IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEWARGANEGARAAN
(Studi Deskriptif Analitik Pada Masyarakat Talang Mamak Kec. Rakit Kulim Kab. Indragiri Hulu Provinsi Riau)
TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh
ADE VERAWATI NIM.1302622
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN
KEWARGANEGARAAN
(
Studi Deskriptif Analitik Pada Masyarakat Suku Talang Mamak Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau)Oleh Ade Verawati
S.Pd Universitas Riau, 2012
Sebuah Tesis yang diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
© Ade Verawati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Ade Verawati (1302622). Implementasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan. (Studi Deskriptif Analitis Pada
Masyarakat Kecamatan Rakit Kulim, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dampak globalisasi sehingga terjadinya degradasi kebudayaan dan kearifan lokal, rendahnya kesadaran dalam pelestarian kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat suku talang Mamak. Penelitian bertujuan mendeskripsikan budaya dalam bagian keterampilan kewarganegaraan, prilaku yang mencerminkan
keterampilan kewarganegaraan, pengembangan keterampilan kewarganegaraan dan kendala dan upaya dalam pelestarian. Sehingga perlu mengkaji tentang nilai-nilai kearifan lokal sebagai keterampilan kewarganegaraan pada budaya suku Talang Mamak. Subjek
penelitian meliputi batin, tokoh pemuda, pemerintah. Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, disiplay data dan verifikasi. Hasil temuan dalam penelitian ini bahwa Suku Talang Mamak memiliki kearifan lokal yang mencerminkan prilaku keterampilan kewarganegaraan, yang tercermin dalam nilai-nilai kearifan lokal kemantan, tambat, beranggul, pengambilan madu sialang, pengelolaan lubuk larangan, menghimbau petala guru, menjulung tanah yang dalam hal ini terdapat nilai cinta tanah air, nilai kesetaraan, kepedulian, tanggungjawab, nilai kemandirian dan kearifan lokal suku talang mamak dalam mengembangkan keterampilan kewarganegaraan. Pengembangan keterampilan kewarganegaraan dilakukan dengan cara melaksanakan upacara-upacara adat, menanamkan nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal, dan mengikuti acara-acara kebudayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. Kendala yang terdapat dalam pelestarian kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat suku Talang Mamak yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor kepercayaan diri, dan faktor transportasi. Talang Mamak memiliki sebuah nilai-nilai kearifan lokal yang berpotensi dalam mengembangkan keterampilan kewarganegaraan. Rekomendasi ditujukan kepada masyarakat, pemerintah agar melestarikan dan menjaga kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat suku Talang Mamak.
ABSTRACT
Ade Verawati (1302622). Implementation Wisdom Values of Local Civic Skills In Cultures of Talang Mamak Ethnicity. (Describtive Analitic Study of the District Rakit Kulim’s People, Indragiri Hulu Regency, Riau Province)
This research was motivated by the negative impact of globalization so that the degradation of culture and local wisdom, lack of awareness in the preservation of the culture and values of indigenous communities Talang Mamak people. This research aims to describe the culture in this part of civic skills, behaviors that reflect civic skills, civic skills development and constraints and efforts in conservation. So the need to assess the values of local wisdom as civic skills in Talang Mamak tribe culture. Research subjects include batin, youth leaders, government. This research a qualitative approach with descriptive analytic method. Data collection technique used observation, interview, documentation, and triangulation. Data were analyzed using data reduction, disiplay data and verification. The result of this study were Talang Mamak tribe have local knowledge that reflects the skills of citizenship behavior, which is reflected in the values of local wisdom kemantan, tambat, beranggul, pengambilan madu sialang, pengelolaan lubuk larangan, menghimbau petala guru, menjulung tanah in this case there is the value of patriotism, the value of equality, caring, responsibility, self-reliance and local wisdom values Talang Mamak tribe in developing civic skills. Civic skills development is done by carrying out traditional ceremonies, instilling the values of culture and local wisdom, and follow the cultural events organized by the government and society. Constraints contained in the preservation of the culture and values of local wisdom in society Talang Mamak tribe that economic factors, educational factors, factors of confidence, and transportation factors. Talang Mamak has a local wisdom values that have the potential to develop civic skills. Recommendations addressed to the public, the government in order to preserve and maintain the culture and values of local wisdom contained in Talang Mamak tribe community.
