MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI
WARGA NEGARA
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 28 Jakarta)
TESIS
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Disusun Oleh:
MARTALENA SIBURIAN (NIM. 1006991)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI
WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI
WARGA NEGARA
(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 28
Jakarta)
Oleh
Martalena Siburian
S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
© Martalena Siburian 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Martalena Siburian (1006991). Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi Warga Negara. (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 28 Jakarta).
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Martalena Siburian (1006991). Civic Education as the Citizen Constitutional-Awareness Building Device. (Case Study at Sekolah Menengah Atas Negeri 28 Jakarta).
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK (Bahasa Indonesia)... ii
ABSTRACT (Bahasa Inggris)... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 9
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 10
F. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan ... 12
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 12
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 18
3. Karakteristik dan Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ... 20
4. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan ... 22
B. Konsep Wahana Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi ... 24
1. Konstitusi dan Konstitusionalisme ... 24
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3. Indikator Kesadaran Berkonstitusi ... 40
4. Hubungan antara Pendidikan Kewarganegaraan dan Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi ... 42
C. Konsep Warga Negara ... 45
D. Teori Perkembangan Moral ... 47
E. Penelitian Yang Relevan ... 49
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
A. Lokasi dan subjek Penelitian ... 51
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 52
C. Tahap-tahap Penelitian ... 57
D. Penentuan Responden dan Kisi-kisi Penelitian ... 58
E. Definisi Operasional ... 59
F. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 60
G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 63
H. Uji Validitas Penelitian Kualitatif ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 68
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78
1. Deskripsi Hasil Wawancara ... 78
2. Deskripsi Hasil Observasi ... 88
3. Deskripsi Hasil studi Dokumentasi ... 90
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90
1. Persepsi Warga Sekolah tentang Kesadaran Berkonstitusi .... 90
2. Proses Pembelajaran PKn sebagai Wahana Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi terhadap Warga Negara ... 94
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
4. Upaya yang dilakukan oleh Pihak Sekolah dalam Pembinaan
Kesadaran Berkonstitusi Warga Negara ... 98
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 101
A. Simpulan Umum ... 101
1. Simpulan Umum ... 101
2. Simpulan Khusus ... 102
B. Rekomendasi ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 109
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perincian Pelanggaran Anak-anak Maupun Remaja Pada Tahun
2011 ... 4
Tabel 1.2 Perincian Pelanggaran Anak-anak Maupun Remaja Pada Tahun 2012 ... 4
Tabel 3.1 Subjek Penelitian di SMA Negeri 28 Jakarta ... 51
Tabel 4.1 Keadaan Siswa di SMA Negeri 28 Jakarta ... 72
Tabel 4.2 Data Guru dan Pegawai di SMA Negeri 28 Jakarta ... 72
Tabel 4.3 Prestasi Akademik SMA Negeri 28 Jakarta ... 76
Tabel 4.4 Triangulasi Sumber Penelitian Persepsi Warga Sekolah tentang Kesadaran Berkonstitusi ... 80
Tabel 4.5 Triangulasi Sumber Penelitian Proses Pembelajaran PKn sebagai Wahana Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi terhadap Warga Negara Muda ... 83
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.7 Triangulasi Sumber Penelitian Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan Kesadaran Berkonstitusi Warga
Negara Muda ... 87
DAFTAR GAMBAR
1
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
diharapkan dapat membentuk warga negara yang cerdas dan baik serta
bertanggung jawab, sebagaimana dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) secara tegas dinyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter generasi muda serta peradaban bangsa bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Namun, hingga
saat ini setelah pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diselenggarakan sejak
lama di sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dampaknya
belum signifikan dalam mengembangkan dan membina kesadaran berkonstitusi
warga negara muda.
Hal ini dapat dilihat dari pengelolaan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang lebih cenderung pada penguasaan aspek materi sehingga
pengembangan aspek yang lain termasuk pembinaan kesadaran berkonstitusi
sedikit terlupakan. Keadaan ini sejalan dengan Winataputra dan Budimansyah
(118-119: 2007) yang menyatakan bahwa kendala dan keterbatasan Pendidikan
Kewarganeganegaraan dalam membentuk warga negara yang cerdas dan baik
adalah (1) Masukan instrumental (instrumental input) terutama yang berkaitan
dengan kualitas guru atau dosen serta keterbatasan fasilitas dan sumber belajar,
dan (2) Masukan lingkungan (environmental input) terutama yang berkaitan
dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang demokratis.
Dengan demikian, pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan tidak mengarah
2
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
salah arah tersebut antara lain; Pertama, proses pembelajaran dan penilaian dalam
PKn lebih menekankan pada dampak instruksional (instructional effects) yang
terbatas pada penguasaan materi (content mastery) atau dengan kata lain hanya
menekankan pada dimensi kognitifnya saja sedangkan pengembangan
dimensi-dimensi lainnya (afektif dan psikomotorik) dan memperoleh dampak pengiring
(nurturant affects) sebagai ”hidden curriculum” belum mendapat perhatian
sebagaimana mestinya. Kedua, pengolahan kelas belum mampu menciptakan
suasana kondusif dan produktif untuk memberikan pengalaman belajar kepada
siswa atau mahasiswa melalui perlibatan secara proaktif dan interaktif baik dalam
proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas (intra dan ekstrakurikuler)
sehingga berakibat pada miskinnya pengalaman belajar yang bermakna
(meaningfull learning) untuk mengembangkan kehidupan dan perilaku siswa atau
mahasiswa. Ketiga, pelaksanaan kegiatan ekstar- kurikuler sebagai wahana ”hands-on experience” juga belum memberikan kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan antara penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku dan
keterampilan dalam kehidupan berwarga negara, berbangsa, dan bernegara.
