• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI SEKOLAH DI KELAS RENDAH SD NGOTO SEWON BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI SEKOLAH DI KELAS RENDAH SD NGOTO SEWON BANTUL."

Copied!
315
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI SEKOLAH DI KELAS RENDAH SD NGOTO

SEWON BANTUL

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh: Fajarwati NIM 13108244050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

IMPLEMENTASI PROGRAM LITERASI SEKOLAH DI KELAS RENDAH SD NGOTO SEWON BANTUL

Oleh: Fajarwati NIM 13108244050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi program literasi di kelas rendah SD Ngoto Sewon Bantul yang meliputi tujuan program literasi, pelaksanaan program literasi dan hambatan dalam pelaksanaan program literasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan peneliti sebagai human instrument. Penelitian dilaksanakan di SD Ngoto Sewon Bantul selama bulan April sampai bulan Mei 2017. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas rendah, dan siswa kelas rendah SD Ngoto. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi reduksi data, display data, verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan trianggulasi sumber dan trianggulasi teknik.

Hasil penelitian yaitu sebagai berikut: (1) Tujuan program literasi adalah mengembangkan kebiasaan membaca dan meningkatkan kemampuan literasi. (2)Kegiatan yang menunjang program literasi meliputi Sabtu membaca, membaca senyap, membaca terbimbing, membaca mandiri dan membaca bersama serta lomba literasi. (3) Terdapat upaya menciptakan sarana dan lingkungan kaya literasi dengan adanya area baca, perpustakaan, warung ilmu, sudut baca di setiap kelas, slogan dan kampanye membaca serta pajangan hasil karya siswa. (4) Guru bertanggung jawab memberikan pendampingan dalam pelaksanaan program literasi serta adanya pelibatan orang tua siswa program literasi. (5) Hambatan dalam pelaksanaan program literasi berupa waktu dan karakter siswa.

(3)

iii

IMPLEMENTATION SCHOOL LITERACY PROGRAM IN LOW GRADE SD NGOTO SEWON BANTUL

By: Fajarwati NIM 13108244050

ABSTRACT

The purpose of this research is to describe implementation of literacy programs inSD Ngoto Sewon Bantul which includes the objectives of literacy program, the implementation of literacy programs and obstacles in the implementation of literacy programs.

This type of research was qualitative descriptive research, where researcer as human instruments. This research was conducted in Ngoto Sewon Bantul Elementary School during the month of April to May 2017. The subject of this research wereheadmaster, low grade teachers, and lower grade studets of Ngoto Sewon Bantul Elementari School. The collecting data techniques of this research were data reduction, display data, data verification and making conclusion. To test validity, researcher used triangulation of source and triangulation technique. The result of this research are: (1) The purpose of literacy programs is to develop reading habits and increase literacy skills. (2)There are some activities that support literacy programs, such as Sabtu membaca, silent reading, guided reading, independent reading, reading together, and literacy contest. (3) There are efforts to create infrastructure and providing a rich literacy environment with reading area, library, warung ilmu, reading corner in every class, and display of the students work. (4) Teachers are responsible for providing assistance in the implementation of literacy programs, and parents are also involved in the literacy program. (5) There are some obstacles in the implementation of literacy program, the obstacle are time and students character.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

“Jangan pernah menyerah, karena ada tempat dan saat dimana ombak paling tinggi sekalipun akan berbalik arah.”

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan doa, kasih sayang serta dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian prasyarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Implementasi Program Literasi di Kelas Rendah SD Ngoto” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Murtiningsih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Septia Sugiarsih, M.Pd selaku validator instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

4. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Suparyanto, S. Pd selaku Kepala Sekolah SD Ngoto yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

7. Para guru dan staf SD Ngoto yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

8. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

(10)

x

Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 10 Juli 2017 Penulis

Fajarwati

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURATPERNYATAAN... iv

LEMBARPERSETUJUAN ... v

LEMBARPERSEMBAHAN... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix A. Pengertian Program Literasi Sekolah ... 13

B. Aspek Kemampuan Literasi ... 15

C. Tujuan Literasi Sekolah ... 18

D. Manfaat Program Literasi ... 19

E. Program Literasi yang Efektif ... 20

F. Program Literasi Sekolah ... 24

G. Pentingnya Literasi di Kelas Rendah ... 44

H. Faktor Penghambat Program Literasi ... 45

I. Kerjasama SD Ngoto dengan USAID PRIORITAS ... 46

J. Penelitian yang Relevan ... 47

K. Kerangka Pikir ... 48

L. Batasan Istilah... 49

M. Pertanyaan Penelitian ... 49

(12)

xii

G. Uji Keabsahan Data.. ... 66

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 67

B. Hasil Penelitian ... 68

1. Tujuan Program Literasi di SD Ngoto ... 68

2. Implementasi Program Literasi di SD Ngoto ... 70

3. Hambatan Program Literasi ... 105

C. Pembahasan ... 107

1. Tujuan Program Literasi di SD Ngoto ... 107

2. Implementasi Program Literasi di SD Ngoto ... 109

3. Hambatan Program Literasi ... 119

D. Keterbatasan Penelitian.. ... 120

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 121

B. Saran... 122

DAFTAR PUSTAKA.. ... 124

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kriteria Pemilihan Buku ... 36

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di SD Ngoto ... 55

Tabel 3. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di SD Ngoto ... 56

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di SD Ngoto ... 57

Tabel 5. Pedoman Wawancara Siswa dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di SD Ngoto ... 58

Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di SD Ngoto ... 59

Tabel 7. Pedoman Wawancara Guru dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di SD Ngoto ... 60

Tabel 8. Kisi-kisi Pedoman Observasi Program Literasi di Kelas Rendah SD Ngoto ... 61

Tabel 9. Pedoman Observasi Program Literasi di Kelas Rendah SD Ngoto ... 62

Tabel 10. Kisi-kisi Pedoman Studi Dokumentasi ... 63

Tabel 11. Pedoman Studi Dokumentasi ... 64

Tabel 12. Mengembangkan Kemampuan Membaca dan Menulis ... 74

Tabel 13. Menciptakan Budaya Baca ... 75

Tabel 14. Bengkel Literasi ... 90

Tabel 15. Hasil Observasi yang Menunjukkan Waktu Pelaksanaan Program Literasi ... 92

Tabel 16. Jadwal dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan dalam Program Literasi... 96

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Papan Program Literasi ... 72

Gambar 2. Sabtu Membaca di Kelas IIIB ... 77

Gambar 3. Sabtu Membaca di Kelas IIA ... 78

Gambar 4. Jurnal Membaca Siswa ... 78

Gambar 5. Kegiatan Membaca Terbimbing ... 82

Gambar 6. Buku Berjenjang ... 84

Gambar 7. Kegiatan Membaca Bersama ... 86

Gambar 8. Sudut Baca Kelas IIIB ... 98

Gambar 9. Warung Ilmu di Depan Kelas II ... 98

Gambar 10. Area Baca ... 99

Gambar 11. Slogan Membaca ... 99

Gambar 12. Tulisan Siswa Kelas IIA ... 101

Gambar 13. Bahan Kaya Teks di Kelas IIB ... 101

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Pedoman Wawancara Guru dalam Implementasi

Program Literasi Sekolah di KelasRendahSD Ngoto ... 127

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di KelasRendah SD Ngoto……… 128

Lampiran3. Pedoman Wawancara Siswa dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di KelasRendah SD Ngoto ... 129

Lampiran 4. Pedoman Observasi dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di KelasRendah SD Ngoto………. 130

Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di KelasRendah SD Ngoto ... 132

Lampiran 6. Transkip Wawancara ... 134

Lampiran 7. Hasil Observasi dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di KelasRendah SD Ngoto ... 152

Lampiran 8. Reduksi, Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Observasi ... 208

Lampiran 9. Reduksi, Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Kepala Sekolah ... 233

Lampiran 10. Reduksi, Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Guru …... 237

