PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR SKRIPSI
DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratuntukMemperoleh GelarSarjanaPendidikan Program Studi S1
Pendidikan Guru SekolahDasar
Oleh NENA AISAH
1004095
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh
NenaAisah
Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© NenaAisah2014
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENGARUH PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
SISWA SEKOLAH DASAR
Oleh NenaAisah
ABSTRAK
Penelitianinidilatarbelakangiolehrendahnyakemampuansiswadalammengerjakansoa lceritaterutamadalammengomunikasikannyakedalamkalimatmatematika.Untukmengatasir endahnyakemampuankomunikasimatematissiswa,penelitimemilihdanmenggunakansalahs atupendekatanpemecahanmasalahkarenadenganpendekatanpemecahanmasalahinilebihme ngutamakankepada proses daripadahasil, sertabimbingansecarabertahap agar dapatmenemukansolusimasalah yang diberikan.Tujuandaripenelitianiniyaituuntuk: 1) mendeskripsikankemampuankomunikasimatematissiswakelas IV yang
belajarmelaluipendekatanpemecahanmasalahdan yang
tidakmelaluipendekatanpemecahanmasalah; 2) mendeskripsikan proses pembelajaranmatematikadenganmenggunakanpendekatanpemecahanmasalah di
kelaseksperimen; 3)
mengujikeunggulanpendekatanpemecahanmasalahdibandingkandenganpembelajar antradisionaldalammeningkatkankemampuankomunikasimatematissiswa.
PenelitianinimenggunakanmetodekuasieksperimenbentukNon-equivalent Control Group denganpendekatankuantitatif yang dilakukanpada 60 siswadari SDN 2 Sukamajudan SDN 3 Sukamaju.Teknikpengumpulan data yang digunakanyaitutes, observasi, dandokumentasi.Untukmelihatperbedaankemampuankomunikasimatematis data diolahdengan SPSS 16.0 melaluiCompare Means Independent Samples T-Testatauujibeda 2 rata-rata. Hasilpenelitian yang diperolehyaitu: 1) sebelumpembelajarandilaksanakan,
kemampuankomunikasimatematiskelaseksperimendankontrolsama;2)
pelaksanaanpembelajaranpendekatanpemecahanmasalah di kelaseksperimendilaksanakansesuaidenganempattahapanpembelajaranpendekatanpemeca hanmasalah; 3) berdasarkanuji t (Independent Samples T-Test)diperolehnilaiSig. (2-tailed)denganasumsivarianssamaadalah 0,000. Nilaisignifikansiinilebihkecildari 0,05danberdasarkankriteriapengujian H0ditolak. Hal iniberartikemampuankomunikasimatematissiswayang
menggunakanpendekatanpemecahanmasalahlebihbaikdaripada yang menggunakanpembelajarantradisional.
ABSTRACT
This research is motivated by the lack of ability of the students to work on the problems in communicating the stories, especially in math sentence. To overcome the low mathematical communication skills of students, researchers choose and use one as a problem-solving approach to problem-solving approach is more emphasis on process rather than outcomes, as well as guidance in stages to find a solution to the problem in the given research. Initial purpose is to: 1) Determine the communication ability of fourth grade math students who learn through problem-solving approach and not through a problem-solving approach; 2) Knowing the math learning process by using a problem-solving approach in the experimental class; 3) Test the problem-solving approach advantages compared with traditional learning in improving students' mathematical communication skills. This study uses a form of quasi-experimental non-equivalent control group performed a quantitative approach to students of SDN 2Sukamajuand SDN 3 Sukamaju. Data collection techniques used were tests, observation, and documentation. To see the difference in mathematical communication capabilities of data processed with SPSS 16.0 samples through Compare Means Independent T-test or 2 test different average. The results obtained are: 1) Before learning implemented, the same math class communication skills and the control experiment. 2) Implementation of the problem-solving approach to learning in the classroom experiment carried out in accordance with the four-stage learning approach to solve the problem. 3) Based on the t-test (Independent Samples T-Test) obtain Sig. (2-tailed) assuming equal variance was 0.000. Significance value less than 0.05 and H0 is rejected based on the test criteria. This means that the communication ability of students to use mathematical approaches to solving problems better than learning tradisisonal use.
v DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB 11 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESISPENELITIAN ... 8
A.Kajian Pustaka ... 8
1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 8
2. Komunikasi Matematis ... 10
3. Pendekatan Pemecahan Masalah ... 14
4. Materi Pecahan ... 19
5. Penelitian Lain yang Relevan ... 22
B. Kerangka Pemikiran ... 23
C.Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN ... 25
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 25
vi
C.Metode Penelitian ... 26
D.Definisi Operasional ... 27
E. Instrumen Penelitian ... 27
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 30
G.Teknik Pengumpulan Data ... 35
H.Teknik Analisis Data ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
A.Hasil Penelitian ... 39
1. Analisis Data Pretes ... 39
2. Analisis Data Postes ... 51
B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
A.Simpulan ... 70
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ... 28
3.2 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis ... 28
3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 31
3.4 Varians Item ... 32
3.5 Klasifikasi Daya Pembeda ... 33
3.6 Daya Pembeda Butir Soal ... 34
3.7 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 34
3.8 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 35
3.9 Interval Kategori ... 36
4.1 Interval Kategori ... 40
4.2 Interval Kategori Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 41
4.3 Statistik Deskriptif Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 42
4.4 Distribusi Frekuensi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 43
4.5 Distribusi Frekuensi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 45
4.6 Interval Kategori Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 46
4.7 Hasil Uji Normalitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 48
4.8 Hasil Uji Homogenitas Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 49
4.9 Uji Beda Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50
4.10 Statistik Deskriptif Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51
viii
4.12 Distribusi Frekuensi Postes Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa Kelas Kontrol pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 54
4.13 Interval Kategori Postes Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 56
4.14 Hasil Uji Normalitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 59
4.15 Hasil Uji Homogenitas Postes Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol ... 60
4.16 Hasil Uji Beda Rata-rata Postes Kelas Eksperimen dan Kelas
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Gambar Pecahan ... 19
2.2 Gambar Pecahan Senilai ... 20
4.1 Grafik Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di
Kelas Eksperimen Materi Operasi Hitung Pecahan... 44
4.2 Grafik Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas
Kontrol pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 46
4.3 Interval Kategori Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 47
4.4 Grafik Postes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di
kelas Eksperimen pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 54
4.5 Grafik Postes kemampuan Komunikasi Matematis Siswa di Kelas
Kontrol pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 56
4.6 Grafik Interval Kategori Postes Kemampuan Komunikasi Matematis
Siswa pada Materi Operasi Hitung Pecahan ... 57
4.7 Grafik Perbedaan Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematis
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Instrumen Penelitian
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76
A.2 Lembar Kerja Siswa ... 89
A.3 Kisi-kisi Instrumen ... 91
A.4 Pedoman Penskoran ... 91
A.5 Soal Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 92
A.6 Lembar Observasi ... 93
Lampiran B Data Uji Instrumen B.1 Uji Validitas Butir Soal ... 97
B.2 Uji Reliabilitas ... 100
B.3 Daya Pembeda ... 103
B.4 Tingkat Kesukaran ... 106
Lampiran C Hasil Penelitian C.1 Skor Pretes Kelas Eksperimen ... 109
C.2 Skor Pretes Kelas Kontrol ... 109
C.3 Skor Postes Kelas Eksperimen ... 110
C.4 Skor Postes Kelas Kontrol ... 111
C.5 Lembar Observasi ... 113
C.6 Hasil Pekerjaan Siswa ... 119
Lampiran D Hasil Uji Statistik D.1 Hasil Output Uji Normalitas ... 124
D.2 Hasil Output Uji Homogenitas ... 124
D.3 Hasil Uji Beda Rata-rata ... 125
Lampiran E Profil Sekolah E.1 Profil SD Negeri 3 Sukamaju ... 127
E.2 Profil SD Negeri 2 Sukamaju ... 129
Lampiran F Surat Izin Penelitian ... 131
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik,
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir (Hendersondalam Sadulloh,
2010, hlm. 5).
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 (dalamSadulloh, 2010, hlm.
5) tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Berdasarkanpembahasan di atas, maka pendidikan merupakan usaha sadar
yang dilakukan individu yang berlangsung seumur hidup untuk mengembangkan
segala potensi yang dimilikinya.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia berlandaskan pada sebuah
kurikulum. Kurikulum yang digunakan diantaranya adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP). Menurut Mulyasa (dalam Lestari, 2010, hlm. 1)
Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan (KTSP)
merupakankurikulumoperasional yang
dikembangkanolehsetiapsatuanpendidikansertamerupakanacuandanpedoma nbagipelaksanaanpendidikanuntukmengembangkanberbagairanahpendidika
n (pengetahuan, keterampilan, dansikap)
dalamsatuanpendidikandasardanmenengah.
Sesuaidengan KTSP
bahwamatapelajaranmatematikaharusdiberikankepadasiswasejaksekolahdasarkare
nasiswaakanmampuberpikirlogis, sistematis, kritis, analitis,
dankreatifsertamampumemecahkanmasalah yang dihadapi. Pernyataan tersebut
sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana
2
1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma; 2. menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3. memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah; 5. memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaiacuandalampembelajaran,
standarkompetensidankompetensidasardisusununtukmengembangkankemampuan
matematika.Hal ini sesuai dengan standar kompetensi mata pelajaran matematika,
pada Kurikulum 2006 yaitu:
Mampu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh serta mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah(Depdiknas, 2006, hlm. 417).
Selain menurut kurikulum 2006, terdapat standar utama dalam pembelajaran
matematika yang termuat dalam Standard National Council of Teacher of
Mathematics (NCTM, 2000,hlm. 7) yaitu kemampuan pemecahan masalah
(problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan
koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan
representasi (representation).