Hal lain yang juga terjadi saat ini di Indonesia berkaitan dengan
implementasi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
adalah sering terjadinya berbagai pelanggaran terhadap ketentuan UUD NRI 1945
terutama yang berkaitan dengan hak dan kewajiban konstitusional warga negara.
Pelanggaran tersebut dilakukan oleh setiap warga negara, termasuk warga negara
muda. Oleh karena itu dapat dikatakan saat ini sudah semakin terkikisnya
kesadaran berkonstitusi yang juga telah melanda para warga negara muda sebagai
generasi muda penerus cita-cita bangsa.
Warga negara muda merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan
dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan
mental yang lebih baik. Oleh karena itu, dengan adanya program pendidikan
tingkat dasar, menengah dan tingkat tinggi diharapkan dapat menghasilkan
sumberdaya manusia yang berkualitas tinggi. Tetapi dengan terkikisnya kesadaran
3
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
kenyataan menunjukkan hal yang berbeda. Banyak data dan informasi tentang
tingkat kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan kekerasan dan melanggar
konstitusi. Hal ini di tunjukkan dengan adanya berbagai macam kenakalan remaja
akhir-akhir ini yang terjadi seperti perkelahian secara perorangan atau kelompok,
mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, penganiayaan dan
penyalahgunaan obat-obatan seperti narkotik (narkoba). Dengan demikian dapat
dikatakan kenakalan remaja tersebut merupakan suatu outcome dari suatu proses
yang menunjukkan penyimpangan tingkah laku atau pelanggaran terhadap nilai,
norma-norma maupun hukum yang ada di dalam masyarakat.
Tindak pidana yang juga merupakan pelanggaran terhadap hak
konstitusional lebih jauh lagi dengan adanya krisis moral yang melanda bangsa
Indonesia diungkapkan oleh Winataputra dan Budimansyah (2007: 166) sebagai
berikut:
Kekerasan, pelanggaran lalu lintas, kebohongan publik, arogansi kekuasaan, korupsi kolektif, kolusi dengan baju profesionalisme, nepotisme lokal dan institusional, penyalahgunaan wewenang, konflik antar pemeluk agama, pemalsuan izasah, konflik buruh dengan majikan, konflik antara rakyat dengan penguasa, demonstrasi yang cenderung merusak, koalisi antar partai secara kontekstual dan musiman, politik yang kecurangan dalam pelaksanaan pemilu dan pilkada, otonomi daerah yang berdampak tumbuhnya etnosentrisme dan lain-lain.
Dapat dilihat hal-hal diatas merupakan perilaku-perilaku yang ironisnya
tidak sedikit dilakukan oleh kaum yang berpendidikan tinggi, dilakukan oleh
pejabat negara sampai pejabat daerah, oleh aparat penegak hukum, hingga wakil
rakyat yang terhormat, dan juga oleh para warganegara muda.
Adanya kasus yang melibatkan beberapa para kader partai yang terlibat
dalam kasus tindak pidana korupsi (Kompas.com 23 Januari 2013). Contoh
kejahatan lain yang dilakukan remaja yang berkisar berumur antara 16 hingga 19
tahun hampir setiap hari menghiasi media massa. Salah satu contoh kasus yang
menarik lainnya adalah kejahatan yang dilakukan oleh empat orang remaja yang
mengendarai dua motor. Mereka merampok sepasang remaja yang pacaran di
4
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan data di Polda Metro Jaya terdapat pelanggaran atau tindak pidana
yang dilakukan oleh anak-anak maupun remaja. Pada tahun 2011 terjadi 567
kasus jambret dan pencurian ringan 7.030 kasus. Kasus tersebut juga dilakukan
oleh anak-anak maupun remaja. Berikut perincian pelanggaran yang dilakukan
oleh anak-anak maupun remaja pada tahun 2011.
Tabel 1.1
Perincian Pelanggaran Anak-anak Maupun Remaja Pada Tahun 2011
No Tindakan Jumlah kasus Pelaku 12-17 tahun
1 Jambret 180 Anak-anak
2 Tawuran 30 Remaja
3 Pencurian ringan 43 Anak-anak
Sumber: Data Polda Metro Jaya, diolah peneliti tahun 2013
Dari data diatas dapat dilihat bahwa perilaku-perilaku yang dilakukakan oleh anak-anak maupun remaja saat ini menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak sesuai dengan konstitusi. Selanjutnya pada tahun 2012 pelanggaran terhadap konstitusi juga masih banyak dilakukan oleh remaja. Ini dapat dilihat dari terjadinya 144 kejahatan dengan kekerasan dan pencurian ringan 1.800 kasus. Berikut data perincian pelanggaran yang dilakukan oleh anak-anak maupun
remaja pada beberapa kasus pada tahun 2012.
Tabel 1.2
Perincian Pelanggaran Anak-anak Maupun Remaja Pada Tahun 2012
No Tindakan Jumlah kasus Pelaku 12-17 tahun
1 Kejahatan dengan kekerasan 6 Anak-anak
2 Kenakalan remaja 11 Remaja
3 Pencurian ringan 12 Anak-anak
Sumber: Sumber: Data Polda Metro Jaya, diolah peneliti tahun 2013
5
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
menunjukkan rendahnya sikap dan perilaku konstitusional yang dimiliki oleh warganegara muda.
