ABSTRAK
Celia Ganda Wijaya
Rancangan Karya Desain
Buku Cerita dan Panduan Sebagai Media Untuk Membangun Interaksi
Antara Anak Dengan Keluarga
Pada saat ini, komunikasi antara anak dan keluarga menjadi sangat
kurang, dikarenakan kondisi orang tua yang sibuk, sehingga anak dirawat
oleh pengasuh, dan hubungan anak dan orang tua menjadi kurang dekat.
Untuk menciptakan kembali hubungan yang dekat antara anak dengan
keluarga, maka dibuat buku cerita dan panduan. Buku cerita adalah media
yang dapat melatih imajinasi dan kreativitas anak. Media buku cerita berjudul
“ Me
masak Bersama Popo si Anak Badak
”
, berisi berbagai kegiatan memasak
yang dapat memenuhi tujuan di atas. Terdapat media promosi (iklan majalah
dan poster), bonus seperti cetakan kue, puzzle, kemasan untuk mendukung
buku cerita dan panduan ini.
Kata kunci:
ABSTRACT
Celia Ganda Wijaya
Design Work Plan
Storybook & Guides for Parents to built interaction
Between children and family
In present day, communication between children & family becomes
less. This condition raises because parents have businesss, so kids care by a
nanny and relationship with their parents becomes not close enough. The
storybook & guides created for purpose creating again close relationship
with family. Storybook is a media that will train imagination and creativity.
The Media storybook called “ Cooking with Popo the Rhino Kids” is created
for that purpose.The promotion media (magazines advertaising and poster),
bonuses like cookies stamp, puzzle, packaging to supporting this storybook
and guides.
Keywords:
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
i
Lembar Pernyataan Hasil Karya Akhir
ii
Karya Pengantar
iii
Abstrak
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1
1.2
Identifikasi Masalah / Pembatasan Masalah
5
1.3
Rumusan Masalah
6
1.4
Tujuan Perencanaan
6
1.5
Manfaat Perencanaan
7
1.6
Metode Penciptaan Karya Desain
8
1.7
Sistematika Perancangan
10
BAB II TINJAUAN MASALAH
2.1 Kajian Pustaka (teoritik)
13
2.2 Tinjauan Faktual (empirik)
21
2.3 Gagasan Awal
25
BAB III PEMECAHAN MASALAH
1.1
Objek Perencanaan
28
1.2
Target Audiens
28
1.3
Konsep Perancangan
1.3.1
Perencanaan Media (strategi media)
30
1.3.2
Perencanaan Kreatif (strategi kreatif)
31
1.3.4
Konsep Visual
32
1.3.5
Biaya Media / Budgeting
45
1.3.6
Visualisasi Karya
46
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
49
4.2 Saran
49
BAB V DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 01. Tabel Kerangka Berfikir
12
Tabel 02. Grafik hasil presentase kuesiuner
24
Tabel 03. Diagram Permasalahan
27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01. Cover Luar dan Dalam
34
Gambar 02. Judul buku
34
Gambar 03. Halaman Isi
37
Gambar 04. Cover buku panduan
38
Gambar 05. Halaman isi buku panduan
40
Gambar 06. Iklan surat kabar
41
Gambar 07. Iklan majalah
42
Gambar 08. Packaging
43
Gambar 09. Poster
44
Gambar 10. Sketsa tokoh
46
Gambar 11. Sketsa story board
47
Gambar 12. Sketsa judul
47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Era Teknologi Industri dimulai sejak revolusi industri, sudah terlampaui, dan kini sudah melangkah pada era teknologi informasi. Menurut para ahli, masa depan akan menuju era kreatifitas, sehingga bangsa-bangsa yang maju sudah memfokuskan pendidikan yang program-programnya ditujukan untuk menjadikan anak-anak yang kreatif. Terkait dengan pendidikan, maka sudah dikembangkan berbagai variasi metode pembelajaran anak yang dilakukan oleh praktisi pendidikan. Metode pembelajaran sangat berpengaruh pada perkem-bangan bakat dan mental anak di usia dini. Bertumbuhnya kreativitas pada anak sangat dipengaruhi oleh orang tua di rumah atau guru di sekolah, karena mereka secara langsung berkomunikasi dengan anak tersebut.
