Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN
LITERASI SAINS SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kimia
Oleh
Muhammad Adib Syukran 1009081
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK
PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK
MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Oleh
Muhammad Adib Syukran
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Muhammad Adib Syukran 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu MUHAMMAD ADIB SYUKRAN
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN
LITERASI SAINS SISWA SMA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Hernani, M.Si. NIP. 196711091991012001
Pembimbing II
Dr. Iqbal Musthapa, M.Si NIP. 197512232001121001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kimia
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh buku ajar kimia sub topik protein menggunakan konteks telur untuk membangun literasi sains siswa SMA. Penelitian ini menggunakan Model Rekonstruksi Pendidikan yang bertujuan untuk mengubah struktur konten ilmu kimia (eksplanasi ilmiah) menjadi struktur konten ilmu kimia yang mengandung pembelajaran (eksplanasi pedagogis). Penelitian ini menggunakan mixed methods design yang merupakan suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menggabungkan metode kualitatif maupun kuantitatif dalam satu penelitian. Data kualitatif pada penelitian ini adalah karakteristik buku ajar yang dikembangkan dan data kuantitatif pada penelitian ini adalah hasil validasi rumusan indikator, tujuan pembelajaran dan teks dasar yang diolah menggunakan CVR (Content Validity Ratio). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar validasi rumusan indikator, lembar validasi tujuan pembelajaran, dan lembar validasi teks dasar. Karakteristik buku ajar diketahui melalui analisis terhadap buku ajar yang dikembangkan berdasarkan pada kriteria yang sudah ditentukan. Adapun karakteristik dari buku ajar yang dikembangkan antara lain: 1) memiliki sudut pandang literasi sains, 2) sesuai dengan kurikulum 2013 dan kompetensi PISA 2009, 3) komunikatif, ilustratif, menarik minat, dan menumbuhkan motivasi siswa. Berdasarkan hasil validasi diperoleh nilai CVI (rata-rata CVR) untuk kriteria ketepatan materi sebesar 0,940, untuk kriteria kesesuaian konten dan konteks sebesar 0,931, untuk kriteria kesesuaian materi dengan kurikulum sebesar 0,889, untuk kriteria ketepatan ilustrasi, gambar, simbol, sketsa dan percobaan sebesar 0,889, dan untuk kriteria kesesuaian materi dengan kemampuan siswa SMA sebesar 0,914, sehingga berdasarkan criteria tersebut, buku ajar yang dikembangkan dinyatakan layak.
Kata Kunci: Buku Ajar, Literasi Sains, Protein, Telur
ABSTRACT
The research is aimed at creating a chemistry textbook with a sub-topic of protein using egg as the context to establish scientific literacy of senior high school students. The research uses The Model of Education Reconstruction which focuses on tranforming content structure of chemistry (scientific explanation) into content structure for instruction (pedagogical explanation). The research uses mixed method design, that is a procedure to collect, analyze, and combine quantitative and qualitative methods in a research. The qualitative data in the research are the characteristics of the developed textbook and the quantitative ones are the validation of indicators formulation, learning objectives and basic texts that are formulated using CVR (Content Validity Ratio). The instruments used in the research are validation sheets of the indicators formulation, the learning objectives and the basic texts. The characteristics of the textbook are learned through an analysis of other textbooks developed based on the established criteria. The characteristics are: 1) having the perspective of scientific literacy, 2) in line with 2013 curriculum and 2009 PISA competence, 3) communicative, illustrative, interesting and raising student’s motivation. Based on the validation results, obtained scores of CVI (average of CVR) 0,940 for the criteria of materials accuracy, 0,931 for the criteria of the content and context suitability, 0, 889 for the criteria of materials suitability with the curriculum, 0,889 for the criteria of the accuracy of illustration, pictures, symbols, sketches and experiments, and 0,914 for the criteria of the materials suitability with the
students’ skills. In summary, based on the criteria above, the developed textbook is considered appropriate.