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam kegiatan proses belajar dan
pembelajaran matematika kemampuan komunikasi matematis menjadi bagian
yang sangat penting bagi siswasebagai standar dan tujuan pembelajaran
matematika. Salah satu pengertian kemampuan komunikasi matematis diantaranya
dikemukakan oleh Susanto(2013, hlm. 213) yang menyatakan :
Komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu peristiwa dialog atau saling hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan, dan pesan yang berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah.
Dalam proses pembelajaran di kelas , guru
dansiswaterlibatlangsungdalampengalihanpesanbaiksecaralisanatautulisan.
3
oleh guru saja melainkan dapat dilakukan oleh siswa. Guru
harusnyamelaksanakan pembelajaran yang meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasiterutamadalamkomunikasimatematis, tidak hanya berpusat
pada kemampuan siswa dalam menghafal.
Sesuai dengan pandangan Silver dan Smith (dalam Umar, 2012, hlm. 2)
menyatakan kemampuan komunikasi matematis memang perlu ditumbuh
kembangkan dikalangan siswa. Hal ini diperkuat oleh Barroody (dalam Umar,
2012 hlm. 2), bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa
mengomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu,
representing, listening, reading, discussing dan writing.
Dengan demikian, peran guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuhkan, sebab
kemampuan komunikasi matematis merupakan bagian yang penting dalam
pembelajaran matematika sebagai kegiatan interaksi untuk mengungkapkan
berbagai ide dengan jelas, tepat dan singkat.
Kenyataannya di lapangan, berdasarkan penelitian yg dilakukan oleh Dania
Fuji Lestari tahun 2010 hasil diskusi bersama guru Sekolah Dasar Negeri 1
Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis, siswa mempunyai masalah
dalam mengerjakan soal cerita terutama dalam hal mengomunikasikannya ke
dalam kalimatmatematik.
Berdasarkan permasalahan di atas, rendahnya kemampuan komunikasi
matematis siswa tidak terlepas dari proses belajar mengajar yang dilakukan di
kelas. Misalnya masalah yang biasa terjadi di sekolah yaitu penerapan pendekatan
pembelajaran matematika yang masih berpusat pada guru (teacher centered),
sementara siswa cenderung pasif. Faktor lainnya, ialah penerapan pendekatan
pembelajaran tradisional, yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas atau
pekerjaan rumah (PR). Sistem pengajaran yang demikian ini menyebabkan siswa
tidak berpartisifasi aktif dalam mengikuti pembelajaran karena guru lebih
menekankan pada latihan pengerjaan soal dengan menggunakan rumus sehingga
4
Sesuaidengan pendapat Baroody (dalam Umar, 2012, hlm. 3) menyatakan
bahwa pada pembelajaran matematika dengan pembelajaran tradisional,
komunikasi (lisan) siswa masih sangat terbatas hanya pada jawaban verbal yang
pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan guru.
Sejalan dengan pendapat Baroody (dalam Umar, 2012 hlm. 3), bahwa
pembelajaran tradisional tidak cocok untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Oleh karena itu, sebaiknya guru menyajikan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa
di sekolah dalam pembelajaran matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau problem solving.
Komunikasi matematis tidak hanya dapat dikaitkan dengan pemahaman
matematika, namun juga sangat terkait dengan kemampuan pemecahan masalah.
Hal ini dapat dicermati antara lain dari pendapat Riedesel (dalam Umar, 2012,
hlm.5) yang mengemukakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan dalam
pemecahan masalah ada beberapa cara pengungkapan masalah yang dapat
dilakukan seperti: masalah dengan jawaban terbuka, masalah dinyatakandengan
menggunakan oral, masalah nonverbal, menggunakan diagram, grafikdan gambar,
mengangkat masalah yang tidak menggunakan bilangan,menggunakan analogi,
dan menggunakan perumusan masalah siswa.
Cara dalam pengungkapan masalah, yang penerapannya nampak dalam
berbagai tugas yang disiapkan siswa sejalan dengan tujuan aktivitas pemecahan
masalah sebagaimana pendapat Annete (dalam Umar, 2012, hlm.5) yaitu bahwa
guru dapat menggunakan aktivitas pemecahan masalah untuk tujuan ganda seperti
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan pengorganisasian
data, dan keterampilan komunikasi.
Salah satu cara memecahkan masalah matematika yang dapat digunakan
diantaranya dengan strategi menurut Polya. Menurut Polya (Suherman,dkk, 2003,
hlm. 99) terdapat empat langkah yang harus dilakukan dalam memecahkan suatu
masalah yaitu: ‘1. Memahami masalah, 2. Merencanakan pemecahannya, 3.
5
hasil yang telah diperoleh (loocking back)’. Ke empat tahap pemecahan masalah
dari Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk
dikembangkan khususnya untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa.
Kemampuan komunikasi matematis siswa yang dapat dikembangkan
melalui strategi polya yaitu menunjukan ide matematik yang terdapat dalam soal
cerita secara tulisan ke dalam bentuk gambar, menerjemahkan gambar ke dalam
kalimat matematika dan menjelaskan penyelesaian algoritma matematika.