Pada saat ini banyak anak yang kempampuan kreativitasnya terbatas, sehingga berpengaruh terhadap tumbuh kembang jiwa si anak. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kreativitas anak terhambat. Salah satu faktornya adalah orang tua kurang mengerti akan pentingnya kreativitas, pola pembelajaran yang salah sehingga anak terpatok pada suatu aturan atau pakem tertentu, dan hubungan anak dan orang tua yang tidak dekat karena orang tua yang sibuk bekerja menyebabkan anak ditinggal bersama pengasuh di rumah.
a. Kekreativitasan Anak yang Terkekang
Kreativitas menurut John Kao, dalam bukunya yang berjudul
Jamming: The Art and Discipline in Bussiness Creativity, (1996) dapat
mencoba sesuatu, sehingga ungkapan dari keunikan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya terungkap. Anak yang kurang kreatif biasanya tidak percaya diri, sulit bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang lain yang lebih tua, karena kurangnya kreativitas dari anak. Pada anak yang cukup kreatif biasanya anak akan mampu mengkondisikan dirinya pada lingkungan sekitar mereka, sehingga muncul rasa ingin tahu, dan mau mencoba.
Banyak orang tua yang tidak mengerti dan melarang anak-anak mereka bermain di luar atau di manapun dengan alasan bahwa bermain di luar akan berpengaruh buruk kepada anak. Sesungguhnya pernyataan seperti itu akan menghambat tumbuh kembang anak dalam berkreativitas. Pada dasarnya anak jika melihat sesuatu yang baru pasti akan bertanya, dan muncul rasa ingin tahu yang dalam dari dirinya, sebagian besar orang tua enggan atau malas membimbing anak untuk memberi pembelajaran atau informasi tentang hal baru tersebut, bahkan melemparkan berbagai alasan untuk menghindari banyak pertanyaan yang disampaikan oleh anak.
b. Orang Tua yang Tidak Mengerti Pentingnya Kreativitas.
Pada jaman sekarang ini banyaknya orang tua yang tidak mengetahui pentingnya kreatifitas pada anak. Pada masa usia tiga tahun hingga delapan tahun adalah masa penting bagi seorang anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Masa ini adalah masa pembentukan sikap
initiative versus guilt (inisiatif melawan rasa bersalah). Anak-anak yang
mendapat lingkungan pengasuhan dan pendidikan yang baik, akan mampu mengembangkan sikap kreatif; antusias untuk bereksplorasi, bereksperimen, berimajinasi, serta berani mencoba dan mengambil resiko. Jadi semuanya itu tergantung pada pola pembelajaran yang dilakukan oleh orang tua.
c. Pola Pembelajaran yang Salah Sehingga Anak Terkadang
Banyak orang tua yang ingin anaknya kreatif lalu memasukkan anaknya ke sanggar-sanggar gambar, mereka mengajarkan anak menggambar bentuk sesuai dengan pola bentuk dan warna yang sudah ada, jika anak ingin merubah bentuk dan warnanya maka akan dilarang, cara seperti itu juga akan menghambat tumbuhnya kreativitas anak tersebut. Sebaiknya anak lebih diarahkan untuk mengeksplorasi apa saja yang diinginkan, dan pengajar seharusnya hanya mengarahkan tanpa membatasi pola pikir anak. Pola pembelajaran tersebut akan menghasilkan karya anak yang tipikal (mirip) dengan karya teman sesanggarnya.
