• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR SE-GUGUS SENDANGADI, MLATI, SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR SE-GUGUS SENDANGADI, MLATI, SLEMAN."

Copied!
254
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHKETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR

SE-GUGUS SENDANGADI, MLATI, SLEMAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Dennis Hermawan NIM 13108244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUHKETELADANAN GURU, REWARD, DAN PUNISHMENT TERHADAP PERILAKU DISIPLIN SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR

SE-GUGUS SENDANGADI, MLATI, SLEMAN Oleh

Dennis Hermawan NIM 13108244009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru terhadap perilaku disiplin siswa, mengetahui pengaruh reward terhadap perilaku disiplin siswa, mengetahui pengaruh punishment terhadap perilaku disiplin siswa, mengetahui pengaruh keteladanan guru, reward dan punishment secara bersama-sama terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman.

Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan skala psikologi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman dengan jumlah populasi 191. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 129 yang diambil berdasarkan perhitungan dari rumus slovin. Validitas instrumen diuji dengan analisis korelasi product moment, sedangkan reliabilitas menggunakan teknik analisis koefisien alpha cronbach. Uji prasyarat analisis data menggunakan uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi sederhana dan uji regresi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Terdapat pengaruh positif yang tidak signifikan dari keteladanan guru terhadap perilaku disiplin siswa dengan 1,015<1,978, terdapat pengaruh positif yang signifikan dari reward terhadap perilaku disiplin siswa dengan 2,167>1,978, terdapat pengaruh positif yang signifikan dari punishment terhadap perilaku disiplin siswa dengan 5,389>1,978, dan terdapat pengaruh positif yang signifikan dari keteladanan guru, reward dan punishment secara bersama-sama terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman. Hasil dari (28,142) > (2,68) dan tingkat signifikansi 0,000 atau kurang dari 0,05 dengan sumbangan pengaruh sebesar 38,9%. Hasil koefisien regresi bernilai positif yang menyatakkan bahwa semakin tinggi nilai keteladanan guru, reward, dan punishment maka semakin tinggi pula nilai perilaku disiplin siswa.

(3)

iii

THE INFLUENCE OF TEACHER’S MODEL, REWARD, AND

PUNISHMENT IN STUDENT’S DISCIPLINE BEHAVIOR AT 5th

GRADE ON ELEMENTARY SCHOOL IN CLUSTER SENDANGADI, MLATI,

SLEMAN student’s discipline behavior, knowing the influence of reward in student’s discipline behavior, knowing the influence of punishment in student’s discipline behavior, and knowing the influences of teacher’s model, reward, and punishment are togetherness at 5th grade on elementary school in cluster Sendangadi, Mlati, Sleman.

This research is an ex post facto quantitative research. Collecting data uses psychologycal scale. Numbers of subject research are 191 5th grade elementary students in cluster Sendangadi, Mlati, Sleman. Numbers of sample research are 129, taken using Slovin formula . Instrument validity is tested using correlation analysis product moment. And then reliability uses analysis alpha cronbach. Requirement test uses normality test and linearity test. Testing hypothesis uses simple regression and double regression.

Results of research show that there is not influence significantly of teacher’s model in student’s discipline behavior according to 1,015<1,978, there is influence significantly of reward in student’s discipline behavior according to 2,167>1,978, there is influence significantly of punishment in discipline behavior according to 5,389>1,978, and there are significant influences from teacher’s model, reward, and punishment in student’s discipline behavior at 5th

grade on elementary school in cluster Sendangadi, Mlati, Sleman, according to results of research that (28,142) > (2,68) and significance level 0,000 or less than 0,05 and result of determine coefficient is 38,9%. Results of regression coefficient have positive value, and they show that the larger value of teacher’s model, reward, and punishment, the greater value of student’s discipline bahavior.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

“Disiplin adalah jembatan antara cita-cita dan pencapaiannya”

(Jim Rohn)

“Bagi setiap usaha yang disiplin pasti ada hasil yang berlipat ganda”

(Jim Rohn)

“Disiplin diri merupakan senjata ampuh yang harus dimiliki setiap orang yang mau sukses !”

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah SWT dan dengan mengucap syukur Alhamdulillah atas anugerah Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, Ibu Asih Winarni, Bapak Untung Septiadi yang selalu mendukung, mendoakan, memotivasi, memberikan perhatian dan kasih sayang dalam penyelesaian Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, khususnya program studi PGSD FIP UNY.

(9)
(10)
(11)
(12)

xii

B. Identifikasi Masalah ... 8

C.Fokus Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan ... 9

F. Manfaat ... 9

BAB II. KAJIAN TEORI A. Perilaku Disiplin ... 10

1. Pengertian Perilaku Disiplin ... 10

2. Indikator Perilaku Disiplin ... 12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Disiplin ... 14

4. Macam-macam Pelanggaran Perilaku Disiplin di Sekolah ... 17

5. Tujuan dan Manfaat Perilaku Disiplin bagi Siswa ... 18

B. Keteladanan Guru ... 19

1. Guru Sebagai Teladan ... 19

2. Pengaruh Keteladanan Guru terhadap Perilaku Disiplin Siswa 22 3. Indikator Keteladanan Guru ... 22

4. Pengaruh Negatif Hilangnya Keteladanan Guru ... 26

5. Kompetensi Guru ... 27

6. Tanggung Jawab dan Peran Guru ... 29

(13)

xiii

1. Pengertian Reward ... 32

2. Pengaruh Reward terhadap Perilaku Disiplin ... 33

3. Macam-macam Reward ... 34

4. Kriteria Reward yang Baik ... 43

5. Manfaat dan Tujuan Reward ... 47

D. Punishment ... 47

1. Pengertian Punishment ... 47

2. Pengaruh Punishment terhadap Perilaku Disiplin ... 48

3. Macam-macam Punishment ... 50

4. Kriteria Punishment yang Baik ... 57

5. Manfaat dan Tujuan Punishment ... 63

6. Teori Hukuman ... 64

E. Pengaruh keteladanan guru, reward, dan punishment terhadap Perilaku disiplin ... 66

F. Kerangka Pikir ... 69

G. Hipotesis Penelitian ... 71

BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian ... 73

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 73

C. Variabel Penelitian ... 74

D. Subyek Penelitian ... 75

1. Populasi ... 75

2. Sampel ... 76

E. Obyek Penelitian ... 78

F. Definisi Operasional ... 78

G. Teknik Pengumpulan Data ... 79

H. Instrumen Penelitian ... 80

I. Uji Coba Instrumen ... 86

1. Validitas Instrumen ... 86

2. Reliabilitas Instrumen ... 87

J. Hasil Uji Coba Instrumen ... 88

1. Uji Validitas ... 88

2. Uji Reliabilitas ... 90

K. Teknik Analisis Data ... 90

1. Uji Prasyarat Analisis ... 91

a. Uji Normalitas ... 91

b. Uji Linearitas ... 91

2. Analisis Deskriptif ... 92

(14)

