ANALISIS VERBA ASPEK YANG TERDAPAT DALAM BAHAN AJAR
TINGKAT MENENGAH JURUSAN BAHASA JEPANG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Gelar Master pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
oleh:
PRATAMAWATI 1009703
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ANALISIS VERBA ASPEK YANG TERDAPAT DALAM BAHAN AJAR
TINGKAT MENENGAH JURUSAN BAHASA JEPANG
Oleh Pratamawati
S.S. STBA Yapari-ABA Bandung, 2005
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
© Pratamawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
DR. WAWAN DANASASMITA, M.ED NIP. 195201281982031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang
Analisis Aspek Verba Yang Terdapat Dalam Bahan Ajar Bahasa Jepang Tingkat Menengah
Pratamawati
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek verba dalam bahan ajar bahasa jepang tigkat menengah. Dengan mengumpulkan data mengenai aspek verba yang terdapat dalam 5 bahan ajar yang banyak digunakan perguruan tinggi dan lembaga pembelajaran bahasa jepang, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar kebutuhan pemisahan aspek dan system temporal lainnya.
Data yang diambil dari bahan ajar adalah data kuantitaif dengan tambahan data dari kuesioner yang hasilnya dipersentasekan. Data yang ada tidak disajikan dalam bentuk angka-angka melainkan secara deskriptif kualitatif. Pendataan dilakukan dengan teori kindaichi sebagai landasannya.
Berdasarkan hasil penelitian ragam verba aspek dengan kategori tertentu sebaiknya dipisahkan dengan penegrtiannya dalam kalimat sebagai kala. Hal ini akan sangat membantu pembelajar memahami bahwa aspek dan kala merupakan dua hal yang berbeda meskipun memiliki kaitan.
The Analysis of The Aspect Verbs
Which Contained in The Intermediate Japanese Lesson Books
Pratamawati
ABSTRACT
This research was conducted to obtain the description of aspect verbs which
contained in several intermediate Japanese lesson books. By collecting data about aspect
verbs in five intermediate Japanese lesson books, the results of the research is expected to be
a basic need in distinguishing aspect from the other temporal systems.
The data which collected from several lesson books are quantitative data added with
some data from questionnaire and the results were presented in percentage format. After that,
the data were descriptive qualitatively explained. The data was collected based on The
Kindaichi’s theory.
Based on the results of the research, the meaning of aspect verb in a certain category
which contained in a sentence should be distinguished from the meaning which viewed from
the standpoint of tense. It will help the Japanese learners to understand that aspect and tense
are two different things, although they have some connections.
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI i
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR GRAFIK x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah 1
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Sistematika Penelitian 6
BAB II LANDASAN TEORI 7
A. Aspek 7
1. Aspek Dalam Bahasa Inggris 7
2. Aspek Dalam Bahasa Indonesia 8
3. Aspek Dalam Bahasa Jepang 13
B. Esensi Aspek dalam Pembelajaran Bahasa Jepang 44
A. Metode Penelitian 46
B. Teknik Pengumpulan Data 47
C. Instrumen penelitian 48
D. Teknik Analisis Data 50
E. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Kategorisasi 63
B. Analisa Bahan Ajar 67
1. Nihongo Chuukyuu 67
2. Minna No Nihongo II 70
3. Nihongo Shuuchuu Tore-Ningu 73
4. Chuukyuu Dokkai 79
5. New Approach Chuukyuu Nihongo 82
C. Hasil Analisa Data 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101
A. Kesimpulan 101
B. Saran 102
DAFTAR PUSTAKA 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah yang berkenaan dengan aspek dalam Bahasa Jepang telah banyak dibahas
dalam berbagai artikel dan jurnal Bahasa Jepang, dimana didalamnya diterangkan
mengenai perbedaannya dalam berbagai bentuk kalimat. Akan tetapi, masih banyak
pembelajar yang sering salah mengartikan aspek dengan kala.Kesalahan yang dianggap
sederhana tersebut jika kita biarkan terus maka selamanya akan menjadi kesalahan.
