• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 YOGYAKARTA."

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

MENI SO J INGKATKA OSIODRAM Dia un guna PROGR JURUSAN UN AN KETER MA PADA ajukan kepa Univers ntuk Meme a Mempero RAM STUD PSIKOLO FAKULT NIVERSITA JA RAMPILA SISWA KE YOGYAKA SKRIP ada Fakult sitas Nege enuhi Seba oleh Gelar Oleh Meri Dama 1210424 DI BIMBING OGI PEND TAS ILMU AS NEGER ANUARI 2 N SOSIAL ELAS VIII ARTA PSI

tas Ilmu Pe ri Yogyaka agian Pers r Sarjana P

h ayanti 1010 GAN DAN IDIKAN DA PENDIDIK RI YOGYA 2017 L MELALU DI SMP N

(2)
(3)
(4)
(5)

Motto

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepada-Nya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang sempurna”

(Qs. An-Najm : 39-41)

”Percayalah seberat apapun beban yang di pikul , ketika kita mampu menerima dan mengerti jika semua akan berujung pada titik indah dimana bersyukur dan

berusaha adalah obat terkuatnya.. “

(6)

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT

(7)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4

YOGYAKARTA

Oleh Meri Damayanti NIM 12104241010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial melalui metode sosiodrama pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta serta mendeskripsikan proses pelaksanaan sosiodrama.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dan terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II.Siklus I dilkasanakan pada tanggal 1 November, sedangkan untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 5 November 2016.Subjek penelitian yaitu siswa kelas VIII B yang di ambil dari data IKMS, kemudian didapatkan 5 siswa dengan presentasi 17,6% yang masih membutuhkan informasi tentang cara berkomunikasi yang baik .Desain yang digunakan adalah model spiral peneliatan Kemmis dan Mc.Taggart. Metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan istrumen penelitan berupa skala keterampilan sosial.Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 YOGYAKARTA” dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan saran berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar ilmu Bimbingan dan Konseling.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ibu Yulia Ayriza, M.Si., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan yang sangat membantu dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini.

4. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta, Ibu Yuniarti, S.Pd yang telah memberikan ijin penelitian.

5. Ibu Dra.Endang Murdiastuti selaku guru pembimbing yang telah membantu kelangsungan penelitian.

(9)

7. Ibu Evie Soehardjo dan keluarga besar Yayasan Khatolik DON BOSCO yang telah menjadi keluarga kedua bagi saya terimakasih atas kasih sayang dan doa selama ini.

8. Teman seperjuangan bimbingan skripsi Viddya setyaningrum. Terimakasih selalu memberi semangat dan hiburan yang luar biasa serta saling mendukung.

9. Sahabat-sahabat ku Kak Ayu anggraini, Nurul, Probo, Mba risca, Teteh tia, Teteh Nura, Leni maryani, Ibu nining, Ayu Ariesta, Anes, Didin, Dimas, fazri, Rifki. Terimakasih atas dukungan, doa dan semangat yang selalu diberikan.

10. Anak-anak kost karangmalang E19B Cici, Kiki, Mba yuni, Mba Atik, Prapti, Mba iping, Wanti, Siti, Yanti, Tita, Novi, Sri, Dina, Mba Ely yang selalu menghibur dan meramaikan suasana kost dan selalu ada di saat keadaan susah senang kenyang dan lapar.

11. Teman-teman BK A 2012 terimakasih atas persahabatan selama masa perkuliahan dan motivasi yang sangat luar biasa.

12. Teteh Nur, Helda, Mega terimakasih untuk pertemanan yang tak pernah putus meski jarak Yogyakarta, Cirebon, Jakarta dan Bali memisahkan.

13. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

pihak.Sem penulis kh

moga skripsi hususnya.

i ini dapat bbermanfaat bbagi pembaaca umumny

Yogyakar Penulis,

Meri Dam

ya dan bagi

rta, Januari

mayanti

(11)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO. ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah . ... 10

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penenlitian ... 11

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 12

(12)

2. Dimensi Keterampilan Sosial ... 16

3. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan ... 18

B. Kajian MengenaiSosiodrama 1. Pengertian Sosiodrama ... 21

2. Tujuan Sosiodrama ... 23

3. Langkah-Langkah Sosiodrama ... 25

4. Kelebihan dan Kekurangan Sosiodrama ... 33

5. Perubahan Perilaku melalui Metode Sosiodrama ... 36

6. Kajian tentang Hasil Penelitian yang Relevan ... 37

7. Kerangka Berfikir ... 39

a. Hipotesis Tindakan ... 41

b. Pertanyaan Peneliti ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 42

B. DefinisiOperasional ... 44

C. Waktu dan Tempat ... 45

D. Subjek Penelitian... 45

E. Desain Penelitian... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 49

G. Uji Coba Instrumen ... 50

a. Uji Validitas ... 52

b.Uji Reliabilitas ... 55

H. Teknik Analisi Data ... 56

I. Indikator Keberhasilan ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitiandan Pembahasan 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

2. Deskripsi WaktuPenelitian ... 59

(13)

C. Dekripsi DataPre-Test Peneliti... 61

D. Pembahasan Pelaksanaandan Hasil Tindakan ... 63

1. Siklus I ... 63

a. Tahap Perencanaan ... 63

b. Tahap Pelaksanaan ... 65

c. Tahap Observasi ... 71

d. Tahap Refleksi ... 72

2. Siklus II ... 73

a. Tahap Perencanaan ... 73

b. Tahap Pelaksanaan ... 74

c. Tahap Observasi ... 76

d. Tahap Refleksi ... 77

E. Uji Hipotesi ... 78

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

G. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(14)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.Kisi-Kisi Angket Keterampilan Sosial ... 51

Tabel 2. Item Valid dan Tidak Valid Variabel Keterampilan Sosial ... 53

Tabel 3. Rumusan Kategori Skor ... 57

Tabel 4. Daftar Subjek Penelitian ... 61

Tabel 5. Hasil Pre-Test Sebelum Tindakan... 62

Tabel 6. Hasil Pre-Test dan Post-Test I ... 70

(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Model penelitian kemmis dan Mc. Taggart ... 44

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 86

Lampiran 2. Lembar Angket Keterampilan Sosial ... 93

Lampiran 3. Lembar Naskah sosiodrama ... 99

Lampiran 4. Lembar Hasil Pre-Test, Post-Test I, Post-Test II ... 105

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Sosiodrama ... 106

Lampiran 6. Hasil Realibilitas Keterampilan Sosial sebelum Pengguguran ... 108

Lampiran 7. Hasil Realibitas Keterampilan Sosial setelah Pengguguran ... 111

Lampiran 8. Pernyataan Instrumen sebelum Uji Coba ... 113

Lampiran 9. Pernyataan Instrument setelah Uji Coba ... 119

Lampiran 10. Surat Pengantar Permohonan Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta ... 124

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan Pemerintah KotaYogyakarta ... 125

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang segi utamanya secara hakiki membutuhkan oranglain untuk belajar mengenal siapakah dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Sejak dilahirkan membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya, yaitu makanan, minuman, dan lain-lain. Dengan interaksi sosial, individu akan menemukan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Kondisi ini menimbulkan persepsi tentang sisi baik dan sisi buruk pelaku.