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Penjelasan Istilah ... 7
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Literasi Sains ... 10
B. Literasi Kimia ... 11
C. Buku Ajar (Fungsi dan Kualitas Buku Ajar) ... 12
D. Buku Ajar Berbasis Literasi Sains ... 15
E. Model Rekonstruksi Pendidikan. ... 17
F. Langkah Analisis Wacana dan Pengembangan Bahan Ajar. ... 19
G. Deskripsi Materi Konten Protein. ... 24
H. Deskripsi Materi Konteks Telur ... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek/Obyek Penelitian ... 44
B. Model Penelitian ... 44
C. Desain Penelitian. ... 45
D. Prosedur Penelitian ... 47
E. Instrumen Penelitian ... 48
F. Teknik Pengumpulan Data ... 49
G. Teknik Analisis Data. ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buku Ajar Kimia Konten Protein Menggunakan Konteks Telur ... 52
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 84
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
Gambar 2.1 Literasi Sains Sebagai Titik Temu Beberapa Kompetensi ... 10
Gambar 2.2 Model Rekonstruksi Pendidikan... 17
Gambar 2.3 Tiga Ranah Penelitian dan Pengembangan Rekonstruksi Pendidikan. ... 18
Gambar 2.4 Model Analisis Wacana Representasi Teks ... 23
Gambar 2.5 Struktur Umum Asam Amino. ... 24
Gambar 2.6 Struktur 20 Jenis Asam Amino Pembentuk Protein. ... 25
Gambar 2.7 Reaksi Pembentukan Dipeptida. ... 27
Gambar 2.8 Struktur Primer Protein... 28
Gambar 2.9 Struktur Sekunder α-heliks. ... 29
Gambar 2.10 Struktur Sekunder β-sheets. ... 29
Gambar 2.11 Ikatan Hidrogen Pada Struktur Sekunder. ... 29
Gambar 2.12 Struktur Albumin (Struktur Tersier Protein). ... 30
Gambar 2.13 Struktur Hemoglobin (Struktur Kuartener Protein). ... 30
Gambar 2.14 Kolagen... 31
Gambar 2.15 Struktur Ovalbumin dan Struktur Hemoglobin. ... 32
Gambar 3.1 Strategi Pengembangan Exploratory Mixed Method Design. ... 46
Gambar 3.2 Alur Penelitian. ... 46
Gambar 4.1 Diagram Hubungan Empat Aspek Gambar Aspek Literasi Sains dalam Buku Ajar... 52
Gambar 4.2 Tahap Kontak pada Buku Ajar yang Dikembangkan. ... 54
Gambar 4.3 Tahap Kuriositi pada Buku Ajar yang Dikembangkan. ... 55
Gambar 4.4 Tahap Decision Making pada Buku Ajar yang Dikembangkan. . 57
Gambar 4.5 Contoh Penjelasan Kualitatif Terhadap Data-Data Kuantitatif. .. 61
Gambar 4.6 Contoh Penggunaan Gambar dan Simbol... 63
Gambar 4.7 Contoh Penggunaan Analogi Gambar. ... 64
Gambar 4.8 Contoh Penggunaan Analogi Kalimat. ... 64
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 2.1 Asam Amino Esensial dan Non Esensial. ... 25
Tabel 2.2 Fungsi Umum Protein. ... 32
Tabel 2.3 Kandungan Nutrisi Telur per 100 gram telur. ... 37
Tabel 2.4 Komposisi Nutrisi Keseluruhan dari Sebutir Telur. ... 37
Tabel 3.1 Format Analisis Wacana Buku Teks ... 47
Tabel 3.2 Kriteria Penelitian Angket Tanggapan. ... 50
Tabel 3.3 Nilai Kritis CVR dan CVI. ... 51
Tabel 4.1 Buku Sumber Wacana Konten Protein. ... 58
Tabel 4.2 Buku Sumber Wacana Konteks Telur. ... 58
Tabel 4.3 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2013. ... 67
Tabel 4.4 Kompetensi Ilmiah PISA 2009. ... 69
Tabel 4.5 Dasar Pemantapan Nilai-Nilai dalam Buku Ajar. ... 72
Tabel 4.6 Hasil Validasi Rumusan Indikator. ... 74
Tabel 4.7 Hasil Validasi Tujuan Pembelajaran. ... 75
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
LAMPIRAN A
A.1 Format Validasi Indikator dan Tujuan Pembelajaran ... 84
A.2 Hasil Validasi Indikator dan Tujuan Pembelajaran ... 111
A.3 Saran Validator untuk Perbaikan. ... 124
A.4 Indikator dan Tujuan Pembelajaran Perbaikan. ... 125
LAMPIRAN B B.5 Penggabungan Konten dan Konteks. ... 133
B.6 Penghalusan Teks. ... 151
B.1 Strukur Makro Buku Ajar ... 177
B.2 Peta Konsep Buku Ajar ... 185
LAMPIRAN C C.3 Format Validasi Buku Ajar ... 187
C.4 Hasil Validasi Buku Ajar ... 232
C.1 Saran Validator untuk Perbaikan ... 263
C.2 Buku Ajar Perbaikan ... 264
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan
“melek” (literate) sains menjadi sesuatu yang sangat penting. Literasi sains
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran yang berumpun pada sains. Literasi sains didefinisikan oleh PISA (Programme for International Student Assesment) sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2009).
