• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN Minomartani tahun pelajaran 2012/ 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SDN Minomartani tahun pelajaran 2012/ 2013."

Copied!
179
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Blandina Sun, 091134068. 2014.Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kelas IV SD Negeri Minomartani Tahun Ajaran 2012/2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan presatsi belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Minomartani menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe STAD Tahun Ajaran 2012/2013 .

Penelitian ini merupakan Penelitia Tindakan Kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Minomartani yang berjumlah 24 siswa dan terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kalli pertemuan selama 2 jam pelajaran. Untuk pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknis non tes . Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembar pengamatan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar dan tes tertulis yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda, 10 soal uraian untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam hal prestasi belajar.

Kriteria keberhasilan prestasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini adalah persentase siswa yang mencapai KKM 65 dari nilai rata-rata ulangan harian siswa, sedangkan peningkatan kemampuan keaktifan siswa dari kerja kelompok, tanya jawab dan aspek pengamatan yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan tindakan data kondisi awal tahun ajaran 2011/2012 menunjukan dari 24 siswa terdapat 13 siswa (60 %) mendapat nilai ≥ 60 dan 11 siswa (40 %) mendapat nilai < 60 . Setelah dilakukan tindakan hasil pada siklus I menunjukan peningkatan prestasi belajar yaitu 24 siswa (100%) siswa tuntas mencapai KKM dan pada siklus II tidak ada penurunan hasil atau 24 siswa (100% )

tuntas mencapai KKM bahkan terdapat peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I

80,75 meningkat pada siklus II yaitu 95,56% . Pada peningkatan keaktifan belajar pada siklus 1 yaitu 84,86% kemudian meningkat pada siklus II menjadi

95,38%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil, karena dapat mencapai target bahkan melebihi target yang diharapkan.

(2)

ABSTRACT

Blandina Sun, 091134068. 2014. The Learning Achievement and Activeness Improvement in PKn through Cooperative Learning Model Type STAD of Grade IV SDN Minomartani Academic Year 2012/2013

This research aimed to know the learning achievement and activeness improvement in PKn through cooperative learning model type STAD of grade IV SD Negeri Minomartani academic year 2012/2013.

This research referred to a Classroom Action Research, with the students of grade IV in SD Negeri Minomartani as the research participants. The participants were 24 students consisted of 10 boys and 14 girls. The research consisted of 2 cycles which each cycle included 2 meetings for 2 hours. The data collections were test technique and non test technique. The instruments were an observation form to measure the improvement of learning activeness and a written test which consisted of 20 multiple choices, 10 essays to measure students’ success of learning achievements.

The give criteria of success of learning achievements in this research were the percentage of students who achieved KKM 65 from the average of students’ daily examination, whereas the improvement of students’ activeness from group works, question and answer, and the given observation aspect. Before the action was done, the data of the first condition academic year 20011/2012 showed that from 13 students out of 24 students (60%) got ≥ 60 and 11 students (40 %) got < 60 . After the action was done, the result of cycle 1 showed an improvement of learning achievement which 24 students (100%) achieved KKM and at the cycle II, there was no decreasing mark or 24 students (100% ) successfully achieved KKM even got the class average improvement at the cycle I which was 80,75, improved at the cycle II which was 95,56% . The improvement of learning achievement at cycle I was 84.86% and improved at the cycle II became 95.38%.

Based on the result, the researcher concluded that the research was done successfully because it could achieve the target even more than what had been expected previously.

(3)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV

SDN MINOMARTANI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

BLANDINA SUN 091134068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA TULIS INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA

Tuhan Yesus kristus dan Bunda Maria karena telah

memberikan terang roh kudus dan kasih karunia yang

besar didalam kehidupan saya.

Almarhum Ayah dan Ibuku yang selalu menyayangiku dan

memberikan semangat dalam hidup saya

Adik-adikku tersayang

Kekasihku tersayang yang selalu memberiku bantuan, doa

dan semangat

Para dosen-dosen PGSD USD yang selalu memberikan

dukungan dan semangat

(7)

v

MOTTO

“MENTAL YANG KUAT, USAHA YANG KERAS,

SEMANGAT BERJUANG YANG

TINGGI DAN DOA YANG TIADA HENTI

ADALAH KUNCI KEBERHASILAN DAN

KESUKSESAN”

“KEBERANIAN DAN TEKAD YANG KUAT

AKAN MEMBUAHKAN HASIL

YANG BAIK”

“BERFIKIR POSITIF DALAM KEADAAN

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Blandina Sun, 091134068. 2014.Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kelas IV SD Negeri Minomartani Tahun Ajaran 2012/2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan presatsi belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Minomartani menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe STAD Tahun Ajaran 2012/2013 .

Penelitian ini merupakan Penelitia Tindakan Kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Minomartani yang berjumlah 24 siswa dan terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kalli pertemuan selama 2 jam pelajaran. Untuk pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknis non tes . Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembar pengamatan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar dan tes tertulis yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda, 10 soal uraian untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam hal prestasi belajar.