(18)

sepermainannya terdapat aturan-aturan tertentu, norma-norma sosial yang seharusnya dipatuhi dengan rela guna dapat melanjutkan hubungannya dengan kelompok tersebut secara lancar, maka individu tersebut pun turut membentuk norma-norma pergaulan tertentu yang sesuai dengan interaksi kelompok, danmulai mengakui bahwa mereka memiliki peranan dalam kelompoknya yang berdasarkan hubungan timbal-balik dengan anggota lainnya. Didalam kelompok, individu tidak hanya membutuhkan kesempatan untuk memperoleh sesuatu bagi dirinya, tetapi juga perlu memberikan sumbangannya. Individu juga belajar menyesuaikan dirinya dengan norma-norma yang sudah terbentuk di dalam kelompoknya, atau ikut serta dalam pembentukan norma-norma baru dan belajar mengalahkan keinginan-keinginan individual di bawah kebutuhan kelompoknya.

Menurut Freud (Gerungan, W.A, 1998:25), super-ego pribadi manusia sudah mulai terbentuk ketika ia berumur 5-6 tahun dan perkembangan super-ego tersebut berlangsung terus-menerus selama ia hidup. Super-ego yang terdiri atas hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial manusia tidak dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya.

(19)

biologis-kehidupan vegetatif.Senada dengan Aristoteles (Dian Sutari Widiyani, 2011: 1) mengemukakan bahwa manusia itu “zoonpoliticon” yaitu manusia sebagai makhluk hidup pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya dan kegiatan manusia sehari-hari pada dasarnya akan melibatkan orang lain.

Menurut Wijayanti (2015:1) hubungan sosial bisa dimulai dari ruang lingkup yang kecil yaitu keluarga lalu berlanjut pada lingkungan sekolah dan lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Dalam melakukan proses sosialisasi dibutuhkan interaksi sosial agar dalam menjalin hubungan sosial dengan individu lain dapat mencapai tujuan. Menurut Hurlock (1998) sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh kemampuan sosial untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Sosilaisasi adalah suatu proses pembentukan standar individu tentang keterampilan, dorongan sikap dan perilaku agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat (Hetherington dan Parke, 1999).

(20)

dengan teman sebaya akan membantu anak mempelajari nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Sekolah adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan bermacam-macam corak kedaan keluarganya.Sebagaimana Desmita (2010) menyebutkan bahwa sekolah mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya.Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah memberikan peluang yang besar bagi anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial.

(21)

Menurut John Jarolimek (1993 : 9), Keterampilan sosial yang perlu dimiliki oleh siswa tersebut yakni: (1) bekerjasama, toleransi, menghormati hak-hak orang lain, dan memiliki kepekaan sosial, (2) memiliki kontrol diri, dan (3) berbagi pendapat dan pengalaman dengan orang lain. Pernyataan Jarolimek tersebut menunjukkan bahwa keterampilan sosial itu terdiri dari aspek-aspek keterampilan untuk hidup dan bekerjasama, keterampilan untuk mengontrol diri dan orang lain, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, saling bertukar pikiran dan pengalaman sehingga tercipta suasana yang menyenangkan bagi setiap anggota dari kelompok tersebut.Oleh karena itu untuk meningkatkan penyesuaian diri diperlukan berbagai aspek-aspek keterampilan sosial.

(22)

sosial siswa. Tanpa rasa percaya diri siswa akan mengalami kesulitan bahkan dapat menghambat perkembangan pribadi sosialnya.

Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan atau lingkungan pendidikan khususnya di Sekolah Menengah Pertama 4 Yogyakarta, dimana ada beberapa siswa kelas VIII menunjukkan sikap yang berbagai macam. Dari hasil observasi awal di sekolah, masih terlihat pada waktu-waktu tertentu seperti saat proses KBM, ataupun jam istirahat ada beberapa kelompok siswa yang terlihat berkumpul dan berbincang dengan teman-temannya, mengerjakan tugas kelompok dengan kompak dan saling memberikan masukan pendapat. Namun ada juga beberapa siswa yang terlihat duduk sendiri di dalam kelas saat siswa lain menikmati jam istirahat dan pada saat proses KBM siswa yang cenderung pendiam memilih diam dan tidak aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Dan berdasarkan hasil data yang peneliti dapatkan dari need assesment IKMS (Identifikasi masalah dan kebutuhan siswa) yang di lakukan di SMPN 4 Yogyakarta pada tahun 2015 seperti berikut. Pada kelas VIII A yang membutuhkan informasi tentang cara berkomunikasi yang baik berjumlah 3 siswa atau 8,8%, kelas VIII B berjumlah 5 siswa atau 14,7%, kelas VIII C berjumlah 4 siswa atau 11,8%, kelas VIII D 0%, kelas VIII E berjumlah 2 orang 5,9%

(23)

cara untuk meningkatkan keterampilan sosial yang rendah adalah melalui bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan suatu teknik dalam layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan permasalahannya melalui kegiatan kelompok.

Prayitno dan Erman Amti (1999: 309) mengungkapkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, sosial dan vokasional.

Prayitno dan Erman Amti (1999: 307) berpendapat bahwa interaksi sosial yang intensif dan dinamis yang terjadi selama proses bimbingan kelompok dapat mencapai tujuan layanan, yakni memenuhi kebutuan-kebutuhan individu anggota kelompok. Bentuk-bentuk bimbingan kelompok menurut I. Djumhur dan Moh.Surya (200: 33-34) terdiri dari home room program, karya wisata, diskusi, sosiodrama, psikodrama, dan remedial teaching.

(24)

dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

Teknik ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu siswa atau individu lebih tertarik perhatiannya, karena masalah-masalah sosial sangat berguna bagi mereka.Hal ini disebabkan mereka bermain peran, maka mudah memahami masalah-masalah sosial itu. Bagi individu dengan berperan sesuai masalah yang dialami, mampu menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi dan cinta kasih terhadap sesama mahkluk, akhirnya siswa dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasakan dan menghayati sendiri permasalahannya. Penonton juga tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan

kritik.Menurut Sugono (http://id.wikisource.org/wiki/Buku_Praktis_Bahasa_Indonesia_1/Sastra,

(25)

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, sosiodrama dapat digunakan sebagai teknik dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa di SMPN 4 Yogyakarta yang mengalami masalah dengan keterampilan sosial.Dramatisasi peran dalam kelompok, melatih meningkatkan keterampilan sosial dalam suatu peran tertentu, kemampuan berbicara, dan melatih berfikir cepat, baik dan bernalar. Siswa terlatih untuk mengemukakan pendapat di depan umum serta melatih siswa untuk percaya diri, sehingga siswa diharapkan mampu meningkatkan keterampilan sosialnya.

Layanan bimbingan kelompok melalui teknik sosiodrama diberikan dengan tujuan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh siswa-siswa di SMPN 4 Yogyakarta. Ini berarti bahwa dalam proses kegiatannya, teknik sosiodrama tidak hanya berorientasi pada penyelesaian masalah yang dihadapi, akan tetapi juga memfasilitasi bagaimana anak berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan sesama. Hal ini yang kemudian akan menjadi modal bagi mereka untuk hidup di tengah-tengah masyarakat ketika mereka ada di lingkungan masyarakat.

(26)

peluang untuk dapat meningkatkan keterampilan sosial terhadap siswa SMP N 4 Yogyakarta.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tita Setiani (2014) diperoleh hasil bahwamelalui teknik sosiodrama dan bermain peran dapat meningkatkan keterampilan sosial.

