i ABSTRAK
HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS DAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)
Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara mekanisme
corporate governance dengan financial distress, mekanisme corporate governance
dengan nilai perusahaan, dan financial distress dengan nilai perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis hubungan.
Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif lemah dengan financial distress, sementara dewan komisaris independen dan kepemilikan institusional memiliki hubungan positif lemah dengan financial distresss; 2) kepemilikan institusional memiliki hubungan positif sedang dengan nilai perusahaan, sementara dewan komisaris independen memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan, dan kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif sedang dengan nilai perusahaan, dan; 3) financial distress memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan.
ii
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, FINANCIAL DISTRESS, AND FIRM VALUE
(Empirical Study at Manufacture Companies Listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015)
Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
This research aims to analyze the correlation between corporate governance mechanism and financial distress, mechanism corporate governance and firm value, also financial distress and firm value.
This research is categorized as an empirical study. The amount of target population is 68 manufacture companies which are listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015. The technique used in this research is corelation analysis.
In this research, the corporate governance mechanism, is proxied with the proportion of independent board commisioner, managerial ownership, and institutional ownership. The result of the analysis proves that: 1) managerial ownership is weak negatively correlated with financial distress, while independent board commisioner and institutional ownership is weak positively correlated with financial distress; 2) institutional ownership is average positively correlated with firm value, while independent board commisioner is weak negatively correlated with firm value and managerial ownership is average negatively correlated with firm value; 3) financial distress is weak negatively correlated with firm value.
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS, DAN NILAI PERUSAHAAN
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Oleh :
Maria Rosa Ayu Diarista
NIM : 132114201
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS, DAN NILAI PERUSAHAAN
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 - 2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Oleh :
Maria Rosa Ayu Diarista
NIM : 132114201
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
iv
PERSEMBAHAN
“Hidup adalah proses dimana kita
terus belajar,tanpa ada batas umur,
tanpa ada kata tua”
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
-
Kedua orang tua terbaik sepanjang hidup, mama dan papa
-Adikku, Chatarina Novia dan Rhapsodio Daniswara
dan Keluarga Besar C. Soeradi
( Terkhusus Ibu V. Sumaryati dan Sdri. Fransisca Bunga)
yang telah memberikan banyak perhatian,dukungan
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS, DAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 15 Mei 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya lain, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Mei 2017
Yang membuat pernyataan
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Maria Rosa Ayu Diarista
NIM : 132114201
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS DAN NILAI PERUSAHAAN”
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolah dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademisi tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, Pada tanggal 31 Mei 2017 Yang membuat pernyataan,
vii
KATA PENGANTAR
Waktu berlalu begitu cepat dan tak terasa saya telah sampai pada titik ini. Bertemu dengan sebuah pengalaman luar biasa yang menyentuh seluruh segi kehidupan saya. Bagi saya, pengerjaan skripsi ini adalah sebuah proses belajar yang sangat berharga. Sebuah proses belajar mengontrol diri ketika ditempatkan pada situasi yang tidak nyaman, dihadapkan pada berbagai rintangan, bertemankan dengan rasa bosan, dan dihantui rasa ingin menyerah.
Proses ini ibarat bersepeda, harus melewati jalan yang menanjak untuk mendapatkan pemandangan indah di balik bukit. Ada pilihan yang lebih mudah, saya bisa berputar balik dan melupakan impian akan pemandangan indah tersebut, sebab tanjakan terlalu curam, dan perjalanannya akan menyakitkan. Tapi saya memilih berjuang, tetap mengayuh kuat meski lelah dan terengah-engah. Kini, pemandangan itu terhampar di hadapan saya, menawarkan impian-impian baru untuk saya kejar. Skripsi ini adalah akhir, sekaligus awal bagi saya.
Banyak sosok hebat di balik layar yang menuntun saya untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma. Untuk itu, saya bersyukur atas penyertaan Roh Kudus, yang menghibur dan mencurahkan semangatnya dalam setiap jatuh bangun langkah saya. Kepada Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma, terima kasih telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian saya. Kepada Albertus Yudi Yuniarto, S.E., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi, terima kasih telah memberikan kesempatan untuk belajar dan merasakan dinamika di lingkungan Fakultas Ekonomi. Terima kasih pula kepada Y.P Supardiyono, M.Si. Akt., QIA selaku Ketua Program Studi Akuntansi yang telah memberikan dukungan untuk terselesaikannya skripsi ini.
viii
Terkhusus ibu terhebat sepanjang hidup, Ibu Yohana S. Widiastuti, terima kasih atas segala dukungan dan pelajaran berharga dalam hidup yang diajarkan sejak saya kecil sampai saat ini. Beliau selalu bilang, “apapun yang terjadi, life must go on”. Terima kasih pula kepada papa, Opie, Dio, Bude Niek, dan Mbak Bunga dan keluarga besar C. Soeradi untuk kehangatan, keceriaan, dan perhatian yang selalu menjadi semangat saya dalam menempuh studi.
Teruntuk Judith Nooryani Chanutomo, sahabat sepermainan dan seperantauan di kota orang. Tak terasa proses panjang ini telah kita lewati. Kebersamaan terindah dalam suka dan duka turut menjadi pemanis perjalanan hidup. Meski tertatih atau berlari, kita berhasil membangun sebuah persahabatan. Tempat di mana aku merasa bebas menjadi diriku sendiri, tempat berbagi dan melepas gelak tawa. Terima kasih telah memberikanku banyak hal untuk terus mengembangkan diri: belajar MBTI, belajar kritis terhadap sesuatu dan
mendiskusikannya dan yang selalu berkata “don’t be ordinary people”.
Lalu, untuk kenangan kebersamaan, tawa, dan tangis yang telah kita bagi bersama selama empat tahun, terima kasih kepada Damaris Indah Nugraheni dan Theodosia Dhinar Krisma Alfidya. Gak akan pernah lupa kenangan jadi anak kos
bareng, gak akan pernah lupa kenangan bangun pagi untuk ikut brevet jam 8 pagi setiap hari sabtu. Untuk Denny A. Siringo-ringo, terima kasih telah memberikan
dukungan dan mengajarkanku banyak hal bahwa hidup tidak untuk
bermanja-manja terus. Terima kasih pula untuk teman seperjuangan MPAT kelas B (Bang
Leo, Yulius, Sisca, Nia, Age, Tije, Ristyo, Dhita, Eva, Cumi, Lauren, Bayu, Sevi) dan teman-teman kelas Akuntansi D atas cerita, ide dan pengalamannya selama proses pengerjaan skripsi ini; dan kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu disini.