PISA adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun (BALITBANG KEMDIKBUD, 2011). Banyak negara yang ikut berpartisipasi dalam studi yang dilakukan oleh PISA tersebut, salah satunya adalah Indonesia. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh adalah untuk mengetahui posisi prestasi literasi sains siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi literasi sains siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. (BALITBANG KEMDIKBUD, 2011).
2
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menurut PISA diduga karena kurikulum, pembelajaran dan assesmen di Indonesia masih menitikberatkan pada dimensi konten seraya melupakan dimensi proses dan konteks sains (Firman, 2007). Dalam pembelajaran sains yang diterapkan di sekolah selama ini, siswa beranggapan bahwa sains merupakan pelajaran yang terpisah dari tempat mereka berada. Hal ini menyebabkan siswa tidak mampu mengaitkan dan menggunakan konsep-konsep sains yang dipelajari untuk menyikapi permasalahan dalam kehidupan mereka. (Hoolbrook, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, harus ada upaya untuk membangun literasi sains siswa. Jika tidak segera dibenahi, maka dikhawatirkan beberapa tahun ke depan Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara lain dalam bidang sains dan teknologi yang bisa berdampak pada bidang ekonomi dan pembangunan.
Kurikulum 2013 adalah langkah besar Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satu landasan empiris diterbitkannya kurikulum 2013 adalah hasil dari PISA yang menunjukkan peringkat Indonesia masih menduduki peringkat 5 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada di ranking yang rendah dalam kemampuan (1) memahami informasi yang kompleks, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah, dan (4) melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani siswa dengan konten namun lebih berorientasi pada aspek kemampuan essensial yang diperlukan semua warga untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang (KEMENDIKBUD, 2012). Prinsip tersebut sesuai dengan prinsip literasi sains bahwa konten yang diterima siswa harus sesuai dengan kehidupannya di masa kini dan mendatang.
3
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahan ajar. Bahan ajar ada banyak jenisnya, salah satunya adalah buku ajar. Buku ajar merupakan bahan ajar yang memiliki peranan yang dominan dan essensial dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan informasi dapat dituangkan secara terperinci dalam sebuah buku. Namun demikian, buku-buku ajar yang ada selama ini lebih menitikberatkan pada konten daripada proses dan konteks, hal ini berlawanan dengan yang disarankan oleh PISA untuk meningkatkan literasi sains siswa. (Firman, 2007).
Untuk membangun literasi sains siswa, maka buku ajar yang dikembangkan harus dapat mendukungnya. Salah satu cara untuk membangun literasi sains siswa adalah mengkaitkan konten yang siswa pelajari di sekolah dengan konteks yang berhubungan dengan konten tersebut. Menurut Show Yu (2009), pembelajaran sains termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan konteks aplikasi sebagai wahana untuk meningkatkan literasi sains siswa. Jika siswa hanya diajarkan konsep saja, maka kemampuan yang siswa dapatkan hanya kemampuan menghafal dan memahami saja. Seharusnya siswa tidak diarahkan kepada kedua kemampuan tersebut saja. De Jong (2006), mengemukakan bahwa konteks merupakan situasi/kejadian yang membantu siswa untuk dapat memperoleh konsep, prinsip, hukum dan sebagainya.
4
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikembangkan buku ajar yang dapat membangun literasi sains siswa pada sub topik protein.