Berdasarkan studi pendahuluan dan berbagai pertimbangan hasil yang akan didapat dari metode ini, bimbingan kelompok yang dapat dilakukan melalui metode sosiodrama diharapkan akan efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Sosial Dengan Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas VIII Di SMP N 4 Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka terdapat beberapa identifikasi masalah, antara lain :

1. Terdapat siswa kelas VIII di SMP N 4 Yogyakarta yang memiliki perilaku keterampilan sosial yang rendah.

2. Adanya faktor-faktor yang menghambat terjalinnya komunikasi pada siswa yang memiliki keterampilan sosial rendah.

3. Adanya kelompok-kelompok siswa aktif dan tidak aktif yang kurang berbaur.

(27)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan yang diketahui pada batasan masalah yang berkaitan dengan identifikasi masalah, antara lain:

1. Keterampilan sosial yang rendah menjadi penghambat dalam hubungan sosial pada beberapa siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses sosoiodrama dapat meningkatkan keterampilan sosial pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

2. Apakah metode sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan sosial pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Untuk menggambarkan proses pelaksanaan sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan sosial pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

(28)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai Metode Sosiodrama yang berguna untukmeningkatkan keterampilan sosial pada siswa dalam rangka pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh bebragai pihak diantaranya :

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan tentang penggunaan metode sosiodrama dapat meingkatkan keterampilan sosial pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

(29)

kepada siswa yang mengalami permasalahan yang berhubungan dengan keterampilan sosial yang rendah.

c. Bagi Siswa

Sebagai salah satu upaya meningkatkan keterampilan sosial, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bekal siswa untuk terjun dalam lingkungan sosial, baik lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat dalam arti yang luas.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut, serta diharapkan dapat menemukan metode baru guna meningkatkan keterampilan sosial.

 

(30)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Sosial

1. Pengertian Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial (social skills) merupakan bagian penting dari kemampuan hidup manusia. Tanpa memiliki keterampilan ini manusia tidak mulus dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga hidupnya kurang harmonis (maladjusment). Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah, sehingga memperoleh adaptasi yang harmonis di masyarakat maupun lingkungan sekolah.

Keterampilan sosial adalahkemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Siswa dengan keterampilan sosial akan mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal, tanpa harus melukai orang lain (Hargie, Saunders, & Dickson (Gimpel & Merrell, 1998) dalam (Tita setiani, 2014).

(31)

masalah sehari-hari, mampu memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, memahami, menghargai, dan mampu bekerjasama dengan oranglain yang majemuk, mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat.

Menurut Mu’tadin, Zaimun (2006) keterampilan sosial adalah kemampuan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya yang meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan oranglain, menghargai diri sendiri dan oranglain, memberi dan ,menerima kritik yang diberikan oranglain.

Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah suatu kemampuan yang mempelajari hal-hal baru dalam memecahkan masalah, agar seseorang dapat menyesuaikan diri dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain yang meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, memberi dan menerima kritik yang diberikan orang lain agar memperoleh adaptasi yang harmonis di lingkungannya baik sekolah ataupun masyarakat

2. Dimensi keterampilan sosial

(32)

a. Hubungan dengan teman sebaya (peer relation), ditunjukan melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, bermain bersama orang lain.

b. Menejemen diri (Self-management), merefleksikan seorang siswa yang memiliki emosional yang baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, dapat menerima kritikan dengan baik.

c. Kemampuan akademis (Academic), ditunjukan melalui pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, menjalankan arahan guru dengan baik.

d. Kepatuhan (Compliance), menunjukkan seorang siswa yang dapat mengikuti peraturan dan harapan, menggunakan waktu dengan baik,dan membagikan sesuatu.

e. Perilaku assertive (Assertion), didominasi oleh kemampuan-kemampuan yang membuat seorang remaja dapat menampilkanperilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan.

Gimpel & Merrell (1998) juga mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa indikator diantaranya yaitu:

(33)

a. Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri

Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti : keterampilan menghadapi stres, memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan dan sebagainya.

b. Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademik Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar disekolah, seperti:Memperhatikan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah.

c. Penerimaan teman sebaya

Hal yang didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud adalah : memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya.

d. Keterampilan berkomunikasi

(34)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi yang paling umum dalam keterampilan sosial ditunjukan melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya, dapat memanajemen diri, memiliki kemampuan akademis yang baik, patuh, serta memiliki perilaku assertive. Individu yang memiliki keterampilan sosial yang baik adalah individu yang memenuhi keseluruhan dimensi keterampilan sosial dengan ciri-ciri seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial,Perilaku yang mendukung prestasi belajar disekolah, Penerimaan teman sebaya serta memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial

Hasil studi Davis dan Forsythe (Tita Setiani,2014), terdapat 4 aspek yang mempengaruhi keterampilan sosial, yaitu:

a. Keluarga

(35)

saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dan lain sebagainya hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.

b. Lingkungan

Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan.Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga). Lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga (keluarga primer dan sekunder),lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas.Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orang tua,saudara, atau kakek dan nenek saja. c. Kepribadian

(36)

penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orang tua memberikan penanaman nilai-nilai yangmenghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-halfisik seperti materi atau penampilan.

d. Kemampuan penyesuaian diri

Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, makasejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinyasehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar seorang siswa mudah menyesuaikan diri dengan kelompok, maka tugas pendidikadalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya. Dengan cara ini, seorang siswa tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari guru/orang lain/kelompok, mudah membaurdalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudahditerima oleh orang lain/kelompok.

(37)

B. SOSIODRAMA

1. Pengertian Sosiodrama

Sosiodrama merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam bimbingan kelompok.Ahmad Juntika Nurihsan (2005: 17) memberikan definisi Sosiodrama sebagai suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada sekelompok peserta bimbingan agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan diri, dan dapat mencapai hidup bahagia.

Melalui sosiodrama anak akan memainkan peranan-peranan tertentu sesuai dengan permasalahan sosial yang sedang dihadapi oleh anak asuh, sehingga membantu dalam memecahkan masalah-masalah sosial dan memberikan informasi yang relevan sesuai dengan masalah sosial yang dibahas.

Herman J. Waluyo (2001: 54) menuturkan bahwa sosiodrama adalah bentuk pendramatisan peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-hari yang terjadi dalam masyarakat, selanjutnya simulasi dan role playing dapat diklasifikasikan sebagai sosiodrama .

(38)

peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi bersama dan melakukan peran terbuka.

Ahmadi dan Supriyono (2004: 123) menyatakan bahwa teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku, atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari di masyarakat. Sementara menurut Sanjaya (2006: 158) sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.

(39)

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiodrama adalah salah satu bentuk bimbingan kelompok yang memberikan kesempatan kepada individu untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah dalam hubungannya dengan masalah sosial, sehingga melalui sosiodrama ini individu mendapatkan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan mereka untuk memecahkannya.

2. Tujuan Sosiodrama

Menurut Roestiyah (2001: 90-91), dengan metode sosiodrama dan bermain peran, siswa dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, dan mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Ia dapat belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, bagaimana cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dan dalam situasi tersebut mereka harus dapat memecahkan masalahnya. Melalui metode ini anak menjadi mengerti bagaimana cara menerima pendapat orang lain. Siswa juga harus bisa berpendapat, memberikan argumentasi, dan mempertahankan pendapatnya, serta dapat mencari jalan keluar atau berkompromi dengan orang lain jika terjadi banyak perbedaan pendapat, sehingga siswa mampu mengambil kesimpulan atau keputusan dari tiap-tiap persoalan.

