PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEMATIK
INTEGRATIIF
Oleh
ANDI YULIYANTO CAHYO SAPUTRO NIM. 201833018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2021
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotoriks (Afif & Kaharuddin, 2015). Belajar pastinya akan mempunyai perilaku belajar, yaitu kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Perilaku belajar diartikan juga sebagai perubahan tingkah laku, perubahan dari yang buruk menjadi baik ataupun sebaliknya dari baik menjadi buruk.
Perilaku belajar dalam psikologi pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Afif & Kaharuddin, 2015). Teori behavioristik mengemukakan perilaku belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya reaksi stimulus dan respon. Seseorang dikatakan telah belajar apabila mampu menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya, apabila dia belum mampu menunjukkan perubahan tingkah laku maka belum dikatakan melakukan proses belajar. Thorndike dalam (Amsari & Mudjiran, 2018), mengemukakan tiga hukum asosiasi antara stimulus dan respon sebagai berikut: (1). Hukum kesiapan (low of readinees), yaitu ketika seseorang siap untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku, maka dalam diri seseorang tersebut akan terjadi kepuasan, begitu sebaliknya jika seseorang tidak siap untuk melakukan sesuatu lalu dipaksa melakukanya maka akan terjadi kejengkelan dalam dirinya. (2) Hukum latihan (low of exercise), yaitu ketika seseorang semakin sering melakukan tingkah laku atau dilatih maka stimulus dan respon akan menjadi baik, begitu sebaliknya jika seseorang tidak melakukan atau tidak melatih tingkah laku maka stimulus dan respon tidak berguna. (3). Hukum pengaruh( low of effect), yaitu jika stimulus dan respon
mendapatkan kepuasan yang baik maka akan diperkuat, sebaliknya jika stimulus dan respon tidak mendapatkan kepuasan yang baik maka akan diperlemah. Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi didalam dalam diri seseorang disebabkan oleh pengalaman yang bisa memperngaruhi tingkah laku organisme tersebut
Menurut gagne dalam (Sanjaya, 2009), sebagai sebuah proses belajar terdapat lima tipe atau bentuk perbuatan atau perilaku belajar dari mulai perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan belajar yang kompleks.
Bentuk-bentuk perilaku belajar yang dikemaukakan oleh gagne adalah sebagai berikut: (1) Belajar signal, yaitu bagaimana reaksi siswa terhadap perangsang dalam proses pembelajaran. M isalnya perilaku guru yang galak dalam sebuah mata pelajaran tertentu, maka reaksi yang kemungkinan muncul dari peserta didik ialah peserta didik itu tidak menyenangi mata pelajaran tersebut. (2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan merupakan suatu perilaku belajar yang dilakukan secara berulang-ulang apabila telah mendapat penguatan. Misalnya peserta didik mendapatkan pujian, maka akan mengulangi hal baik tersebut. (3) Belajar asosiasi verbal merupaka belajar dengan memberikan reaksi dalam bentuk kata, Bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya. (4) Belajar konsep merupakan perilaku belajar dengan menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Misalnya konsep manusia, anjing, kera yang merupakan binatang menyusui. (5) Belajar memecahkan masalah merupakan cara untuk menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan.
Berdasarkan hasil observasi di SDN 2 Hadipolo, disalah satu kelas rendah peneliti menemukan bahwa kemampuan pemahaman beberapa siswa terhadap pembelajaran masih kurang. Beberapa kondisi pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam tempat observasi yaitu: (1) Siswa sibuk bermain sendiri saat proses pembelajaran, (2) Siswa sering melamun menghadap keluar ruangan. (3) Siswa mengantuk saat proses pembelajaran, (4) Guru terlalu banyak menjelaskan materi dengan ceramah, dalam hal ini ternyata berdampak
negative terhadap rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran.
Berdasarkan masalah tersebut, setelah dicermati dan dianalisis ternyata akar masalahnya terletak pada (1) Metode yang digunakan adalah metode ceramah (2) Pemilihan strategi pembelajaran yang tidak tepat (3) Konsentrasi belajar siswa yang sangat rendah.
Peneliti menemukan berbagai problematika dalam belajar, salah satunya yaitu konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam pembelajaran, salah satunya yaitu hasil belajar. Dari penjabaran diatas peneliti sangat tertarik dalam melakukan penelitian yang mengangkat tema problematika konsentrasi belajar, karena konsentrasi sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran dan juga dalam pendidikan saat ini disetiap sekolah banyak mengalami problematika belajar yaitu konsentrasi dalam belajar.