Dalam penulisan skripsi ini, saya menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat terbuka untuk saya terima guna menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya.
Yogyakarta, 31 Mei 2017
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR... vii
HALAMAN DAFTAR ISI... ix
HALAMAN DAFTAR TABEL... xiii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xv
ABSTRAK... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 2
B. Rumusan Masalah... 4
C.Batasan Masalah... .... 4
D.Tujuan Penelitian... ... 5
E. Manfaat Penelitian... ... 5
F. Sistematika Penulisan... ... 6
BAB II LANDASAN TEORI... 8
A.Teori Fundamental... 8
1. Teori Keagenan (Agency Theory)... 8
2. Teori Sinyal (Signalling Theory)... 10
B. Teori Pendukung... 11
1. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)... 11
2. Financial Distress... 16
3. Nilai Perusahaan... 20
C.Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Financial Distress... 23
D.Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Nilai Perusahaan... ... 25
E. Hubungan Financial Distress dan Nilai Perusahaan... ... 27
F. Penelitian Terdahulu... ... 27
G. Kerangka Konseptual Penelitian... ... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 31
A.Jenis Penelitian... 31
B. Populasi Sasaran... ... 31
C.Jenis dan Sumber Data... 32
D.Teknik Pengumpulan Data... 32
E. Variabel Penelitian... 33
x
2. Mekanisme Corporate Governance... 33
3. Nilai Perusahaan... 33
F. Teknik Analisis Data... 34
1. Mengumpulkan Data... 34
2. Mengukur Variabel... 34
a. Menghitung Proporsi Dewan Komisaris Independen... ... 34
b. Menghitung Proporsi Kepemilikan Manajerial... ... 35
c. Menghitung Proporsi Kepemilikan Institusional... 35
d. Menghitung Nilai Perusahaan... 36
3. Melakukan Analisis Statistik Deskriptif... 37
4. Mengklasifikasikan Data... 37
a. Mengklasifikasikan Data Tata Kelola Perusahaan/ Corporate Governance ... 37
1) Mengklasifikasikan Data Dewan Komisaris Independen... 37
2) Mengklasifikasikan Data Kepemilikan Manajerial... 37
3) Mengklasifikasikan Data Kepemilikan Institusional... 38
b. Mengklasifikasikan Data Financial Distress... 38
c. Mengklasifikasikan Data Nilai Perusahaan... 38
5. Melakukan Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)... 39
6. Menarik Kesimpulan... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 41
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 55
A.Analisis Data ... 55
1. Pengumpulan Data ... 55
2. Perhitungan Variabel Penelitian ... 55
a. Perhitungan Mekanisme Corporate Governance ... 55
1) Perhitungan Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 55
2) Perhitungan Proporsi Kepemilkan Manajerial ... 55
3) Perhitungan Proporsi Kepemilikan Institusional ... 56
b. Perhitungan Nilai Perusahaan ... 56
3. Analisis Statistik Deskriptif ... 56
a. Analisis Statistik Deskriptif Mekanisme Corporate Governance... 56
1) Analisis Statistik Deskriptif Dewan Komisaris Independen. ... 56
xi
3) Analisis Statistik Deskriptif Kepemilikan
Institusional ... 58 b. Analisis Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan... 59 4. Pengklasifikasian Data
a. Pengklasifikasian Data Mekanisme
Corporate Governance ... 60
1) Pengklasifikasian Data Dewan Komisaris
Independen ... 60 2) Pengklasifikasian Data Kepemilikan
Manajerial... 61 3) Pengklasifikasian Data Kepemilikan
Institusional... 62 b. Pengklasifikasian Data Nilai Perusahaan... 63 c. Pengklasifikasian Data Financial Distress... 64 5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstabs)
a. Analisis Tabulasi Silang Mekanisme Corporate
Governance dan Financial Distress... 66
1) Analisis Tabulasi Silang Dewan Komisaris
Independen dan Financial Distress... 67 2) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial
dan Financial Distress ... 67 3) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional
dan Financial Distress ... 68
b. Analisis Tabulasi Silang Mekanisme Corporate
Governance dan Nilai Perusahaan... 70
a) Analisis Tabulasi Silang Dewan Komisaris
Independen dan Nilai Perusahaan... 70 b) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Manajerial
dan Nilai Perusahaan ... 71 c) Analisis Tabulasi Silang Kepemilikan Institusional
dan Nilai Perusahaan ... 73 c. Analisis Tabulasi Silang Financial Distress
dan Nilai Perusahaan
... 74
B. PEMBAHASAN
1. Hubungan Mekanisme Corporate Governance
dan Financial Distress ... 76
a. Hubungan Dewan Komisaris Independen
dan Financial Distress... 76
b. Hubungan Kepemilikan Manajerial
dan Financial Distress ... 77
c. Hubungan Kepemilikan Institusional
dan Financial Distress ... 78
2. Hubungan Mekanisme Corporate Governance
xii
a. Hubungan Dewan Komisaris Independen
dan Nilai Perusahaan ... 80
b. Hubungan Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan ... 81
c. Hubungan Kepemilikan Institusional Dan Nilai Perusahaan ... 82
3. Hubungan Financial Distress dan Nilai Perusahaan... 83
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 86
C. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
LAMPIRAN ... 94
LAMPIRAN I Data Perhitungan Prosentase Dewan Komisaris Independen ... 95
LAMPIRAN II Data Perhitungan Prosentase Kepemilikan Manajerial ... 97
LAMPIRAN III Data Perhitungan Prosentase Kepemilikan Institusional... 101
LAMPIRAN IV Data Perhitungan Nilai Perusahaan 2013... 105
LAMPIRAN V Data Perhitungan Nilai Perusahaan 2014...110
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel ... 40
Tabel 4.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 42
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Proporsi Dewan Komisaris Independen ... 56
Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Proporsi Kepemilikan Manajerial ... 57
Tabel 5.3 Statistik Deskriptif Proporsi Kepemilikan Institusional ... 58
Tabel 5.4 Statistik Deskriptif Nilai Perusahaan ... 59
Tabel 5.5 Statistik Deskriptif Financial Distress ... 59
Tabel 5.6 Hasil Klasifikasi Dewan Komisaris Independen ... 60
Tabel 5.7 Hasil Klasifikasi Kepemilikan Manajerial ... 61
Tabel 5.8 Hasil Klasifikasi Kepemilikan Institusional ... 62
Tabel 5.9 Hasil Klasifikasi Nilai Perusahaan ... 63
Tabel 5.10 Hasil Klasifikasi Financial Distress ... 64
Tabel 5.11 Analisis Crosstabs Dewan Komisaris Independen dan Financial Distress ... 66