Mayumi Kudou (1995) berpendapat bahwa aspek sangat erat hubungannya dengan kala.
Suatu kalimat dapat saja mengandung kedua unsur tersebut. Bagi pelajar pemula hal ini
terkadang dapat membingungkan sudut pandang mereka. Akan tetapi, kebingungan ini
dapat diatasi jika kita dengan teliti melihat perbedaannya. Hanya saja, perbedaan tersebut
tidak dijelaskan secara gamblang pada saat pertama kali pembelajar mempelajari perubahan
bentuk pada verba yang mengalami perubahan sesuai dengan kala pada kalimat tersebut.
Keterbatasan dalam pemahaman mengenai kala dan aspek oleh pembelajar Bahasa
Jepang di Indonesia memungkinkan bertambahnya kesalahan yang dibuat pembelajar. Hal
ini dapat juga dikaitkan dengan tidak adanya kala dalam Bahasa Indonesia (Gorys Keraf:
1991). Pembelajar berusaha mencocokkan perubahan kata kerja dalam Bahasa Jepang
dengan skema bahasa yang dipahaminya, yaitu Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibunya.
Padahal, meskipun Bahasa Indonesia tidak memiliki kala, tetapi memiliki kategori aspek
yang mirip dengan kategori kala dalam Bahasa Jepang. Jika dilihat dari sudut pandang
aspek, maka kita dapat membagi verba dalam Bahasa Jepang menjadi beberapa bagian.
Untuk memahami perbedaan verba yang berkaitan dengan kala dan aspek dalam
Bahasa Jepang, kita harus mengetahui fungsi dari kala dan aspek tersebut. Pengetahuan ini
2
akan menjadi sebuah miscommunication, karena saat seseorang mempelajari bahasa, yang
paling penting adalah kelancaran komunikasi yang baik dan tanpa kesalahpahaman.
Salah satu kesalahan yang menurut penulis paling berbahaya adalah pemahaman
terhadap perubahan verba yang hanya berkaitan dengan kala saja. Penulis pernah
memberikan pertanyaan kepada beberapa orang pembelajar Bahasa Jepang, “Bagaimana
dengan unsur aspek pada verba yang mengalami perubahan dalam kalimatnya? Misalnya,
verba yang mengalami perubahan bentuk ~ い dan ~ い た”. Pembelajar tersebut
tidak menjawab sesuai dengan harapan penulis.kebanyakan dari koresponden menjawab
bahwa kedua bentuk tersebut mengalami perubahan kala. Bahkan beberapa orang
koresponden balik bertanya mengenai apa yang dimaksud “aspek” tersebut.
Kejadian ini menggelitik penulis untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab
ketidaktahuan pembelajar mengenai aspek verba dalam kalimatyang mengalami perubahan
bentuk tersebut. Pertanyaan yang serupa penulis tanyakan kepada pembelajar yang saat ini
tengah menyelesaikan skripsinya dan jawabannya hampir sama, yaitu apa itu aspek dan apa
kaitannya dengan perubahan bentuk verba?
Mendapati ketidaktahuan pembelajar Bahasa Jepang mengenai aspek, membuat penulis
beranggapan bahwa penyebab utama ketidaktahuan mengenai unsur aspek pada verba
adalah karena kurangnya penyajian pengetahuan mengenai aspek itu sendiri. Kata aspek
masih belum banyak dikenal pembelajar. Kalaupun ada, yang dipahami oleh pembelajar
adalah kata serapan pada bahasa asing lain yang lebih umum dipelajari di Indonesia, yaitu
Bahasa Inggris.