(40)

a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain.

b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.

c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.

d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

Sementara itu Ahmadi dan Supriyono (2004: 123), menyatakan tujuan penggunaan sosiodrama yaitu sebagai berikut:

a. Menggambarkan bagaimana seseorang atau beberapa orang dalam menghadapi situasi sosial.

b. Bagaimana menggambarkan cara memecahkan suatu masalah c. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap kritis terhadap

tingkah laku yang harus atau jangan sampai diambil dalam situasi sosial tertentu saja.

d. Memberikan pengalaman atau penghayatan situasi tertentu. e. Memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari

berbagai sudut pandang.

(41)

orang lain serta belajar mengambil keputusan dalam situasi kelompok dan mampu memberikan kesempatan untuk meninjau situasi sosial dari berbagai sudut pandang.

3. Langkah-Langkah Sosiodrama

Roestiyah (2008: 91-92), mengatakan agar berhasil dengan efektif dalam melaksanakan teknik sosiodrama ini, maka perlu mempertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan teknik ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual yang ada di masyarakat, maka kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan, masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya. Dan siswa lain jadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula. b. Guru harus memilih masalah-masalah yang urgen, sehingga

menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan menarik, sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.

c. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil untuk mengatur adegan yang pertama. d. Bila ada kesediaan sukarela dari siswa untuk berperan, harap

(42)

memiliki kemampuan dan pengetahuan serta pengalaman seperti yang diperankan itu.

e. Jelaskan pada pemeran-pemeran itu sebaik-baiknya, sehingga mereka tahu tugas peranannya, menguasai masalahnya pandai bermimik maupun berdialog.

f. Siswa yang tidak turut harus menjadi penonton yang aktif, disamping mendengar dan melihat, mereka harus bisa memberi saran dan kritik pada apa yang akan dilakukan setelah sosiodrama selesai.

g. Bila siswa belum terbiasa, perlu dibantu guru dalam menimbulkan kalimat pertama berdialog.

h. Setelah sosiodrama itu dalam situasi klimaks, maka harus dihentikan, agar kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dapat didiskusikan secara umum, sehingga para penonton ada kesempatan untuk berpendapat, menilai permainan dan sebagainya. Sosiodrama dapat dihentikan pula bila sedang menemui jalan buntu.

(43)

Berdasarkan Wina Sanjaya (2006: 159-160) sosiodrama merupakan jenis dari simulasi, adapun langkah-langkah kegiatan simulasi (sosiodrama) yaitu:

a. Perisiapan Simulasi

1) Menetapkan topik masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.

2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.

3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam situasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.

4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.

b. Pelaksanaan Simulasi

1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengen penuh perhatian.

3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.

(44)

c. Penutup

1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.

2) Merumuskan kesimpulan.

Setelah dilakukannya diskusi mengenai jalannya simulasi yang kemudian dilanjutkan dengan merumuskan kesimpulan, dimana terdapat delapan langkah untuk mengefektifkan sosiodrama sebagai sarana siswa untuk menghadapi problem dan tantangan, yaitu sebagai berikut (Herman J. Waluyo, 2001: 190)

a. Menetapkan problem.

b. Mendeskripsikan situasi konflik. c. Pemilihan pemain (casting characters).

d. Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat.

e. Memerankan situasi tertentu.

f. Memotong adegan (jika aktor meninggalkan peran dan tidak dapat diteruskan, atau dapat juga membuat kesimpulan. Jika pemimpin tidak melihat perkembangan, adegan dapat diganti).

g. Mendiskusikan dan menganalisis situasi, kelakuan, dan gagasan yang diproduksi.

(45)

Berdasarkan hal telah diuraikan diatas,menyebutkan bahwa terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan dalam merumuskan kesimpulan. Sementara Nana Sudjana (2005: 85) menjelaskan petunjuk menggunakan sosiodrama, diantaranya:

a. Menetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik siswa untuk dibahas.

b. Menceritakan kepada kelas mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.

c. Menetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas.

d. Menjelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu sosiodrama sedang berlangsung. e. Memberi kesempatan kepada para pelaku untuk

berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan perannya.

f. Mengakhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.

g. Akhir sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.

(46)

Adapun hal-hal yang perlu diikuti dalam pelaksanaan sosiodrama secara umum sebagai berikut, diantaranya: persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan diskusi, dan ulangan permainan (Tatiek Romlah, 2001: 104).

a. Persiapan

1) Guru pembimbing mengungkapkan masalah dan tema yang akan disosiodramakan dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan serta maksud penelitian.

2) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan kebutuhan skenarionya dan memilih individu yang akan memegang peran tertentu. Pemilihan pemeran dapat dilakukan secara sukarela setelah guru pembimbing mengemukakan ciri-ciri/rambu-rambu masing-masing peran, atau usulan dari anggota kelompok lain. Guru pembimbing juga dapat memberikan motivasi atau tawaran kepada individu tertentu. Penentuan pemain tidak perlu anak yang punya masalah identik, serta tidak harus ada persiapan dan latihan sebelumnya jadi dibutuhkan spontanitas dan kreatifitas.

a. Pelaksanaan Teknik Sosiodrama.

(47)

berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan dalam memeragakan sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkan.Setelah siap dimulailah permainan, masing-masing pemain memainkan perannya sesuai dengan imajinasinya masing-masing tentang kenyataan yang diperankannya.Permainan ini diharapkan terjadi identitas yang sebesar-besarnya antara pemain dengan perannya sehingga terjadi penjiwaan sedalam-dalamnya.

b. Evaluasi dan Diskusi

Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dari tanggapan-tanggapan anggota kelompok lain. Diskusi diarahkan untuk membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya sesui dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah, kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya. c. Ulangan Permainan

(48)

pemain yang lain. Karena pada dasarnya tidak ada dua situasi, yang tepat sama, maka ulangan ini tidak perlu selama sama dengan drama yang pertama.

Berdasarkan paparan-paparan mengenai pelaksanaan sosiodrama, dapat disimpulkan langkah-langkah dalam melaksanakan sosiodrama yaitu dimulai dengan persiapanberupa penetapan masalah sosial yang dihadapi, mengemukakan masalah dalam situasi yang akan didramatisasikan, menetapkan pemain, memberikan penjelasan kepada pemain dan pendengar mengenai peranan yang di dapatkan, dan memberikan kesempatan kepada pemain untuk bertanya dan berunding sebelum memainkan sosiodrama. Dalam pelaksanannya, sosiodrama dimainkan oleh kelompok pemain,kemudian sosiodrama dihentikan ketika pada saat puncak atau situasi pembicaraan mencapai ketegangan. Pada tahap penutup dimana para pemain melakukan diskusi bersama tentang jalannya sosiodrama, menilai hasil sosiodrama dan menarik kesimpulan.

4. Kelebihan dan Kelemahan Teknik Sosiodrama

a. Kelebihan Teknik Sosiodrama

(49)

2) Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan aktif pada waktu memaikan peran/drama, dan para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

3) Siswa terlatih untuk memahami dan mengingat isi bahan yang didramatisasikan, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian daya ingat siswa harus tajam dan tahan lama.

4) Siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain maupun dirinya sehingga ia dapat merasakan perasaan dan pendapat orang lain.

5) Menumbuhkan sikap saling pengertian dan tenggang rasa, toleransi dan kasih sayang sesamanya.

6) Menumbuhkan sikap saling pengertian dan tenggang rasa, toleransi dan kasih sayang sesamanya.

7) Suasana diskusi/kegiatan bimbingan kelompok sangat hidup dan menarik (Djamarah, 2002: 101).