Peran orang tua juga tidak kalah pentingnya, banyak orang tua yang ingin anaknya menang dalam berbagai perlombaan mewarnai, lalu memasukkan anaknya ke sanggar-sanggar gambar semacam itu, sehingga secara tidak langsung mereka membiarkan kreativitas anak mereka terkekang di sanggar-sanggar gambar tersebut.
d. Hubungan Anak dan Orang Tua yang Tidak Terlalu Dekat
Banyak pula orang tua (ayah dan ibu) yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak ditinggal bersama pengasuh. Hal itu menjadi salah satu faktor terhambatnya kreativitas, anak dipercayakan dengan pengasuh, dan pengasuh juga tidak mengerti cara pendidikan yang baik untuk anak karena tingkat pendidikan yang rendah. Pengasuh lebih senang jika anak tidak rewel sehingga memberikan apa saja yang anak minta tanpa melihat apakah hal yang diberikannya baik atau buruk bagi anak. Dan muncul istilah “anak pembantu” atau “anak baby sitter”, karena hubungan anak dengan pengasuh yang terlalu dekat.
e. Masih Belum Banyak Variasi Buku untuk Anak Produksi Lokal
Menurut pandangan penulis dan berbagai informasi yang diperoleh, buku bacaan atau buku cerita buatan lokal belum menunjang dan belum banyak variatif. Pada dasarnya banyak banyak orang yang menciptakan buku cerita anak yang menarik dan bermanfaat untuk anak tetapi ketika ide cerita tersebut sampai ke penerbit, maka timbul berbagai pertentangan dengan alasan-alasan tertentu. Biasanya masalah utama terletak pada dana atau
bugget penerbitan buku, yang secara tidak langsung, membatasi karya yang
asli. Dengan menerbitkan buku yang sudah diminimalisasikan budget-nya. Kondisi demikian mengakibatkan kualitas buku lokal kalah bersaing dengan buku impor yang beragam variasinya.
Dilihat dari permasalahan di atas maka penulis mengambil kesimpulan agar kreatifitas anak tetap terjaga maka diperlukan sebuah media yang dapat dikerjakan bersama antara orang tua dan anak, sehingga hubungan orang tua dan anak akan lebih dekat, selain itu orang tua mengetahui cara yang baik untuk mengembangkan kreativitas anak mereka. Maka penulis menciptakan sebuah buku cerita untuk mengembangkan potensi anak melalui media-media agar anak mampu mengeksplorasi ekspresi dan tindakan dari dalam dirinya, yang akan menumbuhkan kreativitas. Buku yang akan dikembangkan adalah buku cerita memasak, berkebun, membersihkan rumah, memainkan alat musik, dalam bahasan kali ini hanya menjelaskan tentang memasak, dimana di dalam buku cerita itu terdapat cerita itu sendiri, dan resep masakan yang akan dicoba oleh anak, dan tentu saja melalui bimbingan dari orang tua. Penulis mengolah tentang pembelajaran memasak, karena dengan memasak saraf motorik anak akan diasah.
disentuh, dicicipi. Siapapun yang pernah melihat anak kecil makan, akan mengerti hal tersebut, untuk anak-anak makanan layaknya mainan yang bergizi. Dengan sedikit usaha dari orang tua, maka dapur dapat dijadikan ruang kelas yang sangat menyenangkan bagi anak.
Selain buku cerita memasak, penulis juga membuat buku untuk orang tua yang berisi tentang informasi bagaimana cara membimbing anak dalam menerapkan resep masakan pada buku cerita di atas. Untuk menjaga anak-anak dari resiko yang akan terjadi, buku ini ditargetkan pada anggota keluarga yang dirumahnya terdapat anak usia 5-10 tahun, karena pada umur itulah kreativitas anak harus dikembangkan, orang tua yang sibuk di luar rumah atau bekerja, pada tingkat ekonomi menengah ke atas dan tingkat pendidikan sarjana; sehingga orang tua dapat memilah-milah hal yang baik dan yang buruk bagi anak mereka.