xiv

a. Uji Regresi Sederhana ... 93

b. Uji Regresi Ganda ... 95

4. Koefisien Determinasi ... 97

5. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 97

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 100

1. Hasil Uji Prasyarat ... 100

a. Uji Normalitas ... 100

b. Uji Linearitas ... 101

2. Deskripsi Penelitian ... 103

a. Keteladanan Guru ... 103

b. Reward ... 106

c. Punishment ... 110

d. Perilaku Disiplin ... 114

3. Hasil Uji Hipotesis ... 118

a. Uji Regresi Sederhana ... 118

b. Uji Regresi Ganda ... 122

4. Koefisien Determinasi ... 125

5. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 126

B. Pembahasan ... 129

1. Pembahasan Uji Hipotesis Keteladanan Guru, Reward, dan Punishment terhadap Perilaku Disiplin Siswa ... 130

2. Pembahasan Uji Hipotesis Keteladanan Guru terhadap Perilaku Disiplin Siswa ... 131

3. Pembahasan Uji Hipotesis Reward terhadap Perilaku Disiplin Siswa ... 131

4. Pembahasan Uji Hipotesis Punishment terhadap Perilaku Disiplin Siswa ... 132

5. Pembahasan Koefisien Determinasi ... 133

C. Keterbatasan Penelitian ... 135

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 139

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Anggota Populasi ... 74

Tabel 2. Jumlah Anggota Sampel ... 77

Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Keteladanan Guru ... 82

Tabel 4. Kisi-Kisi Skala Reward ... 83

Tabel 5. Kisi-Kisi Skala Punishment ... 84

Tabel 6. Kisi-Kisi Skala Perilaku Disiplin ... 85

Tabel 7. Nilai Koefisien Alpha... 90

Tabel 8. Kriteria Interpretasi Skor ... 92

Tabel 9. Hasil SPSS Uji Normalitas ... 100

Tabel 10. Hasil SPSS Uji Linearitas Keteladanan Guru ... 101

Tabel 11. Hasil SPSS Uji Linearitas Reward ... 102

Tabel 12. Hasil SPSS Uji Linearitas Punishment ... 102

Tabel 13. Skor Indikator Keteladanan Guru ... 104

Tabel 14. Hasil Kriteria Variabel Keteladanan Guru ... 106

Tabel 15. Skor Indikator Reward ... 107

Tabel 16. Hasil Kriteria Variabel Reward... 109

Tabel 17. Skor Indikator Punishment... 111

Tabel 18. Hasil Kriteria Variabel Punishment ... 113

Tabel 19. Skor Indikator Perilaku Disiplin Siswa ... 115

Tabel 20. Hasil Kriteria Variabel Perilaku Disiplin Siswa ... 117

Tabel 21. Hasil Persamaan Regresi Sederhana ... 119

Tabel 22. Hasil Regresi Ganda antara Keteladanan Guru, Reward, dan Punishment secara bersama-sama terhadap Perilaku Disiplin Siswa .... 124

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Histogram Skor Variabel Keteladanan Guru ... 105

Gambar 2. Histogram Skor Variabel Reward ... 108

Gambar 3. Histogram Skor Variabel Punishment ... 112

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Skala Uji Coba Variabel Penelitian ... 143

Lampiran 2. Skor Hasil Uji Coba ... 156

Lampiran 3. Tabel r ... 164

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 165

Lampiran 5. Skala Keteladanan Guru, Reward, Punishment dan Perilaku Disiplin Siswa ... 181

Lampiran 6. Skor Instrumen ... 192

Lampiran 7. Jumlah skor ... 213

Lampiran 8. Hasil Analisis ... 217

Lampiran 9. Tabel T ... 219

Lampiran 10. Tabel F ... 220

Lampiran 11. Tabel Variabel ... 221

Lampiran 12. Foto Dokumentasi... 224

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian ... 227

Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Uji Coba... 230

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, setiap individu memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, setiap individu berupaya untuk melakukan hal-hal yang dapat mendukung tercapainya kebutuhan masing-masing dengan berbagai perilaku. Oleh karena banyaknya masyarakat dengan kebutuhan yang berbeda-beda dan perilaku yang berberbeda-beda pula, perlu adanya aturan jelas yang mengatur, dan bertujuan demi terciptanya kepentingan bersama.

Dalam kehidupan perlu adanya aturan-aturan guna mengatur perilaku yang muncul dari setiap individu. Peraturan-peraturan tersebut menjadi sesuatu yang harus dipatuhi dan ditaati, karena setiap peraturan yang dilanggar akan menimbulkan ketidaknyamanan dan keresahan masyarakat. Pada dasarnya aturan yang membatasi kehidupan manusia tersebut merupakan hal yang manusiawi dan membedakan manusia dengan makhluk lainnya, karena manusia mempunyai akal dan pikiran, dan juga mengetahui mana yang benar dan yang salah.

(19)

2

dituntut untuk mentaati peraturan guna mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran dan membentuk pribadi yang disiplin dan tanggung jawab. Hal itu bertujuan agar anak dapat diterima di lingkungannya dan dapat mencerminkan moral yang baik.

Dalam menjalankan peraturan diperlukan adanya kesadaran yang tertanam dalam setiap diri individu untuk taat dan patuh pada peraturan. Perilaku patuh dan taat terhadap peraturan tersebut disebut dengan perilaku disiplin. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menujukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban. Sedangkan kedisiplinan berasal dari kata dasar disiplin, yang bermakna bahwa kedisiplinan merupakan gambaran perilaku disiplin di suatu tempat.

(20)

3

menuntut bahwa sekolah tidak hanya mendidik anak dari segi intelektual, akan tetapi juga sekolah dituntut untuk berperan mendidik dan mengembangkan karakter anak.

Penanaman perilaku disiplin sejak dini merupakan hal yang penting dikarenakan dalam membentuk perilaku disiplin tidak dapat terwujud secara tiba-tiba, akan tetapi perlu adanya serangkaian proses yang panjang dan dapat membentuk suatu kebiasaan yang menunjukan nilai-nilai taat, patuh, setia, teratur, dan tertib kepada aturan dan tata tertib yang berlaku dan dilakukan dengan penuh kesadaran. Pada dasarnya perilaku disiplin adalah perilaku yang berasal dari diri sendiri dan dilakukan dengan senang hati. Pentingnya perilaku disiplin yang dilakukan oleh seorang anak sejak dini dikarenakan dapat membentuk perilaku disiplin yang sudah menjadi kebiasaan saat mereka memasuki kehidupan dewasa dan saat usia produktif. Sehingga dapat menciptakan warga masyarakat yang disiplin.

(21)

4

perkembangan moral anak, karena dapat memaksimalkan perkembangan moral anak.

Dalam berperilaku disiplin, perlu adanya alat untuk mengatur perilaku supaya tetap pada perilaku yang sesuai dengan aturan. Alat tersebut adalah reward dan punishment. reward dan punishment diterapkan bertujuan untuk dapat mengontrol siswa supaya selalu berperilaku disiplin. Reward merupakan penguatan positif bahwa jika anak berperilaku benar dan sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku maka anak akan mendapatkan penghargaan. Hurlock (1978:83) mengatakan bahwa pujian yang ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan akan mendorong anak untuk bersikap disiplin. Purnomo & Abdi (2013:45) mengatakan bahwa tujuan dan pengaruh reward pada perilaku anak adalah membuat perilaku terpuji yang lebih banyak lagi di masa mendatang.

Jika anak tidak disiplin terhadap aturan-aturan yang berlaku maka anak akan mendapatkan hukuman yang akan mengakibatkan anak tidak akan lagi melanggar peraturan. Seorang siswa yang melanggar peraturan dan mendapatkan hukuman adalah akibat dari perilaku tidak disiplin siswa dalam mematuhi peraturan yang berlaku. Ametembun (1974:13) mengatakan bahwa hukuman adalah sebagai alat untuk mendisiplinkan siswa. Kemudian Hurlock (1978:107) mengatakan bahwa hukuman menghalangi pengulangan perilaku yang tidak diinginkan masyarakat.

(22)

5

guru dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan siswa. Hal ini sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, dimana seorang guru harus berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan dapat menjadi model dan menjadi seseorang yang diteladani oleh siswa. Karena pada saat guru menanamkan nilai-nilai disiplin pada anak, anak akan lebih memperhatikan perilaku gurunya daripada apa yang dikatakan gurunya. Dalam hal ini keteladanan guru mengenai kedisiplinan juga sangat penting dalam perkembangan perilaku disiplin siswa. Sikap disiplin guru dapat diartikan sikap mental untuk mentaati peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Zuriah (2007:86-87) yang menjelaskan bahwa strategi dalam mengintegrasikan pendidikan budi pekerti adalah dengan keteladanan atau contoh.

(23)

6

balasan lainnya). Hal tersebut menggambarkan bahwa pada anak usia sekolah dasar khususnya kelas 5, anak berada pada tahapan menginterpretasikan nilai-nilai berdasarkan konsekuensi eksternal, oleh karena itu, pendapat tersebut mendukung pentingya sebuah penguatan eksternal berupa reward dan punishment untuk membantu siswa untuk menumbuhkan perilaku disiplin siswa. Akan tetapi dalam sebuah penanaman perilaku disiplin pada siswa tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya keteladanan dari guru, seperti yang diungkapkan oleh Shoimin (2014:85-89) yang menyatakan bahwa dalam proses transfer nilai tak dapat dilakukaan tanpa melalui proses keteladanan. Dari berbagai pendapat tersebut maka pentingnya peneliti untuk meneliti mengenai pengaruh dari reward, punishment dan keteladanan guru dalam perilaku disiplin siswa.