Kondisi tersebut selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan
Winataputra dalam Acta Civicus (2009:54) yang menunjukkan bahwa salah satu
kompetensi yang harus dikuasai oleh warga negara adalah memahami kedudukan
dan pentingnya konstitusi (tertulis dan tidak tertulis) dalam kehidupan berwarga
negara, berbangsa, dan bernegara. Tetapi dalam kenyataannya, kompetensi warga
negara dalam aspek ini masih rendah, padahal kompetensi tersebut merupakan
kompetensi paling ideal yang harus dimiliki warga negara. Kenyataan ini
dikarenakan terbatasnya informasi warga negara tentang konstitusi, yang dalam
banyak hal dianggap sebagai sesuatu yang bukan urusannya. Sikap tersebut
didorong oleh anggapan bahwa konstitusi tidak ada kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari.
Lebih lanjut Asshiddiqie (2008:12) menyatakan bahwa dalam kesadaran
berkonstitusi juga terkandung maksud ketaatan kepada aturan hukum sebagai
aturan main (rule of the game) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar
setiap warganegara memiliki kesadaran berkonstitusi maka harus dibina dan
ditumbuhkan, karena hal itu tidak dapat lahir dengan sendirinya. Hal ini sejalan
dengan Fallon (2001:37-38) dalam perspektif hukum, untuk menumbuhkan
kesadaran berkonstitusi warga negara dapat dilakukan melalaui dua cara, yaitu: 1)
identifying constitutional norms and specifying their meaning; dan 2) crafting
doctrine or developing standards of review. Hal tersebut menunjukkan agar setiap
lembaga dan segenap warga negara dapat melaksanakan kehidupan berbangsa dan
bernegara berdasarkan UUD NRI 1945 maka diperlukan adanya budaya sadar
berkonstitusi.
Asshiddiqie (2008:11) menyatakan jika warga negara telah memahami
norma-norma dasar dalam Konstitusi dan menerapkannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, maka dengan sendirinya ia dapat mengetahui dan
mempertahankan hak-hak konstitusionalnya yang dijamin dalam Undang-Undang
6
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
negara dapat berpartisipasi secara penuh terhadap pelaksanaan UUD NRI 1945,
baik melalui pelaksanaan hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan, serta dapat pula
melakukan kontrol terhadap penyelenggaraan negara dan jalannya pemerintahan.
Kondisi tersebut dengan sendirinya akan mencegah terjadinya penyimpangan
ataupun penyalahgunaan konstitusi. Jika hal tersebut dapat diwujudkan, maka
telah terbentuk warga negara yang memiliki kesadaran berkonstitusi yang tinggi.
Pendapat lain dikemukakan oleh Winataputra (2012:96) konstitusi
merupakan perwujudan dari cita-cita dan komitmen luhur Bangsa Indonesia, maka
pendidikan kesadaran berkonstitusi pada dasarnya merupakan proses interaksi
antar individu sebagai anggota masyarakat, elemen bangsa, dan warga negara
dengan lingkungannya (lokal, nasional, dan global) yang memungkinkan tumbuh
kembangnya kualitas pribadi yang mencerminkan konsep dan nilai-nilai yang
inheren dalam UUD 1945 dengan perubahannya.
Dapat dikatakan bahwa pendidikan kesadaran berkonstitusi sangatlah
penting dimiliki oleh setiap warga negara khususnya warga negara muda guna
menunjukkan kualitas diri sebagai warga negara dan menjadikan patokan dalam
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari baik itu di dalam lingkungan rumah,
sekolah, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Djahiri (1995:10) mengemukakan bahwa melalui PKn siswa siswa
diharapkan:
a. Memahami dan menguasai secara nalar konsep dan norma Pancasila sebagai falsafah, dasar ideologi dan pandangan hidup negara RI.
b. Melek konstitusi (UUD NRI 1945) dan hukum yang berlaku dalam negara RI.
c. Menghayati dan meyakini tatanan dalam moral yang termuat dalam butir diatas.
d. Mengamalkan dan membakukan hal-hal diatas sebagai sikap perilaku diri dan kehidupannya dengan penuh keyakinan dan nalar.
Menurut Wahab dalam Budimansyah (2006:61) bahwa warga negara yang
7
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
yang digambarkan sebagai pendidikan yang menekankan pada “nation and
character building” menekankan pada nasionalisme, dan rezim berikutnya menekankan pada terbentuknya “ manusia seutuhnya” yakni manusia-manusia yang berpengatuhan, berketrampilan dan bersikap menjadi warga negara yang
baik agar dapat berperan serta dalam penyelenggaraan pemerintahan, menjunjung
tinggi moral-moral bangsa, dan memiliki tanggung jawab kemasyarakatan yang
berorientasi pada pengisian kemerdekaan dengan pembangunan bangsa dan
negara.
Lebih lanjut, Riyanto (2008:23) menyatakan bahwa notifikasi
(penyebarluasan pemahaman) hukum konstitusi dapat dikatakan melalui
Pendidikan Kewarganegaraan. Hal tersebut dikarenakan dalam Pendidikan
Kewarganegaraan mengandung bahan atau materi tentang konstitusi sebagai
hukum dasar, hukum derajat tinggi, dan hukum tertinggi dalam suatu negara.
Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peranan penting
dalam mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang memiliki komitmen kuat
dan konsisten untuk melaksanakan UUD NRI 1945 secara sadar, murni,dan
konsekuen.
