• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN : Studi Deskriptif Analitis Pada Masyarakat Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN : Studi Deskriptif Analitis Pada Masyarakat Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN

(Studi Deskriptif Analitik Pada Masyarakat Talang Mamak Kec. Rakit Kulim Kab. Indragiri Hulu Provinsi Riau)

TESIS

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

ADE VERAWATI NIM.1302622

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN

KEWARGANEGARAAN

(

Studi Deskriptif Analitik Pada Masyarakat Suku Talang Mamak Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau)

Oleh Ade Verawati

S.Pd Universitas Riau, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

© Ade Verawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Ade Verawati (1302622). Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan. (Studi Deskriptif Analitis Pada

Masyarakat Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dampak globalisasi sehingga terjadinya degradasi kebudayaan dan kearifan lokal, rendahnya kesadaran dalam pelestarian kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat suku talang Mamak. Penelitian bertujuan mendeskripsikan budaya dalam bagian keterampilan kewarganegaraan, prilaku yang mencerminkan

keterampilan kewarganegaraan, pengembangan keterampilan kewarganegaraan dan kendala dan upaya dalam pelestarian. Sehingga perlu mengkaji tentang nilai-nilai kearifan lokal sebagai keterampilan kewarganegaraan pada budaya suku Talang Mamak. Subjek

penelitian meliputi batin, tokoh pemuda, pemerintah. Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, disiplay data dan verifikasi. Hasil temuan dalam penelitian ini bahwa Suku Talang Mamak memiliki kearifan lokal yang mencerminkan prilaku keterampilan kewarganegaraan, yang tercermin dalam nilai-nilai kearifan lokal kemantan, tambat, beranggul, pengambilan madu sialang, pengelolaan lubuk larangan, menghimbau petala guru, menjulung tanah yang dalam hal ini terdapat nilai cinta tanah air, nilai kesetaraan, kepedulian, tanggungjawab, nilai kemandirian dan kearifan lokal suku talang mamak dalam mengembangkan keterampilan kewarganegaraan. Pengembangan keterampilan kewarganegaraan dilakukan dengan cara melaksanakan upacara-upacara adat, menanamkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal, dan mengikuti acara-acara kebudayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. Kendala yang terdapat dalam pelestarian kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat suku Talang Mamak yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor kepercayaan diri, dan faktor transportasi. Talang Mamak memiliki sebuah nilai-nilai kearifan lokal yang berpotensi dalam mengembangkan keterampilan kewarganegaraan. Rekomendasi ditujukan kepada masyarakat, pemerintah agar melestarikan dan menjaga kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat suku Talang Mamak.

(6)

ABSTRACT

Ade Verawati (1302622). Implementation Wisdom Values of Local Civic Skills In Cultures of Talang Mamak Ethnicity. (Describtive Analitic Study of the District Rakit Kulim’s People, Indragiri Hulu Regency, Riau Province)

This research was motivated by the negative impact of globalization so that the degradation of culture and local wisdom, lack of awareness in the preservation of the culture and values of indigenous communities Talang Mamak people. This research aims to describe the culture in this part of civic skills, behaviors that reflect civic skills, civic skills development and constraints and efforts in conservation. So the need to assess the values of local wisdom as civic skills in Talang Mamak tribe culture. Research subjects include batin, youth leaders, government. This research a qualitative approach with descriptive analytic method. Data collection technique used observation, interview, documentation, and triangulation. Data were analyzed using data reduction, disiplay data and verification. The result of this study were Talang Mamak tribe have local knowledge that reflects the skills of citizenship behavior, which is reflected in the values of local wisdom kemantan, tambat, beranggul, pengambilan madu sialang, pengelolaan lubuk larangan, menghimbau petala guru, menjulung tanah in this case there is the value of patriotism, the value of equality, caring, responsibility, self-reliance and local wisdom values Talang Mamak tribe in developing civic skills. Civic skills development is done by carrying out traditional ceremonies, instilling the values of culture and local wisdom, and follow the cultural events organized by the government and society. Constraints contained in the preservation of the culture and values of local wisdom in society Talang Mamak tribe that economic factors, educational factors, factors of confidence, and transportation factors. Talang Mamak has a local wisdom values that have the potential to develop civic skills. Recommendations addressed to the public, the government in order to preserve and maintain the culture and values of local wisdom contained in Talang Mamak tribe community.