Lampiran 11. Reduksi, Penyajian Data dan Kesimpulan Hasil Wawancara Siswa ... 263

Lampiran 12. Reduksi Data, Penyajian Data dan Kesimpulan Data Hasil Dokumentasi………. 268

Lampiran 13. Trianggulasi Sumber dan Trianggulasi Teknik Hasil Penelitian ... 271

Lampiran 14. Hasil Dokumentasi ... 289

Lampiran 15. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 297

Lampiran 16. Surat Izin Penelitian ... 298

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah pendidikan pertama kali muncul dalam bahasa Yunani yaitu “paedagogiek” yang berarti ilmu menuntun anak dan “paedagogia” berarti

pergaulan dengan anak-anak. Sementara itu dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah education yang berarti pelatihan dan pembelajaran. Pendidikan, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. (Rohman, 2009: 6)

Menurut Syarifudin, pendidikan merupakan proses yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Proses tersebut dilakukan untuk membantu seseorang mengembangkan segala potensi dalam dirinya guna mencapai tujuan pendidikan. Sementara menurut Joni, pendidikan merupakan upaya sadar yang diarahkan untuk memperbaiki segala aspek kehidupan manusia. (Rohman, 2009: 7)

(17)

2

menjadi tempat yang dipercaya oleh para orang tua untuk memberikan pendidikan bagi anaknya.

Di sekolah, pengetahuan tidak hanya didapatkan dari apa yang disampaikan oleh guru atau pendidik namun dari sumber belajar lain yaitu buku. Buku merupakan sumber ilmu. Pada Harrod’s Librarians’ Glossary (Kalida & Mursyid, 2015: 9), buku diartikan sebagai kumpulan kertas yang saling terikat satu sama lain dalam satu sampul dan berjilid, di dalamnya menyajikan naskah baik ditulis tangan maupun tercetak. Naskah yang ada pada sebuah buku berisi informasi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk dapat membaca karena sebagaian besar pengetahuan berupa bahasa tulis. Selain membaca, siswa juga dituntut untuk dapat menulis karena dasar dari suatu pembelajaran di sekolah adalah membaca dan menulis.

Membaca dan menulis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki peran yang besar dalam belajar karena syarat utama dalam belajar adalah membaca dan menulis. Sesuai dengan pernyataan Kalida & Mursyid (2015: 132) yang menyatakan bahwa salah satu syarat utama dalam belajar adalah kemampuan membaca dan menulis.

(18)

3

kemampuan membaca, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami pengetahuan lain.

Menurut Besse (Naim, 2013: 1), membaca merupakan sumber belajar yang paling lengkap, paling tersedia, paling murah, paling cepat dan paling mutakhir. Membaca adalah cara yang paling mudah dilakukan untuk mendapatkan informasi baik itu berupa wawasan atau ilmu pengetahuan maupun pengalaman. Informasi dari berbagai belahan dunia dapat diperoleh dengan membaca tanpa harus melihat secara langsung.

Membaca bukan sekedar melafalkan kata-kata namun melibatkan aktivitas berpikir yang lebih mendalam. Membaca memerlukan proses berpikir yang lebih komplek untuk memahami makna yang disampaikan oleh penulis.Untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh penulis, pembaca perlu melakukan analisa terhadap bacaannya.

Pentingnya kemampuan membaca, mengharuskan semua orang untuk melakukan aktivitas membaca dengan intensitas yang baik. Hernowo (Naim, 2013: 1) menyerukan kepada semua orang agar dalam kondisi bagaimana pun, sebagai pembaca yang baik selalu menyempatkan diri untuk membaca. Tidak ada alasan untuk tidak membaca. Membaca seharusnya sudah menjadi bagian yang sudah sedemikian lekat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, karena dengan membaca, siswa mampu mendapatkan berbagai informasi dan pengalaman dengan mudah dan cepat.

(19)

4

bahasa tulis. Sehingga mau tidak mau siswa harus memiliki keterampilan dan kemauan untuk membaca guna meningkatkan pengetahuannya. Oleh karena itu, membaca memiliki kedudukan penting dalam dunia pendidikan termasuk dalam kegiatan belajar mengajar karena tanpa adanya kemampuan membaca, siswa akan kesulitan untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Namun, pada kenyataannya, minat membaca siswa masih tergolong rendah. Terbukti dari riset Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006 (Kalida & Mursyid, 2015: 104) yang menunjukkan bahwa minat membaca anak Indonesia menempati posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel. Kenyataan tersebut memang sangat memprihatinkan dan sangat ironis. Siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan menonton televisi serta bermain gadget. Perpustakaan menjadi tempat yang jarang dikunjungi karena siswa lebih memilih bermain ketika jam istirahat. Hal yang lebih memprihatikan adalah siswa hanya membaca buku ketika akan ulangan atau ujian semester.

Rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia merupakan persoalan yang sangat penting untuk segera diselesaikan. Menumbuhkan minat membaca bagi generasi muda Indonesia menjadi salah satu pilihan yang baik untuk mengatasi persoalan tersebut. Untuk menumbuhkan minat membaca, perlu dilakukan sejak dini yaitu sejak pendidikan dasar atau sebelumnya.

(20)

5

membaca serta meningkatkan kemampuan membaca siswa. Program tersebut adalah program literasi di sekolah. Program literasi di sekolah merupakan program, yang dilakukan oleh sekolah untuk mengembangkan budaya literasi. Menurut Faizah (2016: 2), literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan atau berbicara. Kemampuan literasi ada empat aspek yaitu membaca, mendengarkan atau menyimak, berbicara dan menulis. Program literasi diupayakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis sehingga akan tercipta kebiasaan belajar.

Kebiasaan membaca dan menulis perlu dikembangkan sejak dini. Kegiatan literasi di sekolah dasar, sebaiknya dimulai di kelas rendah. USAID PRIORITAS (2014: 1) menyatakan bahwa kemampuan literasi (membaca dan menulis) di kelas awal merupakan fondasi atau dasar yang menjadi penentu keberhasilan dalam kegiatan belajar siswa. Keberhasilan pengembangan kemampuan literasi di kelas rendah dapat mendukung proses belajar di jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, program literasi perlu dikembangkan di kelas rendah.

(21)

6

kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh pada kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya, kemampuan membaca permulaan perlu mendapat perhatian dan bimbingan dari guru.

Salah satu sekolah dasar yang telah menerapkan program literasi adalah SD Ngoto yang beralamat di Jalan Imogiri Barat, Bangunharjo, Sewon, Bantul. SD Ngoto bekerjasama dengan USAID PRIORITAS dan mulai menerapkan program literasi sejak tahun 2015. USAID (United States Agency for International Development) mengembangkan program USAID Prioritizing Reform, Innovation,

and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teacher, Administrators, and Student

(PRIORITAS) untuk meningkatkan akses pendidikan dasar yang berkualitas bagi anak-anak Indonesia. USAID PRIORITAS merupakan program 5 tahun yang dikembangkan Pemerintah Indonesia dan USAID.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 3 April 2017, SD Ngoto telah merancang program literasi dengan baik dan menempelkan papan program literasi pada setiap kelas. Rancangan tersebut meliputi nama kegiatan, kapan waktu pelaksanaan kegiatan literasi, sasaran, dan target yang hendak dicapai. Hal tersebut memudahkan pelaksanaan program literasi di sekolah.

(22)

7

gemar membaca serta menumbuhkan kebiasaan membaca siswa. Setelah membaca senyap biasanya siswa diminta menulis pada catatan harian. Catatan tersebut berisi tanggal, judul buku, nama pengarang dan isi bacaan.