1.2. Identifikasi Masalah / Pembatasan Masalah
1. Mendorong kreativitas anak
2. Pola pembelajaran yang kurang mendukung 3. Mendekatkan anak dengan anggota keluarga
4. Masih belum variatifnya buku lokal (bentuknya terbatas hanya untuk diraba dan dilihat)
Pembelajaran dengan cara memasak lebih menitik beratkan pada praktik karena pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan perbandingan antara praktik dan teori sebesar 75% : 25%. "Tujuannya agar pemahaman anak terhadap isi pelajaran lebih maksimal. The golden age, masa keemasan, adalah periode yang amat penting bagi seorang anak. Pendidikan pada rentang usia tersebut sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Masa-masa emas tersebut berada dalam rentang usia 0-6 tahun. Berbagai penelitian membuktikan betapa pentingnya menanamkan nilai-nilai yang baik pada seorang anak dalam periode usia keemasan itu. Kecerdesan seorang anak, menurut penelitian, mencapai 50 persen pada usia 0-4 tahun. Hingga usia 8 tahun kecerdasannya meningkat sampai 80 persen, dan puncaknya (100 persen) di usia 18 tahun.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diketahui sebelumnya, maka penulis merumuskan uraian masalah yang ada sebagai upaya untuk menciptakan alternatif metode mengajar, dengan bermain pada anak pada masa keemasan, yaitu sebagaimana dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Strategi apa saja yang harus dilakukan agar anak dapat belajar tanpa membebani dengan hal-hal yang berpengaruh buruk pada jiwa si anak ? 2. Bagaimana menciptakan alternatif belajar sambil bermain pada anak
dalam pelajaran memasak ?
3. Pendekatan apa saja yang harus dilakukan untuk melatih anak dalam berkreatifitas dan mengembangkan potensi diri ?
1.4. Tujuan Perencanaan
anak dimasa keemasan. Berikut tujuan dari perencanaan metode mengajar dan bermain pada anak:
1. Memberikan pengetahuan kepada orang tua dan pengajar agar dapat berpikir terbuka mengapa anak harus diberikan pembelajaran yang tidak dapat mengekang atau mengikat pribadi si anak pada satu titik tertentu dengan menekan pembelajaran yang monoton, juga memberikan berbagai pelajaran yang memacu si anak untuk berkreativitas dan berinteraksi terhadap lingkungan di sekitarnya, melalui memasak.
2. Menciptakan alternatif pembelajaran baru dengan membuat buku cerita yang didesain menarik. Dimana buku cerita tersebut berisi tentang cara mengembangkan kreativitas anak dalam memasak. Maka anak dilatih untuk mengembangkan potensi dari dalam dirinya sehingga ide dan pemikiran baru mulai muncul dari diri si anak.
3. Pendekatan yang harus dilakukan untuk melatih anak dalam berkreativitas dan mengembangkan potensi diri adalah dengan memberikan buku cerita yang menarik yang di dalamnya terdapat cara-cara berkreativitas anak, dengan pendekatan visual, dan melibatkan berbagai indra seperti; penglihatan dan peraba, motorik halus dan lain sebagainya. Pembelajaran dilakukan dengan mengenal zat padat, cair, uap, serbuk, berhitung, dan lain-lain.
1.5. Manfaat Perencanaan
dari setiap tahapnya, sehingga anak tidak jenuh dengan pembelajaran yang selalu sama. Dengan memberikan rangsangan visual berupa gambar dan warna maka anak akan lebih merasa tertarik dan ingin mencoba, sehingga dari rasa ingin tahu itulah dapat dikembangkan kreativitas anak. Selain itu dapat memberikan kemampuan logika dan nalar pada anak, sehingga secara tidak langsung anak dapat dikondisikan pada suatu lingkungan yang berbeda-beda.