(50)

memainkan peran, dapat melatih daya ingat, siswa dapat menempatkan diri seperti peranan yang didapat atau peranan dirinya sendiri, serta dapat menumbuhkan sikap saling pengertian dan tenggang rasa.

b. Kelemahan Teknik Sosiodrama

1) Banyak memakan waktu lama, baik persiapan dalam rangka pemahaman isi tema pembelajaran, maupun pada pelaksanaan.

2) Sulit mengarahkan siswa untuk bermain dengan sungguh-sungguh, atau kadang mereka masih malu-malu.

3) Sebagian anggota kelompok yang ada tidak mendapat peran, menjadi kurang aktif (Djamarah, 2002: 101).

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari sosiodrama adalah banyak memakan waktu dalam pelaksanaannya, kesulitan dalam mengarahkan siswa, dan siswa kurang aktif selama proses pelaksanaan sosiodrama.

Dalam penelitian ini kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara :

(51)

2) Agar anak mampu bermain dengan sungguh-sungguh, diadakan persiapan sebelum pelaksanaan, yaitu mengobservasi masing-masing anak yang membawakan sosiodrama tentang pemahaman mereka mengenai topik yang akan diberikan sehingga mereka dapat menjiwai peran yang mereka dapatkan.

3) Sebagian anggota kelompok yang tidak mendapat peran diberi tugas untuk mengamati dan mencatat tentang karakteristik masing-masing peran, isi cerita untuk bahan diskusi, sehingga mereka menjadi aktif

Dari ulasan di atas dapat di simpulkan bahwa sebelum pelaksannan sosiodrama ada baiknya memperhatikan hal-hal yang dapat menghambat proses pelaksanaan sosiodrama.

5. Perubahan Perilaku melalui Teknik Sosiodrama

(52)

Sosiodrama merupakan teknik permainan peran (role playing) yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antara manusia. Teknik ini dapat digunakan konselor untuk melatih keterampilan-keterampilan hidup, salah satunya adalah keterampilan mengelola emosi kepada anak dengan cara membimbing untuk mempraktekkan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sosial yang dikemas dalam bentuk pelaksanaan sosiodrama.

Dengan mempraktekkan peristiwa-peristiwa dalam hubungan sosial secara langsung, diharapkan anak dapat meningkatkan keterampilan sosial dan dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik, seperti: anak dapat memahami berbagai cara berinteraksi yang baik dan benar yang efektif untuk diri sendiri dan orang lain.

Di dalam teknik sosiodrama, anak tidak hanya dituntut untuk memerankan karakter tokoh dengan baik dan penuh penjiwaan, namun dalam bimbingan konseling, anak yang melakukan sosiodrama diharapkan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan sosial yang sudah ditetapkan sebelumnya.Tidak hanya sekedar memerankan sebuah drama, namun dari teknik sosiodrama ini anak dapat belajar pemaknaan dari sebuah cerita, yang tentunya agar anak dapat memiliki keterampilan sosial, karena arah tujuan dalam teknik sosiodrama pada penelitian ini yaitu pada aspek sosial.

(53)

pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya suatu tindakan yakni teknik sosiodrama, dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.Dalam hal initujuan yang ingin dicapai melalui teknik sosiodrama adalah peningkatan keterampilan sosial siswa.Teknik sosiodrama dapat dikatakan efektif apabila telah tercapai tujuan tersebut.

6. Kajian tentang hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dian Ikawati Rahayuningtyas (2013) tentang “Peningkatan Keterampilan Sosial Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran Ips Pada Siswa Kelas Vb SD Negeri Panambangan Kecamatan Cilongok”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart.

(54)

II sebesar 17%, kondisi awal 55% meningkat menjadi 72% dan pada siklus III meningkat 28%, kondisi awal 55% meningkat menjadi 83%.

Persamaan penelitian ini dengan peneliti yang akan lakukan adalah sama-sama mengkaji tentang penerapan metode sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan sosial. Sama-sama menggunakan metode kuantitatif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui angket dan observasi.

Perbedaannya dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada subjek, lokasi, dan bidang kajiannya. Lokasi dalam penelitian ini adalah Panambangan Cilongok.Sementara penelitian yang akan dilakukan peneliti berada di Yogyakarta. Objek dalam penelitian ini siswa SD, sedangkan objek penelitian yang akan peneliti lakukan adalah siswa SMP. Perbedaan selanjutnya mengenai bidang kajiannya, penelitian ini melihatpeningkatan keterampilan sosial dengan menggunakan metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS sedangkan dalam penelitian yang akan peneliti lakukan tentang peningkatan keterampilan sosial dengan menggunakan metode sosiodrama melalui skenario yang di susun peneliti sesuai dengan permasalahan siswa dalam konteks bimbingan.

7. Kerangka berfikir

(55)

yang meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, member dan menerima kritik yang diberikan orang lain agar memperoleh adaptasi yang harmonis di lingkungannya baik sekolah ataupun masyarakat.

Keterampilan sosial dari seluruh siswa kelas VIII sebagian kecil terlihat masih rendah.Hal ini dapat di tunjukkan ketika ada beberapa siswa yang terlihat duduk sendiri dalam kelas saat siswa lain menikmati jam istirahat dan pada saat proses KMB siswa yang cenderung pendiam memilih diam dan tidak aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa yang rendah salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode Sosiodrama.

Sosiodrama adalah salah satu bentuk bimbingan kelompok yang memberikan kesempatan kepada individu untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah dalam hubungannya dengan masalah sosial, sehingga melalui sosiodrama ini individu mendapatkan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan mereka untuk memecahkannya.

(56)

sehingga siswa dapat berinisiatif mengemukakan pendapat ketika sedang memainkan peran, serta dapat menumbuhkan sikap saling pengetian atau toleransi terhadap sesama sehingga dengan hal tersebut dapat membantu siswa untuk lebih mudah berinteraksi dengan orang lain baik dalam lingkungan sekolah ataupun masyarakat. Dalam sosiodrama materi pembelajaran adalah masalah-masalah sosial yang sangat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Dengan demikian antara keterampilan sosial dengan metode sosiodrama memiliki hubungan yang erat karena dengan penggunaan metode ini, siswa mampu berpendapat, dan mempertahankan pendapatnya, mengerti cara menerima pendapat orang lain serta dapat mencari jalan keluar atau berkompromi dengan orang lain jika terjadi banyak perbedaan pendapat sehingga siswa dapat mengambil kesimpulan atau keputusan dari tiap-tiap persoalan, serta dapat meningkatkan keterampilan sosialnya dengan berani berbaur dan bersosialisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial melalui metode sosiodrama pada siswa kelas VIII di SMPN 4 Yogyakarta.

a. Hipotesis Tindakan

(57)

b. Pertanyaan Peneliti

Bagaimana teknik Sosiodrama dapat meningkatkan keterampilan sosial pada siswa kelas VIII di SMPN 4 Yogyakarta?

(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif.Jenis penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas melalui berkolaborasi dengan guru kelas. Menurut Wina Sanjaya, (2009:26) Penelitian Tindakan Kelas yaitu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi dari dlam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan ini berkolaborasi dengan guru bimbingan dan konseling di sekolah

Suyanto (1997) mengemukakan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.Rochmat Wijaya (1997) menyatakan bahwa PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.

(59)

untuk mengatasi suatu masalah. Penelitian tindakan dalam bimbingan konseling juga dapat merujuk pada sekelompok siswa misalnya saja dalam bimbingan kelompok atau bimbingan klasikal. Penelitian tindakan dalam penelitian ini merujuk pada tindakan dalam bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan dengan menggunakan teknik sosiodrama.