Kegiatan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam
menyelesaikan soal cerita tentang pecahan melalui strategi polya dilakukan
dengan cara sebagai berikut: pada tahap memahami masalah siswaharus
menyebutkan hal-hal yang diketahui dari soal cerita danmenyebutkan hal-hal yang
ditanyakan dari soal cerita. Pada tahap merencanakan strategi yaitu menyebutkan
strategi apa yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal cerita tersebut.
Strategi yang akan digunakan adalah strategi membuat gambar. Untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam menunjukkan ide-ide matematika yang terdapat dalam
soal cerita ke dalam bentuk gambar dilakukan dengan cara mengarahkan siswa
menuangkan pikiran yang terdapat dalam soal cerita ke dalam bentuk gambar.
Cara tersebut dilakukan agar siswa memahami isi yang terdapat dalam soal cerita.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar”.
B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Masalah yang teridentifikasi
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka masalah-masalah yang
muncul adalah sebagai berikut:
a. Siswa mempunyai masalah dalam mengomunikasikan materi yang telah
dipelajari.
b. Siswa mempunyai masalah dalam mengerjakan soal cerita terutama dalam hal
6
c. Siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal cerita apabila tidak mendapat
bimbingan langsung dari guru.
d. Dalam proses pembelajaran di kelas guru menggunakanpembelajaran
tradisional.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah :
a. Bagaimanakah kemampuankomunikasi matematis siswa kelas IV yang
belajarmelaluipendekatanpemecahanmasalahdan yang
tidakmelaluipendekatanpemecahanmasalah?
b. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah matematika di kelas eksperimen?
c. Apakah kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan
pendekatan pemecahan masalah lebih baik dibandingkan dengan yang belajar
menggunakan pembelajaran tradisional ?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
a. mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas IV yang
belajarmelaluipendekatanpemecahanmasalahdan yang
tidakmelaluipendekatanpemecahanmasalah
b. mendeskripsikan proses pembelajaran matematika dengan menggunakan
Pendekatan Pemecahan Masalah di kelaseksperimen.
c. Menguji keunggulan pendekatan pemecahan masalah dibandingkan dengan
pembelajaran tradisionaldalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan
menjadidua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.Secara teoretis, hasil
7
terutama penelitian atau kajian yang membahas masalah pendekatan pembelajaran
khususnya pendekatan pemecahan masalah.
Sedangkan secara praktisnya, yaitu:
1. Bagi siswa, pembelajaran akan menyenangkan, siswa ikut aktif berpartisipasi,
serta dapat memberikan gambaran bagaimana melatih kemampuan
komunikasi matematis dalam menyelesaikan permasalahan.
2. Bagi guru, dapat menambah wawasan serta dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah yang
berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis.
3. Bagi lembaga, dapat memberikan sumbangan referensi dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran khususnya dalam matematika.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
Dalam bab ini membahas mengenai kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan
hipotesis penelitian.
3. Bab III Metode Penelitian
Dalam bab ini membahas mengenailokasi, populasidansampelpenelitian,
desain penelitian,metode penelitian,definisi operasional variabel, instrumen
teknikpengumpulan data, dan teknik analisi data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang diperoleh dan
pembahasan hasil penelitian.
5. Bab V Simpulan dan Saran
Dalam bab ini membahas mengenai simpulan dari penelitian yang dilakukan
serta saran dari peneliti atas penemuan yang ditujukan kepada pihak-pihak
25 BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di daerah Kecamatan Mangunjaya, Kabupaten
Pangandaran. Peneliti mengambil subjek penelitian seluruh siswa kelas IV SDN 2
Sukamaju dan SDN 3 Sukamaju.
2. Populasi
Menurut Sugiyono (2010, hlm. 80) ‘populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan’.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar di
Kecamatan Mangunjaya, Kabupaten Pangandaran tahun ajaran 2013-2014.
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2010, hlm. 81). Adapun teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan karena
lebih mudah untuk melaksanakan penelitian, dan kondisi siswanya yang sudah
mendukung untuk diterapkan pendekatan pemecahan masalah dalam
pembelajarannya.
Dengan mengacu kepada penjelasan Sugiyono di atas maka sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas IV SDN 2 Sukamaju dan
semua siswa kelas IV SDN 3 Sukamaju. Kelas eksperimen adalah siswa kelas IV
SDN 3 Sukamaju dan yang dijadikan kelas kontrol adalah siswa kelas IV SDN 2
Sukamaju.
B.Desain Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian kuasi eksperimen. Desain ini mempunyai
26
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono,
2010, hlm. 77).
Bentuk desain kuasi eksperimen yang peneliti gunakan adalah
non-equivalent control group desain. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Gambar desain penelitiannya
sebagai berikut (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 79):
Keterangan:
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
X1 = Perlakuan (treatment) dengan pendekatan
pemecahan masalah
O1& O3 = Tes awal sebelum perlakuan (Pretest)
O2& O4 = Tes akhir setelah perlakuan (Posttest)
C.Metode Penelitian
“Metode peneltian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi “ (Syaodih, 2005, hlm. 52).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif, desain
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik,
struktur dan percobaan terkontrol.
Sehubungan tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pendekatan
pemecahan masalah matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas IV, maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
eksperimen.