1.6. Metode Penciptaan Karya Desain
a. Sumber Data
Data primer berupa artikel dan pengamatan secara terperinci berasal dari situs-situs web berita yang terpercaya maupun forum terkait dalam internet. Selain data primer, penulis juga memperoleh data sekunder berupa data literatur dalam bentuk buku-buku mengenai cara belajar yang baik pada anak-anak, bagaimana cara mengembangkan kreativitas anak, wawancara, angket, dan lain-lain.
b. Metode Pengumpulan Data
Tehnik perancangan yang digunakan dalam penyusunan laoporan perancangan ini adalah observasi, studi kepustaakaan, wawancara, angket/kuesioner dan pengalaman pribadi penulis sebagai seorang mahasiswa jurusan Desain Grafis dan juga sebagai pribadi yang sangat menyukai dunia anak-anak. Berikut ini adalah metode yang dilakukan oleh penulis, antara lain:
Observasi
Studi Kepustakaan
Metode studi kepustakaan dilakukan dengan melihat dari berbagi buku yang ada di toko-toko buku, perpustakaan, dan beberapa buku tentang kreativitas dan cara-cara mengembangkannya
Metode wawancara
Wawancara merupakan suatu pembicaraan yang dilakukan oleh antar individu agar dapat memperoleh keterangan tertentu. Penulis melakukan wawancara kepada guru-guru atau pengajar dan orang tua mengenai kreativitas pada anak dan sejauh mana mereka mengembangkan kreativitas anak mereka. Teknik wawancara yang dipakai adalah:
1. Wawancara berencana (standardized interview)
Adalah suatu wawancara yang ada persiapannya menggunakan daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun terlebih dahulu.
2. Wawancara tak berencana ( unstandardized interview)
Adalah wawancara yang tidak mempunyai persiapan sama sekali dan tidak ada daftar pertanyaannya, namun wawancara tetap dilakukan secara spontan dan menggunakan kata-kata yang sopan.
Metode angket / kuesioner
media buku cerita dapat mengembangkan kreativitas anak. Jumlah angket yang disebarkan sejumlah 20 responden, guna memudahkan dalam mengolah data.
1.7. Sistematika Perencanaan
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah 1.2Identifikasi Masalah
1.3Identifikasi Masalah / Pembatasan Masalah 1.4Tujuan Perencanaan
1.5Manfaat Perencanaan
1.6Metode Penciptaan Karya Desain 1.7Sistematika Perancangan
BAB II TINJAUAN MASALAH 2.1 Kajian Pustaka (teoritik) 2.2 Tinjauan Faktual (empirik) 2.3 Gagasan Awal
BAB III PEMECAHAN MASALAH 3.1Objek Perencanaan 3.2Target Audiens 3.3Konsep Perancangan
3.3.1 Perencanaan Media (strategi media) 3.3.2 Perencanaan Kreatif (strategi kreatif) 3.3.3 Konsep Verbal / bahasa
3.3.4 Konsep Visual
3.3.5 Biaya Media / Budgeting 3.3.6 Visualisasi Karya
4.2 Saran
BAB V DAFTAR PUSTAKA
Tabel 01. Tabel
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari hasil analisa dan finalisasi desain, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar orang tua di Indonesia sibuk bekerja, sehingga anak
mereka tidak diperhatikan, dan kreativitas anak sudah mulai berkurang. 2. Kreativitas pada anak perlu dikembangkan di manapun juga, seperti
sekolah, sanggar-sanggar, tempat bermain, dll.
3. Semua orang tua sangat menginginkan anak mereka memiliki kemampuan untuk berkreasi. Dari kondisi seperti itu maka para orang tua menitipkan anaknya di sanggar atau di sekolah tertentu yang mengakibatkan hubungan keluarga dan anak menjadi kurang dekat.
4. Selain menambah kreativitas pada anak penulis juga menciptakan media ini untuk lebih mendekatkan anak dengan anggota keluarga.
4.2. Saran
4.2.1. Diri sendiri
Supaya lebih disiplin terhadap waktu, bekerja dan berpikir.
Agar dapat mengatasi masalah dan memikirkan visual yang tepat, untuk menciptakan sesuatu karya yang baru.