(24)

7

guru, berteriak saat siswa dikelas mulai tidak kondusif. Selain itu guru juga memberikan keteladanan berupa contoh untuk datang tepat waktu, menjaga kebersihan, berbicara dengan sopan, dan lain-lain.

Guru mengatakkan bahwa setelah diberikan keteladanan berupa contoh, reward dan punishment terdapat beberapa siswa yang tidak dapat menunjukan perkembangan ke arah yang lebih baik. Ada siswa yang melanggar peraturan kemudian diberikan hukuman, setelah itu siswa bisa lebih disiplin, namun selang beberapa minggu siswa kembali melakukan kesalahan yang sama.

Guru menambahkan bahwa ada beberapa orang tua siswa yang kurang peduli dan cenderung menganggap bahwa perilaku tidak disiplin adalah hal yang sudah biasa, dikarenakan ketika anak dirumah juga terbiasa untuk tidak berperilaku disiplin. Ada pula beberapa siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar dan sekolah, sehingga siswa belum dapat menunjukkan perilaku disiplin.

Berdasarkan latar belakang dan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keteladanan guru, pemberian reward dan pemberian punishment belum diketahui pengaruhnya terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se-gugus Sendangadi, Mlati, Sleman. Oleh karena itu maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui pengaruhnya. Sehingga peneliti mengambil judul “Pengaruh Keteladanan Guru, Reward, Dan Punishment Terhadap Perilaku

(25)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Keteladanan dari guru yang belum di contoh oleh siswa untuk berperilaku disiplin

2. Pemberian reward yang belum memotivasi siswa untuk berperilaku disiplin. 3. Pemberian punishment yang kurang memberikan efek jera terhadap perilaku

disiplin siswa

4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap perilaku disiplin anak 5. Rendahnya tingkat motivasi anak untuk berperilaku disiplin C. Fokus Masalah

Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku disiplin siswa cakupannya sangat luas sehingga secara keseluruhan tidak dapat terungkap dalam penelitian ini, maka perlu diberikan fokus masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, fokus masalah pada penelitian ini yaitu pengaruh keteladanan guru, reward dan punishment terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 se gugus sendangadi mlati sleman .

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut.

1. Apakah keteladanan guru berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman?

2. Apakah reward berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman?

3. Apakah punishment berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman?

(26)

9

E. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui pengaruh keteladanan guru terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman.

2. Mengetahui pengaruh reward terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman.

3. Mengetahui pengaruh punishment terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman.

4. Mengetahui pengaruh keteladanan guru, reward dan punishment secara bersama-sama terhadap perilaku disiplin siswa kelas 5 SD se gugus Sendangadi, Mlati, Sleman.

F. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Teoritis

Memberikan informasi untuk khasanah keilmuan dibidang pendidikan sekolah dasar mengenai pengaruh keteladanan guru, reward, dan punishment terhadap perilaku disiplin siswa sekolah dasar.

2. Praktis

a. Kepala Sekolah

Memberikan masukan ataupun gambaran untuk menentukan kebijakan peraturan di sekolah.

b. Bagi Guru

Memberikan dorongan pada guru untuk memperbaiki penanaman perilaku disiplin yang diterapkan.

c. Bagi Siswa

(27)

10

BAB II KAJIAN TEORI A. Perilaku Disiplin

1. Pengertian Perilaku Disiplin

Arikunto (1993: 114) (dalam Rachman, 1998: 167-168) Kata disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada belajar dan mengajar. Kata ini sangat dekat dengan istilah “disciple” yang berarti mengikuti

orang belajar dibawah pengawasan seorang pimpinan. Dalam disiplin dikenal dengan dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah tersebut adalah disiplin dan ketertiban. Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar. Sedangkan disiplin menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya.

Daryanto & Darmiatun (2013:49) menjelaskan bahwa disiplin pada dasarnya adalah kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun diluar pihak diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, bernegara maupun beragama. Narwanti (2011:29) Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(28)

11

proses dan serangkaian perilaku yang menujukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban.

Kedisiplinan berasal dari kata dasar “disiplin”. “Disiplin” yang merupakan kata sifat kemudian diberikan imbuhan ke-an dan membentuk kata “kedisiplinan” yang menjadi kata benda karena diberikan imbuhan ke-an. Makna dari imbuhan ke-an dalam “kedisiplinan” yang berarti hal yang berhubungan dengan disiplin. Kedisiplinan merupakan cermin kehidupan suatu masyarakat atau bangsa. Maksudnya adalah dilihat dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa, akan dapat dibayangkan seberapa tingkatan tinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Cerminan kedisiplinan dapat terlihat di tempat-tempat umum, dan lebih khususnya pada sekolah-sekolah, dimana di sekolah terdapat banyaknya pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik yang kurang disiplin. Dalam hal kedisiplinan di sekolah, hal itu tergambar dari perilaku siswa yang sesuai atau tidaknya terhadap peraturan yang berlaku di sekolah. Sekolah mempunyai banyak tata tertib untuk mengatur seluruh warga sekolah dan harus dipatuhi oleh semua warga sekolah.

(29)

12

adalah merupakan gambaran bahwa kedisiplinan di sekolah tersebut sangatlah kurang, begitu pula sebaliknya apabila di suatu sekolah memiliki anggota-anggota yang memiliki perilaku disiplin tinggi, maka kedisiplinan di sekolah tersebut sangatlah baik.

2. Indikator Perilaku Disiplin

Ada berbagai pendapat mengenai indikator disiplin yang merupakan ukuran untuk menentukan perilaku disiplin dari siswa, diantarannya adalah sebagai berikut:

Zuriah (2007:209) menyebutkan beberapa indikator disiplin diri yaitu :

a. Datang ke sekolah tepat waktu b. Berpakaian rapi

c. Memelihara fasilitas umum d. Melestarikan lingkungan e. Menjaga nama baik sekolah f. Kebiasaan tertib

Daryanto & Darmiatun (2013:143-145) menjelaskan bahwa indikator bersfat berkembang secara progresif, maksudnya adalah perilaku yang dirumuskan dalam indikator untuk jenjang kelas 1-3 lebih sederhana dibandingkan perilaku untuk jenjang kelas 4-6. Untuk kelas 5 dijelaskan bahwa indikator disiplin adalah sebagai berikut

a. Menyelesaikan tugas pada waktunya

b. Saling menjaga dengan teman agar semua tugas-tugas kelas terlaksana dengan baik

c. Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas

d. Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung

(30)

13

Fathurrohman, Suryana, & Fatriany (2013:128) menyebutkan beberapa deskripsi perilaku disiplin antara lain:

a. Belajar secara teratur

b. Mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab

c. Selalu mengetahui segala peraturan dan mematuhi tata tertib dalam lingkungan pergaulan sosial

d. Menjaga ketertiban umum

e. Selalu mematuhi norma-norma yang berlaku di sekolah, lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk menjaga keutuhan hubungan sosial

f. Selalu menghargai waktu g. Bekerja secara tuntas

h. Menghindari sikap untuk mengabaikan aturan

Narwanti (2011:66) menyebutkan beberapa indikator disiplin, yaitu: a. Hadir tepat waktu

b. Mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran c. Mengikuti prosedur kegiatan pembelajaran d. Menyelesaikan tugas tepat waktu

Berdasarkan dari berbagai pendapat mengenai indikator perilaku disiplin, maka penulis menyimpulkan beberapa indikator, yaitu:

a. Hadir ke sekolah dan mengumpulkan tugas tepat waktu b. Berpakaian sopan dan rapi

c. Peduli dan menjaga lingkungan

d. Mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran e. Menjaga nama baik sekolah

f. Selalu mengetahui aturan dan taat pada aturan

g. Rajin mengerjakan sesuatu dengan penuh tanggung jawab

(31)

14

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan, diantaranya adalah sebagai berikut.

