i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD
DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh : PAMBUDI J 410 050 017
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN
ii @2009
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009
Disusun Oleh : Pambudi NIM : J 410 050 017
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Surakarta, Oktober 2009
Pembimbing I Pembimbing II
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009
Disusun Oleh : Pambudi NIM : J 410 050 017
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 1 Novembers 2009 dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan Tim Penguji Skripsi.
Surakarta, 1 November 2009
Ketua Penguji : Dwi Astuti, S.Pd, M. Kes ( )
Anggota Penguji I : Noor Alis S. SKM ( )
Anggota Penguji II : Sri Darnoto, SKM ( )
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
v MOTTO
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha kaya lagi Maha Penyantun."
(Q.S. Al Baqarah: 263)
“Allah SWT memerintahkan aku untuk selalu berbakti ibuku dan tidak menjadikanku sebagai orang yang sombong dan celaka.”
(Q.S. Maryam: 32) Nabi bersabda: “Berkunjunglah sekali waktu (silaturohmi) niscaya kalian akan saling mencintai”.
(H.R. Al Baihaqi)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibu tercinta
Terima kasih atas kasih sayang yang tiada henti–hentinya memberikan do’a dalam setiap langkahku serta tetesan keringat perjuangan, mendidik dengan penuh cinta
tanpa mengenal lelah. Semoga ini menjadi awal ananda bisa membahagiakan bapak dan ibu. Hanya doa yang bisa selalu ku panjatkan.
Seluruh Keluarga
Terima kasih atas saran, perhatian serta semangat yang telah engkau berikan agar aku selalu lebih berpengalaman.
Sahabat-Sahabatku Kampus
Terima kasih selama ini sudah menjadi sahabatku yang paling berkesan. Semoga tali persahabatan kita tidak akan pernah putus walaupun dimakan waktu dan usia.
Rekan-rekan aktifis kampus
BEM FIK angkatan 2005-2009 dan ORMAWA FIK semua bersama kalian aku bisa tertawa, menangis serta dapat menjadikanku lebih berarti, bermanfaat dan
tambah dewasa.
Rakan-rekan kost Green house
(Agus Boyolali, Ridwan Sragen, Ridwan Tangerang, Harri Palu, Egga Kudus, Dimas Jepara dan Bhakti bin Wesman Karanganyar) terimakasih atas bantuan
kalian semua dalam mengerjakan tulisan ini.
Teman-teman kesehatan masyarakat 2005 UMS
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Pambudi
Tempat/Tanggal : Magetan, 09 Oktober 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Bulugunung RT 02 RW 22 Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan 63361 JAWA TIMUR.
Riwayat Pendidikan: 1. Lulus SDN 2 Sri Jaya Makmur Musi Rawas Sumatra Selatan tahun 1998
2. Lulus SMPN 1 Poncol Magetan Jawa Timur tahun 2001
3. Lulus SMAN 3 Magetan Jawa Timur tahun 2004
viii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehaditat Allah SWT yang telah menganugrahi kekuatan dan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akir Skripsi “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselasainya skripsi ini tidak lepas dari adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Arif Widodo, A.Kep., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Yuli Kusumawati, SKM, M.Kes (Epid) selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Dwi Astuti, S.Pd, M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berguna sehingga tersusun skripsi ini.
4. Bapak Noor Alis. S, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berguna sehingga tersusun skripsi ini.
5. Kedua orang tua yang telah membantu dalam moril dan spiritual sehingga terselesaikan penulisan skripsi ini.
6. Mas Elly Dwi Rianto, Mbak Yuniati, dan Adek kecilku Ahmad Sofyan Rianto yang telah memberikan hamba semangat, inspirasi-inspirasi dan bantuan hamba dalam segala hal.
ix
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis melakukan penelitian.
Semoga Allah SWT memberikan pahala kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan penulis berharap semoga karya tulis ini akan berguna dan bermanfaat bagi penulis dan siapa saja yang membaca skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, November 2009
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HAK CIPTA ... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iii
PERNYATAAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Beradarah Dengue ... 7
B. Kader Juru Pemantau Jentik ... 14
C. Partisipasi ... 16
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penularan DBD ... 21
E. Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Terhadap Pemberantasan DBD ... 25
F. Kerangka Teori ... 28
G. Kerangka Konsep ... 29
H. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30
B. Subjek Penelitian ... 30
C. Lokasi dan Waktu... 31
D. Populasi dan Sampel ... 31
E. Variabel Penelitian ... 32
F. Definisi Operasional Variabel (DOV) ... 33
G. Pengumpulan Data ... 34
H. Pengolahan Data ... 37
xi BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Umum Desa Ketitang ... 39 B. Hasil Analisis Univariat ... 39 C. Hasil Analisis Bivariat ... 42 BAB V PEMBAHASAN
A. Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik Dalam Pemberantasan DBD ... 49 B. Faktor Yang Tidak Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik
Dalam Pemberantasan DBD ... 53 C. Keterbatasan Penelitian ... 54 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi Operasional Variabel ... 33
2. Tingkat Keeratan Hubungan Variabel X dan Y ... 36
3. Variabel Frekuensi Karakteristik Responden... 42
4. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Partisipasi ... 43
5. Hubungan Antara Penghasilan Dengan Partisipasi ... 44
6. Hubungan Antara Jenis Pekerjaan Dengan Partisipasi ... 45
7. Hubungan Antara Ketersediaan Fasilitas Dengan Partisipasi ... 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner penelitian
2. Lembar Persetujuan Manjadi Responden 3. Peta Desa Ketitang
4. Surat keterangan ijin penelitian
5. Surat keterangan telah malakukan penelitian 6. Hasil analisis dengan manggunakan SPSS
xv
DAFTAR SINGKATAN
DBD : Demam Berdarah Dengue JUMANTIK : Juru Pemantau Jentik KLB : Kejadian Luar Biasa
LKMD : Lembaga Keamanan Masyarakat Desa PJB : Pemeriksaan Jentik Berkala
POKJA : Kelompok Kerja
xvi ABSTRAK PAMBUDI. J 410 050 017
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN TAHUN BOYOLALI 2009
xvi+56+15
Kabupaten Boyolali merupakan daerah endemis DBD dengan kasus pada tahun 2007 dari 8 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Kecamatan yang endemis di Kabupaten Boyolali adalah Kecamatan Nogosari dimana pada tahun 2006 yaitu 17 penderita, tahun 2007 yaitu 37 penderita, dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 52 penderita denga 1 penderita meninggal dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang dengan menggunakan metode survai analitik pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD adalah pendidikan p=0,003, penghasilan p=0,000 dan jenis pekerjaan p=0,002 mempunyai hasil yang signifikan terhadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Sedangkan faktor ketersediaan fasilitas p= 0,654 tidak berpengaruh dalam pemberantasan DBD. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 adalah pendidikan, penghasilan dan jenis pekerjaan.
