dengan nilai skor sepuluh sebanyak enam orang. Ada dua orang anak dengan nialai skor sembilan yang itu berarti bahwa kedua orang anak tersebut belum mampu melaksanakan semua perintah yang ada dalam lembar KPSP. Perintah yang tidak berhasil dilakukan tersebut oleh anak yang satu adalah perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, dan seorang anak lainnya belum bisa melaksanakan satu perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

e. TK Anugerah

1) Anak dengan umur 48 bulan

Tidak terdapat anak dengan umur 48 bulan.

2) Anak dengan umur 54 bulan

Tidak terdapat anak dengan umur 54 bulan. 3) Anak dengan umur 60 bulan

Anak yang bisa diberikan KPSP umur 60 bulan di TK Anugerah adalah sebanyak lima orang anak, dengan hasil penilaian KPSP yaitu:

a) Ada Penyimpangan (P)

Satu orang anak memiliki kemungkinan ada penyimpangan perkembangan (P), yaitu anak dengan nilai skor empat. Adapun perintah dalam KPSP yang tidak berhasil dilakukan adalah satu perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa, satu perintah dalam perkembangan motorik halus, dua perintah dalam perkembangan motorik kasar, dan dua perintah dalam perkembangan sosial dan kemandirian.

b) Meragukan (M)

(47)

c) Perkembangan Sesuai (S)

Dua orang anakmemiliki perkembangan yang sesuai dengan tahap perkembangannya, yaitu anak dengan nilai skor 10.

Sedangkan berdasarkan masalah perkembangan yang ditemui menurut jenis keterlambatan yaitu; gerak/motorik kasar, gerak/motorik halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian, maka diperoleh data sebagai berikut:

a. Perkembangan Motorik Kasar

1) Umur 48 bulan

Perkembangan motorik kasar yang ada dalam KPSP umur 48 bulan terdiri dari tiga perintah/pertanyaan, yaitu pada item nomor satu, tiga, dan empat. Anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melaksanakan dua atau tiga perintah yang ada dalam KPSP. Dan berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka diperoleh data bahwa semua anak sudah mampu melaksanakan perintah dalam KPSP.

2) Umur 54 bulan

Perkembangan motorik kasar yang ada dalam KPSP umur 54 bulan terdiri dari satu perintah/pertanyaan,yaitu pada item nomor tujuh. Anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan perintah yang ada dalam KPSP. Dan berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka diperoleh data ada sebanyak dua orang anak yang belum mampu melaksanakan peintah dalam KPSP.

3) Umur 60 bulan

(48)

Berdasarkan hasil KPSP umur 48 bulan, hasil KPSP umur 54 bulan, dan hasil KPSP umur 60 bulan, diperoleh data bahwa terdapat sembilan orang anak atau sebanyak 20,9% anak yang belum mampu melaksanakan perintah dalam perkembangan motorik kasar.

Tabel 4.5

Perkembangan Motorik Kasar Anak-anak TK A

di Kecamatan CiranjangKabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2013-2014

Berhasil Melakukan

Tugas Perkembangan Frekuensi Persentase

YA (mampu) 34 79,1

TIDAK (tidak mampu) 9 20,9

Jumlah 100

Grafik presentase perkembangan motorik kasar anak-anak TK A usia lima tahun di kecamatan Ciranjang disajikan sebagai berikut :

Grafik 4.2

Perkembangan Motorik Kasar Anak

TIDAK MAMPU

20,9%

MAMPU 79,1%

(49)

b. Perkembangan Motorik Halus

1) Umur 48 bulan

Perkembangan motorik halus yang ada dalam KPSP umur 48 bulan terdiri dari dua item perintah/pertanyaan yaitu pada item pertanyaan nomor lima dan enam, dan anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan satu atau kedua perintah yang ada dalam KPSP. Dan berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak satu orang anak yang belum mampu melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan motorik halus.