Tabel 5.12 Nilai Koefisien Gamma Dewan Komisaris Independen dan Financial Distress... 67
Tabel 5.13 Analisis Crosstabs Kepemilikan Manajerial dan Financial Distress ... 67
Tabel 5.14 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Manajerial dan Financial Distress ... 68
xiv
Tabel 5.16 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Institusional
dan Financial Distress ... 69 Tabel 5.17 Analisis Crosstabs Dewan Komisaris
Independen dan Nilai Perusahaan ... 70 Tabel 5.18 Nilai Koefien Gamma Dewan Komisaris
Independen dan Nilai Perusahaan ... 71 Tabel 5.19 Analisis Crosstabs Kepemilikan Manajerial
dan Nilai Perusahaan ... 71 Tabel 5.20 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Manajerial
dan Nilai Perusahaan ... 72 Tabel 5.21 Analisis Crosstabs Kepemilikan Institusional
dan Nilai Perusahaan ... 73 Tabel 5.22 Nilai Koefisien Gamma Kepemilikan Institusional
dan Nilai Perusahaan ... 74 Tabel 5.23 Analisis Crosstabs Financial Distress
dan Nilai Perusahaan ... 74 Tabel 5.24 Nilai Koefisien Gamma Financial Distress
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 30
xvi
ABSTRAK
HUBUNGAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, FINANCIAL DISTRESS DAN NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015)
Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara mekanisme
corporate governance dengan financial distress, mekanisme corporate governance
dengan nilai perusahaan, dan financial distress dengan nilai perusahaan.
Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Jumlah populasi sasaran sebanyak 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis hubungan.
Dalam penelitian ini mekanisme corporate governance diproksikan dengan proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif lemah dengan financial distress, sementara dewan komisaris independen dan kepemilikan institusional memiliki hubungan positif lemah dengan financial distresss; 2) kepemilikan institusional memiliki hubungan positif sedang dengan nilai perusahaan, sementara dewan komisaris independen memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan, dan kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif sedang dengan nilai perusahaan, dan; 3) financial distress memiliki hubungan negatif lemah dengan nilai perusahaan.
xvii
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM, FINANCIAL DISTRESS, AND FIRM VALUE
(Empirical Study at Manufacture Companies Listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015)
Maria Rosa Ayu Diarista NIM : 132114201
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2017
This research aims to analyze the correlation between corporate governance mechanism and financial distress, mechanism corporate governance and firm value, also financial distress and firm value.
This research is categorized as an empirical study. The amount of target population is 68 manufacture companies which are listed in Indonesia Stock Exchange between 2013-2015. The technique used in this research is corelation analysis.
In this research, the corporate governance mechanism, is proxied with the proportion of independent board commisioner, managerial ownership, and institutional ownership. The result of the analysis proves that: 1) managerial ownership is weak negatively correlated with financial distress, while independent board commisioner and institutional ownership is weak positively correlated with financial distress; 2) institutional ownership is average positively correlated with firm value, while independent board commisioner is weak negatively correlated with firm value and managerial ownership is average negatively correlated with firm value; 3) financial distress is weak negatively correlated with firm value.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembentukan pasar tunggal di Asia Tenggara atau yang lebih
dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) resmi diberlakukan
pada tanggal 31 Desember 2015. Indonesia, masuk sebagai salah satu
negara yang tergabung dalam keanggotaan MEA bersama dengan
Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan berbagai negara di Asia
Tenggara lainnya. Konsekuensi atas adanya kesepakatan MEA yakni
adanya aliran bebas barang, jasa, investasi dan modal bagi negara-negara
ASEAN.
Kehadiran MEA tentu menjadi sebuah kesempatan yang baik bagi
Indonesia, karena berdampak pada peningkatan ekspor yang sesuai
dengan perwujudan dari Nawa Cita1 Kementrian Perdagangan dengan
menetapkan adanya kenaikan ekspor sebesar tiga kali lipat sampai dengan
2019. Hingga tahun 2016, laporan International Yearbook of Industrial
Statistics2 2016 mencatat bahwa industri manufaktur di Indonesia telah
memberikan kontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik
bruto (PDB) nasional.
1
Nawa Cita adalah sembilan agenda prioritas yang merupakan visi misi yang dibuat ketika Pemilu Presiden 2014 dan menjadi program kerja untuk lima tahun masa kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla.
2
Namun, siapa bisa menyangkal bahwa ternyata munculnya MEA
juga membawa tantangan baru bagi Indonesia, yakni adanya homogenitas
komoditas yang diperjualbelikan. Kondisi inilah yang akhirnya
menggiring kepada sebuah realitas bahwa persaingan didunia industri
manufaktur cukup pesat. Dilansir dari berita detikfinance (01/11/16) sesuai
dengan laporan Badan Pusat Statistik, bahwa pertumbuhan industri
manufaktur pada akhir tahun 2016 mencapai 5,7%. Tiga kelompok
industri utama dengan pertumbuhan tertinggi adalah farmasi, produk obat
kimia dan tradisional dengan 11,26%, makanan 7,70%, dan kulit, barang
dari kulit dan alas kaki dengan 7,28%. Sementara itu, industri yang
mengalami penurunan adalah tekstil sebesar 8,96%, industri pengolahan
lainnya sebesar 9,83% dan karet serta plastik sebesar 12,98%.
Persaingan industri manufaktur menuntut perusahaan untuk
memiliki keunggulan kompetitif agar tidak tenggelam di dalamnya.
Perusahaan tidak hanya dituntut untuk mampu menghasilkan produk yang
bermutu bagi konsumen, tetapi juga dituntut untuk menaruh perhatian
lebih pada tata kelola perusahaan yang baik. Harapannya, perusahaan
mampu mengembangkan bisnisnya dan mampu bertahan di tengah
persaingan bisinis yang ketat.