DAFTAR ISI
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 11
1.3 Tujuan Penenlitian ... 12
1.3.1 Tujuan Umum ... 12
1.3.2 Tujuan Khusus ... 12
1.4 Manfaat / Signifikansi Penelitian ... 12
1.5Struktur Organisasi Tesis ... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 15
2.1Kearifan Lokal ... 15
2.1.1Pengertian Kearifan Lokal ... 15
2.2Kebudayaan Suku Talang Mamak ... 24
2.2.1Pengertian Kebudayaan ... 24
2.2.2Suku Talang Mamak ... 29
2.2.3Kebudayaan Suku Talang Mamak ... 31
2.3Kompetensi Kewarganegaraan (Civic Competence) ... 34
2.4Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 39
2.4.1Pengertian Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 39
2.4.2Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills) ... 44
2.5Penelitian Terdahulu ... 47
2.6Paradigma Penelitian ... 57
BAB III METODE PENELITIAN ... 58
3.1Desain Penenlitian ... 58
3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 58
3.1.2 Metode Penelitian ... 61
3.2Partisipan dan Tempat Penelitian ... 63
3.2.1 Partisipan penelitian ... 63
3.2.2 Tempat Penelitian ... 63
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 63
3.3.1 Observasi ... 64
3.3.2Wawancara ... 66
3.3.4Triangulasi ... 67
3.4Tehnik Analisis Data ... 69
3.4.1Reduksi Data ... 69
3.4.2Display Data ... 70
3.4.3Kesimpulan dan Verifikasi ... 71
3.4.4Triangulasi ... 74
3.4.5Member Checking ... 74
3.4.6Expert Opinion ... 75
3.5 Isu Etik ... 75
3.6 Tahap-tahap Penelitian ... 75
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 77
4.1Temuan ... 77
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 77
4.1.1.1 Keadaan Geografis ... 77
4.1.1.2 Sejarah Suku Talang Mamak ... 78
4.1.1.3 Tingkat Pendidikan Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim ... 79
4.1.1.4 Penduduk Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim ... 80
4.1.1.5 Sistem Pemerintahan Adat Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim 81 4.1.1.6 Penggunaan Lahan dalam Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim 83 4.1.1.7 Hukum Adat Suku Talang Mamak ... 89
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 89
4.2.1 Deskripsi Hasil Temuan ... 88
4.3 PEMBAHASAN HASIL TEMUAN ... 13
4.3.1 Deskripsi Budaya Suku Talang Mamak Dalam Bagian Civic Skills ... 13
4.3.2 Prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang Mamak yang mencerminkan (Civic Skills) ... 15
4.3.3 Pengembangan Civic Skills Yang Terkandung Dalam Budaya Dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Suku Talang Mamak ... 13
4.3.4 Kendala dan Upaya Dalam Pelestarian Kebudayaan dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Yang Terkandung Dalam Suku Talang Mamak ... 19
DAFTAR TABEL
Tabel. 4.1 Data Penduduku Suku Talang Mamak di Kec. Rakit Kulim ... 80
Tabel. 4.2 Deskripsi Budaya Suku Talang Mamak dalam bagian civic skills ... 99
Tabel. 4.3 Pernyataan Tidak Sama Mengenai Deskripsi Budaya Suku Talang Mamak
dalam bagian Civic Skills ... 12
Tabel. 4.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Deskripsi Budaya Suku Talang
Mamak Dalam Bagian Civic Skills ... 13
Tabel. 4.5 Prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang Mamak yang
DAFTAR BAGAN
Bagan. 2.1. Paradigma Penelitian ... 57
Bagan. 4.1. Bagan Sistem Pemerintahan Adat Suku Talang Mamak ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SK Pembimbing
Lampiran 2 Ijin Penelitian
Lampiran 3 Matrik Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Format Observasi Lapangan
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab I membahas pendahuluan yang mendeskripsikan latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi tesis.
1.1Latar Belakang Penelitian
Pemahaman yang mendalam dan komitmen kuat serta konsisten terhadap
prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh
komponen bangsa Indonesia, merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang memikirkan bagaimana menjalani kehidupan sebagai upaya
mempertahankan hidup manusia dalam mengemban tugas sebagai makhluk Tuhan
YME. Hendaknya mampu mengembangkan potensi sebagai warganegara
sehingga mereka mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang
ada saat ini dan akan datang.