Agar lebih terampil dalam segala hal.
4.2.2. Civitas Akademika
4.2.3. Masyarakat Secara Umum
Agar masyarakat lebih mengetahui pentinggnya kreativitas pada anak dan dapat dikembangkan dengan selalu dekat dengan anak.
Untuk para penerbit buku yang harus memerhatikan setiap desain buku yang dibuat oleh pada penulis atau pengarang buku dengan tidak menekan biaya produksi yang sangat minim.
4.3.4. Untuk Masukan pada Penelitian Selanjutnya
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, Arman Y.S. ,1996 Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung : Pustaka Setia
Garrofè ,Josep M, 2007.
Workbook: Structural Packaging, Barcelona, Index Book.
Gilbert, Anne Y., Step inside: Fairies A Magic 3 Dimentional World of Fairies, New York, Sterling Publishing Co., Inc
Goode, Caron.B., 2005. Optimizing Your Child”s Talent.Jakarta.BIP Kuffner,Trish.,2003.
Play & Learn-300 Aktivitas Bermain dan Belajar Bersama Anak (usia 3-6
tahun).Jakarta.PT Elex Media Komputindo
Mackenzie, Jennie, 1993. Kids craft & play ideas. Australia, Griffin Press Silberg, Jackie, 1995. Quick and Easy Activities For 3-6 Year Old,
Beltville,Gryphon House Inc.
Tabrani,Primadi,2005. Bahasa Rupa.Bandung.Kelir
Tabrani,Primadi,1985. Hockey & kreativita dalam olah raga, Bandung, Penerbit ITB
Wolf, Tony, 1984. The Woodland Folk meet The Elves. Jakarta, Tira Pustaka http:// Mizan Publishing/
http:// www.KK Komunikasi Visual dan Multi Media/
Perhitungan Hasil Kuesioner Secara Terperinci
1. Sejauh mana Anda Sejauh mana Anda mengetahui tentang kreativitas ? a. proses berpikir seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru.
b. kenakalan seseorang.
c. yang menjadi bakat seseorang. d. dll, …….
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
18 0 1 1 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 18
_____ x 100% = 90% 20
B 0
_____ x 100% = 0% 20
C 1
_____ x 100% = 5% 20
D 1
_____ x 100% = 5% 20
Kesimpuan:
2. Seberapa pentingkah kreatifitas bagi Anda ? a. penting sekali.
b. penting. c. ragu-ragu.
d. tidak sama sekali.
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
15 5 0 0 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 15
_____ x 100% = 75% 20
B 5
_____ x 100% = 25% 20
C 0
_____ x 100% = 0% 20
D 0
_____ x 100% = 0% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 75% orang tua yang menganggap bahwa kreativitas sangat penting untuk perkembangan anak.
3. Menurut Anda kapan kreatifitas itu perlu dikembangkan? a. 0-5 tahun
c. 10-15 tahun. d.15 tahun keatas.
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
8 9 0 3 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 8
_____ x 100% = 40% 20
B 9
_____ x 100% = 45% 20
C 0
_____ x 100% = 0% 20
D 3
_____ x 100% = 15% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 45% orang tua yang menganggap bahwa kreativitas perlu dikembangkan pada anak usia 5-10 tahun.
4. Apakah Anda mendukung anak untuk berkreativitas?
a. sangat mendukung , dengan memberikan media-media pembantu (seperti buku cerita, berbagai permainan, audio visual, dll).
b. mendukung, tanpa memberikan media penunjang, tetapi mengikutsertakan anak ke sanggar-sanggar seni.
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
19 1 0 0 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 19
_____ x 100% = 95% 20
B 1
_____ x 100% = 5% 20
C 0
_____ x 100% = 0% 20
D 0
_____ x 100% = 0% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 95% orang tua mengatakan bahwa mereka sangat mendukung anak dalam berkreativitas dengan memberikan media-media pembantu (seperti buku cerita, berbagai permainan, audio visual, dll).