Pembelajar bahasa secara otomatis biasanya akan membandingkan pengertian atau
pemahaman suatu kata dengan bahasa ibunya. Karena hal tersebut, kadang pengertian yang
tidak memiliki padanan kata atau pola kalimatnya mendapat perhatian yang minim
dibandingkan dengan kata atau pola kalimat yang memiliki padanan yang tepat dalam
3
Kesalahan yang sering terjadi pada pembelajar bahasa dalam membuat kalimat
diantaranya adalah mengenai kata kerja dan kata sifat yang mengalami perubahan bentuk
waktu lampau, sekarang, dan masa depan. Berdasarkan kebiasaan tersebut, pembelajarakan
mengikuti pola tertentu berdasarkan apa yang telah dipelajarinya. Ketidakutuhan dan
kurangnya pemahaman dalam pola kalimat tertentu memberi dampak ketidak
sempurnaannya suatu kalimat yang mereka buat. Jika dikaitkan dengan aspek dan kala, hal
ini memungkinkan sekali terjadinya kesalahan dalam penyampaian kalimat atau maksud
pembicaraan yang diinginkan oleh pembelajar. Berikut beberapa contoh kalimat yang
terdapat dalam bahan ajar tingkat chuukyuu yang mengandung aspek dalam kalimatnya.
(1) 昔 こ こ 川 流 い ま し た (New Approach Chuukyuu Nihongo:21, aspek
perfektif, kala bentuk lampau)
(2) 彼女 今 台湾 働い います (Chuukyuu Dokkai:1, aspek habituatif)
(3) 降 たい駅 降 く 次 駅ま い しま たん す
(Nihongo Shuuchuu Tore-ningu:164, aspek spontanitas, kala lampau)
Pada contoh (1) verba bentuk ~ い berada dalam posisi lampau yang termasuk ke
dalam kategori aspek perfektif. (Mayumi: 1995) Jika dilihat dari segi kala maka verba
tersebut berada pada bentuk lampau yang menyatakan keberakhiran suatu aktivitas atau
kondisi. Sedang pada kalimat ke (2) verba bentuk ~ い menyatakan kondisi yang masih
berlangsung yang mnunjukkan kebiasaan seseorang saat itu. Walaupun kebiasaan tersebut
bisa saja berhenti tetapi saat kalimat diucapkan, kondisi berada pada masa kini. Pada
contoh kalimat ke (3) verba terjadi pada masa lampau, yang menyatakan spontanitas dan
aktivitas subjek.
Ketiga contoh diatas hanyalah segelintir contoh perubahan verba yang didalamnya
mengandung unsur aspek dan kala. Dengan memahami makna aspek pada verba, penulis
berharap kesalahan yang dibuat pembelajar Bahasa Jepang dapat diminimalisir.
Dedi Sutedi (2009:89), berpendapat bahwa wajar jika pembelajar asing yang
4
karena kedua hal tersebut sering menjadi penghambat dalam mempelajari linguistik bahasa
Jepang. Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengangkat “Analisis Aspek Verba yang
terdapat dalam Bahan Ajar Bahasa Jepang Tingkat Menengah” sebagai bahan
penelitian untuk tesis. Bahan ajar yang penulis gunakan sebagai bahan penelitian
diantaranya adalah Minna No Nihongo II, Nihongo Chuukyuu I, Chuukyuu Dokkai,
Nihongo Shuuchuu Toreningu, dan New Approach Chuukyuu Nihongo.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan
masalah pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek verba apa saja yang terdapat dalam bahan ajar tingkat menengah jurusan bahasa
Jepang?
2. Kesulitan apa saja yang dialami pembelajar dalam mempelajari dan memahami aspek
verba yang terdapat dalam bahan ajar tingkat menengah jurusan bahasa Jepang?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?
Untuk menghindari perluasan masalah yang tidak diperlukan, maka penulis membatasi
pokok bahasan pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Penelitian ini secara mendalam mencari verba yang menyatakan aspek pada bahan ajar
yang telah disebutkan sebelumnya dan mengkategorikannya sesuai dengan kelompok
aspek yang telah ada.