Membaca mandiri, terbimbing dan membaca bersama dilaksanakan di kelas rendah. Tujuannya adalah meningkatkan kelancaran membaca, meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi bacaan, mengembangkan kemampuan membaca sesuai dengan EYD, mengembangkan kemampuan menulis dengan menulis sinopsis. Kegiatan tersebut hanya dilakukan di kelas rendah karena siswa kelas rendah masih berada pada tahap membaca permulaan yang memerlukan bimbingan serta perhatian dari guru. Membaca terbimbing di SD Ngoto dilakukan setiap hari Selasa. Sementara kegiatan membaca bersama dan membaca mandiri dilakukan pada hari Kamis. Ada kegiatan lomba yang dilakukan setiap akhir semester sebagai tindak lanjut kegiatan membaca yang dilakukan siswa. Lomba tersebut adalah lomba literasi. Lomba literasi dilakukan setelah UAS (Ujian Akhir Semester). Berdasarkan wawancara dengan beberapa pihak, lomba literasi berisi lomba menulis sinopsis atau ringkasan cerita, menceritakan kembali atau menuliskan deskripsi suatu benda.

Selain itu, sekolah telah berupaya untuk menciptakan lingkungan kaya akan teks. Terlihat dari hasil pengamatan, lingkungan sekolah dipenuhi dengan berbagai macam tulisan baik itu visi misi, poster maupun slogan. Di depan kelas I dan II terdapat beberapa rak buku yang bernama “warung ilmu” yang berisi buku bacaan. Buku bacaan tersebut berupa buku fiksi misalnya cerita rakyat, dongeng,

(23)

8

untuk memfasilitasi siswa untuk membaca. Buku-buku tersebut dapat dibaca saat kegiatan literasi sekolah berlangsung. Selain itu, saat istirahat siswa juga dapat membaca buku di area membaca yang telah disediakan oleh sekolah. SD Ngoto memiliki area baca yang terletak di dekat ruang guru. Area baca tersebut memungkinkan siswa untuk membaca saat jam istirahat atau pada waktu senggang.

Program literasi di SD Ngoto telah dirancang dengan baik dengan menentukan jadwal pelaksanaan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaanya di sekolah. Program tersebut seharusnya dijalankan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sekolah. Namun, berdasarkan hasil pengamatan peneliti, implementasi program literasi belum berjalan sesuai dengan rencana sekolah. Beberapa kelas melaksanakan program tersebut tidak sesuai jadwal bahkan terdapat kelas yang belum melaksanakan beberapa kegiatan dalam program literasi. Waktu pelaksanaan program literasi berbeda antara kelas satu dengan yang lain padahal sekolah telah menerapkan jadwal kegiatan seperti yang telah dipaparkan peneliti di atas.

(24)

9

Program literasi merupakan suatu program yang unik dan bermanfaat untuk diterapkan di sekolah dasar khususnya pada kelas rendah yang masih dalam tahap membaca menulis permulaan. Keunikan tersebut perlu mendapatkan perhatian dan perlu untuk diteliti. Namun, sampai saat ini peneliti belum menemukan suatu penelitian terkait program literasi khususnya yang dilaksanakan di kelas rendah SD Ngoto.

Oleh karena itu permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Program Literasi Sekolah di Kelas Rendah Sekolah Dasar Ngoto, Sewon Bantul”. Penelitian tersebut bermaksud untuk mengetahui pelaksanaan program literasi di kelas rendah SD Ngoto. Program literasi yang dimaksud merupakan suatu program yang berupaya menciptakan budaya literasi yang meliputi membaca dan menulis. Hal-hal yang ingin diteliti meliputi tujuan implementasi program literasi, implementasi program literasi, dan hambatan dalam implementasi program literasi di kelas rendah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Minat membaca anak Indonesia masih tergolong rendah.

(25)

10

3. Guru kesulitan dalam mengatur waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam program literasi.

4. Program literasi merupakan suatu program yang unik namun belum ada penelitian yang membahas tentang program literasi di SD Ngoto khususnya di kelas rendah.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini difokuskan pada tujuan implementasi Program Literasi Sekolah, implementasi Program Literasi Sekolah serta hambatan dalam implementasi Program Literasi Sekolah di Kelas Rendah Sekolah Dasar Ngoto, Sewon, Bantul. Penelitian difokuskan agar penelitian lebih fokus pada satu permasalahan dan tidak terlalu luas.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apa tujuan implementasi Program Literasi Sekolah di kelas rendah SD Ngoto, Sewon Bantul?

2. Bagaimana implementasi Program Literasi Sekolah di kelas rendah SD Ngoto, Sewon Bantul?

3. Apa hambatan dalam implementasi Program Literasi Sekolah di kelas rendah SD Ngoto, Sewon Bantul?

E. Tujuan Penelitian

(26)

11

1. Memperoleh informasi mengenai tujuan implementasi Program Literasi Sekolah di kelas rendah SD Ngoto, Sewon Bantul.

2. Mengetahui implementasi Program Literasi Sekolah di kelas rendah SD Ngoto, Sewon Bantul.

3. Mengetahui hambatan dalam implementasi Program Literasi Sekolah di kelas rendah SD Ngoto, Sewon Bantul?

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Beberapa manfaat tersebut adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan konseptual dan referensi atau masukan bagi penelitian yang sejenis mengenai program literasi yang ada di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut.

a. Bagi Guru

1) Penelitian ini dharapkan dapat digunakan untuk melakukan refleksi terhadap implementasi program literasi di kelas.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran sehingga guru dapat melaksanakan program literasi dengan lebih baik.

(27)

12

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua pihak sekolah untuk bekerjasama dalam melaksanakan program literasi sekolah sehingga program literasi dapat berjalan dengan lebih maksimal.

c. Bagi Peneliti

(28)

13

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Program Literasi Sekolah

Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam berbahasa yang meliputi kemampuan membaca, menulis, berbicara dan kemampuan menyimak. Sulzby (USAID PRIORITAS, 2014: 2) mengartikan literasi secara sempit sebagai kemampuan membaca dan menulis. Definisi tersebut didukung oleh pendapat Grabe & Kaplan dan Graff (USAID PRIORITAS, 2014: 2) yang mendefinisikan

literacy sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to read and write). Literasi secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki seseorang sementara secara lebih luas literasi merupakan kemampuan berbahasa yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi.

Menurut Spencer (Romdhoni, 2013: 88), literasi merupakan kemampuan untuk membaca dan menulis yang merupakan pintu gerbang (bagi setiap orang, komunitas, atau bangsa tertentu) untuk mencapai predikat sebagai (manusia, komunitas, bangsa) yang terpelajar. Oleh karena itu, banyak negara yang berupaya menciptakan budaya literasi agar masyarakatnya mendapat predikat sebagai masyarakat terpelajar. Negara-negara khususnya negara yang sedang berkembang berupaya supaya penduduknya melek aksara sehingga lebih maju dan memiliki peradaban.

(29)

14

yang dapat digunakan sebagai sarana memperoleh informasi dari tulisan. Literasi merupakan peristiwa sosial, berdasarkan pernyataan tersebut berarti literasi adalah aktifitas individu yang dapat diamati. Aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mengakses suatu informasi atau pengetahuan tertentu untuk dapat diterapkan dalam kehidupannya. Sementara menurut Musfiroh & Listyorini ( 2016: 2), literasi memiliki makna dan implikasi dari keterampilan membaca dan menulis dasar ke pemerolehan dan manipulasi pengetahuan melalui teks tertulis, dari analisis metalinguistik unit gramatikal ke struktur teks lisan dan tertulis, dari dampak sejarah manusia ke konsekuensi filosofis dan sosial pendidikan barat.

(30)

15

Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan program literasi merupakan suatu program yang diterapkan oleh sekolah untuk mengembangkan kemampuan literasi yang meliputi kemampuan membaca dan menulis.

B. Aspek Kemampuan Literasi

Kemampuan literasi terbagi menjadi empat aspek, yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis.