5. Sudahkah Anda mengetahui bakat dan minat anak ? a. sudah.
b. sudah, tetapi anak memiliki berbagai minat. c. belum.
d. dll,………
? Jawaban
A B C D Total
5 12 3 0 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 5
_____ x 100% = 25% 20
B 12
_____ x 100% = 60% 20
C 3
_____ x 100% = 15% 20
D 0
_____ x 100% = 0% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 60% orang tua sudah mengetahui bakat dan minat anak mereka, tetapi anak masih memiliki berbagai minat.
6. Dimanakah tempat yang menurut Anda paling baik untuk mengembangkan kreativitas pada anak?
a. tempat bermain. b. sekolah.
c. sanggar-sanggar . d. di rumah.
Hasil penelitian
? Jawaban
1 8 10 1 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 1
_____ x 100% = 5% 20
B 8
_____ x 100% = 40% 20
C 10
_____ x 100% = 50% 20
D 1
_____ x 100% = 5% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 50% orang tua beranggapan bahwa anak-anak dapat mengembangkan kreativitasnya paling baik di sanggar-sanggar (gambar).
7. Apakah menurut Anda buku cerita dapat menunjang kekreativitasan anak? a. Sangat berguna,……… b. berguna,……… c. ragu-ragu……….…. d. tidak tahu,………
(*Hasil kuesioner disertai alasan*)
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
15 5 0 0 20
A 15
_____ x 100% = 75% 20
B 5
_____ x 100% = 25% 20
C 0
_____ x 100% = 0% 20
D 0
_____ x 100% = 0% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 75% orang tua beranggapan bahwa buku cerita sangat berguna untuk menunjang kekreativitasan anak dengan berbagai alasan diantaranya:
1. karena buku cerita dapat mengembangkan imajinasi anak yang akan menjadi inspirasi dan motivasi untuk anak agar berkembang lebih optimal. 2. karena buku cerita dapat memberi berbagai informasi untuk menunjang
kreatifitas anak.
3. Buku cerita juga menjadi contoh atau model yang baik dan buruk pada anak tanpa terkesan mengurui tetapi dapat mengajarkan anak untuk mengenal huruf, angka, bentuk, dan warna.
8. Menurut Anda, sudahkah buku yang ada di toko-toko sudah cukup mendukung kreativitas anak anda
a. sangat mendukung,………. b. mendukung, tetapi belum banyak perkembangan,………. c. belum mendukung,………. d. Tidak tahu,……….
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
5 13 2 0 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 5
_____ x 100% = 25% 20
B 13
_____ x 100% = 65% 20
C 2
_____ x 100% = 10% 20
D 0
_____ x 100% = 0% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 65% orang tua beranggapan bahwa buku cerita yang berada di toko-toko buku sudah mendukung kreativitas anak tetapi belum banyak perkem-bangannya dengan berbagai alasan diantaranya:
1. karena perlu diciptakan buku-buku baru yang lebih kreatif dan memancing minat anak.
2. karena anak juga memerlukan praktek untuk melatih perkembangan otak kanan.
4. karena belum banyaknya buku yang mengajarkan tentang seni, sehingga anak kurang dapat mengetahui apa itu seni dan cara mengolah seni itu sendiri.
5. karena banyak buku yang pesannya tidak sampai, dalam hal ini pem-berajaran tidak terperinci sehingga anak tidak mengerti isi buku tersebut.
9. Buku seperti apakah yang menurut Anda mendukung tumbuh kembangnya kreativitas pada anak?
a. banyak gambar banyak cerita,……… b. banyak gambar sedikit cerita,……… c. sedikit gambar banyak cerita,………. d. sedikit gambar sedikit cerita,……….