Konsep pengembangan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar NKRI
Tahun 1945 harus ditanamkan pada warga negara agar mereka dapat menjadi
warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya dengan maksud agar warga negara Indonesia tahu tentang hak dan
kewajiban, serta mampu berkomunikasi, berdiplomasi, dan mengajukan
argumentasi yang dapat diterima dalam menghadapi kompetisi di tengah arus
globalisasi untuk itu diperlukannya kemampuan kewarganegaraan (civic
competence) yang dalam hal ini mencakup tiga aspek yakni pengetahuan
kewarganegaraan (Civic Knowledge) kecakapan/keterampilan kewarganegaraan
(civic skills) dan watak kewarganegaraan (Civic Disposition). Tiga kompetensi
tersebut sangat penting untuk dimiliki oleh setiap warganegara. Warga negara
memperoleh pengetahuan kewarganegaraan melalui pendidikan, namun
pengetahuan tersebut tidak bermakna tanpa adanya keterampilan
2
dikembangkan sebab dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kenyaatan yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, banyak warga negara yang paham akan pengetahuan
kewarganegaraan, akan tetapi belum mencerminkan keterampilan
kewarganegaraan, misalnya saja banyaknya warga negara yang tidak
berpartisipasi dalam kebijakan-kebijakan pemerintah yang seharusnya
dilaksanakan atau dilakukan sebagai warga negara yang good government yang
pada hakikatnya suara mereka sangat penting dalam pelaksanaan pesta demokrasi
yang ada di Negara Indonesia. Menurut Wahab dan Sapriya (2011, hlm. 33)
menjelaskan bahwa tujuan agar Pendidikan Kewarganegaraan agar setiap warga
negara menjadi warga negara yang baik (a good citizens) memiliki sejumlah
kewajiban untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu (to reform certain duties)
termasuk tanggungjawabnya untuk mematuhi hokum, membayar pajaknya,
menghormati hak-hak orang lain berjuang untuk kejayaan bangsa dan negaranya,
serta secara umum memenuhi kewajiban-kewajiban sosialnya sebagai warga masyarakat”. Berdasarkan hal tersebut bahwa sebagai warga negara pentingnya memiliki kesadaran tidak hanya mengacu pada aspek kognitif saja, melainkan
secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan psikomotor.
Senada dengan hal ini Wahab (2006, hlm. 62) mengemukakan bahwa “…kewarganegaraan yang dikembangkan haruslah mengandung pengetahuan. Keterampilan-keterampilan, nilai-nilai dan disposisi yang idealnya dimiliki warga negara”. Disimpulkan bahwa keterampilan kewarganegaraan (civic skills) sangat penting untuk dimiliki dan harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Branson (1998) menyatakan sebagai berikut “If citizens are to exercise
their rights and discharge their responsibilities as members of self-governing
communities, they not only need to acquire a body of knowledge such as that
embodied in the five organizing questions just described, they also need to
acquire relevant intellectual and participatory skill”. (Jika warga Negara
mempraktikkan hak-haknya dan menunaikan kewajiban-kewajibannya sebagai
anggota masyarakat yang berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai
pengetahuan dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan sebagaimana
3
intelektual dan partisipatoris yang relevan). Kecakapan-kecakapan intelektual
kewarganegaraan (civic skills) meskipun dapat dibedakan dengan yang lain namun
keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) tidak dapat dipisahkan dari
kontennya. Kecakapan berpikir kritis tentang isu politik tertentu, misalnya
seseorang harus memahami terlebih dahulu isu itu, sejarahnya, dan relevansinya
di masa kini, juga serangkaian alat intelektual atau pertimbangan tertentu yang
berkaitan dengan isu itu (Branson, 1998) dapat disimpulkan bahwa keterampilan
kewarganegaraan dikembangkan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi
sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi
masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, Karakter
kewarganegaraan atau keterampilan warganengara berisikan sifat-sifat yang
melekat pada diri setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga
negara, hal ini terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk pengetahuan dan
keterampilan kewarganegaraan (Cholisin, 2003, hlm. 2). Keterampilan
kewarganegaraan (Civic Skills) mencakup intelectual skills (keterampilan
intelektual) dan participation skills (keterampilan partisipasi). Keterampilan
intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan
luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi,
menggambarkan/mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi,
menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan
masalah-masalah publik. Pentingya keterampilan partisipasi dalam demokrasi telah
digambarkan oleh Aristoteles dalam bukunya Politics (340) (Branson, dkk.., 1999,
hlm. 4). Aristoteles menyatakan, “Jika kebebasan dan kesamaan sebagaimana
menurut sebagaian pendapat orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi,
maka kebebasan dan kesamaan itu akan dapat dicapai apabila semua orang tanpa
kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam pemerintahan”, dengan kata lain
cita-cita demokrasi dapat diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara
dapat berpartisipasi dalam pemerintahannya, yang berkaitan dengan interaksi,
memantau, dan mempengaruhi. Partisipasi warga negara tersebut berlaku untuk
seluruh warga negara yang ada di Indonesia, baik yang tinggal di manapun
4
merupakan suku terasing pada wilayah Riau dan Jambi satu diantaranya ialah
Suku Talang Mamak. Berdasarkan sejarah daerah ini merupakan daerah awal
perkembangan kebudayaan suku Talang Mamak di Kecamatan Rakit Kulim.