2. Bahan ajar yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah bahan ajar yang digunakan
oleh pembelajar tingkat III dan IV pada perguruan tinggi yang mana kedua tingkatan
ini dipetakan sebagai pembelajar tingkat menengah.
3. Penelitian ini tidak ditujukan untuk meneliti kesalahan dalam kalimat pada bahan ajar
melainkan hanya sebagai media pemetaan aspek verba yang mengalami perubahan
5
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan dan batasan masalah diatas, dapat penulis paparkan beberapa
tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Mengdeskripsikan jenis aspek verba yang terdapat dalam bahan ajar tingkat menengah.
2. Menemukan kesulitan-kesulitan dalam mempelajari dan memahami aspek verba yang
mungkin dialami pembelajar tingkat menengah.
3. Mencari upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu materi kajian yang dapat
memberikan sumbangan teori mengenai golongan verba atau doushi yang termasuk
aspek berdasarkan fungsi kata kerjanya yang terdapat pada bahan ajar yang digunakan
pembelajar tingkat chuukyuu.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi pembelajar Bahasa Jepang, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan serta pemahaman mengenai aspek pada verba dalam kalimat yang
muncul dalam bahan ajar yang mereka pelajari. Diharapkan pula hasil penelitian
ini dapat dijadikan bahan kajian atau referensi untuk memperluas pengetahuan
mengenai aspek yang terdapat pada kata kerja dan golongannya.
2) Bagi pengajaran Bahasa Jepang
Bagi pengajaran Bahasa Jepang, diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian materi
dalam proses pengajaran, khususnya yang berkaitan dengan pemahaman aspek
6
yang mungkin menjadi penyebab kesalahan pemahaman pada bahasa yang
dipelajarinya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pada tesis ini adalah deskriptif. Pada Bab II akan disajikan pembahasan
mengenai kajian teori yang mendukung penelitian. Landasan teori ini diambil dari berbagai
sumber, baik buku, penetian terdahulu, dan media internet. Berdasarkan rujukan tersebut,
penulis merangkum teori yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Pada Bab III penulis akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan.
Penulis menggunakan macam-macam metode kemudian memilih salah satu yang penulis
rasa sangat sesuai dengan jenis penelitian yang penulis lakukan. Bab ini juga mengupas
mengenai pengumpulan data dari bahan ajar yang menjadi sumber penelitian. Data yang
dikumpulkan kemudian dianalisisdan diolah sesuai dengan tujuan penelitian yang penulis
harapkan.
Penjelasan lebih lengkap mengenai analisis data akan dijabarkan pada Bab IV. Data
akan dibahas sedetil mungkin dan dikaitkan dengan metode yang diusung. Analisis data
akan dilakukan secara sistematika sesuai dengan rumusan masalah.
Kesimpulan dan saran atas penelitian yang penulis lakukan akan disajikan pada bab
akhir tesis ini. Kesimpulan yang penulis sajikan merupakan pendapat subjektif yang
46
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Penelitian ini termasuk salah satu jenis penelitian kualitatif yang datanya didapat
dari dua sumber, yaitu bahan ajar dan data hasil kuesioner, yang dilakukan pada 50 orang
koresponden. Untuk mempermudah pembacaan hasil kuesioner, data akan disertai dengan
grafik persentase kecenderungan jawaban yang benar dari soal-soal yang diberikan. Hal ini
dilakukan agar pembacaan hasil kuesioner menjadi lebih mudah untuk dimengerti.
Dengan penggunaan metode ini diharapkan tujuan dari penelitian ini dapat dicapai.
Tujuan dari penelitian ini sendiri adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam penelitian.
Serta untuk mengetahui hubungan antar fenomena yang diselidiki dan menyajikan hasilnya
secara apa adanya.
Menurut Whitney (1960), metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Perspektif waktu yang dijangkau dalam
penelitian deskriptif, adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang
masih terjangkau dalam ingatan responden dan peneliti.