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam penguasaan, penggunaan serta evaluasi sikap dan nilai, pengetahua dasar dan keterampilan yang terdapat pada setiap bidang pembelajaran (Ikbal , Sutria, & Hidayah, 2017). Konsentrasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran, apabila seseorang mengalami kesulitan dalam konsentrasi didalamnya, maka proses pembelajaran tidak akan maksimal. Hal tersebut akan membuang waktu, tenaga, dan biaya Slameto dalam (Riinawati, 2021).
Menurut (Aviana & Hidayah, 2015), ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar yaitu daya serap terhadap pelajaran dan perubahan perilaku siswa. Salah satu factor yang dapat mempengaruhi rendahnya daya serap siswa terhadap pembelajaran adalah konsentrasi Ciri-ciri seseorang yang tidak konsentrasi antara lain sering bosan terhadap suatu hal, selalu berpindah tempat tidak mendengar ketika diajak bicara, mengalihkan pembicaraan, sering mengobrol, dan menggangu teman lainnya (Suntari dan Widianah, 2012). (Balinda, Prasetyo, Julianto, Dzulqaidah
& Salsabilah, 2014) menyatakan keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari tingkat konsentrasi siswa didalam kelas.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan pendekatan behavioristik terhadap konsentrasi belajar siswa serta memberikan referensi terhadap guru mengenai metode atau strategi dalam proses pembelajaran agar dalam proses pembelajaran bisa berjalan optimal dan maksimal. Oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Pendekatan Behavioristik Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Tematik Integratif”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pendekatan behavioristik dengan konsentrasi belajar siswa dalam proses pembelajaran?
2. Apakah terdapat hubungan antara pendekatan behavioristik dengan konsentrasi belajar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan pengaruh pendekatan behavioristik dengan konsentrasi belajar siswa dalam proses pembelajaran
2. Mengetahui hubungan antara pendekatan behavioristik dengan konsentrasi belajar
1.4 Manfaat Penelitian 1. Siswa
Penelitian ini membantu siswa untuk meningkatkan konsentrasi belajar serta meningkatkan pemahaman pada materi yang di dapatkan saat proses pembelajaran.
2. Guru
Penelitian ini memberi solusi atau metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti lain dalam melakukan penelitian peningkatan konsentrasi belajar siswa.
1.5 Definisi Operasional
Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapatr dalam berbagai bidang studi.
Behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran dan terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang berorientasi pada perilaku yang lebih baik.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar terdiri atas dua kata, yaitu kata konsentrasi dan kata belajar. Kata konsentrasi berasal dari Bahasa inggris yaitu concentrate yang berarti memusatkan dan concentration yang berarti pemusatan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal. Menurut Hakim dalam (Linsari, 2015), konsentrasi diartikan sebagai suatu proses pemusatan pikiran dalam objek tertentu. Sedangkan konsentrasi menurut Supriyono dalam (Sertiani, 2014), konsentrasi adalah pemusatan perhatian pikiran terhadap sesuatu hal yang tidak berhubungan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi adalah proses memusatkan perhatian dan menempatkan prioritas proses berfikir. Pemusatan pikiran berarti merangsang otak untuk terus memikirkan dan mencerna suatu hal, serta memberikan respon terhadap hal tersebut.
Sedangkan kata belajar merupakan bentuk kata dari kata “ajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Cronbach dalam (Sadirman, 2014), memberikan definisi “Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience” atau belajar ditunjukkan dari perubahan pada kebiasaan sebagai hasil dari pengalaman. Gagne dan Berliner (1970) dalam (Suyono & Hariyanto, 2014), menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang muncul karena pengalaman. Sadirman (2014: 20) menyatakan definisi belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Pada dasarnya, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang relatif tetap dari perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Dunia pendidikan mengenal belajar sebagai proses untuk memperoleh, mempelajari, dan mengaplikasikan ilmu.
Menurut (Ikbal & Dkk, 2017), pengertian konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku, yang diwujudkan dalam penguasaan, penggunaan dan evaluasi sikap dan nilai, pengetahuan dasar dan keterampilan yang terdapat pada setiap bidang pembelajaran. Hal ini konsentrasi belajar bisa dikatakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang di wujudkan dalam berbagai aspek dalam proses pembelajaran.
Menurut Kurniawan dalam (Juita, 2020), konsentrasi belajar adalah salah satu aspek psikologis yang tidak begitu mudah diketahui oleh orang lain selain dari individu yang sedang belajar. Beriringan dengan teori yang dikemukakan oleh (Aviana & Hidayah, 2015), jika konsentrasi siswa rendah, maka akan menimbulkan aktivitas yang rendah pula serta dapat menimbulkan ketidak seriusan dalam belajar. Hal ini konsentrasi belajar siswa bisa dikatakan konsentrasi belajar tidak bisa dilihat orang lain melainkan dirinya sendiri, konsentrasi yang rendah memberikan efek negatif pula terhadap proses pembelajaran.