Penelitian ini bertujuan mengubah situasi atau kondisi kini ke arah kondisi yang diharapkan (improvemen oriented). Sejalan dengan hakekat penelitian tindakan kelas yang menekankan dimensi collaborative, maka penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dalam satu tim kolaborators yang bekerja sama sejak tahap perenungan masalah, tahap perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), serta refleksi (reflecting).

(60)

Mo

B.

odel Spiral u

Definisi O

Untuk mengenai sosiodram peneliti m dan metod 1. Ketera

meme berinte untuk penelit Operasiona k membatasi meningk ma pada sis membuat de de sosiodram ampilan sos Suatu kem cahkan mas eraksi secar Gambar tian tindaka al

i variabel s katkan ket swa kelas efinisi opera

ma. sial

mampuan y salah, agar s ra efektif de

Siklu Tind Peng Refl Siklu Tind Peng Refle r 2.

n kelas Kem

sehingga tid terampilan

VIII di SM asional men

yang memp seseorang d engan orang us I: Perenc dakan (Act) gamatan (Ob eksi (Reflec us II:Perenc dakan (Act) gamatan (Ob

eksi (Reflect

mmis dan Mc

dak terjadi sosial d MPN 4 Yo ngenai kete

pelajari hal-dapat menye g lain yang m

Keterangan canaan (Plan bserve) ct) canaan (Plan bserve) t) c. Taggart salah penge dengan m ogyakarta, erampilan s

(61)

positif terhadap teman sebaya, dapat menejemen diri, memiliki kemampuan akademis yang baik, patuh, serta memiliki perilaku assertive.

2. Sodiodrama

Sosiodrama merupakan salah satu bentuk bimbingan kelompok yang memberikan kesempatan kepada individu untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik wajah dalam hubungannya dengan masalah sosial, yang melibatkan dua siswa atau lebih dengan membentuk kelompok kecil.Siswa kemudian memainkan peran dengan tema yang telah disesuaikan pada masalah yang sedang dihadapi siswa.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII di SMP Negeri 4 Yogyakarta.Kegiatan ini dilakukan pada bulan November 2016.

D. Subjek Penelitian

(62)

tinggi pada ranah sosial yaitu kelas VIII B dengan skor 17,6%. Melalui pengukuran inilah didapatkan 5 subyek penelitian yaitu siswa dengan kriteria siswa-siswi yang dalam IKMS diperoleh hasil keterampilan sosial yang rendah.Dan kelas VIII di pilih karena siswa yang tengah berada pada kelas VIII sedang aktif berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan teman sebaya nya.

Teknik pengambilan subjek dilakukan secarapurposive dimanapurposive itu sendiri adalah teknik penentuan subjek dengan pertimbangan kriteria tinggi, sedang dan rendahnya keterampilan sosial siswa.Dan pada subjek penelitian ini di pilih siswa dengan krtiteia keterampilan sosial yang rendah.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengkuti alur penelitian yang telah ditetapkan atau digambarkan dalam skema yang telah dirancang sesuai gambar perjalanan siklus, sehingga rencana yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Rencana Pelaksanaan a. Pra survei

Sebelum merencanakan tindakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan langkah pra tindakan yaitu antara lain:

(63)

terjadi disana, menentukan subjek yang bermasalah serta tindakan yang akan dikenakan.

2) Peneliti membagikan pre test kepada 5 siswa untuk mengetahui bagaiamana keterampilan sosial yang dimliki sebagai data pembanding awal sebelum dilakukannya tindakan dan kelas VIII B dipilih karena memilki point atau presentase tinggi berdasarkan IKMS.

3) Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa saat melakukan pengisian angket.

b. Siklus

1) Perencanaan

a) Peneliti mengadakan pertemuan dengan 5 siswa yang dijadikan subjek penelitian . b) Peneliti membuat kontrak atau perjanjian

untuk melaksanakan metode sosiodrama yang akan di ikuti oleh 5 siswa tersebut. c) peneliti mempersiapkan topik permasalahan

yang sesuai dengan masalah sosial siswa untuk naskah sosiadrama.

(64)

f) Peneliti menyusun satuan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama.

2) Tindakan

a) Peneliti memberikan pengantar siklus.

b) Peneliti membagikan naskah sosiodrama yang telah dipersiapkan dan meminta siswa mempelajari setiap tokoh yang di pilih untuk kemudian dimainkan dalam sosiodrama. c) Setiap kelompok memainkan sosiodrama. 3) Pengamatan/observasi

Selama penelitian berlangsung peneliti melakukanpengamatan secara sistematis terhadap proses komunikasi sosial yang dilakukan siswa. Pengamatan dilakukan dengan seksama untuk memperoleh hasil yang akurat sebagai proses refleksi untuk siklus berikutnya dan membagikan post test

4) Analisa dan Refleksi

(65)

yang dilakukan sebelumnya sudahmemenuhi harapan atau mendekati maksud dan tujuan yang ingin dicapai.Dari hasil refleksi akan terlihat dengan jelas pencapaian hasil yangditetapkan dan di ketahui juga kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pross pelaksanaan. Dalam konteks inilah maka upaya selanjutnya akan ditempuh lagiuntuk penyempurnaan pada siklus berikutnya.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk merealisasikan tujuan di atas yaitu memperoleh informasi, data dari proses penelitian dan situasi lain yang mempengaruhinya, maka peneliti memilih beberapa teknik dalam pengumpulan data sebagai berikut

1. Kuesioner/ angket

(66)

Angket keterampilan sosial dalam penelitian ini menggunakan pedoman Skala Likertyang telah dimodifikasi.Pada skala ini responden diminta untuk menjawab suatu pertanyaan atau pernyataan positif atau negative dengan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS).Masing-masing jawaban dikaitkan dengan angka berupa nilai. Untuk bentuk penyataan positif urutan skornya adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan untuk bentuk pernyataan negatif skornya 1, 2, 3, 4.

Hasil dari skala tersebut akan memaparkan skala yang menyatakan bagaimana keterampilan sosial sebelum di beri tindakan dan menyatakan apakah siswa tersebut mengalami peningkatan pada keterampilan sosial atau tidak setelah diberikan tindakan. Hasil skala tersebut akan disesuaikan dengan standar nilai untuk mengukur keterampilan sosial siswa.

G. Instrument penelitian

1. Skala keterampilan sosial

(67)

Tabel 1. Kisi-kisi angket keterampilan sosial Variabel Aspek yang

di amati

Indikator Nomer item Jumla h item + _ Keterampila n sosial Hubungan dengan teman sebaya . memuji atau menasehati teman

1,2 28,29 3

menawarkan bantuan kepada teman

3,4 30,31 4

bermain bersama teman

5,6 32,33 4

Menejemen diri Memiliki pengendalian emosional yang baik

7,8 34 3

Pengendalian terhadap dorongan 9,10 35,36,3 7 5 Kemampuan akademis Keterampilan menyelesaikan tugas sekolah 11,12 38,39,4 0 5 menjalankan arahan guru dengan baik

13,14 41,42 4

Kepatuhan mengikuti peraturan sekolah.

15 43,44 3

(68)

Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri keterampilan menghadapi stress 19,20,2 1 22 48 4 Mengontrol emosi 23 49,50,5 1 4 Keterampilan berkomunika si Memberikan umpan balik ketika berbicara.

24 52 2

Memperhatika n lawan bicara

25 53 2

Menjadi pendengar yang responsif.

