KARAKTERISTIK PENDERITA SINDROMA MIELODISPLASI
DI SUB BAGIAN HEMATOLOGI-ONKOLOGI MEDIK BAGIAN PENYAKIT DALAM RS. HASAN SADIKIN BANDUNG
SELAMA 5 TAHUN (1997 – 2001)
Amaylia Oehadian, Pandji Irani Fianza, Trinugroho Heri Fadjari Rachmat Sumantri, Iman Supandiman
PENDAHULUAN
Sindroma Mielodisplasi adalah suatu kelainan sel induk hematopoiesis dengan karakteristik adanya manifestasi kegagalan sumsum tulang dan kecenderungan mengalami transformasi menjadi fase lekemi akut disertai manifestasi patologis morfologi (displasi) darah tepi dan sumsum tulang. 1 , 2
Penyebab Sindroma Mielodisplasi belum diketahui dengan pasti, diduga karena paparan senyawa mutagen (bensen, obat-obat kemoterapi terutama obat-obat alkilating) dan radiasi.3 Pada Sindroma Mielodisplasi terjadi mutasi multipel sel induk hematopoiesis dengan kecenderungan resisten terhadap kemoterapi. Karakteristik klinis dan laboratorium sangat bervariasi dari anemi ringan dengan netrofil dan trombosit normal sampai gambaran lekemi.3
Berdasarkan hal tersebut di atas, dilakukan penelitian di Sub Bagian Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam RS. Hasan Sadikin Bandung selama 5 tahun (1997 – 2001) untuk mempelajari karakteristik klinis dan laboratorium penderita Sindroma Mielodisplasi.
BAHAN DAN METODA
Dilakukan penelitian retrospektif dengan mengambil data dari rekam medik penderita Sindroma Mielodisplasi yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di Sub Bagian Hematologi – Onkologi Medik RS. Hasan Sadikin Bandung selama 5 tahun ( 1 Januari 1997 – 31 Desember 2001 ).
HASIL PENELITIAN
penderita tersebut didapatkan 11 penderita (78,6%) tipe RA (Refractory Anemia) dan 3 penderita (21,4%) tipe RAEB (Refractory Anemia with Excess Blast ). Umur penderita berkisar antara 22 tahun – 66 tahun, rata-rata berusia 48 tahun.
Keluhan anemi didapatkan pada 100% penderita, perdarahan pada 28,6% penderita. Keluhan-keluhan tersebut berlangsung selama 3 minggu sampai 1 tahun (rata – rata 7 bulan) sebelum diagnosis Sindroma Mielodisplasi ditegakkan. Tidak ada riwayat radiasi atau kemoterapi sebelumnya pada semua penderita.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan anemi (100% penderita), ekimosis (14,3% penderita), hepatomegali (7,1% penderita), hepatosplenomegali (35,7% penderita). Sebagian besar penderita (78,6% penderita) dirawat dengan infeksi saluran pernafasan bawah, 2 penderita di antaranya menderita Tuberkulosis dan didapatkan 7,1% penderita dengan infeksi saluran kemih.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pansitopeni (57,1% penderita), anemi tanpa lekopeni dan trombositopeni (7,1% penderita), anemi dan lekopeni (14,3% penderita), anemi dan trombositopeni (21,5%). Pada pemeriksaan sediaan apus darah tepi didapatkan gambaran eritosit normokrom (21,5% penderita), hipokrom (7,1% penderita) dan polikromasi (71,4% penderita). Didapatkan juga gambaran anisopoikilositosis pada 64,3% penderita. Adanya pergeseran seri eritrosit sampai normoblas didapatkan pada 14,3% penderita.
Didapatkan pergeseran ke kiri seri lekosit sampai mielosit (35,7% penderita), promielosit (7,1% penderita) dan mieloblas (21,4% penderita). Dismaturitas inti dan sitoplasma didapatkan pada 7,1% penderita, hiposegmentasi dan hipogranuler pada 7,1% penderita. Trombositopeni didapatkan pada 78,6% penderita.
Pada pemeriksaan apus sumsum tulang didapatkan selularitas normal (64,3% penderita), hiposeluler (14,3% penderita) dan dry tap (21,4% penderita). Hiperplasi eritropoietik didapatkan pada 14,3% penderita , sedangkan hiperplasi megakariosit didapatkan pada 7,1% penderita.
DISKUSI
Perbandingan jenis kelamin laki-laki dan wanita adalah 1,5-2 : 1.2,4 Pada penelitian ini tidak ada perbedaan rasio penderita laki-laki dan wanita.
Manifestasi klinis penderita Sindroma Mielodisplasia merupakan gejala dan tanda sitopeni perifer yaitu . 2,4,5
Anemi karena supresi eritropoiesis normal dan penggantian dengan sel prekursor abnormal yang menyebabkan eritropoiesis tidak efektif
Infeksi karena netropeni, disfungsi granulosit (gangguan fagositosis, adesi dan kemotaksis) sehingga menyebabkan gangguan resistensi terhadap infeksi bakteri
Manifestasi perdarahan karena trombositopeni
Pada penelitian ini manifestasi klinik yang ditemukan sesuai dengan kepustakaan yaitu anemi (100%), perdarahan (28,6%) dan infeksi (78,6%).