Konsentrasi belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan pikiran setiap siswa untuk memusatkan perhatian terhadap apa yang sedang dipelajari. Pemusatan perhatian untuk meningkatkan kemungkinan siswa untuk dapat menerima dan memahami informasi yang diperoleh. Menurut (Rifninda, 2015), menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi belajar siswa maka semakin tinggi pula hasil hasil belajar siswa yang diperoleh.
a. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
Menurut (Aprilia, 2014), mengungkapkan bahwa terdapat kelompok perilaku belajar yang menunjukkan siswa berkonsentrasi ketika mengikuti pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang mengenai masalah pengetahuan, informasi, dan masalah masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku kongnitif ini siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dipengaruhi dengan:
a) Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan.
b) Komprehensif dalam penafsiran informasi.
c) Mengaplikasikan pengetahuan yang di peroleh.
d) Mampu menganalisis pengetahuan yang diperoleh.
2) Perilaku Afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap. Pada perilaku ini siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dipengaruhi dengan:
a) Adanya penerimaan tingkat perhatian khusus.
b) Respon atau keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan.
c) Mengemukakan suatu pandangan sebagai integrase dari suatu keyakinan, ide, dan sikap seseorang.
3) Perilaku psikomotor, pada perilaku siswa yang mempunyai konsentrasi belajar dapat dipengaruhi dengan:
a) Adanya pergerakan anggota tubuh yang tepat artau sesuai dengan petunjuk guru.
b) Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dari gerakan- gerakan yang penuh dengan arti.
4) Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang mempunyai konsentrasi belajar dapat dipengaruhi oleh adanya aktivitas berbahasa yang terkordinir dengan baik dan benar.
Selain itu, menurut (Winata, 2021), menyebutkan bahwa ciri konsentrasi belajar yang dapat menimbulkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut:
a) Bosan terhadap sesuatu hal.
b) Selalu berpindah-pindah tempat.
c) Tidak mendengar ketika diajak bicara.
d) Mengalihkan pembicaraan.
e) Sering mengobrol.
f) Menggangu teman lainnya..
Slameto (2010), juga menyebutkan ciri konsentrasi belajar siswa yang dapat menimbulkan kesuitan belajar adalah sebagai berikut:
a) Kurang berminat pada mata pelajaran yang di pelajari.
b) Terganggu oleh keadaan lingkungan yang berisik, keadaan yang kotor, cuaca buruk, dan lain-lain.
c) Pikiran yang sedang buruk karena banyak beban/permasalahan.
d) Keadaan kesehatan siswa.
e) Bosan terhadap proses pembelajaran yang dilalui.
b. Faktor Pengaruh Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar menjadi salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. (Hasminidiarty, 2015), menyebutkan beberapa factor yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah sebagai berikut:
a) Motivasi yang didapatkan.
b) Keinginan dan ketertarikan terhadap sesuatu.
c) Situasi buruk yang dapat mengancam dirinya.
d) Keadaan fisik, psikis, dan emosional.
e) Tingkat kecerdasan yang dimiliki
f) Keadaan lingkungan belajar yang berisik dan kotor.
g) Kesehatan tubuh
h) Tidak memiliki kecakapan belajar yang baik 2.1.2 Pendekatan Behavioristik
Lawson dalam (Mulyadi, 2016), mendefiniskan pendekatan adalah cara atau strategi belajar yang digunakan peserta didik untuk meningkatkan keefektifan dalam proses pembelajaran. jadi pendekatan dapat diartikan sebagai cara atau strategi dalam meningkatkan kualitas peserta didik dalam pembelajaran.
Menurut (Sani & Ridwan, 2013), behavioristik adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Hal ini bisa dikatakan behavioristik merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalam dalam proses pembelajaran.
Menurut (Amsari & Mudjiran, 2018), behavioristik adalah teori yang menekankan pada tingkah laku manusia yang memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap sesuatu, pengalaman, dan pemeliharaan yang akan membentuk perilaku mereka.
Hal ini bisa diartikan bahwa behavioristik merupakan teori stimulus dan respon yang mampu membentuk perilaku individu.
Menurut Thorndike dalam (Amsari & Mudjiran, 2018), behavioristik adalah perubahan tingkah laku melalui stimulus dan respon.
Yang artinya individu akan merespon sesuai apa yang diberikan stimulus, jika individu siap menerima stimulus dan merespon dengan baik maka hasilnya akan baik, begitu sebaliknya.
Dari beberapa teori yang sudah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan pendekatan behavioristik adalah cara atau strategi untuk meningkatkan kualitas perilaku peserta didik melalui stimulus dan respon dalam proseses pembelajaran. dimana stimulus dan respon akan memberikan hasil yang baik jika peserta didik mampu menerima dengan baik, tetapi sebaliknya jika peserta didik tidak siap untuk menerima maka hasilnya akan kurang.