Hal lain di jelaskan dalam Standar isi bahwa Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada dua tujuan utama. Pertama,
pembentukan warga negara Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya. Kedua, pengembangan warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
(Permendiknas No 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi). Adapun konfigurasi
Pendidikan Kewarganegaraan dikontruksi dalam tiga kerangka sistemik, yakni
Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau secara kurikuler, teoretik, dan pragmatik.
Secara kurikuler, Pendidikan Kewarganegaraan dirancang sebagai subjek
pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu : (a) berpikir secara kritis,
rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan ; (b) berpartisipasi
aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
8
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya ;
(d) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusnawan Lubis
(2009:213) tentang Pengaruh Pendidikan Kewarganegaraan Terhadap Tingkat
Kesadaran Berkonstitusi Warga Negara Muda diperoleh gambaran bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat
kesadaran berkonstitusi warga negara muda di Kota Tasikmalaya. Di SMA Negeri
28 Jakarta masih ada beberapa siswa yang belum menanamkan sikap sadar
konstitusi, hal ini bisa di lihat dari adanya siswa yang melakukan pelanggaran di
dalam lingkungan sekolah seperti datang terlambat, tidak mengikuti upacara
bendera, tidak masuk sekolah, memakai sepatu warna warni. Dengan demikian
untuk menumbuhkan kesadaran berkonstitusi diperlukan adanya pemahaman oleh
setiap warga negara terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar yang menjadi
materi muatan konstitusi. Upaya yang dilakukan sekolah dengan memberikan
mata pelajaran yang bermuatan nilai, moral, dan norma yang merupakan bagian
dari disiplin Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan dapat memberikan
pemahaman mengenai pentingnya kesadaran berkonstitusi. Selain itu dengan
adanya pemahaman mengenai konstitusi maka akan menimbulkan sikap dan
perilaku kesadaran berkonstitusi. Karena hal tersebut menjadi dasar bagi warga
negara untuk dapat selalu menjadikan Konstitusi sebagai rujukan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis akan
mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah tersebut sekaligus sebagai
objek penelitian dalam rangka penulisan tesis ini dengan judul: “Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi Warga Negara”. (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 28 Jakarta).
9
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasi
masalah penelitian. Adapun identifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang masih cenderung pada
penguasaan aspek materi.
2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diselenggarakan sejak lama di
sekolah mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dampaknya belum
signifikan dalam mengembangkan dan membina kesadaran berkonstitusi
warga negara muda.
3. Belum maksimalnya guru dalam melakukan pembinaan untuk menumbuhkan
pemahaman kesadaran berkonstitusi.
4. Belum maksimalnya upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam menunjang
pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara muda.
5. Ada beberapa sikap dan perilaku warga negara muda yang inkonstitusional.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Permasalahan pokok dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana
Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Pembinaan Kesadaran
Berkonstitusi Warga Negara. Selanjutnya, mengingat luasnya permasalahan
tersebut, maka untuk mempertegas dan memperjelas permasalahan perlu
dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi warga sekolah tentang kesadaran berkonstitusi?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai
wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi terhadap warga negara
terutamanya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta?
3. Bagaimana kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya para siswa
di SMA Negeri 28 Jakarta?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan
kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya para siswa di SMA Negeri
10
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini tidak lain adalah untuk mengkaji dan
mengungkapkan lebih dalam mengenai bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan
Sebagai Wahana Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi Warga Negara, khususnya
di SMA Negeri 28 Jakarta?
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan ini adalah untuk :
a. Mengetahui persepsi warga sekolah tentang kesadaran berkonstitusi.
b. Mengetahui proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai
wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi terhadap warga negara
terutamanya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta Selatan.
c. Mengetahui kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya para siswa
di SMA Negeri 28 Jakarta?
d. Mengetahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan
kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya para siswa di SMA Negeri
28 Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan ini adalah:
1. Teoretik
Secara teoritis penulisan ini memberikan manfaat bagi penulis dari segi
pemahaman ilmu atau pengetahuan yang berhubungan dengan pemahaman
mengenai pentingnya Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan
kesadaran berkonstitusi dan untuk memberikan sumbangan pemikiran terhadap
lembaga pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam
rangka pembentukan dan pembinaan karakter warga negara menjadi warga negara
yang cerdas dan baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
11
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2. Praktik
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi kepada:
a. Diketahui persepsi warga sekolah tentang kesadaran berkonstitusi
b. Diketahui proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana
pembinaan kesadaran berkonstitusi terhadap warga negara terutamanya para
siswa SMA Negeri 28 Jakarta.
c. Diketahui kelemahan proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya para siswa
di SMA Negeri 28 Jakarta?
d. Diketahui upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan
kesadaran berkonstitusi warga negara, khususnya bagi para siswa di SMA
Negeri 28 Jakarta.