(7)

DAFTAR ISI

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 11

1.3 Tujuan Penenlitian ... 12

1.3.1 Tujuan Umum ... 12

1.3.2 Tujuan Khusus ... 12

1.4 Manfaat / Signifikansi Penelitian ... 12

1.5Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15

2.1Kearifan Lokal ... 15

2.1.1Pengertian Kearifan Lokal ... 15

2.2Kebudayaan Suku Talang Mamak ... 24

2.2.1Pengertian Kebudayaan ... 24

2.2.2Suku Talang Mamak ... 29

2.2.3Kebudayaan Suku Talang Mamak ... 31

2.3Kompetensi Kewarganegaraan (Civic Competence) ... 34

2.4Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 39

2.4.1Pengertian Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 39

2.4.2Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 44

2.5Penelitian Terdahulu ... 47

2.6Paradigma Penelitian ... 57

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

3.1Desain Penenlitian ... 58

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 58

3.1.2 Metode Penelitian ... 61

3.2Partisipan dan Tempat Penelitian ... 63

3.2.1 Partisipan penelitian ... 63

3.2.2 Tempat Penelitian ... 63

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 63

3.3.1 Observasi ... 64

3.3.2Wawancara ... 66

(8)

3.3.4Triangulasi ... 67

3.4Tehnik Analisis Data ... 69

3.4.1Reduksi Data ... 69

3.4.2Display Data ... 70

3.4.3Kesimpulan dan Verifikasi ... 71

3.4.4Triangulasi ... 74

3.4.5Member Checking ... 74

3.4.6Expert Opinion ... 75

3.5 Isu Etik ... 75

3.6 Tahap-tahap Penelitian ... 75

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 77

4.1Temuan ... 77

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 77

4.1.1.1 Keadaan Geografis ... 77

4.1.1.2 Sejarah Suku Talang Mamak ... 78

4.1.1.3 Tingkat Pendidikan Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim ... 79

4.1.1.4 Penduduk Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim ... 80

4.1.1.5 Sistem Pemerintahan Adat Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim 81 4.1.1.6 Penggunaan Lahan dalam Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim 83 4.1.1.7 Hukum Adat Suku Talang Mamak ... 89

4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 89

4.2.1 Deskripsi Hasil Temuan ... 88

4.3 PEMBAHASAN HASIL TEMUAN ... 13

4.3.1 Deskripsi Budaya Suku Talang Mamak Dalam Bagian Civic Skills ... 13

4.3.2 Prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang Mamak yang mencerminkan (Civic Skills) ... 15

4.3.3 Pengembangan Civic Skills Yang Terkandung Dalam Budaya Dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Suku Talang Mamak ... 13

4.3.4 Kendala dan Upaya Dalam Pelestarian Kebudayaan dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Yang Terkandung Dalam Suku Talang Mamak ... 19

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel. 4.1 Data Penduduku Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim ... 80

Tabel. 4.2 Deskripsi Budaya Suku Talang Mamak dalam bagian civic skills ... 99

Tabel. 4.3 Pernyataan Tidak Sama Mengenai Deskripsi Budaya Suku Talang Mamak

dalam bagian Civic Skills ... 12

Tabel. 4.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Deskripsi Budaya Suku Talang

Mamak Dalam Bagian Civic Skills ... 13

Tabel. 4.5 Prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang Mamak yang

(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan. 2.1. Paradigma Penelitian ... 57

Bagan. 4.1. Bagan Sistem Pemerintahan Adat Suku Talang Mamak ... 82

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SK Pembimbing

Lampiran 2 Ijin Penelitian

Lampiran 3 Matrik Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Format Observasi Lapangan

Lampiran 5 Pedoman Wawancara

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I membahas pendahuluan yang mendeskripsikan latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

organisasi tesis.

1.1Latar Belakang Penelitian

Pemahaman yang mendalam dan komitmen kuat serta konsisten terhadap

prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh

komponen bangsa Indonesia, merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan

manusia yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan sebagai upaya

mempertahankan hidup manusia dalam mengemban tugas sebagai makhluk Tuhan

YME. Hendaknya mampu mengembangkan potensi sebagai warganegara

sehingga mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang

ada saat ini dan akan datang.