Hurlock (1978:84) mengatakan unsur-unsur disiplin, antara lain:

1) Peraturan sebagai pedoman perilaku

2) Konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya

3) Hukuman untuk pelanggaran peraturan

4) Penghargaan untuk perilaku yang baik, yang sejalan dengan peraturan yang berlaku

Daryanto & Darmiatun (2013:50) menyebutkan beberapa pengaruh perkembangan disiplin, antara lain:

1. Pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa) terhadap perilaku

Pola asuh orang tua mempengaruhi bagaimana anak berpikir, berperasaan dan bertindak. Orang tua yang dari awal mengajarkan dan mendidik anak untuk memahami dan mematuhi aturan akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan akan berperilaku tidak beraturan.

2. Pemahaman tentang diri dan motivasi

Pemahaman terhadap siapa diri, apa yang diinginkan diri dan aspek yang dapat dilakukan oleh diri sendiri agar hidup menjadi lebih nyaman, menyenangkan, sehat dan sukses membuat individu membuat perencanaan hidu dan mematuhi perencanaan yang dibuat.

(32)

15

Relasi sosial dengan individu maupun lembaga sosial memaksa individu memahami aturan sosial dan melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima secara sosial. Jika dalam suatu masyarakat berkembang budaya bersih tentu akan sangat tidak nyaman manakala kita membuang sampah sembarangan dan semua orang melihat kita menyatakan keheranan dan menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan adalah salah.

Hurlock (2003:166) menjelaskan mengenai esensi disiplin bagi anak-anak, yaitu:

a. Bantuan dalam mendasarkan kode moral

Dalam kasus anak yang lebih besar, pengajaran mengenai benar dan salah seyogyanya menekankan alasan mengapa pola perilaku tertentu diterima dan mengapa pola lain tidak diterima, dan seyogyanya diarahkan untuk menolong anak memperluas konsep tertentu menjadi konsep yang lebih luas, dan lebih abstrak.

b. Ganjaran

Ganjaran, seperti pujian atau perlakuan secara khusus karena berhasil mengatasi situasi sulit, dengan baik, mempunyai nilai pendidikan yang kuat jika pujian dan perlakuan khusus menunjukkan pada anak bahwa ia bertindak benar dan juga jika mendorong anak untuk mengulang perilaku yang baik. Bagaimanapun juga, jikalau pujian dan perlakuan khusus harus menjadi efektif ganjaran harus sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan anak.

(33)

16

Seperti ganjaran, hukuman harus sesuai dengan perkembangan dan harus dilakukan secara adil; kalau tidak, dapat menimbulkan kebencian anak. Hukuman juga harus mendorong anak untuk menyesuaikan diri dengan harapan sosial di masa berikutnya.

d. Konsistensi

Disiplin yang baik selalu konsisten. Apa yang benar hari ini, besok juga benar, dan lusa pun juga benar. Perbuatan yang salah harus mendapatkan hukuman yang sama bila perbuatan itu setiap kali diulang, dan perbuatan yang benar juga harus mendapatkan ganjaran yang sama.

Menurut Yusuf (2005:161) (dalam Purnomo & Abdi, 2013:45) mengatakan bahwa untuk menanamkan perilaku disiplin pada anak sebaiknya dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Berilah pujian, ganjaran (reward) atau sesuatu yang menyenangkan anak (seperti dicium, dipeluk, dan diberi kata-kata pujian) apabila melakukan perbuatan baik. Ganjaran ini akan menjadi faktor penguat (reinforcement) bagi anak untuk mengulangi perbuatan yang baik itu. b. Berilah hukuman (punishment) atau sesuatu yang mendatangkan

perasaan yang tidak senang, apabila ia melakukan perbuatan yang tidak baik. Hukuman tersebut akan menjadi reinforcement bagi anak untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik itu.

(34)

17

reaksi tidak menyenangkan dengan hal yang salah. Dalam hal ini maka reward dan punishment dapat dilakukan dalam perkembangan moral anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan anak memiliki pengaruh terhadap pola asuh orang tua atau dalam hal ini adalah guru. Guru yang mendidik dan mengajarkan peserta didik untuk memahami aturan akan mendorong peserta didik untuk memahami aturan. Dalam upaya untuk mengembangkan sikap disiplin peserta didik, Daryanto & Darmiatun (2013:51) menyatakan salah satu upaya untuk membantu siswa mengembangkan disiplin adalah dengan menjadi modeling dan mengembangkan keteladanan.

Selain itu peneliti menemukan bahwa ganjaran atau reward dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa dan memiliki nilai pendidikan disiplin yang kuat, karena anak mendapatkan ganjaran untuk menunjukkan bahwa anak berperilaku benar dan mendorong anak untuk melakukannya lagi. Kemudian hukuman atau punishment juga menjadi faktor yang mempengaruhi kedisiplinan anak, seperti halnya ganjaran, hukuman adalah sebagai bentuk penguatan dan penanda bahwa anak berperilaku buruk dan dapat mendorong anak untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Jadi peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa adalah keteladanan guru, reward, dan punishment.

4. Macam-Macam Pelanggaran Perilaku Disiplin di Sekolah

(35)

18

Selain itu pelanggaran kedisiplinan yang sering terjadi di sekolah adalah, tidak memakai seragam lengkap, tidak melaksanakan piket kelas, keluar kelas tanpa izin saat guru menjelaskan, makan pada saat pelajaran, membeli makanan pada saat jam pelajaran, membuang sampah tidak pada tempatnya, mencoret-coret meja atau kursi, bermain dengan sebuah mainan saat pelajaran, dan sebagainya. 5. Tujuan dan Manfaat Perilaku Disiplin Bagi Siswa

Rachman (1998:171-172) menjelaskan bahwa dengan disiplin, para siswa dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. Disiplin juga penting sebagai cara dalam menyelesaikan tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya. Disiplin diharapkan peserta didik dapat tunduk dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu pula. Itu semua dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas-tugas sekolah. Apabila disiplin dapat terbentuk, maka terbentuklah pula pribadi yang kuat, dan setelah dewasa akan dapat terbentuk disiplin dalam kerja, dan dalam mengatur kegiatan-kegiatan. Oleh karena itu akan terbentuk pula disiplin nasional yang akan mencerminkan kedisiplinan yang tinggi dari suatu bangsa.

Hurlock (1978:83) mengatakan beberapa hal diantaranya adalah:

1) Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

2) Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok, sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

(36)

19

4) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani “suara dari dalam” sebagai pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.

B. Keteladanan guru 1. Guru Sebagai Teladan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen mengatakan bahwa guru adalah guru profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Sesuai dengaan tugas guru yang telah tercantum dalam undang- undang, oleh karena itu keteladanan guru adalah sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari profesi guru, keteladanan dari guru akan terus melekat dalam diri guru. Asmani (2016:62-64) mengatakan bahwa keteladanan adalah perilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan aturan yang ada dalam agama, adat istiadat, dan aturan negara. Ia menambahkan bahwa keteladanan merupakan harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar. Keteladanan merupakan sesuatu yang dipraktikan dan diamalkan bukan hanya diucapkan. Ucapan dan sikap dari seorang guru akan ditiru oleh siswanya, oleh karena itu tugas guru sangatlah berat, akan tetapi hal itu bukan berarti tidak dapat dilakukan, guru harus selalu berupaya menjadi teladan yang baik bagi siswanya.

(37)

20

Guru disyaratkan harus memiliki ketrampilan dan kompetensi profesional, pedagogik, pribadi, dan sosial. Keteladanaan guru erat kaitannya dengan kompetensi kepribadian guru. Setiap orang pastilah mempunyai kepribadian, dan antara satu orang dengan orang lainya pastilah mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Sama halnya dengan guru, guru juga mempunyai kepribadian, dan mempunyai ciri-ciri pribadi tertentu. Hal itulah yang membedakan antara guru satu dengan guru yang lainnya. Kepribadian guru yang baik sangatlah penting untuk dimiliki oleh seorang guru yang pada dasarnya guru adalah panutan dan menjadi teladan bagi anak didiknya, bahkan guru menjadi sorotan bagi masyarakat dan pantas untuk ditiru.