2) Umur 54 bulan

Perkembangan motorik halus yang ada dalam KPSP umur 54 bulan terdiri dari dua item perintah/pertanyaan yaitu pada item pertanyaan nomor delapan dan sembilan, dan anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan satu atau kedua perintah yang ada dalam KPSP. Dan berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak dua orang anak yang belum mampu melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan motorik halus.

3) Umur 60 bulan

(50)

Berdasarkan hasil KPSP umur 48 bulan, hasil KPSP umur 54 bulan, dan hasil KPSP umur 60 bulan, diperoleh data bahwa terdapat delapan orang anak atau sebanyak 18,6% anak yang belum mampu melaksanakan perintah dalam perkembangan motorik halus.

Tabel 4.6

Perkembangan Motorik Halus Anak-anak TK A

di kecamatanCiranjang kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2013-2014

Berhasil Melakukan

Tugas Perkembangan Frekuensi Persentase

YA (mampu) 28 81,4

TIDAK (tidak mampu) 5 18,6

Jumlah 100

(51)

Grafik. 4.3

Perkembangan Motorik Halus Anak

c. Perkembangan Bicara dan Bahasa

1) Umur 48 bulan

Perkembangan bicara dan bahasa dalam KPSP umur 48 bulan terdiri dari satu perintah/pertanyaan, yaitu pada item pertanyaan nomor sembilan. Anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan perintah yang ada dalam KPSP. Berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak dua orang anak yang belum/tidak bisa melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan bicara dan bahasa.

2) Umur 54 bulan

Perkembangan bicara dan bahasa dalam KPSP umur 54 bulan terdiri dari tiga perintah/pertanyaan, yaitu pada item pertanyaan nomor empat, lima, dan sepuluh. Anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan dua atau tiga perintah yang ada dalam KPSP. Berdasarkan kategori penilaian

MAMPU 81,4% TIDAK MAMPU

18,6%

(52)

tersebut, maka didapat data ada sebanyak tiga orang anak yang belum/tidak bisa melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan bicara dan bahasa. 3) Umur 60 bulan

Perkembangan bicara dan bahasa dalam KPSP terdiri dari tiga perintah/pertanyaan, yaitu pada item pertanyaan nomor satu, enam, dan delapan, dan anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan dua atau tiga perintah yang ada dalam KPSP. Berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak lima orang anak yang belum/tidak bisa melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan bicara dan bahasa.

Berdasarkan hasil KPSP umur 48 bulan, hasil KPSP umur 54 bulan, dan hasil KPSP umur 60 bulan, diperoleh data bahwa terdapat sepuluh orang anak atau sebanyak 23,2% anak yang belum mampu melaksanakan perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa.

Tabel 4.7

Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak-anak TK A

di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2013-2014

Berhasil melakukan

Tugas Perkembangan Frekuensi Persentase

YA (mampu) 33 76,8

TIDAK (tidak mampu) 10 23,2

(53)

Grafik presentase perkembangan bicara dan bahasa anak-anak TK A usia lima tahun di kecamatan Ciranjang disajikan berikut ini

Grafik. 4.4

Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak

d. Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian

1) Umur 48 bulan

Perkembangan sosialisasi dan kemandirian dalam KPSP umur 48 bulan terdiri dari tiga penilaian, yaitu pada item pertanyaan nomor dua, tujuh, dan delapan.Anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melaksanakan dua atau tiga perintah yang ada dalam KPSP. Berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak satu orang anak yang belum/tidak bisa melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

MAMPU 76,8% TIDAK MAMPU

23,2%

(54)

2) Umur 54 bulan

Perkembangan sosialisasi dan kemandirian dalam KPSP umur 48 bulan terdiri dari tiga penilaian, yaitu pada item pertanyaan nomor dua, tiga, dan enam.Anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melaksanakan dua atau tiga perintah yang ada dalam KPSP. Berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak empat orang anak yang belum/tidak bisa melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