Konsep pengembangan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar NKRI

Tahun 1945 harus ditanamkan pada warga negara agar mereka dapat menjadi

warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

kewajibannya dengan maksud agar warga negara Indonesia tahu tentang hak dan

kewajiban, serta mampu berkomunikasi, berdiplomasi, dan mengajukan

argumentasi yang dapat diterima dalam menghadapi kompetisi di tengah arus

globalisasi untuk itu diperlukannya kemampuan kewarganegaraan (civic

competence) yang dalam hal ini mencakup tiga aspek yakni pengetahuan

kewarganegaraan (Civic Knowledge) kecakapan/keterampilan kewarganegaraan

(civic skills) dan watak kewarganegaraan (Civic Disposition). Tiga kompetensi

tersebut sangat penting untuk dimiliki oleh setiap warganegara. Warga negara

memperoleh pengetahuan kewarganegaraan melalui pendidikan, namun

pengetahuan tersebut tidak bermakna tanpa adanya keterampilan

(13)

2

dikembangkan sebab dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah

kehidupan berbangsa dan bernegara. Kenyaatan yang ditemukan dalam kehidupan

sehari-hari, banyak warga negara yang paham akan pengetahuan

kewarganegaraan, akan tetapi belum mencerminkan keterampilan

kewarganegaraan, misalnya saja banyaknya warga negara yang tidak

berpartisipasi dalam kebijakan-kebijakan pemerintah yang seharusnya

dilaksanakan atau dilakukan sebagai warga negara yang good government yang

pada hakikatnya suara mereka sangat penting dalam pelaksanaan pesta demokrasi

yang ada di Negara Indonesia. Menurut Wahab dan Sapriya (2011, hlm. 33)

menjelaskan bahwa tujuan agar Pendidikan Kewarganegaraan agar setiap warga

negara menjadi warga negara yang baik (a good citizens) memiliki sejumlah

kewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu (to reform certain duties)

termasuk tanggungjawabnya untuk mematuhi hokum, membayar pajaknya,

menghormati hak-hak orang lain berjuang untuk kejayaan bangsa dan negaranya,

serta secara umum memenuhi kewajiban-kewajiban sosialnya sebagai warga masyarakat”. Berdasarkan hal tersebut bahwa sebagai warga negara pentingnya memiliki kesadaran tidak hanya mengacu pada aspek kognitif saja, melainkan

secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor.

Senada dengan hal ini Wahab (2006, hlm. 62) mengemukakan bahwa “…kewarganegaraan yang dikembangkan haruslah mengandung pengetahuan. Keterampilan-keterampilan, nilai-nilai dan disposisi yang idealnya dimiliki warga negara”. Disimpulkan bahwa keterampilan kewarganegaraan (civic skills) sangat penting untuk dimiliki dan harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Branson (1998) menyatakan sebagai berikut “If citizens are to exercise

their rights and discharge their responsibilities as members of self-governing

communities, they not only need to acquire a body of knowledge such as that

embodied in the five organizing questions just described, they also need to

acquire relevant intellectual and participatory skill”. (Jika warga Negara

mempraktikkan hak-haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai

anggota masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai

pengetahuan dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana

(14)

3

intelektual dan partisipatoris yang relevan). Kecakapan-kecakapan intelektual

kewarganegaraan (civic skills) meskipun dapat dibedakan dengan yang lain namun

keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) tidak dapat dipisahkan dari

kontennya. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik tertentu, misalnya

seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu, sejarahnya, dan relevansinya

di masa kini, juga serangkaian alat intelektual atau pertimbangan tertentu yang

berkaitan dengan isu itu (Branson, 1998) dapat disimpulkan bahwa keterampilan

kewarganegaraan dikembangkan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi

sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi

masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, Karakter

kewarganegaraan atau keterampilan warganengara berisikan sifat-sifat yang

melekat pada diri setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga

negara, hal ini terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk pengetahuan dan

keterampilan kewarganegaraan (Cholisin, 2003, hlm. 2). Keterampilan

kewarganegaraan (Civic Skills) mencakup intelectual skills (keterampilan

intelektual) dan participation skills (keterampilan partisipasi). Keterampilan

intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan

luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi,

menggambarkan/mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi,

menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan

masalah-masalah publik. Pentingya keterampilan partisipasi dalam demokrasi telah

digambarkan oleh Aristoteles dalam bukunya Politics (340) (Branson, dkk.., 1999,

hlm. 4). Aristoteles menyatakan, “Jika kebebasan dan kesamaan sebagaimana

menurut sebagaian pendapat orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi,