Menurut Organization for Economic Corporation and
Development, tata kelola perusahaan atau yang dikenal dengan istilah
corporate governance adalah suatu struktur untuk menetapkan tujuan
corporate governance didefinisikan sebagai seperangkat mekanisme yang
saling menyeimbangkan antara tindakan maupun pilihan manajer dengan
kepentingan shareholders (Susanti, 2011). Corporate governance ini
sendiri, dapat menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan, sehingga konflik antara pihak agen dan principal yang
berdampak pada agency cost dapat dihindari (Bodroastuti, 2009). Dengan
adanya penerapan corporate governance yang baik, manajer perusahaan
akan selalu mengambil tindakan yang tepat dan tidak mementingkan diri
sendiri, serta dapat melindungi stakeholders perusahaan.
Penerapan mekanisme corporate governance yang baik akan
menekan risiko perusahaan mengalami financial distress atau kesulitan
keuangan. Menurut Platt dan Platt (2002), financial distress didefinisikan
sebagai tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan yang terjadi
sebelum kebangkrutan ataupun likuidasi. Kondisi seperti ini membuat
manajer berpikir ulang untuk melakukan tindakan antisipasi maupun
strategi dalam menghadapi kesulitan keuangan.
Serangkaian kesalahan dan pengambilan keputusan yang tidak
tepat dapat menggiring perusahaan pada kondisi financial distress yang
akan menimbulkan respon negatif dari investor kepada perusahaan.
Investor cenderung menghindari perusahaan dengan kondisi keuangan
yang kurang baik dan enggan kembali menanamkan investasinya. Karena
bagi investor, masalah keuangan yang dibiarkan berlarut-larut lambat laun
pihak yang akan terkena dampak dari permasalahan keuangan ini seperti
perusahaan saja, namun dari pihak stakeholders dan shareholders
perusahaan potensial terkena dampak tersebut. Kondisi ini berpotensi
menurunkan harga saham, berakibat pada turunnya nilai perusahaan dan
mengurangi kesempatan perusahaan untuk memperoleh pinjaman dana
dari kreditor prospektif (Widyastuti, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka bahasan yang akan dikaji oleh
penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana hubungan antara mekanisme corporate governance dan
financial distress?
2. Bagaimana hubungan antara mekanisme corporate governance dan
nilai perusahaan?
3. Bagaimana hubungan antara financial distress dan nilai perusahaan?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya terbatas untuk mengetahui hubungan mekanisme
corporate governance yang diproksikan dengan menggunakan dewan
komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional
dan financial distress yang diproksikan menggunakan earning per share
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui hubungan mekanisme corporate governance dan financial
distress.
2. Mengetahui hubungan mekanisme corporate governance dan nilai
perusahaan.
3. Mengetahui hubungan financial distress dan nilai perusahaan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti
perkuliahan serta menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
hubungan mekanisme corporate governance, financial distress, dan
nilai perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai
pentingnya pengetahuan mengenai mekanisme corporate governance
yang baik di perusahaan untuk meminimalkan sedini mungkin
terjadinya kondisi financial distress serta kaitannya dengan nilai
3. Bagi Pihak Eksternal Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi investor,
kreditor maupun pemerintah serta pihak–pihak yang berkepentingan
dalam mengambil keputusan ekonomi maupun bisnis yang tepat
dimasa mendatang.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapakan dapat menambah referensi kepustakaan
Universitas Sanata Dharma.
F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini akan menguraikan teori – teori yang digunakan sebagai landasan
dalam penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang diperlukan, teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
BAB IV Gambaran Umum Perusahaan
Bab ini akan menjelaskan tentang gambaran umum perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian.
BAB V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi analisis terhadap data–data yang telah diperoleh dengan
dasar teknik analisis data yang telah ditentukan.
BAB VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian yang
8 BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Fundamental
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menggambarkan adanya hubungan agensi sebagai
suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen
untuk melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan
pendelegasian wewenang keputusan kepada agen (Jensen dan
Meckling, 1976). Prinsipal maupun agen adalah dua orang atau lebih
yang bekerja sama dalam pengelolaan perusahaan dan memiliki
kepentingan maupun motivasi tersendiri dalam menjalankan tugasnya.
Pihak prinsipal atau pemilik atau pemegang saham memberikan
kekuasaan kepada manajer dalam pengambilan keputusan pengelolaan
perusahaan. Namun, para manajer yang mengambil keputusan
terkadang lebih mementingkan pencapaian hasil yang tinggi dalam
rangka mencapai kepuasan dirinya dan mengabaikan kepentingan
pemegang saham serta bertentangan dengan tujuan perusahaan.
Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan
tersebut, menimbulkan adanya konflik keagenan. Konflik keagenan
yang timbul antara berbagai pihak yang memiliki beragam kepentingan
ini dapat menyulitkan dan menghambat perusahaan dalam mencapai
kinerja yang positif guna menghasilkan nilai perusahaan itu sendiri dan
adanya informasi yang tidak simetris antara pihak agen dan prinsipal.
Artinya, salah satu pihak tidak memiliki informasi sama seperti pihak
lainnya sehingga beberapa konsekuensi dari pemilihan keputusan yang
dilakukan tidak dapat dipertimbangkan oleh salah satu dari pihak
tersebut.
Menurut Jensen dan Meckling (1976), adanya masalah keagenan
memunculkan adanya biaya agensi. Biaya agensi meliputi :
a. The Monitoring Expenditure by The Principle (monitoring cost),
yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk
mengawasi perilaku dari agen dalam mengelola perusahaan.
b. The Bounding Expenditure by The Agent (bounding cost), yaitu
biaya yang dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen
tidak bertindak yang merugikan prinsipal.
c. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal
maupun agen karena adanya hubungan agensi.
Adanya good corporate governance ini diharapkan dapat
meminimalkan masalah agensi antara pihak principal dan agen. Oleh
karena itu, good corporate governance sebagai sebuah konsep yang
didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat berfungsi sebagai
alat untuk memberi keyakinan kepada pihak principal atas kinerja
agen. Lebih lanjut lagi, good corporate governance berkaitan dengan
bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan
tindakan moral hazard serta menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan bagi investor.
2. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada investor. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan para investor. Sinyal dapat berupa promosi
atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih
baik daripada perusahaan lain (Thiono, 2006). Informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena
pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan.
Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena pada
hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran, baik untuk
keadaaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada
perusahaan (Brigham and Houston, 2001).
Menurut Wolk dalam Thiono (2006), teori sinyal juga menjelaskan
mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan
informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui
lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang
luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri
dengan memberikan harga terendah untuk perusahaan. Perusahaan
dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi asimetri
informasi Asimetri informasi dapat berakibat buruk bagi persepsi
investor mengenai perusahaan tersebut karena asimetri informasi ini
dapat menimbulkan 2 masalah diantaranya, moral hazard yakni
permasalahan jika agen tidak melaksanakan hal–hal yang disepakati
dalam kontrak kerja, dan adverse selection yakni keadaan dimana
principal tidak mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh
agen–agen benar didasarkan atas informasi yang diperolehnya, atau
terjadi kelalaian dalam tugas.
B. Teori Pendukung
1. Corporate Governance (CG)
a. Definisi Corporate Governance
Pengertian corporate governance secara umum adalah
sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti
sempit, hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan
dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate
governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan ini dan
mencegah terjadinya kesalahan dalam strategi korporasi dan untuk
(Triwahyuningtias dan Muharam, 2012). Menurut Organization for
Economic Corporation and Development (OECD, 2004),
corporate governance merupakan suatu sistem yang bertujuan
untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan supaya dapat
mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat
dengan perusahaan sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
b. Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance adalah suatu pola
hubungan, sistem dan proses yang digunakan oleh organ
perusahaan (direksi, dewan komisaris, RUPS) guna memberikan
nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan
serta norma yang berlaku (Daniri, 2005). Babic (2001) dalam
Nuryaman (2009) menyatakan bahwa mekanisme corporate
governance terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, berupa
internal mechanisms (mekanisme internal) seperti proporsi dewan
direksi atau komisaris, kepemilikan manajeral dan komposisi
eksekutif. Kedua, external mechanisms (mekanisme eksternal)
seperti pengendalian oleh pasar, kepemilikan institusional serta
audit oleh auditor eksternal. Dalam penelitian ini, terdapat 3
1) Proporsi Dewan Komisaris Independen
Proporsi dewan komisaris independen merupakan bagian
perusahaan yang mempunyai peran penting dalam
melaksanakan GCG secara efektif dan merupakan pihak yang
mempunyai peranan penting dalam menyediakan laporan
keuangan yang reliable (KNKG, 2006). Keberadaan komisaris
independen diperlukan dalam perusahaan untuk menengahi atau
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat benturan berbagai
kepentingan yang mengabaikan kepntingan pemegang saham
publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya,
terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan
dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya (KNKG,
2006).
Perusahaan yang memiliki corporate governance yang
baik, seperti yang diatur dalam peraturan OJK No. 33 tahun
2014 wajib memiliki komisaris independen yang berjumlah
secara proporsional minimal 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah seluruh komisaris. Prooporsi dewan komisaris
independen dinyatakan dengan perbandingan jumlah anggota
dewan komisaris independen dengan jumlah seluruh dewan
komisaris (Lins dan Warnock, 2014). Adapun cara untuk
Proporsi Dewan
Komisaris Independen = Jumlah komisaris independen
Jumlah seluruh dewan komisaris
2) Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham
perusahaan yang dimiliki oleh manajemen perusahaan.
Kepemilikan saham oleh manajer dalam perusahaan membuat
manajer mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik
perusahaan sekaligus pengelola perusahaan tersebut. Jensen dan
Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham
manajerial dapat mengurangi insentif manajer untuk
mengkonsumsi kemewahan, menyedot kekayaan pemegang
saham, atau terlibat dalam perilaku yang tidak
memaksimumkan nilai perusahaan. Sehingga manajer pemilik
saham tersebut akan mempunyai hak untuk memberikan
tekanan atau saran bagi perusahaan untuk berjalan ke arah yang
dikehendakinya. Kepemilikan manajerial dinyatakan dengan
perbandingan jumlah saham yang dimiliki manajemen dengan
jumlah keseluruhan saham perusahaan (Lins dan Warnock,
2004).
Kepemilikan Jumlah Saham yang dimiliki manajemen
3) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah proporsi saham
perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau badan usaha atau
organisasi pada akhir tahun yang diukur dengan presentase
(Nabela, 2012). Kepemilikan institusional mempunyai arti
penting dalam memonitor manajemen. Fungsi monitoring yang
dilakukan oleh pemilik institusional tersebut akan membuat
perusahaan lebih efisien dalam penggunaan aset sebagai
sumber daya perusahaan dalam operasinya, walaupun
pengawasan yang dilakukan investor sebagai pemilik
perusahaan dilakukan dari luar perusahaan (Mayangsari, 2015).
Sheila (2012) menyatakan bahwa semakin besar
kepemilikan institusional maka akan semakin besar kekuatan
suara dan dorongan untuk mengawasi kinerja manajemen dan
dapat semakin memberi dorongan yang lebih besar untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan
akan meningkat. Adapun kepemilikan institusional dinyatakan
dengan perbandingan jumlah saham yang dimiliki institusi
dengan jumlah saham perusahaan (Lins dan Warnock,2004).
Kepemilikan Jumlah saham yang dimiliki institusi
Institusional Total saham
2. Financial Distress
a. Definisi Financial Distress
Kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan, terkadang
tidaklah berjalan mulus seratus persen. Kemungkinan, pada suatu
kondisi tertentu, perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang
ringan seperti mengalami kesulitan likuiditas seperti tidak dapat
membayar gaji pegawai dan bunga utang. Hal ini jika tidak
diselesaikan dengan baik maka kesulitan kecil tersebut dapat
berkembang menjadi kesulitan yang lebih besar dan dapat
mengarah pada terjadinya kebangkrutan. Menurut Whitaker (1999)
dalam Almilia (2004) suatu perusahaan dapat dikatakan dalam
kondisi financial distress atau kesulitan keuangan apabila
perusahaan tersebut memiliki laba bersih (net profit) negatif secara
berturut-turut selama beberapa tahun.