Kriteria keberhasilan prestasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini adalah persentase siswa yang mencapai KKM 65 dari nilai rata-rata ulangan harian siswa, sedangkan peningkatan kemampuan keaktifan siswa dari kerja kelompok, tanya jawab dan aspek pengamatan yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan tindakan data kondisi awal tahun ajaran 2011/2012 menunjukan dari 24 siswa terdapat 13 siswa (60 %) mendapat nilai ≥ 60 dan 11 siswa (40 %) mendapat nilai < 60 . Setelah dilakukan tindakan hasil pada siklus I menunjukan peningkatan prestasi belajar yaitu 24 siswa (100%) siswa tuntas mencapai KKM dan pada siklus II tidak ada penurunan hasil atau 24 siswa (100% )

tuntas mencapai KKM bahkan terdapat peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I

80,75 meningkat pada siklus II yaitu 95,56% . Pada peningkatan keaktifan belajar pada siklus 1 yaitu 84,86% kemudian meningkat pada siklus II menjadi

95,38%.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil, karena dapat mencapai target bahkan melebihi target yang diharapkan.

(11)

ix

ABSTRACT

Blandina Sun, 091134068. 2014. The Learning Achievement and Activeness Improvement in PKn through Cooperative Learning Model Type STAD of Grade IV SDN Minomartani Academic Year 2012/2013

This research aimed to know the learning achievement and activeness improvement in PKn through cooperative learning model type STAD of grade IV SD Negeri Minomartani academic year 2012/2013.

This research referred to a Classroom Action Research, with the students of grade IV in SD Negeri Minomartani as the research participants. The participants were 24 students consisted of 10 boys and 14 girls. The research consisted of 2 cycles which each cycle included 2 meetings for 2 hours. The data collections were test technique and non test technique. The instruments were an observation form to measure the improvement of learning activeness and a written test which consisted of 20 multiple choices, 10 essays to measure students’ success of learning achievements.

The give criteria of success of learning achievements in this research were the percentage of students who achieved KKM 65 from the average of students’ daily examination, whereas the improvement of students’ activeness from group works, question and answer, and the given observation aspect. Before the action was done, the data of the first condition academic year 20011/2012 showed that from 13 students out of 24 students (60%) got ≥ 60 and 11 students (40 %) got < 60 . After the action was done, the result of cycle 1 showed an improvement of learning achievement which 24 students (100%) achieved KKM and at the cycle II, there was no decreasing mark or 24 students (100% ) successfully achieved KKM even got the class average improvement at the cycle I which was 80,75, improved at the cycle II which was 95,56% . The improvement of learning achievement at cycle I was 84.86% and improved at the cycle II became 95.38%.

Based on the result, the researcher concluded that the research was done successfully because it could achieve the target even more than what had been expected previously.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala

berkat, anugerah dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV SDN

MINOMARTANI TAHUN AJARAN 2012/2013” yang diajukan

untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya

kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST ., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ,dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, membantu dengan sabar dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Puji Purnomo, M.Si., sebagai dosen yang telah memberikan saran dan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Nugroho N,Atmodjo, S.Pd., selaku kepala sekolah SDN minomartani yang telah mengijinkan saya dalam melakukan penelitian.

7. Siswa kelas IV SD Negeri Minomartani yang telah membantu dan mau bekerja sama dengan baik sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. Almarhum Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya bisa berhasil menyelesaikan skripsi ini.

9. Adik-adiku tersayang yang mendukungku.

10. Teman-temanku seperjuangan yang selalu memberikan bantuan.

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... .. vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I ... ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Pembatas masalah... 4

C.Rumusan Masalah ... 4

D.Pemecahan masalah ... 4

E.Batas pengertian... 4

F.Tujuan penelitian ... 6

(15)

xiii

BAB II... 9

LANDASAN TEORI... 9

Kajian Pustaka ... 9

A. Pengertian Belajar ... 9

B. Prestasi Belajar ... 10

A. Keaktifan Belajar ... 11

B. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar ... 12

C. Prinsib-Prinsip Keaktifan Belajar ... 13

D. Pembelajaran Kooperatif... 15

E. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 16

F. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 17

G. Kooperatif Tipe Stad ... 20

H. Kerangka Berpikir ... 26

I. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III ... 29

METODE PENELITIAN... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian ... 34

C. Jadwal Penelitian ... 35

D. Rencana Tindakan... 36

E. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 38

F. Validitas instrumen penelitian ... 44

G. Analisis Data ... 47

BAB IV ... 53

(16)

A. Data Hasil Penelitian ... 53

1. Siklus I... 53

2. Siklus II... 68

B. Pembahasan... 83

BAB V ... 85

KESIMPULAN DAN SARAN... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif... 33

Tabel 2. Jadwal Penelitian ... 35

Tabel 3. Indikator keaktifan belajar ... 40

Tabel 4. Indikator prestasi belajar... 42

Tabel 5. Pedoman Kriteria Aktivitas Siswa... 43

Tabel 6. Validitas perangkat pembelajaran... 46

Tabel 7. Kriteria penilaian keaktifan belajar ... 48

Tabel 8. Target keberhasilan siswa dalam keaktifan belajar ... 49

Tabel 9. Target keberhasilan siswa dalam prestasi belajar ... 49

Tabel 10. Hasil pengamatan keaktifan belajar ... 61

Tabel 11. Rubrik pengamatan keaktifan belajar ... 62

Tabel 12. Nilai prestasi belajar siswa siklus I ... 57

Tabel 13. Hasil analisis ketuntasan siklus I ... 58

Tabel 14. Pengamatan keaktifan siklus II... 75

Tabel 15. Hasil analisis keaktifan siklus II... 76

Tabel 16. Nilai prestasi belajar siklus II... 78

Tabel 17. Hasil analisis ketuntasan siklus II... 80

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat-surat yang berkaitan dengan penelitian………... ... 89

