• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAANMODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2002–2006.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAANMODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MODEL ALTMAN PADA SEKTOR PARMACEUTICALS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2002–2006."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN

MODEL ALTMAN PADA SEKTOR

PARMACEUTICALS

DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE 2002–2006

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :

KOESTINI WIDYANINGSIH B. 100 050 177

FAKULTAS EKONOMI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Juli 1997, telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni terpuruknya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kinerja perusahaan dan dikhawatirkan akan mengalami kebangkrutan dimasa yang akan datang. Kondisi ini tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang mengarah ke kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) No. 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu No. 1 tersebut debitur yang terkena default (gagal bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja. Bagi investor, kebangkrutan akan mempunyai konsekuensi berkurangnya investasi atau bahkan hilangnya investasi secara keseluruhan. Sedangkan bagi kreditur, pernyataan bangkrut akan mengakibatkan kerugian sebagai akibat hilangnya tagihan (pokok pinjaman beserta bunganya).

(3)

karena operasi, atau juga karena alasan keuangan. Kesuliatan keuangan karena operasi, berarti perusahaan menanggung biaya operasi lebih besar dari penghasilan operasinya. Alasan keuangan, berarti perusahaan menghadapi kesulitan keuangan karena beban keuangan tetap yang terlalu besar. Mungkin dari sisi operasional masih menghasilkan keuntungan operasi, tetapi laba operasi tersebut tidak mampu untuk memenuhi kewajiban tunggalnya. Faktor kombinasi dapat pula mengakibatkan kesulitan keuangan bagi perusahaan.

Resiko kebangkrutan sebuah perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan financial perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan dan hasil yang dianggap cukup baik, dan mengetahui potensi kebangkrutan perusahaan tersebut (Adnan dan Kurniasih, 2000).

(4)

dialami. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar bangkrut (Nesser dan Aryati, 2002).

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dalam hal ini dapat dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Dalam praktik dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan yang paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan sebagai definisi kebangkrutan.

Perhatikan empat kategori semacam ini (Hanafi dan Halim, 1996:263): Tidak dalam kesulitan

(5)

mengalami kesulitan keuangan. Tetapi karena sesuatu hal, misal ingin mengatasi tekanan dari pekerja, perusahaan tersebut memutuskan untuk menyatakan bangkrut. Dengan situasi semacam itu nampak kebangkrutan bisa mempunyai pengertian yang tidak jelas. Pada situasi IV, pengertian kebangkrutan relatif jelas, perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan karena itu akan bangkrut. Demikian juga pada situasi I, situasi keuangan cukup jelas, dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai kesulitan keuangan dan tidak mengalami kebangkrutan. Tidak demikian halnya dengan situasi II dan III yang bisa mempunyai pengertian yang kabur.

Mengadakan analisis terhadap laporan keuangan suatu badan usaha atau perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi financial suatu perusahaan tersebut, walaupun kepentingan antara pihak yang satu dengan yang lain berlainan. Di satu pihak, adanya analisis tersebut dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam perusahaan berdasarkan suatu informasi keuangan dan bisa dijadikan sebagai dasar kebijakan permodalan di masa yang akan datang.

(6)

penyusunan rencana untuk tahun yang akan datang dapat diperbaiki. Hasil yang sudah dianggap cukup baik diwaktu lampau, harus dipertahankan dan ditingkatkan diwaktu yang akan datang.

Prosedur perhitungan yang digunakan untuk menganalisis tingkat kebangkrutan perusahaan adalah melalui laporan keuangan. Salah satu teknik analisis kebangkrutan perusahaan yang dilakukan adalah menggunakan analisis diskriminan yang pertama kali dikembangkan oleh Altman yang digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan beberapa saat sebelum perusahaan tersebut bangkrut. Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik, yaitu analisis diskriminant yang dapat digunakan untuk memprediksi “kebangkrutan” perusahaan, dengan menggunakan model yang dikenal dengan Z-score. Z-score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. (Altman, 1968).

Penelitian sebelumnya ”Analisis penggunaan Z-score Altman untuk menilai tingkat kebangkrutan perusahaan pada sektor Adhesive Di Bursa Efek Jakarta Periode 1997-2001” yang dilakukan Riyatmi (2003), yang menunjukkan bahwa Z-score mempunyai nilai relatif tinggi yang menggambarkan bahwa kondisi keuangan perusahaan baik, sehingga Z-score dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kebangkrutan.

(7)

2002 – 2006 dengan alasan perusahaan pada sektor Pharmaceuticals sudah listing di Bursa Efek Jakarta sejak lima tahun sebelumnya, sehingga sudah dapat diprediksi tingkat kebangkrutannya dan perusahaan tersebut telah memberikan laporan keuangan tahunan untuk lima tahun terakhir. Dari uraian di atas, maka penulis mencoba mengadakan penelitian tentang “Analisis Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Model Altman Pada Sektor Parmaceuticals Di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas berdasarkan metode discriminant, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Apakah perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Bursa Efek Indonesia berpotensi mengalami kebangkrutan selama periode 2002-2006?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Bursa Efek Indonesia periode 2002-2006 berpotensi untuk bangkrut.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi investor, dapat memperhatikan pengaruh laporan keuangan dalam pengambilan keputusan investasi.

(8)

perusahaan terutama kondisi keuangan dapat diketahui perusahaan yang mengalami atau menghadapi bangkrut maupun tidak bangkrut.

3. Bagi peneliti, agar dapat mengembangkan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dihubungkan dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga dapat mengetahui sejauh mana peran teori di dalam praktik.

4. Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat memberikan ilmu pengetahuan maupun informasi kepada pihak-pihak yang hendak melakukan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pemahaman dan penelaahan penelitian, maka dibuat rancangan sistematika penulisan secara sistematis sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Menguraikan teori-teori yang mendasari pembahasan antara lain: definisi kebangkrutan, faktor-faktor penyebab kebangkrutan, pengertian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, pemakai dan kebutuhan informasi, susunan laporan keuangan, analisis laporan keuangan, dan cara mendeteksi kebangkrutan serta review penelitian terdahulu.

BAB III Metode Penelitian

(9)

BAB IV Analisis Data dan Pembahasan

Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, analisis umum serta analisis kebangkrutan perusahaan pada sektor Parmaceuticals di Indonesia.

BAB V Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan penelitian ini menghasilkan sistem informasi penggajian yang dapat digunakan untuk melakukan

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Selain membahas perubahan fonologis pada sejumlah kata yang umum diucapkan oleh masyarakat Indramayu, dalam penelitian ini juga dilakukan penelitian mengenai faktor

Gambat elevasi tanah asli dan elevasi

Sisa potongan tali pusat pada bayi harus dirawat, jika tidak dirawat dengan baik maka dapat memperlambat putusnya tali pusat dan menjadi tempat koloni bakteri yang berasal

Jawab :.. Sifat dari gerbang dasar yang dibentuk oleh universal NAND Gate adalah memiliki sifat yang sama dengan gerbang dasar logika itu sendiri. Hanya saja yang membedakan

Pada bagian kedua ini merupakan bagian munculnya buih. Pertama yang memulai tabuhan adalah instrumen Bonang Penerus, jika. pola tersebut memasuki rambahan yang

Banyuasin Tahun Anggaran 2015, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor. 07.01/PP.I/Disbun-05/2015 Tanggal 03 September 2015 dan Surat