• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSRKRESI DENGAN PENGGUNAAN VISUALISASI MATERI

Oleh:

Kiki Santriana 1104534

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dr. rer. Nat. Adi Rahmat, M. Si. dan Dra. Soesy Asiah S., M.S.

Sistem eksresi merupakan salah satu materi yang bersifat abstrak dan kompleks sehingga dapat menyebabkan beban pada kognitif siswa. Beban kognitif terdiri dari tiga komponen yaitu Intrinsic Cognitive Load (ICL), Ekstranous Cognitive Load (ECL) dan

Germany Cognitive Load (GCL) yang saling memengaruhi. Penelitian dilakukan untuk

menyelidiki bagaimana beban kognitif siswa SMA antara kelas yang menggunakan visualisasi materi pada sistem eksresi (eksperimen) dan kelas dengan pembelajaran konvensional (kontrol). Desain yang digunakan di dalam penelitian adalah unequivalent

control group dengan subjek penelitian adalah siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu

Alam) SMAN 8 Bandung. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan post test. Untuk mendapatkan nilai menerima dan mengolah informasi (MMI) sebagai gambaran ICL, digunakan soal task complexity. Sedangkan untuk usaha mental (UM) dan hasil belajar (HB) sebagai gambaran ECL dan GCL, digunakan subject rating scale dan soal ulangan diakhir pembelajaran. Data yang didapat, dianalisis dengan menggunakan uji statistika yaitu uji dua rerata dan uji korelasi. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan kesimpulan bahwa kelas eksperimen memiliki MMI dan HB yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sedangkan nilai UM lebih tinggi pada kelas kontrol dibandingkan dengan eksperimen, MMI dan HB pada kelas eksperimen memiliki korelasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, Sementara korelasi antara UM dengan HB pada kelas eksperimen lebih rendah dibandingkan dengan kelas kontrol. Oleh karena itu penggunaan visualisasi materi didalam pembelajaran dapat digunakan untuk menurunkan beban kognitif siswa dengan cara menaikan MMI dan menurunkan UM, naiknya MMI akan menurunkan ICL sedangkan turunnya UM akan menurunkan ECL.

(2)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

COGNITIVE LOAD ON STUDENTS LEARNING EXCRETORY SYSTEM WITH VISUALIZATIONOF THE MATERIAL

By:

Kiki Santriana 1104534

This Script is guided by:

Dr. rer. Nat. Adi Rahmat, M. Si. and Dra. Soesy Asiah S., M.S.

Excretory system is one of some subjects that is abstract and complex that can cause a cognitive load on the students. Cognitive load consists of three components, namely Intrinsic Cognitive Load (ICL), Ekstranous Cognitive Load (ECL) and Germany Cognitive Load (GCL) which affect each other. The research was conducted to investigate how is a cognitive load of high school students between those who use the visualization of teaching materials on excretion system (experimental) and those who did the conventional learning (control). The design used in the research is unequivalent control group with students of class XI MIA (Mathematics and Natural Sciences) in SMAN 8 Bandung as the research subjects. The data collection is done by using the post-test. To get the value of receiving and processing information (MMI) to describe the ICL, was used a task complexity test, while for mental effort (UM) and learning outcomes (HB) to describe the ECL and GCL, was used a subject rating scale and test at the end of the class. The collected data were analyzed using a statistical test that is, the two averages test and the correlation test. Based on the results of data processing, it was concluded that the experimental class has higher MMI and HB than the control class’, while the UM was higher in the control class compared to the experiment class. The MMI and HB in the experimental class has a higher correlation than in the control class, while the correlation between UM with HB in the experimental class is lower than in the control class. Therefore the use of visualization in learning materials can be used to reduce the cognitive load of students by raising the MMI and lowering the UM. The MMI raising will reduce the ICL while the UM lowering will reduce the ECL.