Menurut Sugiyono (2010, hlm. 72) menyatakan “metode penelitian
eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk
E O1 X1 O2
27
mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan”. Sehingga penggunaan metode eksperimen dalam penelitian ini
digunakan untuk mencari pengaruh penggunaan pendekatan pemecahan masalah
terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa pada operasi hitung pecahan
yang diuji cobakan pada kelas IV SDN 3 Sukamaju.
D.Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu kemampuan komunikasi
matematis sebagai variabel terikat, dan pendekatan pemecahan masalah sebagai
variabel bebas. Selanjutnya akan didefinisikan mengenai variabel-variabel dalam
penelitian ini sebagi berikut:
1. Pendekatan pemecahan masalah
Pendekatan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai suatu
jalan, cara atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru dan siswa untuk mampu
menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan
langkah pemecahan masalah. Langkah-langkah pemecahan masalah yang
digunakan adalah langkah pemecahan masalah menurut Polya.
2. Komunikasi matematika
Komunikasi matematis dalam penelitian ini adalah siswa mampu
mengomunikasikan matematika yang dipelajari sebagai isi pesan yang harus
disampaikan ke dalam tulisan.
E.Instrumen Penelitian 1. Tes
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah
ditentukan Arikunto (2010, hlm. 53). Tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa. Tes yang digunakan
berbentuk uraian dimana pelaksanaan test dilakukan dua kali yaitu sebelum
pembelajaran (pretes) dan setelah pembelajaran (posttes). Tes ini juga digunakan
28
pembelajaran. Soal yang digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu
diujicobakan kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah termasuk ke dalam
kriteria soal yang baik atau belum. Banyaknya butir soal untuk pretes dan posttes
dalam penelitian ini jumlahnya sama yaitu tiga butir. Pertimbangan banyaknya
soal yang digunakan disesuaikan dengan cakupan materi yang diajarkan serta
alokasi waktu yang tersedia. Selain itu apabila soal terlalu banyak dikhawatirkan
siswa menjadi kurang fokus dalam mengerjakan soal.
Adapun kisi-kisi soal pretes dan posttes kemampuan komunikasi matematis
yang digunakan sebagai berikut
Tabel 3.1
Kisi-kisi Soal Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator Aspek yang diukur No. Soal
Menunjukkan ide matematik yang terdapat dalam soal cerita secara tulisan kedalam bentuk gambar
Siswa mampu menunjukkan ide matematik secara tulisan kedalam bentuk gambar
1a, 2a,3a
Menerjemahkan gambar kedalam kalimat matematika
Siswa mampu menerjemahkan gambar kedalam kalimat matematika
1a, 2a,3a
Menjelaskan penyelesaian algoritma matematika
Siswa mampu menjelaskan penyelesaian algoritma matematika
1b, 1c, 2b, 3b, 3c
Sementara itu pedoman penskoran yang digunakan peneliti untuk menskor
prestes dan posttes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
No. Aspek Nilai Respon Terhadap Masalah Skor
1.
Menunjukkan ide matematik yang
terdapat dalam soal cerita secara
tulisan kedalam bentuk gambar
(K1)
Tidak menunjukkan ide matematik secara
tulisan ke dalam bentuk gambar 0 Salah dalam menunjukkan ide matematik secara tulisan ke dalam bentuk gambar 1 Kurang dalam menunjukkan ide matematik secara tulisan ke dalam bentuk gambar 2 Sebagian benar dalam menunjukkan ide matematik secara tulisan ke dalam bentuk gambar
3
29
matematik secara tulisan ke dalam bentuk gambar
Benar menunjukkan ide matematik secara tulisan ke dalam bentuk gambar 5
2. Menerjemahkan gambar kedalam kalimat matematika (K2)
Tidak menerjemahkan gambar ke dalam
kalimat matematika 0
Salah dalam menerjemahkan gambar ke
dalam kalimat matematika 1
Kurang benar dalam menerjemahkan gambar ke dalam kalimat matematika 2 Sebagaian benar dalam menerjemahkan gambar ke dalam kalimat matematika 3 Hampir benar dalam menerjemahkan gambar ke dalam kalimat matematika 4 Benar menerjemahkan gambar ke dalam
kalimat matematika 5
3. Menjelaskan penyelesaian algoritma matematika (K3)
Tidak menjelaskan penyelesaian algoritma
matematika. 0
Salah dalam menjelaskan penyelesaian
algoritma matematika 1
Kurang benar dalam menjelaskan penyelesaian algoritma matematika 2 Sebagian benar dalam menjelaskan penyelesaian algoritma matematika 3 Hampir benar dalam menjelaskan penyelesaian algoritma matematika 4 Benar dalam menjelaskan penyelesaian
algoritma matematika 5
Skor akhir : K1 + K2 + K3 Skor tertinggi : 5 + 5 + 5 = 15 2. Observasi
Observasi pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses
pembelajaran pendekatan pemecahan masalah yaitu pada kelas eksperimen. Data
yang diperoleh bersifat subyektif karena dipengaruhi oleh sebyektivitas observer.