F. Struktur Organisasi Tesis
Dalam tesisi ini terdiri dari bab I sampai bab V, masing-masing bab
tersebut yakni sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar
belakang penelitian, (b) identifikasi masalah, (c) rumusan masalah, (d) tujuan
penelitian, (e) manfaat penelitian dan (f) struktur organisasi tesis. Bab II kajian
pustaka yang terdiri dari: (a) konsep pendidikan kewarganegaraan, (b) konsep
wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi, (c) konsep warga negara, (d)
penelitian yang relevan. Bab III metode penelitian yang terdiri dari: (a) lokasi dan
subjek penelitian, (b) pendekatan dan metode penelitian, (c) tahap-tahap
penelitian, (d) penentuan responden dan kisi-kisi penelitian, (e) definisi
operasional, (f) instrumen penelitian dan teknik pengumpulan data, (g) teknik
pengolahan dan analisis data, (h) uji validitas penelitian kualitatif. Bab IV yang
terdiri dari: (a) gambaran umum lokasi penelitian, (b) deskripsi hasil penelitian,
(c) pembahasan hasil penelitian. Bab V yang terdiri dari: (a) simpulan, (b)
rekomendasi. Dilengkapi dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang
51
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini adalah SMA Negeri 28 Jakarta Jalan Raya Ragunan Kelurahan Jati Padang Kecamatan Pasar Minggu Kota/Kabupaten Jakarta Provinsi DKI Jakarta. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah unggulan di Jakarta Selatan dengan semboyan SINCERE yaitu shine (sinar, cahaya), intelligent (cerdas), nice ( indah, tertib), onfidence (kepercayaan), educated (terpelajar), respectful (hormat), elegant (rapi), yang memungkinkan peneliti memperoleh data
yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2. Subjek Penelitian
Moleong (2000: 181) menyatakan bahwa “...pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample)”. Subjek dalam tabel 3.1 penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Subjek Penelitian di SMA Negeri 28 Jakarta
No Subjek Jumlah
1 Kepala Sekolah 1 orang 2 Waka. Bid. Kurikulum 1 orang 3 Waka. Bid. Kesiswaan 1 orang
4 Guru PKn 2 orang
5 Guru BK 1 orang
6 Siswa 11 orang
Jumlah 17 orang
Sumber: diolah oleh peneliti tahun 2013
52
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
menjadi narasumber untuk membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang diinginkan dalam penelitian ini.
3. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif, informasi bentuk lisan dan tulisan berturut turut menjadi data primer dan data sekunder penelitian. Data primer yang dikumpulkan mencakup persepsi dan pemahaman personal serta deskripsi lainnya
yang berkaitan dengan fokus penelitan, sedangkan data sekunder adalah data mengenai jumlah person dan kualifikasinya serta berkas kertas kerja yang dapat mengungkapkan informasi tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta.
Sesuai dengan bentuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, maka sumber data penelitian ini meliputi manusia, benda dan peristiwa. Manusia dalam penelitian kualitatif merupakan sumber data, berstatus sebagai informan mengenai fenomena atau masalah sesuai dengan fokus penelitian. Benda merupakan bukti fisik yang berhubungan dengan fokus penelitian, sedangkan peristiwa merupakan informasi yang menunjukkan kondisi yang berhubungan langsung dengan pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta.
B.Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif . Penelitian kualitatif (qualitative research) menurut Creswell (2010:4) merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang
oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah
sosial atau kemanusiaan. Di dalam proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan
53
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
struktur atau kerangka yang fleksibel. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, berfokus terhadap makna individual, dan menerjemahkan kompleksitas suatu persoalan.
Menurut Lincoln dan Guba (1985:39), yakni ontologi ilmiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika
dipisahkan dari konteksnya. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Melihat penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik bahwa “ kenyataan itu berdimensi jamak”, penelitian dan yang diteliti bersifat interaktif , tidak bisa dipisahkan satu kesatuan bentuk secara simultan, dan bertimbal balik, tidak mungkin memisahkan sebab dan akibat, dan penelitian ini melibatkan nilai-nilai. Para peneliti mencoba memahami bagaimana individu mempersepsi makna dari dunia sekitarnya. Melalui pengalaman kita mengkonstruksi pandangan kita tentang dunia sekitar, dan ini menentukan bagaimana kita berbuat.
Pendapat lain dikemukakan oleh Moleong (2010: 6 ) yang menjelaskan
bahwa :
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Maka dapat diartikan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang bertujuan mengetahui permasalahan yang dialami oleh subjek penelitian
54
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya secara spesifik, para pakar metodologi kualitatif seperti
Bogdan dan Biklen, 1992; Denzim dan Lincoln, 1994; Glesne-Peshkin, 1992
dalam A. Chaedar Alwasilah (2002: 26) telah bersepakat bahwa:
a) Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami (alih-alih menjelaskan berbagai penyebab) fenomena sosial dari persfektif para partisipan melalui pelibatan ke dalam kehidupan aktor-aktor yang terlibat.
b) Pendekatan penelitian yang paling cocok untuk ‘menangkap’ fenomena tersebut adalah etnografi yang membantu pembaca memahami definisi situasi yang ditelaah; dan dalam upaya untuk memahami definisi situasi yang ditelaah; dan dalam upaya untuk memahami persfektif para partisipan para peneliti perlu “meluruhkan diri” ke dalam fenomena yang sedang dikaji.
c) Sifat realitas sosial paling baik dikemas-sajikan dalam “think description” yang kelak akan dilaporkan kepada para pembaca dalam bentuk naratif.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah suatu cara yang dipakai untuk memahami dan menjelaskan suatu fenomena sosial yang terjadi secara alamiah. Kemudian informasi yang sudah terkumpul di deskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa.