Selain dikarenakan masalah yang ada, pemilihan materi pokok protein juga didasarkan pada empat prinsip pemilihan konten sains dalam PISA. Pertama,
konsep yang diujikan harus relevan dengan situasi kehidupan keseharian yang nyata. Kedua, konsep itu diperkirakan masih akan relevan sekurang-kurangnya untuk satu dasawarsa ke depan. Ketiga, konsep yang dipilih didasarkan pada situasi dimana literasi sains itu dapat didemonstrasikan. Keempat, konsep harus berkaitan dengan kompetensi proses, yaitu pengetahuan yang tidak hanya mengandalkan daya ingat siswa dan berkaitan hanya dengan informasi tertentu. (OECD, 1999)
Menurut Show Yu (2009), pembelajaran sains termasuk mata pelajaran kimia di sekolah seharusnya diarahkan pada penggunaan konteks aplikasi sebagai wahana untuk meningkatkan literasi sains siswa. Telur adalah salah satu konteks yang dapat dikaitkan dengan sub topik protein pada pengembangan buku ajar kimia dengan tujuan untuk membangun literasi sains. Telur dikenal sebagai bahan makanan yang mengandung protein dengan mutu yang tinggi. Protein menempati posisi pertama sebagai nutrisi dengan jumlah tertinggi yang dikandung dalam sebutir telur. Telur digunakan sebagai standar acuan kandungan protein untuk bahan makanan sumber protein yang lain. Kandungan asam amino telur juga sangat lengkap. Telur mengandung 18 dari 20 jenis asam amino pembentuk protein, dimana semua asam amino essensial termasuk di dalamnya.
Melihat kandungan protein yang tinggi dan kelengkapan asam amino dalam sebutir telur menunjukkan bahwa telur dan protein mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Adanya hubungan ini, bisa dijadikan dasar untuk menghubungkan konten protein dengan telur sebagai konteksnya pada pengembangan buku ajar kimia yang tujuannya adalah untuk membangun literasi sains siswa. Pemilihan konteks yang digunakan juga didasarkan pada beberapa kriteria yang dirumuskan oleh De Jong (2006) yaitu:
5
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Konteks tidak boleh mengalihkan perhatian siswa terhadap konsep. 3. Konteks tidak boleh terlalu rumit untuk siswa.
4. Konteks tidak membingungkan siswa.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Hasil penelitian PISA tahun 2012 menunjukkan bahwa prestasi literasi sains siswa di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain. Tingkat literasi sains siswa di Indonesia yang rendah, menurut PISA diduga karena kurikulum, pembelajaran dan assesmen di Indonesia masih menitikberatkan pada dimensi konten seraya melupakan dimensi proses dan konteks sains. Buku-buku ajar yang ada selama ini juga lebih menitikberatkan pada konten daripada konteks, hal ini berlawanan dengan yang disarankan oleh PISA untuk meningkatkan literasi sains siswa (Firman, 2007). Perbaikan buku ajar merupakan salah satu upaya penting yang harus dilakukan, karena pengetahuan yang siswa peroleh bersumber dari buku ajar. Salah satu cara untuk membangun literasi sains siswa adalah mengkaitkan konten yang siswa pelajari di sekolah dengan konteks yang berhubungan dengan konten tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan buku ajar yang tidak hanya menitikberatkan pada dimensi konten saja, tetapi juga harus mengkaitkan konten yang siswa pelajari di sekolah dengan konteks yang berhubungan dengan konten tersebut sebagai upaya untuk membangun literasi sains siswa. Konten untuk buku ajar yang dikembangkan adalah protein dan konteksnya adalah telur.
6
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Rumusan Umum
Bagaimana buku ajar kimia pada sub topik protein yang menggunakan konteks telur untuk membangun literasi sains siswa SMA?
2. Rumusan Khusus
a. Bagaimana karakteristik dari buku ajar kimia pada sub topik protein yang menggunakan konteks telur untuk membangun literasi sains siswa SMA? b. Bagaimana kelayakan dari buku ajar kimia yang dikembangkan berdasarkan
hasil validasi para ahli?