maka kebebasan dan kesamaan itu akan dapat dicapai apabila semua orang tanpa

kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam pemerintahan”, dengan kata lain

cita-cita demokrasi dapat diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara

dapat berpartisipasi dalam pemerintahannya, yang berkaitan dengan interaksi,

memantau, dan mempengaruhi. Partisipasi warga negara tersebut berlaku untuk

seluruh warga negara yang ada di Indonesia, baik yang tinggal di manapun

(15)

4

merupakan suku terasing pada wilayah Riau dan Jambi satu diantaranya ialah

Suku Talang Mamak. Berdasarkan sejarah daerah ini merupakan daerah awal

perkembangan kebudayaan suku Talang Mamak di Kecamatan Rakit Kulim.

Taylor (Horton & Chester, 1996, hlm. 58) kebudayaan adalah ‘keseluruhan dari

pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua

kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai

anggota masyarakat.’

Menurut Koentjaraningrat (2009, hlm. 150-153) kebudayaan memiliki

beberapa wujud yang meliputi:

Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.

Oleh sebab itu, setiap unsur kebudayan terdapat sebuah sistem nilai, sistem

sosial dan karya budaya dalam kehidupan manusia, nilai-nilai budaya tersebut

selain menjadi sumber pola kehidupan sosial atas nilai-nilai yang berfungsi

sebagai pedoman, pandangan, kebenaran atas nilai-nilai dalam perkembangan

kehidupan manusia khususnya suku Talang Mamak.

Kebudayaan suku Talang Mamak memiliki kemandirian dan berperan

terhadap beberapa aspek, diantaranya pengetahuan, keyakinan, seni, moral,

hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang

diperoleh sebagai anggota masyarakat suku Talang Mamak. Masyarakat Talang

Mamak memiliki sebuah bahasa yang yang digunakan dalam berkomunikasi

khususnya untuk masyarakat Talang Mamak, pengetahuan dibuktikan dengan

adanya pemanfaatan tumbuhan sebagai obat-obatan, kemudian organisasi sosial

dengan adanya kepemimpian suku Talang Mamak yang dipimpin oleh Patih,

sistem peralatan hidup dan teknologi dengan adanya cangkul, beliung, parang dan

pisau, sistem mata pencaharian hidup dengan adanya ladang, sistem relegi dengan

adanya animisme, islam, kristen dan kesenian dengan adanya tarian rentak bulian.

Pemaparan di atas menjelaskan bahwa masyarakat suku Talang Mamak

(16)

5

dan norma yang berlaku, serta sebuah unsur kebudayaan dalam melaksanakan

kehidupan adatnya. Oleh sebab itu, masyarakat suku Talang Mamak harus

memajukan, menghormati, dan memelihara kebudayaan yang ada dalam

kehidupan suku Talang Mamak.

Upaya dalam memajukan, menghormati dan memelihara kebudayaan

suku Talang Mamak, hal ini telah diatur oleh konstitusi Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 32 ayat 1 dan 2 sebagai

berikut:

1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memilihara dan mengembangkan budayanya.

2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 yang mengamanatkan

bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban

dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangkan nilai-nilai budaya. Dalam hal ini, pemerintah menjamin

kebebasan masyarakat dalam memajukan, menghormati dan memelihara

nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia tidak

terkecuali masyarakat suku Talang Mamak. Pemerintah berkewajiban melindungi

dan melayani masyarakat dalam memelihara dan menghormati nilai-nilai budaya

lokal agar tidak terdegradasi oleh dampak negatif budaya global. Sebab itu, negara

harus mempertahankan budaya warganegaranya agar bangsa Indonesia tidak

kehilangan jati diri dan identitas bangsanya yang disebabkan oleh masuknya

dampak negatif kebudayaan asing yang mempengaruhi pola kehidupan bangsa

Indonesia. Sesuai dengan pendapat Rosidi (2011, hlm. 32) mengatakan bahwa “arah yang mereka tujukan adalah masa depan bangsa kita sekarang yang juga sedang menghadapi pengaruh atau lebih tepatnya telah terkontaminasi

kebudayaan Barat dibeberapa aspek kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia.”

