• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL : studi deskriptif terhadap masyarakat kabupaten Cianjur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL : studi deskriptif terhadap masyarakat kabupaten Cianjur."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI

PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur)

SKRIPSI

Disusun untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Universitas Pendidikan Indonesia

oleh

Irwan Sofyan

NIM 1102777

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PRILAKU GRATIFIKASI PADA

SEKTOR PELAYANAN SIPIL

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur)

oleh

Irwan Sofyan

1102777

Diajukan untuk memenuhi sebagaian syarat gelar sarjana Pendidikan Sosiologi

©Irwan Sofyan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)

IRWAN SOFYAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PRILAKU GRATIFIKASI PADA

SEKTOR PELAYANAN SIPIL

(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Yadi Ruyadi, M.Si

NIP. 196205161989031002

Pembimbing II

Dr. Encep Syarief Nurdin, M.Pd. M.Si.

NIP. 196106181987031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si, Ph.D

(4)

SKRIPSI INI DIUJI PADA TANGGAL 26 OKTOBER 2015

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS : Ketua : Dekan FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Karim Suryadi., M.Si NIP. 197008141994021001

Sekretaris : Ketua Program studi Pendidikan Sosiologi Dra. Hj. Siti komariah., M.Si., Ph.D NIP. 196804031991032002

Penguji :

Penguji I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M. Si.

NIP. 196203161988031

Penguji II

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP., M.Si.

NIP. 196909291994021

Penguji III

Dr. Elly Malihah, M.Si.

(5)

Sipil (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur)

Pada dasarnya masyarakat sangat mengecam tindakan korupsi, akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat seolah membenarkan perilaku korupsi. Gratifikasi merupakan salah satu perilaku yang masih sering ditemukan dalam masyarakat Cianjur. Adanya kebiasaan masyarakat dalam memberikan uang ucapan terima kasih khususnya setelah pelayanan sipil sesuai dengan aturan perundang-undangan merupakan sebuah indikasi dari perilaku yang koruptif. Dalam penelitian ini memfokuskan pada Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Gratifikasi pada Sektor Pelayanan Sipil (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur). Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terhadap gratifikasi, bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi pada pelayanan sipil serta adakah faktor budaya yang memengaruhi perilaku gratifikasi dalam pelayanan sipil. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif guna memahami pola penyimpangan gratifikasi pada sektor pelayanan sipil yang terbentuk dalam masyarakat serta untuk memahami fenomena sosial mengenai gratifikasi di masyarakat kabupaten Cianjur yang biasa terjadi dewasa ini melalui gambaran yang menyeluruh dan pemahaman yang mendalam. Dalam penelitian mengungkapkan bahwa dilihat dari nilai dan norma sosial memberikan uang ucapan terima kasih merupakan sesuatu yang dianggap baik dan patut dilakukan karena merupakan sebuah bentuk apresiasi terhadap pelayanan yang baik ataupun sebatas memberikan karena merasa simpati terhadap petugas layanan. Masyarakat memersepsikan bahwa dengan memberikan uang ucapan terima kasih pelayanan dirasakan lebih cepat dan baik dibandingkan dengan tidak memberikan, tidak hanya itu apabila tidak memberikan uang ucapan terima kasih masyarakat akan merasa malu karena menganggap bahwa setiap perlakuan harus diberikan timbal balik yang merupakan pertukaran perilaku. Adanya kebiasaan memberikan uang ucapan terima kasih ini merupakan sebuah perilaku yang membudaya di masyarakat Cianjur, perilaku tersebut secara terus menerus tersosialisasikan dalam masyarakat sehingga membentuk pola assosiasi diferensial yang mengungkapkan bahwa perilaku gratifikasi ini terus ada dikarenakan hasil dari proses belajar masyarakat terhadap lingkungannya.

(6)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

Irwan Sofyan: Public Perception on The Behavior of Gratification in The Civil Service (a descriptive study in Cianjur)

Basically, society condemns the act of corruption, but in daily life, society seems to verify corruption as a common thing to do. Gratification is one of behavior that is often found in Cianjur. According to the law, giving a tip to Civil Servant after being served is an indication of corruptive behavior. This study focuses on Public Perception on The Behavior of Gratification in The Civil Service (a descriptive study in Cianjur). The purpose of this study is to find out how the public's understanding about gratification, how public’s perception on gratification in the civil service and is there any cultural factor that persuade people’s behavior to do gratification in the civil service. This study uses the qualitative approach and descriptive method in order to understand the patterns of gratification in the civil service which is formed in society, as well as to understand the social phenomenon of gratification in Cianjur that occur commonly today through overview and depth understanding. The result of this study reveals that based on values and social norms in society giving a tip is something that is considered as a good act because it is a form of appreciation and gratitude for being well served because they feel sympathy for the workers. Public perceive that giving a tip, the service is gong to be fast and better as compared to those who do not give a tip. And if people do not give a tip after being served they will feel embarrassed because it considers that any treatment is an expression of social exchange. Habituation of giving a tip is cultural behavior among society in Cianjur. This kind of activity is continually socialized in society so that it becomes a pattern of differential Association. That reveals this behavior continue up to now due to the outcome of learning a process of society.

(7)

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.3 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.3.1 Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined.

1.3.2 Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined.

1.4 Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.4.1 Secara Teoritis ... Error! Bookmark not defined.

1.4.2 Secara Praktis ... Error! Bookmark not defined.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

2.1 Gratifikasi sebagai Prilaku dari Nilai dan Norma .... Error! Bookmark not

defined.

2.1.1 Gratifikasi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2 Nilai Sosial ... Error! Bookmark not defined.

(8)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

2.2.1 Interaksi Sosial dalam Prilaku Gratifikasi Pelayanan Sipil... Error!

Bookmark not defined.

2.2.2 Sosialisasi dalam Prilaku Gratifikasi Pelayanan Sipil ... Error!

Bookmark not defined.

2.3 Pelayanan Sipil (Civil Service) dalam Kaitannya dengan Gratifikasi Error!

Bookmark not defined.

2.4 Gratifikasi di tinjau dari Teori Penyimpangan Sosial Sosialisasi (Asosiasi Diferensial) ... Error! Bookmark not defined.

2.5 Gratifikasi Ditinjau Dari Teori Pertukaran Prilaku .. Error! Bookmark not

defined.

2.6 Persepsi Masyarakat Tentang Perilaku Gratifikasi .. Error! Bookmark not

defined.