Behavioristik merupakan teori belajar klasik yang beranggapan bahwa seseorang dianggap belajar jika mengalami perubahan tingkah laku di dalam diri individu, apabila dia belum menununjukkan perubahan tingkah laku maka belum dikatakan bahwa ia telah melakukan proses belajar. Budaningsih dalam (Amsari & Mudjiran, 2018), menyebutkan dalam proses pembelajaran input bisa berupa alat peraga, gambar, atau berbagai cara untuk membantu proses belajar. Dalam teori ini belajar yang penting adalah imput yang berupa stimulus dan respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedeangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.
Perilaku belajar siswa mempengaruhi dalam proses pembelajaran.
perilaku belajar dalam hubungannya dengan belajar adalah perubahan tingkah laku. Salah satu faktor terjadinya perubahan tingkah laku yang tidak sesuai dengan perubahan positif tingkah laku dalam belajar adalah konsentrasi. Behavioristik sebagai salah satu pendekatan yang bisa dijadikan sebagai teknik atau cara untuk memperbaiki perubahan tingkah laku tersebut.
Thorndike dalam (Amsari & Mudjiran, 2018), menyebutkan hukum-hukum asosiasi stimulus dan respon, sebagai berikut:
1) Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu ketika seseorang siap untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku, maka dalam diri seseorang tersebut akan terjadi kepuasan, begitu sebaliknya jika seseorang tidak siap untuk melakukan sesuatu lalu dipaksa melakukannya maka akan terjadi kejengkelan dalam dirinya.
2) Hukum latihan (low exercise), yaitu ketika seseorang semakin sering melakukan tingkah laku atau dilatih maka stimulus dan respon akan menjadi baik, begitu sebaliknya jika seseorang tidak melakukan atau tidak melatih tingkah laku maka stimulus dan respon tidak berguna.
3) Hukum pengaruh (low of effect), yaitu jika stimulus dan respon mendapatkan kepuasan yang baik maka akan diperkuat, sebaliknya
jika stimulus dan respon tidak mendapatkan kepuasan yang baik maka akan diperlemah.
Dari hukum-hukum yang disampaikan Thorndike diatas dapat disimpulkan hukum behavioristik meliputi kesipaan yang artinya ketika seseorang siap menerima perubahan tingkah laku maka hasilnya akan memuaskan, latihan yang artinya semakin sering seseorang melakukan tingkah laku maka stimulus dan respon akan menjadi baik, pengaruh yang artinya stimulus dan respon jika mendapatkan kepuasan yang baik maka akan diperkuat, begitu sebaliknya.
Implikasi teori Thorndike dalam proses pembelajaran menjabarkan perubahan proses tingkah laku siswa merupakan proses akhir dari pembelajaran bahwa siswa yang telah siap untuk menerima perubahan perilaku akan mendapatkan hasil kepuasan sendiri bagi dirinya. Selain itu, stimulus dan respon perlu diulang agar mendapatkan perubahan perilaku kearah yang diinginkan.
Teori behavioristik adalah salah satu teori yang banyak digunakan dalam proses pembelajara disekolah. Siswa dalam pembelajaran menggunakan teori behavioristik sama halnya dengan membentuk pola fikir siswa melalui pemberian stimulus dan respon. Implikasi dari teori belajar thorndike berindikasi terhadap bagaimana seorang guru dapat menstimulus siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berfikir untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Dengan kata lain, guru membentuk pola piker siswa sesuai dengan stimulus yang diberikan.
Menurut Santrock dalam (Amsari & Mudjiran, 2018), menyebutkan
“one of the strategies for using applied behaviour analysis to change begaviori is focus on what you want students to do, rather than in what you want them not to do”. Hal ini senada bahwa dalam pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pola fikir dan mengolah logika pada suatu
lingkungan belajar yang sengaja dibentuk guru dengan berbagai metode agar problem belajar dapat tumbuh dan berkembang secara baik.
Kesiapan siswa dalam proses pembelajaran tentu diperlukan. Untuk bisa mengikuti proses pembelajaran selanjutnya, siswa sudah mempunyai konsep dasar untuk menanggapi stimulus yang diberikan oleh guru. Stimulus ini bisa berupa konsep baru yang berkaitan dengan konsep yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Jika siswa tidak memiliki kesiapan dalam belajar, maka respon yang diberikan juga tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut tentunya tidak memberikan kepuasan bagi guru maupun siswa itu sendiri. Inilah salah satu bentuk hukum pertama Thorndike law of rediness yaitu persiapan untuk bertindak, ready to act.