Lampiran 2 Silabus... 94

Lampiran 3 Perangkat pembelajaran Siklus I Pertemuan ... 95

Lampiran 4 Perangkat pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... 113

Lampiran 5 Perangkat pembelajaran Siklus II Pertemuan 1... 129

Lampiran 6 Perangkat pembelajaran Siklus II Pertemuan 2………... 142

Lampiran 7 Hasil Kerja Siswa... 143

Lampiran 8 SPSS ... 147

Lampiran 9 Uji Validitas ... 149

Lampiran 10 Uji Reliabilitas ... 151

Lampiran 11 Daftar Nilai Siklus I………... 153

Lampiran 12 Daftar Nilai Siklus II………... 156

Lampiran 13 Daftar Nilai Pengamatan keaktifan Siklus I………….... ... 159

Lampiran 14 Daftar Nilai Pengamatan keaktifan Siklus II…………... 161

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, memiliki ide cemerlang untuk memperoleh masa depan yang

lebih baik dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bahri,

2005). Untuk dapat meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa dalam pembelajaran, salah

satu yang berperan penting adalah guru. Guru berperan sebagai fasilitator, ukuran kognitif,

dan kooperatif (Wilson, 1978). Karena berkat usaha guru maka timbullah keinginan siswa

untuk belajar dan siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga menciptakan

iklim kelas yang dapat membuat anak lebih aktif dalam proses pembelajaran yang baik dan

menyenangkan anak (Hamalik, 2006). Penciptaan iklim yang baik dalam proses

pembelajaran diperlukan keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan

kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi

guru secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2007). Keberhasilan suatu kegiatan belajar

mengajar ditentukan oleh faktor-faktor antara lain guru, siswa dan bagaimana kegiatan

belajar mengajar tersebut berlangsung.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar guru bertanggung jawab untuk melaksanakan

proses pendidikan. Guru yang profesional harus memikirkan bagaimana cara mengajar

dengan baik, cara meningkatkan keaktifan dan kualitas dalam mengajar sehingga dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar anak didiknya, untuk itu guru perlu adanya

(21)

2

sama dengan membelajarkan. Hal ini terdeteksi dari hasil mengajar seorang guru yang tidak

selalu dapat membelajarkan siswanya. Hasil belajar siswa yang bervariasi, apalagi kegiatan

mengajar seorang guru tidak mempunyai tujuan atau tidak mengacu pada tujuan

(Sutarno,2008). Keaktifan yang sangat menonjol dalam pengajaran adalah pada siswa.

namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai

sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar

mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan

kreatif.

Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan

pemahaman peserta didik terhadap suatu materi ajar. Pembelajaran di kelas IV SDN

Minomartani 1 diketahui bahwa siswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar

pada mata pelajaran PKn. Hal ini terlihat dari 13 orang siswa sebanyak 60 % mendapat nilai

45 di bawah KKM. Hal tersebut mengidentifikasi prestasi belajar siswa rendah, karena pada

tahun-tahun sebelumnya siswa kelas IV SDN Minomartani sebanyak 65 % mendapat nilai

diatas KKM. Salah satu sebab prestasi belajar siswa rendah karena metode yang digunakan

guru adalah metode ceramah yang membatasi keaktifan siswa. Metode ini lebih banyak

memberikan informasi dan hanya penjelasan/bercerita sehingga siswa merasa bosan dan

menjadi tidak memperhatikan penjelasan guru. Dengan kata lain masih kurangnya

menggunakan metode yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa,

misalnya kurangnya penguasaan guru dalam mengelola kelas dan kurang keterampilannya

guru dalam penyampaian materi. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran PKn.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang terjadi

belum optimal, baik dari segi penyampaian guru maupun perhatian siswa. Dalam

(22)

hasil belajar siswa. Sehubungan dengan ini maka peneliti mencoba memperbaiki

proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam proses pembelajaran.

Slavin, R.E. (2009:8) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu

masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif

dikemukakan oleh Slavin (Gerson, 2002:107), “Belajar kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil

saling membantu untuk mempelajari suatu materi.” Sedangkan Sunal dan Hans

(Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif yaitu suatu cara pendekatan

atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada

peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.” Stahl

(Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap

tolong menolong dalam perilaku sosial.

B. Pembatasan Masalah

Peneliti membatasi penelitian ini dalam mata pelajaran PKn kelas IV SD Minomartani

I pada KD mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan

permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi

(23)

4

2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas

IV Sd Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013?