Taylor (Horton & Chester, 1996, hlm. 58) kebudayaan adalah ‘keseluruhan dari
pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan semua
kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh seseorang sebagai
anggota masyarakat.’
Menurut Koentjaraningrat (2009, hlm. 150-153) kebudayaan memiliki
beberapa wujud yang meliputi:
Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.
Oleh sebab itu, setiap unsur kebudayan terdapat sebuah sistem nilai, sistem
sosial dan karya budaya dalam kehidupan manusia, nilai-nilai budaya tersebut
selain menjadi sumber pola kehidupan sosial atas nilai-nilai yang berfungsi
sebagai pedoman, pandangan, kebenaran atas nilai-nilai dalam perkembangan
kehidupan manusia khususnya suku Talang Mamak.
Kebudayaan suku Talang Mamak memiliki kemandirian dan berperan
terhadap beberapa aspek, diantaranya pengetahuan, keyakinan, seni, moral,
hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang
diperoleh sebagai anggota masyarakat suku Talang Mamak. Masyarakat Talang
Mamak memiliki sebuah bahasa yang yang digunakan dalam berkomunikasi
khususnya untuk masyarakat Talang Mamak, pengetahuan dibuktikan dengan
adanya pemanfaatan tumbuhan sebagai obat-obatan, kemudian organisasi sosial
dengan adanya kepemimpian suku Talang Mamak yang dipimpin oleh Patih,
sistem peralatan hidup dan teknologi dengan adanya cangkul, beliung, parang dan
pisau, sistem mata pencaharian hidup dengan adanya ladang, sistem relegi dengan
adanya animisme, islam, kristen dan kesenian dengan adanya tarian rentak bulian.
Pemaparan di atas menjelaskan bahwa masyarakat suku Talang Mamak
5
dan norma yang berlaku, serta sebuah unsur kebudayaan dalam melaksanakan
kehidupan adatnya. Oleh sebab itu, masyarakat suku Talang Mamak harus
memajukan, menghormati, dan memelihara kebudayaan yang ada dalam
kehidupan suku Talang Mamak.
Upaya dalam memajukan, menghormati dan memelihara kebudayaan
suku Talang Mamak, hal ini telah diatur oleh konstitusi Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada pasal 32 ayat 1 dan 2 sebagai
berikut:
1. Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memilihara dan mengembangkan budayanya.
2. Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 yang mengamanatkan
bahwa negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budaya. Dalam hal ini, pemerintah menjamin
kebebasan masyarakat dalam memajukan, menghormati dan memelihara
nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia tidak
terkecuali masyarakat suku Talang Mamak. Pemerintah berkewajiban melindungi
dan melayani masyarakat dalam memelihara dan menghormati nilai-nilai budaya
lokal agar tidak terdegradasi oleh dampak negatif budaya global. Sebab itu, negara
harus mempertahankan budaya warganegaranya agar bangsa Indonesia tidak
kehilangan jati diri dan identitas bangsanya yang disebabkan oleh masuknya
dampak negatif kebudayaan asing yang mempengaruhi pola kehidupan bangsa
Indonesia. Sesuai dengan pendapat Rosidi (2011, hlm. 32) mengatakan bahwa “arah yang mereka tujukan adalah masa depan bangsa kita sekarang yang juga sedang menghadapi pengaruh atau lebih tepatnya telah terkontaminasi
kebudayaan Barat dibeberapa aspek kehidupan kita sebagai bangsa Indonesia.”