Seorang siswa yang memiliki kecendereungan untuk bertindak dan melakukan kegiatan, dan tindakanya mengakibatka ketidakpuasan bagi dirinya, siswa akan selalu menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan ketidakpuasan.
Seorang siswa yang tidak memiliki kecenderungan untuk bertindak, sedangkan tindakan siswa menimbulkan rasa puas bagi dirinya. Dia akan menghindari tindakan lain untuk menghilangkan ketidakpuasan tersebut. Dari ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa akan lebih berhasil dalam belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar.
Hukum yang kedua adalah hukum latihan (law of exercise), yaitu semakin sering suatu tingkah laku dilakukan, maka asosiasi menjadi lebih kuat.
Semakin sering suatu pengetahuan itu dibentuk maka akan mengakibatkan terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon semakin kuat. Jadi, hukum ini menunjukkan prinsip utama belajar adalah pengulangan. Semakin sering suatu materi pelajaran diulang maka materi pelajaran tersebut akan semakin kuat tersimpan dalam ingatan. Dalam proses pembelajaran, hal ini dapat dilakukan dengan guru memberikan latihan berupa soal-soal yang berhubungan dengan materi yang diberikan.
Hukum yang ketiga adalah hukum pengaruh (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon yang cenderung diperkuat jika akibatnya memuaskan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan, suatu tindakan yang diikuti akibat yang memuaskan, maka tindakan cenderung akan diulangi pada waktu yang lain. Sebaliknya, suatu tindakan yang diikuti akibat yang kurang memuaskan, maka tindakan tersebut cenderung akan tidak diulang pada waktu lain. Hal ini tampak bahwa hukum pengaruh ada hubungannya dengan pengauh apresiasi dan hukuman. Apresiasi yang diberikan guru kepada pekerjaan siswa (misalnya pujian guru terhadap siswa yang dapat menyelesaikan soal materi pembelajaran dengan baik) menyebabkan siswa ingin terus melakukan kegiatan serupa. Sedangkan hukuman yang diberikan guru atas pekerjaan siswa (misalnya celaan guru terhadap hasil pekerjaan soal materi pembelajaran) menyebabkan siswa tidak ingin mengulangi kesalahannya.
Implementasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran psikologi tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran, karateristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Setiap pembelajaran yang berpegang pada teori belajar behavioristik telah terstruktur rapi, dan mengarah pada bertambahnya pengetahuan pada siswa.
2.2 Penelitian Relevan
Sejauh ini, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terdapat beberapa penelitian yang membahas hubungan pendekatan behavioristik terhadap konsentrasi belajar siswa. Ada beberapa penelitian terdahulu berupa jurnal sebagai bahan acuan hasil penelitian. Adapun hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Aviana dan Hidayah (2015) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap Daya Pemahaman Materi Pada Pembelajaran Kimia Di SMA N 2 Batang”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengaruh konsentrasi belajar yang rendah dapat mempengaruhi rendahnya daya pemahaman siswa dalam pembelajaran
kimia. Relevansi/kaitan dengan penelitian ini yaitu pengaruh konsentrasi belajar siswa terdadap proses pembelajaran. perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah materi pelajaran kimia dan metode penelitian, sedagkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi dan menganalsis materi pelajaran yang ada di kelas III.
2. Hasil penelitian Juita (2020) yang berjudul “Identifikasi Konsentrasi Belajar Sisiwa di sekolah Menengah Atas”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya konsentrasi yang baik dalam proses pembelajaran IPA terkhusus materi pelajaran fisika. Relevansi/kaitan dengan penelitian ini yaitu tingkat konsentrasi belajar siswa dalam proses pembelajaran. perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mata pelajaran fisika dan metode jenis penelitiaan survey, sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasi dan menganalisis materi pelajaran yang ada di kelas III.
3. Hasil penelitian Riinawati (2021) yang berjudul “Hubungan Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah konsentrasi belajar sangat berhubungan erat terhadap prestasi belajar peserta didik pada masa pandemi covid-19 di Sekolah Dasar Karang Mekar 4 Banjarmasin. Relevansi/kaitan dengan penelitian ini yaitu hubungan konsentrasi belajar dalam proses pembelajaran. perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah variabel bebas konsentrasi belajar dan variabel terikat prestasi belajar, sedangkan pada penelitian ini variabel bebas pendekatan behavioristik dan variabel terikatnya konsentrasi belajar.
4. Hasil penelitian Yulia dan Navia (2017) yang berjudul “Hubungan Disiplin Belajar Dan Konsentrasi Belajar Matematika Siswa”.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dan konsentrasi belajar terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas IX SMP N 16 Batam.