Elloumi dan Gueyie (2001) mengkategorikan perusahaan
mengalami financial distress jika perusahaan mempunyai laba per
lembar saham atau earning per share (EPS) negatif. EPS mampu
menggambarkan keuntungan perusahaan yang diperoleh pada
periode tertentu dan secara implisit bagaimana kinerja perusahaan
pada masa lalu serta prospek ke depannya. Menurutnya, sebuah
perusahaan memiliki pertumbuhan yang baik di masa yang akan
datang apabila mempunyai nilai Earning per Share (EPS) positif
negatif dalam beberapa periode menggambarkan prospek earning
dan pertumbuhan perusahaan yang tidak baik dimana itu bukan
merupakan kondisi yang disukai investor. Dalam kondisi semacam
itu perusahaan akan sulit untuk mendapatkan dana dikarenakan
pendapatannya negatif, sehingga dapat memicu terjadinya financial
distress
Menurut Brigham dan Gapenski (1997) dalam Khaira Amalia
(2008) terdapat beberapa hal yang paling terlihat ketika perusahaan
mengalami financial distress seperti :
1) Economic failure
Economic failure atau kegagalan ekonomi adalah keadaan
dimana pendapatan perusahaan tidak dapat menutupi total
biaya, termasuk cost of capital nya. Keberlangsungan
perusahaan bergantung pada kesediaan kreditur untuk
menyediakan modal dan pemilik perusahaan mau menerima
tingkat pengembalian (rate of return) dibawah pasar.
Meskipun tidak terdapat suntikan modal baru saat asset tua
harus sudah diganti, perusahaan dapat juga menjadi sehat
secara ekonomi.
2) Business failure
Business failure atau kegagalan bisnis didefinisikan sebagai
bisnis yang menghentikan operasi dengan akibat adanya laba
3) Technical insolvency
Sebuah perusahaan dikatakan dalam keadaan technical
insolvency jika tidak dapat memenuhi kewajiban lancar ketika
jatuh tempo. Ketidakmampuan membayar hutang secara teknis
memperlihatkan kekurangan likuiditas yang sifatnya
sementara, yang jika diberi waktu, perusahaan mungkin dapat
membayar hutangnya dan survive. Di lain sisi, jika technical
insolvency adalah gejala awal kegagalan ekonomi, hal tersebut
tentu menjadi perhatian pertama menuju bencana keuangan
(financial disaster).
4) Insolvency in bankcruptcy
Insolvency in bankruptcy merupakan kondisi dimana nilai
buku hutang perusahaan melebihi nilai pasar aset. Kondisi ini
lebih serius dibandingkan technical insolvency dikarenakan
umumnya hal ini adalah tanda dari economic failure, dan
bahkan mengarah kepada likuidasi bisnis. Perusahaan yang ada
dalam keadaan insolvency in bankruptcy tidak perlu terlibat
dalam tuntutan kebangkrutan secara hukum.
5) Legal bankruptcy
Perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum jika telah
diajukan tuntutan secara resmi dengan undang – undang yang
b. Penyebab Financial Distress
Financial distress dapat timbul karena faktor dari dalam
perusahaan (internal) maupun dari luar perusahaan (eksternal).
Damodaran (2001) menyatakan, faktor penyebab financial distress
dari dalam perusahaan lebih bersifat mikro, faktor–faktor tersebut
antara lain adalah :
1) Kesulitan Arus Kas
Terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil
operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban–beban
usaha yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Hal
tersebut bisa juga disebabkan karena kesalahan dari manajemen
dalam mengelola aliran kas perusahaan untuk pembayaran
aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan
perusahaan.
2) Besarnya Jumlah Hutang
Salah satu cara untuk menutupi biaya yang timbul akibat
operasi perusahaan adalah dengan mengambil hutang dan
menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk
mengembalikan hutang di masa depan. Saat terjadi tagihan atas
hutang atau telah jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai
cukup dana untuk membayar tagihan–tagihan yang terjadi
maka kemungkinan kreditur akan menyita harta perusahaan
3) Kerugian Operasional Perusahaan
Kerugian operasional perusahaan menyebabkan arus kas
negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban
operasional perusahaan lebih besar daripada pendapatan yang
diterima perusahaan.
Selanjutnya, ketika perusahaan dapat menanggulangi atau
menutupi tiga hal tersebut, tidak ada jaminan pasti bahwa
perusahaan dapat terhindar dari financial distress, karena masih
terdapat faktor eksternal perusahaan yang dapat menyebabkan
financial distress. Faktor eksternal perusahaan itu sendiri lebih
bersifat makro dan cakupannya lebih luas. Beberapa faktor
eksternal tersebut dapat berupa kebijakan pemerintah serta
kebijakan suku bunga pinjaman yang meningkat sehingga
dapat menyebabkan beban bunga yang ditanggung perusahaan
meningkat.
3. Nilai Perusahaan
a. Definisi Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan sebuah kondisi tertentu atas
pencapaian suatu perusahaan sebagai gambaran atas kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses
kegiatan selama beberapa tahun, dimulai sejak awal perusahaan
berdiri sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan merupakan
dengan harga saham (Sujoko dan Subiantoro, 2007). Harga saham
yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham
terbentuk atas permintaan dan penawaran investor, sehingga harga
saham tersebut dapat dijadikan gambaran nilai perusahaan. Pada
saaat kondisi permintaan lebih banyak daripada penawaran maka
harga saham cenderung naik. Sebaliknya, pada saat penawaran
lebih besar daripada permintaan maka harga saham cenderung akan
turun (Widyastuti, 2014). Memaksimalkan nilai perusahaan
sangatlah penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan
memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan
kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan (Widyastuti, 2014).
b. Alat Ukur Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat diukur dengan rasio–rasio sebagai
berikut (Rika, 2010) :
1) Price Earnings Ratio (PER) yaitu harga yang bersedia dibayar
oleh pembeli apabila perusahaan itu dijual.
2) Price Book Value (PBV) yaitu perbandingan antara harga pasar
saham dengan nilai buku.
3) Market Book Ratio (MBR) yaitu perbandingan antara harga
4) Market to Book Assets Ratio yaitu ekspetasi pasar tentang nilai
dari peluang investasi dan pertumbuhan perusahaan yaitu
perbandingan antara nilai pasar asset dengan nilai buku asset.