D. Pemecahan Masalah4

Masalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKn di kelas

IV SD Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dalam penelitian ini akan

diatasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

E. Batasan pengertian

Suatu istilah dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda-beda. Agar terhindar dari

kesalahpahaman dan penafsiran-penafsiran yang keliru, maka peneliti memberikan

batasan-batasan pengertian dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang

mengarahkan siswa belajar atau bekerja secara berkelompok baik dalam kelompok

kecil maupun kelompok besar untuk mencapai tujuan kelompok. peserta didik aktif

membangun pengetahuannya sendiri dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam

perilaku sosial

2. Keaktifan adalah persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan

dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai

oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa

merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang

dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat

lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu

3. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu

(24)

F. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

siswa dan dapat menunjang pencapaian tujuan kegiatan belajar PKn, Adapun secara

khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran PKn materi mengenal lembaga-lembaga

negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat engan menggunakan Model

pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar pada siswa kelas IV Sd Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/

2013

2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn materi mengenal

lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat siswa kelas IV SD

Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013

G. Manfaat penelitian

1. Manfaat bagi siswa

Memudahkan siswa memahami konsep-konsep PKn pada materi mengenal

system pemerintahan tingkat pusat, dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan

prestasi belajar dan dapat meningkatkan keaktifan dalam proses belajar.

2. Manfaat bagi guru

 Guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimilikinya dalam

peningkatan penguasaan keterampilan belajar dalam pembelajaran

 Membantu guru dalam usaha menemukan bentuk pembelajaran dan sebagai

bahan masukan untuk mengetahui bahwa penerapan metode pembelajaran

(25)

6

satu bentuk upaya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menambah atau

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

3. Manfaat bagi sekolah

Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran pada sekolah tempat penelitian ini dilakukan, dapat menjadikan

masukan yang positif bagi sekolah dalam peningkatan kualitas perbaikan

pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.

4. Manfaat bagi peneliti

Sebagai bahan pertimbangan bagi penulis untuk merancang suatu

pembelajaran yang dapat menambah wawasan tentang pembelajaran PKn terutama

tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams

achievement division) ini akan menjadi pengalaman ketika telah menjadi guru

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan dalam kehidupan kita adalah

belajar. Belajar bukan hanya terjadi pada kalangan anak-anak sekolah tetapi pada

orang dewasa. Siapa pun dia tanpa belajar dia tidak akan mengerti apa-apa, dunianya

menjadi sempit karena dia tidak memiliki pengetahuan sedikitpun. Oleh karena itu,

belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan teori

belajar. Gagne (dalam Zulfa, 2010:9) menguraikan belajar adalah perubahan yang

terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus,

bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Menurut Witherington (dalam

Zulfa, 2010:9), belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepribadian atau pengertian.

Pengertian belajar menurut pandangan Thorndike (dalam Uno, 2011:11)

mengemukan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang

mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) jelasnya perubahan tingkah laku

dapat terwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak

bisa diamati). Hilgard (2006:20) mengemukakan belajar adalah proses di dalamnya

terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar terjadi

(27)

anak-8

anak maupun orang dewasa yang membawa perubahan bagi seseorang baik tingkah

laku, kecakapan, kepribadian dan kebiasaan seseorang.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar. Sebelum mengurai

lebih jauh tentang prestasi belajar terlebih dahulu akan dikemukakan tentang

pengertian dari Prestasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:700),

prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau yang telah

dikerjakan). Oleh karena itu prestasi merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang

setelah melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu. Winkel dalam bukunya

Psikologi Pengajaran (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu

bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan

kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Menurut Masidjo (1995:40) hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan secara

sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil proses belajar yang diperoleh

selama belajar. Hasil perubahan ini dapat diketahui dalam bentuk pengetahuan,

pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Hasil proses belajar yang khas yang

dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran akan disebut sebagai prestasi

belajar apabila hasil proses belajar tersebut merupakan kemampuan yang

sungguh-sungguh aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran.

Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang dilaporkan oleh

suatu tes hasil belajar (Masidjo, 1995:40).

Dari pendapat tersebut di atas disimpulkan bahwa prestasi adalah sesuatu yang

diperoleh setelah melakukan sesuatu (pekerjaan atau akitvitas) yang dicapai melalui

suatu latihan disertai suatu kesadaran untuk belajar yang dapat diukur dengan tes.

(28)

dapat dilihat sehingga apa yang dipelajarinya itu anak mendapat pengalaman yang

sungguh bermakna bagi dirinya sendiri. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa

prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh seorang anak melalui latihan dan

praktek sehingga memperoleh suatu pengalaman yang sungguh bermakna bagi dirinya

sendiri

3. Keaktifan Belajar

Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan memiliki

kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004).

Keaktifan belajar berarti suatu keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan

penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap

guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan

secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia belajar

yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu

akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang

yang baik untuk perkembangan keaktifan itu usaha atau kerja yang dilakukan dengan

giat dalam belajar.

Menurut Teory kognitif menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa yang

mengolah informasi yang di terima dan tidak sekedar menyimpannya saja tanpa

mengadakan transformasi (Gage and Berliner, 1984:267). Manusia belajar yang aktif

selalu ingin tahu (Mc keachie,1976:230) dalam setiap proses belajar, siswa selalu

menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari

kegiatan fisik anak yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.

Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih

(29)

10

yang di hadapi, menyimpulkan hasil percobaan dan membandingkan satu konsep

dengan yang lain (Dimyati dan Mudjiono, 2009:45).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar itu sesuatu

kegiatan yang dapat melibatkan anak untuk melakukan kegiatan dalam proses

pembelajaran. Karena dengan adanya keterlibatan anak disetiap kegiatan belajar anak

dapat memahami dan mengingat kembali apa yang telah dikerjakan hari ini dan supaya

siswa aktif belajar, dan setiap guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran karena

keaktifan belajar ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,

emosi dan fisik.

a. Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Menurut Muhammad Ali,( 2008: 69). Ada delapan ciri keaktifan belajar siswa yaitu

1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses

belajar mengajar dan evaluasi.

2) Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan

mengalami, menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.

3) Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok

untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.

4) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,

5) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik

persiapan, proses dan kelanjutan belajar,

6) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani

dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya,

7) Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru

(30)

8) Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan

sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas

b. Prinsip-Prinsip Keaktifan

Prinsip-prinsip keaktifan menurut Abdu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004:

206).

1) Stimulasi Belajar

Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk

stimulus. Proses pemberian stimulus tersebut dapat berbentuk verbal, bahasa,

visual, auditif, dan lainnya. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan

informasi yang dingin disampaikan guru kepada siswa.

2) Perhatian dan motivasi

Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar

mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siwa

tidak akan optimal. Stimulus belajar yang diberikan guru tidak akan berarti tanpa

adanya perhatian dan motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa

tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung. Oleh

sebab itu perlu diusahakan oleh guru untuk menumbuhkan perhatian dan

motivasi.

3) Respons yang dipelajari

Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak dilibatkan

dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap stimulus guru,

tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.

(31)

12

nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar dan sebagainya. Keterkaitan guru

dan siswa dalam kaitannya dengan stimulus dan respon didukung oleh penerapan

strategi belajar yang tepat. Strategi pembelajaran yang melibatkan guru dan

siswa, lebih efektif daripada tanpa bantuan dari guru (Aunurrahman, 2009: 121).

4) Penguatan

Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan

mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan. Hal ini

berarti apabila respons siswa terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya,

maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguat

belajar untuk memuaskan kebutuhan berasal dari nilai, pengakuan prestasi siswa,

persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadian dan lainnya.

5) Pemakaian dan pemindahan

Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak

terbatas jumlahya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak terbatas penting

sekali diperhatikan pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat

digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang

telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang

serupa. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan

kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi

lain yang serupa di masa mendatang (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,

(32)

4. Pembelajaran Kooperatif

Pengertian kooperatif sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Menurut, Sanjaya (2006:242) menyatakan bahwa, Pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil,

yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

Menurut (Solihatin, Raharjo, 2008:4) pembelajaran kooperatif mengandung

yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai

dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama

di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar,

produktivitas, dan perolehan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan belajar siswa yang terjadi dalam

kelompok dengan latar belakang yang berbeda serta kemampuan akademis yang

berbeda pula, dengan suatu tujuan saling membantu di antara sesama dalam

mengembangkan pemahaman dan sikap sesuai dengan kehidupan nyata di

masyarakat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan produktivitas dan perolehan

belajar yang lebih baik.

Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk

perubahan pola pikir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena itu, guru

(33)

14

membantu dan mendorong siswa untuk merancang dan membangun pengetahuannya

sendiri

a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (dalam Sanjaya 2006:242), mengemukakan dua alasan mengapa perlu

menggunakan pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian

membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat

meningkatkan kemampuan harga diri.

Kedua, Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam

belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

keterampilan. Dari dua alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki

kelemahan.

Menurut Sanjaya (2006:243) pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen

utama yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.

Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama

dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif

merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama

mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari

pembelajaran kooperatif, karena setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar,

mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga

mencapai tujuan kelompok.

Pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2009:54) adalah falsafah mengenai

(34)

jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang yang dihadapkan pada mereka. Guru

bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan

kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.

Dalam pembelajaran kooperatif guru siswa memegang peranan penting, siswa

adalah individu atau kelompok yang aktif sedangkan guru hanya memandu dan

memberi motivasi kepada siswa atau sebagai fasilitator. Guru tidak hanya

menuangkan ilmu kepada siswa tetapi siswa berusaha untuk bertanggung jawab

mencari dan menemukan informasi untuk dipelajari dengan bantuan guru sendiri.

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kooperatif merupakan

sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan

kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif,

karena setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan

memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan

kelompok. hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan

berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik pembentukan relasi sosial,

penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri dan memberi

pertolongan kepada yang lain.

b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

(Roger dan David dalam Suprijono 2009:58-61) mengemukakan lima unsur

dalam menerapkan pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Unsur Saling Ketergantungan Positif

Unsur ini menunjukkan bahwa ada dua pertanggungjawaban kelompok.

Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin

(35)

16

tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:

Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,

pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta

didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan

mereka tidak akan tercapai, Mengusahakan agar semua anggota kelompok

mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai

tujuan, mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok

hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka

belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas

mereka menjadi satu, Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang

saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait

dengan peserta didik lain dalam kelompok.

2) Unsur Tanggung Jawab Perseorangan

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap

keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua

anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan

adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar

bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok

harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan

tanggung jawab perseorangan adalah kelompok belajar jangan terlalu besar,

melakukan assesmen terhadap setiap siswa, memberi tugas kepada siswa yang

dipilih secara random untuk untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada

guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas, mengamati setiap

(36)

seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya dan

menugasi peserta didik mengajar temannya.

a) Unsur Interaktif Promotif

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.

Ciri-ciri interaktif promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling

memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara

lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan

dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap

masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh

keberhasilan bersama.

b) Unsur Keterampilan Sosial

Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan,

peserta didik harus: saling mengenal dan memercayai;mampu berkomunikasi secara

akurat dan tidak ambisius;saling menerima dan saling mendukung;mampu

menyelesaikan konflik secara konstruktif

c) Unsur Pemrosesan Kelompok

Pemomresan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat

diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota

kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang

tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas

anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai

tujuan kelompok.

Dari kelima unsur di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,

(37)

18

Anita Lie (2007:29) dalam bukunya “Cooperative Learning”, mengemukakan bahwa

model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar

kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian

kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative

learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih

efektif

5. Kooperatif Tipe STAD

STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai

menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo Wijayanti,

2002: 2).

Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas

dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5

siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan,

memiliki kemampuan yang beragam, kalau dimungkinkan berasal dari berbagai

suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran

yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu

satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi.

Menurut Slavin (2005: 143): “STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu

presentasi kelas, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan rekognisi

tim”. Selanjutnya Slavin (2005: 143) menjelaskan bahwa STAD dibagi menjadi

beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai berikut:

a) Presentasi kelas , Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi

pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model

(38)

Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing

dari keseluruhan pelajaran.

b) Tim atau Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan

guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut.

Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan

yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu

kelompok. Guru mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama,

memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan.

c) Kuis yaitu Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk

menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam

kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan

disumbangkan dalam nilai kelompok.

d) Skor Kemajuan Individu merupakan Gagasan dibalik skor kemajuan individual

adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat

dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yanbg lebih

baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang

maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat

melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa

diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa selanjutnya

akan mengumpulan poin untuk tim mereka berdasrakan tingkat kenaikan skor

kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e) Rekognisi tim atau Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai

perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada

(39)

20

 Menyampaikan tujuan pembelajaran.

 Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan

 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok

beranggotakan 4-5 siswa.

 Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.

 Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang

dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.

 Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai

selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan

 Memberikan bimbingan pada kelompok.

 Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.

 Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama.

 Pemberian tugas kelompok.

Slavin, R.E. (2009:8) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu

masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif

dikemukakan oleh Slavin (Gerson, 2002:107), “Belajar kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil

saling membantu untuk mempelajari suatu materi.” Sedangkan Sunal dan Hans

(Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif yaitu suatu cara pendekatan

atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada

(40)

(Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap

tolong menolong dalam perilaku sosial.

Slavin (Wardani, Sri, 2006:5-7) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-tahap

pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

 Tahap Penyajian Materi

Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum

dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik mengenai topik/materi

yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi yang bertujuan

mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari agar

peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan

yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara

klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus

dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.

 Tahap kerja Kelompok

Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan

dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling

membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang

akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap

ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.

 Tahap Tes Individual

(41)

22

biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta

didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja

dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk

digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

 Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan skor

perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk memperoleh

prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

 Tahap Penghargaan Kelompok

Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota

kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan rata-rata,

penghargaan dikategorikan kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok

super.

Berdasarkan uraian di atas, dalam pembelajaran kooperatif yang menggunakan

pendekatan STAD guru harus melaksanakan langkah-langkah: penyajian materi,

kegiatan kelompok, tes individu, perhitungan skor setiap individu dan penghargaan

kelompok. Guru bisa menyajikan materi baik secara klasikal atau pun melalui

diskusi, dan tetap harus menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan

mempersiapkan lembar kerja peserta didik atau panduan belajar peserta didik,

pembentukan kelompok belajar dan menjelaskan pada peserta didik tentang tugas dan

perannya dalam kelompok, juga mengenai perencanaan waktu dan tempat duduk

(42)

harus dipersiapkan dengan baik pula, agar peran aktif peserta didik dan demokrasi

benar-benar terlaksana.

6. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD)

Teori belajar konetruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Ide dari teori

ini adalah peserta didik aktif membangun pengetahuannya sendiri. Otak peserta didik

dianggap sebagai mediator yang menerima masukkan dari dunia luar dan menentukan apa

yang akan dipelajarinya. Pandangan konstruktivis tentang pembelajaran adalah peserta didik

diberi kesempatan memilih dan menggunakan model belajar sendiri dalam belajar dan guru

membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang lebih tingi. Selain itu peserta didik

diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk

mencapai tujuan belajar.

Menurut Piaget (Depdiknas, 2004:21), “Faktor utama yang mendorong perkembangan

kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari diri si individu sendiri untuk mau belajar

dan berinteraksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Piaget (Depdiknas, 2004:5)

menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan intelektual manusia terjadi karena beberapa

faktor yang mempengaruhinya, seperti:

a) Kematangan (maturation), yaitu pertumbuhan otak dan sistem syaraf manusia karena

bertambahnya usia.

b) Pengalaman (experience), yaitu terdiri dari:

c) Pengalaman fisik, yaitu interaksi manusia dengan obyek-obyek di lingkungannya.

d) Pengalaman logika matematis, yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan

(43)

24

e) Transmisi sosial, yaitu interaksi dan kerja sama yang dilakukan oleh manusia dengan

manusia lainnya.

f) Penyeimbangan (equilibration), yaitu proses struktur mental (struktur kognitif)

manusia kehilangan keseimbangan sebagai akibat dari adanya

pengalaman-pengalaman baru, kemudian berusaha untuk mencapai keseimbangan baru dengan

melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah di mana

informasi-informasi dan pengalaman-pengalaman baru diserap (dimasukkan) ke dalam struktur

kognitif manusia, sedangkan akomodasi adalah penyesuaian pada struktur kognitif

manusia sebagai akibat dari adanya informasi-informasi dan

pengalaman-pengalaman baru yang diserap.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam Teori Piaget sangat

mendukung pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Teori Piaget memandang

penting dibentuknya kelompok belajar sehingga setiap anak memiliki rasa tanggung

jawab dan merasa adanya saling ketergantungan secara positif karena setiap anggota

memiliki peran serta dalam mencapai keberhasilan kelompoknya.

B. Kerangka Pikir

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa

melalui proses pendidikan manusia tidak mungkin memiliki pengetahuan yang luas.

Dengan kata lain, pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui suatu proses yaitu

pendidikan. Pendidikan bisa terjadi baik di rumah maupun di sekolah, bahkan di mana

saja kita berada.

Melalui prestasi belajar dan keaktifan, seorang anak akan mengalami suatu

perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. prestasi belajar dan keaktifan menjadi suatu

(44)

dan guru baik sebagai pribadi atau individu maupun kelompok bahwa prestasi dan

keaktifan siswa disekolah itu sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan

siswa dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Keaktifan belajar penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya

karena siswa aktif berinteraksi dengan teman maupun guru dalam proses

pembelajaran. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan

mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam

proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara

optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia belajar yang

aktif dan selalu ingin tahu.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan

perubahan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar bagi siswa

sangat penting karena dapat mengukur kecakapan yang dicapai siswa dalam bentuk

nilai- nilai yang telah dicapai siswa selama proses pembelajaran . Prestasi belajar

siswa ditunjukan dengan jumlah nilai raport dan prestasi belajar siswa juga dapat

mengembangkan potensi diri, baik karena hasil belajar, berlatih keterampilan dalam

bidang tertentu dan mengembangkan kecerdasan.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama.

model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana

pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Jumlah peserta

didik bekerja dalam kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi

efektif, karena ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya.

(45)

26

sampai lima orang. Hal ini dilihat dari peneliti melakukan penelitian di SDN

Minomartani I Yogyakarta, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, selama proses pembelajaran siswa lebih aktif, bersemangat, dan daya

tarik belajar yang tinggi serta memiliki keinginan belajar yang sangat kuat.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, peneliti mengemukakan hipotesis dalam

penelitian ini adalah “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran

PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SDN

Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar PKn materi Mengenal lembaga lembaga negara dalam susunan pemerintahan

tingkat pusat, pada siswa kelas IV SDN Minomartani I semester genap tahun pelajan

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini, diuraikan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.

Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari delapan bagian, yaitu jenis penelitian,

setting penelitian, rencana penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, indikator keberhasilan, dan jadwal penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK). Kunandar (2008: 45) berpendapat penelitian tindakan kelas

adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang

sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain

(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan

secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan

(treatment)tertentu dalam suatu siklus.

Penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ini

merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang masih termasuk dalam rumpun

penelitian kualitatif dan kantitatif karena penelitian ini digunakan untuk memperbaiki

keadaan kelas yang kurang memuaskan serta meningkatkan keaktifan pembelajaran di

kelas.

Menurut Agib (2006: 19) menyatakan penelitian tindakan kelas disebut

classroom action research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas dengan

penekanan pada penyempurnaan praktik mengajar dikelas. Terdapat beberapa jenis

(47)

28

(individual action research) dan penelitian tindakan kelompok (collaborative action

research).

Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang ditandai dengan adanya

kerja sama antara guru bidang studi dengan pihak peneliti. Guru berperan sebagai

orang yang melakukan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat yakni

melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan mencatat hasil temuan.

Selain itu, guru dan peneliti juga saling bekerjasama dalam melakukan evaluasi

terhadap hasil temuan yang diperoleh dan melakukan revisi untuk pertemuan siklus

berikutnya.

Arikunto (2006: 16) mengemukakan empat tahapan Penelitian Tindakan Kelas

yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4)

Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai

(48)

Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan

untuk setiap pelaksanaan siklus. Ada beberapa hal yang terdapat dalam perencanaan yaitu:

identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan pemecahan

masalah Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Menyiapkan

Pengamatan

Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmaja (2005; 66) Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Pelaksanaan Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi Siklus II

(49)

30

lembar observasi aktivitas siswa , Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), Menyususn tes

evaluasi.