Menurut Arikunto (2006, hlm. 157) observasi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu observasi non-sistematis dan observasi sistematis. Observasi non sistematis
merupakan observasi yang dilakukan pengamat (observer) dengan tidak
menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan observasi sistematis merupakan
observasi yang dilakukan pengamat (observer) dengan menggunakan pedoman
30
yaitu observasi sistematis agar observer lebih terfokus dalam mengobservasi
pelaksanaan pembelajaran pendekatan pemecahan masalah.
Kolom catatan didisi oleh observer dimana isinya merupakan hasil
pengamatan terhadap aktivitas guru, siswa, serta segala hal yang terjadi pada
setiap fase-fase pelaksanaan pembelajaran pendekatan pemecahan masalah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sama halnya dengan penggunaan observasi yaitu untuk
mengetahui proses pembelajaran pendekatan pemecahan masalah pada kelas
eksperimen. Hasil dari dokumentasi ini untuk memperkuat data yang diperoleh
dari hasil pengamatan yang dilakukan observer.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dikonsultasikan kepada
dosen pembimbing dan diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitasnya,
daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Proses pengolahan data dilakukan
dengan bantuan Microsoft Excel 2010.
1. Validitas Soal
Menurut Arikunto (2006, hlm. 168) “validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen
yang valid memiliki validitas yang tinggi, dan yang kurang memiliki validitas
yang rendah”.
Untuk menguji validitas instrument menggunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar, yaitu :
= ∑ (∑ ) (∑ )
{ ∑ (∑ )²} { ∑ (∑ )²}
Arikunto (2010, hlm.72)
Keterangan:
: koefisien korelasi
∑ : jumlah skor item
∑ : jumlah skor total : jumlah responden
Setelah diperoleh harga kita lakukan pengujian validitas dengan
membandingkan dan rtabelproduct moment, dengan terlebih dahulu
menetapakan rtabelproduct moment n = 32 dan taraf signifikansi 5% maka rtabelnya
31
valid, jika rhitung< rtabelmaka soal tersebut tidak valid. Berdasarkan hasil
perhitungan uji validitas instrument penelitian, ketiga soal tes telah valid dan
digunakan sebagai instrument penelitian.
Hasil perhitungan koefisien validitas yang telah diuji cobakan pada soal tes
kemampuan komunikasi matematis siswa yang terdiri dari tiga buah soal
diperoleh perhitungan menggunakan Microsoft Excel 2010.
Tabel 3.3
Hasil Uji Validitas Instrumen
Item N ∑X ∑Y ∑XY ∑X2 ∑Y2 rXY r tabel Kriteria 1 32 368 859 11484 4742 29875 0.861 0,349 Valid 2 32 281 859 10082 3571 29875 0.926 0,349 Valid 3 32 210 859 8309 2616 29875 0.920 0,349 Valid
Berdasarkan tabel terdapat 3 item soal. Dari 4 item soal tersebut valid
semua. Maka 3 item soal tersebut digunakan dalam penelitian.
2. Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2010, hlm. 121), instrument yang reliabel adalah
instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama. Karena tes yang digunakan adalah tes uraian,
maka rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument adalah rumus
Alpha sebagai berikut:
= ( − 1) 1−∑
Arikunto (2010, hlm. 109)
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari
n = jumlah item dalam instrumen
∑at2 = jumlah varians skor tiap item
at2 = varians total.
32
∑! = ∑"# ( ∑"#)
$
% , dan
∑! = ∑& −
( ∑"') %
(
Reliabilitas juga sama seperti validitas, yaitu mengacu pada nilai
rtabelproduct moment. Untuk n = 32 dan taraf signifikansi 5 % adalah 0,349.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai varians
sebagai berikut.
a) Varians Item
Tabel 3.4
Varians Item
No.
Soal N ∑X ∑X
2
)*+
1 32 368 4742 15.937
2 32 281 3571 34.483
3 32 210 2616 38.684
∑)*+ 89.104
b) Varians Total
∑! =∑& −
( ∑"') %
(
∑! =29875 −
(123) 4
32
∑! =29875 −
64611 4
32
∑! =29875 − 23058.7832
∑! = 213.001
Nilai varians tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus koefisien
reliabilitas alfa cronbach.
33
= (3 − 1) <1 −3 213.007>89.104
= 3 2 1 − 0.418
= 3 2 0.582 = 0.873
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrument penelitian diperoleh
skor realibilitas sebesar 0,873 maka kita bandingkan dengan nilai rtabel n = 32
dengan taraf signifikansi 5 % yaitu 0.349. Diperoleh hasil bahwa rhitung lebih besar
dari rtabel yang menunjukkan bahwa soal tersebut reliabel.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk
membedakan antara siswa yang pandai atau berkemampuan tinggi, dengan siswa
yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2010, hlm. 211).
Untuk menentukan daya pembeda soal uraian digunakan rumus berikut.
? @ ABCDBE (?A) = GGG − FIJKGGGGH
(Larasati, 2013, hlm. 33) Keterangan :
F
GGG= Rata-rata siswa kelompok atas
H
GGGG = Rata-rata siswa kelompok bawah SMI = Skor Maksimal Ideal
Klasifikasi nilai daya pembeda setiap soal mengacu pada Arikunto (2010,
hlm. 218) sebagai berikut.
Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai D Kategori
0.00 - 0.20 Jelek (poor)
0.21 - 0.40 Cukup (satisfactory)
0.41 - 0.70 Baik (good)
34
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai dan kriteria
sebagai berikut.
Tabel 3.6
Daya Pembeda Butir Soal
Nomor Soal Daya pembeda Kategori
1 0.40 Cukup (satisfactory)
2 0.72 Baik sekali (excellent)
3 0.67 Baik (good)
4. Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sulit. Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha untuk
menyelesaikannya, soal yang terlalu sukar atau menyebabkan siswa menjadi putus
asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan.
Indeks kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya
suatu soal (Arikunto, 2010, hlm. 207).
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, digunakan rumus :
Tingkat Kesukaran = skor maksimum item soalmean item soal
(Hindasah, N.S., 2013, hlm. 36)
Klasifikasi tingkat kesukaran mengacu pada pendapat Arikunto (2010, hlm.
210), yaitu:
Tabel 3.7
Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Interval Tingkat kesukaran
0.00-0.30 Sukar
0.31-0.70 Sedang
0.71-1.00 Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal, diperoleh 1 butir
35
Tabel 3.8
Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No. Soal Indeks kesukaran Kategori
1 0.767 Mudah
2 0.585 Sedang
3 0.438 Sedang
G.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes.
Untuk memperjelas teknik pengumpulan data yang akan dilakukan, dijelaskan
sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes disini untuk mengukur
kemampuan komunikasi siswa. Tes yang digunakan berbentuk uraian dimana
pelaksanaan test dilakukan dua kali yaitu sebelum pembelajaran (pretes) dan
setelah pembelajaran (postes).
b. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses
pembelajaran pendekatan pemecahan masalah yaitu pada kelas eksperimen. Data
yang diperoleh bersifat subyektif karena dipengaruhi oleh subyektivitas observer.
c. Dokumentasi
Dokumentasi sama halnya dengan penggunaan observasi yaitu untuk
mengetahui proses pembelajaran pendekatan pemecahan masalah pada kelas
eksperimen. Hasil dari dokumentasi ini untuk memperkuat data yang diperoleh
dari hasil pengamatan yang dilakukan observer.
H.Teknik Analisis Data
Terdapat tiga langkah dalam menganalisis data yang dikemukakan oleh
36
a. Persiapan, seperti mengecek nama dan kelengkapan identitas, mengecek
kelengkapan data, dan mengecek macam isian data.
b. Tabulasi, seperti memberikan skor pada tiap item-item yang perlu diberi skor.
c. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian.
Berdasarkan pendekatan yang akan digunakan peneliti yaitu pendekatan
kuantitatif dengan metode eksperimen, maka untuk pengolahan data akan
menggunakan rumus-rumus statistik.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan
menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan uji perbedaan rerata. Apabila
data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka akan digunkan uji
nonparametrik perbedaan rerata, tetapi apabila berdistribusi normal maka akan
dilanjutkan uji-t.
a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum variabel.
Statistik deskrpitif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasinya (Sugiyono, 2010, hlm. 147). Untuk mengetahui
gambaran umum variabel dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel
2010 dan SPSS 16.0. interval yang digunakan adalah interval kategori menurut
Cece Rahmat dan Solehudin (dalam Hindasah, N.S., 2013, hlm. 37) dengan
[image:30.595.158.469.607.734.2]ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.9
Interval Kategori
No. Interval Kategori
1. X ≥ Gideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi
2. Gideal + 0,5 Sideal ≤ X <Gideal + 1,5 Sideal Tinggi
3. Gideal - 0,5 Sideal ≤ X <Gideal + 0,5 Sideal Sedang
4. Gideal - 1,5 Sideal ≤ X <Gideal - 0,5 Sideal Rendah
37
Keterangan : Gideal = Xideal ; Sideal = 4 Gideal
b. Analisis Statistik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil pretes maupun
postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak.
Jika data berdistribusi normal, maka data akan dianalisis menggunakan statistik
parametrik. Tetapi jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka data
akan dianalisis menggunakan statistik nonparametrik.
Hipotesis untuk uji normalitasnya sebagai berikut:
H\ : Skor pretes berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H] : Skor pretes berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Uji statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan
mengambil taraf signifikansi ( ^ ) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah jika
nilai signifikansi > 0,05 maka H\diterima, namun jika signifikansi< 0,05 maka
H\ ditolak.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahi apakah data yang diperoleh
memiliki varian yang homogen atau tidak. Uji homogenitas sampel dilakukan
dengan uji F dengan uji statistik Levenes’s Test.
Hipotesis untuk uji homogenitas sebagai berikut:
H\ : Kelompok data skor pretes atau skor postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian sama.
H] : Kelompok data skor pretes atau postes antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian berbeda.
Uji statistik yang akan digunakan adalah uji Levene Statistic dengan
mengambil taraf signifikansi ( ^ ) sebesar 0,05. Kriteria pengujiannya adalah jika
nilai signifikansi > 0,05 maka H\ diterima, namun jika signifikansi < 0,05 maka
H\ ditolak.
38
Rata-rata hasil pretes dan postes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol diuji untuk mengetahui apakah kemampuan komunikasi matematis siswa
dari kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama atau tidak.
Hipotesis uji perbedaan rata-rata pretes sebagai berikut:
H\ : Tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
H] : Ada perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematis antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hipotesis uji perbedaan rata-rata postes sebagai berikut:
H\ : Kemampuan komunikasimatematis siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah tidak lebih baik dibandingkan dengan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tradisional.
H] : Kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan pemacahan masalah lebih baik dibandingkan dengan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan tradisional.
Apabila kelompok data tidak berdistribusi normal maka uji perbedaan
rata-rata menggunakan uji Man-Whitney U, sedangkan apabila uji normalitas
berdistribusi normal maka dilakukan uji Independen Sample T Test.
Kriteria pengambilan keputusan untuk uji perbedaan rata-rata pretes dengan
taraf signifikansi ^ = 5% adalah H\ diterima jika nilai signifikansi (sig) ≥ 0,05
dan H\ ditolak jika nilai signifikansi (sig) < 0,05.
Sedangkan kriteria pengambilan keputusan untuk uji postes adalah dengan
taraf signifikansi ^ = 5% adalah H\ diterima jika nilai signifikansi (sig) > 0,05
dan H\ ditolak jika nilai signifikansi (sig) < 0,05. Selain uji signifikansi juga dapat
70 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pengumpulan data hasil penelitian, pengolahan, dan analisis
data serta pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan:
1. Kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum pembelajaran secara
umum untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kategori sama,
yaitu pada kriteria tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Setelah
pembelajaran, kemampuan komunikasi matematis siswa di kelas eksperimen
dan kelas kontrol mempunyai kriteria berbeda. Kategori yang paling banyak
di kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan kategori
yang paling banyak di kelas kontrol berada pada kategori rendah.
2. Proses pembelajaran operasi hitung pecahan dengan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah dilakukan di kelas eksperimen berjalan
dengan baik dan tidak ada kendala apapun. Menggunakan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut: tahap memahami masalah, tahap
merencanakan strategi, tahap melaksanakan dan tahap memeriksa kembali.
3. Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen pada materi
operasi hitung pecahan yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah
lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa kelas kontrol
yang menggunakan pembelajaran tradisional. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai postes kelas eksperimen jauh lebih tinggi daripada kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka Peneliti
mengajukan beberapa saran, yaitu:
1. Bagi Kepala Sekolah agar menyarankan dan memotivasi guru untuk
menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif
dalam belajar, salah satunya dengan menggunakan pendekatan pemecahan
71
2. Bagi guru dan calon guru, dalam proses pembelajaran baik dalam
pembelajaran matematika atau pembelajaran lainnya diharapkan dapat
menggunakan pendekatan pembelajaran yang bermacam-macam sesuai
dengan materi yang diajarkan. Diantaranya menggunakan pendekatan
pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik menggunakan pendekatan pemecahan
masalah, diharapkan dapat mengembangkan penelitiannya pada materi lain
sehingga hasil penelitian ini biasa dijadikan acuan untuk melanjutkan
72
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
---. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Ardi Mahasatya.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:
Depdiknas. (2006). Kurikulum-2006Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia no 22 tahun 2006. Jakarta: Makmur Maju Mandiri.
Hindasah, N.S., (2013). Pengaruh penggunaan strategi react pembelajaran matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sekolah dasar. (Skripsi). FIP PGSD UPI. Tasikmalaya.
Karlimah. (2010). Pengembangan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah serta disposisi matematis mahasiswa pgsd melalui pembelajaran berbasis masalah. Tasikmalaya: Tidak Diterbitkan
Larasati, Niken. (2013). Implementasi strategi think-talk-write (ttw) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa sd. (Skripsi). FIP PGSD UPI. Tasikmalaya.
Lestari, Dania Fuji. (2010). Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita melalui pendekatan pemecahan masalah matematika di sekolah dasar. (Skripsi). FIP PGSD UPI. Tasikmalaya.
73
National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Prinsipes and standards for school mathematics. Restorn: NCTM.
Sadulloh, Uyoh. (2010). Pedagogik (ilmu mendidik). Bandung: ALFABETA .
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitataif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherlan, Sahlan. (2013). Pembelajaran matematika dengan pendekatan pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SMP. Pendidikan Mateatika STKIP Siliwangi Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suherman, dkk. (2003).Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung.
Suryadi, Didi & Herman, Tatang. (2008).Eksplorasi matematika pembelajaran pemecahan masalah. Jakarta: Karya Duta Wahana.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syaodih, Nana. (2005). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.
Umar, Wahid. (2012). Membangun kemampuan komunikasi matematis dalam pembelajaran metematika. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung: Tidak Diterbitkan.