Relevansi/kaitan dengan penelitian ini yaitu hubungan konsentrasi belajar dalam proses pembelajaran. perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mata pelajaran matematika kelas IX SMP N 16 Batam, sedangkan pada peneliti ini materi yang dianalisis materi yang ada di kelas III.
5. Hasil penelitian Amsari dan Mudjiran (2018) yang berjudul “Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik) dalam Pembelajaran Matematika”. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah teori Thorndike merupakan teori yang mengutamakan stimulus dan respon dimana ada hukum yang digunakan yaitu hukum kesiapam (law of readiness), hukum latihan (law of exercise), dan hukum pengaruh (law of effect).
Relevansi/kaitan dengan penelitian ini yaitu implikasi pendekatan behavioristik dalam proses pembelajaran. perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah mata pelajaran matematika, sedangkan pada penelitian iniu materi yang dianalisis materi yang ada di kelas III.
2.3 Kerangka Berfikir
Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nila-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi. Melalui konsentrasi belajar peserta didik dapat mendapatkan kemajuan-kemajuan dalam proses pembelajaran. konsentrasi yang baik dari seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai factor yang mempengaruhi, baik dalam diri siswa maupun luar diri siswa melalui lingkungan sekolah.
Behavioristik merupakan sebuah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran dan terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang berorientasi pada perilaku belajar yang baik. Stimulus bekerja
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
memberikan rangsangan dalam terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal lainnya yang bisa di tangkap oleh panca indra. Respon bekerja memberikan reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Factor yang dapat mempengaruhi konsentrasi belajar dari teori behavgioristik yaitu kesiapan, latihan, dan juga pengaruh/hasil.
2.4 Hipotesis Penelitiann
Berdasarkan uraian deskripsi teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis penelitian ini yaitu terdapat pengaruh behavioristik terhadap konsentrasi belajar siswa kelas III SDN 2 Hadipolo.
Behavioristi k
Faktor-faktor Yang mempengaruhi
Konsentrasi belajar
Pengaruh Latihan
Kesiapan
Tabel 3.1 Waktu Penelitian BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat & Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini di laksanakan di SDN 2 Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupate Kudus.
3.1.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 sampai dengan waktu yang belum ditentukan, dari tahap observasi hingga penyusunan skripsi selesai.
Kegiatan
Tahun
Oktober November Desember Januari Februari Maret Pengajuan
judul proposal Observasi
Menyusun proposal
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Menurut (Arikunto S. , 2010), mengemukakan bahwa penelitian korelasi ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta tidak hubungan itu. Proses penelitian kuantitatif bersifat linier, dimana langkah-langkahnya jelas dan dilakukan secara beratur mulai
dari rumusan masalah, teori, hipotesis, pengumpulan data, analisis data hingga membuat kesimpulan dan saran. Penelitian dengan pendekatan korelasioanl dimaksudkan untuk mengetahui ada tindakannya hubungan antara dua variabel.
Besar atau tingiinya hubungan tersebut kemudian dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Adapun pola atau hubungan antara variabel dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
X : Pendekatan Behavioristik Y : Konsentrasi Belajar
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penelitian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Jadi, populasi berhubungan dengan data bukan factor manusianya. Kalua setiap manusia memberikan semua data, maka banyaknya atau ukuran populasiakan dengan banyaknya manusia. Populasi memiliki parameter, yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri dan populasi.
Diantaranya yang dikenal dengan besaran rata-rata, bentangan rata-rata, simpangan variasi, simpangan baku sebagai simpangan buku parameter. Parameter populasi tertentu adalah tetap nilainya, apabila nilainya berubah maka berubah pula populasinya.
Menurut Sugiyono (2010:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas da karateristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
X Y
Populasi ini adalah semua peserta didik kelas III SDN 2 Hadipolo Kudus, populai berjumlah 19 siswa.
3.3.2 Sampel
Menurut (Gulo, 2010), Sampel merupakan himpunan bagian dari suatu populasi, sampel memberikan gambaran yang benar mengenai populasi. Suharsimi mengatakan bahwa penentuan sampel apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subyeknya besar bisa diambil antara 10-15%
atau 20-25% san juga bisa lebih. Karena jumlahnya populasi siswa hanya 19 maka semua anggota populasi dijadikan sampel sehingga penelitian adalah penelitian populasi.
3.4 Variabel Penelitian
Menurut (Arikunto S. , 2016), variabel adalah obyek penelitian atau lebih detailnya yaitu suatu konsep yang memiliki variabel atau keragaman. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Variabel bebas (X) adalah variabel yang menajadi sebab munculnya perubahan dari variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pendekatan behavioristik karena kemunculannya tidak di pengaruhi oleh variabel lain.