Pada pemeriksaan fisik, pada umumnya ditemukan kelainan yang sesuai dengan berbagai kepustakaan .
Tabel 1. Kelainan pemeriksaan fisik penderita Sindroma Mielodisplasi
Kelainan fisik Deiss (1993) List (1999) Peneliti (2001) Anemi
Petekhi/purpura Ekimosis
Hepatomegali Splenomegali
Hepatosplenomegali
- - - 10 % 20 %
-
60 % 26 %
- - - -
100 % - 14,3 %
7,1 % - 35,7 %
Tabel 2. Kelainan hematologis penderita Sindroma Mielodisplasi
Kelainan hematologis Deiss (1993) Peneliti (2001) Pansitopeni
Anemi dan trombositopeni Anemi dan netropeni
Sitopeni/monositosis tanpa anemi
50 % 20-25 %
5-10 %
< 5 %
57,1 % 21,5 % 14,3 %
-
Abnormalitas morfologi apus darah tepi dan sumsum tulang pada penderita Mielodisplasi juga sangat bervariasi.
Tabel 3. Abnormalitas morfologi penderita Sindroma Mielodisplasi. 2
Jenis sel Apus darah tepi Sumsum tulang
Eritroid Mieloid Megakariosit Ovalomakrosit Eliptosit Akantosit Stomatosit Teardrops Normoblas Basophilic stippling Howel-Jolly bodies Anomali Pseudo-Pelger- Huet Hipogranulasi Nuclear sticks Hipersegmentasi Ring-shaped nuclei Auer rods Giant platelet
Trombosit hipogranuler/
Agranuler Eritropoiesis megaloblastoid Nuclear budding Ringed sideroblast Internuclear bridging Karioreksis Fragmen nuclei Vakuolisasi sitoplasma Multinuklearitas Defektif granulasi
Hambatan maturasi pada tingkat
mielosit
Peningkatan bentuk monositoid
Lokasi abnormal prekursor imatur
Mikromegakariosit
Hipogranulasi
Pada penelitian ini kelainan morfologi darah tepi yang terbanyak ditemukan adalah polikromasi (71,4%) dan anisopoikilositosis (64,3%). Adanya hipogranuler dan hiposegmentasi seri myeloid hanya didapatkan pada 7,1% penderita. Sebagian besar penderita (64,3%) mempunyai sumsum tulang dengan selularitas normal, hiperplasia eritropoietik (14,3%) dan hiperplasia megakariosit ( 7,1%).
KESIMPULAN
Pada penelitian ini didapatkan 14 penderita Sindroma Mielodisplasi dengan tipe RA (78,6%) dan RAEB (21,4%) dengan rata-rata usia 48 tahun, lebih muda bila dibandingkan dengan kepustakaan. Tanda dan gejala klinik serta kelainan hematologis yang ditemukan pada umumnya tidak berbeda dengan kepustakaan. Keluhan anemi didapatkan pada semua penderita dan berlangsung rata-rata 7 bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kelainan fisik yang terbanyak adalah anemi diikuti dengan hepatosplenomegali. Kelainan hematologis terbanyak adalah pansitopeni, gambaran polikromasi dan anisopoikilositosis sedangkan sebagian besar penderita mempunyai gambaran sumsum tulang normoseluler.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bennett JM, Kouides PA. The Myelodysplastic Syndromes : Morphology and Risk Assessment (2000), in Education Program Book 28th World Congress of the International Society of Hematology, p : 35-40.
2. List AF, Doll DC. The Myelodysplastic Syndromes. In : Lee GR, Foerster J, Lukens J, Parakevas F, Greer JP, Rodgers GM, eds. Wintrobe’s Clinical Hematology, tenth ed. Vol 2. Philadelphia : Lippincott Williams and Wilkins 1999 : 2320 – 33.
3. Schiffer CA. Myelodysplasia : A Few More Steps . The American Society of Hematology 43rd Annual Meeting 2001.http/www.medscape.com/ Med scape /CNO/2001/
4. Lichtman MA, Brennan JK. Myelodysplastic Disorders ( Indolent Clonal Myeloid Diseases and Oligoblastic Leukemia). In : Beutler E, Lichtman A, Coller BS, KippsTJ, Seligsohn U. William Haematology, 6 th Ed. Vol 2. New York : Mc Graw-Hill 2001 : 1029 – 38.
5. Pierre RV. Myelodysplastic and Preleukemic Syndrome in : Mazza JM, ed. Manual of Clinical Hematology ,2nd Ed. Boston : Little Brown and Company, 1995 :210-21.