27 54 2

Jumlah 27 27 54

H. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sukardi, 2007: 121). Menurut Saifuddin Azwar (1997), Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas suatu instrmen penelitian menunjukkan dimana suatu instrumen yang dapat mengukur apa yang hendak di ukur.

(69)

dengan analisis rasional atau dengan professional judgementoleh dosen pembimbing.Dalam skripsi penggunaan validitas ditentukan oleh professional judgement oleh dosen pembimbing.

[image:69.595.129.557.304.758.2]

Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,03 di anggap memuaskan.Untuk keperluan seleksi item yang baik, maka digunakan ktiteria korelasi item-total.

Table 2.Item Valid dan Tidak Valid Variable Keterampilan Sosial.

No Aspek Indikator No item ∑

valid Valid

Tidak valid

1. Hubungan dengan teman Sebaya.

Memuji dan menasehati teman

12,18,7,35 - 4

Menawarkan bantuan kepada teman.

24,45,14 3 3

Bermain bersama teman

1, 32,27,2 - 4

Menejemen diri Memiliki emosional yang baik

49,4 13 2

Pengendalian terhadap

dorongan

25,54,11,28 41 4

Kemampuan akademis

Keterampilan

menyelesaikan tugas sekolah

33, 26, 8, 22, 37

(70)

Menjalankan arahan dengan baik.

19,46,29 40 3

Kepatuhan Mengikuti peraturan sekolah

34,30 51 2

Perilaku asertif Keterampilan bersikap

tegas dan menyampaikan pikiran

serta perasaan

20,37 39,43,16,53 2

Periaku yang

berhubungan

dengan diri sendiri

Keterampilan mengahadapi stres

48 9,44,10,21 1

Mengontrol emosi 23,52 38,42 2

Keterampilan berkomunikasi

Memberikan umpan balik ketika berbicara

50 47 2

Memperhatikan lawan bicara

- 5,15 -

Menjadi pendengar yang responsif

17,31 6 2

Jumlah 35 19 54

(71)

yang gugur berjumlah 19 yaitu item 3 (0,290), 5 (0,290), 6 (0,290), 9 (-0,623), 10 (-0,484), 13 (-0,357), 15 (-0,229), 16 (0,263), 21 (-0,524), 38 (0,263), 39 (-0,832), 40 (0,263), 41 (-0,822), 42 (-0,822), 43 (0,263), 44 (-0,154), 47 (0,290), 51 (0,290) dan 53 (0,81).

I. Uji reliabilitas

Sebuah instrument dapat dikatakan reliabel apabila instrument

tersebut mampu mengungkap data yang dipercaya.Sugiyono(2013:364) bahwa suatu data dapat dikatakan reliabel apabila data tersebut konsisten dan stabil dalam artian, jika dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti sama dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama, sekelompok data lebih dipecah menjadi dua menunjukan data tidak berbeda.

Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur tentang meningkatkan keterampilan sosial siswa kelas VIII dengan metode sosiodrama adalah dengan Alpha Cronbach.

(72)

jumlah item 0,986.Hal ini menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki reliabilitas tinggi.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.968 34

Untuk keperluan seleksi yang baikmaka digunakan criteria korelasi item-total r = 0,03.

J. Teknik Analisis Data

Wina Sanjaya (2010: 106) mengemukakan bahwa menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasi data yang tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan keterampilan sosial siswa.Dalam hal ini keterampilan sosial siswa diukur dengan menggunakan kuesioner atau skala.Dengan demikian, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kuantitatif.

(73)

1. Menentukan skor tertinggi dan skor terendah Skor tertinggi = 4 x jumlah item

Skor terendah = 1 x jumlah item 2. Menghitung mean (rerata)

M = ½ (skor tertinggi + skor terendah) 3. Menghitung standar deviasi

[image:73.595.141.519.315.399.2]

1SD = 1/6 (skor tertinggi – skor terendah)

Tabel 3. Rumusan kategori skor

Batas Inverval Kategori

Skor < (Mean – 1SD) Rendah

(Mean – 1SD) < Skor < (Mean + 1SD) Sedang

Skor > (Mean + 1SD) Tinggi

K. Indikator Keberhasilan

Penelitian dikatakan berhasil apabila keterampilan sosial pada subjek yang dikenai tindakan menggunakan metode sosiodrama meningkat dengan hasil nilai 117,6 pada rerata akhir dan termasuk pada kriteria tinggi karena nilai >105.

         

(74)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Yogyakarta pimpinan Yuniarti, S.Pd sebagai kepala sekolah SMP Negeri 4 Yogyakarta.SMP Negeri 4 Yogyakarta secera geografis terletak di Jl. Hayam Wuruk No. 18 Yogyakarta, Kelurahan Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini terletak di tepi jalan raya utama sehingga cukup mudah diakses oleh umum.Hal ini didukung dengan fasilitas yang cukup memadai di sekolah tersebut. Sekolah ini memiliki 15 ruang kelas dengan 1 laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium bahasa dan komputer, ruang perpustakaan, ruang audio/AVA , ruang UKS, ruang keterampilan memasak, kerajinan, menjahit, ruang PMR, ruang gamelan atau karawitan, ruang olahraga, ruang kepala sekolah, guru, tata usaha, ruang osis/pramuka, ruang ibadah, ruang musik, rumah penjaga sekolah, koperasi atau kantin serta kamar mandi yang tersebar di berbagai titik dengan fasilitas yang cukup memadai.

(75)

komputer dan 3 meja kerja guru BK. Koordinator Bimbingan dan Konseling di sekolah ini adalah Padmi Haryanti, S.Pd.

2. Deskpripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Rincian kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Ambil data awal : 17 oktober 2016 b. Pemberian pre-test : 28 Oktober 2016 c. Pelaksanaan siklus 1 : 1 November 2016

a) Pemberian tindakan I : 1 November 2016 b) Pemberian tindakan II : 1 November 2016 c) Pemberian tindakan III : 1 November 2016

Pemberian tindakan hanya dilakukan pada satu hari yang sama yaitu pada tanggal 1 november. Hal ini dilakukan karena terbatasnya waktu yang dimiliki siswa disebabkan oleh kegiatan yang bertabrakan antar siswa, padatnya jadwal siswa setelah sepulang sekolah seperti mengikuti ekstrakulikuler, les dan kegiatan lainnya. Hal itulah yang menjadikan peneliti hanya melakukan tindakan pada satu hari saja.

d. Pemberian post-test siklus 1 : 1 November 2016 e. Pelaksanaan siklus II : 5 November 2016

(76)

Pemberian tindakan pada siklus II hanya dilakukan dua kali karena observer melihat adanya peningkatan keterampilan sosial meliputi kemampuan komunikasi antar siswa saat membaca dan melakukan adegan sudah lancar dibandingkan pada siklus I, sudah terlihat adanya komunikasi non verbal selama proses tindakan dan para siswa terlihat lebih luwes sehingga hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menyelesaikan proses pelaksanaan sosiodrama .

f. Pemberian post-test siklus II : 5 November 2016

Sama seperti pada tindakan siklus pertama, pada tindakan siklus II peneliti hanya menggunakan waktu satu hari.Peneliti mengalami kesulitan dalam mengatur jadwal yang saling bertabrakan antar siswa lainnya.Keterbatasan waktu yang lainnya yaitu para siswa juga tengah menyiapkan persiapan ujian tengah semester.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

(77)
[image:77.595.177.448.305.475.2]

Siswa-siswa yang mengalami keadaan dengan keterampilan sosial yang rendah ini mempunyai berbagai macam penyebab yaitu antara lain karena di tolak oleh kelompok, memiliki sikap yang cenderung penyendiri dan sangat menutup diri dari lingkungan. Keterangan tersebut didapatkan dari wawancara dengan guru BK. Berikut ini merupakan daftar subjek penelitian.