(38)

21

Suyanto & Jihad (2013:16) siswa akan menyerap sikap-sikap, merefleksikan perasaan-perasaan, menyerap keyakinan-keyakinan, meniru tingkah laku, dan mengutip pernyataan-pernyataan gurunya. Pengalaman menunjukan bahwa masalah-masalah seperti motivasi, disiplin, tingkah laku sosial, prestasi, dan hasrat belajar yang terus-menerus pada diri siswa yang bersumber dari kepribadian guru.

Suyanto & Jihad (2013:42) menjelaskan secara rinci, subkompetensi kepribadian guru terdiri atas:

a. Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru yang profesional; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan

b. Kepribadian yang dewasa dengan indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi.

c. Kepribadian yang arif dengan indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma agama, iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong, dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang diteladani siswanya, karena siswa akan lebih memperhatikan apa yang dilihat dari kepribadian gurunya daripada apa yang dikatakan oleh gurunya, oleh karena hal itu sesuai dengan kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru, maka guru harus memiliki kepribadian yang baik supaya menjadi teladan dan model yang baik bagi siswa-siswanya.

2. Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Perilaku Disiplin Siswa

(39)

22

dalam bukunya berjudul “Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif

Perubahan” menjelaskan bahwa dalam kegiatan pemberian contoh atau teladan,

guru berperan langsung sebagai contoh bagi peserta didik. Segala sikap dan tingkah laku guru, baik di sekolah maupun di rumah, maupun di masyarakat hendaknya selalu menunjukan sikap dan tingkah laku yang baik.

Shoimin (2014:85-89) mengatakan bahwa dalam proses transfer nilai tak dapat dilakukan tanpa melalui proses keteladanan. Kemudian ia menambahkan bahwa semakin sempurna orang dewasa yang menjadi teladan bagi anak-anak, maka tingkat penerimaan dan keberlangsungannya juga semakin banyak. Rais, Mudzanatun, & Said (2012:38-39) menjelaskan bahwa Keteladanan guru secara langsung mengajarkan pendidikan akhlak kepada peserta didik mana yang baik untuk ditiru dan sebaliknya mana yang tidak pantas untuk ditiru.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengaruh keteladanan seorang guru sangat besar terhadap proses transfer nilai, dalam hal ini adalah proses untuk mentransfer nilai-nilai disiplin pada anak. Sehingga untuk membentuk perilaku disiplin anak, maka guru harus menjadi model atau teladan disiplin bagi anak.

3. Indikator Keteladanan Guru

(40)

23

a. Disiplin waktu

Disiplin waktu menjadi sorotan utama bagi guru, dalam kaitanya dengan profesi guru, kedisiplinan dalam waktu di sekolah menjadi parameter bagi guru seperti waktu masuk sekolah, waktu ganti pelajaran, dan waktu pulang sekolah. Misalnya ketika bel masuk sekolah, apakah guru masuk sebelum bel sekolah, ataukah pas bel berbunyi, atau setelah bel berbunyi. Hal tersebut menjadi sorotan siswa apakah guru disiplin atau tidak. Saat guru terlambat, maka hal itu akan merugikan siswa, karena siswa tidak mendapatkan hak untuk belajar yang sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

b. Disiplin dalam menegakkan aturan

Disiplin dalam menegakkan aturan sangat berpengaruh pada kewibawaan guru. Dalam zaman modern ini siswa lebih cerdas dan kritis terhadap sesuatu hal. Siswa akan sadar jika guru memberikan sanksi secara diskriminatif dan semena-mena, dan siswa akan memakai cara mereka untuk menjatuhkan kewibawaan guru. Keadilan haruslah ditegakkan dalam keadaan apapun.

c. Disiplin sikap

(41)

24

Disiplin dalam hal ini memerlukan latihan dan perjuangan, karena setiap saat banyak hal yang dapat menggoda guru untuk melanggarnya.

d. Disiplin dalam beribadah

Menjalankan ajaran agama menjadi parameter dalam kehidupan. Sebagai guru menjalankan ibadah adalah hal yang sangat penting. Jika guru menyepelekan dan tidak disiplin dalam beribah, maka siswa akan menirunya dan bahkan menganggap bahwa beribadah itu tidak penting. Oleh karena itu kedisiplinan guru dalam menjalankan agama akan sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa dalam beribadah.

Wiyani (2012:141-142) menjabarkan bentuk keteladanan oleh guru dan tenaga kependidikan, yaitu:

a. Religius

1) Guru berdoa bersama peserta didik sebelum dan setelah jam pelajaran. 2) Guru dan tenaga kependidikan melakukan shalat dhuhur berjamaah

sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

3) Guru menjadi model yang baik dalam berdoa. Ketika berdoa, guru memberikan contoh berdoa dengan khusyuk.

b. Kedisiplinan

1) Jam 06.15 semua guru harus sudah berada di sekolah menyambut siswa yang datang.

2) Pegawai tata usaha jam 08.00 harus sudah berada di sekolah dan pulang jam 14.00.

3) Mengambil sampah yang berserakan. 4) Berbicara dengan sopan.

5) Mengucapkan terimakasih. 6) Meminta maaf.

7) Menghargai pendapat orang lain. c. Peduli Lingkungan

1) Guru dan tenaga kependidikan membuang sampah pada tempatnya. 2) Guru dan tenaga kependidikan kerja bakti membersihkan sekolah

bersama peserta didik.

3) Guru dan tenaga kependidikan mengambil sampah yang berserakan d. Peduli Sosial

(42)

25

e. Kejujuran

1) Guru memberikan penilaian secara objektif. 2) Pendidik menepati janji kepada peserta didik. f. Cinta Tanah Air

1) Guru dan tenaga kependidikan melakukan upacara dan peringatan hari besar bersama peserta didik.

Shoimin (2014:126) mengatakan bahwa terdapat indikator untuk menjadi guru berkarakter terkait dengan kedisiplinan yaitu disiplin untuk tidak mudah marah, dalam hal ini adalah guru harus dapat menjadikan kemarahan di tempat yang tepat, di waktu yang tepat, dan kepada orang yang tepat. Suri & Suwanda. (2016:1951) mengatakan bahwa guru sebagai seseorang yang dijadikan contoh, guru hendaknya dapat disiplin di semua hal, diantaranya disiplin waktu dan disiplin peraturan.

Berdasarkan indikator keteladanan yang telah dijabarkan di atas, peneliti dapat mengambil beberapa indikator, yaitu:

a. Kedisiplinan b. Religius

c. Peduli lingkungan d. Peduli sosial e. Kejujuran f. Cinta tanah Air

(43)

26

Keteladanan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi guru, keteladanan merupakan kunci atau syarat bagi guru untuk melakukan perubahan perilaku, sikap, dan ilmu bagi siswa dalam proses pendidikan. Berikut ini adalah penjelasan hal-hal yang akan timbul jika tidak ada keteladanan dari guru menurut Asmani (2016:65-66), antara lain:

a. Tidak ada hubungan emosional antara guru dengan murid

Dalam proses pendidikan tidak terlepas dari hubungan antara guru dan murid. Hubungan antara guru dengan murid tidak hanya sebatas hubungan fisik, akan tetapi juga hubungan lahir batin. Jika guru tidak dapat menjadi teladan bagi murid maka hubungan tersebut hanya sebatas hubungan lahir dan pelajaran yang disampaikan tidak berpengaruh dan tidak membekas dalam jiwa murid.

b. Diabaikan murid

Dikarenakan tidak ada sikap keteladanan dari guru, mereka akan bersikap apatis, pasif dan acuh tak acuh kepada guru. Mereka akan bersikap kepada guru yang sikap dan perilakunya tidak dapat dicontoh. c. Tidak ada efek perubahan

(44)

27

d. Dikeluarkan dari sekolah

Jika guru tidak dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya, dan telah melanggar aturan, nilai dan norma di luar batas kewajaran, maka guru tersebut akan mendapat beberapa kali surat peringatan, dan jika tidak mampu mengubah sikap dan perilakunya, guru dapat dikeluarkan dari sekolah demi kebaikan murid-murid.

Shoimin (2014:99) akibat dari hilangnya keteladanan guru adalah anak akan mencari sendiri sosok keteladanan yang dimauinya. Sosok tersebut dapat bermacam-macam, akibatnya anak akan meneladani sosok yang belum tentu baik untuk dirinya.