(3)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya ini untuk kita pelajari dan kita pelihara. Dalam mempelajari bumi beserta isinya kita diharuskan untuk belajar. Belajar menurut Gagne (1984) adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Dahar, 2006). Namun di dalam proses belajar, kita sering menghadapi banyak kesulitan. Kesulitan yang kita hadapi ketika belajar mengenai hal-hal baru dapat berfluktuasi secara signifikan. Hal ini dikarenakan belajar bervariasi bentuknya mulai dari hal yang mudah untuk dipelajari hingga yang sulit dan dari hal yang sederhana menuju hal yang kompleks. Salah satu alasan mengenai banyaknya variasi dalam bentuk belajar adalah kemudahan dalam memahami materi seperti perubahan dalam jumlah informasi, contohnya dalam suatu kasus terdapat dua tugas muncul dengan memiliki jumlah informasi yang sama, namun berbeda sangat besar dalam usaha

yang diperlukan untuk menguasainya (Sweller, 1994).

Kesulitan yang dihadapi ketika belajar dan memahami materi dapat diakibatkan oleh beban kognitif yang tinggi. Pengertian beban kognitif berdasarkan beberapa pendapat ahli adalah asumsi mengenai skema kognitif manusia, diantaranya adalah asumsi bahwa kapasitas memori jangka panjang (longterm memory) yang tidak terbatas dan permanen (Chi, Glaser & Rees, (1982;) Larkin, Mc Dermott, Simon & Simon, 1980), dan asumsi terbatasnya kapasitas memori kerja (working memory) (Miller, 1956) dalam (Brünken, Plass Jan, & Leutneur, 2003). Sedangkan definisi beban kognitif menurut Schanfenberg & Bogner, adalah beban untuk melakukan tugas tertentu yang membebani sistem kognitif siswa (Paas et.al., 1994) dan mengacu kepada memori kerja (working memory) siswa siswa yang memiliki kapasitas informasi yang terbatas (Sweller,

(1998;) Schanfenberg & Bogner, 2013).

(4)

2

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

digambarkan oleh kemampuan menerima dan mengolah informasi (MMI) yang diukur dengan menggunakan soal task complexity; (2) Ekstranous load, yang mengacu kepada usaha mental yang dilakukan oleh individu untuk memahami informasi baru, dapat berdampak dalam menghambat belajar siswa, digambarkan dengan usaha mental (UM) yang diukur dengan menggunakan subjective rating scale; (3) Germane load, yaitu usaha yang diperlukan individu untuk memproses

informasi dan menyimpannya pada memori jangka panjang, digambarkan oleh hasil belajar (HB) yang diukur dengan menggunakan soal berpikir kompleks menurut Marzano sebagai post test diakhir pembelajaran (Schanfenberg & Bogner, 2013). Ketiga komponen beban kognitif tersebut saling mempengaruhi, jika Intrinsic load kecil dan German load besar maka Ekstranousload besar, dan sebaliknya jika Ekstranous load besar maka Intrinsic load kecil (Rahmat, 2014).

Kemudahan dalam memahami materi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi besar kecilnya beban kognitif yang diterima siswa, untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dapat dilakukan dengan memperhatikan strategi pembelajaran, karena jika strategi pembelajaran buruk

maka akan menimbulkan beban kognitif yang berlebih (Kayluga S, 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan Meissner & Bogner (2013) yang mengungkapkan, bahwa dalam mengonstruksi suatu strategi pembelajaran sangat penting untuk memperhatikan manajemen beban kognitif (Rahmat & Hindriana, 2014).

(5)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

diantaranya, akan diingat lebih mudah daripada kata-kata (Gunter, (1987;) Shephard, (1967;) dalam Abraham 2009), dan akan diingat lebih lama daripada informasi verbal (Nickerson, (1965;) Gunter, (1987;) dalam Abraham 2009).