3) Umur 60 bulan

Perkembangan sosialisasi dan kemandirian dalam KPSP umur 60 bulan terdiri dari tiga penilaian, yaitu pada item pertanyaan nomor dua, tujuh, dan sepuluh, dan anak dikategorikan belum mampu jika anak tidak bisa melakukan dua atau tiga perintah yang ada dalam KPSP. Berdasarkan kategori penilaian tersebut, maka didapat data ada sebanyak enam orang anak yang belum/tidak bisa melaksanakan perintah KPSP dalam perkembangan sosialisasi dan kemandirian.

Berdasarkan hasil KPSP umur 48 bulan, hasil KPSP umur 54 bulan, dan hasil KPSP umur 60 bulan, diperoleh data bahwa terdapat sebelas orang anak atau sebanyak 25,6% anak yang belum mampu melaksanakan perintah dalam perkembangan bicara dan bahasa.

Tabel 4.8

Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian Anak-anak TK A di Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur Tahun Pelajaran 2013-2014

Berhasil Melakukan

(55)

YA (mampu) 23 74,4

TIDAK (tidak mampu) 11 25,6

Jumlah 100

Grafik presentase perkembangan sosialisasi dan kemandirian anak-anak TK A usia 5 tahun di kecamatan Ciranjang disajikan sebagai berikut:

Grafik. 4.5

Perkembangan Sosialisasi dan Kemandirian Anak

B.Pembahasan

Penelitian ini menghasilkan dua temuan dari hasil penelitian dengan pengolahan data dan analisis data, yaitu sebagai berikut

1. Penerapan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sebagai alat

deteksi dini perkembangan anak Taman Kanak-kanak di Kecamatan

Ciranjang

MAMPU 74,4% TIDAK MAMPU

25,6%

(56)

Penerapan KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) sebagai alat deteksi dini pada anak TK di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur dimulai dengan diadakannya pelatihan Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDDTK) anak, dimana didalamnya terdapat tentang tata cara penggunaan KPSP yang sesuai dengan buku panduan yang dikeluarkan oleh Depkes RI. Dan pelatihan dilakukan oleh seorang bidan yang merupakan kader terlatih.

Pelatihan berjalan dengan lancar dan penuh antusias dari guru yang sebelumnya belum mengenal KPSP. Dan peserta latihan juga bisa dengan mudah memahami tata cara pelaksanaan penggunaan KPSP tersebut. Hal tersebut bisa dilihat dari lancarnya para peserta latihan mempraktekkan cara pemberian KPSP terhadap anak.

Peserta pelatihan dianggap paham dan mampu menggunakan KPSP apabila guru sudah bisa menghitung umur anak menurut bulan dengan tepat serta bisa menentukan KPSP yang sesuai dengan umur anak tersebut. Kemampuan guru dalam menginterpretasikan setiap perintah/pertanyaan dalam lembar KPSP dengan benar dan sesuai panduan juga menjadi salah satu hal yang diobservasi oleh pelatih.

Selanjutnya, berdasarkan hasil penilaian, para peserta dinyatakan sudah paham dan mampu menggunakan KPSP karena semua peserta pelatihan berhasil menghitung umur bulan anak serta menentukan KPSP yang sesuai dengan umur anak yang dihitung. Para peserta pelatihan juga dinyatakan paham dan mampu menginterpretasikan setiap perintah/pertanyaan dalam lembar KPSP karena berdasarkan hasil observasi dan penilaian pelatih terhadap peserta pelatihan, hampir 95% guru sudah mampu menginterpretasikan setiap perintah/pertanyaan dalam lembar KPSP sesuai dengan panduan.

(57)

melakukan penilaian terhadap anak. Hanya saja dengan KPSP guru bisa menilai perkembangan anak secara lebih runtut dan sesuai dengan pedoman baku yang sudah dikeluarkan oleh Depkes RI.