Pendekatan kualitatif yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan yang secara signifikan mempengaruhi penajaman substansi penelitian. Pertimbangan itu adalah: metode kualitatif menyajikan secara langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan informan, obyek dan subyek penelitian bersentuhan langsung pamaparan di atas, dimaknai bahwa peneliti kualitatif merupakan suatu cara meneliti langsung tanpa rekayasa, atau intervensi dari pihak manapun sehingga memperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia. Untuk menghindari kerancuan dalam pelaksanaan pengumpulan data secara operasional, maka Bogdan & Biklen (1982:27-29) mengemukakan lima karakteristik utama dari penelitian kualitatif yang adalah sebagai berikut:
1. Peneliti sendiri sebagai instrumen utama untuk mendatangi secara langsung sumber data.
55
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
3. Menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses tidak semata- mata kepada hasil.
4. Melalui analisa induktif, peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamati.
5. Mengungkapkan makna sebagai hal yang esensial dari pendekatan kualitatif.
Metode kualitatif lebih tepat dipergunakan saat penelitian berhadapan
dengan fenomena, dalam studi ini yang diteliti masalah kesadaran berkonstitusi. Penelitian kualitatif dianggap peka, tajam dan mampu menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Pendekatan kualitatif merupakan sistem perangkat kerja dalam mengali, menguji dan membentuk teori, penelitian kualitatif menghendaki adanya kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Oleh sebab itu, peneliti mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks dari fenomena yang ada, yang selanjutnya dalam penelitian, mempelajari masalah dalam masyarakat, yaitu tata cara yang berlaku serta situasi tertentu, kegiatan sikap, pandangan serta proses yang terjadi, sekaligus suatu pengaruh dari fenomena.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa karakteristik yang ditonjolkan; Pertama, peneliti bertindak sebagai alat peneliti utama (key instrument), dengan melakukan wawancara sendiri pada informan dan pengumpulan bahan yang berkaitan dengan objek penelitian dan peneliti terlibat aktif dalam proses penelitian, peneliti berpartisifasi aktif selama penelitian berlangsung dalam rangka menjaring data dan informasi dilokasi penelitian. Analisis data diolah selama berlangsungnya kegiatan penelitian. Kedua, penonjolan rincian kontekstual artinya peneliti mengumpulkan dan mencatat data-data dengan rinci, yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diamati. Ketiga, melakukan triangulasi data, atau konfirmasi data dari lain, sebagaimana kata Moleong (1999:35)
Triangulasi adalah suatu metode pengecekan atau pembanding data yang di
56
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
informan lainnya. Tujuan untuk memberi perbandingan informasi tentang hal yang diperoleh dari beberapa pihak, agar tingkat kepercayaan terhadap data cukup tinggi. Keempat, dengan menggunakan prespektif emik, artinya membandingkan pandangan informan, bagaimana ia memandang dan menafsirkan masalah dalam pandangan sendiri. Peneliti memasuki lapangan dengan tidak membuat generalisasi dan berusaha untuk seakan-akan tidak mengetahui. Kemudian tidak
mempengaruhi jalannya pikiran informan. Kemudian, dalam wawancara berikut, akan dilakukan receking bagi data yang diperoleh dari informan sebelumnya kelima, melakukan analisis sepanjang penelitian dilakukan. Analisis dengan sendirinya akan muncul saat tiba pada penafsiran data.
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus (case study). Menurut Maxfield dalam Nazir (2005:57) Case study adalah penelitian tentang status penelitian yang berkenaan dengan suatu fase
spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Selanjutnya, Nazir (2005:57)
menjelaskan bahwa studi kasus atau case study adalah:
“Penelitian yang subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter yang khas dari kasus, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan menjadikan suatu hal yang bersifat umum”.
Sejalan dengan itu Nasution (1996:55), menyatakan studi kasus atau case study adalah untuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya. Case study dapat dilakukan terhadap seseorang individu, kelompok atau suatu golongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial.
Pendapat lain di kemukakan oleh Lincon dan Guba dalam Mulyana (2002:201) bahwa sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai
beberapa keuntungan. Bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: 1. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni
57
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan informan.
4. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness).
5. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.
6. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
Dengan menggunakan studi kasus ini peneliti berharap dapat mengidentifikasi pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta. Dengan demikian penelitian ini dihadapkan mampu manjawab pertanyaan: (1) Bagaimana persepsi warga sekolah tentang kesadaran berkonstitusi; (2) Bagaimanakah proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi terhadap warga negara terutamanya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta; (3) Bagaimana kelemahan proses dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara muda, khususnya para siswa di SMA Negeri 28
Jakarta?
(4) Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara khususnya para siswa di SMA Negeri 28 Jakarta.
Beberapa argumentasi dipilihnya metode studi kasus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Studi ini diharapkan dapat memberikan keleluasaan dalam menggunakan
beragam teknik pengumpulan data sebagai sarana untuk menjangkau dimensi otentik dari permasalahan yang diteliti.
58
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sesuai dengan hal tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat secara komprehensif mengungkapkan fakta-fakta tentang pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan kesadaran berkonstitusi warga negara di SMA Negeri 28 Jakarta.
C.Tahap-tahap Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap pra penelitian ini yang pertama kali dilakukan adalah memilih
masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan kepentingan fokus penelitian yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul penelitian dinilai tepat dan disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.
Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang akan diteliti serta masalah yang dirumuskan relevan dengan kondisi objektif di lapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu ditempuh prosedur perizinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Pascasarjana, selanjutnya diteruskan kepada Asisten Direktur I untuk mendapatkan surat rekomendasi. b. Kepala SMA Negeri 28 Jakarta memberikan izin untuk melaksanakan
penelitian di wilayah kerjanya selama batas waktu yang telah ditentukan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah tahap pra penelitian selesai, maka peneliti mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Selain mengumpulkan hasil obeservasi di lapangan peneliti juga memperoleh data melalui wawancara dengan responden.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut:
59
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
b. Menentukan responden yang akan diwawancara. c. Menghubungi responden yang akan diwawancara. d. Mengadakan wawancara.
e. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
f. Mengikuti kegiatan yang terkait masalah yang akan diteliti.