2.6.1 Persepsi Masyarakat ... Error! Bookmark not defined.

2.6.2 Perilaku Gratifikasi ... Error! Bookmark not defined.

2.7 Budaya sebagai Faktor Adanya Gratifikasi Error! Bookmark not defined.

2.8 Penelitian Terdahulu ... Error! Bookmark not defined.

2.7.1 Jurnal Spirit Publik Vol.2 No.2 2006 “Peranan Pemerintah dan

Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik” Priyanto Susiloadi

Error! Bookmark not defined.

2.7.2 Jurnal Spirit Publik Vol.6. No.1 2010 “Akuntabilitas Sosial

Pelayanan Publik Menuju Good Governance” Priyo Sudibyo... Error!

Bookmark not defined.

2.7.3 Jurnal Mimbar Vol.28 No.1 “Pelaksanaan Tugas Kecamatan Guna

(9)

Bambang Wicaksono ... Error! Bookmark not defined.

2.7.5 Jurnal Aliansi Vol.2 No.2 2010 “Menjauhi Budaya Birokrasi

Berwatak Tradisional” Andi Ali Said Akbar ... Error! Bookmark not

defined.

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Partisipan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.3.1 Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.4 Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

3.4.1 Data Reduction (Reduksi Data) ... Error! Bookmark not defined.

3.4.2 Data Display (Penyajian Data) ... Error! Bookmark not defined.

3.4.3 Conclution Drawing Verifircation ... Error! Bookmark not defined.

3.5 Uji Keabsahan Data ... Error! Bookmark not defined.

3.5.1 Perpanjangan Pengamatan ... Error! Bookmark not defined.

3.5.2 Triangulasi... Error! Bookmark not defined.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

4.1 Profil Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Temuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.2.1 Bagaimanakah Pemahaman Masyarakat Mengenai Gratifikasi

(10)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

4.2.3 Adakah Faktor Budaya yang Memengaruhi Perilaku Gratifikasi dalam Pelayanan Sipil (Civil Service) ... Error! Bookmark not defined.

4.3 Pembahasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.3.1 Bagaimanakah Pemahaman Masyarakat Mengenai Gratifikasi

Error! Bookmark not defined.

4.3.2 Bagaimanakah Persepsi Masyarakat Mengenai Perilaku Gratifikasi dalam Pelayanan Sipil (Civil Service) ... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Adakah Faktor Budaya yang Memengaruhi Perilaku Gratifikasi dalam Pelayanan Sipil (Civil Service) ... Error! Bookmark not defined.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark

not defined.

5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

5.2 Implikasi ... Error! Bookmark not defined.

5.2.1 Implikasi bagi Masyarakat ... Error! Bookmark not defined.

5.2.2 Implikasi bagi Pemerintah... Error! Bookmark not defined.

5.3 Rekomendasi ... Error! Bookmark not defined.

5.3.1 Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan ... Error! Bookmark not

defined.

5.3.2 Rekomendasi untuk Masyarakat ... Error! Bookmark not defined.

5.3.3 Rekomendasi untuk Program Studi Pendidikan Sosiologi... Error!

Bookmark not defined.

5.3.4 Rekomendasi untuk Pemerintah dan KPK ... Error! Bookmark not

defined.

DAFTAR PUSTAKA

(11)
(12)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama di dalam sebuah sistem sosial budaya yang di kembangkan oleh masyarakat itu sendiri, di mana budaya yang di ciptakan tersebut berlandaskan atas kebutuhan-kebutuhan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup bersama di dalam sebuah keteraturan dan keseimbangan. Koentjaraningrat (2009,hlm 118) menyebutkan bahwa ”Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Sejalan dengan pendapat tersebut, pembentukan dari sebuah sistem sosial budaya yang dikembangkan masyarakat itu sendiri tidak luput dari naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama dan berinteraksi dengan orang lain (gregariousness). Dengan interaksi tersebut maka sebuah kelompok sosial bisa menjadi suatu masyarakat karena membentuk adat istiadat yang

menjadi sistem sosial budaya yang berlaku di masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri

Masyarakat dalam usaha mencapai kebutuhan tersebut menciptakan sebuah sistem keteraturan untuk mengatur anggota-anggota masyarakat yang terdapat di lingkungan sosial, aturan-aturan tersebut meliputi segala peraturan yang dilarang, diperbolehkan atau diperintahkan. Dengan demikian, munculnya apa yang disebut sebagai nilai sosial (Social value) yang merupakan sebagai kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu hal yang baik buruk, benar salah, patut tidak patut, hina mulia maupun penting tidak penting, dan norma sosial (Social norm) yang didefinisikan sebagai bentuk penjabaran dari nilai-nilai (Setiady dan Kolip 2011,hlm 132-133). Dalam perkembangannya norma sosial yang berlaku di masyarakat diklasifikasikan sebagai berikut;

(13)

2. Norma kesopanan, yaitu ketentuan-ketentuan hidup yang sumbernya adalah pola-pola prilaku sebagai hasil interaksi sosial di dalam kehidupan kelompok.

3. Norma kesusilaan, yaitu ketentuan-ketentuan kehidupan yang berasal dari hati nurani, yang produk dari norma susila ini adalah moral.

4. Norma hukum, yaitu ketentuan-ketentuan hidup yang berlaku dalam kehidupan sosial yang sumbernya adalah undang-undang yang dibuat oleh lembaga formal kenegaraan.

(Setiadi dan Kolip, 2001,hlm 132-133)

Dalam sebuah kehidupan bernegara ataupun di masyarakat modern khususnya di Indonesia, norma hukum merupakan seperangkat aturan yang sangat dipatuhi dan ditegakkan keberadaanya karena berupa aturan yang sifatnya tertulis juga formal, sehingga penyelewengan terhadap norma hukum tentunya akan mendapatkan sanksi-sanksi yang telah tertulis dalam norma hukum. Akan tetapi, tidak sepenuhnya norma hukum yang bersifat formal selalu ditaati oleh masyarakatnya dikarenakan adanya budaya, nilai dan norma yang dianut masyarakat Indonesia terkadang berlainan dengan norma hukum yang ada, faktor kultural dalam masyarakat Indonesia yang kondusif inilah yang mendorong

terjadinya gratifikasi yang lambat laun dapat mengantarkan masyarakat secara laten melakukan tindak korupsi kelak.