Degradasi kebudayaan yang terjadi di Indonesia sedikit banyaknya berpengaruh
juga terhadap kebudayaan mayarakat suku Talang Mamak yang sudah mulai
terkikis sehingga perlu kembali menggali nilai-nilai kearifan lokal yang
6
Melalui nilai kearifan lokal adalah upaya untuk mempertahakan sebuah
budaya dan mengembangkan kompetensi kewarganegaraan dalam suatu bangsa,
termasuk suku Talang Mamak. Soebadio (Ayatrohaedi, 1986, hlm. 18-19)
mengatakan local genius adalah ‘cultural identity, identitas budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan
asing sesuai watak dan kemampuan sendiri’. Oleh sebab itu, perlunya sebuah
kemampuan dalam masyarakat suku Talang Mamak untuk melestarikan budaya
dan kearifan lokal dalam masyarakat suku Talang Mamak. Anggoro (2010)
mengatakan “terdapat pepatah dalam suku Talang Mamak yaitu lebih baik mati
anak dari pada mati adat.” Ungkapan yang sederhana tetapi memiliki sebuah
makna yang sangat mendalam. Dalam hal ini dapat dimaknai bahwa masyarakat
suku Talang Mamak benar-benar menjaga adatnya yang menurut mereka lebih
baik hilang nyawa dari pada kehilangan adat.
Sedangkan mengenai sumber daya manusia yang terdapat pada masyarakat
suku Talang Mamak masih rendah. Tabrani (2002, hlm. 15) menggambarkan
pendidikan masyarakat suku Talang Mamak sebagai berikut:
Hampir seluruh masyarakat Talang Mamak buta huruf. Salah satu penyebabnya adalah taman nasional tidak terjangkau sarana pendidikan, sekolah kurang diminati. Pendidikan dianggap tidak dapat memecahkan permasalahan mereka dari tekanan ekonomi karena sebagian besar penduduk Talang Mamak menolak pendidikan. Salah satu alasanya karena sistem pendidikan yang ada menyebabkan keluarnya warga mereka dari adat. Hal ini diperkuat karena masyarakat Talang Mamak memiliki kepercayaan animisme, dan pendidikan dianggap memaksakan untuk memeluk agama tertentu sehingga meninggalkan kepercayaan dan budaya mereka dan beranggapan jika sudah menganut agama berarti bukan Talang Mamak lagi.
Pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge) Suku Talang Mamak
terbilang sangat minim dari yang diharapkkan sebagai warga negara, tetapi dari
segi kecapakan atau keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) pada suku ini
telah dapat dibuktikan, idealnya jika suatu masyarakat atau warganegara telah
mampu merealisasikan keterampilan kewarganegaraannya (Civic Skills) sudah
tentu memiliki pengetahuan kewarganegaraan (Civic Knowledge), namun tidak
7
suku ini mampu mengidentifikasi, menggambarkan/mendeskripsikan,
menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan
pendapat yang berkenaan dengan masalah-masalah publik. Faktor utama dalam
pelestarian kearifan lokal, selain dari kebiasaan turun temurun tingkat pendidikan
juga harus memadai, sedangkan yang terjadi pada masyarakat suku Talang
Mamak sangat minim pengetahuan mengenai pendidikan sehingga sangat sulit
untuk melestarikan kebudayaanya sehingga perlunya sebuah tulisan mengenai
kebudayaan suku Talang Mamak. Oleh sebab itu, masyarakat suku Talang
Mamak mulai terdegradasi nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal. Sedangkan,
nilai yang terdapat sangat luhur sekali dan patut menjadi kebangaan masyarakat
suku Talang Mamak dan negara Indonesia. Dalam upaya mengimplementasikan
nilai-nilai kearifan lokal sebagai suatu bidang ilmu yang mengkaji tentang budaya
daerah atau nilai kearifan lokal yang dalam hal ini berfokus pada pengemabangan
keterampilan kewarganegaraan (Civic Skills) yang terdapat di dalam masyarakat
suku Talang Mamak. Kepemimpinan pada suku ini di pegang oleh seorang yang
disebut Patih, namun perlu diketahui bahwa pada suku ini terdapat hierarki
kepemimpinan (struktur kepemimpinan) yakni: (1) Patih (2) Batin (3)
Manti/Mangku (4) Ketua. Tugas dan fungsi dari keempat tatanan atau struktur
kepemimpinan dari suku tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi disebabkan
oleh wilayah dan kepentingan yang dipegang pun berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Berdasarkan pemaparan mengenai hierarki atau susunan bahkan
tatanan organisasi dapat dinyatakan sebagai Suku Talang Mamak memang benar
minim dalam pengetahuan tetapi mereka merngerti dan paham tatanan organisasi
(mampu mengidentifikasi) selain itu juga masyarakat suku Talang Mamak dalam
mengatasi berbagai masalah diselesaikan dengan cara musyawarah, hal tersebut
merupakan tonggak dan pondasi bahwa mereka secara implisit telah mengetahui
keterampilan kewarganegaraan (Civc Skills) dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Budimansyah dan Suryadi (2008, hlm. 58-62) mengemukakan bahwa” kecakapan-kecakapan intelektual yang penting untuk seorang warga negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab, disebut sebagai
kemampuan berpikir kritis”. The national standars of civic and government dan
8
membuat kategori mengenai kecakapan kewarganegaraan ini diantaranya adalah
indentifiying and describing, explaining and analyzing: and evaluating, talking
and defending positions on public issues (Branson, 1998).