Metode penelitian kualitatif sendiri merupakan prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis maupun lisan dalam sebuah bahasa. Metode ini bertujuan
membuat deskripsi mengenai sifat-sifat keadaan yang berhubungan dengan
fenomena-fenomena yang diteliti sehingga didapat gambaran data yang ilmiah. Penulis menggunakan
metode ini karena pada proses penelitian akan menjabarkan secara deskriptif mengenai data
penelitian yang telah dikumpulkan. Selain itu penulis ingin membeberkan secara apa
adanya tentang hasil yang didapat dari data-data penelitian, tanpa mengacu pada hipothesis
47
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah beberapa bahan ajar yang dipakai di beberapa
perguruan tinggi dan lembaga kursus bahasa Jepang. Bahan ajar yang diteliti terdiri dari
lima bahan ajar, yaitu “Minna No Nihongo II” (dari bab 26), “Nihongo Chuukyuu I”,
“New Approach Japanese Intermediate Course”, “Nihongo Shuuchuu Tore-Ningu”
(dari bab 8), dan “Chuukyuu Bunpou” (dipergunakan oleh mahasiswa upi tingkat 3 dan 4). bagian yang dijadikan data penelitian adalah kalimat-kalimat atau frasa yang
didalamnya mengandung verba yang mengalami infleksi. Infleksi pada verba tersebut
kemudian ditelaah dan dikategorikan dalam jenis aspek tertentu.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data kualitalif,
yaitu berupa data tulisan karena nantinya akan diklarifikasikan dan digolongkan
berdasarkan kategori tertentu. Pemilihan data tulisan sebagai sumber data didasarkan
pada pertimbangan akan keberagaman verba dalam bahasa Jepang. Karena data yang
diperoleh adalah data kualitatif, maka untuk menghubungkannya dapat dilakukan
pengkategorisasian, dengan karakteristik data berwujud pernyataan-pernyataan, kalimat
majemuk sederhana, kalimat-kalimat tanya, atau berupa kata-kata.
Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah bahan ajar yang digunakan
pembelajar bahasa Jepang tingkat chuukyuu atau setingkat dengan tingkat 3 dan 4
pembelajar di perguruan tinggi. Bahan ajar yang digunakan sebagai sumber data adalah
“Minna No Nihongo II” (Dari Bab 26), “Nihongo Chuukyuu I”, “New Approach
Japanese Intermediate Course”, “Nihongo Shuuchuu Tore-Ningu” (dari Bab 8), dan
48
Data dipilih berupa kalimat-kalimat yang di dalamnya terdapat verba yang
mengalami perubahan bentuk. Berdasarkan perubahan tersebut golongan verba dapat
dikategorikan dalam golongan aspek sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Sumber data lain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah hasil
kuesioner yang dibagikan pada 50 orang koresponden. 13 orang koresponden adalah
mahasiswa semester 7 dari STBA Yapari-ABA Bandung. Terdiri dari 6 orang laki-laki
dan 7 orang perempuan. 37 orang lainnya adalah koresponden dari UPI Bandung,
semester 7 dan semuanya adalah perempuan.
Koresponden dari STBA penulis anggap sebagai perwakilan dari pembeajar bahasa
Jepang secara umum. Fokus pembelajaran pada mahasisa STBA Yapari-ABA termasuk
kategori bahasa Jepang secara general. Sedang koresponden dari UPI Bandung adalah
perwakilan pembelajar bahasa Jepang secara khusus. Hal ini karena materi yang
diterima pembelajar UPI secara khusus berkaitan dengan pendidikan keguruan yang
mencetak guru-guru bahasa Jepang di Indonesia.
C. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2000: 134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
Jenis instrumen yang sedang diteliti oleh peneliti adalah jenis dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, bahan ajar, jurnal
49
Data pada penelitian ini diperoleh melalui langkah-langkah yang disusun secara
sistematik berikut.
a. Pemilahan Verba Aspek
Pemilahan verba aspek dilakukan pada 5 bahan ajar yang menjadi sumber data,
yaitu “Minna No Nihongo II” (Dari Bab 26), “Nihongo Chuukyuu I”, “New
Approach Japanese Intermediate Course”, “Nihongo Shuuchuu Tore-Ningu”
(dari Bab 8), dan “Chuukyuu Bunpou” (dipergunakan oleh mahasiswa UPI
tingkat 3 dan 4). Verba aspek akan digaris bawahi dan kemudian dikategorikan
dalam golongan aspek dan dijabarkan presentasenya dalam bahan ajar tersebut.
b. Penelusuran Pustaka
Penelusuran pustaka dilakukan guna mencari teori-teori yang berkaitan dengan
tema penelitian, karena penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitalif maka untuk memperoleh pengetahuan dan data mengenai kajian
penelitian, peneliti menggunakan informasi dan dokumentasi seperti buku-buku
yang membahas tentang teori aspek secara umum, jurnal-jurnal yang berkaitan
dengan aspek, dan berbagai hasil ilmiah (tesis).
c. Penelusuran Online
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam
menganalisis data penelitian, baik dalam bentuk pencarian hasil penelitian
terdahulu ataupun dalam bentuk data-data yang berkaitan dengan tema yang
penulis teliti. Untuk menghindari sumber data yang tidak valid, maka
pengambilan data berupa jurnal dibatasi pada situs yang terpercaya, yaitu
dengan nama organisasi dan universitas yang jelas.
d. Kuesioner
Kuesioner berupa 10 kalimat bentuk pernyataan dan pertanyaan. Koresponden
diminta mengisi kuesioner sesuai dengan jawaban yang benar. Berdasarkan
50
diketahui, meski tidak secara mutlak. Kuesioner ini dilakukan untuk
mendapatkan tambahan data mengenai kesulitan dan penyebab kesalahan
pemahaman verba aspek yang mungkin dialami oleh pembelajar bahasa Jepang
tingkat menengah. Hasil kuesioner akan disertai histagram, hal ini dimaksudkan
agar mempermudah pengelompokan kecenderungan jawaban yang dialami oleh
pembelajar (koresponden).
D. Teknik Analisis Data
Dengan adanya metode yang disebutkan diatas maka teknik analisa data dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya:
a. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data,
transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang
didapat dari bahan ajar. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan secara terus
menerus selama penelitian dilakukan untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.
b. Penyajian Data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk
yang sistematis, sehingga data menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dengan proses penyajian data ini peneliti
telah siap dengan data yang telah disederhanakan dengan hasil yang sistematis.
c. Kesimpulan, yaitu merupakan tahapan akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini
peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh dari observasi
dan dokumentasi. pada akhirnya penarikan kesimpulan akan data yang diambil akan
membuat hasil penelitian ini menjadi valid dan benar-benar maksimal.
Langkah-langkah dalam menganalisis verba aspek yang ditemukan pada data-data
penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Menginvetaris jumlah verba aspek serta memilahnya sesuai dengan kelompok
51
Aspek verba Jumlah verba Jenis aspek
~ ある 4 buah Tanjunjoutaitai Hikakotai
~ いる 41 buah Kizentai Kakotai, Shinkoutai Kakotai,
Shnkoutai Hikaotai, Shinkoutai
Hanpuku, Tanjun Joutaitai Hikakotai,
Shuuketsutai Fukanryou dan
Keizokutai Shinkotai Hikakotai tabel 3.1 Contoh inventarisasi verba aspek dan pengkategoriannya
b. Melakukan pemberian koding pada verba aspek yang ditemukan pada frase-frase
atau kalimat-kalimat pada bahan ajar. Pemberian koding ini dilakukan guna
mempermudah pengkategorian aspek atau proses kategorisasi. Pemberian koding
disesuaikan dengan jenis aspek yang terkandung dalam verba aspek tersebut.