Degradasi kebudayaan yang terjadi di Indonesia sedikit banyaknya berpengaruh

juga terhadap kebudayaan mayarakat suku Talang Mamak yang sudah mulai

terkikis sehingga perlu kembali menggali nilai-nilai kearifan lokal yang

(17)

6

Melalui nilai kearifan lokal adalah upaya untuk mempertahakan sebuah

budaya dan mengembangkan kompetensi kewarganegaraan dalam suatu bangsa,

termasuk suku Talang Mamak. Soebadio (Ayatrohaedi, 1986, hlm. 18-19)

mengatakan local genius adalah cultural identity, identitas budaya bangsa yang

menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan

asing sesuai watak dan kemampuan sendiri’. Oleh sebab itu, perlunya sebuah

kemampuan dalam masyarakat suku Talang Mamak untuk melestarikan budaya

dan kearifan lokal dalam masyarakat suku Talang Mamak. Anggoro (2010)

mengatakan “terdapat pepatah dalam suku Talang Mamak yaitu lebih baik mati

anak dari pada mati adat.” Ungkapan yang sederhana tetapi memiliki sebuah

makna yang sangat mendalam. Dalam hal ini dapat dimaknai bahwa masyarakat

suku Talang Mamak benar-benar menjaga adatnya yang menurut mereka lebih

baik hilang nyawa dari pada kehilangan adat.

Sedangkan mengenai sumber daya manusia yang terdapat pada masyarakat

suku Talang Mamak masih rendah. Tabrani (2002, hlm. 15) menggambarkan

pendidikan masyarakat suku Talang Mamak sebagai berikut:

Hampir seluruh masyarakat Talang Mamak buta huruf. Salah satu penyebabnya adalah taman nasional tidak terjangkau sarana pendidikan, sekolah kurang diminati. Pendidikan dianggap tidak dapat memecahkan permasalahan mereka dari tekanan ekonomi karena sebagian besar penduduk Talang Mamak menolak pendidikan. Salah satu alasanya karena sistem pendidikan yang ada menyebabkan keluarnya warga mereka dari adat. Hal ini diperkuat karena masyarakat Talang Mamak memiliki kepercayaan animisme, dan pendidikan dianggap memaksakan untuk memeluk agama tertentu sehingga meninggalkan kepercayaan dan budaya mereka dan beranggapan jika sudah menganut agama berarti bukan Talang Mamak lagi.

Pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge) Suku Talang Mamak

terbilang sangat minim dari yang diharapkkan sebagai warga negara, tetapi dari

segi kecapakan atau keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) pada suku ini

telah dapat dibuktikan, idealnya jika suatu masyarakat atau warganegara telah

mampu merealisasikan keterampilan kewarganegaraannya (Civic Skills) sudah

tentu memiliki pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge), namun tidak

(18)

7

suku ini mampu mengidentifikasi, menggambarkan/mendeskripsikan,

menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan

pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik. Faktor utama dalam

pelestarian kearifan lokal, selain dari kebiasaan turun temurun tingkat pendidikan

juga harus memadai, sedangkan yang terjadi pada masyarakat suku Talang

Mamak sangat minim pengetahuan mengenai pendidikan sehingga sangat sulit

untuk melestarikan kebudayaanya sehingga perlunya sebuah tulisan mengenai

kebudayaan suku Talang Mamak. Oleh sebab itu, masyarakat suku Talang

Mamak mulai terdegradasi nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Sedangkan,

nilai yang terdapat sangat luhur sekali dan patut menjadi kebangaan masyarakat

suku Talang Mamak dan negara Indonesia. Dalam upaya mengimplementasikan

nilai-nilai kearifan lokal sebagai suatu bidang ilmu yang mengkaji tentang budaya

daerah atau nilai kearifan lokal yang dalam hal ini berfokus pada pengemabangan

keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) yang terdapat di dalam masyarakat

suku Talang Mamak. Kepemimpinan pada suku ini di pegang oleh seorang yang

disebut Patih, namun perlu diketahui bahwa pada suku ini terdapat hierarki

kepemimpinan (struktur kepemimpinan) yakni: (1) Patih (2) Batin (3)