C. Pembatasan Masalah
Pengembangan buku ajar yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Model Rekonstruksi Pendidikan. Model Rekonstruksi Pendidikan terdiri atas tiga komponen yaitu, 1) klarifikasi dan analisis wacana, 2) penelitian mengajar dan belajar, dan 3) implementasi dan evaluasi serta hubungannya yang saling berkaitan. Penelitian ini dibatasi hanya pada komponen pertama, yaitu klarifikasi dan analisis wacana. Penelitian ini menghasilkan produk bahan ajar berupa buku ajar pada sub topik protein dan mengkaitkannya dengan konteks telur sebagai upaya untuk membangun literasi sains siswa SMA.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan buku ajar kimia sub topik protein yang mengandung konteks telur untuk membangun literasi sains siswa SMA. Tujuan khusus dalam penelitian ini antara lain:
1. Menunjukkan karakteristik buku ajar yang dikembangkan yang sesuai dengan tuntutan Kompetensi PISA dan Kurikulum 2013.
7
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Manfaat Penelitian
Produk dari penelitian ini berupa buku ajar sub topik protein menggunakan konteks telur. Manfaat dari produk pada penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan buku ajar yang memberikan ketertarikan bagi siswa terhadap ilmu kimia sehingga memudahkannya dalam memahami dan mengaplikasikan ilmu kimia serta dapat membangun literasi sains siswa SMA.
2. Bagi Guru
Tersedianya buku ajar yang inovatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Peneliti lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian yang selanjutnya, baik berupa pengembangan penelitian menggunakan Model Rekonstruksi Pendidikan sampai tahap selanjutnya, yakni tahap penelitian mengajar dan belajar dan atau tahap implementasi dan evaluasi serta hubungannya yang saling berkaitan. Penelitian ini juga dapat dikembangkan pada konten yang sama dengan konteks yang berbeda, atau pada konten yang berbeda dengan konteks yang sama.
F. Penjelasan Istilah
Sebagai upaya menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan penjelasan terhadap istilah-istilah sebagai berikut:
1. Buku ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis (Depdiknas, 2008).
8
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang mengandung pengertian situasi dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan sains dan teknologi area aplikasi proses dan pemahaman konsep sains, misalnya kesehatan dan gizi dalam konteks pribadi serta iklim dalam konteks global (OECD, 2009).
4. Konten sains adalah salah satu dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep dan teori fundamental untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2009).
5. Sikap sains adalah respon terhadap isu-isu sains (menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan terhadap penelitian ilmiah, dan motivasi untuk bertindak secara bertanggung jawab (OECD, 2009)
G. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini ditulis dalam lima bab yang saling berkaitan. Kelima bab tersebut secara berurutan adalah Pendahuluan (BAB I), Tinjauan Pustaka (BAB II), Metodologi Penelitian (BAB III), Hasil dan Pembahasan (BAB IV) serta Kesimpulan dan Saran (BAB V). Setelah kelima bab tersebut terdapat Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
Bab I berisi pendahuluan yang terdiri atas uraian latar belakang dilakukannya penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut dibuat rumusan masalah utama yang diangkat pada penelitian ini. Bab I juga memuat pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bagian selanjutnya yaitu struktur organisasi skripsi yang berisi rincian urutan penulisan skripsi dari Bab I hingga Bab V, Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
Bab II yaitu tinjauan pustaka merupakan tinjauan teoritis dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Tinjauan pustaka ini digunakan sebagai dasar dalam menginterpretasikan hasil penelitian dan menjawab rumusan masalah yang ditetapkan.
9
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, dan alur penelitian yang menunjukkan kerangka kerja penelitian sesuai dengan metode yang dipilih. Bagian selanjutnya adalah langkah-langkah penelitian yang memaparkan alur penelitian secara lebih rinci. Untuk menyamakan persepsi, pada Bab III diuraikan istilah-istilah penting digunakan dalam penelitian ini. Beberapa bagian terakhir dari Bab III ini berkaitan dengan bagaimana tiap rumusan masalah akan dijawab. Bagian instrumen penelitian memaparkan jenis instrumen yang dipilih untuk tiap rumusan masalah dan justifikasinya. Bagaimana instrumen ini digunakan dalam penelitian dipaparkan pada bagian teknik pengumpulan data. Bagian selanjutnya berupa pemaparan cara mengolah data yang didapatkan melalui instrumen penelitian yang telah ditetapkan.
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini melibatkan empat orang dosen sebagai validator yang terdiri dari dosen biokimia serta dosen yang berpengalaman di bidang literasi sains dan Model Rekonstruksi Pendidikan dan enam orang guru kimia SMA professional. Sumber wacana untuk konteks diambil dari buku teks atau handbook dan jurnal-jurnal penelitian mengenai telur, sedangkan untuk konten protein diambil dari tiga buku tekskimia tingkat universitas dan buku kimia sekolah bertaraf internasional.
B. Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah Model Rekonstrusi Pendidikan (Educational Reconstruction) (Kattmann et al., 1995). Model Rekonstruksi Pendidikan memiliki tiga ranah dalam penelitian pendidikan sains yaitu (1) Klarifikasi dan Analisis Wacana, (2) Penelitian Mengajar dan Belajar, (3) Implementasi dan Evaluasi. Tiga ranah tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain seperti yang ditunjukkan di dalam Tinjauan Pustaka pada Gambar 2.3 halaman 18.
45
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ilmu pengetahuan sering kali disajikan dengan cara abstrak dan cara yang singkat, sehingga diperlukan suatu rekonstruksi konten dengan langkah yang disajikan pada Gambar 2.2 halaman 17. Gagasan kunci dari rekonstruksi pendidikan mencakup gagasan bahwa struktur konten ilmu pengetahuan tertentu harus diubah ke dalam struktur konten untuk pengajaran. Berdasarkan Gambar 2.2, kedua proses dimasukkan, yaitu elementarisasi yang mengarah pada ide-ide dasar dari konten di bawah pemeriksaan dan konstruksi struktur konten untuk pengajaran. Dalam kedua proses masalah konten ilmu pengetahuan dan isu-isu perspektif siswa (konsepsi siswa dan pandangan tentang konten maupun variabel afektif seperti minat dan konsep ilmu pengetahuan yang dimiliki siswa) harus diperhitungkan. Gambar 2.2 menunjukkan bahwa struktur konten sains harus disesuaikan dengan struktur konten pembelajaran (Duit, 2007).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan mixed methods design. Mixed methods design
46
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Strategi Pengembangan Exploratory Mixed Method Design (Terrell, 2012)
Penerapan stratergi exploratory design ditunjukkan pada Gambar 3.2 yang merupakan alur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini.
47
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Prosedur Penelitian
Sesuai dengan alur penelitian pada Gambar 3.2, langkah-langkah penelitian yang ditempuh dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tahap Awal
a. Analisis Standar Isi mata pelajaran kimia dalam hal ini Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) kurikulum 2013 untuk konten protein.
b. Analisis kepustakaan untuk konteks telur.
c. Analisis kepustakaan pembelajaran literasi sains.
d. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Perumusuan indikator dan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan Kurikulum 2013 dan Kompetensi Ilmiah PISA 2009.
2. Tahap Inti
Setelah melaksanakan tahap awal, penelitian berlanjut ke tahap inti yang diuraikan sebagai berikut:
a. Klarifikasi dan analisis wacana
Pada tahap ini penelitian mulai memasuki tahap produksi wacana buku ajar. Pemroduksian wacana dimulai dengan mengelementarisasi materi konten dan konteks secara terpisah. Selanjutnya dilakukan modifikasi teks-teks tersebut melalui analisis wacana yang dituangkan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.1. Format Analisis Wacana Buku Teks
Teks Asli Proses Penghalusan Teks Dasar Hasil Penghalusan
Proses penghalusan meliputi penghilangan kata atau frasa yang tidak sesuai dan penyisipan kata atau frasa yang perlu, agar konten dari teks sesuai untuk digunakan sebagai konten pembelajaran. Pada proses penghalusan juga dilakukan Reduksi Didaktik.
tahap-48
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahap pembelajaran STL sebagai acuan agar pengkompositan teks dapat dikendalikan. Hasil dari tahap ini berupa komposit yang dapat digunakan sebagai konten pembelajaran.
b. Validasi terhadap rumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif, sikap dan proses.
c. Validasi terhadap teks konten pembelajaran hasil analisis wacana.
Validasi dilakukan oleh ahli pedagogi dan materi subyek. Tujuan dari validasi adalah melihat ketepatan dan kesesuaian konten dan konteks dalam teks, juga melihat kesesuaian teks tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
d. Analisis karakteristik buku ajar melalui analisis deskriptif. 3. Tahap akhir
Setelah seluruh tahapan dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengolahan dan interpretasi data, perbaikan teks, kemudian penarikan kesimpulan.