Penerapan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sebagai alat deteksi dini perkembangan anak Taman Kanak-kanak di kecamatan Ciranjang pada umumnya berjalan baik dan sesuai dengan langkah-langkah cara penggunaan KPSP berdasarkan pedoman dan hasil pelatihan sebelumnya. Hal tersebut mungkin dikarenakan KPSP itu sendiri mudah digunakan dan para guru tersebut pada dasarnya sudah biasa melakukan penilaian terhadap anak.

Guru bisa menerapkan KPSP tersebut di sekolahnya masing-masing walaupun dengan cara ataupun pendekatan yang berbeda tergantung dari pemahaman dan interpretasi dari masing-masing guru. Yang pada intinya tetap menilai perkembangan anak secara individual.

Penerapan KPSP itu sendiri terbagi menjadi 3 tahapan yaitu; tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan hasil, dimana ketiga tahapan tersebut menjadi tolak ukur dari pelaksanaan penggunaan KPSP tersebut. Dari hasil observasi yang dilakukan pada saat guru menerapkan KPSP pada anak-anak di TK masing-masing bisa dikatakan guru telah berhasil, dimana pada tahap persiapan guru sudah mengerti dan bisa menghitung umur bulan anak untuk selanjutnya mempersiapkan KPSP yang sesuai dengan umur anak. Selain itu, guru juga sudah mengerti dan bisa menyiapkan alat-alat bantu yang bisa dipakai saat pemberian KPSP pada anak.

(58)

Pada tahap pengolahan hasil, guru sudah mengerti dan bisa menghitung skor anak setelah pemberian KPSP selesai dilakukan. Penghitungan skor anak dilakukan dengan cara menghitung semua jawaban YA pada lembar KPSP, yang itu berarti bahwa anak sudah bisa melaksanakan perintah/pertanyaan yang ada dalam lembar KPSP tersebut. Selanjutnya, setelah memperoleh nilai skor anak, guru mengkategorikannya kedalam ada penyimpangan (P), meragukan (M), atau sesuai perkembangan (S).

Secara keseluruhan berdasarkan observasi dan analisis yang dilakukan, setiap guru yang melakukan deteksi dini dengan menggunakan KPSP di kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur sesuai dengan pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan dasar. Tidak terlihat kendala-kendala yang sangat mencolok dari penerapan yang dilakukan oleh setiap guru, hal tersebut mungkin dikarenakan setiap guru yang ada di kecamatan Ciranjang sudah memiliki kemampuan dan sudah biasa melakukan penilaian terhadap anak, atau bisa juga karena KPSP itu sendiri adalah suatu alat yang mudah untuk dipahami sehingga mudah juga untuk dipergunakan.

Pelatihan serupa, yaitu tentang SDDTK (Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang) anak juga pernah dilakukan di Madiun pada tanggal 6 Agustus 2010, yang merupakan pelatihan bagi kader SDDTK balita LKM Kenongo Mulyo Madiun. Pelatihan tersebut juga merupakan sebuah pelatihan untuk melakukan deteksi dini masalah perkembangan anak yang salah satunya dengan menggunakan KPSP.

Sosialisasi dan pelatihan penggunaan KPSP juga pernah dilakukan oleh RS Jogja melalui seminar tumbuh kembang dan pelatihan KPSP yang dilaksanakn pada tanggal 21 November 2011.

(59)

daerah lain, maka itu berarti KPSP itu sendiri memang merupakan alat yang bisa dipergunakan dengan tingkat keakuratan yang tinggi dalam melakukan deteksi dini terhadap perkembangan anak, yang seyogyanya dilakukan oleh para pemerhati anak, dalam hal ini para kader posyandu, orangtua, termasuk guru.

Pelaksanaan deteksi dini sangat diperlukan untuk melihat apakah perkembangan anak sudah sesuai dengan tahap perkembangannya ataukah ditemukan masalah. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar masalah perkembangan anak bisa terdeteksi sedini mungkin sehingga stimulasi ataupun intervensi bisa segera diberikan.