Berdasarkan pendapat di atas maka bisa disimpulkan bahwa keteladanan seorang guru sangatlah penting bagi anak didik, karena anak akan mencontoh sikap dan perilaku baik dari gurunya. Hal tersebut juga menggambarkan pentingnya keteladanan guru dalam proses penanaman nilai-nilai bagi anak didik. 5. Kompetensi Guru

McLeod (1990) (dalam Suyanto & Jihad, 2013:1) mendefinisikan kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru sendiri adalah kemampuan bagaimana guru melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak di mata pemangku kepentingan.

(45)

28

seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.

Suyanto & Jihad (2013:22) menjelaskan bahwa profesi dan profesional adalah dua kata yang mirip tetapi mempunyai makna yang berbeda. Profesi berasal dari kata profession sedangkan profesional berasal dari kata professional. Prasyarat profesi akan terpenuhi jika memenuhi kriteria sebagai berikut.

a) profesi menuntut suatu latihan profesional yang memadai dan membudaya;

b) profesi mencerminkan ketrampilan yang tidak dimiliki oleh masyarakat umum;

c) profesi harus mampu mengembangkan suatu hasil dan pengalaman yang sudah teruji kemanfaatannya;

d) profesi memerlukan pelatihan spesifik;

e) profesi merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat;

f) profesi mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai kekuatan yang mampu mendorong dan membina anggotannya;

g) profesi tidak dijadikan batu loncatan untuk mencari pekerjaan lain; h) profesi harus mengakui kewajibannya di masyarakat dengan meminta

anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan disepakati.

(46)

29

kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

6. Tanggung Jawab dan Peran Guru

Djamarah (2005:31) menjelaskan bahwa tanggung jawab guru tidak hanya membina satu kelompok namun juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya. Guru bertanggung jawab meluruskan tingkah laku ataupun perbuatan anak didik yang kurang baik, yang dibawa dari lingkungan anak didik.

Asmani (2016:45-48) menjelaskan bahwa pendidikan akan menjadi investasi strategis di masa depan. Pendidikanlah yang diharapkan dapat mengubah bangsa yang berkembang menjadi lebih maju dengan inovasi-inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang mutakhir sebagaimana yang dimiliki oleh negara-negara maju. Dalam konteks ini, peran guru yang sangat dinanti, dan diharapkan dapat sukses melahirkan kader-kader pengubah sejarah baru bagi bangsa Indonesia. Inilah tanggung jawab besar guru yang menjadi aktualisasinya di dunia pendidikan.

Hamalik (2002:39-42) menjelaskan mengenai tanggung jawab guru yaitu. a. Tanggung Jawab Moral

(47)

30

guru harus mampu bertindak sebagai model, sebagai manusia pancasila bagi murid-muridnya.

b. Tanggung Jawab dalam Bidang Pendidikan di Sekolah

Guru bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dalam arti memberikan bimbingan dan pengajaran kepada para siswa. Tanggung jawab ini direalisasikan dalam bentuk melaksanakan pembinaan kurikulum, menuntun para siswa belajar, membina pribadi, watak, dan jasmaniah siswa, menganalisis kesulitan belajar, serta menilai kemajuan belajar siswa.

c. Tanggung Jawab Guru dalam Bidang Kemasyarakatan

Guru profesional tidak dapat melepaskan dirinya dari bidang kehidupan kemasyarakatan. Di satu pihak guru adalah warga masyarakat, dan di lain pihak guru bertanggung jawab turut serta memajukan kehidupan masyarakat. Guru turut bertanggung jawab memajukan kesatuan dan persatuan bangsa, menyukseskan pembangunan nasional, serta menyukseskan pembangunan daerah khususnya yang dimulai dari daerah dimana dia tinggal.

d. Tanggung Jawab Guru dalam Bidang Keilmuan

Guru selaku ilmuan bertanggung jawab turut memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya. Tanggung jawab ini dilaksanakan dalam bentuk mengadakan penelitian dan pengembangan.

Menurut Pidarta (1997) (dalam Suprihatiningrum, 2014:26) menjelaskan bahwa peranan guru/pendidik, antara lain:

1) Sebagai manajer pendidikan atau pengorganisasian kurikulum; 2) Sebagai fasilitator pendidikan;

3) Pelaksana pendidikan; 4) Pembimbing dan supervisor; 5) Penegak disiplin;

6) Menjadi model yang akan ditiru siswa; 7) Sebagai konselor;

8) Menjadi penilai;

(48)

31

ditiru bagi anak didiknya. Djamarah (2005:33) menambahkan bahwa budi pekerti guru sangatlah penting dalam pendidikan watak anak didik, karena anak-anak bersifat meniru. Kebaikan guru tercermin dari kepribadian guru dalam berbuat dan bersikap. Anak didik lebih banyak menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan di sekolah dan di masyarakat daripada apa yang guru katakan, tetapi baik perkataan maupun yang guru tampilkan menjadi penilaian anak didik. Sebagai teladan bagi anak didik, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan idola bagi mereka. Guru juga harus menyadari bahwa dirinya merupakan figur atau sosok idola yang diteladani oleh anak didiknya bahkan oleh semua pihak.

C. REWARD

Berbagai perilaku buruk mengenai kedisiplinan pada anak di sekolah menimbulkan berbagai macam metode untuk menanamkan kedisiplinan pada anak, diantaranya adalah menggunakan metode pemberian reinforcement atau penguatan, penguatan terbagi manjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif, penguatan positif adalah berupa pemberian reward dan penguatan negatif adalah dengan pemberian punishment.

(49)

32

menyimpang dari nilai-nilai dan norma. Pemberian respon berguna untuk mengajarkan siswa bahwa jika siswa berperilaku baik, maka akan mendapatkan respon yang baik pula, bahkan dapat memotivasi siswa, namun jika siswa berperilaku buruk, maka akan mendapatkan respon yang buruk dan bahkan membuat siswa tidak ingin untuk melakukannya lagi.

Gaza (2012:21) menambahkan bahwa jika perilaku mendapatkan penguatan, maka perilaku tersebut akan terus diulangi, akan tetapi sebaliknya, jika perilaku tersebut mendapatkan hukuman dan ketidaknyamanan, secara perlahan perilaku tersebut akan hilang dan tidak muncul kembali. Oleh karena itu diperlukan pemberian respon reward dan punishment yang tepat.

1. Pengertian Reward

Reward atau dalam bahasa indonesia adalah hadiah atau penghargaan, hadiah atau penghargaan diberikan sebagai respon positif seseorang atau apresiasi seseorang terhadap orang lain yang melakukan suatu hal. Djamarah (2006: 150) menjelaskan bahwa hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan. Hadiah yang diberikan dapat berupa apa saja tergantung dari keinginan pemberi atau dapat disesuaikan dengan prestasi seseorang. Hurlock (1978:90) mengatakan bahwa istilah “penghargaan” berarti tiap bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik.

Wiyani (2013: 176) hadiah merupakan kenang-kenangan penghargaan, dan penghormatan. Hadiah juga dapat berarti ganjaran, yang diartikan sebagai upaya memberikan sesuatu yang menyenangkan (penghargaan) bagi peserta didik yang berprestasi baik dalam belajar maupun dalam berperilaku.

(50)

33

membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat sesuatu yang lebih baik.

Berdasarkan pendapat di atas maka reward adalah suatu bentuk penguatan postif yang diberikan kepada seseorang yang berperilaku baik, dan bertujuan untuk mendorong seseorang dapat melakukannya lagi. Penghargaan dapat berupa berbagai macam, tak hanya hadiah namun segala hal yang dapat digunakan sebagai bentuk apresiasi dan respon positif. Reward digunakan sebagai bentuk penguatan positif kepada siswa, respon yang memperkuat perilaku positif yang dilakukan siswa, dan bertujuan supaya siswa mengulangi perilakunya yang merupakan perilaku positif.