1. Mendengarkan atau Menyimak

Mulyati (2008: 1.10) mendefinisikan mendengarkan sebagai keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Kegiatan mendengarkan dilakukan untuk memperoleh informasi dan memahami makna yang disampaikan oleh pembicara dalam bahasa lisan. Tarigan (Wijayanti, 2011: 40) menyatakan bahwa menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

(31)

16

(USAID PRIORITAS, 2014: 4) ada beberapa kompetensi mendengarkan yang perlu diajarkan di kelas rendah. Berikut ini adalah beberapa kompetensi mendengarkan yang perlu diberikan untuk kelas rendah.

a. Menyimak teks yang dibacakan.

b. Menyimak untuk kebutuhan yang berbeda. c. Menyimak sebagai sikap menghormati. 2. Berbicara

Menurut Nurjamal, (2011: 4), berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam mengungkapkan gagasan, pikiran maupun perasaan kepada orang lain secara lisan. Berbicara tidak sekedar melafalkan kata-kata melainkan menyampaian pendapat, ide, pemikiran maupun perasaan kepada orang lain melalui bahasa lisan. Ada beberapa kompetensi berbicara yang perlu diajarkan di kelas rendah menurut The University of The State of New York (USAID PRIORITAS, 2014: 4) yaitu sebagai berikut.

a. Berbicara untuk kebutuhan yang berbeda.

b. Berbicara dengan menggunakan kaidah bahasa yang tepat. c. Menggunakan jenis bahasa yang bervariasi (formal, informal). d. Berbicara dengan ekspresi yang sesuai.

e. Bergiliran saat berbicara di kelompok. f. Memberi respon yang sesuai.

3. Membaca

(32)

17

memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Sementara Harimurti (Idris & Ramdani, 2015: 14) berpendapat bahwa membaca merupakan aktivitas menggali informasi dari teks, baik berupa tulisan, gambar atau diagram maupun kombinasi dari keduanya.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses seseorang dalam menggali suatu informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media tulisan, gambar maupun diagram atau kombinasi dari dari semua itu. Menurut The University of The State of New York

(USAID PRIORITAS, 2014: 4), ada beberapa kompetensi literasi dalam aspek membaca yang direkomendasikan untuk diberikan pada kelas rendah yaitu sebagai berikut.

a. Mengenal bunyi.

b. Membaca kata dengan menghubungkan bunyi huruf. c. Mengenal konsep tulisan.

d. Membaca dengan lancar. e. Mengembangkan kosakata. f. Strategi membaca pemahaman. g. Motivasi dalam membaca. 4. Menulis

(33)

18

tahu, meyakinkan, menghibur. Hasil dari proses kreatif menulis ini biasa disebut dengan istilah tulisan atau karangan.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang kompleks karena penulis perlu menuangkan gagasannya dalam suatu tulisan dengan struktur yang teratur. Ada berbagai tujuan dalam menulis, misalnya menyampaikan suatu informasi, mengajak, menghibur, mengungkapkan perasaan atau pendapat dan lain sebagainya. Menurut The University of The State of New York (USAID PRIORITAS, 2014: 4) ada beberapa kompetensi literasi dalam menulis yang direkomendasikan untuk kelas rendah, yaitu mengeja, menulis tangan, menulis kreatif dan motivasi untuk menulis.

C. Tujuan Program Literasi

Menurut Faizah (2016: 2), terdapat dua tujuan literasi yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Tujuan umum literasi adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Secara khusus, tujuan literasi ada empat yaitu sebagai berikut.

1. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi sekolah. 2. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

3. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

(34)

19

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan program literasi adalah untuk menciptakan dan mengembangkan budaya literasi (membaca dan menulis) agar siswa maupun warga sekolah menjadi pembelajar sepanjang hayat, meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar kaya akan literasi, menjadikan sekolah menjadi tempat belajar yang menyenangkan, menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan di sekolah dan mewadahi berbagai strategi membaca. Dengan adanya program ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta menulis sehingga dapat tercipta budaya literasi.

D. Manfaat Program Literasi

Ada beberapa manfaat program literasi dalam buku USAID PRIORITAS (2015: 34, 98) yaitu dapat menanamkan konsep bahwa membaca merupakan hal yang menyenangkan, dapat memunculkan rasa gemar membaca pada diri siswa, dan melatih pemahamaan terhadap bacaan. Mengutip dari Manfaat.co.id (Siregar. 2016), berikut ini merupakan manfaat program literasi.

1. Dapat menstimulasi mental 2. Dapat mengurangi stress

3. Menambah wawasan dan pengetahuan 4. Menambah kosakata

5. Meningkatkan kualitas memori

6. Melatih keterampilan untuk berpikir dan menganalisa 7. Meningkatkan focus dan konsentrasi

(35)

20 9. Dapat memperluas pemikiran

10. Dapat meningkatkan hubungan sosial

11. Dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif 12. Dapat meningkatkan empati

13. Dapat mendorong tujuan hidup

14. Membantu terhubung dengan dunia luar 15. Dapat lebih berhemat

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat adanya program literasi yaitu dapat menanamkan konsep bahwa membaca merupakan hal yang menyenangkan, dapat memunculkan rasa gemar membaca pada diri siswa, melatih pemahamaan terhadap bacaan, dapat menstimulasi mental, dapat mengurangi stress, menambah wawasan dan pengetahuan, menambah kosakata, meningkatkan kualitas memori, melatih keterampilan untuk berpikir dan menganalisa, meningkatkan focus dan konsentrasi, melatih menulis dengan baik, dapat memperluas pemikiran, dapat meningkatkan hubungan sosial, dapat membantu mencegah penurunan fungsi kognitif, dapat meningkatkan empati, dapat mendorong tujuan hidup, membantu terhubung dengan dunia luar karena membaca merupakan jendela dunia, dan dapat lebih berhemat.

E. Program Literasi yang Efektif

(36)

21

PRIORITAS (2015: 4), terdapat beberapa aspke yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan program literasi yang efektif, yaitu sebagai berikut.

1. Time (Waktu)

Penentuan waktu dalam melaksanakan program literasi dilakukan seefektif mungkin agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Agar efektif, literasi sebaiknya dilakukan setiap hari meskipun dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tujuannya adalah membentuk kebiasaan siswa. Pembuatan jadwal literasi juga perlu dilakukan dengan syarat harus dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah dengan penuh tanggung jawab.

2. Task (Tugas)

Tugas diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu menghasilkan sesuatu dari kegiatan literasi yang telah dilaluinya. Tugas yang diberikan hendaknya lebih bervariasi agar dapat mencakup semua gaya belajar siswa yang cenderung berbeda-beda.

3. Teks

Pemilihan teks bacaan untuk siswa sebaiknya didisesuaikan dengan kebutuhan, minat, latar belakang, usia, lingkungan belajar dan budaya siswa. Tujuannya agar memberikan manfaat bagi siswa dalam beberapa aspek. Menurut Fountas & Pinnell, 2008 dan Hadaway & Young, 2010 (USAID PRIORITAS, 2015: 11), ada beberapa karakteristik teks yang perlu diperhatikan dalam menentukan teks, yaitu sebagai berikut.

(37)

22

b. Format teks mencakup format kaidah tata-cetak dan ilustrasi. c. Konten dan konsep mencakup aspek keakraban isi dan genre.

Clay (USAID PRIORITAS, 2015: 65) menyatakan bahwa teks yang baik untuk siswa adalah teks yang dapat memotivasi dan menantang siswa. Teks yang memotivasi adalah teks yang mampu memberikan rasa percaya diri bagi siswa. Teks yang menantang dapat diartikan sebagai teks yang mampu memberikan tantangan bagi siswa karena tingkat kesulitannya. Teks yang sulit dipahami dan memerlukan proses memahami dan analisis yang lebih rumit untuk mengetahui maknanya dapat memberikan tantangan bagi siswa. Menurut Hadaway&Young (USAID PRIORITAS, 2015: 67), ada empat kriteria dalam memilih teks untuk siswa yaitu sebagai berikut.

a. Tingkat keakraban/ familiar konten buku dengan latar belakang dan pengetahuan anak.

b. Tingkat bahasa buku. Buku yang sesuai dengan siswa adalah buku yang kosakata dan bahasanya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa sehingga siswa dapat memahami teks tersebut dengan baik.

c. Tingkat dukungan tekstual. Dukungan tekstual artinya buku mengandung ilustrasi, gambar, grafik, pewarnaan dan lain sebbagainya yang membantu siswa memahami teks tersebut. Dukungan tekstual juga dapat menarik perhatian siswa untuk membaca teks tersebut.