Gratifikasi menjadi unsur penting dalam mekanisme pertukaran hadiah, maka dari itu, kondisi ini memunculkan banyak pertanyaan pada penyelenggara negara, pegawai negeri dan masyarakat seperti, apa yang dimaksud dengan

gratifikasi dan apakah gratifikasi sama dengan pemberian hadiah yang umum dilakukan dalam masyarakat ataukah setiap gratifikasi yang diterima oleh penyelenggara negara atau pegawai negeri merupakan perbuatan yang berlawanan dengan hukum. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan permasalahan tersebut terhadap budaya pemberian uang/hadiah sebagai tanda terima kasih (gratifikasi) terhadap pelayanan jasa yang dilakukan oleh aparatur pemerintahan seperti pada saat kita membuat KTP, KK ataupun Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang seharusnya tidak di pungut biaya sepeserpun. Pemberian uang sebagai tanda

terima kasih ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran terhadap norma hukum

(14)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

"Yang dimaksud dengan "gratifikasi" dalam ayat ini adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjawalan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik."

Dari penjelasan undang-undang tersebut bisa kita simpulkan bahwa

pemberian uang sebagai tanda terima kasih ini merupakan salah satu bentuk dari pelanggaran norma hukum yang biasa di sebut dengan gratifikasi, namun keberadaan budaya seperti ini sering kali tidak mendapat perhatian yang lebih sebagai masalah penyimpangan sosial dikarenakan objeknya yang kecil atau sederhana. Padahal seperti kata pepatah “hal yang besar berawal dari sesuatu

yang kecil” yang apabila kita kaitkan dengan penyimpangan sosial korupsi, pada dasarnya masyarakat dari lapisan bawah sendiri sadar ataupun tidak secara afirmatif telah melegalkan korupsi itu sendiri dengan melakukan gratifikasi kepada petugas pelayanan sipil seperti dalam membuat KTP, KK ataupun Surat Keterangan Catatan Kepolisian yang sering kali melakukan gratifikasi baik diminta ataupun tidak oleh petugasnya. “Salah satu kelemahan utama birokrasi publik di dalam menjalankan misi utamanya adalah masih rendahnya akuntabilitas dalam penyelengaraan pelayanan publik” (Sudibyo 2010, hlm 17).

Gratifikasi itu sendiri bisa dikatakan sebagai suap pasif sebagaimana dijelaskan dalam rumusan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Seperti yang dijelaskan oleh KPK bahwasanya tindakan pemberian hadiah/uang sebagai ucapan terimakasih atas jasa yang diberikan oleh instansi pelayanan sipil merupakan salah satu konsep gratifikasi yang dilarang karena pemberian tersebut dapat

(15)

Kasus-kasus seperti gratifikasi seperti ini sering terjadi dan sudah membudaya di masyarakat Indonesia yang notabene secara tidak langsung budaya masyarakat Indonesia sendiri seperti ikut ambil andil dalam terjadinya gratifikasi, karena memang pelanggaran gratifikasi ini secara norma hukum melanggar peraturan yang sudah tertuliskan dalam undang-undang namun tidak apabila berlandaskan norma kesusilaan yang menganggap bahwa itu merupakan sesuatu hal yang biasa saja sebagai pemberian secara sukarela dari hati nurani karena memang ingin memberi, bahkan dalam agama pun anjuran untuk saling memberi hadiah yang bertujuan untuk mempererat hubungan kasih sayang dan menghapus segala jurang pemisah antara pemberi dan penerima hadiah. Akan tetapi, kebiasaan seperti ini di khawatirkan akan menjadi sebuah kebiasaan yang pada sekala yang lebih besar akan menjadi habbit semua masyarakat dan beranggapan bahwasanya pemberian gratifikasi ini sebagai sesuatu yang diharuskan dan menjadi sebuah kebiasaan bersifat negatif dapat berpotensi menjadi perbuatan korupsi di kemudian hari. Seperti yang di ungkapkan oleh Jhon Korassa Sonbai dalam Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri Tni Polri

bahwa budaya kita memberikan andil adanya gratifikasi, berawal dari tanda terimakasih yang salah kaprah dan pada strata kebanyakan hampir seluruh komunitas mempraktekannya (sebagai uang rokok, uang bensin, uang administrasi KTP dsb), oleh karenanya untuk memperbaiki semua itu harus adanya perubahan mental attitude masyarakat.

Praktik gratifikasi yang seperti ini berdampak pada penegak hukum dan masyarakat yang mengidamkan good governance, akan tetapi seperti yang di ungkakan oleh Asrul dalam Skripsinya;

...kendala yang terbesar adalah pada “budaya masyarakat” Indonesia yang masih menjunjung tinggi rasa terima kasih dan balas jasa dengan memberikan “kenikmatan” tertentu, budaya sebagian besar suku di Indonesia adalah dengan saling berbagi rezeki meski dalam jumlah yang sangat kecil... (Asrul, 2014, hlm 96)

Permasalahan di atas merupakan kebiasaan mayoritas penduduk Indonesia saat ini, dalam kasus tersebut kabupaten Cianjur menjadi lokus peneliti untuk

(16)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tersebut bukan hanya terjadi pada sektor pelayanan sipil semata akan tetapi berkembang juga dalam aspek yang lain “...Sebagiandari pelaku bisnis yang menganggap KKN sebagai sesuatu hal yang biasa atau kondisi tersebut dianggap seakan telah membudaya dan hal ini ternyata mendorong berkembangnya KKN dalam praktek bisnis” (Nurdjana, IGM, 2004,hlm 158). Hal tersebut menguatkan bahwasanya korupsi tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adalah ketika kebiasaan gratifikasi ada sektor pelayanan sipil ini yang merupakan potensi tindak pidana korupsi di kemudian hari ini terkadang tidak dilirik oleh pemerintah untuk membenahinya dan merubah

mainset masyarakat mengenai gratifikasi yang salah kaprah tersebut, bahkan

tercatat dalam penelitian terdahulu oleh Sanggara, D.

...pernyataan hakim yang menyatakan bahwa tindak pidana korupsi tidak termasuk kedalam ke dalam kejahatan yang luar biasa seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Korupsi. Merupakan salah satu contoh kurangnya pemahaman hakim terhadap tindak pidana korupsi... (Sanggara, Ditya. 2008,hlm 76)

Pernyataan tersebut sudah mengindikasikan bahwa aparatur negara pun sedikitnya memaklumi akan adanya gratifikasi di dalam sebuah masyarakat, oleh karena kebiasaan-kebiasaan gratifikasi ini sudah mengkristal dalam kehidupan masyarakat yang notabene sudah di ajarkan secara tidak langsung dari generasi ke generasi. Kebiasaan inilah yang akhirnya menjadi sebuah bentuk afirmatif masyarakat dalam melegalkan praktek tindak pidana korupsi kecil-kecilan yang dilakukan secara terus-menerus dan oleh karena itulah masyarakat Indonesia khususnya masyarakat kabupaten Cianjur tidak akan mencapai sebuah tatanan

good governance.