Setelah selesai mengadakan wawancara dengan responden, peneliti menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data secara terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung oleh dokumen lainnya.
D.Penentuan Responden dan Kisi-kisi Penelitian 1. Responden
Sesuai dengan hakikat penelitian kualitatif, maka subjek dalam penelitin ini ditentukan secara snow ball sampling artinya subjek penelitian relative sedikit dan dipilih menurut tujuan penelitian, namun subjek penelitian dapat terus bertambah sesuai keperluannya. Dalam penelitian ini, sesuai dengan pendapat Bogdan & Biklen. 1982; Miles & Huberman, 2007; dan Nasution, 1996:11-33),
bahwa“Teknis snow ball sampling dilakukan apabila pengumpulan datanya tidak
cukup hanya dari satu sumber, tetapi juga juga data dari sumber lain yang berkompeten.” Teknik-teknik penentuan jumlah subjek penelitian seperti ini adalah snowball sampling.”
Dengan memperhatikan uraian diatas terlihat jelas, bahwa apabila data yang dibutuhkan dari responden tidak cukup dari satu responden, maka peneliti dapat dapat menggunakan teknik snowball sampling. Teknik ini dilakukan untuk memberi kemudahan kepada peneliti.
2. Kisi-kisi Penelitian
60
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara, studi dokumentasi dan observasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution (1996: 9) yang menyatakan bahwa “Peneliti adalah key instrument yakni peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat, untuk menyimpulkan data secara mendalam yang dibantu dengan pedoman observasi dan pedoman wawancara”.
E.Definisi Operasional
Untuk menghindari kemungkinan kesalahan konsep dan terjadi salah tafsir, maka perlu diberikan penjelasan tentang beberapa istilah teknis dalam penelitian ini yang dianggap penting untuk diketahui maksudnya, yaitu:
1. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
2. Kesadaran Berkonstitusi
Winataputra (2012:96) menyatakan bahwa kesadaran berkonstitusi diartikan sebagai kualitas pribadi seseorang yang memancarkan wawasan, sikap dan perilaku yang bermuatan cita-cita dan komitmen luhur kebangsaan dan kebernegaraan Indonesia.
3. Warga Negara Muda
Menurut Simanjuntak dan Pasaribu dalam Sumantri (2003:5.6)
mengatakan bahwa yang termasuk dalam kategori generasi muda ialah golongan manusia yang berusia muda berumur antara 15 sampai dengan 30 tahun baik
61
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
mahasiswa di universitas maupun perguruan tinggi yang usianya antara 15 sampai dengan 30 tahun.
F. Instrumen Penelitian danTeknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian yang menjadi instrumen utama ialah peneliti, di mana
peneliti langsung terjun ke lapangan guna mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan melalui observasi dan wawancara. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Creswell (2010: 261) bahwa peneliti sebagai instrument kunci (researcher as key instrument); para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku, atau wawancara dengan para partisipan. Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen (1982: 33-36) yaitu:
Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya.Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. Makna merupakan soal essensial untuk rancangan kualitatif.
Sejalan dengan itu Lincoln dan Guba (1985: 39) mengemukakan bahwa
peneliti berperan sebagai instrument (human instrument) yang utama, yang secara
penuh mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang dimasukinya, sehingga proses penelitian sangat penting daripada hasil yang diperoleh. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Creswell (2010: 264) bahwa peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan partisipan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data akan dilakukan oleh peneliti melalui teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur, sebagai berikut:
62
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Nasution (1996:123) mengatakan bahwa: “observasi dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan”. Sementara Nasir (2005:175) mengatakan bahwa observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar
lain untuk keperluan tersebut.
Hal tersebut diperkuat oleh Creswell (2010: 267) bahwa observasi yang
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang di dalamnya peneliti
langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.
Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur aktivita-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non partisipan hingga partisipan utuh.
Oleh karena itu penulis dalam peneitian ini menggunakan teknik observasi, dimana peneliti dapat terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran realistik yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
b. Wawancara
Moleong (2010: 186) mengemukakan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukakan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Sedangkan menurut Creswell (2010: 267) bahwa wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan wawancara secara face to face interview ataupun focus
group interview dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum
tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (openeended).
Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan
Guba (1985: 266), antara lain:
63
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia(triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecek anggota.
Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara. Wawancara dilakukan oleh
peneliti dengan subjek penelitian untuk memperoleh data yang memadai sebagai cross ceks, seorang peneliti dapat menggunakan beberapa teknik wawancara yang
sesuai dengan situasi dan kondisi subjek yang terlibat dalam interaksi sosial yang dianggap memiliki pengetahuan, memadai situasi dan mengetahui informasi untuk mewakili informasi atau data yang dibutuhkan untuk menjawab fokus penelitian. c. Studi Dokumentasi
Untuk mendukung ketersediaan data dan analisis, peneliti memanfaatkan sumber-sumber lain berupa dokumen negara, catatan dan dokumen (non human resources). Menurut Lincoln dan Guba (1985:276-277) bahwa catatan dan
dokumen ini dapat dimanfaatkan sebagai saksi dari kejadian-kejadian tertentu atau
sebagai bentuk pertanggungjawaban. Untuk keperluan penelitian ini, peneliti mengumpulkan catatan dan dokumen yang dipandang perlu untuk membantu analisis.