Istilah visulalisasi merujuk pada proses menciptakan representasi grafis atau sinonim untuk pencitraan secara visual. Bishop (1989) menjelaskan bahwa visualisasi dapat merujuk pada apa yang divisualisasikan (produk, objek atau gambar visual) atau bagaimana memvisualisasikan (proses, aktifitas atau keterampilan). Merriam-Webster mendefinisikan “visualisasi sebagai pembentukan gambaran mental” atau “tindakan atau proses penafsiran dalam gambaran (visual) atau menempatkan dalam bentuk yang terlihat (dalam Vavra, Janjic-Watric, Loerke, Phillips, Norris, and Macnab J, 2011). Mayer & Moreno (2003) mendefinisikan belajar menggunakan multimedia adalah belajar dengan mempresentasikan kata-kata dan gambar yang dimaksudkan untuk mendorong kegiatan pembelajaran. Dari hasil penjelelasan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa visualisasi adalah proses untuk merepresentasikan suatu hal dalam bentuk gambar (visual) agar lebih mudah dipahami.

Visualisasi materi yang di maksud didalam penelitian ini adalah penggunaan media visual untuk membantu memahami dan menjelaskan materi. Media visual yang dimaksud pada penelitian ini dapat berupa gambar, video, ilustrasi ataupun animasi, mengenai beberapa konsep yang dianggap abstrak dalam materi sistem ekskresi. Peneliti ingin melihat bagaimana beban kognitif siswa ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan visualisasi materi bila dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

(6)

4

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

tersebut pada kurikulum 2013 siswa dituntut untuk memahami terlebih dahulu mengenai struktur dari suatu organ dan kemudian dikaitkan dengan peranan/fungsi serta gangguan yang dapat terjadi jika organ tersebut tidak berfungsi. Menurut Mayer (2010) penggunaan media visual dalam sebuah bahan ajar dapat memfasilitasi pemahaman siswa.

Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin melihat beban kognitif siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan visuaslisasi materi.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana beban kognitif siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan penggunaan visualisasi materi dibandingkan dengan kelas pembelajaran

konvensional?”

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam berbagai pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan menerima dan mengolah informasi (MMI) siswa

pada kelas dengan penggunaan visualisasi materi dibandingkan dengan kelas pembelajaran konvensional?

2. Bagaimana usaha mental (UM) siswa pada kelas dengan penggunaan visualisasi materi dibandingkan dengan kelas pembelajaran konvensional? 3. Bagaimana hasil belajar (HB) siswa pada kelas dengan penggunaan

visualisasi materi dibandingkan dengan kelas pembelajaran konvensional? 4. Bagaimanakah hubungan antara ketiga komponen beban kognitif siswa

setelah penggunaan visualisasi materi pada sistem ekskresi?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah pada ruang lingkup yang diteliti, maka permasalahan dibatasi pada batasan masalah sebagai berikut:

(7)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2. Pengajaran dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran berupa gambar,ilustrasi, video, dan animasi.

3. MMI dan UM yang diukur hanya terkait pada materi yang divisualisasikan selama pembelajaran.

4. HB untuk melihat kemampuan penalaran dibatasi hanya pada pengetahuan yang diperoleh siswa pada saat pembelajaran.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaima beban kognitif siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan visualisasi materi dibandingkan dengan kelas dengan pembelajaran konvensional.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini, yang pertama untuk peneliti, mendapatkan informasi mengenai beban kognitif siswa dengan penggunaan visualisasi materi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, yang kedua

bagi pengajar, apabila visualisasi materi pembelajaran dapat menurunkan beban kognitif siswa maka akan sangat dianjurkan kepada pengajar untuk menggunakan materi yang divisualkan dalam mengajarkan konsep yang dianggap abstrak atau kompleks ketika proses belajar mengajar berlangsung, yang ketiga bagi siswa, jika visualisasi materi pembelajaran ini dapat menurunkan beban kognitif siswa maka kedepannya siswa akan dimudahkan dalam memperoleh informasi dari pembelajaran dengan bantuan visualisasi materi ajar.

F. Asumsi

1. Penggunaan visual di dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa.

(8)

6

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. Penggunaan visual dalam pembelajaran selain memudahkan dalam memahamkan siswa, penggunaan visual memiliki keuntungan yang lain diantaranya, akan lebih mudah untuk diingat dari pada kata-kata dan akan diingat lebih lama.