(38)

23

Mesmer (USAID PRIORITAS, 2015: 69) menyatakan bahwa faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teks bacaan untuk siswa adalah faktor siswa itu sendiri. Faktor siswa artinya karakteristik dan perkembangan siswa. Ada beberapa karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guna menentukan buku teks adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan anak yang mencakup tingkat kemampuan membaca, perhatian dan memori anak.

b. Memotivasi anak mencakup tujuan membaca, minat baca dan efikasi diri untuk membaca.

c. Pengetahuan anak yang mencakup pengetahuan atas bahasa, pengetahuan awal yang dimiliki siswa (skemata) dan pengetahuan sistem tulisan.

4. Teaching Strategy

Strategi dalam literasi sebaiknya bervariasi baik yang bersifat mengintegrasikan empat keterampilan literasi maupun fokus pada satu keterampilan. Strategi terintegrasi artinya memadukan beberapa keterampilan berbahasa. Beberapa strategi terintegrasi yaitu literature circles, literacy work stations, dan bengkel literasi.

5. Talk

(39)

24

6. Assesmen

Penilaian berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan. Tujuan adanya penilaian adalah sebagai berikut. (USAID PRIORITAS, 2015: 21)

a. Memantau pertumbuhan dan perkembangan belajar siswa.

b. Mengetahui apakah siswa telah atau belum mencapai kompetensi yang diinginkan.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sehingga memungkinkan melakukan pengayakan atau remidial.

d. Mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan, sehingga dapat mendorong guru untuk melakukan refleksi diri sehingga termotivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sementara tujuan assesmen dalam literasi di sekolah adalah sebagai berikut. (USAID PRIORITAS, 2015: 22)

a. Mengukur keterampilan yang dibutuhkan dalam mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

b. Hasil assesmen memiliki informasi mengenai kondisi siswa dalam literasi. c. Hasil assesmen digunakan guru sebagai bahan pertimbangan perbaikan

mengajar literasi.

F. Program Literasi Sekolah

1. Menciptakan Budaya Baca

(40)

25

strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Membaca adalah strategis artinya dalam membaca menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka membentuk suatu makna. Sementara membaca adalah interaktif artinya keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks.

Tujuan membaca menurut Rahim (2008: 11) adalah sebagai berikut. a. Mendapatkan kesenangan

b. Menyempurnakan kemampuan membaca c. Menggunakan strategi tertentu

d. Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topic

e. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui f. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis

g. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi

h. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks.

(41)

26

menumbuhkan kebiasaan membaca sehingga terbentuk budaya baca. (USAID PRIORITAS, 2015: 31-32)

Pada program pembiasaan membaca terdapat istilah DEAR (Drop Everything and Read). Istilah tersebut memiliki arti tinggalkan semua aktivitas dan bacalah. Program ini dilakukan dengan membaca dalam hati atau membaca senyap yang diprogramkan secara rutin. Tujuan DEAR adalah memastikan bahwa setiap siswa meluangkan beberapa menit dalam setiap harinya untuk membaca.

Dalam USAID PRIORITAS (2014:34) dituliskan bahwa program membaca untuk menciptakan budaya membaca dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Membaca pada saat pertemuan awal setiap hari selama 10-15 menit. b. Membaca setelah jam istirahat selama 10-15 menit.

c. Membaca setelah menyelesaikan tugas.

Setelah membaca sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, siswa perlu menuliskan daftar bacaannya pada reading log atau jurnal membaca. Menurut Cambourn&Turbill (USAID PRIORITAS, 2015:52) reading log (jurnal membaca siswa) merupakan catatan harian dari kebiasaan dan ketertarikan membaca siswa yang disimpan selama periode latihan membaca independen. Jurnal membaca siswa dapat berisi judul buku, pengarang, tanggal membaca dan isi buku.

Prinsip-prinsip kegiatan membaca sebagai upaya menumbuhkan kebiasaan membaca menurut Faizah (2016:8 ) adalah sebagai berikut.

(42)

27

b. Buku yang dibaca atau dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta didik. Peserta didik diperbolehkan untuk membaca buku yang dibawa dari rumah.

c. Kegiatan membaca atau membacakan buku tidak diikuti oleh tugas-tugas tertentu seperti menghafalkan cerita, menulis sinopsis, dan lain-lain.

d. Kegiatan membaca atau membacakan dapat diikuti dengan diskusi informal tentang buku yang dibaca atau dibacakan, maupun kegiatan yang menyenangkan terkait buku yang dibacakan apabila waktu memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan lanjutan ini tidak dinilai atau dievaluasi.

e. Kegiatan membaca atau membacakan buku berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru menyapa peserta didik dan bercerita sebelum membacakan buku dan meminta mereka untuk membaca buku.

Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menciptakan kebiasaan membaca untuk siswa adalah dengan meluangkan waktu selama 15 menit baik sebelum atau setelah pembelajaran untuk membaca.

a. Membacakan nyaring/ Pemodelan membaca

(43)

28

membaca, memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan, dan membangun komunikasi siswa dan guru. Setelah membacakan buku, pendidik perlu membuat catatan. Catatan tersebut dapat berisi tanggal, jam, judul buku dan nama pengarang buku.

b. Membaca dalam hati Menurut Naim (2013: 119), membaca dalam hati atau membaca senyap

merupakan cara membaca yang hanya mempergunakan ingatan visual, yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan membaca senyap adalah memperoleh informasi. Sementara menurut Juhara, Budiman dan Rohayati (2005: 89), membaca dalam hati merupakan kegiatan membaca pemahaman yang menggunakan indra penglihatan dan pikiran serta umumnya tidak banyak pergerakan anggota tubuh kecuali gerakan mata yang mengikuti alur baris teks bacaan.

Menurut Rahim (2008: 123), membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Salah satu program membaca dalam hati dikenal dengan Sustained Silent Reading

(SSR). Tujuan SSR adalah untuk membiasakan siswa membaca dalam hati berkelanjutan sampai kegiatan membaca itu menjadi kebutuhan siswa seperti mereka membutuhkan makan dan minum.

(44)

29

silent reading) adalah kegiatan membaca 15 menit yang diberikan kepada peserta didik tanpa gangguan. Guru menciptakan suasana tenang, nyaman, agar peserta didik dapat berkonsentrasi pada buku yang dibacanya. Tujuannya adalah menciptakan kebiasaan membaca. Anak dibiasakan untuk membaca setiap hari. Siswa perlu membuat catatan setelah membaca buku. Catatan tersebut dapat berisi hari, tanggal, jam, judul buku, nama pengarang dan halaman buku.

2. Bengkel Literasi

Allen dan Gonzalez (USAID PRIORITAS, 2015:16) menyatakan bahwa bengkel literasi merupakan strategi pengembangan keterampilan literasi yang menekankan pengoptimalan keterampilan literasi yang telah dimiliki siswa melalui program perbaikan yang berkesinambungan dan terarah. Bengkel literasi terdiri atas dua aktivitas utama yaitu membaca dan menulis. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bengkel literasi merupakan suatu strategi yang dikembangkan untuk mengembangkan keterampilan literasi yang telah dimiliki siswa melalui program berkesinambungan dan terarah yang di dalamnya memuat aktivitas literasi yaitu membaca dan menulis. Bengkel literasi terdiri dari bengkel membaca dan menulis.