E. Instrumen Penelitian
Data kualitatif pada penelitian ini berupa karakteristik dari buku ajar yang dikembangkan. Karakteristik dalam buku ajar disesuaikan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Greene & Petty (dalam Tarigan & Tarigan, 1986), yaitu sudut pandang, kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat, menumbuhkan motivasi, komunikatif, ilustratif, dimengerti oleh pemakainya, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, dan memantapkan nilai-nilai. Kriteria tersebut digunakan sebagai pedoman dalam klarifikasi dan analisis wacana sehingga didapatkan buku ajar yang memiliki karakter sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria tersebut juga digunakan untuk analisis karakteristik dari buku ajar yang dikembangkan.
49
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Lembar validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap.
3. Lembar validasi indikator dan tujuan pembelajaran aspek keterampilan.
4. Lembar validasi teks hasil perpaduan konten dan konteks sebagai struktur konten pembelajaran dalam buku ajar. Validasi dilakukan berdasarkan ketepatan isi konten dan konteks, kesesuaian antara konten dan konteks dalam teks, kesesuaian teks dengan Kurikulum 2013, kesesuaian komponen-komponen pendukung teks (gambar, ilustrasi, sketsa dan percobaan) serta kesesuaian teks dengan kemampuan siswa SMA.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah adalah karakteristik dan validasi ahli terhadap buku ajar yang dikembangkan. Teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut.
1. Karakteristik buku ajar protein menggunakan konteks telur dianalisis berdasarkan pada kriteria yang yang dikemukakan oleh Greene & Petty (dalam Tarigan & Tarigan, 1986), yaitu berdasarkan sudut pandang, kejelasan konsep, relevan dengan kurikulum, menarik minat, menumbuhkan motivasi, komunikatif, ilustratif, dimengerti oleh pemakainya, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, dan memantapkan nilai-nilai.
2. Validasi terhadap buku ajar yang dikembangkan dilakukan oleh sepuluh orang ahli yang meliputi tiga dosen biokimia, satu dosen ahli di bidang pengembangan literasi sains dan Model Rekonstruksi Pendidikan, dan enam guru SMA professional. Validasi dilakukan terhadap rumusan indikator dan tujuan pembelajaran, serta teks dasar hasil pengembangan.
G. Teknik Analisis Data 1. Karakteristik Buku Ajar
50
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemakainya, menunjang mata pelajaran lain, menghargai perbedaan individu, dan memantapkan nilai-nilai.
2. Validasi Ahli
Data hasil validasi ahli terhadap indikator pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan buku ajar dikelompokkan dan diolah, kemudian diinterpretasikan (Valid/Tidak Valid). Data yang diperoleh menggambarkan kualitas teks yang dikembangkan juga sebagai acuan untuk perbaikan. Hasil validasi ahli pada tiap lembar validasi diolah dengan pendekatan kuantitatif dengan Content Validity Ratio/Rasio Validitas Konten (CVR). Data validasi ahli dianalisis sebagai berikut.
1. Kriteria validasi
Data tanggapan validator yang diperoleh berupa format ceklis. Tabel 3.2 Kriteria Penelitian Angket Tanggapan
Kriteria Bobot
Ya 1
Tidak 0
2. Pemberian skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR (Content Validity Ratio/Rasio Validitas Konten). Skor CVR diberikan untuk setiap item yang divalidasi. Setelah semua item dihitung skornya, kemudian skor tersebut diinterpretasikan.
3. Menghitung nilai CVR (Content Validity Ratio/Rasio Validitas Konten)
CVR = e−
N 2 N
2
ne : jumlah responden yang menyatakan Ya N : total respon
Ketentuan nilai CVR adalah sebagai berikut:
a. Saat jumlah responden yang menyatakan Ya kurang dari ½ total responden maka nilai CVR = - (negatif).
51
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Saat seluruh responden menyatakan Ya maka nilai CVR = 1
d. Saat jumlah responden yang menyatakan Ya lebih dari ½ total responden maka nilai CVR = 0 sampai dengan 1.
4. Menghitung nilai CVI ( indeks validitas konten)
Setelah mengidentifikasi sub pertanyaan pada angket dengan menggunakan CVR, kemudian CVI dihitung untuk menghitung keseluruhan jumlah sub pertanyaan. Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR untuk sub pertanyaan yang dijawab Ya.
