• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

Nurul Sholehah

Pendidikan Matematika Matematika STKIP YPM Bangko Email: nurulsholehah405@yahoo.com

ABSTRACT

This research is motivated by the low ability of students to solve mathematical problems.

Judging from the initial tests of problem solving abilities, there are several indicators of problem solving abilities that cannot be achieved by students. This is because students only listen to what the teacher explains without understanding it, so students have not been able to solve mathematical problems. To overcome this, the researchers used a problem solving approach. This study aims to determine and describe the effect of the problem solving approach on students' mathematical problem solving abilities. This type of research is quantitative research with experimental methods, the research design is post test only control design. The population in this study were eighth grade students of Merangin Middle School 7 consisting of 3 classes. The sampling technique uses Simple Random Sampling, the selected sample is Class VIII A as the experimental class and Class VIII C as the control class. The data analysis technique used to test hypotheses is the t-test. From the final test data analysis in the experimental class obtained an average of 73.82, while the control class obtained an average of 63.13. Then the data were analyzed using t-test, because the data were normally distributed and homogeneous in variance. Hypothesis test results obtained, = 2.738 and = 1.678. Because> then Ho is rejected and Haa is accepted. So it can be concluded that there is an influence of the problem solving approach to the mathematical problem solving ability of students of class VIII SMP N 7 Merangin.

Keywords: Mathematical Problem Solving Ability, Problem Solving Approach.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan.

Besarnya peranan tersebut telah menjadikan matematika sebagai salah satu ilmu yang dipelajari mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi. Matematika juga menjadikan seseorang memiliki sikap penuh perhitungan dalam kehidupannya, dengan matematika seseorang akan lebih kritis, kreatif dan logis dalam menyikapi suatu persoalan.

Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa adalah sebagai subjek dan objek dari kegiatan pengajaran. Sehingga inti dari proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan. Idealnya dalam pembelajaran matematika, siswa harus menguasai berbagai kemampuan matematis.

Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari matematika yaitu kemampuan pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika selalu berhubungan dengan kemampuan pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah.

Masalah merupakan suatu konflik, hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas belajarnya dalam kelas. Namun masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Menurut Fauzan (2012:6) bahwa “masalah berasosiasi dengan soal tidak rutin yang mana untuk menyelesaikannya diperlukan suatu analisis dan proses berpikir yang lebih mendalam.”

Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam menyelesaikannya.

(2)

Kebenaran, ketepatan, keuletan, dan kecepatan adalah suatu hal yang diperlukan dalam pemecahan masalah. Keterampilan siswa dalam menyusun suatu strategi adalah suatu kemampuan yang harus dilihat oleh guru. Jawaban benar bukan standar ukur mutlak, namun proses yang lebih penting darimana siswa dapat mendapatkan jawaban tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP N 7 Merangin diketahui bahwa pada saat pembelajaran berlangsung siswa kurang dilibatkan dalam optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru matematika pada tanggal 13 Januari 2016, proses pembelajaran yang sering dilakukan di kelas adalah guru memberikan penjelasan dan contoh soal, kemudian siswa diberikan soal latihan. Menurut guru tersebut, dianggap efisien karena dapat menyelesaikan materi sesuai silabus dengan cepat dan waktu yang sudah ditentukan. Dalam pembelajaran strategi yang diterapkan guru kurang bervariasi dan cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yang belangsung selama ini terlihat hanya guru yang aktif.

Sedangkan siswa hanya duduk mendengarkan penjelasan guru kemudian mengerjakan soal-soal yang diberikan.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin perihal kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam pembelajaran matematika diperoleh informasi bahwa, pada saat pembelajaran kebanyakan siswa merasa masih sulit untuk benar-benar memahami suatu pokok bahasan yang diberikan guru sehingga pada saat ke materi baru mereka merasa kesulitan dikarenakan materi yang sebelumnya belum begitu mereka pahami. Sebagai contoh ketika mereka dihadapkan pada suatu soal untuk pendalaman materi. Sebagian besar siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut dengan benar dan tampak bingung dalam mengerjakannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa belum begitu memahami setiap materi yang diberikan oleh guru.

Dalam proses pembelajaran selama ini guru belum pernah dilakukan tes kemampuan pemecahan masalah siswa melainkan mengukur hasil belajar siswa. Tes awal yang dilakukan peneliti bertujuan menggetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Tes awal itu yang dilakukan pada tanggal 14 Januari 2016. Tes awal kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang telah diujikan pada 25 siswa kelas VIII C. Dari hasil tes awal peneliti melihat masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Ada beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah yang belum bisa tercapai oleh siswa.

Berdasarkan jawaban siswa terlihat bahwa, siswa sudah dapat merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis. Akan tetapi siswa masih melewatkan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan serta menggunakan matematika secara bermakna dan siswa masih kesulitan menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah serta siswa tidak dapat menjelaskan atau menginterprestesikan hasil sesuai permasalahan asal dengan tepat dan benar.