Kebiasaan-kebiasaan itu bukanlah tanpa sebab, karena tingkah laku yang dilakukan oleh setiap individu dan terjadi secara kontinu merupakan hasil dari interaksi yang di lakukan dalam sebuah masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningat,

(17)

kelompok itu. Dengan demikian banyak dari pola tingkah laku manusia yang telah menjadi adat-istiadat itu dijadikan milik dirinya dengan belajar. (Koentjaraningrat, 2009,hlm 111)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan dari gratifikasi ini merupakan sebuah tingkah laku yang efektif dalam menyelesaikan masalah ataupun sebagai sarana mengucapkan terima kasih yang lebih bermanfaat dari pada sekedar ucapan saja, karena itulah prilaku tersebut dikomunikasikan terhadap keturunannya ataupun ke sesama masyarakat yang pada akhirnya tingkah laku tersebut menjadi sebuah kebiasaan masyarakat banyak khususnya dalam penelitian ini masyarakat kabupaten Cianjur. Terciptanya pola tingkah laku seperti ini tentu saja tak terlepas dari interaksi masyarakat di dalamnya karena pembentukan prilaku seorang individu merupakan hasil belajar dari interaksi dan sosialisasi di lingkungan sekitarnya, dengan demikian kebiasaan dari gratifikasi ini terus mengakar selayaknya telah membudaya di masyarakat.

Berdasarkan dari uraian yang dikemukakan peneliti di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti permasalahan gratifikasi tersebut karena merupakan sebuah permasalahan yang kompleks karena adanya timpang tindih antara norma susila

(18)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian peneliti ialah: bagaimana persepsi masyarakat terhadap pemberian gratifikasi terhadap petugas pelayanan sipil? Mengingat luasnya kajian permasalahan pada penelitian ini. Maka peneliti membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan, antara lain:

1. Bagaimanakah pemahaman masyarakat mengenai gratifikasi?

2. Bagaimanakah persepsi masyarakat mengenai perilaku gratifikasi dalam pelayanan sipil (Civil Service)?

3. Adakah faktor-faktor budaya yang memengaruhi perilaku gratifikasi dalam pelayanan sipil (Civil Service)?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian mengenai Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Gratifikasi pada Pelayanan Sipil (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur) adalah sebagai berikut;

1.3.1 Tujuan Umum

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan umum tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa tujuan khusus yaitu sebagai berikut:

a. Mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat mengenai gratifikasi

b. Mendeskripsikan bagaimana persepsi masyarakat mengenai perilaku gratifikasi dalam pelayanan sipil

c. Mendeskripsikan adakah faktor-faktor budaya yang memengaruhi perilaku gratifikasi dalam pelayanan sipil

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengetahui, memahami dan menambah wawasan disiplin ilmu sosiologi dan disiplin-disiplin ilmu yang terkait lainnya khususnya mengenai nilai dan norma, interaksi, dan penyimpangan sosial. Sehingga disiplin-disiplin ilmu tersebut khususnya sosiologi dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2 Secara Praktis

Manfaat dari segi Praktis penelitian ini berguna sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai sinkronisasi antara teori yang diperoleh dengan aplikasinya dalam masyarakat. Menambah khasanah pengetahuan pengalaman penelitian khususnya fenomena yang terjadi di masyarakat.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini berguna sebagai informasi adanya fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai mengapa gratifikasi terjadi di masyarakat serta baik buruknya melakukan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk melakukan gratifikasi ataupun tidak.

(20)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsiini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang mendukung penelitian penulis.

BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan metodologi penelitian, teknik pengumpulan data, serta tahapan

penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap prilaku gratifikasi pada sektor pelayanan sipil.

BAB IV : Analisis hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data tentang bagaimana persepsi masyarakat terhadap prilaku gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, bagaimana pemahaman masyarakat mengenai gratifikasi itu sendiri, dan adakah pengaruh budaya yang diturunkan masyarakat mengenai pola prilaku gratifikasi dalam kehidupan sehari-hari dengan objek penelitian masyarakat di kabupaten Cianjur.

(21)

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan pertama, dengan pendekatan kualitatif penelitian ini bertujuan memahami pola penyimpangan sosial gratifikasi pada sektor pelayanan sipil di masyarakat kabupaten Cianjur yang terbentuk dalam masyarakat. Yang kedua, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial mengenai permasalahan budaya gratifikasi di masyarakat kabupaten Cianjur yang biasa terjadi dewasa ini melalui gambaran yang menyeluruh dan pemahaman yang mendalam. Penelitian kualitatif merupakan “metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan” (Creswell, 2012 hlm.4). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti dapat lebih mengeksplorasi dan memahami makna dari budaya gratifikasi yang pada dasarnya prilaku tersebut merupakan

penyimpangan dari norma hukum yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu tidak hanya memandang budaya gratifikasi sebagai fenomena penyimpangan sosial dan

melihatnya dari sudut panda etik tetapi memahami fenomena tersebut sebagai suatu prilaku yang sudah menjadi habbit (kebiasaan) ataupun budaya dari serangkaian proses fenomena atau gejala sosial lainnya dari sudut pandang emik. Dalam metodologi penelitian kualitatif Moleong (2007, hlm.6) menyatakan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(22)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

manusia tidak hanya bisa diukur dengan perhitungan statistik tetapi jauh dari itu setiap perilaku manusia memiliki makna dan faktor yang melatarbelakanginya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Kualitatif. Menurut Sugiyono (2014, hlm.35) metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menggabungkan antara variable satu dengan yang lain. Adapun menurut Bungin (2012, hlm.68) penelitian menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk:

Mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu positivisme), serta juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.

Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang menguraikan dan mengupas masalah-masalah yang diteliti secara analitis sampai rinci guna mendapatkan sebuah pemahaman dan

makna terhadap suatu fenomena sosial yang terjadi yang bersifat emik. Peneliti berupaya agar penelitian mengenai kebiasaan gratifikasi masyarakat dapat diuraikan secara mendalam dan mengetahui makna dari sebuah kebiasaan tersebut, serta menjelaskan pola terbentuknya kebiasaan gratifikasi di dalam suatu masyarakat bisa terjadi yang dikaji melalui fakta-fakta berdasarkan analisis yang kritis. Sehingga nantinya peneliti berusaha untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan dari data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan.