CVI =
a ya VR a a (Lawshe, 1975)5. Kategori hasil perhitungan CVR dan CVI
Hasil perhitungan CVR dan CVI adalah berupa rasio angka (-1) sampai dengan (1). CVR dan CVI dinyatakan valid jika nilai CVR dan CVI lebih besar dari nilai kritis. Berdasarkan tabel nilai kritis CVR dan CVI yang telah dikalkulasi ulang untuk sepuluh validator dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05)
Tabel 3.3. Nilai kritis CVR dan CVI untuk lima hingga lima belas validator
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Allahyari, T. (2011). Development and Evaluation of a New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. International Journal of Occupational Hygiene. IJOH 3: 6-11
Anwar, S. (2012). Pengolahan Bahan Ajar. Handout Perkuliahan. Tidak diterbitkan
BALITBANG KEMDIKBUD. (2011). PISA (Programme for International
Student Assesment). [Online]. Tersedia:
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa
Creswell, J.W. (2008). The Selection of Research Design. Sage publication. [online]. Tersedia: http://www.sagepub.com/books/book233508
Dani, D. (2009). Scientific Literacy and Purposes for Teaching Science: A Case Study of Lebanese Private School Teachers. International Journal of Environmental & Science Education. Vol. 4, No. 3: 289-299
De Jong, O. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?.
Sweden: Karlstad University
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum
Duit, R. (2007). Science Education Research Internationally: Conceptions, Research Methods, Domains of Research. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3(1): 3-15
Effendi, R. & Malihah, E. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika
Firman, H. (2007). Laporan Hasil Analisis Literasi Sains berdasarkan hasil PISA Nasional tahun 2006. Puspendik
Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12
Holbrook, J, dan Rannikmae, M. (2009). The Meaning of Science Literacy.
82
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Holbrook, J. (2010). Education through science as a motivational innovationfor science education for all. Science Education International . Vol.21, No.2: 80-91
Kattmann, U., Duit, R., Gropengieβer, H., & Komorek, M. (1995). A Model of Educational Reconstruction. Paper presented at the annual Meeting of the National Association of Research in Science Teaching (NARST)
KEMENDIKBUD. (2012). Dokumen Kurikulum 2013. Tidak diterbitkan
Lawshe, C. H. (1975). A Quantitative Approach To Content Validity. Personnel Psychology. vol. 28. 563-575
Lehninger, A. L. (1982) Dasar-Dasar Biokimia Terjemahan. Jakarta: Erlangga Mine, Y. (2008). Egg Bioscience and Biotechnology. New Jersey:
WILEY-INTERSCIENCE A JOHN WILEY & SONS, INC., PUBLICATION Mudlofir, A. (2011) Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Surabaya:
RAJAWALI PERS.
Mulyono HAM. (2013). Handout Perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Kimia.
Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
Nentwig, P., Parchmann, I., Demuth, R., Grasel, C., & Ralle B. (2007). “Chemie im Context-From situated learning in relevant contexts to a systematic
development of basic chemical concepts”. Makalah Simposium
Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman
OECD. (1999). Measuring Student Knowledge A New Framework for Assessment.
Paris: OECD Publications Service
OECD. (2009). PISA 2009 Assesment Framework–Key Competencies in Reading, Mathematic and Science. Paris: OECD Publications Service
OECD. (2013). PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they know. Paris: OECD Publications Service Phillips, J. S., Strozak, V. S., & Wistrom, C. (2002). Chemistry Concepts and
Applications. New York: McGraw-Hill Companies
83
Muhammad Adib Syukran, 2014
PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Rannikmae, M. (2005). Promoting Science Teacher Ownership through STL Teaching. Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Volume 6, Issue 1.
Setiadi, R. (1998). Analisis Wacana Teks Bahan Ajar dalam Penulisan Buku Teks. Pendidikan Kimia FPMIPA UPI : tidak diterbitkan
Show-Yu, L. (2009). Chemical Literacy and Learning Sources of Non-Science Major Undergraduates on Understandings of Environmental Issues.
Chemical Education Journal (CED). 13, (1) Registration No 13-3.
Shwartz, Y., Benzvi, R., & Hofstein, A. (2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing The Development ff Chemical Literacy Among High-School Students. Chemistry Education Research and Practice. 7 (4), 203-225
Silberberg, M. S. (2007). Principles of General Chemistry. New York: McGraw-Hill Companies
Tarigan, H. G. & Tarigan, D. (1986). Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa
Terrel, S. R. (2012). Mixed-Methods Research Methodologies. The Qualitative
Report. Volume 17 Number 1
Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI
Wilson, R. F. (2012). Measurement and Evaluation in Counceling and Development. AACE