(*Hasil kuesioner disertai alasan*)
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
8 12 0 0 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 8
_____ x 100% = 40% 20
B 12
_____ x 100% = 60% 20
C 0
_____ x 100% = 0% 20
D 0
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 60% orang tua beranggapan bahwa buku cerita yang banyak gambar sedikit cerita dapat mendukung tumbuh kembangnya kreativitas pada anak dengan berbagai alasan diantaranya:
1. karena anak pada umumnya lebih menyukai buku yang banyak gambarnya (visual), sehingga anak lebih tertatik untuk mengenal warna dan bentuk. 2. Dengan banyak gambar maka anak lebih tetantang untuk menghayal atau
berimajinasi bagaimana kelanjutan dari cerita tersebut.
10. Interaksi apa yang menurut Anda paling efektif untuk merangsang kekreati-vitasan anak?
a. Bergambar,………...… b. bergambar dan dapat diraba,………..….. c. bergambar, dapat diraba, dan dapat dimainkan,………..… d. bergambar, dapat diraba, dapat dimainkan, dan berdimensi (pop
up),………..
(*Hasil kuesioner disertai alasan*)
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
0 1 4 15 20
Presentase Jumlah responden yang memilih jawaban: A 0
_____ x 100% = 0% 20
B 1
[image:35.612.124.514.454.527.2]C 4
_____ x 100% = 20% 20
D 15
_____ x 100% = 75% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 75% orang tua beranggapan bahwa buku cerita yang paling efektif untuk merangsang kekreativitasan anak adalah buku cerita yang bergambar, dapat diraba, dapat dimainkan, dan berdimensi (pop up) dengan berbagai alasan diantaranya:
1. Dengan variasi yang beragam dan menarik maka anak menjadi lebih semangat, tidak membosankan, dan lebih ingin tahu bagaimana bentuk, warna, dan karakter yang terdapat di buku cerita tersebut.
2. Karena dapat merangsang panca indera, dan melatih saraf motorik halus.
11. Menurut Anda, buku cerita terbitan Indonesia sudah memiliki bentuk pe-ngembangan kreativitas yang diharapkan?
a. sudah menunjang,……… b. belum menunjang,………. c. tidak tahu,………. d. dll,……….
(*Hasil kuesioner disertai alasan*)
Hasil penelitian
? Jawaban
A B C D Total
7 10 0 3 20
A 7
_____ x 100% = 35% 20
B 10
_____ x 100% = 50% 20
C 0
_____ x 100% = 0% 20
D 3
_____ x 100% = 15% 20
Kesimpuan:
Dari 20 responden, 50% orang tua beranggapan bahwa buku cerita terbitan Indonesia belum menunjang perkembangan kreativitas yang diharapkan dengan berbagai alasan diantaranya:
1. Karena penerbit di Indonesia masih belum memahami pentingnya ide-ide yang baru yang diciptakan oleh para desainer book design, sehingga dengan mudahnya menekan pengeluaran untuk memproduksi buku, sehingga hasilnya menjadi monoton dan tidak ada variasinya.
2. Tehnik visualnya masih jauh tertinggal dengan tehnik visual di luar negeri. 3. Masih minimnya buku-buku yang membantu mengembangkan kreativitas
anak.
12. Variasi apakah yang Anda harapkan terhadap buku cerita anak di Indonesia? Dari 20 responden, orang tua beranggapan dengan berbagai alasan diantaranya:
1. Perlunya buku motivasi untuk anak.
2. Penggabungan visual dan panca indera yang dapat melatih saraf motorik halus pada anak.
4. Visual yang ditonjolkan harus lebih dieksplorasi, sehingga gaya gambarnya tidak kalah bersaing dengan buatan luar negeri.
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Celia Ganda Wijaya
Alamat : Jalan Sanggar Kencana V/9 Sanggar Hurip Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 19 Mei 1986
Pendidikan :1990-1992 TKK 5 BPK Penabur 1992-1998 SDK 5 BPK Penabur 1998-2001 SMPK 5 BPK Penabur 2001-2004 SMUK 3 BPK Penabur
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.