(23)

Desain penelitian yang digunakan dalam meneliti Persepsi Masyarakat Terhadap Prilaku Gratifikasi dalam Sektor Pelayanan Sipil menggunakan desain studi kasus. Bungin (2012, hlm.132) mendeskripsikan studi kasus sebagai “studi yang mendalam hanya pada satu kelompok orang atau peristiwa.” Penelitian ini memfokuskan pada peristiwa prilaku gratifikasi dalam sektor pelayanan sipil sehingga dapat diteliti menggunakan studi kasus. Ada tiga langkah dasar dalam menggunakan studi kasus menurut Bungin (2012, hlm.132) “pengumpulan data, analisis dan menulis”. Kasus yang dimaksudkan dalam studi kasus harus memiliki informasi yang cukup di dalamnya, di mana peneliti dapat memahami apa masalahnya dan memungkinkan dikembangkan suatu kerangka analisis untuk memecahkanya.

Penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Prilaku Gratifikasi dalam Sektor Pelayanan Sipil menempatkan peneliti tidak hanya meneliti kasus yang menghasilkan suatu laporan penelitian karena sebuah kasus yang baik adalah lebih dari sekedar deskripsi. sehingga peneliti juga harus mampu memahami

berbagai permasalahan prilaku gratifikasi dalam sektor pelayanan sipil.

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian

3.2.1 Partisipan Penelitian

Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian yang tidak menggunakan istilah populasi, tetapi menurut Spradley (Sugiono, 2014, hlm.49) dinamakan “Social Situation” atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Menggunakan situasi sosial, peneliti menggali informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dalam penelitian melalui situasi sosial dengan menggunakan pengamatan secara mendalam terhadap ketiga elemen tersebut yang meliputi aktivitas (activity) orang-orang (actor) yang berada pada suatu tempat (place).

(24)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian adalah pihak-pihak yang dipilih berdasarkan atas pertimbangan kebutuhan penelitian. Berperan sebagai subjek penelitian yang representatif, memiliki kualitas dan ketepatan yang sesuai dengan karakteristik masalah penelitian serta metode penelitian yang digunakan.

Penentuan partisipan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan tujuan tertentu secara purposive sampling. Bungin (2011, hlm.107) mengemukakan bahwa:

Purposive sampling adalah salah satu strategi menentukan informan yang

paling umum didalam penelitian kualitatif, yaitu menentukan kelompok peserta yang menjadi infroman sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu. Contoh dari penggunaan prosedur purposif ini adalah antara lain dengan key person.

Sugiyono (2014, hlm.53) mengungkapkan “purposive sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa subjek dalam penelitian dipilih secara selektif dalam masyarakat dengan pertimbangan bahwa subjek penelitian tersebut dapat menginterpretasikan, memberikan informasi yang relevan untuk mendapatkan data permasalahan yang dikaji peneliti yaitu mengenai persepsi masyarakat terhadap gratifikasi pada sektor pelayanan sipil di kabupaten Cianjur.

Partisipan/subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang secara langsung melakukan tindakan prilaku gratifikasi pada pelayanan sipil di kabupaten Cianjur, petugas pelayanan sipil yang ada di kabupaten Cianjur, tokoh masyarakat, lembaga kemasyarakatan ataupun budayawan Cianjur serta pihak-pihak yang terkait lainnya. Mereka dipilih karena di nilai memahami dan mengerti makna dari prilaku gratifikasi yang sering terjadi di kabupaten Cianjur, dan mereka adalah orang yang terlibat dalam kegiatan yang di teliti serta mempunyai waktu untuk diteliti. Tetapi sampel dapat berubah sewaktu-waktu di lapangan tergantung data sudah mencukupi atau tidak sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Selain purposive samping, peneliti juga menggunakan snowball sampling

(25)

sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar”. Hal ini dilakukan apabila karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat menjadi sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar dan menghasilkan data yang lebih valid dan reliabel.

Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah ampai titik jenuh seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2014, hlm.57) menjelaskan bahwa “penambahan sampel itu dihentikan, manakala datanya sudah jenuh. Dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru tidak memberikan data yang baru lagi”. Oleh karena itu yang menjadi pusat perhatian dalam pengumpulan data bagi peneliti kualitatif adalah tuntasnya Perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data.

Bagan 3.1 Proses pengambilan sumber data dengan teknik purposive,

snowball

Sumber: Sugiyono(2014, hlm.56)

Sama halnya seperti Sugiyono, Nasution (2003, hlm.32) menjelaskan bahwa “Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy

ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti”. Oleh karena itu, dari uraian pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengumpulan data berdasarkan kebutuhan infromasi yang dihasilkan. Perolehan data yang diperoleh dari responden didasarkan pada tingkat kejenuhan data dan informasi yang diterima.

I G

B

J

A D E H

(26)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dan subjek penelitian merupakan satu kesatuan yang sudah di tentukan sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (dalam Creswell, 2012, hlm.267), yaitu;

Pembahasan mengenai para partisipan dan lokasi penelitian dapat mencakup empat aspek, yaitu setting (lokasi penelitian), aktor (siapa yang akan diobservasi atau diwawancarai), peristiwa (kejadian apa saja yang dirasakan oleh aktor yang dijadikan topik wawancara dan observasi), dan proses (sifat peristiwa yang dirasakan oleh aktor dalam setting penelitian).

Gagasan dibalik penelitian kualitatif adalah memilih dengan sengaja dan

penuh perencanaan para partisipan dan lokasi (dokumen-dokumen atau materi visual) penelitian yang dapat membantu peneliti memahami masalah yang diteliti

(Creswell, 2012, hlm.266). Penelitian tentang Persepsi Masyarakat Terhadap Gratifikasi pada Sektor Pelayanan Sipil akan dilakukan di daerah kabupaten Cianjur, dengan pertimbangan bahwa kabupaten Cianjur merupakan daerah yang masih kental akan tradisi dalam masyarakatnya, dalam studi pendahuluan yang dilakukan peneliti juga menemukan temuan yang ternyata masih banyak masyarakat yang masih melakukan gratifikasi terhadap pelayanan sipil, dimungkinkan permasalahan ini dikarenakan konstruksi masyarakatnya sendiri yang membenarkan dan membiarkan kebiasaan gratifikasi pada kehidupan sehari-hari sehingga terbawa kepada gratifikasi pelayanan sipil, padahal gratifikasi pada pelayanan sipil sendiri sudah melanggar peraturan yang berlaku serta menyalahi kode etik kepegawaian.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Instrumen Penelitian

(27)

penelitian yang dilakukan, bukan orang lain atau asisten peneliti”. Pendapat tersebut sejalan dengan Nasution (dalam Sugiono 2005, hlm.60) bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian kualitatif yang memiliki permasalahan belum jelas dan pasti di awal penelitian, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen akan bergeser ketika masalah yang diteliti semakin jelas. Pemaparan di atas juga di perjelas oleh Sugiono (2005, hlm.59) “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti”.