2. Variabel terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi sebab akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah konsentrasi belajar siswa kelas III SDN 2 Hadipolo Kudus karena kemunculannya disebabkan oleh variabel lain.
3.5 Pengumpulan Data
Instrument penelitian adalah salahsatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang di pakai untuk membuat suatu kesimpulan. Untuk memperoleh data yang diinginkan maka dilakulan riset kepustakaan untuk
mendapatkan teori-teori yang menunjang terhadap permasalahan yang ada. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket
Menurut (Kusumah & Dkk, 2011), Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada subyek yang diteliti untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Angket digunakan untuk mengetahui seberapa baik pendekatan behavioristik dalam proses pembelajaran. metode ini digunakan untuk penelitian dengan cara memberikan daftar pertanyaan terhadap orang yang sengaja diminta memberikan jawaban pertanyaan- pertanyaan tersebut, barik berupa pendapat, keyakinan, tanggapan ataupun untuk menceritakan tentang dirinya maupun tentang orang lain. Angket juga digunakan untuk mengungkap data variabel pendekatan behavioristik.
2. Tes
Menurut (Sudjana, 2011), Tes adalah sebagai alat penilaian berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes perbuatan). Tes merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, yang dimiliki siswa.
Kosentrasi belajar seringkali dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diketahui setelah dilakukannya pengukuran dengan tes, adapun tes yang digunakan untuk mengungkap variabel kosentrasi belajar (Y), metode tes ini digunakan untuk mendapatkan data konsentrasi belajar dengan cara memberikan sejumlah butir soal pertanyaan kepada peserta didik.
3.6 Instrumen Penelitian
Penggunaan instrumen dilakukan untuk mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh data yang di inginkan, instrument tersebut sebagai berikut:
1. Angket atau kuisioner digunakan untuk mengumpulkan data dilapangan untuk mengetahui tentang perhatian orang tua. Yang mana butir pertanyaan dalam angket dikembangkan dari indikator berdasarkan teori yang relevan dengan masing-masing variabel penelitian. Selanjutnya pernyataan itu diukur dengan menggunakan skala likert.
Menurut Sugiyono (2010: 93), Skala likert digunakan untuk mengukur fenomena sosial. Jwaban dari setiap butir pernyataan memiliki tingkatan dari yang positif sampai ke yang negative atau sangat negative, yang berupa kata-kata dengan skor dari setiap pilihan jawaban atas pernyataan sebagai berikut:
a) Skor 4 : untuk jawaban selalu b) Skor 3 : untuk jawaban seringkali c) Skor 2 : untukjawaban kadang-kadang d) Skor 1 : untuk jawaban tidak pernah
2. Instrument untuk mengukur konsentrasi belajar adalah instrument tes.
Konsentrasi belajar bisa dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai yang diketahui setelah dilakukan pengukuran tes, adapun tes yang digunakan untuk mengungkap variabel konsentrasi belajar (Y).
3.7 Uji Validitas
Menurut (Arifin, 2014), validitas adalah suatu derajat ketepatan instrument (alat ukur), maksudnya apakah instrument yang digunakan benar-benar tepat untuk mengukur apa yang akan diukur. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat menangkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yangterkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.
n. x2n. (xyx)2(
nx.)(y2Y) ( y)2
rXY
Keterangan:
rxy : Angka indeks korelasi ”r” product moment N : Jumlah responden
∑xy : Penjumlahan hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑x : Jumlah seluruh skor x
∑y : Jumlah seluruh skor y
∑x2 : Jumlah seluruh skor x2
∑y2 : Jumlah seluruh skor y2 (∑x)2 : Jumlah seluruh skor (∑x)2 (∑y)2 : Jumlah seluruh skor (∑y)2
Angka korelasi yang diperoleh untuk dibandingkan dengan angka tabel korelasi r, apabila rhitung> rtabel maka butir valid. Sebaliknya, apabila rhitung<
rtabel maka butir tidak valid.
3.8 Uji Rehabilitas
Arikunto (2012: 100), menyebutkan rehabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha untuk mencari reliabilitas angket. Adapun rumus Alpha yang digunakan adalah:
22
11
. 1
1
tb
K r K
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σσb2 = jumlah varians butir
σt2 = varians total
Jika r11 telahg ditemukan maka langkah selanjutnya mengonsultasikan harga tersebut dengan tabel r produksi moment. Jika angka perolehan r hitung (r11) lebih besar daripada r tabel maka angket dinyatakan reliabel dan berlaku sebaliknya jika r hitung (r11) lebih kecil dari pada r tabel maka angket tersebut dinyatakan tidak reliabel.