Tabel 4. Daftar subjek penelitian

No Nama Kelas Jenis kelamin

1. AP 8B L

2. ARNH 8B P

3. AFS 8B P

4. KDG 8B P

5. KRP 8B L

C. Deskripsi Data Pretest Penelitian

(78)
[image:78.595.146.517.224.373.2]

karena jadwal yang padat, dan untuk mengambil waktu saat pembelajaran berlangsung tidak diperkenankan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Hasil dari pre-test yang diberikan adalah sebagai berikut: Tabel 5. Hasil pre-test sebelum tindakan (hasil disertai di lampiran)

Batas Inverval Frekuensi Kategori Skor < (Mean – 1SD)

>150

0 Tinggi

(Mean – 1SD) < Skor < (Mean + 1SD) 71 – 105

5 Sedang

Skor > (Mean + 1SD) <71

0 Rendah

Perhitungan Skor

1. Menentukan skor tertinggi dan terendah

Skortertinggi = 4 x jumlah item = 4 x 35 =140 Skor terrendah = 1 x jumlah item = 1 x 35 = 35

2. Mean

M = ½ ( skor tertinggi- skor terendah) M = ½ ( 140-35)

M = 87,5

3. Standar Deviasi

1SD = 1/6 ( skor tertinggi- skor terrendah) 1SD = 1/6 (140-35)

(79)

Darihasil pre-testyangtelah dibagikan, diperoleh 5 anak yang memiliki keterampilan sosial dengan kategori sedang. AP mendapat hasil pre-test sebesar 93 dan jikadisesuaikan dalam kategori skor skala keterampialn sosial , AP termasuk dalam kriteria sedang begitupun dengan ARNH, AFS, KDG dan juga KRP karena nilai yang didapatkan semua siswa lebih dari 71 dan termasuk dalam kategori sedang.

Selain hasil pre-test, observasi yang dilakukan pelaksana pada saat membagikan angket juga membuktikan kategori yang dimiki tiap siswa sedang atau belum tinggi dalam keterampilan sosialnya.Beberapa siswa terlihat gugup dan cenderung diam ketika diajak berbicara.Melihat hasil pre-test dan observasi yang dilakukan, pelaksana merencanakan tindakan siklus 1.

D. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Tindakan

1. Siklus 1

a. Tahap perencanaan

(80)

Tema persahabatan dipilih agar siswa dapat memahami bagaimana bergaul pada kehidupan sosial dengan watak dan perilaku yang berbeda-beda sesuai dengan karakter manusia.Pelaksana dan guru BK merencanakan pemilihan pemeran dalam sosiodrama disesuaikan dengan karakter siswa dengan keterampilan sosial yang rendah di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

Siswa dengan keterampilan sosial rendah yang berjumlah 5 orang tergabung dalam 1 kelompok kecil untuk memainkan naskah sosiodrama. Naskah sosiodrama yang dibuatpun terdiri dari 5 tokoh, 2 tokoh laki-laki dalam naskah memiliki karakter baik dan suka mengingatkan bernama Adrian di perankan oleh AP dan tokoh yang bernama Dimas dengan karakter buruk dimana suka menyepelekan sesuatu diperankan oleh KR, Zara dengan karakter yang ambisus dan penuh semangat diperankan oleh AFS, Kekey dengan karakter keuletannya diperankan oleh ARNH, serta Ratu dengan karakter glamornya diperankan oleh KDG. Meski karakter dalam naskah dengan karakter siswa yang memiliki keterampilan sosial rendah tidak 100% sama, namun ini diharapkan akan membantu siswa dalam menghayati peran siswa.

(81)

yang memiliki cita-cita masing-masing yang sama tinggi dan ingin menerapkan pada kehidupan nya kelak. Berbeda dengan Dimas dan Ratu yang selalu menganggap cita-cita adalah sesuatu yang tidak terlalu di pikirkan dan direncanakan.Kelima tokoh memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Di situlah Zara, Adrian dan Kekey yang memiliki prinsip yang sama dituntut dapat mencairkan dan meluruskan persepsi yang berbeda dengan prinsip Dimas dan Ratu dengan berkomunikasi di antara kelimanya.

b. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus I dilakukan 4 tindakan. Tindakan pertama dilaksanakan Hari selasa, 1 November 2016 di ruangan Audio Visual dengan dengan melakukan sosiodrama dengan tema dan naskah yang telah dibuat oleh peneliti. Pada persiapan pelaksanaan sosiodrama, pelaksana menata kursi di ruangan Audio Visual sesuai dengan kebutuhan. Terdapat satu setting sosiodrama yang perlu dipersiapkan yaitu ruang tamu .

Pelaksanaan sosiodrama dimulai dengan menjelaskan setting sosiodrama kepada siswa, kemudian pelaksana meminta 5 siswa memainkan sosiodrama pada setting tersebut.Layaknya suasana kelas, siswa diminta tidak membuat gaduh dan tetap berkonstrasi pada naskah.

(82)

Zara. Kelima tokoh di pertemukan dalam satu perbincangan yaitu Zara, Kekey dan Adrian yang terlebih dahulu ada di rumah Zara. Disusul oleh Dimas dan Ratu yang telat datang pada saat itu. Ketika semua tokoh berkumpul terjadilah perbincangan mengenai cita-cita masing-masing tokoh dan dari sana lah terjadi perbincangan dengan saling memunculkan keterampilan sosial dimiliki yaitu dengan menceritakan cita-cita apa yang diinginkan masing-masing tokoh. Meskipun dua tokoh dalam sosiodrama yaitu Dimas dan Ratu menentang dan terkesan menyepelekan cita-cita ket

Gambar

Table 2.Item Valid dan Tidak Valid Variable Keterampilan Sosial.
Tabel 3. Rumusan kategori skor
Tabel 4. Daftar subjek penelitian
Tabel 5. Hasil pre-test sebelum tindakan (hasil disertai di lampiran)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan ini meliputi pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, perangkat keras meliputi perancangan alat pengendapan tahu dan perancangan rangkaian Arduino

Adapun sumber data penelitian ini adalah Tokoh adat Suku bajo (Lalo Bajo), masyarakat kampong bajo, serta Hakim-hakim Pengadilan Agama. Selanjutnya, untuk memperoleh data tentang

Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di jenjang pendidikan dasar dan menengah, mengindikasikan adanya upaya pemerintah pusat memberikan kewenangan

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan antara lain: (1) Bagi siswa SMP Negeri se- Kota Padangsidimpuan bahwa bioteknologi

r) Rok kain hitam polos span panjang ukuran pas mata kaki (jika ada belahan tidak boleh lebih dari 7 cm).. s) Bagi yang berjilbab wajib memakai jilbab warna putih polo

Oleh karena itu, penulis dalam menganalisis kasus ini untuk menentukan bagaimana tanggung jawab Pengurus dan Pengawas KCKGP mengambil fakta-fakta yang terungkap dalam putusan

Tantangan untuk meraih prestasi terdiri dari 2 faktor yaitu faktor dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar (faktor eksternal). kedua faktor

1 | Integrasi Nilai-Nilai Surat Al Hujurat ayat 11-13 pada Desain Cerita Bergambar La Nyala BAB I.. PENDAHULUAN 1.1