Peneliti sebagai human instrument, dalam penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap gratifikasi dalam pelayanan sipil berfungsi untuk; Pertama,

menetapkan fokus penelitian, dalam hal ini memfokuskan penelitian terhadap persepsi masyarakat terhadap prilaku gratifikasi pada sektor pelayanan sipil di kabupaten Cianjur. Kedua, memilih informan sebagai sumber data yang sudah di jelaskan sebelumnya. Ketiga, melakukan pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang di angkat dalam rumusan masalah. Keempat, analisis data dan menafsirkan data dan yang terakhir adalah membuat kesimpulan atas temuannya.

Peneliti sebagai human instrument atau peneliti sendiri sebagai pengumpul utama data penelitian, dinyatakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2014, hlm.61) mengenai alasan-alasan mengapa peneliti sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

(28)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia itu sendiri.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya, berdasarkan pengetahuan kita.

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan.

6. Hanya manusia sebagai instrument dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, atau perbaikan.

7. Kemungkinan jawaban yang tidak lazim atau aneh dapat diselidiki lebih jauh oleh instrumen manusia, bukan hanya untuk validitasnya akan tetapi terlebih penting untuk mencapai tingkat pengertian yang lebih tinggi daripada yang mungkin dilakukan oleh alat yang bukan manusia.

Peneliti kualitatif tetap berpegan teguh pada ketentuan metodologis yang benar serta selalu melakukan evaluasi jalannya penelitian. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan bahwa penelitian kualitatif harus mampu bermain peran serta mampu memainkan seluruh peran tersebut agar terbentuk hubungan yang harmonis dengan subjek penelitian.

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap subjek penelitian di mana prilaku gratifikasi pada sektor pelayanan sipil ini sering dilakukan. Untuk mempermudah kegiatan observasi, maka peneliti terlebih dahulu membuat pedoman observasi sebagai acuan yang akan memberikan petunjuk tentang apa yang menjadi objek pengamatan peneliti selama di lapangan.

(29)

masyarakat dalam pelayanan sipil. Pengamatan secara langsung ini peneliti diharuskan mencatat/merekam baik secara terstruktur maupun semistruktur aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti.

Pengumpulan data dengan cara observasi ini menurut Creswell (2012, hlm.267) para peneliti kualitatif juga terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non-partisipan hingga partisipan utuh. Berdasarkan penjelasan tersebut maka posisi peneliti dalam observasi ini bersifat fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan pengambilan data yang dibutuhkan. Segala hal yang di dengar, dilihat dan dirasakan peneliti selama proses observasi berlangsung yang dianggap berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu usaha yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi dari pengalaman, pendapat serta pengetahuan subjek penelitian yang berkaitan dengan masalah penelitian. Bungin (2011, hlm.111) menyebutkan bahwa;

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

(30)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan mengenai makna subjektif individu terhadap fokus penelitian akan di dapatkan melalui teknik wawancara. Teknik wawancara juga memberikan ruang bagi peneliti untuk dapat mengeksplorasi isu penelitian yang tidak dapat dilakukan melalui teknik lain.

Pengumpulan informasi dengan teknik wawancara dalam penelitian pada dasarnya saling menguatkan satu sama lain dengan teknik observasi. Kedua teknik ini memberi ruang tersendiri kepada peneliti dengan subjek penelitian. Pangamatan peneliti yang didapat dari teknik observasi dapat dikaji lebih dalam lagi melalui teknik wawancara. Peneliti dapat menanyakan situasi sosial yang didapat melalui wawancara dengan subjek penelitian. Begitupun sebaliknya hasil wawancara dapat dibuktikan kebenarannya melalui teknik observasi, apakah hasil wawancara yang didapat sesuai dengan situasi sosial yang diamati atau tidak. Teknik wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti memberi penguatan dalam penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Gratifikasi dalam Sektor Pelayanan Sipil.

3) Studi Dokumentasi

Metode dokumenter merupakan salah satu cara pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Selain sumber manusia (human resources) melalui observasi dan wawancara sumber lainnya sebagai pendukung yaitu dokumen-dokumen tertulis yang resmi ataupun tidak resmi. Creswell (2012, hlm.267) mengungkapkan “dokumen-dokumen kualitatif ini bisa berupa dokumen publik seperti koran, makalah, laporan kantor ataupun dokumen privat seperti buku harian, diary, surat, email”.

(31)
[image:31.595.114.515.447.643.2]

Studi dokumentasi akan memberi gambaran khususnya pada peneliti dan umumnya bagi pembaca. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti selama penelitian juga akan lebih dapat dimengerti dan dipahami ketika terdapat gambar-gambar atau video-video pendukung. Studi dokumentasi bukan hanya berperan sebagai referensi lanjutan bagi peneliti, tetapi dengan studi dokumentasi yang dilakukan peneliti.

3.4 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus-menerus (continue) dimulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Peneliti menggunakan analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2014, hlm.91) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”. Adapun aktivitas dalam analisis data kualitatif meliputi data reduction, data display dan conclusion drawing/Verification. Langkah-langkah analisis data ditunjukan pada bagan 3.2

berikut.

Bagan 3.2 Komponen Analisis Data (Interactive Model)

Sumber: Sugiyono (2014, hlm.92)

Data Collection

Data reduction

Conclution: drawing/verifrying

(32)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari penelitian di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Sugiyono (2014, hlm.92) “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema polanya”. Maka dari pada itu reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti, reduksi data bertujuan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti.

Langkah yang dilakukan dalam reduksi data ini yaitu pengorganisasian data, penulis melihat kembali pada pedoman wawancara, fokus pada pertanyaan penelitian yang coba dijawab oleh penulis yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap prilaku gratifikasi dalam pelayanan sipil. Data yang telah

direduksi ini akan memberikan gambaran jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.

3.4.2 Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data (data display) adalah sekumpulan informasi yang tersusun secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya dan menyajikan data untuk memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Sugiyono (2012, hlm.95) menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang sudah dipahami tersebut.

(33)

dengan data hasil penelitian yang diperoleh. Langkah yang dilakukan dalam penyajian data ini yaitu hasil dari observasi dan wawancara melalui tahapan reduksi data dan dipindahkan dalam suatu bagan ataupun berupa uraian singkat hasil observasi dan wawancara agar seluruh informasi dapat dipahami dengan seksama.