Selanjutnya, KPSP bisa dijadikan sebagai alat dalam melakukan deteksi dini perkembangan anak, karena selain KPSP itu sendiri merupakan suatu alat yang sudah baku dan terpercaya, KPSP itu sendiri mudah untuk dipahami dan dimengerti dalam tata cara pelaksanaan pemberiannya.

Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis terhadapa temuan-temuan di lapangan, mak didapatkan data sebagai berikut:

a. Faktor-faktor penghambat

Kendala-kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan penerapan KPSP sebagai alat deteksi dini masalah perkembangan anak TK di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur:

1) Pelatihan yang singkat dan hanya dihadiri oleh seorang pelatih/instruktur, mungkin menyebabkan kurangnya informasi tentang cara menggunakan KPSP yang sesuai dengan pedoman, terutama dalam menginterpretasikan perintah/pertanyaan yang ada dalam lembar KPSP agar bisa mendapatkan hasil deteksi yang akurat dari setiap jawaban yang didapat.

(60)

tidak bisa mengulang pemberian KPSP pada anak yang terdeteksi memiliki perkembangan yang meragukan ataupun ada penyimpangan pada waktu yang berbeda agar bisa mendapatkan hasil deteksi yang akurat.

b. Faktor-faktor pendukung

Pengetahuan dan kemampuan guru sebelumnya dalam melakukan penilaian perkembangan anak mempermudah guru dalam menginterpretasi setiap perintah/pertanyaan yang ada dalam lembar KPSP, sehingga guru tidak begitu kesulitan dalam melakukan deteksi dengan menggunakan KPSP.

2. Hasil penerapan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) sebagai

alat deteksi dini perkembangan anak-anak TK A di Kecamatan Ciranjang

KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan) yang digunakan pada penelitian ini adalah KPSP umur 48 bulan, KPSP umur 54 bulan, dan KPSP umur 60 bulan. Hal tersebut disesuaikan dengan umur anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur yang rata-rata berumur 4-5 tahun.

Tidak semua anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur yang bisa diberikan KPSP pada saat penelitian, hal tersebut dikarenakan umur anak pada saat penelitian tidak sesuai dengan umur KPSP yang ada, karena KPSP harus diberikan sesuai dengan umur anak, dan umur anak yang bisa dilakukan KPSP pada anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten Cianjur adalah KPSP umur 48 bulan, KPSP umur 54 bulan, dan KPSP umur 60 bulan. Itu berarti bahwa pada saat dilakukan deteksi dini dengan menggunakan KPSP, hanya anak-anak dengan umur yang sesuai dengan umur KPSP yang akan dinilai perkembangannya.

(61)

berarti tidak bisa diberikan KPSP sama sekali, hanya saja pelaksanaan deteksi dini dengan menggunakan KPSP tersebut menunggu sampai umur anak sesuai dengan umur dalam KPSP yang bisa dilakukan deteksi.

Berdasarkan penghitungan umur anak pada saat dilakukan penelitian, diperoleh data ada sebanyak 43 orang anak dengan umur yang sesuai dengan umur KPSP yang bisa diberikan, yaitu terdiri dari tiga orang anak dengan umur 48 bulan, tujuh orang anak dengan umur 54 bulan, dan 33 orang anak dengan umur 60 bulan.

KPSP yang diberikan sesuai dengan umur anak, dimana KPSP umur 48 bulan terdiri dari sembilan perintah/pertanyaan, KPSP umur 54 bulan terdiri dari 10 perintah/pertanyaan, dan KPSP umur 60 bulan yang terdiri dari 10 perintah/pertanyaan.

Adapun perintah/pertanyaan yang terdapat dalam lembar KPSP adalah terdiri dari penilaian perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan bicara dan bahasa, dan perkembangan sosdialisasi dan kemandirian.

Terdapat perbedaan jumlah perkembangan yang dinilai pada setiap umur KPSP, yaitu:

a. KPSP umur 48 bulan

KPSP umur 48 bulan terdiri dari sembilan perintah/pertanyaan, yang terdiri dari tiga butir penilaian perkembangan motorik kasar anak, yang terdapat pada nomor satu, tiga, dan empat. Dua butir penilaian perkembangan motorik halus anak, yang terdapat pada nomor lima dan enam. Satu butir penilaian perkembangan bicara dan bahasa anak yang terdapat pada nomor sembilan. Dan tiga butir penilaian perkembangan sosialisasi dan kemandirian anak, yang terdapat pada nomor dua, tujuh, dan delapan.

b. KPSP umur 54 bulan

(62)

tujuh. Tiga butir penilaian perkembangan motorik halus anak, yang terdapat pada nomor satu, delapan, dan sembilan. Tiga butir penialaian perkembangan bicara dan bahasa anak, yang terdapat pada nomor empat, lima, dan sepuluh. Tiga butir penilaian perkembangan sosialisasi dan kemandirian, yang terdapat pada nomor dua, tiga, dan enam.

c. KPSP umur 60 bulan

KPSP umur 60 bulan terdiri dari 10 perintah/pertanyaan, yang terdiri dari dua butir penilaian perkembangan motorik kasar anak, yang terdapat pada nomor tiga dan sembilan. Dua butir penilaian perkembangan motrik halus anak, yang terdapat pada nomor empat dan lima. Tiga butir penilaian perkembangan bicara dan bahasa, yang terdapat pada nomor satu, enam, dan delapan. Tiga butir penilaian perkembangan sosialisasi dan kemandirian, yang terdapat pada nomor dua, tujuh, dan sepuluh.

Berdasarkan analisis terhadap hasil dari penerapan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan pada anak-anak TK A di kecamatan Ciranjang kabupaten cianjur dengan umur 48 bulan, 54 bulan, dan 60 bulan, diperoleh data terjaring sebanyak 25,6% anak memiliki kemungkinan adanya penyimpangan (P), sebanyak 20,9% anak memiliki kemungkinan perkembangan yang meragukan (M), dan sebanyak 53,5% anak dengan perkembangan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya (S). Hal tesebut sesuai dengan asumsi yang dikeluarkan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations) yaitu bahwa perkiraan anak yang memiliki kecenderungan menyimpang mencapai paling sedikit 10%.

Gambar

Gambar.1 Pelatihan
Tabel 3.1 Sebaran populasi anak TK A
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Penerapan KPSP
Tabel 4.1 Hasil Penerapan KPSP Umur 48 bulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana, Jembrana, Bali adalah koperasi kakao pada lini sekunder yang mengolah biji kakao kering dengan proses fermentasi menjadi

Efek musik juga dikemukakan dalam sebuah penelitian yang dilakukan tentang efek musik terhadap daya ingat siswa sekolah dasar menemukan hasil, dengan mendengarkan

ketujuh macam rotasi yang digunakan dalam analisis factor, pada data ini lebih baik digunakan rotasi oblique apapun macamnya dibandingkan dengan rotasi orthogonal, dan yang

Lebih lanjut dari Tabel 4 terlihat rataan rendemen pewarna (gram ± SE) serbuk daun sirsak hasil Interaksi penambahan maltodekstrin dan lama waktu perebusan yaitu

Rataan ketahanan luntur warna (±SE) kain mori dengan pewarnaan limbah kulit biji coklat antar berbagai fiksatif terhadap pencucian diekspresikan dengan nilai RGB dan

(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesatuan bangsa dan politik yang terbentuk dengan susunan organisasi dan tata kerja sebelum Peraturan

Tingkat pertama ini dalam pembelajaran menulis bahasa Arab bertujuan untuk memperbaiki kemampuan pembelajar dalam menulis huruf dan kata bahasa Arab. Kemahiran menulis