Berikut adalah Tabel yang menjelaskan tentang persentase ketuntasan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis dalam soal tes awal yang diberikan pada siswa kelas VIII C di SMP N 7 Merangin.

Tabel 1. Rata-rata ketuntasan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa kelas VIII C SMP N 7 Merangin

(3)

Dari jawaban di atas dapat dilihat terdapat lima indikator kemampuan pemecahan masalah matematis dan siswa belum dapat mencapai ketiga indikator tersebut disebabkan dalam proses pembelajaran siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan guru hanya menggunakan pembelajaran konvensional saja. Dari 25 siswa mengerjakan tes awal dilihat dari rata-rata indikator yaitu 1,96 yang mampu mencapai indikator pertama, 2,7 yang mampu mencapai indikator kedua, 1,98 yang mampu mencapai indikator ketiga, 1,84 yang mencapai indikator keempat dan 3,32 yang mencapai indikator kelima. Jadi, dalam indikator tersebut, indikator kesatu, ketiga dan indikator keempat yang mengalami masalah, dan ketiga indikator tersebut yang akan dijadikan penelitian di SMP N 7 Merangin. Mempelajari matematika yang dibutuhkan adalah bagaimana siswa dapat memahami dan menganalisis soal, karena dengan memahami dan menganalisis soal prinsip yang dipelajari dapat diaplikasikan ke dalam bentuk yang jelas. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa akan mempengaruhi kualitas siswa dalam pembelajaran matematika.

Permasalahan di atas dapat diatasi dengan menerapkan pembaharuan dalam pembelajaran matematika. Guru seharusnya dapat melaksanakan pendekatan

pembelajaran yang menarik. Siswa aktif dan terlibat secara mental, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan pengalaman mereka sendiri, sehingga apa yang mereka ajari benar-benar dipahami dan dapat menyelesaikan masalah yang ada.

Sampai saat ini sudah cukup banyak pendekatan pembelajaran yang digunakan seperti pendekatan pembelajaran problem solving yang digunakan oleh peneliti.

Menurut Musdika (2011:128) “pendekatan problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para siswa menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama- sama”. Pada pendekatan ini peserta didik dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal secara kelompok, kemudian saling memeriksa/mengecek pekerjaan yang telah dikerjakan. Dalam pendekatan problem solving memiliki kelebihannya yaitu mendidik siswa berfikir secara sistematis, memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan, merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja. Terdapat kekurangan dalam pendekatan problem solving yaitu tidak semua materi pembelajaran mengundang masalah, memerlukan cukup banyak waktu, melibatkan lebih banyak orang, memerlukan perencanaan yang teratur dan matang, tidak efektif jika terdapat beberapa siswa yang pasif.

Dalam pembelajaran pemecahan masalah, masalah yang dihadapi siswa berupa soal atau tugas yang harus diselesaikan siswa. Pemecahan masalah dalam hal ini adalah aturan yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah dalam hal ini adalah aturan atau urutan yang dilakukan siswa untuk memecahkan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

INDIKATOR Rata-rata

Indikator Mengidentifikasi unsur-unsur yang

diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan

1,96 Merumuskan masalah matematik

atau menyusun model matematik 2,7 Menerapkan strategi untuk

menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika

1,98

Menjelaskan atau

menginterprestesikan hasil sesuai permasalahan asal

1,84 Menggunakan matematika secara

bermakna 3,32

(4)

Menurut Fauzan (2012:6) bahwa

“masalah berasosiasi dengan soal tidak rutin yang mana untuk menyelesaikannya diperlukan suatu analisis dan proses berfikir yang lebih mendalam.”

Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah siswa diberikan banyak latihan pemecahan masalah matematika, sehingga siswa dapat memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan siswa yang mengerjakan latihan lebih sedikit.

Pemecahan masalah matematis merupakan aspek penting dari pendidikan untuk siswa dan penekanan lebih besar hendaknya ditempatkan pada strategi-strategi pemecahan masalah. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah menurut Negoro dkk, (2008:72) perlu dipahami indikator kemampuan pemecahan masalah matematis ada 5 indikator dalam kemampuan pemecahan masalah matematis yaitu :

a) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.

b) Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik.

c) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau diluar matematika.

d) Menjelaskan hasil sesuai permasalahan asal.

e) Menggunakan matematika secara bermakna.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pendekatan Problem Solving lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dengan pokok bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016?

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pembelajaran pendekatan Problem Solving lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dengan pokok

bahasan bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah True Eksperimental Desaign dalam bentuk Posttest-Only Control Desaign.

Karena, penelitian ini hanya memberi perlakuan pada satu kelas yaitu kelas eksperimen dan hanya menggunakan tes akhir.