3.4.3 Conclution Drawing Verifircation

Tahapan terakhir dari analisis data adalah Conclution Drawing

Verification. Conclusion drawing verification merupakan upaya untuk mencari

arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Sugiyono (2014, hlm.99) menjelaskan bahwa:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah tentang “Persepsi Masyarakat Terhadap Prilaku Gratifikasi Pada Sektor Pelayanan Sipil di kabupaten Cianjur” dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Langkah yang dilakukan yaitu dengan menyimpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara setelah seluruh informasi yang didapatkan diidentifikasi dan dipindahkan ke dalam bagan hasil observasi dan wawancara.

Tujuan dari kesimpulan dan verifikasi adalah untuk mendapatkan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotetis atau teori.

Langkah yang ketiga ini peneliti lakukan di lapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Agar mencapai suatu kesimpulan yang baik, kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, supaya hasil penelitiannya jelas dan dapat dirumuskan

(34)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5 Uji Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data (validitas data), dibutuhkan agar data yang diperoleh memenuhi kriteria kredibilitas data. Penelitian mengenai Perpepsi

Masyarakat Terhadap Perilaku Gratifikasi Pada Sektor Pelayanan Sipil

merupakan penelitian yang menggunakan deskripsi kualitatif, oleh karena itu keabsahan data akan diuji melalui cara-cara yang dilakukan dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut.

3.5.1 Perpanjangan Pengamatan

Proses ini ditujukan untuk memperdalam pemahaman peneliti terhadap fenomena yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail tentang lokasi dan orang-orang yang ikut membangun kredibilitas hasil penelitian. Upaya yang dilakukan peneliti untuk memperpanjang waktu pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh data dari informan yang betul-betul merupakan data yang sebenarnya dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan pengamatan pada kondisi yang wajar dengan mencari waktu penelitian yang tepat untuk mengamati

subjek penelitian. Melalui cara ini, peneliti dapat melakukan pengamatan yang cermat dan terus menerus sehingga mampu menyajikan deskripsi yang cermat dan

terperinci mengenai objek yang diteliti.

3.5.2 Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara memeriksa bukti-bukti dan informasi yang berasal dari sumber data. Sugiyono (2012, hlm.83) menyebutkan bahwa:

Triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

(35)

adalah bagan yang menggambarkan skema dari triangulasi yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:

Bagan 3.3 Triangulasi Sumber Data

Sumber: Sugiyono (2014, hlm.127)

Bagan 3.3 menunjukan proses triangulasi data yang didasarkan pada sumber data, yaitu keabsahan data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari informan seperti yang sudah di tunjukan dalam bagan yaitu pada masyarakat yang melakukan prilaku gratifikasi, petugas pelayanan sipil juga pada tokoh masyarakat/ lembaga yang terkait dengan permasalahan yang diangkat oleh

peneliti. Dari ketiga data tersebut hasilnya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda dan mana spesifik dari tiga sumber

data tersebut. Data yang telah dianalisis tersebut akan menghasilkan kesimpulan.

Bagan 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Sumber: Sugiyono (2014, hlm.127)

Gambar 3.4 menunjukkan proses triangulasi data yang didasarkan pada teknik pengambilan data, triangulasi ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Petugas pelayanan publik Tokoh masyarakat/

lembaga

Masyarakat

Wawancara Observasi

[image:35.595.120.504.527.661.2]
(36)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

109

Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, yang dalam pembahasannya juga memberikan gambaran perilaku gratifikasi ini dari berbagai sudut pandang dimulai dengan pemahaman masyarakat terhadap gratifikasi itu sendiri, persepsi masyarakat akan perilaku gratifikasi pada pelayanan sipil yang juga di tinjau dari teori pertukaran perilaku, serta adakah faktor budaya yang memengaruhi perilaku gratifikasi pada pelayanan sipil yang disertakan dengan perilaku gratifikasi pada pelayanan sipil yang ditinjau dari teori asosiasi diferensial. Berikut ini peneliti menyimpulkan dan memberikan rekomendasi kepada pihak terkait, yakni:

5.1 Simpulan

Berdasarkan temuan, hasil dan analisis penelitian yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada bab I yaitu:

(37)

dan sebagi bentuk apresiasi karena sudah di layani dengan baik. Padahal menurut KPK memberikan uang ucapan terima kasih walaupun memberikannya secara sukarela dan tulus hati kepada petugas layanan, tetapi pemberian tersebut dapat dikategorikan sebagai pemberian yang berhubungan dengan jabatan dan berkaitan dengan kewajiban penyelenggara negara/pegawai negeri.

2. Masyarakat memersepsikan bahwa memberikan uang ucapan terima kasih merupakan hal yang baik, karena dilihat dari nilai dan norma sosial memberikan uang ucapan terima kasih merupakan perbuatan yang tidak berdampak negatif dan merugikan. Selain itu juga adanya persepsi bahwa dengan memberikan uang ucapan terima kasih akan membuat pelayanan berjalan dengan lancar dan lebih baik, sehingga persepsi tersebut mendasari perilaku gratifikasi pada pelayanan sipil. Begitu juga dengan petugas layanan sipil yang menerima pemberian uang ucapan terima kasih dari masyarakat, mereka memersepsikan bahwa menerima uang tersebut tidaklah melanggar nilai ataupun norma sosial yang berlaku di masyarakat. Perilaku memberikan

uang ucapan terima kasih juga merupakan pertukaran perilaku yang dilakukan di antara masyarakat dengan petugas pelayanan sipil yang di dasari persepsi masyarakat yang seolah mengharuskan memberikan uang ucapan terima kasih tersebut, sehingga masyarakat yang telah dilayani memberikan uang ucapan terima kasih sebagai tanda telah di layani dengan baik.

(38)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terinternalisasi karena mendukungnya lingkungan masyarakat untuk berperilaku seperti memberikan uang ucapan terima kasih dalam kehidupan masyarakat sesuai dengan pembahasan teori asosiasi diferensial. Sehingga perilaku memberikan uang ucapan terima kasih ini masih ada di masyarakat terhadap petugas pelayanan sipil.