2. Pengaruh reward terhadap perilaku disiplin

Reward merupakan suatu bentuk penguatan yang diberikan kepada anak yang dapat menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan anak adalah benar dan dapat mendorong anak untuk melakukannya lagi. Susana (2007:73) mengatakan bahwa setiap orang tua ataupun pendidik mempunyai aturan baik-buruk yang berbeda. Mereka mengenalkannya kepada anak lewat kehidupan sehari-hari. Dengan aturan, anak akan tahu apa yang baik menurut orang tua. Ketika anak berperilaku baik maka akan mendapatkan respon yang positif, dengan respon tersebut anak tahu bahwa yang dilakukannya itu diterima oleh orang tua ataupun pendidik. Anak akan belajar mengingatnya dan cenderung akan mengulanginya. Hurlock (1978:83) mengatakan bahwa pujian yang ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan akan mendorong anak untuk bersikap disiplin.

(51)

34

1. Pujian akan membuat perilaku terpuji yang lebih banyak lagi di masa mendatang.

2. Pujian meningkatkan perasaan bangga diri anak.

3. Pujian meningkatkan ikatan antara orang tua, pendidik, dan anak. Berdasarkan pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan menggunakan reward maka perilaku baik anak akan diulangi oleh anak, dalam hal ini adalah perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan anak. Maka pemberian reward dapat mempengaruhi perilaku anak dalam kedisiplinan

3. Macam-macam reward

Djamarah (2006: 149-157) menjelaskan berbagai macam reward antara lain memberikan hadiah, memberikan pujian, dan memberikan respon gerakan tubuh. Kemudian Pearce (1999:48-52) juga menambahkan ada beberapa metode untuk mendisiplinkan antara lain yaitu ganjaran, pujian, perhatian perlakuan istimewa. Arikunto (1990:160-166) menambahkan bahwa macam-macam hadiah dalam pengajaran adalah peringkat dan simbol-simbol lain, hadiah berupa kegiatan, penghargaan, dan hadiah berupa benda.

Sue Cowley (2010:108-111) menjabarkan beberapa jenis penghargaan, terdapat jenis penghargaan individual dan kelompok. Penghargaan yang berupa penghargaan individual antara lain, Jasa/pujian, sertifikat, tugas “khusus”, stiker, permen dan hadiah, dan undian.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan para ahli mengenai berbagai macam reward, dapat dijabarkan dan dijelaskan mengenai macam-macam reward, antara lain:

(52)

35

Sue Cowley (2010:108-111) menjelaskan bahwa siswa yang termotivasi dengan baik, sistem penilaian jasa seringkali berjalan dengan baik. Suatu “nilai tambah” yang bermanfaat terhadap sistem penilaian jasa

adalah memberikan poin kepada siswa atas jasa mereka. Mereka dapat “menukarkan” poin tersebut untuk kupon, dan lain sebagainya.

Pujian adalah alat motivasi yang positif, pada dasarnya semua manusia senang dipuji, termasuk anak-anak pun akan senang apabila dipuji saat pekerjaannya telah diselesaikan dengan baik. Pujian biasanya disampaikan berupa kata-kata seperti “kerjamu bagus”, “kamu sangat rapi”, “kamu sangat rajin”, dan lain sebagainya.

(53)

36

yang diberikan secara wajar, sesuai dengan hasil kerja anak didik dan diberikan di waktu yang tepat yaitu setelah anak didik menyelesaikan pekerjaanya.

Pujian dapat diberikan tidak hanya kepada seorang anak didik namun dapat juga diberikan kepada seluruh anak didik. Guru juga tidak hanya dapat memberikan pujian pada saat anak menyelesaikan tugas dengan baik, namun guru juga dapat memberikan pujian pada siswa yang kurang baik dalam menyelesaikan persoalan namun guru dapat memberikan pujian untuk mengapresiasikan hal lain. Seperti contohnya saat dikelas guru memberikan pertanyaan, dan si A menjawab dengan tepat, lalu guru memberikan pujian “jawabanmu tepat sekali, kamu

memang anak yang cerdas” kemudian saat guru memberikan pertanyaan

susulan, si B menjawab dengan kurang tepat, guru dapat memberikan pujian karena keberanianya dalam menjawab seperti “bagus sekali kamu

telah berani menjawab pertanyaan ibu, akan tetapi jawabanmu kurang sempurna, siapa lagi yang dapat menyempurnakannya? Lalu guru dapat memberikan kesempatan untuk siswa yang lain.

b. Gerakan tubuh

(54)

37

macam gerakan tubuh yang dapat digunakan untuk memberikan respon positif pada siswa. Djamarah (2006: 153) menjelaskan gerakan bentuk mimik yang cerah seperti senyuman, acungan jempol, menganggukkan kepala, tepuk tangan, dan lain-lan adalah sejumlah gerakan fisik yang dapat memberikan umpan balik pada dari didik. Sebagai contoh ketika guru memberikan stimulus berupa pertanyaan, kemudian terdapat siswa yang langsung merespon dengan tepat maka guru dapat memberikan acungan jempol.

c. Hadiah berupa benda

Djamarah (2006: 149-157) Hadiah yang diberikan adalah hadiah yang berguna bagi kebutuhan anak didik seperti pensil, pulpen, buku tulis, buku bacaan dapat dignakan untuk keperluan sekolah anak didik. Pemberian hadiah juga tidak hanya berupa barang ataupun alat tulis akan tetapi pemberian hadiah dapat berupa makanan seperti gula-gula, permen, coklat, roti, biskuit yang dapat memberikan motivasi pada anak didik. Pemberian hadiah dilakukan bukan pada saat anak didik sedang mengerjakan pekerjaan ataupun sebelumnya, namun pemberian hadiah dapat diberikan setelah anak didik melakukan pekerjaanya dengan baik.

(55)

38

harus memperhatikan waktu dan memperhatikan kepada siapa hadiah diberikan. Hadiah dapat diberikan kepada kelompok ataupun perseorangan.

Pemberian hadiah terlalu sering juga tidak baik untuk anak, dikhawatirkan anak akan belajar dengan giat apabila diberikan hadiah, dan apabila tidak diberikan hadiah maka tidak akan belajar dengan giat.

Arikunto (1990:165) menjelaskan hal yang perlu dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan hadiah berupa benda antara lain:

1) Hadiah tersebut harus benar-benar berhubungan dengan prestasi yang dicapai. Misalnya jika siswa berhasil baik dalam mengerjakan tugas pelajaran maka hadiah yang tepat adalah buku tulis atau alat-alat tulis yang lain. Jika siswa memperoleh sukses dalam bermain badminton, maka hadiah berupa raket atau “shuttle cock” kiranya lebih tepat.

2) Hadiah berupa benda sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang menerima. Bagi siswa yang berasal dari keluarga dengan kebutuhan ekonomi kurang mampu, mungkin hadiah berupa tabanas akan lebih baik dibandingkan dengan hadiah yang semestinya berupa benda yang mahal harganya. Namun untuk siswa yang sudah tidak kekurangan uang, benda yang kurang berartipun, misalnya vandel, lambang sekolah, plaket dan lain-lain akan dianggap sesuatu yang membanggakan bagi dirinya. Demikian pula hadiah yang diperuntukkan bagi kelompok yang berprestasi (misalnya lomba membuat karya tulis kelompok) tentu berbeda dengan hadiah yang diberikan kepada siswa perseorangan. 3) Hadiah yang berupa benda sebaiknya tidak perlu terlalu mahal. Alasan untuk pertimbangan ini adalah (1) akan membiasakan anak pada penghargaan yang terlalu tinggi sehingga mungkin lain kali tidak akan memandang sebagai “hadiah” untuk sesuatu yang kurang berharga. (2) mungkin sesekali keuangan sekolah tidak selamanya dalam keadaan “baik” sehingga tidak selalu mampu memberikan hadiah dengan harga yang tinggi. d. Hadiah berupa kegiatan

(56)

39

bagi siswa. Dalam hal ini contohnya seperti saat guru mengintruksikan “barang siapa yang dapat menyelesaikan tugas sebelum waktu yang

ditentukan habis dan dapat mengerjakan dengan tepat maka diperbolehkan untuk menggambar menggunakan software di laboratorium komputer”. Dalam hal ini terkandung kegiatan yang menarik bagi siswa, khususnya mereka yang menyukai komputer atau menyukai gambar. Namun disarankan oleh Emmer (dalam Arikunto, 1990:163) menyatakan bahwa dalam memberikan hadiah berupa kegiatan maka guru harus mempertimbangkan efek psikologis bukan hanya bagi siswa yang bersangkutan akan tetapi juga bagi siswa-siswa lainnya.