(45)

30

Bengkel menulis merupakan kegiatan pembelajaran menulis dengan menerapkan tahapan persiapan, menyusun draft tulisan, merevisi, mengedit, dan mempublikan. Bengkel menulis bertujuan untuk mengembangkan minat dan kebiasaan menulis siswa. Dengan adanya kegiatan bengkel menulis diharapkan siswa menjadi gemar menulis. (USAID PRIORITAS, 2015: 110)

Berdasarkan pengertian di atas, bengkel literasi terdiri dari bengkel membaca dan bengkel menulis. Bengkel membaca dan menulis merupakan kegiatan pembelajaran membaca dan menulis yang melatih siswa dalam membaca maupun menulis.

a. Membacakan Nyaring Interaktif

Dalam USAID PRIORITAS (2014: 112) membaca interaktif merupakan aktivitas membaca bersama dengan tujuan melibatkan anak secara interaktif dalam memahami bacaan. Dalam langkah ini, guru membacakan buku atau bacaan kepada peserta didik dengan suara nyaring sehingga semua siswa dapat mendengarnya dengan jelas. Siswa menyimak apa yang dibacakan oleh guru selanjutnya siswa memberi tanggapan atau bertanya secara aktif terkait dengan bacaan. Adapun prinsip-prinsip membacakan nyaring adalah sebagai berikut. 1) Guru membuat tujuan membacakan nyaring.

2) Adanya interaksi antara guru dan siswa saat kegiatan ini berlangsung.

(46)

31

4) Guru dan peserta didik menyampaikan aktivitas berpikirnya tujuannya adalah untuk saling bertukar cara memahami makna dari bacaan.

5) Guru dan siswa mencatat tanggapannya terhadap bacaan.

6) Pemilihan bahan bacaan mempertimbangkan usia dan kemampuan peserta didik.

b. Membaca Terpandu/Terbimbing

Menurut Biddulph membaca terbimbing adalah sebuah metode atau pendekatan dalam pembelajaran yang penting dalam pendidikan berbahasa dengan cara memadukan berbagai macam pendekatan. Selain membaca, menulis terbimbing juga diperlukan untuk mengembangkan kemampuan menulis siswa. Menulis terbimbing menurut Ontario adalah strategi yang memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan keterampilan menulis yang telah diajarkan. (USAID PRIORITAS, 2014:98)

Menurut USAID PRIORITAS (2016: 3), membaca terbimbing merupakan kegiatan membaca yang di lakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil dengan kemampuan membaca yang sama (homogen). Guru membimbing siswa dalam kegiatan membaca dan memahami isi bacaan. Bimbingan diberikan sebelum, saat, dan setelah membaca.

(47)

32

bimbingan terhadap siswa baik sebelum, saat maupun setelah pembelajaran membaca.

Manfaat membaca dan menulis terbimbing menurut USAID PRIORITAS (2014:99) adalah:

1) mempermudah guru untuk memfasilitasi anak didiknya dalam belajar literasi,

2) mengurangi kecemasan, ketakutan, dan ketidakmandirian siswa yang belum mampu membaca atau menulis,

3) meningkatkan pemahaman siswa, dan

4) membangun pemahaman siswa melalui pesan yang disampaikan oleh penulis.

Pada langkah ini guru dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota 4-6 anak. Siswa dalam kelompok saling bertukar informasi (diskusi). Guru mendampingi dan memandu siswa dalam aktivitas ini. Faizah (2016: 33)

c. Membaca Bersama

(48)

33

Faizah (2016: 35) menyatakan bahwa kegiatan membaca bersama dapat dilakukan dengan guru mendemonstrasikan cara membaca kepada siswa kemudian meminta siswa untuk membaca secara bergantian. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam membaca dan meningkatkan kemampuan membaca mereka. Kegiatan membaca bersama memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan membacanya.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa membaca bersama merupakan kegiatan membaca yang melibatkan seluruh siswa dalam satu kelas dimana dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, guru mendemonstrasikan cara membaca kepada siswa kemudian siswa mengikutinya. Kedua, guru membaca sementara siswa menyimak dan ketiga, siswa membaca secara bergantian.

Ada dua prinsip membaca bersama menurut Faizah (2016: 33) yaitu sebagai berikut.

1) Guru memilih bacaan yang dapat dilihat dan menarik minat seluruh peserta didik.

2) Guru memastikan seluruh peserta didik memperhatikan bacaan dan ikut membaca.

(49)

34

yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Ukuran big book

mempertimbangkan segi keterbacaan seluruh siswa di dalam kelas. (USAID PRIORITAS, 2014:42)

Tujuan penggunaan big book adalah sebagai berikut. (USAID PRIORITAS, 2014:44)

1) Memberikan pengalaman membaca. 2) Membantu siswa memahami buku.

3) Mengenalkan berbagai jenis bahan membaca kepada siswa. 4) Memberi peluang kepada guru memberi contoh bacaan yang baik. 5) Melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

6) Menyediakan contoh teks yang baik untuk digunakan siswa. 7) Menggali informasi.

Manfaat kegiatan membaca bersama menurut USAID PRIORITAS (2016: 26) adalah sebagai berikut.

1) Tidak hanya sekadar dapat mendengarkan bacaan, namun siswa diharapkan nantinya dapat membaca nyaring atau memahami bacaan yang diperlihatkan.

2) Mendorong siswa mendengarkan semua huruf/kata yang dilafalkan. 3) Melatih siswa untuk tetap fokus dan terlibat kegiatan.

4) Memberikan beragam kegiatan dalam waktu singkat.

5) Mengembangkan kompetensi dan kepercayaan diri siswa yang masih mengalami kesulitan.

Berikut ini langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan membaca bersama di kelas rendah. (USAID PRIORITAS, 2014:106)

1) Guru menyiapkan alat/bahan atau media yang dibutuhkan. Misalnya big book

atau teks cerita sederhana.

(50)

35 3) Guru mengkondisikan siswa.

4) Guru mengatur strategi sesuai dengan kondisi kelas. 5) Guru membacakan cerita dengan intonasi yang sesuai.

6) Guru membaca sementara itu siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku.

7) Guru meminta salah satu siswa membaca kalimat berikutnya kemudian diikuti oleh siswa lain.

8) Di akhir cerita, guru dapat mengajukan pertanyaan terkait isi bacaan atau meminta siswa menceritakan kembali isi cerita.

d. Membaca Mandiri

Membaca mandiri merupakan kegiatan membaca siswa yang dilakukan secara mandiri. Menurut Fountas and Pinnel (USAID PRIORITAS, 2014: 98) membaca mandiri adalah suatu proses berperannya dua orang, peran siswa dan peran guru, dimana kedua pihak saling menguntungkan. Siswa membaca buku secara mandiri dengan memilih sendiri buku yang ingin dibaca. Siswa dapat memilih buku sesuai dengan keinginanya, minat, usia dan kemampuan membacanya. Guru perlu membantu siswa memilih buku yang sesuai dengan memberikan beberapa rekomendasi. Selanjutnya, siswa dapat diberi tindak lanjut dengan pemberian tugas. Misalnya membuat peta pikiran atau tanggapan terhadap bacaannya.

(51)

36

Tabel 1. Kriteria Pemilihan Buku

Elemen Buku Kriteria

Ilustrasi sampul muka menggambarkan isi buku.

Judul buku Pada buku fiksi, judul buku memberikan petunjuk terhadap isi buku.

Identitas kreator

Nama penerbit, nama penulis dan ilustrator tercantum pada sampul muka buku.

Elemen Visual

Ilustrasi isi Buku

Ilustrasi pada buku bergambar (picture book) mengisahkan cerita. Ilustrasi ini membantu peserta didik untuk memahami alur cerita.

Ilustrasi pada buku berilustrasi (illustrated book) dapat bersifat melengkapi cerita.

Ilustrasi buku pada buku bergambar (picture book) untuk pembaca awal dan pemula memiliki alur yang sederhana. Gaya ilustrasi seharusnya bervariasi agar peserta didik terpajang pada ragam karya seni.

Ilustrasi buku fiksi dan non-fiksi tidak bias suku, gender, dan agama tertentu.

Ilustrasi pada buku non-fiksi membantu pembaca untuk memahami konten informasi.

Konten informasi perlu disesuaikan dengan usia target pembaca buku.