5) Enterprise Value (EV) yaitu nilai kapitalisasi market yang
dihitung sebagai nilai kapitalisasi market yang dihitung sebagai
nilai kapitalisasi pasar ditamabah total kewajiban ditambah
minority interest dan saham preferen dikurangi total kas dan
ekuivalen kas.
6) Tobin’s Q yaitu nilai pasar dari suatu perusahaan dengan
membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar
dipasar keuangan dengan nilai penggantian asset (asset
replacement value).
Dalam penelitian ini nilai perusahaan dihitung menggunakan
rasio Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q dinilai bisa memberikan
informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan
semua unsur hutang dan modal saham perusahaan. Tobin’s Q
merupakan ukuran yang tidak hanya memberikan gambaran dari
aspek fundamental saja, namun juga menggunakan pendekatan
ukuran sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek
termasuk penilaian aspek investasi (Ainy, 2015). Fahmi (2011)
mengatakan jika rasio Tobin’s Q diatas satu (>1), menunjukkan
bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan
tobin’s Q dibawah satu (<1), investasi dalam aktiva tidak menarik.
Adapun rumus Tobin’s Q adalah sebagai berikut :
Tobin’s Q =
Keterangan :
MVE = harga saham x jumlah saham beredar
DEBT = total hutang perusahaan
TA = total Aktiva
C. Hubungan Mekanisme Corporate Governance dengan Financial Distress
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan
dengan menggunakan dewan komisaris independen, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional. Dewan komisaris merupakan
pengawas dalam perusahan yang bertugas mengawasi perilaku
manajemen dalam pelaksanaan strategi perusahaan, dewan komisaris
sebagai organ perusahaan juga bertugas dan bertanggungjawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada
direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan good
corporate governance (Agusti, 2013). Semakin tinggi proporsi dewan
komisaris maka akan semakin meningkatnya monitoring atau
pengawasan kinerja perusahaan yang dampaknya terhadap rendahnya
Kepemilikan manjerial adalah saham perusahaan yang dimiliki
oleh manajemen atau pengelola perusahaan. Adanya kepemilikan
saham oleh manajer ini membuat manajer mempunyai fungsi ganda,
yaitu sebagai pemilik perusahaan sekaligus sebagai pengelola
perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat manajer memiliki
kepentingan untuk menyatukan kepentingan pemegang saham dan
kepentingan mereka sendiri. Manajer pemilik saham tersebut merasa
mempunyai hak untuk memberikan tekanan atau saran bagi perusahaan
untuk berjalan ke arah yang baik sehingga meminimalkan terjadinya
financial distress (Emrinaldi, 2007).
Kepemilikan Institusional merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan karena dengan adanya kepemilikan
oleh investor institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan
yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang
dilakukan oleh investor institusional sangat bergantung pada jumlah
investasi yang dilakukan. Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan
oleh institusi keuangan, maka akan semakin besar kekuatan suara dan
dorongan institusi keuangan untuk mengawasi manajemen sehingga
kemungkinan perusahaan menghadapi kondisi kesulitan keuangan
D. Hubungan Mekanisme Corporate Governance dengan Nilai Perusahaan
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan,
dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang
ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi manajer
dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas (Lastanti, 2004). Fungsi kontrol yang dilakukan oleh
dewan komisaris diambil dari teori agensi. Dari perspektif teori agensi,
dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk
mengontrol perilaku opportunistic manajemen sehingga dapat
membantu menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer
(Young et al, 2001 dalam Riyanto, 2005). Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Barnhart dan Rosenstein (1998) menyatakan bahwa
semakin tinggi perwakilan dari komisaris independen, maka semakin
tinggi independensi dan efektivitas corporate board sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari
pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Kepemilikan saham manajemen akan membantu
penyatuan kepentingan manajer dan pemegang saham, sehingga
manajer ikut merasakan secara langsung manfaat maupun konsekuensi
dari keputusan yang diambil. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
berkurang kecenderungan manajemen untuk mengoptimalkan
penggunaan sumber daya, sehingga mengakibatkan kenaikan nilai
perusahaan dan ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah,
maka ada kecenderungan terjadinya perilaku opportunistic manajer
yang akan meningkat pula.
Kepemilikan institusional, dapat bertindak sebagai pihak yang
memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka
semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga
dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang
dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004). Wening (2009) menyatakan
bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka
semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan institusional
menunjukkan bahwa fungsi kontrol dari pemilik sangat menentukan
dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Secara teoritis bahwa
semakin tinggi kepemilikan intitusional maka semakin kuat kontrol
terhadap perusahaan, maka dapat menaikkan nilai perusahaan apabila
pemilik perusahaan mempu mengendalikan perilaku manajemen agar
E. Hubungan Financial Distress dengan Nilai Perusahaan
Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan
menghadapi masalah kesulitan keuangan. Financial distress ini bisa
berarti mulai dari kesulitan likuidasi (jangka pendek), yang merupakan
financial ditress yang paling ringan sampai ke pernyataan
kebangkrutan, yang merupakan financial distress paling berat
(Brahmana, 2007). Kondisi posisi keuangan perusahaan yang suram
atau yang terindikasi mengalami financial distress menimbulkan
respon negatif dari investor kepada perusahaan. Kondisi keuangan
yang kurang baik berpotensi mengurangi harga saham yang berarti
dapat menurunkan nilai perusahaan dan mengurangi kesempatan untuk
memperoleh pinjaman dana dari kreditor prospektif (Widyastuti,
2014).
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian Elloumi dan Gueiye (2001) menggunakan kepemilikan
dewan komisaris, directorship, dualitas CEO, kepemilikan eksternal
blockholding sebagai variabel independen dan financial distress
sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
kepemilikan dewan komisaris dan disrectorship berhubungan negatif
dengan kemungkinan financial distress. Perusahaan yang mengalami
dualitas CEO-ketua dewan yang rendah dan mempunyai kepemilikan
eksternal blockholding yang lebih sedikit.
Penelitian Hong-Xia Lie, Zong-Jun Wang dan Xiao-Lan Deng
(2008) menggunakan konsentrasi kepemilikan, kepemilikan
pemerintah, kepemilikan manajerial, independen komisaris, biaya
administrasi, dan opini audit sebagai variabel independen sedangkan
financial distress sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian
menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan, state ownership, ultimate
owner, independent director dan opini audit berpengaruh negatif
terhadap financial distress, biaya administrasi berpengaruh positif
terhadap kemungkinan financial distress, kepemilikan manajerial
tidak berhubungan.