Kebudayaan juga harus dilandaskan kepada pengetahuan warga negara
mengenai budaya yang terdapat disekitarnya dan dapat mempertahankan sebuah
kebudayaan dan mengimplentasikan serta menerapkan kearifan lokal dengan
membentuk sebuah jati diri dan karakter bangsa dengan mengedepankan
pembentukan sebuah identitas bangsa. Pada dasarnya, warga negara yang ada di
dalam sebuah negara mempunyai sebuah budaya yang berbeda-beda, sehingga
diperlukan pendidikan untuk mempersatukan perbedaan-perbedaan budaya
dengan memberikan pengetahuan mengenai budaya-budaya lokal yang terdapat
dalam negaranya. Pengembangan (civic skills) keterampilan kewarganegaraan
perlu dilakukan dalam dunia pendidikan, senada dengan pendapat (Cholisin, 2003,
hlm. 2)” Karakter kewarganegaraan berisikan sifat-sifat yang melekat pada diri
setiap warga negara dalam melakukan perannya sebagai warga negara, hal ini
akan terbentuk ketika pada dirinya telah terbentuk pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan”. Hal ini, (civic skills) keterampilan kewarganegaraan dapat dikembangkan dalam kehidupan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran hak
dan kewajiban dan rasa cinta tanah air sebagai warganegara. Dalam
pengembangannya (civic skills) keterampilan kewarganegaraan dapat dilakukan
dalam segala konteks baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal.
Keseluruh ini demi mencapai sebuah indentitas warga negara. Perlunya sebuah
pendekatan pembelajaran atau pendidikan dalam ruang lingkup kebudayaan dan
nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam sebuah komunitas budaya.
Konsep pengembangan warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan
berkarakter sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar
NKRI Tahun 1945 harus ditanamkan sedini mungkin pada generasi muda sebagai
generasi penerus agar mereka dapat menjadi warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya. Disinilah perlunya pendidikan
Pancasila dan kewarganegaraan dengan maksud agar warga negara Indonesia tahu
tentang hak dan kewajiban, serta mampu berkomunikasi, berdiplomasi, dan
9
tengah arus globalisasi. Hal ini harus dipersiapkan sedini mungkin dengan selalu
melatih dan menumbuhkan kecakapan kewarganegaraan (civic skills) dengan
mengembangkan kemauan berpikir kritis, kreatif dan inovatif berpikir,
memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang baru merupakan kegiatan
yang kompleks dan berhubungan erat satu dengan yang lainnya, karena suatu
masalah tidak dapat dipecahkan tanpa berpikir, dan banyak masalah memerlukan
pemecahan baru melalui berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Cogan dan Derricott, (1998, hlm. 115) Pendidikan Kewaraganegaraan juga
membahas tentang perbedaan-perbedaan budaya. Pada abad 21 terdapat 8
karakteristik warganegara sebagai berikut:
1. The ability to look at and approach problems as a member of a global society
2. The ability to work with others in a cooperative way and to take
responsibility for one’s roles/duties within society
3. The ability to understand, accept, appreciate and tolerate cultural differences
4. The capacity to think in a critical and systemic way
5. The willingness to resolve conflict and in a non-violent manner
6. The willingness to change one’s lifestyle and consumption habits to
protect the environment
7. The ability to be sensitive towards and to defend human rights (eg, rights of women, ethnic minorities, etc), and
8. The willingness and ability to participate in politics at lokal, national and international levels.
Karakteristik warganegara abad ke-21 adalah sebagai berikut: (1).
kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat global,
(2). kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab
atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat, (3). kemampuan untuk
memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-perbedaan budaya, (4).
kemampuan berpikir kritis dan sistematis, (5). memiliki kepekaan terhadap dan
mempertahankan hak asasi manusia (seperti hak kaum wanita, minoritas etnis,
dsb, (6). kemampuan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah
biasa guna melindungi lingkungan, (7). kemampuan menyelesaikan konflik
dengan cara damai tanpa kekerasan, dan (8). kemauan dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal,
10
Selain dari pembahasan di atas, Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai
objek studi yaitu warga negara dalam hubungannya dengan organisasi
kemasyarakatan sosial, ekonomi, agama, kebudayaan, dan negara. Adapun yang
termasuk dalam objek studi civics adalah:
1. Tingkah laku warga negara 2. Tipe pertumbuhan berpikir 3. Potensi setiap diri warga negara 4. Hak dan kewajiban
5. Cita-cita dan aspirasi
6. Kesadaran (patriotisme, nasionalisme)
7. Usaha, kegiatan, partisipasi, dan tanggungjawab warga negara. (Nu’man Somantri, (Azis & Sapriya, 2011, hlm. 316) dan (Wuryan, 2006, hlm. 14)
Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai peranan penting dalam
mempertahankan sebuah kebudayaan yang terdapat di dalam warga negara
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya paradigma baru mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan yang lebih menekankan kepada budaya warga
negara (civic culture) yang dalanm hal dapat meningkatkan keterampilan
kewarganegaraan (Civic Skills).
Permasalahan yang dihadapi pada kebudayaan masyarakat suku Talang
Mamak di daerah Rakit Kulim antara lain, munculnya gejala krisis jati diri dan
karakter bangsa yang disebabkan oleh dampak negatif globalisasi dan kemajuan
teknologi komunikasi dan informasi sehingga membuka peluang terjadinya
interaksi budaya antar bangsa, masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap
upaya pelestarian nilai budaya dan kearifan lokal yang disebabkan semakin
terbatasnya ruang atau tempat penyaluran aspirasi kreativitas seni budaya
masyarakat dan kurangnya apresiasi dan rasa cinta terhadap budaya dan produk
dalam negeri, masih rendahnya apresiasi, pemahaman, komitmen, dan kesadaran
tentang kekayaan budaya dengan berbagai kandungan nilai-nilai luhurnya yang
mengakibatkan terbatasnya pengelolaan kekayaan budaya oleh pemerintah daerah,
karena terbatasnya kemampuan keuangan maupun kemampuan manajerial dan
belum optimalnya sumber daya dibidang kebudayaan, baik dari sisi kualitas
maupun kuantitas, serta rendahnya sumber daya manusia yang terdapat dalam
11
pengaruh-pengaruh dari luar sehingga terkikisnya kebudayaan dan kearifan lokal
yang terdapat dalam masyarakat suku Talang Mamak.
Apabila keseluruhan permasalahan ini tidak diteliti, maka nilai-nilai
kebudayaan dan kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat suku Talang
Mamak terkisis bersama dengan perkembangan zaman dan juga menyebabkan
terdegradasinya salah satu kebudayaan yang terdapat di Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Berdasarkan fenomena di atas, maka perlu perhatian dalam
mendeskripsikan budaya suku Talang Mamak, mengidentifikasi kearifan lokal
yang berdampak pada kesadaran masyarakat suku Talang Mamak terhadap jati
diri. Hingga pada akhirnya, penelitian ini dianggap perlu untuk dikaji dalam aspek
kebudayaan dan kearifan lokal suku Talang Mamak dalam membentuk identitas
bangsa dalam membentuk bangsa yang berkarakter yang memiliki nilai-nilai
kompetensi kewarganegaraan yang berfokus pada civic skills. Apabila tidak
diteliti, maka masyarakat suku Talang Mamak lama kelamaan kehilangan jati diri,
kehilangan identitas, serta kehilangan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat di
dalam kehidupan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Implementasi Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan”
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan,
maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam sub-sub masalah yang sekaligus
menjadi pertanyaan peneliti yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi budaya masyarakat suku Talang Mamak dalam
bagian keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?
2. Prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang Mamak yang
mencerminkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)?
3. Bagaimana mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)
yang terkandung dalam budaya melalui nilai-nilai kearifan lokal
12
4. Bagaimana kendala dan upaya dalam pelestarian kebudayaan dan
nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam budaya masyarakat suku
Talang Mamak?
1.3Tujuan Penenlitian
1.3.1 Tujuan Umum
Sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitian
maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan untuk
mengetahui: “Implementasi Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam
Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan”
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, peneliti menyimpulkan tujuan khusus
dalam penellitian ini sebagai berikut:
a. Mendeskripsikan budaya masyarakat suku Talang Mamak dalam
mengembangkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).
b. Mengidentifikasikan prilaku yang ditampilkan Masyarakat Suku Talang
Mamak yang mencerminkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).
c. Mendeskripsikan pengembangan keterampilan kewarganegaraan (civic
skills) yang terkandung dalam budaya dan nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat suku Talang Mamak.
d. Mendeskripsikan kendala dan upaya dalam pelestarian nilai-nilai kearifan
lokal yang terkandung dalam budaya masyarakat suku Talang Mamak
dalam bagian keterampilan kewarganegaraan (civic skills).
1.4Manfaat dan Signifikansi Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik dari segi
teori, segi kebijakan, segi praktik, maupun dari segi isu serta aksi sosial.
1. Manfaat/signifikansi dari segi teori
Memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini akan menggali dan
mengkaji tentang bagaimana pengembangan keterampilan
kewarganegaraan (civic skills) melalui implementasi kearifan lokal
13
keterampilan kewarganegaraan (civic skills) yang perlu dikembangkan di
masyarakat.
2. Manfaat/signifikansi dari segi kebijakan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait
dalam meningkatkan keterampilan kewarganegaraan (civic skills)
mayarakat pedalaman.
3. Manfaat/signifikansi dari segi praktis
a. Memberikan masukan bagi masyarakat Suku Talang Mamak untuk
sadar pentingnya keterampilan kewarganegaraan (civic skills).
b. Memberikan masukan pada masyarakat dan Dinas Pendidikan
Provinsi Riau untuk mengembangkan keterampilan kewarganegaraan
keterampilan kewarganegaraan (civic skills) khususnya pada
daerah-daerah terpencil seperti Suku Talang Mamak.
c. Para akademisi atau komunitas akademis, khususnya dalam bidang
ilmu PKn untuk bahan masukan kearah pengembangan PKn sebagai
disiplin ilmu, sebagai referensi dan wawasan tentang pendidikan di
terpencil Indonesia dengan berbagai persoalan, dan dampakanya.
d. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman betapa pentingnya Kearifan Lokal sebagai
pengembangan keterampilan kewarganegaraan (civic skills).
4. Manfaat/signifikansi dari segi isu serta aksi sosial
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti guna menambah
wawasan keilmuan peneliti dibidang pengembangan keterampilan
kewarganegaraan (civic skills), khususnya melalui budaya lokal dan
pendidikan formal. Sehingga adanya kesadaran betapa pentingnya
nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam setiap budaya dan
kebudayaan guna tercapainya kompetensi minimal sebagai warga
14
1.5Struktur Organisasi Tesis
Struktur penulisan tesis terdiri dari 5 bab, yakni:
Bab I membahas pendahuluan yang mendeskripsikan latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
organisasi penulisan tesis.
Bab II membahas tinjauan pustaka yang meliputi; Kebudayan Suku Talang
Mamak, Kearifan Lokal, keterampilan kewarganegaraan (civic skills), Penelitian
Terdahulu, dan Paradigma Penelitian.
Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun subbab yang
dibahas dalam bab ini mencakup lokasi dan subjek penelitian, pendekatan dan
metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analsis data, keabsahan temuan penelitian serta tahap-tahap
pelakasanaan penelitian di lapangan.
Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan. Pada bab ini dibahas
tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta
pembahasan hasil penelitian.
Bab V membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini
dibagi menjadi dua sub bab yaitu: (1) Simpulan, (2) Implikasi dan (3)