e. Ganjaran

Pearce (1999:48-49) mengatakan bahwa ganjaran hampir sama dengan pemberian hadiah, maksudnya adalah jika pemberian hadiah lebih baik jika diberikan dan disampaikan saat anak selesai mengerjakan tugas dengan baik, akan tetapi jika ganjaran disampaikan di awal sebelum siswa mengerjakan sesuatu sebagai ganjaran jika siswa berlaku baik. Misalnya “saya akan memberikan kamu hadiah jika kamu dapat berperilaku baik”.

f. Perhatian

(57)

40

perhatian jauh lebih efektif difokuskan kepada satu anak. Perhatian dapat diberikan dengan berbagai cara: pandangan, sentuhan, belaian, atau mungkin hanya beberapa patah kata. Bentuk perhatian akan lebih baik jika guru bertindak lebih formal seperti memberikan reward berupa jabat tangan dan ucapan selamat. Dengan hal seperti itu anak akan merasa lebih diperhatikan dan dapat memberikan motivasi untuk anak.

g. Peringkat dan simbol-simbol

Arikunto (1990:160-161) menjelaskan bahwa peringkat dan simbol-simbol sebagai salah satu bentuk penghargaan bagi siswa. Bentuk hadiah paling lazim digunakan adalah peringkat huruf atau angka meskipun simbol-simbol lain seperti tanda-tanda bintang, centang, tanda benar dan lain-lain kadang-kadang juga digunakan untuk siswa-siswa sekolah dasar dan menengah. Penggunan simbol dapat sebanyak-banyaknya digunakan dengan berbagai segi keberhasilan tugas siswa. Penggunaan peringkat atau simbol-simbol bertujuan untuk membuat siswa mengetahui bagaimana cara memperoleh nilai sebanding dengan jerih payah yang mereka lakukan.

h. Sertifikat

Sue Cowley (2010:108-111) Banyak sekolah menggunakan sejenis sertifikat untuk menghargai perilaku atau pekerjaan yang baik, dan hal tersebut seringkali diberikan pada saat pertunjukan seluruh sekolah. Sesuaikan ide tersebut dengan cara yang kreatif siswa minggu ini’, “teman minggu ini”, pilihan kelas untuk pemenang, dan lain sebagainya.

(58)

41

Sue Cowley (2010:108-111) Siswa senang jika ditawari tugas “orang dewasa”, dan di waktu yang bersamaan, hal tersebut bermanfaat

bagi sang guru. Merapikan peralatan, membagikan buku, dan pekerjaan lain sejenis itu. Cobalah “kamu menjadi guru”, kegiatan yang siswa

diperbolehkan mengajar kelas selama beberapa menit. j. Stiker

Sue Cowley (2010:108-111) Stiker dapat digunakan sebagai penghargaan kepada siswa, dan dapat diterapkan kepada siswa mulai dari prasekolah hingga ke tingkat sekolah menengah pertama. Namun perlu dipikirkan terlebih dahulu di mana anda ingin siswa anda menempelkan stiker anda: di pakaian, sepatu, dan buku latihan.

k. Undian

Sue Cowley (2010:108-111) Guru memberikan tiket undian atas pekerjaan atau perilaku yang baik, dan kemudian mengadakan pengundian di akhir pelajaran atau akhir minggu, dengan hadiah yang diberikan kepada pemenang. Kadang-kadang, undian tersebut diadakan di sekolah, dan untuk periode waktu yang lama (misalkan satu tahun ajaran), dengan hadiah yang benar-benar berharga.

Selain penghargaan individual, Sue Cowley (2010:108-111) menjabarkan berbagai macam penghargaan yang ditujukan untuk kelompok, antara lain:

a. Waktu “khusus”

(59)

42

kehilangan) hak untuk waktu pilihan bebas pada hari jumat. Ubahlah hal tersebut untuk siswa yang lebih tua dengan “waktu sosial” selama lima

menit di akhir pelajaran. b. Musik

Mendapatkan “hak” untuk mendengarkan musik merupakan hal

yang popular pada siswa yang lebih tua, walaupun menggunakannya jelas bergantung pada subjek yang diajarkan. Menggunakan radio lebih baik daripada mengizinkan siswa untuk membawa musik mereka sendiri (atau anda akan mendapatkan masalah karena masalah bahasa yang tidak sopan).

c. Kelereng di dalam sebuah botol

Guru memiliki botol kosong di mejanya; setiap kali seorang siswa berperilaku baik atau bekerja keras, sebuah kelereng dimasukkan ke dalam botol. Ketika botol telah penuh, kelas pun menerima sebuah hadiah.

d. Perjalanan

Kesempatan untuk memenangkan sebuah perjalanan merupakan motivator yang kuat. Hal ini memiliki nilai tambah untuk memberikan “kesan” yang sangat positif dan bermanfaat bagi mereka yang

mengikutinya, dan tentu saja merupakan hal yang sangat bernilai secara pendidikan. Salah satu kekurangannya adalah dibutuhkan usaha yang sangat besar untuk mengorganisir penghargaan seperti ini.

(60)

43

Siagian 2006 (dalam Octaviani, Tampubolon, & Sembiring. 2016:2-3) menjelaskan beberapa indikator reward antara lain:

a. Pekerjaan itu sendiri

Pekerjaan itu sendiri yaitu karakteristik pekerjaan yang dimiliki, tugas yang menarik, peluang untuk belajar dan kesempatan untuk bertanggung jawab menunjukkan kecenderungan untuk senang atas pekerjaannya.

b. Upah

Upah merupakan hal yang berhubungan langsung dengan kepuasan pekerjaan, namun kepuasan tidak semata-mata karena upah. Karena upah merupakan dasar untuk mendapatkan kepuasan selanjutnya c. Peluang promosi

Peluang promosi akan mempengaruhi kepuasan kerja, karena itu merupakan bentuk lain dari penghargaan. Kategori keberhasilan sistem reward dan punishment dapat dilihat dari kesempatan untuk promosi jabatan ke jenjang yang lebih baik. Adanya kesiapan karyawan untuk berkompetisi secara sehat.

d. Rekan kerja

Secara alami rekan kerja akan sangat mempengaruhi semangat kerja karyawan. Kepuasan karyawan dapat dilihat dari sejauh mana kerjasama antara rekan kerja karyawan didalam melaksanakan tugasnya, sebaliknya yang di kategorikan sistem reward dan punishment dapat dilihat pada adanya kerjasama.

Sue Cowley (2010:104) menjelaskan beberapa tips-tips untuk membuat penghargaan menjadi efektif, yaitu:

1) Penghargaan harus yang diinginkan

Tidak ada gunanya untuk memberikan penghargaan yang tidak diinginkan oleh siswa. Agar penghargaan bermakna, penghargaan tersebut harus dihargai oleh penerimanya. Mereka harus mau menerimanya. Kadang-kadang, guru tidak terbantu oleh penghargaan karena terbentur peraturan sekolah, yang tidak terlalu sesuai dengan keinginan siswa

2) Berikan penghargaan sesuai dengan usia

Gambar

Tabel 1. Jumlah anggota populasi
Tabel 2. Jumlah anggota sampel
Tabel 3. Kisi-Kisi Skala keteladanan guru
Tabel 4. Kisi-Kisi Skala Reward
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari manajemen pendidikan boarding school dan keteladanan guru secara simultan terhadap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) Pengaruh interaksi teman sebaya terhadap perilaku sosial siswa, 2) Pengaruh keteladanan guru terhadap perilaku sosial

Selanjutnya ketiga terdapat pengaruh positif dan signifikan dari manajemen pendidikan boarding school dan keteladanan guru secara bersama- sama terhadap karakter

Hasil analisis ditemukan: (1) terdapat kontribusi yang positif dan signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru bimbingan konseling

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan disiplin kerja guru terhadap prestasi belajar siswa di

Berdasarkan hasil statistik tersebut menunjukan bahwa displin kerja memberi pengaruh terhadap kinerja guru, dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif signifikan

Hasil penelitian menemukan bahwa: 1 terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; 2 terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Perilaku Sosial Siswa Sekolah Menengah Kejuruan SMK Al Hidayah Kota Cirebon, yang telah dilakukan