Dengan demikian dalam studi dokumentasi ini, peneliti akan memanfaatkan sumber kepustakaan berupa buku teks, rencana pelaksanaan pembelajaran, program pembinaan kesiswaan, catatan pelanggaran tata tertib sekolah, visi dan misi sekolah, arsip-arsip lain di sekolah, dan hasil penelitian dan pembahasan konseptual dengan menggunakan teknik analisis dan
rekonseptualisasi. d. Studi Literatur
64
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
mempelajari buku-buku dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian.
G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif melalui proses
menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi di lapangan selanjutnyan dideskripsikan dalam bentuk laporan.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Selanjutnya, Miles dan Huberman (1984:20) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus, sampai datanya
sedah jenuh. Langkah yang ditempuh Miles dan Huberman (1984) dalam
Sugiono (2008:338) dalam melakukan analisis data penelitian kualitatif ditunjukan pada gambar berikut ini:
Gambar 3.1:
Kompenen-Komponen Dalam Analisis Data (interactive model)
65
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Sumber: Komponen analisis data dari Miles dan Huberman (1984)
dalam Sugiono, (2008:338)
Kompenen-komponen atau langkah-langkah dalam analisis data (interactive model) Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiono (2008:338), dapat diuraikan berikut ini:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merampung, memilih hal-hal yang pokok, memfokus pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejnisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiono (2008:338) mengatakan bahwa “ the most frequent from of display date for qualititative research date in past been
narrative text”. Artinya bahwa yang paling digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat narasi.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Langkah ketiga adalah analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman
(1984) dalam Sugiono (2008:338) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penyajian Data
Reduksi Data
66
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Kesimpulan awal yang ditentukan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data. Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Sejalan dengan pendapat diatas maka, teknik analisis data dalam penelitian
kualitatif menurut Creswell (2010: 276-283) meliputi lima langkah yaitu :
a. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis b. Membaca keseluruhan data
c. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data
d. Menerapkan proses coding untuk mendeskripsikan setting, orang-orang, kode-kode dan tema-tema yang akan dianalisis.
e. Menunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi kualitatif.
Langkah-langkah dalam analisis data kualitaif tersebut harus dilakukan agar data yang akan diolah merupakan data yang akurat sehingga kesimpulan yang ditemukan pun cukup teruji. Ini penting dilakukan karena data atau informasi yang diterima dalam penelitian kualitatif melalui wawancara, observasi atau studi dokumentasi, mungkin ada data yang tidak memiliki hubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Dengan memperhatikan langkah-langkah teknik analisis data tersebut maka, hendaknya data yang di dapat oleh peneliti diolah secara akurat sehingga kesimpulan yang ditemukan tidak meragukan. Selain itu di dalam penelitian kualitatif, data atau informasi yang diperoleh mungkin saja ada informasi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
H.Uji Validitas Penelitian Kualitatif
67
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Guru PKn, Guru BK, dan Siswa SMA Negeri 28 Jakarta. Terdapat beberapa teknik validasi dalam penelitian ini, diantaranya ialah Triangulasi dan Member cek.
1. Triangulasi
Creswell (1998:286), menyatakan bahwa triangulasi ialah mentriangulasi
sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal
dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi
tema- tema secara kohern. Triangulasi dipandang penting dilakukan oleh peneliti
kualitatif karena akan meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan. Proses triangulasi data dapat dilakukakan berdasarkan teknik dan sumber.
a. Triangulasi Teknik O
W Studi Dokumentasi/Literatur
Gambar diatas menunjukkan triangulasi teknik. Artinya data atau informasi yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi/literatur.
b. Triangulasi Sumber Guru
Kepsek Siswa
Gambar diatas menunjukkan triangulasi sumber. Artinya data atau
68
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
2. Member check
Pada tahap ini, merupakan sebuah tahap lanjutan, setelah dilakukan penelitian di lapangan baik menggunakan teknik wawancara maupun observasi, peneliti menerjemahkannya ke dalam bentuk transkrip atau dalam bentuk catatan-catatan lapangan. Seperti yang diungkapkan oleh Creswell (1998:287) bahwa
member check adalah membawa kembali hasil laporan akhir atau deskripsi
tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka merasa
101
MARTALENA SIBURIAN, 2014
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI WAHANA PEMBINAAN KESADARAN BERKONSTITUSI WARGA NEGARA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan gambaran deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dalam Bab IV, maka dapat penulis rumuskan suatu kesimpulan dan
rekomendasi yang kiranya dapat bermanfaat.
A.Simpulan
1. Simpulan Umum
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang diuraikan pada bahasan sebelumnya maka dapat di simpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh sangat besar terhadap Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi Warga
Negara, khususnya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta. Adanya persepsi positif
tentang kesadaran berkonstitusi menurut warga sekolah. Kesadaran Berkonstitusi
merupakan kesadaran yang ikhlas dari diri setiap individu untuk memahami dan
mematuhi konstitusi yang berlaku sebagai pedoman kehidupan baik dalam
lingkup rumah, sekolah, masyarakat maupun berbangsa dan bernegara. Kesadaran
Berkonstitusi tidak bisa lepas dari Kesadaran Hukum, artinya ketika berbicara
konstitusi maka sama saja dengan hukum.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang ada di
setiap jenjang pendidikan. Proses Pembinaan Kesadaran Berkonstitusi terhadap
Warga Negara Muda, khususnya para siswa SMA Negeri 28 Jakarta yang
dilakukakan oleh pihak sekolah sudah berjalan dengan baik dan efektif. Upaya
yang di lakukan sekolah dalam memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh
kesabaran terhadap siswa yang memiliki bakat sering melanggar tata tertib di
sekolah, memberikan pemahaman kepada orang tua akan pentingnya dukungan