Kata kunci : Partisipasi, Pendidikan, Pendapatan, Jenis Pekerjaan, Ketersediaan Fasilitas
Ketua Progdi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
xvii PAMBUDI. J 410 040 017
Influence factors with participation jumantik cadres in DHF eradication in the Ketitang village, Nogosari subdistrict, Boyolali district in 2009
ABSTRACT
Boyolali district is a dengue endemic area it can be showed that DHF cases increase from 8 to 11 sub districts. One of endemic sub district is Nogosari where in 2006, it have 17 patients,37 patients in 2007 and increased in the year in 2008 to 52 patients plus 1 patient who died. This study aims to determine the factors that can influence participation of Jumantik cadres in DHF eradication in Ketitang, the study use a survey analytic with cross-sectional approach. The results show that the Jumantik cadres participation in DHF eradication can be influenced from the educational factor (p = 0.03), income factor(p = 0.00) and the types of work (p=0.03). Factors have a significant result with the participation in the eradication of dengue. While the facility availability factor (p=0,651) have no influence to eradicate the DHF. Based on these research can be concluded that the factors that affect participation to jumantik cadres in Ketitang village in 2009 is education, income and type of work factors.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan penyebarannya bertambah luas. Hal ini disebabkan karena semakin tersebar luasnya virus dengue oleh nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan dengan semakin lengkap serta fasilitas transportasi yang modern (Depkes RI, 2005).
Penyakit DBD dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah (Siregar, 2004). Pada tanggal 16 Februari 2004 Menteri Kesehatan Republik Indonesia menetapkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB). Provinsi-provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Daereh Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Depkes RI, 2004).
2 menjadi 11 kecamatan. Kecamatan yang endemis di Kabupaten Boyolali adalah Kecamatan Nogosari dimana pada tahun 2006 yaitu 17 penderita, tahun 2007 yaitu 37 penderita, dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 52 penderita, hal ini diperparah dikarenakan pada tahun 2007 dan 2008 ada 1 penderita meninggal dunia (DKS Boyolali, 2007).
Pencegahan DBD digalakkan dan dilaksanakan secara terorganisir di kota maupun di desa, mencakup penyuluhan dan pendidikan pengelolaan penderita bagi dokter dan paramedis, dan pemberantasan sarang nyamuk dengan peran serta masyarakat, sehingga diharapkan angka penderita DBD di Indonesia dari tahun ke tahun akan menurun (Herke dan Sigarlaki, 2007). Hal ini sesuai dengan indikator Indonesia sehat 2010 yaitu angka kesakitan DBD per-100.000 penduduk adalah 2 (Depkes, 2003).
Kader juru pemantau jentik (Jumantik) yang aktif diharapkan akan mempengaruhi menurunkan angka kasus DBD, oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan keaktifan jumantik melalui motivasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan (Yulianti, 2007). Menurut Widyanti (2006) menyatakan bahwa, faktor yang mempengaruhi upaya pencegahan DBD adalah tindakan masyarakat, tingkat pendidikan, informasi dan partisipasi sosial menunjukan angka yang signifikan terhadap pengaruh masyarakat dalam pencegahan DBD di wilayah Puskesmas II Surakarta.
3 adanya peningkatan penyuluhan dari petugas kesehatan kapada masyarakat baik perorangan, keluarga dan masyarakat (Soeparmanto dan Pranata, 2006).
Membasmi jentik nyamuk tak cukup dilakukan pemerintah saja, melainkan butuh partisipasi seluruh masyarakat juga, perlu kesediaan, kemauan dan tindakan nyata. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) tak cukup dilakukan satu-dua kali, melainkan rutin atau berkala terlebih setiap musim jangkitan DBD (Nadesul, 2007).
Partisipasi di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan secara mandiri. Partisipasi memiliki kedudukan yang demikian penting, sehingga partisipasi diharapkan dapat semakin bermutu sesuai dengan proses dan tingkat kemajuan yang terjadi dalam masyarakat dari waktu ke waktu (Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian (Dalimunthe, 2008) ada 4 faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemberantasan penyakit malaria antara lain adalah pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan ketersediaan fasilitas menujukan angka yang signifikan terhadap pengaruh partisipasi masyarakat.
4 masyarakat, sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan kesehatan yang setinggi-tingginya.
B. Perumusan Masalah 1. Rumusan umum
Faktor apa sajakah yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemeberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009 ?
2. Rumusan khusus
a. Apakah ada pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
b. Apakah ada pengaruh faktor penghasilan terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
c. Apakah ada pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
d. Apakah ada pengaruh faktor ketersediaan fasilitas terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
5 2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor tingkat pendidikan terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
b. Untuk mengetahui pengaruh faktor penghasilan terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
c. Untuk mengetahui pengaruh faktor jenis pekerjaan terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
d. Untuk mengetahui pengaruh faktor ketersediaan fasilitas terhadap kader jumantik dalam partisipasi pemberantasan DBD.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan program kesehatan, evaluasi program dan upaya peningkatan program kesehatan, khususnya pemberantasan DBD.
2. Bagi Kader Jumantik
Memberikan gambaran dan informasi kepada kader tentang faktor-faktor yang berkaitan erat dengan partisipasi mereka dalam program pemantauan jentik nyamuk.
3. Bagi Peneliti
6 E. Ruang Lingkup Penelitian
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian
DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue. Penyakit ini ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang mempunyai kebiasaan menggit mangsanya pada saat siang hari. Masa inkubasi virus ini adalah 2-10 hari di dalam tubuh vektor dan akan muncul dikelenjar liur nyamuk dan siap menginfeksi manusia yang tergigit (Soegijanto, 2004).
Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe tersebut yang menyebabkan infeksi paling berat di Indonesia, yaitu DEN 3. Virus Dengue berukuran 35-45 nm, Virus ini dapat terus tumbuh dan berkembang dalam tubuh manusia dan nyamuk. Nyamuk betina menyimpan virus tersebut pada tubuhnya. Nyamuk jantan akan menyimpan virus pada nyamuk betina saat melakukan kontak seksual. Selanjutnya, nyamuk betina akan menularkan virus ke manusia melalui gigitan (Satari dan Meiliasai, 2004).
2. Gejala DBD
8 a. Kriteria klinis
1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung selama 2-7 hari.
2) Terdapat manifestasi perdarahan. 3) Pembesaran hati.
4)Syok, yang ditandai dengan nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
b. Kriteria laboratoris
1)Trombositopeni (100.000/mm3 atau kurang).
2) Hemakonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih menurut standar umum dan jenis kelamin.
3. Derajat DBD
Mengingat derajat berat ringan penyakit berbeda-beda, maka diagnosa secara klinis dapat dibagi atas WHO dalam (Siregar, 2004) adalah sebagai berikut:
a. Derajat I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi pendarahan.
b. Derajat II (sedang)
9 c. Derajat III (berat)
Penderita dengan gejala kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menyempit (>20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah.
d. Derajat IV (berat)
Penderita syok berat dengan tensi tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat diraba.
4. Patogenesis
10 5. Panatalaksanaan
Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam, pasien sebaiknya dianjurkan perawatan menurut (Hadinegoro dan Satari, 2004) adalah sebagai berikut:
a. Tirah baring selama masih demam.
b. Obat kompres hangat diberikan apabila diperlukan. Untuk menurunkan suhu menjadi < 390C dianjurkan pemberian parasetamol.
c. Pada pasien dewasa diperlukan obat yang ringan kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi rasa sakit kepala dan nyeri otot.
d. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, selain air putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari. e. Monitor suhu badan dan jumlah trombosit serta kadar hematokrit (kadar
trombosit dalam darah) sampai normal kembali.
11 6. Morfologi dan lingkaran hidup vektor DBD
a. Morfologi,
1) Nyamuk dewasa
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
2) Kepompong
Kepompong (pupa) berbentuk seperti ”koma”. Bentuknya lebih besar namun ramping dibanding larvanya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. 3) Jentik (larva)
Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu:
a) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm b) Instar II : 2,5-3,8 mm
c) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II d) Instar IV : berukuran paling besar 5mm
4) Telur
12 b. Lingkaran hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur menjadi jentik kemudian kepompong dan fase yang terakir adalah nyamuk. Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam dalam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai umur rata-rata antara 2-3 bulan.
7. Pemberantasan Vektor DBD a. Pemberantasan nyamuk dewasa
Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan dengan insektisida. Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk menular malaria.
13 yang diantaranya akan menghisap darah pada penderita viremia (pasien yang positif terinfaksi DBD) yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan yang pertama agar nymuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain.
Tindakan penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah-rendahnya. b. Pemberantasan Jentik
Menurut (Depkes RI, 2005) dalam memberantasan jentik nyamuk Aedes aegypty yang dikenal dengan PSN DBD dilakukan dengan cara: a. Fisik
14 secar terus-menerus dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku masyarakat.
b. Kimia
Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan mengunakan insektisida pembasmi jentik yang dikenal dengan istilah larvasidasi. c. Biologi
Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang). Dapat juga menggunakan Bacillus thuringiensis var Israeliensis (Bti).
B. Kader Juru Pemantua Jentik DBD (Jumantik) 1. Pengertian
Kader juru pemantau jentik (jumantik) adalah kelompok kerja kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue di tingkat Desa dalam wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (Depkes RI, 1992). 2. Tujuan
15 Menurut Depkes RI (2005) peran kader kesehatan dalam menanggulangi DBD adalah:
a. Sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum. b. Memberikan penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat.
c. Mencatat dan melaporkan hasil PJB Kepala Dusun atau Puskesmas secara rutin minimal setiap minggu dan bulanan.
d. Mencatat dan melaporkan kasus kejadian DBD kepada RW/Kepala Dusun atau Puskesmas.
e. Melakukan PSN dan pemberantasan DBD secara sederhana seperti pemberian bubuk abate dan ikan pemakan jentik.
3. Susunan organnisasi keder jumantik
a. Kader jumantik merupakan kelompok kerja kegiatan pemberantasan penyakit demam derdarah dengue.
b. Kepala desa selaku ketua umum.
c. Susunan organisasi kader jumantik disesuiakan dengan kondisi dan situasi serta kebutuhan setempat.
d. Berdasarkan ketentuan yang ada, bahwa didalam organisasi LKMD dapat dibentuk Pokja yang hanya melaksanakan jenis kegiatan dari seksi yang sesuai dengan bidang dan tugas dan fungsinya.
16 d. Menetapkan langkah-langkah pemecahan masalah.
e. Melaporkan hasil kegiatan.
f. Menyiapkan penyelenggaraan pertemuan (undangan, tempat pertemuan).
g. Menyiapkan laporan berkala kegiatan Pokja kepada ketua LKMD. h. Menyiapkan bahan pertemuan misalnya data-data hasil PJB. i. Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan pemeriksaan jentik.
j. Memberiakan penyuluhan dan memberikan bimbingan teknis penyuluhan kepada para penyuluh.
k. Mencatat kegiatan-kegiatan penyuluhan dan lain-lain.
l. Melaksanakan pemeriksaan jentik di 30 rumah secara acak di tiap RW sekurang-kurangnya tiap 3 bulan dan menyampaikan hasilnya kepada ketua LKMD.
m. Membantu pelatihan kader pemeriksa jentik.
n. Merencanakan kegiatan masyarakat secara bersama-sama untuk melaksasnakan PSN.
o. Menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaaan penanggulangan penyakit DBD.
C. Partisipasi
17 keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Dalam hal ini masyarakat sendirilah yang aktif memikirkan, memecahkan, melaksanakan dan mengevaluasikan program-program kesehatan. Institusi kesehatan hanya sekedar memotivasi dan membimbingnya. Di dalam partisipasi setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontibusi atau sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada dana dan finansial saja tetapi dapat terbentuk dalam tenaga (daya) dan pemikiran (ide). Dalam hal ini dapat diwujudkan dalam 4M yakni, manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda) dan mind (ide atau gagasan)
Hubungan dengan fasilitas dan tenaga kesehatan, partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelengkaan tersebut. Dengan kata lain partisipasi masyarakat dapat menciptakan fasilitas dan tenaga kesehatan pelayanan kesehatan yang diciptakan dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme:
1. Community fell need (Pengertian dari masyarakat)
Pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga pelayanan kesehatan bukan karena dibutuhkan karena diturunkan dari atas, yang belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan masyarakat dan untuk masyarakat.
18 3. Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri.
Artinya tenaga dan penyelenggaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa filosifis partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu pelayanan untuk masyarakat dari masyarakat dan oleh masyarakat.
Cara yang dapat dilakukan utuk mangajak atau menumbuhkan partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua cara, antara lain:
1. Partisipasi dengam paksaan
Artinya memakasa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program yang ada.
2. Partisipasi dengan persuasi (kesadaran)
Artinya suatu parisipasi yang didasari pada kesadaran. Sukar tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. 3. Partisipasi dengan edukasi (pendidikan)
19 Elemen-lemen partisipasi masyarakat diantaranya sebagai berikut: 1. Motivasi
Persyaratan utama masyarakat berpartisipasi adalah motivasi. Tanpa motivasi masyarakat sulit berpartisipasi pada segala program. Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luarnya hanya meragsang saja. Untuk itu pendidikan kesehatan sangat diperlukan dalam rangka merangsang tumbuhnya motovasi dalam suatu masyarakat.
2. Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik adalah yang dapat menyampaikan pesan, ide dan informasi kepada masyarakat. Media masa, seperti TV, radio, poster, film dan sebagainya. Semua itu sangat efektif untuk manyampaikan pesan yang akirnya dapat menimbulkan partisipasi.
3. Kooperasi
Kerja sama dengan instansi-instansi di luar kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Adanya team work (kerja sama tim) antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi.
4. Mobilisasi
20 Metode-metode yang dipakai dalam partisipasi adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati
masyarakat. Pendekatan ini terutama ditunjukan kepada pimpinan masyarakat, baik yang formal maupun informal.
2. Pengorganisasian masyarakat dan pembentukan tim a. Dikoordinasikan oleh lurah atau kepala desa.
b. Tim kerja yang dibentuk tiap RT, anggota tim adalah pemuka-pemuka masyrakat RT yang bersangkutan dan pimpinan oleh ketua RT.
3. Survei diri
Tiap tim kerja di RT melakukan survei di masyarakatnya masing-masing dan diolah serta diprentasikan kepada warganya.
4. Perencanaan program
Perencanaan dilakukan oleh masyarakat sendiri setelah mendengarkan presentasi survei diri dari tim kerja, serta telah menentukan bersama tentang prioritas masalah akan dipecahkan.
5. Training (Pelatihan) 6. Rencana evaluasi
21 D. Faktor Yang Mempengaruhi Penularan DBD
Menurut penelitian Fathi, et al (2005) ada peranan faktor lingkungan dan perilaku terhadap penularan DBD, antara lain:
1. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk turut menunjang atau sebagai salah satu faktor risiko penularan penyakit DBD. Semakin padat penduduk, semakin mudah nyamuk Aedes menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya. Pertumbuhan penduduk yang tidak memiliki pola tertentu dan urbanisasi yang tidak terencana serta tidak terkontrol merupakan salah satu faktor yang berperan dalam munculnya kembali kejadian luar biasa (KLB). 2. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk di daerah yang mengalami KLB penyakit DBD sama dengan mobilitas penduduk di daerah yang tidak mengalami KLB penyakit DBD.
3. Sanitasi Lingkungan
22 4. Keberadaan Kontainer
Keberadaan kontainer yang mempengaruhi keberadaan jentik adalah letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang tersimpan dalam kontainer sangat mempengaruhi nyamuk Aedes betina untuk menentukan pilihan tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB. Dengan demikian program pemerintah berupa penyuluhan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan penyakit DBD antara lain dengan cara menguras, menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari masyarakat dalam pelaksanaannya.
5. Kepadatan Vektor
23 6. Tingkat Pengetahuan DBD
Pengetahuan merupakan hasil proses keinginan untuk mengerti, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terutama indera pendengaran dan pengelihatan terhadap obyek tertentu yang menarik perhatian terhadap suatu objek.
7. Sikap
Masyarakat bersikap tidak serius dan tidak berhati-hati terhadap penularan penyakit DBD akan semakin bertambah risiko terjadinya penularan penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Thurstone et al. seperti dikutip oleh Azwar (2003) bahwa sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau memihak (unfavourable) pada obyek tersebut. Pendapat senada juga dikemukakan oleh La Pierre seperti dikutip oleh Azwar (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku. Secara sederhana, sikap dapat dikatakan adalah respons terhadap stimulus (pemberian) sosial yang telah terkondisikan. Disimpulkan bahwa semakin kurang sikap seseorang atau masyarakat terhadap penanggulangan dan pencegahan penyakit DBD maka akan semakin besar kemungkinan timbulnya KLB penyakit DBD.
8. Tindakan PSN
24 bekas lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga menjadi sarang nyamuk yang dikenal dengan istilah tindakan 3M dan tindakan abatisasi atau menaburkan butiran abate ke dalam tempat penampungan air bersih yang mempunyai efek residu sampai 3 bulan.
Hasil yang didapat ini sesuai dengan pernyataan Suroso (2003) bahwa tindakan 3M merupakan cara paling tepat dalam pencegahan dan penanggulangan terjadinya KLB penyakit DBD. Demikian juga WHO (2000) telah menyatakan bahwa pemberantasan jentik nyamuk Aedes dengan penaburan butiran Temephos dengan dosis 1 ppm dengan efek residu selama 3 bulan cukup efektif menurunkan kepadatan populasi nyamuk Aedes atau meningkatkan angka bebas jentik.
9. Pengasapan (Fogging)
Tindakan pengasapan seharusnya dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu waktu antara pengasapan pertama dan berikutnya (kedua) harus dalam interval 7 hari, dengan maksud jentik yang selamat dan menjadi nyamuk Aedes dapat dibunuh pada pengasapan yang kedua.
25 politis, cara ini disenangi karena terkesan pemerintah melakukan tindakan yang terlihat nyata untuk mencegah dan menanggulangi penyakit ini. 10. Penyuluhan DBD
Penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan kurangnya pengertian tentang apa yang harus dilakukan oleh petugas sebelum melakukan penyuluhan, seperti identifikasi hal-hal apa saja yang penting bagi masyarakat dan apa yang harus diimplementasikan pada tingkat masyarakat, tingkat wilayah, atau tingkat penentu kebijakan. Perlu dipahami, penyuluhan bukanlah semata-mata sebagai forum penyampaian hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan masyarakat. Sebaiknya masyarakat dibekali pengetahuan dan ketrampilan tentang cara-cara pengendalian vektor yang memungkinkan mereka menentukan pilihan terbaik segala hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan secara individu maupun secara kolektif.
E. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader terhadap pemberantasan DBD
26 di suatu daerah adalah faktor kesehatan lingkungan, pengetahuan dan pelaksanaan PSN pada suatu daerah.
Keberhasilan upaya PSN ini memerlukan waktu yang cukup lama karena erat kaitannya dengan perilaku masyarakat. Sementara penyakit DBD cenderung menyebar luas, insiden meningkat disertai kematian, oleh karena itu digunakan insektisida untuk membatasi penyebaran penyakit dan mencegah KLB. Menurut Hiswani (2003) ada beberapa kebijakan pemerintah untuk mengurangi kasus DBD di Indonesia antara lain:
1. Penyuluhan dilaksanakan melalui berbagai jalur komunikasi dan informasi kepada masyarakat oleh petugas kesehatan dan sektor terkait, pemuka masyarakat dan orang yang mengetahui tentang penyakit demam berdarah dengue.
2. Upaya pencegahan DBD ditingkat desa dilaksankan secara swadaya dan dikoordinasiakan oleh Pokja DBD.
3. Pembinaan pelaksanaannya dilakukan oleh Pokjanal DBD oleh tim Pembina LKMD ditiap tingkat administrasi pemerintah.
4. Setiap kasus DBD dilaporkan kepada puskesmas untuk dilakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan seperlunya.
27 Menurut Achmad (1997), menyatakan variabel yang mempengaruhi partisipasi ibu rumah tangga dalam PSN-DBD yang meliputi pengetahuan dan adanya anjuran serta kunjungan petugas kesehatan ke rumah yang menunjukan hubungan secara bermakna antar variabel.
Berdasarkan hasil penelitian (Dalimunthe, 2008) yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Malaria Di Kecamatan Saibu Kabupaten Mandailing Natal” variabel yang mempengaruhi masyarakat agar ikut berpatisipasi dalam pemberantasan penyakit malaria antara lain sebagai berikut:
1. Pendidikan 2. Umur 3. Penghasilan
4. Ketersediaan fasilitas 5. Pekerjaan
28 F. Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka teori sebagai berikut:
Gambar 1.Kerangka Teori Derajat
DBD Gejala
DBD
Pemberantasan DBD Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Morfologi dan lingkaran hidup
vektor DBD Penatalaksanaan
DBD
Partisipasi Kader jumantik Petogenesis
DBD
1. Nyamuk dewasa 2. Jentik nyamuk
Pendidikan Penghasilan Ketersediaan
fasilitas Pekerjaan
29 G. Kerangka Konsep
Variabel bebas Variabel terikat
Gambar 2. Kerangka Konsep H. Hipotesis
Hipotesis yang akan peneliti uji dalam penelitian ini adalah:
a. Ada pengaruh antara tingkat pendidikan kader jumantik terhadap partisipasi pemberantasan DBD.
b. Ada pengaruh antara penghasilan kader jumantik terhadap partisipasi pemberantasan DBD.
c. Ada pengaruh antara jenis pekerjaan kader jumantik terhadap partisipasi pemberantasan DBD.
d. Ada pengaruh antara ketersediaan fasilitas kader Jumantik terhadap partisipasi pemberantasan DBD.
Partisipasi kader Jumantik
pemberantasan DBD
Pendidikan
Jenis Pekerjaan Ketersediaan
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode survai analitik pendekatan cross sectional dimana rancangan studi epidemologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor peneliti) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada suatu saat atau periode (Murti, 1997).
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah para kader juru pemantau jentik (Jumantik) Desa ketitang Kecamatan Nogoasri Kabupaten Boyolali yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria dalam penelitian ini adalah:
a. Terdaftar sebagai kader jumantik Desa Ketitang. b. Aktif dalam kegiatan jumantik Desa Ketitang.
31 2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Tidak terdaftar sebagai kader jumantik Desa Ketitang. b. Tidak aktif dalam kegiatan jumantik Desa Ketitang.
c. Tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau dapat membaca dan menulis.
d. Tidak bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat pernyataan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Waktu pelaksaaan penelitian adalah pada bulan Agustus 2009.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
32 2. Sampel
a. Jumlah sampel
Besar sampelnya adalah total populasi sebanyak 39 kader. b. Teknik atau cara pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Exhaustive Sampling. Karena jika tidak mengambil semuanya menimbulkan persepsi diskriminasi (Murti, 2006). Yaitu dengan cara mengambil seluruh populasi, yang tercantum sebagai kader jumantik yang aktif melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) antara waktu 1-4 minggu terakir, sehingga jumlah kader sebanyak 60 orang menjadi 39 orang. Jumlah ini diperoleh melalui uji pendahuluan yang dilakukan bersamaan dengan penelitian, hasil dari uji pendahuluan ini diperoleh sebanyak 39 kader jumantik aktif di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali jumlah ini dijadikan sebagai sampel penelitian.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah gejala yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang menjadi fokus dalam penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabelbebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas
33 2. Variabel terikat
Partisipasi kader jumantik. F. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
No Variabel Deskripsi Skala
ukur Hasil ukur
Tingkat pendidikan formal responden yang di katagorikan tinggi dan rendah.
Pendapatan responden yang dikatagorikan menurut UMR Kota Boyolali.
Jenis pekerjaan responden yang dikatagorikan formal dan informal.
Tersedianya alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan jumantik.
Keaktifan kader dalam kegiatan pemantauan jentik berkala (PJB) memotivasi dan memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga yang terdapat jentik nyamuk pada saat pemeriksaaan.
34 G. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Kuantitatif meliputi pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan, ketersediaan fasilitas.
b. Kualitatif meliputi partisipasi para kader jumantik dalam pemberantasan DBD.
2. Sumber data a. Data primer
Data yang diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan pedoman wawancara.
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari kantor Desa Ketitang berupa jumlah jumlah kader jumantik. Selain itu di peroleh lewat internet, studi pustaka dan data kejadian DBD melalui puskesmas Nogosari
3. Cara pengumpulan data
35 4. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab oleh responden. Kuesioner diuji dengan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji vaiditas dan reliabilitas
Sifat valid memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai yang sesungguhnya dari nilai yang kita inginkan. Uji validitas instrumen menggunakan uji korelasi product momen person. Uji reliabilitas dengan rumus Alfa Cronbach.
Rumus korelasi product momen person (Abdurahman dan Muhidin, 2006).
=
Keterangan:
: Korelasi antar variabel x dan y : Skor masing-masing skala : Skor ganjil
36 Hasil uji coba kuesioner dilaksanakan diluar sampel penelitian, selanjutnya uji validitasnya menggunakan uji korelasi product moment. Suatu item dinyatakan valid jika nilai korelasi product moment yang dihasilkan lebih besar dari nilai rtabel (0,444). Nilai rtabel dengan jumlah
sampel (N=20) dan pada signifikansi 5%. Hasil uji validitas bahwa nilai rata-rata rxy=0,511 karena nilai rxy>0,0444 maka kuesioner tersebut
dinyatakan valid.
Tabel 2. Tingkat Keeratan hubungan Variabel X dan Variabel Y
No Besar rxy Keterangan
1 0,00-<0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
2 ≥0,20-<0,40 Hubungan rendah
3 ≥0,40-<0,70 Hubungan sedang atau cukup 4 ≥0,70-<0,90 Hubungan kuat atau tinggi
5 ≥-0,90≤1,00 Hubungan sangat kuat atau sangat tinggi
Rumus Alfa Cronbach (Abdurahman dan Muhidin, 2006)
Keterangan:
:Reabilitas instrumen :Banyaknya bulir soal
37 Hasil uji reliabilitas koesioner penelitian ini menunjukkan r11=
1,000 sebagaimana dapat dilihat pada tabel nilai reliabilitas, sehingga kuesioner dinyatakan reliabel dan memiliki hubungan yang sangat kuat.
G. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah (editing, coding, entri dan tabulating data)
1. Editing
Data yang telah terkumpul dikoreksi dilapangan sehingga data dapat langsung dilengkapi dan di sempurnakan. Editing dilakukan atas kelengkapan pengisian kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar jawaban, relevansi antar jawaban dan keserangaman satuan pengukur. 2. Coding
Memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan data. 3. Entry
Dengan menggunakan komputer untuk untuk dilakukan analisis data dengan program SPSS ver 16.00.
4. Tabulating
38 H. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan:
1. Analisi univariat
Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel seperti pendidikan kader jumantik, penghasilan, jenis pekerjaan, ketersediaan alat dan bahan serta partisipasi kader dalam kegiatan jumantik.
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan. Variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dengan uji statistik chi square (χ2). Pengujian normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan ketentuan pengambilan keputusan jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima atau data berdistribusi normal, sedangkan jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak atau data tidak berdistribusi normal. Analisis chi square dilakukan dengan mengunakan SPSS 16 dengan tingkat signifikan p>0,05 (taraf kepercayaan 95%). Dasar pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan 95%:
39 BAB IV
HASIL PENELITIAN
D. Data Umum Desa Ketitang
1. Gambaran Umum
Desa Ketitang terdiri dari 4 dusun dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak 11 buah dan Rukun Tetangga (RT) sebanyak 39 buah. Luas wilayah 588,47 dan berpenduduk 6.595 jiwa yang terdiri dari 3.148 laki-laki, 3.177 perempuan, dan Kepala Keluarga (KK) miskin 468 jiwa. 2. Batas Wilayah Desa Ketitang
Batas-batas wilayah Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kalijambe (Sragen). Sebelah Selatan : Sembungan.
Sebelah Barat : Guli dan Rembun.
Sebelah Timur : Jeron dan Gondang Rejo (Karanganyar).
E. Hasil Analisis Univariat
40 dalam 1-4 minggu dalam pelaksanaan PSN. Data yang yang diperoleh peneliti mengenai karakteristik responden disajikan dalam tabel berikut ini. 1. Karateristik responden
a. Pendidikan
Distribusi pendidikan responden berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa kader jumantik Desa Ketitang adalah yang berpendidikan tinggi (D3/S1) sebanyak 7 responden (17,9%), pendidikan SMA sebanyak 10 responden (25,7%), pendidikan SMP sebanyak 15 responden (38,5%), pendidikan SD sebanyak 7 responden (17,9%). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan kader jumantik Desa ketitang adalah rendah (SMP) dengan jumlah 15 responden (38,5%).
b. Penghasilan
Distribusi penghasilan responden berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa kader jumantik Desa Ketitang adalah berpenghasilan tinggi (diatas UMR Kota Boyolali) sebanyak 20 responden (51,3%) dan yang berpenghasilan rendah (dibawah UMR Kota Boyolali) sebanyak 19 responden (48,7%). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata penghasilan kader jumantik Desa Ketitang adalah tinggi (diatas UMR Kota Boyolali) dengan jumlah 20 responden (51,3%).
c. Jenis pekerjaan
41 pada bidang formal sebanyak 14 responden (35,9%) dan yang bekerja pada bidang informal sebanyak 25 responden (64,1%). Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa rata-rata jenis pekerjaan kader jumantik Desa Ketitang adalah pada bidang informal sebanyak 25 responden (64,1%) dimana jenis pekerjaan tersebut tidak mempunyai surat keputusan dari pemerintah daerah ataupun negara (pada bidang swasta). d. Ketersediaan fasilitas
42 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
No Karakteristik Responden Frekuensi
(f)
4) Tidak sekolah
Total
3 Jenis pekerjaan
a. Formal
4 Ketersediaan fasilitas
43 C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi Square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (p=0,05%) dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16 yang dilakukan dengan kriteria pengambilan kesimpulan berdasarkan tingkat signifikan (nilai p).
1. Hasil analisis bivariat pada masing-masing variabel antara lain: a. Pendidikan responden
Proporsi responden yang berpendidikan tinggi (D3/S1) (17,9%) dan berpendidikan rendah (SD, SMP dan SMA) (82,1%). Hasil analisis dengan program SPSS 16 diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar 0,003. Berarti H0 ditolak, maka hasilnya menunjukan signifikan artinya
ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan antara pendidikan dengan partisipasi
No Pendidikan Frekuensi Nilai p
N (%)
1 Pendidikan tinggi 7 17,9 0,003
2 Pendidikan rendah 32 82,1
44 b. Penghasilan responden
Proporsi responden yang mempunyai penghasilan tinggi (diatas UMR Kota Boyolali) (51,2%) dan berpendidikan rendah (dibawah UMR Kota Boyolali) (48,7%). Dari data kuesioner diperoleh data bahwa untuk pemberian insentif dari Kelurahan atau dari Puskesmas tidak terdapat pemberian insentif, melainkan dalam bentuk bantuan bantuan yang sifatnya dapat membantu kalancaran dalam kagiatan jumantik. Biasanya berupa alat dan bahan yang biasa dipakai dalam kegitan PJB, contohnya bubuk abate, lampu senter, kaos seragam dan lain sebagainya. Hasil analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 16 diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar 0,000. Berarti H0 ditolak, maka hasilnya menunjukan signifikan artinya ada hubungan
bermakna antara penghasilan responden dengan partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan antara penghasilan dengan partisipasi
No Penghasilan Frekuensi Nilai p
N (%) 1 Penghasilan tinggi 20 51,2 0,000 2 Penghasilan rendah 19 48,7
45 c. Jenis pekerjaan responden
Proporsi responden yang bekerja (formal) (35,8%) dan bekerja (tidak formal) (64,1%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 16 diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar 0,002. Berarti H0 ditolak hasilnya menunjukan signifikan, artinya ada
hubungan bermakna antara jenis pekerjaan responden dengan partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan antara jenis pekerjaan dengan partisipasi
No Jenis pekerjaan Frekuensi Nilai p N (%)
1 Formal 14 35,8 0,002
2 Informal 25 64,1
Total 39 100
d. Ketersediaan fasilitas responden
Proporsi ketersediaan fasilitas responden ada (94,8%) dan tidak ada 2 (5,2%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan program SPSS 16 diperoleh nilai statistik p > 0,05 yaitu sebesar 0,654. Berarti H0 diterima maka hasilnya menunjukan tidak signifikan artinya tidak
46 Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 7. Hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan partisipasi
No Ketersediaan failitas
Frekuensi
Nilai P N (%)
1 Ada 37 94,8 0,654
2 Tidak ada 2 5,2
Total 39 100
2. Rangkuman hasil bivariat
Rangkuman hasil uji bivariat tentang faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali dalam pemberantasan DBD. Data rangkuman dari hasil analisis bivariat dapat dilihat seperti Table 8. dibawah ini.
Tabel 8. Rangkuman hasil analisis bivariat melalui uji Chi Square
No Variabel Nilai
p α Keterangan
1 Pendidikan 0,003 0,05 Ada hubungan yang sangat signifikan
2 Penghasilan 0,000 0,05 Ada hubungan yang sangat signifikan
3 Jenis pekerjaan 0,002 0,05 Ada hubungan yang sangat signifikan
4 Ketersediaan fasilitas
0,654 0,05 Tidak ada hubungan yang signifikan
48 BAB V
PEMBAHASAN
Menurut data dari Dinas Kesehatan Sosial Boyolali tahun 2008 Desa Nogosari masih merupakan daerah yang mempunyai status endemis, dimana data jumlah korban antara kurun waktu tahun 2006-2008 korban yang terjangkit kasus DBD pada desa ini terus mengalami peningkatan dan diantaranya ada korban yang meninggal pada tahun 2008.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009. Pembuktian hipotesis penelitian ini menggunakan uji chi square.
49 kedewasaan masyarakat. Apabila tingginya tingkat pendidikan diiringi dengan kesadaran dan kedewasaan yang tinggi, maka bukan hal yang mustahil jika dapat mewujudkan tatanan kehidupan yang semakin baik pula. Sebagian besar pendidikan responden adalah SMP sehingga kemampuan untuk menerima informasi tentang arti pentingnya pemberantasan DBD masih rendah. semakin tinggi tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh dalam menerima informasi dan perubahan sikap.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pendidikan, penghasilan, jenis pekerjaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi para kader jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009 dalam pemberantasan DBD. Sedangkan faktor lainnya yaitu ketersediaan fasilitas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi para keder jumantik Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009 dalam pemberantasan DBD. Adapun faktor-faktor tersebut yang memiliki hubungan yang signifikan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
A. Fakor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kader Jumantik Dalam Pemberantasan DBD
50 1. Pendidikan
Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada α = 0,05 dengan p= 0,003. Para kader yang berpendidikan tinggi terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Responden yang berpendidikan tinggi akan mengakibatkan tindakan partisipasi pemberantasan DBD akan semakin baik. Hal ini dikarenakan informasi dan perubahan sikap responden yang mempunyai pendidikan lebih tinggi pengetahuannya dalam pemberantasan penyakit DBD.
Hal ini sesuai dengan penelitian Widyanti (2006) yang dilakukan di Desa Makam Haji wilayah kerja Puskesmas II Kartasura. Menyatakan tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit DBD. Variabel pendidikan dalam penelitian ini mempunyai odd ratio 7,633 yang berarti (interval keyakinan 95% 2,417-24,107). Artinya pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan, sehingga dalam peneltian ini terbukti bahwa pendidikan mempunyai pengaruh terhadap pencegahan DBD.
51 bahwa ada perbedaan rata-rata perilku aktif pencegahan DBD sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan. Hasil uji hipotesis dengan uji t memperoleh nilai t hitung sebesar 9,733 > t hitung 2, 042 pada taraf signifikan 5%. Adanya perbedaan tersebut membuktikan bahwa pendidikan kesehatan mampu meningkatkan kualitas perilaku aktif dalam pencegahan DBD. Nilai rata-rata perilaku pencegahan DBD sesudah pendidikan kesehatan (11,636) terlihat lebih tinggi dari pada nilai rata-rata perilaku aktif pencegahan sebelum pendidikan kesehatan (9,242). 2. Penghasilan
Hasil analisis statistik melalui chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara penghasilan dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali pada α = 0,05 dengan p = 0,000. Pada variabel penghasilan ini terbukti mempunyai pengaruh tehadap partisipasi dalam pemberantasan DBD. Responden yang memiliki penghasilan diatas UMR Kota Boyolali memiliki pengaruh partisipasi yang tinggi dalam pemberantasan DBD. Hal ini dikarenakan responden yang berpenghasilan tinggi akan bisa meluangkan banyak waktu untuk bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan jumantik, selain itu banyak waktu dari kader berada di rumah sehingga pada saat jadwal jumantik yang dilaksanakan setiap hari minggu.
52 penelitian ini mempunyai odd ratio 6,495 yang berarti (interval keyakinan 95% 1,603-26,327). Artinya pendapatan keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan, sehingga dalam peneltian ini terbukti bahwa pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pencegahan DBD.
3. Jenis pekerjaan
53 Hal ini sesuai dengan pernyataan (Dalimunthe, 2008) bahwa pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit.
B. Faktor Yang Tidak Berhubungan Dengan Partisipasi Para Kader Jumantik Dalam Pemberantasan DBD
1. Ketersediaan fasilitas
54 teguran-teguran kapada Dusun yang kurang aktif tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Hal ini sesuai dengan penelitian (Widiastuti, 2006) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan alat dan bahan dalam partisipasi kader. Variabel katersediaan fasilitas dalam penelitian ini mempunyai p = 0,739 (p>0,05) sehingga Ho diterima artinya bahwa tidak ada hubungan yang signifikan, sehingga dalam penelitian ini terbukti bahwa ketersediaan fasilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap partisipasi.
C. Keterbatasan penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan dalam memberikan pertanyaan kepada responden yang pada saat pengisian kuesioner kurang jujur dalam menjawab pertanyaan, sehingga peneliti melakukan pendekatan kepada responden.
2. Keterbatasan dalam menemui responden pada saat bulan ramadhan, reponden banyak yang melakukan aktifitas memasak. Sehingga waktu untuk pengisian kuesioner tidak bisa maksimal.
3. Kemungkinan terdapatnya bias atau kesalahan sangat mungkin terjadi. 4. Kurangnya waktu bagi peneliti dalam melakukan pendekatan dengan
55 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara pendidikan responden dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009.
2. Ada hubungan antara pengasilan responden dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009.
3. Ada hubungan antara jenis pekerjaan responden dengan partisipasi para kader dalam pemberantasan DBD Di Desa Ketitang Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali 2009.
56 E. Saran
1. Bagi Petugas Kesehatan
a. Memberikan kebijakan-kebijakan yang memihak khususnya kader jumantik dalam pemberantasan DBD.
b. Melakukan pelatihan pada kader tentang pemberantasan DBD, terutama untuk para kader jumantik yang baru.
c. Memberikan panyuluhan secara berkala kepada kader jumantik, sehingga para kader jumantik tetap semangat untuk pelaksanaan pemberantasan DBD.
d. Memberikan penghargaan kepada kadus aktif. 2. Bagi Kader Jumantik
a. Ikut aktif berpartisipasi dalam membantu program dari Puskesmas dalam melaksanakan pemberantasan DBD.
b. Mengikuti program-program yang telah direncanakan oleh Puskesmas, sehingga program tersebut bersinergis antara Puskesmas dan kader jumantik Di Desa Ketitang dalam pemberantasan DBD.
c. Melaporkan hasil-hasil apa saja yang telah dicapai oleh para kader jumantik pada tiap kadus tentang perkembangan DBD.
3. Bagi peneliti
a. Melakukan penelitian lain dengan variabel-variabel yang berbeda.
b. Melakukan penelitian dengan sampai ke analisis mulivariat sehingga
57 DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman dan Muhidin. 2006. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setya
Achmad HH. 1997. Variabel Yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk. Cermin Dunia Kedokteran. No. 199. November 1997.
Cahyo K. 2006. Kajian Faktor-faktor Perilaku Dalam Keluarga Yang Mempengaruhi Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Meteseh Kota Semarang. Media Litbang Kesehatan XVI Nomor 4 Tahun 2006: 32-41.
Dalimunthe. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pencegahan Malaria Di Kecamatan Saibu Kabupaten Mandailing Natal. [Tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatra Utara.
Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Penggerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Beradarah Dengeu. Jakarta: Direktorat Jendral PP-PL. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta.
2005 a. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PP-PL.
2005 b. Demam Berdarah Dengue Sudah Normal Kembali Pada Kondisi Normal. Jakarta.
DKS Boyolali. 2007. Profil Dinas Kesehatan Sosial Kabupaten Boyolali 2007. Boyolali: DKS Boyolali.
Fathi, et al. 2005. Peran Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Penularan Demam Berdarah Dengue Di Kota Mataram. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 2, No. 1, Juli 2005: 1-10.
Hadinegoro dan Satari. 1999. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap Pelatihan Bagi Pelatih Dokter Spesialis anak dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Tatalaksanaan Kasus DBD. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
58 Kustini H dan Betty F. 2008. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Demam Berdarah Dendue Terhadap Perilaku Aktif Pencegahan Demam Berdarah Dengue Pada Ibu-ibu Warga Minapadi Kelurahan Nusukan Kota Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697. Vol. 1 No. 1, Maret 2008: 36-42.
Mugiati. 2005. Hubungan Antara Peranan Kontak Tani Dengan Dinamika Kelompok Tani di Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. (Skripsi) Surakarta: Fakultas Pertanian UNS.
Murti B. 2006. Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Di Bidang Kesehatan . Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
1997. Prinsip Dan Metode Riset Epidemologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nadesul H. 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Jakarta: Kompas. Notoatomodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Saraswati LD. 2003. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Anggota Dasawisma Dengan ABJ Dalam Rangka Pelaksanaan Piket Bersama Di Kelurahan Sarirejo Kecamatan Semarang Timur Kota Semarang Timur. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Deponegoro. Satari HI dan Meiliasari. 2004. Perawatan Di Rumah & Rumah Sakit. Jakarta:
2004
Sigarlaki HJO. 2007. Karakteristik Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penyakit Demam berdarah. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 23. No. 3, Septembar 2007: 148-153.
Siregar FA. 2004. Epidemologi dan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Soegijanto H. 2004. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia.
Surabaya: Airlangga University Press
59 Widyanti IT. 2006. Faktor-faktor Yang memepengaruhi Tindakan Masyarakat
Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Desa Makam Haji Wilayah Kerja Puskesmas II Kartasura. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
60
61 Lampiran 1
Kuesioner Pendahuluan
KUESIONER PENDAHULUAN
A. Identitas Responden:
1. Nama : 2. Alamat :
B. Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah Ibu aktif melakukan kegiatan jumantik? a. Ya
b. Tidak
2. Berapa lama ibu menjadi kader jumantik, sebutkan? ... 3. Apa yang ibu lakukan saat kegiatan jumantik? ...
4. Pilihlah aktivitas yang ibu lakukan pada saat melakukan kegiatan jumantik? a. Pemeriksaan jentik
b. Memotivasi c. Memberikan teguran d. Tidak melakukan hal diatas
5. Berapa kali Ibu melakukan kegiatan diatas sebagai kader jumantik? a. 1 Minggu sekali
62 Kuesioner Penelitian
KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN DBD
DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 PETUNJUK
a. Bacalah pertanyaan dengan baik dan telitilah sebelum anda menjawab pertanyaan.
b. Beri tanda (X) pada kolom yang disediakan yang paling sesuai dengan keadaan
keadaan para kader jumantik pada saat sekarang ini.
c. Kuesioner ini tidak akan mempengaruhi dalam pada kehidupan sosial saudara.
d. Untuk kelancaran penelitian ini mohon diisi jawaban yang sesuai dengan pengetahuan
saudara, tidak perlu bertanya kepada yang lain. Jawab dengan jujur dan apa adanya.
e. Karahasiaan saudara akan tetap kami jaga.
A.No Responden...
B. Identitas Responden
1. Nama :
e. Tidak sekolah
f. Lainnya, sebutkan………
D.Pekerjaan
a. Ibu rumah tangga
b. Pedagang
c. Petani
d. PNS
63 f. Lainya, sebutkan………
E. Penghasilan
1. Berapakah penghasilan setiap tiap bulan kelurga anda? Sebutkan Rp……….
2. Apakah dalam kegiatan jumantik saudara mendapatkan dana insentif dari
pemerintah ataupun dari Puskesmas Nogosari?
a. Ya, Sebutkan Rp………..
b. Tidak
3. Apakah pemberian insentif yang diberikan oleh Pemerintah Desa atau Puskesmas
sesuai dengan beban kerja anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Menurut saudara berapakah nominal pemberian insentif yang sesuai dengan kader
jumantik? Sebutkan Rp………
F. Ketersediaan fasilitas
1. Apakah ada fasilitas yang mencukupi pada saat melakukan kegiatan jumatik?
a. Ya, sebutkan apa saja:………
b. Tidak
2. Beri tanda (√) untuk ketersediaan fasilitas dalam jumantik?
No Alat dan Bahan Ya Tidak
1 Lampu senter 2 Alat tulis
3 Bubuk abate
4 Form pengisian pada tiap rumah 5 Form pengisian hasil jumantik 6 Buku
64 3. Apakah dalam kegiatan jumantik saudara diberikan tanda atau seragam?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah para kader mendapatkan alat dan bahan dari Puskesmas ataupun dari
pemerintah Desa Ketitang?
a. Ya