4. Penggunaan visual didalam pembelajaran verbal dapat membantu siswa dalam memahami informasi yang tidak dapat dipahami secara verbal.

5. Salah satu strategi pembelajaran yang baik adalah dengan memperhatikan manajemen beban kognitifnya.

6. Penggunaan media visual dapat menjadikan pembelajaran efektif karena multimedia dapat mengelola beban kognitif.

G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah beban kognitif siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan penggunaan visualisasai materi lebih rendah dibandingkan pada kelas dengan pembelajaran konvensional.

H. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. BAB I Pendahuluan

Pada BAB I dijelaskan mengenai tahapan yang dilakukan peneliti selama menulis skripsi yang berjudul “beban kognitif siswa pada pembelajaran sistem ekskresi dengan visuaslisasi materi”. Didalam BAB I tersusun dari: a. latar belakang penelitian, b. rumusan permasalahan penelitian, c. pertanyaan penelitian, d. batasan masalah, e. tujuan penelitian, f. manfaat penelitian, g. asumsi, h. hipotesis dan i. struktur organisasi skripsi.

2. BAB II Kajian Pustaka

(9)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

3. BAB III Metodologi Penelitian

Pada BAB III (metode peneilitian) berisi mengenai prosedur penelitian, yang tersususun atas a. definisi operasional, b. desain penelitian, c. jenis penelitian, d. lokasi dan waktu penelitian, e. subjek penelititan, f. instrumen pengumpul data, g. proses pengembangan instrumen, h. teknik pengumpul data, i. prosedur penelitian, j. analisis data.

4. BAB IV Temuan dan Pembahasan

Pada BAB IV (temuan dan pembahasan) adalah BAB pokok dalam penelitian karena berisi hasil dari pengolahan data didalam penelitian. BAB ini tersusun atas a. temuan penelitian dan b. pembahasan.

5. BAB V Simpulan dan Rekomendasi

(10)

66

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa antara kemampuan menerima dan mengolah informasi dengan hasil belajar pada kelas dengan penggunaan visualisasi lebih besar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, sementara usaha mental siswa ada kelas dengan penggunaan visualisasi lebih kecil. Kemampuan menerima dan mengolah informasi serta hasil belajar yang besar pada kelas eksperimen menunjukan rendahnya intrinsic cognitive load dan germany cognitive load, sedangkan rendahnya usaha mental

menunjukan rendahnya ekstranous cognitive load.

Besarnya korelasi antara MMI dengan HB pada kelas dengan penggunaan visualisai materi lebih besar dibandingkan korelasi antara UM dengan HB sebaliknya pada kelas pembelajaran konvensional besarnya korelasi MMI dengan HB lebih kecil dibandingkan dengan korelasi antara UM dengan HB, ini

menggambarkan beban kognitif siswa pada kelas dengan penggunaan visualisasi lebih rendah dibandingkan degan kelas pembelajaran konvensional.

.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian maka penulis memiliki beberapa saran, diantaranya : 1. Sekalipun beban kognitif siswa dengan menggunakan visualisasi materi lebih

(11)

Kiki Santriana, 2014

BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI DENGAN VISUALISASI MATERI Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan PKPA oleh mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker ini memiliki tujuan yaitu untuk memberikan pemahaman, bekal pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan

sebagai hasil dari upaya telaten mengidentifikasi pengaruh-pengaruh sosial, budaya, dan politik yang menandai masa modern awal Makassar seperti yang tampak di

Lokasi Kegiatan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

bahwa dengan adanya pembangunan rumah-rumah bertingkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan pembangunan maka perlu diatur tata cara

Terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi dengan pukulan jarak jauh (long stroke) pada cabang olahraga woodball, dimana korelasi antara konsentrasi

Salah satu contohnya, para pemungut barang-barang bekas atau pemulung yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Terjun Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan

Annual C inputs to soil were only under-estimated by 4% (data not shown) when optimizing the annual C inputs to soil from the undersown barley and forage crops for rotation A [i.e.,

[r]