Manti/Mangku (4) Ketua. Tugas dan fungsi dari keempat tatanan atau struktur

kepemimpinan dari suku tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi disebabkan

oleh wilayah dan kepentingan yang dipegang pun berbeda antara satu dengan

yang lainnya. Berdasarkan pemaparan mengenai hierarki atau susunan bahkan

tatanan organisasi dapat dinyatakan sebagai Suku Talang Mamak memang benar

minim dalam pengetahuan tetapi mereka merngerti dan paham tatanan organisasi

(mampu mengidentifikasi) selain itu juga masyarakat suku Talang Mamak dalam

mengatasi berbagai masalah diselesaikan dengan cara musyawarah, hal tersebut

merupakan tonggak dan pondasi bahwa mereka secara implisit telah mengetahui

keterampilan kewarganegaraan (Civc Skills) dan nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila. Budimansyah dan Suryadi (2008, hlm. 58-62) mengemukakan bahwa” kecakapan-kecakapan intelektual yang penting untuk seorang warga negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab, disebut sebagai

kemampuan berpikir kritis”. The national standars of civic and government dan

(19)

8

membuat kategori mengenai kecakapan kewarganegaraan ini diantaranya adalah

indentifiying and describing, explaining and analyzing: and evaluating, talking

and defending positions on public issues (Branson, 1998).

Kebudayaan juga harus dilandaskan kepada pengetahuan warga negara

mengenai budaya yang terdapat disekitarnya dan dapat mempertahankan sebuah

kebudayaan dan mengimplentasikan serta menerapkan kearifan lokal dengan

membentuk sebuah jati diri dan karakter bangsa dengan mengedepankan

pembentukan sebuah identitas bangsa. Pada dasarnya, warga negara yang ada di

dalam sebuah negara mempunyai sebuah budaya yang berbeda-beda, sehingga

diperlukan pendidikan untuk mempersatukan perbedaan-perbedaan budaya

dengan memberikan pengetahuan mengenai budaya-budaya lokal yang terdapat

dalam negaranya. Pengembangan (civic skills) keterampilan kewarganegaraan

perlu dilakukan dalam dunia pendidikan, senada dengan pendapat (Cholisin, 2003,

hlm. 2)” Karakter kewarganegaraan berisikan sifat-sifat yang melekat pada diri

setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara, hal ini

akan terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan”. Hal ini, (civic skills) keterampilan kewarganegaraan dapat dikembangkan dalam kehidupan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hak

dan kewajiban dan rasa cinta tanah air sebagai warganegara. Dalam

pengembangannya (civic skills) keterampilan kewarganegaraan dapat dilakukan

dalam segala konteks baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal.

Keseluruh ini demi mencapai sebuah indentitas warga negara. Perlunya sebuah

pendekatan pembelajaran atau pendidikan dalam ruang lingkup kebudayaan dan

nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam sebuah komunitas budaya.

Konsep pengembangan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan

berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar

NKRI Tahun 1945 harus ditanamkan sedini mungkin pada generasi muda sebagai

generasi penerus agar mereka dapat menjadi warga negara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Disinilah perlunya pendidikan

Pancasila dan kewarganegaraan dengan maksud agar warga negara Indonesia tahu

tentang hak dan kewajiban, serta mampu berkomunikasi, berdiplomasi, dan

(20)

9

tengah arus globalisasi. Hal ini harus dipersiapkan sedini mungkin dengan selalu

melatih dan menumbuhkan kecakapan kewarganegaraan (civic skills) dengan

mengembangkan kemauan berpikir kritis, kreatif dan inovatif berpikir,

memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru merupakan kegiatan

yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lainnya, karena suatu

masalah tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan

pemecahan baru melalui berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Cogan dan Derricott, (1998, hlm. 115) Pendidikan Kewaraganegaraan juga

membahas tentang perbedaan-perbedaan budaya. Pada abad 21 terdapat 8

karakteristik warganegara sebagai berikut:

1. The ability to look at and approach problems as a member of a global society

2. The ability to work with others in a cooperative way and to take

responsibility for one’s roles/duties within society

3. The ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural differences

4. The capacity to think in a critical and systemic way

5. The willingness to resolve conflict and in a non-violent manner

6. The willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to

protect the environment

7. The ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg, rights of women, ethnic minorities, etc), and

8. The willingness and ability to participate in politics at lokal, national and international levels.

Karakteristik warganegara abad ke-21 adalah sebagai berikut: (1).

kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global,

(2). kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab

atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat, (3). kemampuan untuk

memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya, (4).

kemampuan berpikir kritis dan sistematis, (5). memiliki kepekaan terhadap dan

mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis,

dsb, (6). kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah

biasa guna melindungi lingkungan, (7). kemampuan menyelesaikan konflik

dengan cara damai tanpa kekerasan, dan (8). kemauan dan kemampuan

berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal,

(21)

10

Selain dari pembahasan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai

objek studi yaitu warga negara dalam hubungannya dengan organisasi

kemasyarakatan sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Adapun yang

termasuk dalam objek studi civics adalah:

1. Tingkah laku warga negara 2. Tipe pertumbuhan berpikir 3. Potensi setiap diri warga negara 4. Hak dan kewajiban

5. Cita-cita dan aspirasi

6. Kesadaran (patriotisme, nasionalisme)

7. Usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggungjawab warga negara. (Nu’man Somantri, (Azis & Sapriya, 2011, hlm. 316) dan (Wuryan, 2006, hlm. 14)

Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peranan penting dalam

mempertahankan sebuah kebudayaan yang terdapat di dalam warga negara

Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya paradigma baru mengenai

Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menekankan kepada budaya warga

negara (civic culture) yang dalanm hal dapat meningkatkan keterampilan

kewarganegaraan (Civic Skills).

Permasalahan yang dihadapi pada kebudayaan masyarakat suku Talang

Mamak di daerah Rakit Kulim antara lain, munculnya gejala krisis jati diri dan

karakter bangsa yang disebabkan oleh dampak negatif globalisasi dan kemajuan

teknologi komunikasi dan informasi sehingga membuka peluang terjadinya

interaksi budaya antar bangsa, masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap

upaya pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal yang disebabkan semakin

terbatasnya ruang atau tempat penyaluran aspirasi kreativitas seni budaya

masyarakat dan kurangnya apresiasi dan rasa cinta terhadap budaya dan produk

dalam negeri, masih rendahnya apresiasi, pemahaman, komitmen, dan kesadaran

tentang kekayaan budaya dengan berbagai kandungan nilai-nilai luhurnya yang

mengakibatkan terbatasnya pengelolaan kekayaan budaya oleh pemerintah daerah,

karena terbatasnya kemampuan keuangan maupun kemampuan manajerial dan

belum optimalnya sumber daya dibidang kebudayaan, baik dari sisi kualitas

maupun kuantitas, serta rendahnya sumber daya manusia yang terdapat dalam

(22)

11

pengaruh-pengaruh dari luar sehingga terkikisnya kebudayaan dan kearifan lokal

yang terdapat dalam masyarakat suku Talang Mamak.

Apabila keseluruhan permasalahan ini tidak diteliti, maka nilai-nilai

kebudayaan dan kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat suku Talang

Mamak terkisis bersama dengan perkembangan zaman dan juga menyebabkan

terdegradasinya salah satu kebudayaan yang terdapat di Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu perhatian dalam

mendeskripsikan budaya suku Talang Mamak, mengidentifikasi kearifan lokal

yang berdampak pada kesadaran masyarakat suku Talang Mamak terhadap jati

diri. Hingga pada akhirnya, penelitian ini dianggap perlu untuk dikaji dalam aspek

kebudayaan dan kearifan lokal suku Talang Mamak dalam membentuk identitas

bangsa dalam membentuk bangsa yang berkarakter yang memiliki nilai-nilai

kompetensi kewarganegaraan yang berfokus pada civic skills. Apabila tidak

diteliti, maka masyarakat suku Talang Mamak lama kelamaan kehilangan jati diri,

kehilangan identitas, serta kehilangan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di

dalam kehidupan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Implementasi Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan,

maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam sub-sub masalah yang sekaligus

menjadi pertanyaan peneliti yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi budaya masyarakat suku Talang Mamak dalam

bagian keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?

2. Prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang Mamak yang

mencerminkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?

3. Bagaimana mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)

yang terkandung dalam budaya melalui nilai-nilai kearifan lokal

(23)

12

4. Bagaimana kendala dan upaya dalam pelestarian kebudayaan dan

nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam budaya masyarakat suku

Talang Mamak?