3.9 Analisis Data
(Sugiyono, 2016), menyebutkan dalam penelitiankuantitatif analisis data dilakukan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3.9.1 Uji Normalitas
(Kariadinata & abdurrahman, 2012), menyebutkan uji normalitas adalah bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi data. Tujuan dari uji normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data yang diambil merupakan data distribusi normal atau bukan. Uji normalitas dapat dilakukan menggunakan computer dengan bantuan program SPSS, Angket yang diberikan kepada siswa diuji normalitas menggunakan uji Kolmogrov Smirnov.
Hipotesis pada uji ini adalah Ho = data berdistribusi normal Hi = data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas yang digunakan yaitu Komogorov Smirnov dengan tingkat signifikan yang digunakan sebesar 5%, jadi apabila signifikan > 0,05 maka variabel
berdistribusi normal dan sebaliknya apabila signifikan < 0,05 maka variabel tidak berdistribusi normal.
3.9.2 Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan regresi linier sederhana yang diuji dengan bantuan program SPSS untuk mencari persamaan regresi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
𝑌'= nilai yang diprediksikan
𝑎 = konstanta atau bilangan harga 𝑋= 0 𝑏 = koefisien regresi
𝑋 = nilai variabel independen
Penguji Hipotesis
H0 : Tidak terdapat pengaruh pendekatan behavioristik terhadap konsentrasi belajar siswa SDN 2 Hadipolo
Ha : Terdapat pengaruh pendekatan behavioristik terhadap konsentrasi belajar siswa SDN 2 Hadipolo
3.9.3 Uji Koefesisien Determinan (R2)
(Ghozali, 2016), tujuan dari uji ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Variabel (X) terhadap Variabel (Y). Nilai koefisien Determinan atau R Square ini berguna untuk memprediksi dan melihat seberapa besar kontribusi pengaruh yang diberikan Variabel X terhadap Variabel Y.
𝑌′ = 𝑎 + 𝑏 X
3.9.4 Uji Linieritas
Uji Linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah Variabel X dan Variabel Y memiliki hubungan linier atau tidak. Kriteria untuk pengujian Linieritas ini adalah H0 ditolak jika nilai sig. < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Afif, A., & Kaharuddin, F. (2015). Perilaku Belajar Peserta Didik Ditinjau Dari.
Perilaku Belajar Peserta Didik, 287-300.
Amsari, D., & Mudjiran. (2018). Implikasi Teori Belajar E.Thorndike (Behavioristik). Research & Learning in Elementary Education, 52-60.
Aprilia, D. D. (2014). Penerapan Konseling Kongnitif Dengan Teknik Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X TKR I SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling Undiksa.
Arifin, Z. (2014). Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. yogyakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aviana, & Hidayah. (2015). Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap Daya Pemahaman Materi Pada Pembelajaran Kimia Di Sma Negeri 2 Batang. Jurnal Pendidikan Sains.
Aviana, R., & Hidayah, F. (2015). Pengaruh Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa Terhadap Daya Pemahaman. Jurnal Pendidikan Sains Universitas, 30-33.
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gulo. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Hasminidiarty. (2015). Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Prestasi Belajare Mahasiswa . Jurnal Batanghari, 96-110.
Ikbal , B., Sutria, E., & Hidayah, N. (2017). Pengaruh Senam Otak Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa. 52-59.
Ikbal, & Dkk. (2017). Pengaruh Senam Otak Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa Keperawatan Uin Alauddin Makassar Bilwalidayani. 52-59.
Juita. (2020). Identifikasi Konsentrasi Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas.
journal of physics Education, 24-29.
Kariadinata, & abdurrahman. (2012). Dasar-Dasar Statistiks Pendidikan.
Bandung: Rajawali Pers.
Kusumah, & Dkk. (2011). Mengenal Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: PT Indeks.
Linsari, R. (2015). Upaya Peningkatan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas Iv Melalui Penerapan Teknik Kuis Tim Di Sd Negeri Sidomulyo Sleman Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (Dipublikasi), 16.
Mulyadi. (2016). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Padang:
Hayfa Press.
Rifninda, L. N. (2015). Upaya Peningkatan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas IV Melalui Penerapan Teknik Kuis Tim di SD Negeri Sidomulyo Sleman Tahun Ajaran 2014/2015. Yogyajarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Riinawati. (2021). Hubungan Konsentrasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik pada Masa. Research & Learning in Education, 2305-2312.
Sadirman. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar . Jakarta: Rajawali Pers.
Sani, & Ridwan, A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, w. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sertiani, A. (2014). Meningkatkan Konsentrasi Belajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa SD Negeri 2 Karangcegak Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi Program Jurusan Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Semarang (Dipublikasi), 14.
Sudjana, N. (2011). Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rosda Karya.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet.
Suyono, & Hariyanto. (2014). Belajar dan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Winata. (2021). Konsentrasi Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pembelajaran Online Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 13.