5.2 Implikasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul “Persepsi Masyarakat terhadap Perilaku Gratifikasi pada Sektor Pelayanan Sipil (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur)”. Penelitian memberikan implikasi sebagai berikut:

5.2.1 Implikasi bagi Masyarakat

Masyarakat awam memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai peraturan hukum (rule of law) yang membatasi setiap perilaku dalam kehidupan sehari-hari, dalam penelitian ini dikhususkan mengenai perilaku gratifikasi pada pelayanan sipil atau lebih sering di istilahkan dengan uang ucapan terima kasih. Penelitian ini mengungkapkan bahwa masyarakat tidak memahami dan

(39)

5.2.2 Implikasi bagi Pemerintah

Penyelenggara pemerintahan khususnya dalam pelayanan sipil yang merupakan pegawai pemerintahan sendiri tidak memahami peraturan mengenai gratifikasi. Hal ini mengindikasikan tidak efektifnya sosialisasi mengenai peraturan hukum yang mengatur pelayanan publik ke dalam setiap pegawai pemerintahan yang dalam penelitian ini merupakan pelayanan sipil. Sesuai dengan peraturan yang telah diatur dalam dalam undang-undang Pasal 12B Ayat (1) UU No.31 Tahun 1999 juncto UU No.20 Tahun 2001 tentang Gratifikasi, serta UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang menjelaskan bahwa memberikan uang ucapan terima kasih (gratifikasi) dapat digolongkan sebagai suap pasif atau dapat dikategorikan sebagai pemberian yang berhubungan dengan jabatan dan berkaitan dengan kewajiban penyelenggara negara/pegawai negeri. Karena sebenarnya petugas pelayanan sipil sudah selayaknya memberikan layanan yang baik kepada masyarakat.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan judul “Persepsi

Masyarakat terhadap Perilaku Gratifikasi pada Sektor Pelayanan Sipil (Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Kabupaten Cianjur)”. Peneliti memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

5.3.1 Rekomendasi untuk Penelitian Lanjutan

(40)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karena banyaknya persepsi masyarakat yang beranggapan negatif mengenai kualitas pelayanan publik di Kabupaten Cianjur.

5.3.2 Rekomendasi untuk Masyarakat

Rekomendasi ditujukan kepada masyarakat terkait dengan memberikan uang ucapan terima kasih kepada pelayanan sipil merupakan salah satu perbuatan yang melanggar aturan hukum dan dapat dikategorikan sebagai pemberian yang berhubungan dengan jabatan dan berkaitan dengan kewajiban penyelenggara negara/pegawai negeri. Walaupun memberikan uang tersebut dengan sukarela serta tulus hati namun tetap saja hal tersebut tidak seharusnya dilakukan, karena pada dasarnya petugas pelayanan sipil memang seharusnya memberikan pelayanan yang baik dan tidak membeda-bedakan. Tidak dianjurkannya memberikan uang ucapan terima kasih kepada pelayanan sipil ataupun publik juga untuk melindungi masyarakat dari berbagai penyalahgunaan wewenang petugas

pelayanan serta agar tidak memicu lahirnya budaya “mensyaratkan” adanya

pemberian dalam setiap pelayanan sipil maupun publik.

5.3.3 Rekomendasi untuk Program Studi Pendidikan Sosiologi

(41)

5.3.4 Rekomendasi untuk Pemerintah dan KPK

Rekomendasi ditujukan kepada pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan gratifikasi pada pelayanan sipil di kabupaten Cianjur. Banyaknya masyarakat yang kurang mengetahui dan memahami gratifikasi juga mengenai peraturan yang berlaku mengenai gratifikasi, bahkan dari petugas pelayanan sipil sendiri tidak memahami dan mengetahui peraturan mengenai gratifikasi. Ini merupakan sebuah indikator tidak menyeluruhnya sosialisasi mengenai peraturan gratifikasi tersebut ke dalam setiap elemen pemerintahan juga masyarakat. Hal tersebut mengejutkan karena sebagai penyelenggara pelayanan sipil tidak mengetahui hukum mengenai gratifikasi, oleh karena itu harus adanya sosialisasi ulang yang tepat sasaran dan

menyeluruh agar perilaku gratifikasi dalam bentuk memberikan “uang ucapan

(42)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anwar, Y. & Adang. (2010). Kriminologi. Bandung: PT Rafika Aditama.

Baron, Robert A. (2003). Social Psychology; Psikologi Sosial, Terjemahan Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga

Bungin, B. (2010). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Creswell, John W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed. Terjemahan: Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Erlbaum, Lawrence. (1987). Psychology. New Jersey: Hillsdale.

Ghufron, M. Nur. (2011). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Herabudin. (2015). Pengantar Sosiologi. Bandung: Pustaka Setia

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Herimanto. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Horton, P.B. & Hunt, C.L. (1984). Sosiologi, Terjemahan Ram. Jakarta: Erlanga.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kusuma, Wijaja. (1999). Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara.

Moleong, J.X. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muin, I. (2013). Sosiologi untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Erlangga.

Narwoko, J. D. (2010). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.

(43)

Notowidagdo, Rohiman H. (2002). Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran

dan Hadist. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Polloma, M.M. (2002). Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali.

Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Reber, Arthur S. (2010). The Penguin Dictionary of Psychology, Terjemahan Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, G. & Douglas J.G, (2004). Teori Sosiologi Modern, Terjemahan Alimandan. Jakarta: Kencana.

Ritzer. G. (2012). Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Terakhir Postmodern, Terjemahan Pasaribu. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rivai, Veithzal. (2009). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Press.

Saebani, Beni Ahmad. (2007). Sosiologi Agama; Kajian Tentang Perilaku

Institusional dalam Beragama Anggota Persis dan Nahdlatul Ulama.

Bandung: Refika Aditama.

Saleh, Abdul. (2009). Psikologi; Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana.

Santoso, T. & Zulfa, E.A. (2008). Kriminologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

(44)

Irwan Sofyan, 2015

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU GRATIFIKASI PADA SEKTOR PELAYANAN SIPIL Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jakarta: Prenatal Media Group.

Sirajudin. (2011). Hukum Pelayanan Publik; Berbasis Partisipasi dan

keterbukaan informasi. Malang: setara Press.

Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak; Peran Moral Intelektual,

Emosional dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soekanto, S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiharto, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Sumaryadi, N. (2010). Sosiologi Pemerintahan dari Perspektif Pelayanan,

Pemberdayaan, Interaksi, dan Sistem Kepemimpinan Pemerintahan

Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Sujarwa. (2011). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suseno. F, Magnis. 1994. Etika Politik. Prinsip prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

(45)

Nurulita, Jakarta: Gema Insani Press.

Thoha, Miftah. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Grafindo Persada

Waidi. (2006). The Art of Re-engineering Your Mind for Success. Jakarta: Gramedia

<

Gambar

gambar-gambar atau video-video pendukung. Studi dokumentasi bukan hanya
Gambar 3.4 menunjukkan proses triangulasi data yang didasarkan pada

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau

a. Metode wawancara mendalam, yang secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

Wawancara adalah sebuah proses untuk memperoleh keterangan dalam penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan informa atau orang

Wawancara mendalam ( in-depth interview ) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan yang diwawancarai

Pengertian wawancara-mendalam (In-depth Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara