viii ABSTRAK
Blandina Sun, 091134068. 2014.Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kelas IV SD Negeri Minomartani Tahun Ajaran 2012/2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan presatsi belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Minomartani menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe STAD Tahun Ajaran 2012/2013 .
Penelitian ini merupakan Penelitia Tindakan Kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Minomartani yang berjumlah 24 siswa dan terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kalli pertemuan selama 2 jam pelajaran. Untuk pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknis non tes . Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembar pengamatan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar dan tes tertulis yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda, 10 soal uraian untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam hal prestasi belajar.
Kriteria keberhasilan prestasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini adalah persentase siswa yang mencapai KKM 65 dari nilai rata-rata ulangan harian siswa, sedangkan peningkatan kemampuan keaktifan siswa dari kerja kelompok, tanya jawab dan aspek pengamatan yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan tindakan data kondisi awal tahun ajaran 2011/2012 menunjukan dari 24 siswa terdapat 13 siswa (60 %) mendapat nilai ≥ 60 dan 11 siswa (40 %) mendapat nilai < 60 . Setelah dilakukan tindakan hasil pada siklus I menunjukan peningkatan prestasi belajar yaitu 24 siswa (100%) siswa tuntas mencapai KKM dan pada siklus II tidak ada penurunan hasil atau 24 siswa (100% )
tuntas mencapai KKM bahkan terdapat peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I
80,75 meningkat pada siklus II yaitu 95,56% . Pada peningkatan keaktifan belajar pada siklus 1 yaitu 84,86% kemudian meningkat pada siklus II menjadi
95,38%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil, karena dapat mencapai target bahkan melebihi target yang diharapkan.
ABSTRACT
Blandina Sun, 091134068. 2014. The Learning Achievement and Activeness Improvement in PKn through Cooperative Learning Model Type STAD of Grade IV SDN Minomartani Academic Year 2012/2013
This research aimed to know the learning achievement and activeness improvement in PKn through cooperative learning model type STAD of grade IV SD Negeri Minomartani academic year 2012/2013.
This research referred to a Classroom Action Research, with the students of grade IV in SD Negeri Minomartani as the research participants. The participants were 24 students consisted of 10 boys and 14 girls. The research consisted of 2 cycles which each cycle included 2 meetings for 2 hours. The data collections were test technique and non test technique. The instruments were an observation form to measure the improvement of learning activeness and a written test which consisted of 20 multiple choices, 10 essays to measure students’ success of learning achievements.
The give criteria of success of learning achievements in this research were the percentage of students who achieved KKM 65 from the average of students’ daily examination, whereas the improvement of students’ activeness from group works, question and answer, and the given observation aspect. Before the action was done, the data of the first condition academic year 20011/2012 showed that from 13 students out of 24 students (60%) got ≥ 60 and 11 students (40 %) got < 60 . After the action was done, the result of cycle 1 showed an improvement of learning achievement which 24 students (100%) achieved KKM and at the cycle II, there was no decreasing mark or 24 students (100% ) successfully achieved KKM even got the class average improvement at the cycle I which was 80,75, improved at the cycle II which was 95,56% . The improvement of learning achievement at cycle I was 84.86% and improved at the cycle II became 95.38%.
Based on the result, the researcher concluded that the research was done successfully because it could achieve the target even more than what had been expected previously.
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV
SDN MINOMARTANI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
BLANDINA SUN 091134068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
KARYA TULIS INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA
Tuhan Yesus kristus dan Bunda Maria karena telah
memberikan terang roh kudus dan kasih karunia yang
besar didalam kehidupan saya.
Almarhum Ayah dan Ibuku yang selalu menyayangiku dan
memberikan semangat dalam hidup saya
Adik-adikku tersayang
Kekasihku tersayang yang selalu memberiku bantuan, doa
dan semangat
Para dosen-dosen PGSD USD yang selalu memberikan
dukungan dan semangat
v
MOTTO
“MENTAL YANG KUAT, USAHA YANG KERAS,
SEMANGAT BERJUANG YANG
TINGGI DAN DOA YANG TIADA HENTI
ADALAH KUNCI KEBERHASILAN DAN
KESUKSESAN”
“KEBERANIAN DAN TEKAD YANG KUAT
AKAN MEMBUAHKAN HASIL
YANG BAIK”
“BERFIKIR POSITIF DALAM KEADAAN
ABSTRAK
Blandina Sun, 091134068. 2014.Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Kelas IV SD Negeri Minomartani Tahun Ajaran 2012/2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan presatsi belajar PKn siswa kelas IV SD Negeri Minomartani menggunakan model pembelajaran cooperatif tipe STAD Tahun Ajaran 2012/2013 .
Penelitian ini merupakan Penelitia Tindakan Kelas, dengan subyek penelitian siswa kelas IV SD Negeri Minomartani yang berjumlah 24 siswa dan terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian terdiri dari 2 siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kalli pertemuan selama 2 jam pelajaran. Untuk pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan teknis non tes . Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah lembar pengamatan untuk mengukur peningkatan keaktifan belajar dan tes tertulis yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda, 10 soal uraian untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam hal prestasi belajar.
Kriteria keberhasilan prestasi belajar yang ditentukan dalam penelitian ini adalah persentase siswa yang mencapai KKM 65 dari nilai rata-rata ulangan harian siswa, sedangkan peningkatan kemampuan keaktifan siswa dari kerja kelompok, tanya jawab dan aspek pengamatan yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan tindakan data kondisi awal tahun ajaran 2011/2012 menunjukan dari 24 siswa terdapat 13 siswa (60 %) mendapat nilai ≥ 60 dan 11 siswa (40 %) mendapat nilai < 60 . Setelah dilakukan tindakan hasil pada siklus I menunjukan peningkatan prestasi belajar yaitu 24 siswa (100%) siswa tuntas mencapai KKM dan pada siklus II tidak ada penurunan hasil atau 24 siswa (100% )
tuntas mencapai KKM bahkan terdapat peningkatan rata-rata kelas yaitu pada siklus I
80,75 meningkat pada siklus II yaitu 95,56% . Pada peningkatan keaktifan belajar pada siklus 1 yaitu 84,86% kemudian meningkat pada siklus II menjadi
95,38%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan telah berhasil, karena dapat mencapai target bahkan melebihi target yang diharapkan.
ix
ABSTRACT
Blandina Sun, 091134068. 2014. The Learning Achievement and Activeness Improvement in PKn through Cooperative Learning Model Type STAD of Grade IV SDN Minomartani Academic Year 2012/2013
This research aimed to know the learning achievement and activeness improvement in PKn through cooperative learning model type STAD of grade IV SD Negeri Minomartani academic year 2012/2013.
This research referred to a Classroom Action Research, with the students of grade IV in SD Negeri Minomartani as the research participants. The participants were 24 students consisted of 10 boys and 14 girls. The research consisted of 2 cycles which each cycle included 2 meetings for 2 hours. The data collections were test technique and non test technique. The instruments were an observation form to measure the improvement of learning activeness and a written test which consisted of 20 multiple choices, 10 essays to measure students’ success of learning achievements.
The give criteria of success of learning achievements in this research were the percentage of students who achieved KKM 65 from the average of students’ daily examination, whereas the improvement of students’ activeness from group works, question and answer, and the given observation aspect. Before the action was done, the data of the first condition academic year 20011/2012 showed that from 13 students out of 24 students (60%) got ≥ 60 and 11 students (40 %) got < 60 . After the action was done, the result of cycle 1 showed an improvement of learning achievement which 24 students (100%) achieved KKM and at the cycle II, there was no decreasing mark or 24 students (100% ) successfully achieved KKM even got the class average improvement at the cycle I which was 80,75, improved at the cycle II which was 95,56% . The improvement of learning achievement at cycle I was 84.86% and improved at the cycle II became 95.38%.
Based on the result, the researcher concluded that the research was done successfully because it could achieve the target even more than what had been expected previously.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala
berkat, anugerah dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IV SDN
MINOMARTANI TAHUN AJARAN 2012/2013” yang diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis ingin secara khusus menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST ., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan ,dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, membantu dengan sabar dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Puji Purnomo, M.Si., sebagai dosen yang telah memberikan saran dan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.
6. Nugroho N,Atmodjo, S.Pd., selaku kepala sekolah SDN minomartani yang telah mengijinkan saya dalam melakukan penelitian.
7. Siswa kelas IV SD Negeri Minomartani yang telah membantu dan mau bekerja sama dengan baik sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
8. Almarhum Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya bisa berhasil menyelesaikan skripsi ini.
9. Adik-adiku tersayang yang mendukungku.
10. Teman-temanku seperjuangan yang selalu memberikan bantuan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... .. vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I ... ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Pembatas masalah... 4
C.Rumusan Masalah ... 4
D.Pemecahan masalah ... 4
E.Batas pengertian... 4
F.Tujuan penelitian ... 6
xiii
BAB II... 9
LANDASAN TEORI... 9
Kajian Pustaka ... 9
A. Pengertian Belajar ... 9
B. Prestasi Belajar ... 10
A. Keaktifan Belajar ... 11
B. Ciri-Ciri Keaktifan Belajar ... 12
C. Prinsib-Prinsip Keaktifan Belajar ... 13
D. Pembelajaran Kooperatif... 15
E. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 16
F. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 17
G. Kooperatif Tipe Stad ... 20
H. Kerangka Berpikir ... 26
I. Hipotesis Tindakan ... 28
BAB III ... 29
METODE PENELITIAN... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Setting Penelitian ... 34
C. Jadwal Penelitian ... 35
D. Rencana Tindakan... 36
E. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 38
F. Validitas instrumen penelitian ... 44
G. Analisis Data ... 47
BAB IV ... 53
A. Data Hasil Penelitian ... 53
1. Siklus I... 53
2. Siklus II... 68
B. Pembahasan... 83
BAB V ... 85
KESIMPULAN DAN SARAN... 85
5.1 Kesimpulan ... 85
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 87
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif... 33
Tabel 2. Jadwal Penelitian ... 35
Tabel 3. Indikator keaktifan belajar ... 40
Tabel 4. Indikator prestasi belajar... 42
Tabel 5. Pedoman Kriteria Aktivitas Siswa... 43
Tabel 6. Validitas perangkat pembelajaran... 46
Tabel 7. Kriteria penilaian keaktifan belajar ... 48
Tabel 8. Target keberhasilan siswa dalam keaktifan belajar ... 49
Tabel 9. Target keberhasilan siswa dalam prestasi belajar ... 49
Tabel 10. Hasil pengamatan keaktifan belajar ... 61
Tabel 11. Rubrik pengamatan keaktifan belajar ... 62
Tabel 12. Nilai prestasi belajar siswa siklus I ... 57
Tabel 13. Hasil analisis ketuntasan siklus I ... 58
Tabel 14. Pengamatan keaktifan siklus II... 75
Tabel 15. Hasil analisis keaktifan siklus II... 76
Tabel 16. Nilai prestasi belajar siklus II... 78
Tabel 17. Hasil analisis ketuntasan siklus II... 80
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Surat-surat yang berkaitan dengan penelitian………... ... 89
Lampiran 2 Silabus... 94
Lampiran 3 Perangkat pembelajaran Siklus I Pertemuan ... 95
Lampiran 4 Perangkat pembelajaran Siklus I Pertemuan 2... 113
Lampiran 5 Perangkat pembelajaran Siklus II Pertemuan 1... 129
Lampiran 6 Perangkat pembelajaran Siklus II Pertemuan 2………... 142
Lampiran 7 Hasil Kerja Siswa... 143
Lampiran 8 SPSS ... 147
Lampiran 9 Uji Validitas ... 149
Lampiran 10 Uji Reliabilitas ... 151
Lampiran 11 Daftar Nilai Siklus I………... 153
Lampiran 12 Daftar Nilai Siklus II………... 156
Lampiran 13 Daftar Nilai Pengamatan keaktifan Siklus I………….... ... 159
Lampiran 14 Daftar Nilai Pengamatan keaktifan Siklus II…………... 161
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, memiliki ide cemerlang untuk memperoleh masa depan yang
lebih baik dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Bahri,
2005). Untuk dapat meningkatkan kualitas prestasi belajar siswa dalam pembelajaran, salah
satu yang berperan penting adalah guru. Guru berperan sebagai fasilitator, ukuran kognitif,
dan kooperatif (Wilson, 1978). Karena berkat usaha guru maka timbullah keinginan siswa
untuk belajar dan siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga menciptakan
iklim kelas yang dapat membuat anak lebih aktif dalam proses pembelajaran yang baik dan
menyenangkan anak (Hamalik, 2006). Penciptaan iklim yang baik dalam proses
pembelajaran diperlukan keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan
kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh (Mulyasa, 2007). Keberhasilan suatu kegiatan belajar
mengajar ditentukan oleh faktor-faktor antara lain guru, siswa dan bagaimana kegiatan
belajar mengajar tersebut berlangsung.
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar guru bertanggung jawab untuk melaksanakan
proses pendidikan. Guru yang profesional harus memikirkan bagaimana cara mengajar
dengan baik, cara meningkatkan keaktifan dan kualitas dalam mengajar sehingga dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar anak didiknya, untuk itu guru perlu adanya
2
sama dengan membelajarkan. Hal ini terdeteksi dari hasil mengajar seorang guru yang tidak
selalu dapat membelajarkan siswanya. Hasil belajar siswa yang bervariasi, apalagi kegiatan
mengajar seorang guru tidak mempunyai tujuan atau tidak mengacu pada tujuan
(Sutarno,2008). Keaktifan yang sangat menonjol dalam pengajaran adalah pada siswa.
namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai
sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar
mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan
kreatif.
Berdasarkan hal tersebut, berbagai upaya perlu dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap suatu materi ajar. Pembelajaran di kelas IV SDN
Minomartani 1 diketahui bahwa siswa kurang terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
pada mata pelajaran PKn. Hal ini terlihat dari 13 orang siswa sebanyak 60 % mendapat nilai
45 di bawah KKM. Hal tersebut mengidentifikasi prestasi belajar siswa rendah, karena pada
tahun-tahun sebelumnya siswa kelas IV SDN Minomartani sebanyak 65 % mendapat nilai
diatas KKM. Salah satu sebab prestasi belajar siswa rendah karena metode yang digunakan
guru adalah metode ceramah yang membatasi keaktifan siswa. Metode ini lebih banyak
memberikan informasi dan hanya penjelasan/bercerita sehingga siswa merasa bosan dan
menjadi tidak memperhatikan penjelasan guru. Dengan kata lain masih kurangnya
menggunakan metode yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa,
misalnya kurangnya penguasaan guru dalam mengelola kelas dan kurang keterampilannya
guru dalam penyampaian materi. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran PKn.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran yang terjadi
belum optimal, baik dari segi penyampaian guru maupun perhatian siswa. Dalam
hasil belajar siswa. Sehubungan dengan ini maka peneliti mencoba memperbaiki
proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam proses pembelajaran.
Slavin, R.E. (2009:8) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu
masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif
dikemukakan oleh Slavin (Gerson, 2002:107), “Belajar kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil
saling membantu untuk mempelajari suatu materi.” Sedangkan Sunal dan Hans
(Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif yaitu suatu cara pendekatan
atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada
peserta didik agar bekerjasama selama berlangsungnya proses pembelajaran.” Stahl
(Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap
tolong menolong dalam perilaku sosial.
B. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi penelitian ini dalam mata pelajaran PKn kelas IV SD Minomartani
I pada KD mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan
permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai upaya untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
4
2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas
IV Sd Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013?
D. Pemecahan Masalah4
Masalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKn di kelas
IV SD Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013 dalam penelitian ini akan
diatasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
E. Batasan pengertian
Suatu istilah dapat ditafsirkan dengan makna yang berbeda-beda. Agar terhindar dari
kesalahpahaman dan penafsiran-penafsiran yang keliru, maka peneliti memberikan
batasan-batasan pengertian dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model pembelajaran yang
mengarahkan siswa belajar atau bekerja secara berkelompok baik dalam kelompok
kecil maupun kelompok besar untuk mencapai tujuan kelompok. peserta didik aktif
membangun pengetahuannya sendiri dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam
perilaku sosial
2. Keaktifan adalah persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan
dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai
oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang
dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat
lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu
3. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan suatu
F. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan agar dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa dan dapat menunjang pencapaian tujuan kegiatan belajar PKn, Adapun secara
khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran PKn materi mengenal lembaga-lembaga
negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat engan menggunakan Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar pada siswa kelas IV Sd Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/
2013
2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dapat meningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn materi mengenal
lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat siswa kelas IV SD
Negeri 1 Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013
G. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Memudahkan siswa memahami konsep-konsep PKn pada materi mengenal
system pemerintahan tingkat pusat, dan dapat membantu siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar dan dapat meningkatkan keaktifan dalam proses belajar.
2. Manfaat bagi guru
Guru dapat mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimilikinya dalam
peningkatan penguasaan keterampilan belajar dalam pembelajaran
Membantu guru dalam usaha menemukan bentuk pembelajaran dan sebagai
bahan masukan untuk mengetahui bahwa penerapan metode pembelajaran
6
satu bentuk upaya dalam kegiatan pembelajaran yang dapat menambah atau
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
3. Manfaat bagi sekolah
Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran pada sekolah tempat penelitian ini dilakukan, dapat menjadikan
masukan yang positif bagi sekolah dalam peningkatan kualitas perbaikan
pembelajaran dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.
4. Manfaat bagi peneliti
Sebagai bahan pertimbangan bagi penulis untuk merancang suatu
pembelajaran yang dapat menambah wawasan tentang pembelajaran PKn terutama
tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams
achievement division) ini akan menjadi pengalaman ketika telah menjadi guru
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar
Suatu kegiatan yang terus menerus dilakukan dalam kehidupan kita adalah
belajar. Belajar bukan hanya terjadi pada kalangan anak-anak sekolah tetapi pada
orang dewasa. Siapa pun dia tanpa belajar dia tidak akan mengerti apa-apa, dunianya
menjadi sempit karena dia tidak memiliki pengetahuan sedikitpun. Oleh karena itu,
belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan teori
belajar. Gagne (dalam Zulfa, 2010:9) menguraikan belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus,
bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Menurut Witherington (dalam
Zulfa, 2010:9), belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau pengertian.
Pengertian belajar menurut pandangan Thorndike (dalam Uno, 2011:11)
mengemukan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang
mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) jelasnya perubahan tingkah laku
dapat terwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang non konkret (tidak
bisa diamati). Hilgard (2006:20) mengemukakan belajar adalah proses di dalamnya
terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar terjadi
anak-8
anak maupun orang dewasa yang membawa perubahan bagi seseorang baik tingkah
laku, kecakapan, kepribadian dan kebiasaan seseorang.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yakni prestasi dan belajar. Sebelum mengurai
lebih jauh tentang prestasi belajar terlebih dahulu akan dikemukakan tentang
pengertian dari Prestasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:700),
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan atau yang telah
dikerjakan). Oleh karena itu prestasi merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang
setelah melakukan suatu usaha atau kegiatan tertentu. Winkel dalam bukunya
Psikologi Pengajaran (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.
Menurut Masidjo (1995:40) hasil proses belajar yang khas, yang dilakukan secara
sengaja sebagai hasil suatu pengukuran dari hasil proses belajar yang diperoleh
selama belajar. Hasil perubahan ini dapat diketahui dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Hasil proses belajar yang khas yang
dilakukan secara sengaja sebagai hasil suatu pengukuran akan disebut sebagai prestasi
belajar apabila hasil proses belajar tersebut merupakan kemampuan yang
sungguh-sungguh aktual yang diperoleh sewaktu mempelajari suatu bahan pelajaran.
Kemampuan atau kecakapan aktual yang dimiliki siswa inilah yang dilaporkan oleh
suatu tes hasil belajar (Masidjo, 1995:40).
Dari pendapat tersebut di atas disimpulkan bahwa prestasi adalah sesuatu yang
diperoleh setelah melakukan sesuatu (pekerjaan atau akitvitas) yang dicapai melalui
suatu latihan disertai suatu kesadaran untuk belajar yang dapat diukur dengan tes.
dapat dilihat sehingga apa yang dipelajarinya itu anak mendapat pengalaman yang
sungguh bermakna bagi dirinya sendiri. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
prestasi belajar adalah sesuatu yang diperoleh seorang anak melalui latihan dan
praktek sehingga memperoleh suatu pengalaman yang sungguh bermakna bagi dirinya
sendiri
3. Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar terdiri dari kata kreativitas dan kata belajar. “Keaktifan memiliki
kata dasar aktif yang berarti giat dalam belajar atau berusaha” (Ratmi, 2004).
Keaktifan belajar berarti suatu keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan
penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap
guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan
secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia belajar
yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati itu
akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang
yang baik untuk perkembangan keaktifan itu usaha atau kerja yang dilakukan dengan
giat dalam belajar.
Menurut Teory kognitif menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa yang
mengolah informasi yang di terima dan tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi (Gage and Berliner, 1984:267). Manusia belajar yang aktif
selalu ingin tahu (Mc keachie,1976:230) dalam setiap proses belajar, siswa selalu
menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari
kegiatan fisik anak yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
10
yang di hadapi, menyimpulkan hasil percobaan dan membandingkan satu konsep
dengan yang lain (Dimyati dan Mudjiono, 2009:45).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar itu sesuatu
kegiatan yang dapat melibatkan anak untuk melakukan kegiatan dalam proses
pembelajaran. Karena dengan adanya keterlibatan anak disetiap kegiatan belajar anak
dapat memahami dan mengingat kembali apa yang telah dikerjakan hari ini dan supaya
siswa aktif belajar, dan setiap guru melibatkan siswa dalam proses pembelajaran karena
keaktifan belajar ditandai dengan adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual,
emosi dan fisik.
a. Ciri-ciri Keaktifan Belajar
Menurut Muhammad Ali,( 2008: 69). Ada delapan ciri keaktifan belajar siswa yaitu
1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan, proses
belajar mengajar dan evaluasi.
2) Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan
mengalami, menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.
3) Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok
untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
4) Keinginan dan keberanian menampilkan perasaan,
5) Keinginan dan keberanian serta kesempatan berprestasi dalam kegiatan baik
persiapan, proses dan kelanjutan belajar,
6) Penampilan berbagai usaha dan kreativitas belajar mengajar dalam menjalani
dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya,
7) Kebebasan dan kekeluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru
8) Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa, bukan
sebagai pengajar (instruktur) yang mendominasi kegiatan di kelas
b. Prinsip-Prinsip Keaktifan
Prinsip-prinsip keaktifan menurut Abdu Ahmadi dan Widodo Supriyono, (2004:
206).
1) Stimulasi Belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk
stimulus. Proses pemberian stimulus tersebut dapat berbentuk verbal, bahasa,
visual, auditif, dan lainnya. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan
informasi yang dingin disampaikan guru kepada siswa.
2) Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai siwa
tidak akan optimal. Stimulus belajar yang diberikan guru tidak akan berarti tanpa
adanya perhatian dan motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa
tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung. Oleh
sebab itu perlu diusahakan oleh guru untuk menumbuhkan perhatian dan
motivasi.
3) Respons yang dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak dilibatkan
dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons siswa terhadap stimulus guru,
tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
12
nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar dan sebagainya. Keterkaitan guru
dan siswa dalam kaitannya dengan stimulus dan respon didukung oleh penerapan
strategi belajar yang tepat. Strategi pembelajaran yang melibatkan guru dan
siswa, lebih efektif daripada tanpa bantuan dari guru (Aunurrahman, 2009: 121).
4) Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan
mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan. Hal ini
berarti apabila respons siswa terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya,
maka siswa cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguat
belajar untuk memuaskan kebutuhan berasal dari nilai, pengakuan prestasi siswa,
persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadian dan lainnya.
5) Pemakaian dan pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak
terbatas jumlahya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak terbatas penting
sekali diperhatikan pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat
digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang
telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang
serupa. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi
lain yang serupa di masa mendatang (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
4. Pembelajaran Kooperatif
Pengertian kooperatif sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut, Sanjaya (2006:242) menyatakan bahwa, Pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).
Menurut (Solihatin, Raharjo, 2008:4) pembelajaran kooperatif mengandung
yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama
di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar,
produktivitas, dan perolehan belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan belajar siswa yang terjadi dalam
kelompok dengan latar belakang yang berbeda serta kemampuan akademis yang
berbeda pula, dengan suatu tujuan saling membantu di antara sesama dalam
mengembangkan pemahaman dan sikap sesuai dengan kehidupan nyata di
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan produktivitas dan perolehan
belajar yang lebih baik.
Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu bentuk
perubahan pola pikir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena itu, guru
14
membantu dan mendorong siswa untuk merancang dan membangun pengetahuannya
sendiri
a. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Slavin (dalam Sanjaya 2006:242), mengemukakan dua alasan mengapa perlu
menggunakan pembelajaran kooperatif. Pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat
meningkatkan kemampuan harga diri.
Kedua, Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki
kelemahan.
Menurut Sanjaya (2006:243) pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen
utama yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif.
Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama
dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif
merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama
mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari
pembelajaran kooperatif, karena setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar,
mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga
mencapai tujuan kelompok.
Pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2009:54) adalah falsafah mengenai
jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang yang dihadapkan pada mereka. Guru
bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan
kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Dalam pembelajaran kooperatif guru siswa memegang peranan penting, siswa
adalah individu atau kelompok yang aktif sedangkan guru hanya memandu dan
memberi motivasi kepada siswa atau sebagai fasilitator. Guru tidak hanya
menuangkan ilmu kepada siswa tetapi siswa berusaha untuk bertanggung jawab
mencari dan menemukan informasi untuk dipelajari dengan bantuan guru sendiri.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kooperatif merupakan
sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif,
karena setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan
memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan
kelompok. hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan
berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik pembentukan relasi sosial,
penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri dan memberi
pertolongan kepada yang lain.
b. Unsur-unsur dalam Pembelajaran Kooperatif
(Roger dan David dalam Suprijono 2009:58-61) mengemukakan lima unsur
dalam menerapkan pembelajaran kooperatif antara lain:
1) Unsur Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa ada dua pertanggungjawaban kelompok.
Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin
16
tersebut. Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:
Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi dalam kelompok,
pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta
didik harus bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan. Tanpa kebersamaan, tujuan
mereka tidak akan tercapai, Mengusahakan agar semua anggota kelompok
mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai
tujuan, mengatur sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik dalam kelompok
hanya mendapatkan sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka
belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas
mereka menjadi satu, Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang
saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait
dengan peserta didik lain dalam kelompok.
2) Unsur Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua
anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan
adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar
bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok
harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan
tanggung jawab perseorangan adalah kelompok belajar jangan terlalu besar,
melakukan assesmen terhadap setiap siswa, memberi tugas kepada siswa yang
dipilih secara random untuk untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada
guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan kelas, mengamati setiap
seorang peserta didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya dan
menugasi peserta didik mengajar temannya.
a) Unsur Interaktif Promotif
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif.
Ciri-ciri interaktif promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling
memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara
lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan
dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap
masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh
keberhasilan bersama.
b) Unsur Keterampilan Sosial
Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan,
peserta didik harus: saling mengenal dan memercayai;mampu berkomunikasi secara
akurat dan tidak ambisius;saling menerima dan saling mendukung;mampu
menyelesaikan konflik secara konstruktif
c) Unsur Pemrosesan Kelompok
Pemomresan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat
diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota
kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang
tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas
anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai
tujuan kelompok.
Dari kelima unsur di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
18
Anita Lie (2007:29) dalam bukunya “Cooperative Learning”, mengemukakan bahwa
model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar
kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative
learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih
efektif
5. Kooperatif Tipe STAD
STAD merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai
menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas (Pradyo Wijayanti,
2002: 2).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dalam suatu kelas
dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing beranggotakan 4-5
siswa, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan,
memiliki kemampuan yang beragam, kalau dimungkinkan berasal dari berbagai
suku. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran
yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu
satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran atau melakukan diskusi.
Menurut Slavin (2005: 143): “STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu
presentasi kelas, tim/kelompok, kuis, skor perkembangan individu, dan rekognisi
tim”. Selanjutnya Slavin (2005: 143) menjelaskan bahwa STAD dibagi menjadi
beberapa kegiatan pengajaran, yaitu sebagai berikut:
a) Presentasi kelas , Tujuan pengajaran ini adalah guru menyajikan materi
pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Setiap awal dalam model
Penyajian ini mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing
dari keseluruhan pelajaran.
b) Tim atau Tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan
guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut.
Siswa diberi lembar kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan
yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu
kelompok. Guru mengamati kegiatan pembelajaran secara seksama,
memperjelas perintah, mereview konsep, atau menjawab pertanyaan.
c) Kuis yaitu Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Tujuannya untuk
menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam
kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan
disumbangkan dalam nilai kelompok.
d) Skor Kemajuan Individu merupakan Gagasan dibalik skor kemajuan individual
adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yanbg lebih
baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang
maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa
diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa selanjutnya
akan mengumpulan poin untuk tim mereka berdasrakan tingkat kenaikan skor
kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
e) Rekognisi tim atau Langkah awal adalah menghitung nilai kelompok dan nilai
perkembangan individu. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada
20
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
Memberikan informasi/menyajikan materi yang akan diberikan
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 4-5 siswa.
Memberikan nama kelompok untuk masing-masing kelompok.
Menyajikan kartu soal dan memberikan lembar kerja siswa yang
dikerjakan dengan berdiskusi dalam kelompok masing-masing.
Mengingatkan siswa tetap bersama kelompoknya masing-masing sampai
selesai tugasnya dan bekerja dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan kooperatif yang dikembangkan
Memberikan bimbingan pada kelompok.
Pemberian kuis yang dikerjakan secara individu.
Jawaban dari kuis dikoreksi secara bersama-sama.
Pemberian tugas kelompok.
Slavin, R.E. (2009:8) Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu
masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang model belajar kooperatif
dikemukakan oleh Slavin (Gerson, 2002:107), “Belajar kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil
saling membantu untuk mempelajari suatu materi.” Sedangkan Sunal dan Hans
(Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif yaitu suatu cara pendekatan
atau serangkain strategi yang khusus dirancang untuk memberikan dorongan kepada
(Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat meningkatkan sikap
tolong menolong dalam perilaku sosial.
Slavin (Wardani, Sri, 2006:5-7) mengemukakan bahwa secara garis besar tahap-tahap
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
Tahap Penyajian Materi
Pada tahap ini, guru mulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum
dan khusus serta memotivasi rasa keingintahuan peserta didik mengenai topik/materi
yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan apersepsi yang bertujuan
mengingatkan peserta didik terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari agar
peserta didik dapat menghubungkan meteri yang akan diberikan dengan pengetahuan
yang dimiliki. Teknik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan dengan cara
klasikal ataupun melalui diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan berapa kali harus
dipresentasikan bergantung kepada kekompleksan materi yang akan dibahas.
Tahap kerja Kelompok
Pada tahap ini peserta didik diberikan lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok ini, peserta didik saling berbagi tugas dan saling
membantu penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang
akan dibahas dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap
ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok.
Tahap Tes Individual
22
biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar peserta
didik dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja
dalam kelompok Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk
digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu
Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Perhitungan skor
perkembangan individu dimaksudkan agar peserta didik terpacu untuk memperoleh
prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.
Tahap Penghargaan Kelompok
Pada tahap ini perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
masing-masing skor perkembangan individu kemudian dibagi sesuai jumlah anggota
kelompoknya. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan rata-rata,
penghargaan dikategorikan kepada kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok
super.
Berdasarkan uraian di atas, dalam pembelajaran kooperatif yang menggunakan
pendekatan STAD guru harus melaksanakan langkah-langkah: penyajian materi,
kegiatan kelompok, tes individu, perhitungan skor setiap individu dan penghargaan
kelompok. Guru bisa menyajikan materi baik secara klasikal atau pun melalui
diskusi, dan tetap harus menyusun perencanaan pelaksanaan pembelajaran dan
mempersiapkan lembar kerja peserta didik atau panduan belajar peserta didik,
pembentukan kelompok belajar dan menjelaskan pada peserta didik tentang tugas dan
perannya dalam kelompok, juga mengenai perencanaan waktu dan tempat duduk
harus dipersiapkan dengan baik pula, agar peran aktif peserta didik dan demokrasi
benar-benar terlaksana.
6. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD)
Teori belajar konetruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky. Ide dari teori
ini adalah peserta didik aktif membangun pengetahuannya sendiri. Otak peserta didik
dianggap sebagai mediator yang menerima masukkan dari dunia luar dan menentukan apa
yang akan dipelajarinya. Pandangan konstruktivis tentang pembelajaran adalah peserta didik
diberi kesempatan memilih dan menggunakan model belajar sendiri dalam belajar dan guru
membimbing peserta didik ke tingkat pengetahuan yang lebih tingi. Selain itu peserta didik
diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk
mencapai tujuan belajar.
Menurut Piaget (Depdiknas, 2004:21), “Faktor utama yang mendorong perkembangan
kognitif seseorang adalah motivasi atau daya dari diri si individu sendiri untuk mau belajar
dan berinteraksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Piaget (Depdiknas, 2004:5)
menjelaskan bahwa perkembangan kemampuan intelektual manusia terjadi karena beberapa
faktor yang mempengaruhinya, seperti:
a) Kematangan (maturation), yaitu pertumbuhan otak dan sistem syaraf manusia karena
bertambahnya usia.
b) Pengalaman (experience), yaitu terdiri dari:
c) Pengalaman fisik, yaitu interaksi manusia dengan obyek-obyek di lingkungannya.
d) Pengalaman logika matematis, yaitu kegiatan-kegiatan pikiran yang dilakukan
24
e) Transmisi sosial, yaitu interaksi dan kerja sama yang dilakukan oleh manusia dengan
manusia lainnya.
f) Penyeimbangan (equilibration), yaitu proses struktur mental (struktur kognitif)
manusia kehilangan keseimbangan sebagai akibat dari adanya
pengalaman-pengalaman baru, kemudian berusaha untuk mencapai keseimbangan baru dengan
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah di mana
informasi-informasi dan pengalaman-pengalaman baru diserap (dimasukkan) ke dalam struktur
kognitif manusia, sedangkan akomodasi adalah penyesuaian pada struktur kognitif
manusia sebagai akibat dari adanya informasi-informasi dan
pengalaman-pengalaman baru yang diserap.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam Teori Piaget sangat
mendukung pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. Teori Piaget memandang
penting dibentuknya kelompok belajar sehingga setiap anak memiliki rasa tanggung
jawab dan merasa adanya saling ketergantungan secara positif karena setiap anggota
memiliki peran serta dalam mencapai keberhasilan kelompoknya.
B. Kerangka Pikir
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa
melalui proses pendidikan manusia tidak mungkin memiliki pengetahuan yang luas.
Dengan kata lain, pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui suatu proses yaitu
pendidikan. Pendidikan bisa terjadi baik di rumah maupun di sekolah, bahkan di mana
saja kita berada.
Melalui prestasi belajar dan keaktifan, seorang anak akan mengalami suatu
perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. prestasi belajar dan keaktifan menjadi suatu
dan guru baik sebagai pribadi atau individu maupun kelompok bahwa prestasi dan
keaktifan siswa disekolah itu sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan
siswa dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
Keaktifan belajar penting bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya
karena siswa aktif berinteraksi dengan teman maupun guru dalam proses
pembelajaran. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan
mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam
proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara
optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Siswa merupakan manusia belajar yang
aktif dan selalu ingin tahu.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan
perubahan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prestasi belajar bagi siswa
sangat penting karena dapat mengukur kecakapan yang dicapai siswa dalam bentuk
nilai- nilai yang telah dicapai siswa selama proses pembelajaran . Prestasi belajar
siswa ditunjukan dengan jumlah nilai raport dan prestasi belajar siswa juga dapat
mengembangkan potensi diri, baik karena hasil belajar, berlatih keterampilan dalam
bidang tertentu dan mengembangkan kecerdasan.
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerja kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama.
model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana
pembelajaran tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Jumlah peserta
didik bekerja dalam kelompok harus dibatasi, agar kelompok yang terbentuk menjadi
efektif, karena ukuran kelompok akan berpengaruh pada kemampuan kelompoknya.
26
sampai lima orang. Hal ini dilihat dari peneliti melakukan penelitian di SDN
Minomartani I Yogyakarta, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD, selama proses pembelajaran siswa lebih aktif, bersemangat, dan daya
tarik belajar yang tinggi serta memiliki keinginan belajar yang sangat kuat.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, peneliti mengemukakan hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Peningkatan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran
PKn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SDN
Minomartani Tahun Pelajaran 2012/ 2013
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar PKn materi Mengenal lembaga lembaga negara dalam susunan pemerintahan
tingkat pusat, pada siswa kelas IV SDN Minomartani I semester genap tahun pelajan
BAB III
METODE PENELITIAN
Di dalam bab ini, diuraikan metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari delapan bagian, yaitu jenis penelitian,
setting penelitian, rencana penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, indikator keberhasilan, dan jadwal penelitian.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Kunandar (2008: 45) berpendapat penelitian tindakan kelas
adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang
sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain
(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan
(treatment)tertentu dalam suatu siklus.
Penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang masih termasuk dalam rumpun
penelitian kualitatif dan kantitatif karena penelitian ini digunakan untuk memperbaiki
keadaan kelas yang kurang memuaskan serta meningkatkan keaktifan pembelajaran di
kelas.
Menurut Agib (2006: 19) menyatakan penelitian tindakan kelas disebut
classroom action research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru kelas dengan
penekanan pada penyempurnaan praktik mengajar dikelas. Terdapat beberapa jenis
28
(individual action research) dan penelitian tindakan kelompok (collaborative action
research).
Penelitian ini merupakan penelitian kolaboratif yang ditandai dengan adanya
kerja sama antara guru bidang studi dengan pihak peneliti. Guru berperan sebagai
orang yang melakukan pembelajaran dan peneliti berperan sebagai pengamat yakni
melakukan pengamatan selama pembelajaran berlangsung dan mencatat hasil temuan.
Selain itu, guru dan peneliti juga saling bekerjasama dalam melakukan evaluasi
terhadap hasil temuan yang diperoleh dan melakukan revisi untuk pertemuan siklus
berikutnya.
Arikunto (2006: 16) mengemukakan empat tahapan Penelitian Tindakan Kelas
yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4)
Refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai
Perencanaan merupakan kegiatan merencanakan suatu tindakan yang akan dilakukan
untuk setiap pelaksanaan siklus. Ada beberapa hal yang terdapat dalam perencanaan yaitu:
identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah dan pengembangan pemecahan
masalah Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Menyiapkan
Pengamatan
Kemmis dan Taggart dalam Wiraatmaja (2005; 66) Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan Perencanaan
Siklus I
Pengamatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Refleksi Siklus II
30
lembar observasi aktivitas siswa , Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), Menyususn tes
evaluasi.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan mengacu pada apa yang
direncanakan pada perencanaan. Pelaksanaan tindakan yang paling tepat yaitu mampu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Setelah ditetapkan bentuk pelaksanaan
tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, menurut Arikunto (2006: 18) menyatakan
penelitian tindakan adalah merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu
mengenakan tindakan di kelas.
Pengamatan atau observasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui
gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran. Merupakan
suatu pengaruh dari pelaksanaan tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk
data dengan atau tanpa alat bantu. Data yang dihimpun melalui pengamatan/onservasig data
kuantitatif sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur prestasi siswa setelah melalui proses
pembelajaran. Refleksi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai upaya evaluasi
yang dilakukan guru dan peneliti dalam penelitian.
Refleksi dilakukan guru dengan cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul
didalam kelas pada perlakuan tindakan pada siklus pertama. Hasil refleksi perlakuan siklus
pertama tersebut kemudian ditentukan peneliti apakah tindakan yang dilakukan sudah
mencapai tujuan atau belum. Melalui refleksi inilah peneliti menentukan keputusan untuk
menentukan siklus lanjutan ataukah berhenti karena masalahnya sudah terpecahkan. Apabila
pada siklus pertama penelitian kurang baik, maka penelitian dilanjutkan dengan siklus kedua
B. Setting Penelitian
Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 24 siswa kelas IV SD Negeri
Minomartani I Yogyakarta
Obyek penelitian
Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah penggunaan model
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn khususnya pada kompetensi
dasar “Mengenal Lembaga-Lembaga Negara Dalam Susunan Pemerintah
Tingkat Pusat” semester genap tahun ajaran 2012/2013
Lokasi atau tempat penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih SD negeri menomartani 1 Yogyakarta
sebagai tempat penelitian.
Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, Peneliti akan melakukan Penelitian pada pada semester (6)
32
Tabel 2 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni
1 Observasi pra
Sebelum melaksanaan siklus I dan siklus II, Penulis terlebih dahulu melakukan
persiapan-persiapan sebagai berikut:
1) Meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri minomartani 1 untuk
melakukan pengamatan (observasi) di SD tersebut. Permintaan ijin disini
dimaksudkan agar kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar dengan
2) Wawancara
Melakukan wawancara untuk mencari informasi tentang kondisi awal keaktifan
dan prestasi belajar siswa. Informasi tersebut diperoleh dari wawancara dengan
guru mata pelajaran PKn di SDN Minomartani I.
3) Observasi
Tujuan untuk melakukan observasi untuk mengumpulkan data tentang kondisi
sesungguhnya yang terjadi di kelas IV SDN I MINOMARTANI.
4) Indentifikasi masalah
Setelah diperoleh data dari hasil wawancara dan observasi maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak lanjut.
5) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang dihadapi siswa pada Kompetensi
Dasar mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintah tingkat
pusat.
6) Menyusun proposal penelitian.
7) Merancang dan menyusun RPP, LKS dan instrument penilaian.
8) Menyiapkan dan menyusun instrumen pengumpulan data (rubrik penilaian
keaktifan, panduan wawancara, kisi-kisi soal, soal evaluasi, instrumen penilaian).
9) Mempersiapkan sarana pendukung dalam kegiatan pembelajaran.
D. Rencana Tindakan Tiap Siklus
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan prosedur
kegiatan sebagai berikut:
1. Siklus I
34
Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam
penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu:
1) Memeperkenalkan model pembelajaran koopertatif tipe STAD
2) Menyusun dan menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan Lembar Observasi Aktivitas Siswa.
4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
5) Menyusun tes evaluasi (tes prestasi belajar)
b) Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, Peneliti melaksanakan
pembelajaran di kelas sebanyak 2 kali pertemuan dengan menggunakan
metode Pembelajaran Kooperatif tipe stad. Adapun langkah-langkah
pembelajaran pada pelaksanaan tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan awal atau Pendahuluan
a) Salam, doa dan presensi.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Memotivasi siswa.
2. Kegiatan Inti
Memberikan informasi tentang materi yangakan diberikan
3. Kegiatan Penutup
a) Bersama-sama siswa menarik kesimpulan.
b) Refleksi.
c) Evaluasi.
d) Menyampaikan materi yang akan diajarkan pada pertemuan