No Kalimat Bab Hal Bagian Jenis Aspek
c. Menganalisis dan mengklasifikasikan data sesuai jenisnya. Analisis ini dilakukan
untuk mengelompokan verba aspek dalam bahan ajar.
d. Dari hasil klasifikasi yang didapat, penulis kemudian mengambil beberapa
kelompok aspek verba dan menjadikannya kuesiner untuk mengetahui kemungkinan
kesulitan-kesulitan dan penyebab-penyebab kesalahan pemahaman yang dilakukan
siswa dalam penggunaan aspek verba. Hasil kuesioner ini diharapkan dapat
memberikan data mengenai kecenderungan pemahaman verba aspek pada
pembelajar bahasa Jepang tingkat menengah. Kuesioner yang diberikan pada
koresponden dilakukan guna mengetahui kecenderungan pembelajar mengenai
verba aspek. Kuesioner ini menjadi sumber data data tambahan yang diperuntukan
guna mengetahui tingkat pemahaman pembelajar mengenai aspek verba.
52
e. Menyimpulkan hasil penelitian dari data-data yang telah diinterpretasikan dalam
penelitian. Kesimpulan diambil berdasarkan pengkategorian verba aspek yang
diambil dari bahan ajar. Pada bagian ini juga disampaikan hasil penghitungan
frekuensi kemunculan verba aspek berdasarkan kategorinya, permasalahan yang
timbul dalam pengkategorisasian dan kesimpulan dari data tambahan.
Dengan melakukan analisis data seperti disebutkan di atas, penelitian diharapkan dapat
mendapatkan data yang valid sehingga mempermudah pemerolehan hasil penelitian. Dalam
penelitian ini, data yang sudah ada dikumpulkan secara keseluruhan dan disederhanakan,
disajikan dalam susunan yang rapi, kemudian dianalisis. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif digunakan untuk
memperkuat hasil analisa yang didapat. Dalam pengolahan data, pada penelitian ini
dilakukan pengkodingan dengan tujuan:
a. Memudahkan identifikasi fenomena.
b. Memudahkan perhitungan frekuensi kemunculan fenomena.
c. Kecenderungan temuan yang sering muncul dapat dikodekan.
d. Memudahkan penyusunan kategori dan sub kategori.
E. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Rancangan kegiatan dan waktu pelaksanaan yang peneliti jadikan pedoman dalam
kegiatan penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel berikut.
No. Kegiatan Bulan ke-
53
1. Pembuatan proposal √
2. Penelusuran referensi √
3. Pengumpulan data √
4. Pengolahan data √ √
5. Penyusunan laporan √ √ √
94
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya peneliti menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian dapat kita ketahui bahwa tidak semua jeni aspek verba berada
pada bahan ajar bahasa Jepang tingkat menengah. Sebagian besar jenis aspek verba
yang muncul dalam dalam bahan ajar adalah yang sering muncul dalam percakapan
sehari-hari, seperti bentuk ~ている, ~ てしまう、~てだす、dan lain sebagainya.
2. Jenis verba aspek yang sering muncul dalam bahan ajar yang telah diteliti adalah
jenis shinkoutai dan keizokutai.
3. Banyaknya jenis verba aspek yang tidak diperkenalkan dalam materi yang ada pada
bahan ajar. misalnya bentuk ~ようとする、~尽くす、dan lain sebagainya.
4. Kesulitan-kesulitan yang dialami pembelajar lebih bersifat pada kondisi tidak
diperkenalkannya aspek sebagai materi pembelajaran yang berbeda dengan konsep
kala.
5. Aspek merupakan objek pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan
ketertarikan pembelajar dalam menelaah ketatabahasaan Bahasa Jepang.
B. Rekomendasi
Berikut beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan berkenaan dengan
95
1. Bagi Pemberi materi
Bagi pengajar atau pemberi materi alangkah baiknya jika dapat mengkaji lebih
dalam lagi mengenai konsep aspek sehingga pemahaman yang dapat disampaikan
kepada pembelajar menjadi lebih luas. Jika hal ini dilakukan maka manfaatnya
akan sangat besar dirasakan oleh pembelajar, salah satunya adalah dengan
berkurangnya kesalahan pembelajar dalam membuat kalimat berlatar belakang kala
dan aspek. Pemberi materi dapat menyiapkan beberapa drill yang dapat memebantu
pembelajar memahami aspek secara lebih mendalam lagi.
2. Bagi Institusi
Meskipun kategori ketatabahasaan ini tidak ada dalam kurikulum pembelajaran
bahasa Jepang, akan snagat baik jika pembahasan materi aspek disisipkan dalam
mata kuliah dimana konsep tersebut ada didalamnya. Hal ini akan dapat
meningkatkan kemampuan pembelajar dalam pemerolehan pemahaman ketata
bahasaan yang dipelajarinya. Akan lebih baik jika materi ini memiliki mata kuliah
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pembelajar.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengambil kajian yang sama, yaitu aspek
dapat menggunakan teori yang berbeda dalam pendekatannya. Karena fokus
pengkategorian yang peneliti lakukan adalah berdasarkan kategori yang dibuat oleh
Kindaichi maka ragam aspek yang muncul pun menjadi sangat banyak. Pada
kesempatan berikutnya bentuk yang lebih sederhana dapat membantu pembelajar
memahami konsep aspek ini. Selain itu bagi peneliti dapat juga mengkaji metode
yang sesuai dalam pemahaman aspek bagi pembelajar tingkat menengah atau
tingkat atas. Sebagai pedoman penyesuaian akan tingkatannya dapat dengan
menggunakan frekuensi banyaknya jenis verba aspek yang digunakan dalam bahan
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokokya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Metode Penelitian ( Pendekatan Penelitian ). Jakarta:PT
Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Haruhiko, Kindaichi (1995). Nihongo doushi no asupekuto. Tokyo : Mugi shooboo.
伊織 . (2000). 日本語文法ハン ブック 初級 . 日本:3Aネッ ワーク.
______. (2001). 日本語文法ハン ブック 中級 . 日本:3Aネッ ワーク.
Isao, Iori. 2001. Atarashii Nihongo Gaku Nyuumon. Tokyo: Shuppan.
藤、福地. (1987). テンス∙ アスペク ∙ ムー . 日本:荒竹出版.
Japan Foundation. (1990). Nihongo Chuukyuu 1.Surabaya: Bintang Surabaya.
Keiko, Hoshino. (2008). Nihongo Shuuchuu Toreningu. Jepang: ALC.
Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia.Alwi, Hasan, dkk.
2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Kridalaksana, Harimurti 1983 Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
1986. Kelas kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Kudou, Mayumi. 1995. Asupekuto Tensu Taikei : Gendai Nihongo no Jikan no Hyougen.
Tokyo: Hitsuji Shoten.
Machida, Ken. 1989. Nihongo no Jisei to Asupekuto. Tokyo : Aruku .
Minna No Nihongo. (1998). Tokyo : 3A Corporation.
Nasir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Nelasari, Efni. “Aspek dalam Bahasa Jepang”. Juni 2011.
Noboru Oyanagi. (2002). New Approach Chuukyuu Nihongo.Jepang: Nihongo Kenyuusha.
Ramlan, M. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.
Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung :Humaniora.
______. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.
Tadjuddin, Moh. Aspektualitas Dalam Kajian Linguistik. Bandung: PT. Alumni, 2005.
Tjandra, N. Sheddy. (2000). Masalah Kala Dan Aspek Dalam Bahasa Indonesia:
Peninjauan Melalui Perantaraan Bahasa Jepang. BKJ. No.13.
Tesis Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Menggunakan Kalimat Aspek dan Kala
dalam Bahasa Jepang. Bandung: Unpad.
Upi. (2010). Chuukyuu Dokkai 2.Bandung : Upi.