1.3Tujuan Penenlitian

1.3.1 Tujuan Umum

Sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitian

maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan untuk

mengetahui: “Implementasi Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam

Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan

1.3.2 Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, peneliti menyimpulkan tujuan khusus

dalam penellitian ini sebagai berikut:

a. Mendeskripsikan budaya masyarakat suku Talang Mamak dalam

mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

b. Mengidentifikasikan prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang

Mamak yang mencerminkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

c. Mendeskripsikan pengembangan keterampilan kewarganegaraan (civic

skills) yang terkandung dalam budaya dan nilai-nilai kearifan lokal

masyarakat suku Talang Mamak.

d. Mendeskripsikan kendala dan upaya dalam pelestarian nilai-nilai kearifan

lokal yang terkandung dalam budaya masyarakat suku Talang Mamak

dalam bagian keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

1.4Manfaat dan Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik dari segi

teori, segi kebijakan, segi praktik, maupun dari segi isu serta aksi sosial.

1. Manfaat/signifikansi dari segi teori

Memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini akan menggali dan

mengkaji tentang bagaimana pengembangan keterampilan

kewarganegaraan (civic skills) melalui implementasi kearifan lokal

(24)

13

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang perlu dikembangkan di

masyarakat.

2. Manfaat/signifikansi dari segi kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait

dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)

mayarakat pedalaman.

3. Manfaat/signifikansi dari segi praktis

a. Memberikan masukan bagi masyarakat Suku Talang Mamak untuk

sadar pentingnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

b. Memberikan masukan pada masyarakat dan Dinas Pendidikan

Provinsi Riau untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan

keterampilan kewarganegaraan (civic skills) khususnya pada

daerah-daerah terpencil seperti Suku Talang Mamak.

c. Para akademisi atau komunitas akademis, khususnya dalam bidang

ilmu PKn untuk bahan masukan kearah pengembangan PKn sebagai

disiplin ilmu, sebagai referensi dan wawasan tentang pendidikan di

terpencil Indonesia dengan berbagai persoalan, dan dampakanya.

d. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman betapa pentingnya Kearifan Lokal sebagai

pengembangan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).

4. Manfaat/signifikansi dari segi isu serta aksi sosial

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti guna menambah

wawasan keilmuan peneliti dibidang pengembangan keterampilan

kewarganegaraan (civic skills), khususnya melalui budaya lokal dan

pendidikan formal. Sehingga adanya kesadaran betapa pentingnya

nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam setiap budaya dan

kebudayaan guna tercapainya kompetensi minimal sebagai warga

(25)

14

1.5Struktur Organisasi Tesis

Struktur penulisan tesis terdiri dari 5 bab, yakni:

Bab I membahas pendahuluan yang mendeskripsikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

organisasi penulisan tesis.

Bab II membahas tinjauan pustaka yang meliputi; Kebudayan Suku Talang

Mamak, Kearifan Lokal, keterampilan kewarganegaraan (civic skills), Penelitian

Terdahulu, dan Paradigma Penelitian.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun subbab yang

dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan

metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap

pelakasanaan penelitian di lapangan.

Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas

tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta

pembahasan hasil penelitian.

Bab V membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini

dibagi menjadi dua sub bab yaitu: (1) Simpulan, (2) Implikasi dan (3)

Referensi

Dokumen terkait

Kepada orang tua agar tetap melestarikan budaya macapat karena pembangunan dan pengembangan pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal sebagai penguat karakter bangsa

KOMPETENSI GURU MENGEMBANGKAN MATERI PPKN BERBASIS KEARIFAN LOKAL ( LOCAL WISDOM ) BALI DALAM MEMBENTUK SIKAP KEWARGANEGARAAN SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia

KESENIAN RONGGENG GUNUNG SEBAGAI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC CULTURE PADA MASYARAKAT KABUPATEN CIAMIS (Studi Deskriptif di Sanggar Seni Penggugah Rasa

Pelestarian merupakan sebuah upaya dalam mempertahankan sebuah kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat setempat. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelestarian

3.6 Nilai kearifan lokal dalam cerita rakyat “Sejarah Persalinan Suku Laut di Pulau Lintang” 3.6.1 Pikiran positif Menurut Sibarani 2020:230, “Pikiran positif adalah salah satu cara