Penelitian Widyasaputri (2012) menggunakan financial distress
sebagai variabel dependen dan kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran dewan direksi dan ukuran dewan komisaris
sebagai variabel independennya. Hasil penelitiannya menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran
dewan direksi dan ukuran dewan komisaris secara signifikan
berpengaruh terhadap kondisi financial distress.
Selanjutnya, penelitian Hamonangan Siallagan dan Masúd
Machfodedz (2006) dengan judul Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan, memberikan hasil penelitian
perusahaan, dewan komisaris secara positif signifikan terhadap nilai
perusahaan, dan komite audit secara positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Penelitian Mohammad Hasan Che Haat, Rasidah Abdul Rahman
dan Sakthi Mahenthiran (2008) dengan judul Corporate Governance,
Transparency, and Performance of Malaysian Companies
memberikan hasil bahwa independensi dewan komisaris,
cross-directorhip dewan, kepemilikan manajerial tidak signifikan dan
berhubungan negatif dengan voluntary disclosure maupun Tobin’s Q.
Disamping itu, penelitian ini juga menunjukkan hasil yang tidak
signifikan dan berhubungan negatif adanya pengaruh voluntary
disclosure yang memediasi hubungan antara mekanisme corporate
governance dengan nilai perusahaan.
Penelitian Gill dan Obradovich (2013) meneliti tentang dampak
corporate governance dan financial leverage terhadap nilai
perusahaan di Amerika. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah nilai perusahaan, sedangkan variabel independennya yaitu
CEO duality, ukuran dewan, komite audit dan ukuran perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran dewan menunjukkan
hubungan yang negatif terhadap nilai perusahaan manufaktur Amerika
sedangkan CEO duality, komite audit, financial leverage
menunjukkan hubungan yang positif pada nilai perusahaan Amerika.
G. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual penelitian dibawah ini menggambarkan
hubungan mekanisme corporate governance, financial distress dan
nilai perusahaan.
Gambar 2.1
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi empiris. Studi empiris
adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data sekunder
sebagai sumber data, untuk kemudian diolah dan dianalisis untuk
menjelaskan hubungan antara mekanisme corporate governance,
financial distress dan nilai perusahaan.
B. Populasi Sasaran
Populasi sasasaran dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan secara
konsisten menerbitkan laporan tahunan (annual report) periode 2013–
2015. Selanjutnya, dengan menggunakan purposive sampling method,
sampel dipilih dengan menggunakan kriteria tertentu yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah :
1. Sampel perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2013-2015.
2. Sampel perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan
manufaktur yang mempublikasikan laporan tahunan (annual
report) dengan menggunakan satuan mata uang rupiah periode
3. Sampel yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur yang
memperoleh earning per share negatif selama 3 tahun
berturut-turut (2013-2015) untuk diklasifikasikan sebagai perusahaan yang
mengalami financial distress.
4. Sampel yang dipilih merupakan perusahaan manufaktur yang
memperoleh earning per share positif selama 3 tahun
berturut-turut (2013-2015) untuk diklasifikasikan sebagai perusahaan
non-financial distress.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah laporan tahunan
(annual report) perusahaan yang diperoleh melalui situs resmi Bursa
Efek Indonesia (www.idx.co.id)
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
dokumentasi, yang dilakukan dengan mengumpulkan, mempelajari dan
menganalisis data sekunder. Data sekunder yang digunakan berupa
dokumen-dokumen yang berisi informasi yang dibutuhkan untuk
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Financial Distress
Financial distress diproksikan menggunakan Earning Per Share
(EPS). Elloumi dan Gueiye (2001) mengkategorikan perusahaan
mengalami kondisi financial distress jika perusahaan mempunyai
Earning Per Share (EPS) negatif. Penggunaan EPS sebagai
proksi penelitian ini karena EPS adalah rasio yang paling terlihat
ketika perusahaan mengalami kerugian dalam usahanya.
2. Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance diproksikan dengan
menggunakan prosentase dari dewan komisaris independen,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional perusahaan.
Pemilihan 3 proksi ini didasarkan pada asumsi bahwa prosentase
dewan komisaris independen dan kepemilikan manajerial mampu
mewakili mekanisme internal dan kepemilikan institusional
mewakili mekanisme eksternal corporate governance.
3. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diproksikan dengan rasio Tobin’s Q. Rasio
Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena
dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal
saham perusahaan. Tobin’s Q merupakan ukuran yang tidak hanya
menggunakan pendekatan ukuran sejauh mana pasar menilai
perusahaan dari berbagai aspek termasuk penilaian aspek investasi
(Ainy, 2015).
F. Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan
(annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2015, yang diperoleh melalui
website resmi BEI (www.idx.co.id).
2. Mengukur Variabel
a. Menghitung Proporsi Dewan Komisaris Independen
Rasio dewan komisaris independen dalam penelitian ini dinyatakan
dengan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen
dengan total dewan komisaris.
Komisaris Independen = Jumlah anggota komisaris independen
Jumlah seluruh anggota dewan komisaris
Berikut contoh perhitungannya :
PT. Unilever Indonesia Tbk. 2013 (UNVR)
KI 2013 = x 100%
b. Menghitung Proporsi Kepemilikan Manajerial
Rasio kepemilikan manajerial dalam penelitian ini dinyatakan
dengan perbandingan antara saham yang dimiliki oleh manajemen
dengan total saham beredar.
Kepemilikan Manajerial = Saham yang dimiliki manajemen
Total saham beredar
Berikut contoh perhitungannya :
PT. Selamet Sempurna Tbk. 2013 (SMSM)
KM 2013 =
x 100%
= 7,95%
c. Menghitung Proporsi Kepemilikan Institusional
Rasio kepemilikan institusional dalam penelitian ini dinyatakan
dengan perbandingan antara saham yang dimiliki oleh suatu
institusi dengan total saham beredar.
Kepemilikan institusional = Saham yang dimiliki institusi
Total saham beredar
Berikut contoh perhitungannya :
PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk. (ULTJ) 2013
KI 2013 =
x 100%