Latar cerita

Pada buku bergambar, halaman awal memberikan informasi tentang tokoh, di mana dan kapan, apa yang dialami tokoh.

Tokoh Tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh pendamping.

Tujuan tokoh

Tokoh cerita memiliki tujuan dan permasalahan yang dapat diidentifikasi oleh peserta didik.

Alur Alur cerita perlu sesuai dengan jenjang usia peserta didik. Buku cerita untuk pembaca awal dan pemula dapat hanya terdiri dari awal – tengah – akhir cerita.

Logika cerita

Cerita fiksi yang baik memiliki logika cerita yang baik dan menyampaikan pesan yang positif.

Sudut pandang

Buku untuk pembaca di jenjang Sekolah Dasar

dituturkan dengan satu sudut pandang secara konsisten Elemn

Kebahasaan

Keteracaan Memiliki jumlah kata per kalimat dan jumlah kalimat per halaman yang sesuai dengan kemampuan membaca siswa Kosa kata Teks cerita memiliki kosa kata baru tidak lebih dari 30% dari

keseluruhan kosa kata.

Kosa kata baru dijelaskan dengan bantuan gambar atau ilustrasi atau konteks kalimat yang sesuai.

Tata bahasa

Teks cerita ditulis dengan tata bahasa yang baik, pemakaian tanda baca yang sesuai jenjang usia peserta didik, dan koherensi kalimat yang baik.

Diksi Teks cerita tidak mengandung bias terhadap suku, gender, dan agama tertentu.

(52)

37

3. Menata Sarana dan Lingkungan Kaya Literasi

Sarana dalam konteks literasi merupakan faktor pendukung jalannya program literasi. Sarana tersebut dapat mencakup perpustakaan, sudut baca, atau area baca. Perpustakaan merupakan tempat dimana siswa dapat menemukan sumber belajar. Perpustakaan sebaiknya dikelola dan dikembangkan sebaik mungkin agar siswa tertarik untuk mengunjunginya. Sudut baca kelas merupakan sudut ruang kelas yang berisi buku-buku baik buku pelajaran atau buku cerita yang ditata dengan baik sebagai sarana membaca siswa. Selain perpustakaan, sudut baca kelas juga perlu dikembangkan sehingga siswa dapat membaca kapan saja.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menata dan menciptakan lingkungan kaya literasi yaitu memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit membaca, memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, antara lain perpustakaan, sudut buku kelas, area baca, kebun sekolah, kantin, UKS, dll. Untuk menumbuhkan minat baca warga sekolah, sarana prasarana ini dapat diperkaya dengan bahan kaya teks (print-rich material), melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15 menit membaca dan pengembangan sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi perpustakaan dan sudut buku kelas.

a. Area Baca

(53)

38

ruang tunggu orang tua, toilet dll.) yang dilengkapi oleh koleksi buku untuk memfasilitasi kegiatan membaca peserta didik dan warga sekolah.

b. Menciptakan lingkungan kaya teks

Menciptakan lingkungan kaya teks adalah melengkapi setiap sudut sekolah dengan teks-teks. Teks tersebut dapat berupa poster, tulisan, mading, gambar atau yang lainnya dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa cinta pengetahuan dan budi pekerti. Contoh-contoh bahan kaya teks menurut Faizah (2016: 19) yaitu:

1) karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik;

2) poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster kampanye membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan menumbuhkan cinta pengetahuan dan budi pekerti;

3) dinding kata;

4) label nama-nama peserta didik pada barang-barang mereka yang disimpan di kelas (apabila ada);

5) jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas;

6) surat, resep, kupon, kliping, foto kegiatan peserta didik; 7) label nama-nama pada setiap benda di ruang kelas;

8) komputer dan/atau perangkat elektronik lain yang mendukung kegiatan literasi;

9) buku dan sumber informasi lain (koran, majalah, buletin); 10)papan buletin;

(54)

39

12)kaset cerita, DVD, dan bahan digital/eletronik yang mendukung kegiatan literasi,

c. Lingkungan Kelas yang Literat

Lingkungan kelas yang literat ditunjukkan oleh banyaknya tulisan yang dapat dibaca baik yang ditempel di dinding, di papan tulis maupun dalam bentuk buku. Lingkungan kelas yang literat merupakan lingkungan kelas yang kaya akan media kebahasaan dan cetakan. (USAID PRIORITAS, 2014:26-27). Lingkungan kelas dapat diisi dengan berbagai tulisan/teks, gambar dan hasil karya siswa. Karya siswa dapat ditempel atau diletakkan di setiap sudut kelas. Selain itu, perpustkaan kelas/sudut baca kelas juga dapat dikembangkan untuk menunjang kegiatan membaca siswa. Berikut ini beberapa hal yang perlu dikembangkan agar tercipta lingkungan kelas yang literat.

1) Tulisan di dalam Kelas

Kelas yang literat dapat ditunjukkan dengan banyaknya tulisan di dalam kelas. Berikut ini beberapa tulisan yang dapat diletakkan di dalam kelas menurut USAID PRIORITAS (2014:28), yaitu:

a) nama siswa,

b) alphabet di dinding, c) nama hari,

d) nama bulan,

(55)

40

Banyak tulisan yang dapat diletakkan di dalam kelas agar tercermin suasana kelas yang kaya akan tulisan. Misalnya jadwal piket, jadwal pelajaran, tulisan guru atau siswa dapat mengisi ruang kelas. Banyaknya tulisan di dalam kelas dapat memotivasi siswa untuk belajar. Selain itu dapat memberikan informasi bagi orang lain terkait isi tulisan tersebut.

2) Sudut Baca Kelas/Perpustakaan Kelas

Sudut baca kelas atau perpustakaan kelas merupakan sarana yang mendukung pelaksaan program literasi yang berupa sebuah sudut kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku bacaan dengan tujuan mendekatkan siswa dengan sumber literasi. Menurut Faizah (2016: 17) sudut baca kelas diartikan sebagai berikut.

a) Sudut baca kelas adalah sebuah sudut di kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku yang ditata secara menarik untuk menumbuhkan minat baca peserta didik.

b) Sudut baca kelas adalah sudut di ruangan kelas yang digunakan untuk memajang koleksi bacaan dan karya peserta didik.

c) Sudut baca kelas berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan SD, yaitu mendekatkan buku kepada peserta didik.

d) Sudut baca kelas dikelola oleh guru, peserta didik, dan orang tua.

(56)

41

perpustakaan kelas memiliki beberapa manfaat yaitu menumbuhkan kecintaan siswa dalam membaca, memperkaya pengalaman belajar siswa, mempercepat penguasaan teknik membaca, melatih siswa bertanggung jawab, membantu siswa menyelesaikan tugas sekolah, membentu guru dan siswa menemukan informasi dan sumber-sumber pembelajaran serta mengikuti perkembangan iptek. Bacaan yang dapat diletakkan di perpustakaan kelas dapat berupa buku fiksi, buku non fiksi, majalah, kamus, koran dan lain sebagainya.

3) Pajangan Hasil Karya Siswa

Menurut USAID PRIORITAS (2015: 140) pajangan adalah sekumpulan hasil karya siswa yang dipajangkan dalam kurun waktu tertentu. Hasil karya siswa dapat dipajang di dalam kelas maupun di luar kelas. Hasil karya siswa dapat ditempel pada papan pajangan atau pada setiap sudut ruangan. Guru dapat mengkreasikan pajangan karya siswa sesuai dengan kondisi kelas. Ada beberapa tempat yang dapat digunakan untuk memajang hasil karya siswa. Salah satunya adalah dinding. Guru dapat menempel atau memajang karya siswa pada dinding kelas. Apabila tidak ingin merusak dinding, karya siswa dapat ditempel pada karton kemudian digantung pada dinding. Selain dinding, guru dapat memasang karya siswa pada jendela kelas, lantai atau langit-langit ruangan.