Populasi Penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling dengan sampel kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen.

Teknik pengumpulan data pada penelitian menggunakan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan lembar tes tertulis yang berbentuk uraian yang terdiri dari 7 soal uji coba. Setelah dilakukan uji coba dan soal diananlisis untuk mengetahui validitas, daya pembeda, indek kesukaran dan reliabilitas. Dari hasil analisis item soal ada 5 soal yang dipakai dalam tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Teknik analisis data untuk menguji normalitas menggunakan rumus kolmogorov smirnov, uji homogenitas menggunakan uji 𝐹 dan pengujian hipotesis menggunakan Uji- 𝑡.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 7 Merangin. Peneliti mengambil dua kelas untuk dijadikan kelompok penelitian.

Sampel yang digunakan sebanyak 49 siswa yang terdiri dari 24 siswa di kelompok eksperimen dan 25 siswa di kelompok kontrol. Pada penelitian ini, kelas VIII A sebagai kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan pendekatan Problem Solving dan kelas VIII C sebagai kelompok

(5)

0 100 200 300

N Rata-Rata Variance Xmax Xmin

Nilai Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah

Eksperimen Kontrol

kontrol yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Proses belajar mengajar pada pokok bahasan bangun ruang (limas) dengan tiga kali pertemuan dan satu kali pertemuan uji akhir. Untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada kedua kelompok tersebut diberikan tes yang terdiri dari 5 butir soal uraian. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut telah diuji cobakan di kelas VIII B SMP N 7 Merangin dan telah dianalisis karakteristiknya berupa uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran soal, dan uji taraf daya pembeda soal. Sebelum diberikan tes, pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Solving dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan pendekatan Problem Solving.

Setelah kedua kelas sampel yaitu kelas VIII A dan VIII C diberikan perlakuan yang berbeda pada proses pembelajaran, kemudian diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis, maka diperoleh skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dari kedua kelas tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan pengujian prasyarat analisis dan pengujian hipotesis.

Berikut ini akan disajikan deskripsi data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukkan adanya perbedaan perhitungan statistik deskriptif hasil antar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari tabel diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai rata- rata kelas kontrol dengan selisih 10,69. Nilai siswa tertinggi pada kedua kelas tersebut terdapat pada kelas eksperimen dengan skor 93,33, artinya kemampuan pemecahan masalah matematis perorangan tertinggi terdapat di kelas eksperimen, sedangkan kemampuan pemecahan masalah matematis perorangan terendah terdapat di kelas kontrol dengan skor 28,33. Dilihat dari varians kedua kelas, varians kelas eksperimen sebesar 121,613 lebih kecil daripada varians kelas kontrol sebesar 262,819 ini berarti nilai siswa di kelas kontrol lebih beragam dari pada nilai siswa di kelas eksperimen.

Berdasarkan Tabel 2, secara visual penyebaran data hasil akhir dikelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:

Gambar 1. Perbandingan Data Kedua Kelas Ekperimen dan Kontrol

Maka dapat disimpulkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis

Deskripsi Nilai

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

N 24 25

X Max 93,33 91,67

X Min 50 28,33

∑ 𝑥 1771,63 1578,33

X̅ 73,82 63,13

S2 121,613 262,819

(6)

siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas kontrol.

Berdasarkan indikator dari data hasil post-test, terdapat perbedaan rata-rata hasil kemampuan pemecahan masalah matematis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Secara garis besar, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan problem solving lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang dalam pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam penelitian ini tercermin dari hasil jawaban post-test yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut ini adalah Tabel gambaran rata-rata tingkat penguasaan siswa per-kualifikasi indikator kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3. Gambaran Rata-rata Tingkat Penguasaan Siswa Per-Kualifikasi Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak.

Untuk uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Hasil Uji Normalitas

Kelas 𝑫𝒎𝒂𝒙 𝑫(𝜶, 𝒏) Keterangan Eksperimen 0,156 0,269 Normal

Kontrol 0,1201 0,264 Normal Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa kelas eksperimen (VIII A) dan kelas kontrol (VIII C) keduanya berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Menurut Riduwan (2013:120) uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji F, dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙berarti tidak homogen dan Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berarti homogen.

Hasil dari perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Sampel Kelas 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keterangan Eksperimen

1,47 2,00 Homogen Kontrol

Setelah dilakukan uji normalitas data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh kesimpulan bahwa kedua data berdistribusi normal dan dilanjutkan uji homogenitas pada kedua kelas diperoleh kesimpulan bahwa data bervarians homogen.

Karena kedua data pada kelas berdistribusi normal dan bervarians homogen maka dapat disimpulkan untuk melakukan uji hipotesis menggunakan rumus uji-𝑡. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan dengan pendekatan problem solving lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil perhitungan uji-𝑡 diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,738, kemudian dibandingkan Kelas Indikat

or

Penguasaan 𝐱̅ideal 𝐱̅indikato

r

%

Eksperi men

(1) 4 3,76 94

(2) 4 3,1 77,5

(3) 4 2 50

Keseluruhan 2,95 73,83 Kontro

l

(1) 4 3,7 92,5

(2) 4 2,75 68,75

(3) 4 1,44 36

Keseluruhan 2,63 65,75

(7)

dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 0,05 dengan 𝑑𝑘 = 𝑛1+ 𝑛 2– 2 = 24 + 25 – 2 = 47 diperoleh 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,678 atau 2,738 >

1,678. Sehingga terbukti bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pendekatan problem solving lebih baik daripada kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan pembelajaran konvensional.

Pembahasan

Berdasarkan hasil dari analisis data tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis dari kedua kelas sampel diperoleh bahwa terdapat pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016, yaitu dengan menggunakan pendekatan problem solving kemampuan pemecahan masalah matematisnya lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelas eksperimen yaitu 73,82 dan kelas kontrol yaitu 63,13. Dari hasil ini terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dalam memecahkan masalah lebih baik daripada kelas kontrol.

Hal ini disebabkan pada proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving, siswa dapat bertukar pendapat dengan siswa lainnya ataupun dengan guru, sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah matematis pada materi yang dipelajari. Berpengaruhnya pendekatan problem solving juga dikarenakan pada proses pembelajarannya siswa di tuntut untuk menyelesaikan masalah secara bersama-sama.

Pendekatan pembelajaran problem solving merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sesuai untuk mengajarkan ilmu pasti seperti pada perhitungan dalam pembelajaran matematika. Menurut Musdika (2011:128) berpendapat “pendekatan problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan

cara melatih para siswa menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.” Kelebihan pendekatan problem solving yaitu mendidik siswa untuk berfikir secara sistematis, belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek, dapat membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap kreatif akan tumbuh dan berkembang, dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, kemandirian siswa dalam belajar akan mudah terbentuk.

Sedangkan pada pembelajaran konvensional, siswa mempelajari materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru, kemudian guru memberikan contoh soal, dan dengan cara siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru, maka siswa sulit untuk memahami materi yang dipelajari, sehingga tujuan pembelajaran sulit dicapai. Sehingga siswa pada saat diberikan soal tentang kemampuan masalah masih sulit untuk menyelesaikannya berdasarkan indikator pemecahan masalah metematis. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016.

Diperkuat dengan peneliti sebelumnya menurut Puji Syahfitri Rahmawati (2015) telah melakukan penelitian tentang pengaruh pendekatan Problem Solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan Problem Solving lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan problem solving dapat menciptakan proses pembelajaran yang saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan masalah, serta memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

(8)

masalah matematis siswa. Sedangkan pembelajaran konvensional, siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru, sehingga siswa merasa kesulitan jika menemui soal pemecahan masalah dan sulit untuk memahami materi yang dipelajari.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 73,82 dan kelas kontrol 63,13 hal ini berarti bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin Tahun Pelajaran 2015/2016 yang diajarkan dengan pendekatan problem solving lebih baik daripada siswa yang di ajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berdasarkan perhitungan statistik menggunakan rumus t- tes polled varians. Karena nilai thitung > ttabel atau 2,738 > 1,678 berarti Ha diterima dan Ho ditolak, maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pendekatan problem solving terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP N 7 Merangin.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih diucapkan kepada segala pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar

DAFTAR PUSTAKA

Fauzan. Ahmad. 2012. Kemampuan Matematika. Padang: UNP.

Musdika, Djamarah. 2011. Model pembelajaran Yang Efektif Untuk Guru. Jakarta: Pustaka Media.

Negoro, Sukerno & Rahmen Wijaya. 2008.

Kemampuan Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Jakarta: Pustaka Gramedia.

Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: ALFABETA.

Gambar

Gambar  1.  Perbandingan  Data  Kedua  Kelas Ekperimen dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Guru direkomendasikan menerapkan strategi Problem Solving untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam soal cerita materi operasi hitung pecahan pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pencapaian kemampuan pengajuan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) apakah kemampuan analisis matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) capaian kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti Problem Based Learning berbantuan Geogebra, 2)

Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji hasil perbedaan kemampuan proses pemecahan masalah matematis siswa yang mendapatkan model Creative Problem Solving dan

Sedangkan, tes akhir (post-test) kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen kedua yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning diikuti oleh

Sehingga dari hasil-hasil penelitian yang telah didapatkan di atas bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran LAPS-Heuristic terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

Mengacu pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa melalui pembelajaran mate- matika dengan pendekatan problem solving, berpengaruh terhadap kemampuan representasi dan literasi