f,o
155
ill-lc{!
APRESIASI Historiografi
Indo-nesia yang berlangsung tanggal
5-8 Mei 2014
di
Yogyakartamenetap-kan
tanggal 14 Desember sebagaiHari
Sejarah Indonesia. Penetapantanggal
tersebut mengacu
padaSeminar'sejarah Indonesia yang
. diselenggarakan pertamakalinya'
pada tanggal 14-18 Desember 1957,. Tenruhal
ini
bukan tanpa tujuan,melalui
Hari
Sejarah Indonesiadi-harapkan
dapat
menumbuhkan kepedulian terhadap sejarah nasio- .nal yang mulai terkikis oleh semakin kentalnya aspek lokalitas sejak
ber-gulirnya
otonomi daerah,Sgminar Seiarah Indonesia tahun
1957 merupakan tonggak pqqLiqg
dimulainya historiogrefi
Indonesia-sentris yang
sebelumnya
masihberorientasi pada sudut
pandangkolonial. Materi sejarah di masa
itu
tidak
memperlihatkan
nilai-nilai
kebangsaandan
nasionalismeIn-donesia.
Menyadari
pentingnyasejarah
sebagaiidentitas
bangsamaka
penulisan Sejarah Nasional Indondsia menjadi kebutuhanmen-desak.
Pada masa pemerintahanOrde Baru, historio-grafi
SejarahNasional Indonesia sempat
meng-alami politisasi yang sangat masif. Penulisan sejarah nasional saat
itu
dimanfaatkan
untuk
kepentingan penguasa. Makadi
masa sekarangini
diperlukan penfegaran kembalihistoriografi
Indonesiasentris.Persoalan Usman-Harun Berbicara tentang historiografi
Indonesiasentris, mengingatkan kita pada salah satu persoalan belum
lama
ini
yang
perlu dilihat
darikacamata seiarah. Beberapa waktu
lalu muncul sikap penolakan
peme-rintah Singapura terkait pemberian nama kapal perang yang baru dibeli
TNI
dari Inggris. KapalTM
AL itu
diberi
nama
KRI
Usman-Harun.Nama tersebut djambil dari dua or-ang personel Korps Komando
Ope-rasi
(KKO)
atau sekarang disebutMarinir TNI
AL
yang gugur saatkonflik
akibat KonfrontasiIndone-sia-Malaysia
antarakurun
1962-196r..Pada bulan Maret 1965, Sersan
Usman Janatin dan
Kopral
HarunSaid
diperintahkan menyusup ke Singapurauntuk
melakukansabo-tase terhadap kepentingan
Malay-sia
dan Singlpura.
Tugas dalamrangka operasi Ganyang Malaysia
ini
bertujuan untuk menggagalkanpembentukan Federasi Malaysia
yang dianggap
sebagai
boneka Inggris.Ini merupakan bagian dari upaya
membendung
kekuatan
neoko-lonialisme dan
imperialisme (ne.kolim).
Setelah melakukanpem-boman
di
MacDonald llouse,
Usman dan
Harun
tertangkap dandijatuhi hukuman mati oleh
p6me-rintah
Singapura.Presiden Soeharto pernah meng-ajukan permohonan agar Usman dan
Harun jangan dihukum mati namun
Senin
Kliwon,
26
Mei2014
HALAMAN
4
pemerintah Singapura
kukuh
padakeputusannya. Usman
dan
Harunakhimya
menjalani hukuman gan-tung di penjara Charrgi pada tanggal17 Oktober 1968.
Jasad keduanya dikembalikan ke Indonesi a dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Melalui
Keppres
No.
050/TK/1968, Usmandan Harun
diangkat sebagaiPah-lawan Nasional.
Pada tahun 1970, Ferdana
Men-teri
Singapura
Lee Kuan
Yew
berkunjung ke Indonesia.Sebelum-nya
Presiden
Soeharto memberisyarat pada PM Lee untuk
meletak-kan
karangan bunga langsung di makam Usman dan Harun. Syarat ini dipenuhi olehPM
Lee.Semenjak
itu
hubunganIndone-sia dengan Singapura
mulai
rttenr-baik.