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan mengacu pada apa yang

direncanakan pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan yang paling tepat yaitu mampu

memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Setelah ditetapkan bentuk pelaksanaan

tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, menurut Arikunto (2006: 18) menyatakan

penelitian tindakan adalah merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenakan tindakan di kelas.

Pengamatan atau observasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui

gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran. Merupakan

suatu pengaruh dari pelaksanaan tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk

data dengan atau tanpa alat bantu. Data yang dihimpun melalui pengamatan/onservasig data

kuantitatif sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.

Evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur prestasi siswa setelah melalui proses

pembelajaran. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai upaya evaluasi

yang dilakukan guru dan peneliti dalam penelitian.

Refleksi dilakukan guru dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul

didalam kelas pada perlakuan tindakan pada siklus pertama. Hasil refleksi perlakuan siklus

pertama tersebut kemudian ditentukan peneliti apakah tindakan yang dilakukan sudah

mencapai tujuan atau belum. Melalui refleksi inilah peneliti menentukan keputusan untuk

menentukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena masalahnya sudah terpecahkan. Apabila

pada siklus pertama penelitian kurang baik, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua

(50)

B. Setting Penelitian

 Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 24 siswa kelas IV SD Negeri

Minomartani I Yogyakarta

 Obyek penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah penggunaan model

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn khususnya pada kompetensi

dasar “Mengenal Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintah

Tingkat Pusat” semester genap tahun ajaran 2012/2013

 Lokasi atau tempat penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih SD negeri menomartani 1 Yogyakarta

sebagai tempat penelitian.

 Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, Peneliti akan melakukan Penelitian pada pada semester (6)

(51)

32

Tabel 2 Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret April Mei Juni

1 Observasi pra

Sebelum melaksanaan siklus I dan siklus II, Penulis terlebih dahulu melakukan

persiapan-persiapan sebagai berikut:

1) Meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri minomartani 1 untuk

melakukan pengamatan (observasi) di SD tersebut. Permintaan ijin disini

dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar dengan

(52)

2) Wawancara

Melakukan wawancara untuk mencari informasi tentang kondisi awal keaktifan

dan prestasi belajar siswa. Informasi tersebut diperoleh dari wawancara dengan

guru mata pelajaran PKn di SDN Minomartani I.

3) Observasi

Tujuan untuk melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang kondisi

sesungguhnya yang terjadi di kelas IV SDN I MINOMARTANI.

4) Indentifikasi masalah

Setelah diperoleh data dari hasil wawancara dan observasi maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak lanjut.

5) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi siswa pada Kompetensi

Dasar mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintah tingkat

pusat.

6) Menyusun proposal penelitian.

7) Merancang dan menyusun RPP, LKS dan instrument penilaian.

8) Menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data (rubrik penilaian

keaktifan, panduan wawancara, kisi-kisi soal, soal evaluasi, instrumen penilaian).

9) Mempersiapkan sarana pendukung dalam kegiatan pembelajaran.

D. Rencana Tindakan Tiap Siklus

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan prosedur

kegiatan sebagai berikut:

1. Siklus I

(53)

34

Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam

penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu:

1) Memeperkenalkan model pembelajaran koopertatif tipe STAD

2) Menyusun dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Menyiapkan Lembar Observasi Aktivitas Siswa.

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

5) Menyusun tes evaluasi (tes prestasi belajar)

b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, Peneliti melaksanakan

pembelajaran di kelas sebanyak 2 kali pertemuan dengan menggunakan

metode Pembelajaran Kooperatif tipe stad. Adapun langkah-langkah

pembelajaran pada pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan awal atau Pendahuluan

a) Salam, doa dan presensi.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Memotivasi siswa.

2. Kegiatan Inti

Memberikan informasi tentang materi yangakan diberikan

3. Kegiatan Penutup

a) Bersama-sama siswa menarik kesimpulan.

b) Refleksi.

c) Evaluasi.

d) Menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan

Gambar

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas .......................................................
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2 Jadwal Penelitian
Tabel 2. Peubah dan Instrumen Penelitian Keaktifan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam penelitian. untuk mengumpulkan

Hasil analisa menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menunjukkan bahwa zeolit alam Karangnunggal yang diaktivasi dengan H 2 SO 4 dapat digunakan untuk menyerap Fe 3+

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hal ini disebabkan karena mesin yang digunakan adalah mesin CNC prototyping dengan resolusi software 0,01 mm/step, sedangkan resolusi software untuk mesin CNC

Pemakaian cahaya buatan pada permukaan ceiling dan sisi dalam ceiling yang berbeda yang dipadukan dengan bentuk ceiling yang berbeda maka akan menghasilkan suatu bayangan

Kromatogram Gambar 15 memperlihatkan bahwa secara kuantitatif produk isomerisasi eugenol dengan radiasi gelombang mikro tanpa pelarut lebih besar daripada menggunakan

Metode evaluasi yang digunakan berdasarkan Kualitas dan Biaya, dimana untuk Evaluasi Kualitas dilakukan terhadap Penawaran File I meliputi administrasi dengan

Sejalan dengan berkembangnya kebutuhan akan berbagai produk industri yang beragam dengan tingkat kesulitan yang bervariasi, maka telah dikembangkan berbagai variasi dari mesin CNC..