(57)

42

Ada beberapa manfaat dan fungsi pajangan menurut USAID PRIORITAS (2015: 140), yaitu sebagai berikut.

a) Pajangan terdiri dari karya siswa yang sukup atraktif. Hal ini dapat membuat siswa termotivasi untuk belajar.

b) Pajangan dapat secara langsung dimanfaatkan sebagai media mengajar dan belajar.

c) Pajangan dapat digunakan sebagai penguat informasi dari apa yang telah dipelajari.

d) Pajangan dapat digunakan sebagai bahan referensi anak.

e) Pajangan dapat memuat informasi mengenai topic yang akan dipelajari. f) Pajangan bisa bersifat interaktif.

g) Pajangan dapat digunakan untuk memotivasi siswa untuk membaca.

h) Membentuk iklim belajar yang kondusif bagi siswa sehingga siswa memiliki rasa percaya diri dan strategi dalam belajar membaca dan menulis.

i) Media komunikasi kelas dengan orang tua.

j) Pajangan dapat memberikan informasi kepada orang lain tentang apa yang sedang dipelajari siswa.

4. Memilih Buku Bacaan yang Sesuai dengan Siswa SD

Memilih buku bacaan perlu disesuaikan dengan usia dan karakteristik peserta didik. Faizah (2016: 21) mengklasifikasikan pemilihan buku bacaan berdasarkan jenjang kelas di sekolah dasar.

a. Kelas Rendah

(58)

43

2) Buku mengandung informasi yang sederhana dan atau kejadian sehari-hari. 3) Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan

imajinasi anak.

4) Buku dapat bergenre fiksi atau fantasi dengan tokoh binatang (fabel).

5) Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai dengan tahapan tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek antara lain moral, sosial dan kognitif. 6) Pesan moral cerita disampaikan dengan tidak menggurui.

7) Buku yang dibacakan dapat berukuran besar (big book) b. Kelas tinggi

1) Peserta didik dapat memilihbuku secara mandiri. 2) Buku mengandung informasi yang kompleks.

3) Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi.

4) Buku dapat bergenre cerita rakyat yang sesuai dengan jenjang SD.

5) Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai dengan tahapan tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif.

6) Pesan moral cerita disampaikan dengan tidak menggurui. 5. Melibatkan Publik

(59)

44

Pelibatan publik dapat dilakukan dengan melibatkan orang tua siswa. Partisipasi orang tua dapat dibangun melalui komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua siswa. Guru dapat mengkomunikasikan pekerjaan siswa kepada orang tua siswa. Selain itu, orang tua siswa dapat diajak berpartisipasi dengan meminta mereka membacakan buku di dalam kelas secara bergiliran. Tujuannya adalah melibatkan orang tua dalam program literasi dan meningkatkan motivasi siswa. USAID PRIORITAS (2014: 35)

G. Pentingnya Literasi di Kelas Rendah

Kemampuan literasi sangat penting bagi kehidupan siswa di masa yang akan datang. Dalam USAID PRIORITAS (2014: 2) dinyatakan bahwa kemampuan literasi yang baik akan membantu siswa dalam memahami teks, tulisan, lisan, maupun gambar. Kemampuan literasi (membaca dan menulis) di kelas awal berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Membaca dan menulis perlu dikenalkan dan dikembangkan di kelas rendah karena kemampuan tersebut berpengaruh pada kemampuan selanjutnya.

(60)

45

Anderson mengungkapkan bahwa membaca permulaan merupakan membaca yang diajarkan secara terpadu, yang menitikberatkan pada pengenalan huruf dan kata serta menghubungkannya dengan bunyi. Sementara kemampuan menulis permulaan lebih diarahkan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Siswa dilatih agar dapat menulis lambing-lambang tulis yang jika dirangkai dalam sebuah struktur, lambang-lambang tersebut akan bermakna. Selanjutnya kemampuan ini akan dilanjutkan untuk menuangkan ide dan gagasan dalam bentuk bahasa tulis. (USAID PRIORITAS, 2014: 6)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan literasi sangat penting bagi siswa kelas rendah yang masih dalam tahap membaca dan menulis permulaan. Keterampilan literasi di kelas rendah akan berpengaruh terhadap kemampuan selanjutnya karena keterampilan di kelas rendah merupakan fondasi atau dasar dari kemampuan selanjutnya.

H. Faktor Penghambat Program Literasi

(61)

46

Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2017:97) terdapat beberapa hambatan dalam implementasi kebijakan gerakan literasi yaitu sebagai berikut. 1. Guru harus selalu diingatkan terkait SOP kebijakan dan program yang akan

dilakukan. Hal ini dikarenakan tagihan para guru yang banyak sehingga

pencapaian literasi bukan satu-satunya prioritas dari para guru.

2. Buku yang kaya akan nilai-nilai serta gambar-gambar menarik sulit didapatkan di

Indonesia. Sehingga terjadi kebosanan bagi anak-anak terhadap sumber bacaan.

3. Terkadang surat tidak sampai ke orangtua karena anak-anak lupa menyampaikan

surat edaran yang dititipkan pihak sekolah kepada siswa.

4. Selain itu, kesibukan masing-masing guru berdampak pada proses pembuatan

surat atau poster yang mendadak karena keterbatasan sumber daya manusia.

5. Perlu adanya pengembangan program agar tidak monoton dan terjadi kebosanan..

6. Belum adanya evaluasi dari berbagai program.

Dari kedua hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam

implementasi program literasi dapat berasal dari siswa, guru, rumusan kebijakan

program literasi dan fasilitas yang ada di sekolah.

I. Kerjasama SD Ngoto dengan USAID PRIORITAS

(62)

47

institusinya adalah memberikan bantuan teknis, bukan bantuan dana, dan terfokus pada perubahan dengan banyak berpraktik.

Purwata (2017) menyatakan bahwa SDN Ngoto merupakan salah satu sekolah mitra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) terkait program kerja sama dengan USAID PRIORITAS. Para guru, kepala sekolah, dan komite sekolah telah dilatih USAID PRIORITAS dan dosen-dosen UNY dalam menerapkan pembelajaran aktif, meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan, dan menumbuhkan minat membaca siswa. Menurut Sutinem (Purwata, 2017) SD Ngoto mulai didampingi USAID PRIORITAS sejak tahun 2013. Setelah itu SD Ngoto mulai berupaya untuk mengembangkan budaya membaca. Selanjutnya, SD Ngoto menerapkan program literasi pada tahun 2015.

J. Penelitian yang Relevan

Gambar

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah dalam
Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di Kelas Rendah SD Ngoto
Tabel 5. Pedoman Wawancara Siswa dalam Implementasi Program Literasi
Tabel 6. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru dalam Implementasi Program Literasi Sekolah di Kelas Rendah SD Ngoto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati. Jurnal ini

1. Implementasi Program Literasi Sekolah dalam Pembelajaran PAI di MTs Negeri 2 Kulonprogo. Adanya literasi dapat menanamkan siswa untuk gemar membaca, sehingga

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati. Jurnal ini

Jurnal membaca harian membantu peserta didik dan guru untuk memantau jenis dan jumlah buku yang dibaca untuk kegiatan membaca 15 menit, terutama membaca dalam hati. Jurnal ini

Program arisan kata ini selain untuk menumbuhkan budaya membaca dan menulis (literasi) pada guru, juga untuk memberikan contoh pada peserta didik dalam kegiatan

Pada saat pembelajaran jarak jauh Gerakan Literasi Sekolah GLS di SD Negeri 12 Pemecutan dilaksanakan dengan berbagai kegiatan seperti literasi di awal pembelajaran, pelatihan membaca

Anak-anak dan remaja yang aktif membaca dan terlibat dalam aktivitas literasi di pojok baca dapat memiliki peluang lebih baik untuk mencapai prestasi akademis yang lebih tinggi.. Selain

SD Negeri Karangwuni salah satu sekolah yang sudah menerapkan program pembiasaan literasi membaca sejak dulu, akan tetapi kondisi dilapangan terkadang tidak memungkinkan untuk melakukan