Ini
dapat
diartikan
bahua Singapuratelah
mengakui
peng-hormatan yang diberikan oleh lndo-nesia kepada Usman dan Harun.***
Hendra
Kurniawan MPd,
DosenPindidikan Sejarah
(Jniversitus SanataDharma
Yogyakarta.WACANA
BERNAS
JOGJA
Oleh:
Hendra Kurniawan
r--1lo
156Iil
te{8
WACANA
BERNAS
JOGJA
Meirydal-
Histoiiogfafi
IndonesiaSentris
.:..'
t,lt'Bagian-:feramii
i:
:I
dari
Oua
fullsah
,:
'.
DAI,RU
perspektif Indonesia-sentris, peng_qunaan namaUsman-Harun tidak perlu dipersoalkan.
Ini
samadengan
penggunaan nama Dipone-eoro,hnam Bonjol,
Teuku Umar, Pattimura, dan pahlawanna-sional
lainnya.
Meskipun Belanda menganggap mereka sebagai pembe-rontak karena telah melawanpeme-rintah
Hindia
Belanda, namun Be-landa tidak pernah men-qungkapkankeberatannya
ketika
nama-namamereka
diabadikan
sebagai namajalan, gedun-e, bandara, dan tempat penting lainnya
di
Indonesia.Di negara Belanda sendiri, nama-nama gubernurjenderal yang pemah memerintah di Hindia Belanda juga
banyak diabadikan untuk
namajalin
maupun gedung.Jan
pieterszoon Coen ( 1587- 1629), namanya dipakaiOleh:
Hendra Kurniawan
Rabu
Pahing,
28
Mei20.14
HALAMAN
4
sebagai nama jalan, gedun-e di Ams-terdam yang disebut Coengebouw, patungnya juga dibangun
di
Hoorn, tempat kelahirannya. GubernurJen-deral Carel Herman
Aart
van
derWijck,
namanya diabadikan pada sebuah kapal mewah yangtengge-lam
di
perairan ,Jawa tahun 1936.Para gubernur
jehderal
dianggap sebagai pahlawan yang sangat ber-jasa bagi bangsa dan negara mereka. Pemerintah Indonesiatidak
mem-protesnya sekalipun mereka itupim-pinan kompeni yang kejam
telah memeras rakyat dan menguras ke-kayaanbumi
Indonesia.Tentu sah-sah saja apabila
In-donesia juga hendak mengabadikan nama Usman-Harun. Itu merupakan
wujud
pengakuan pada
merekaberdua sebagai pahlawan yang telah
gugur karena totalitas pengabdian
bagi bangsa dan negara. Pemerintah
Indonesia
juga memiliki
aturan, prosedur, dan penilaian sendiriun-tuk menganugerahi gelar pahlawan nasional yang
tidak
bolehdiinter-vensi oleh negara lain. Setiap negara mempunyai hak untuk menentukan seseorang dihormati sebagai pahla-wan atau tokoh yang berjasa besar sesuai perspektif dan kriteria mereka sendiri. Pemerintah Singapura perlu belajar untuk
be{iwa
besar denganmen ghormati keputusan pemerintah Indonesia sebagai bagian dari sikap menghargai sejarah sesuai dengan
perspektif masing-masing negara.
Bercermin
dari
permasalahanUsman-Harun maka
sangatlahpenting
apabila penulisan sejarah nasional perlu disegarkan. Generasipenerus
bangsa
ini
perlu
mem-peroleh wawasan kesejarahan yangdapat membentuk karakter kebang-saan. Jangan sampai
kita
menjadi miskin dalam penulisan sejarah yangakhirnya melahirkan generasi ahis-toris. Sejarah perlu dihadirkan dalam
perspektif lndonesiasentris
yangsejati bukan
untuk
kepentinganpenguasa.
Protes
negara
tetangga
soalpenggunaan
nama
Usman-Harunseharusnya dapat semakin
menguat-kan
militansi
generasi muda dalammemberi penghargaan
yang
tinggi terhadap pengorbanan parapahla-wan
bangsa. Pemahaman sejarahdari
perspektif
Indonesiasentrisdiharapkan mampu
menanamkannational
consciousness d,anIndo-nesian
hood
grna'
mengokohkan kembalijati
diri
bangsa yang mulai terkikis.***
Hendra
Kurniawan
M{Pd,, DosenPendidikan
Sejarah
Universitas