PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA MATA
PELAJARAN TEMATIK INTEGRATIIF
Oleh
ANDI YULIYANTO CAHYO SAPUTRO NIM. 201833018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2022
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses aktivitas individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun psikomotorik (Sanjaya, 2009:229). Belajar pastinya akan mempunyai perilaku belajar, yaitu kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Perilaku belajar diartikan juga sebagai perubahan tingkah laku, perubahan dari yang buruk menjadi baik ataupun sebaliknya dari baik menjadi buruk.
Perilaku belajar dalam psikologi pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Yudhawati dan Haryono, 2012: 22).
Teori behavioristik mengemukakan perilaku belajar adalah perubahan tingkah laku perilaku sebagai akibat dari adanya reaksi stimulus dan respon. Seseorang dikatakan telah belajar apabila mampu menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya, apabila dia belum mampu menunjukkan perubahan tingkah laku maka belum dikatakan melakukan proses belajar. Thorndike mengemukakan tiga hukum asosiasi antara stimulus dan respon sebagai berikut: (1). Hukum kesiapan (low of readinees), yaitu ketika seseorang siap untuk melakukan suatu perubahan tingkah laku, maka dalam diri seseorang tersebut akan terjadi kepuasan, begitu sebaliknya jika seseorang tidak siap untuk melakukan sesuatu lalu dipaksa melakukanya maka akan terjadi kejengkelan dalam dirinya. (2) Hukum latihan (low of exercise), yaitu ketika seseorang semakin sering melakukan tingkah laku atau dilatih maka stimulus dan respon akan menjadi baik, begitu sebaliknya jika seseorang tidak melakukan atau tidak melatih tingkah laku maka stimulus dan respon tidak berguna. (3). Hukum pengaruh(
low of effect), yaitu jika stimulus dan respon mendapatkan kepuasan yang baik
maka akan diperkuat, sebaliknya jika stimulus dan respon tidak mendapatkan kepuasan yang baik maka akan diperlemah. Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi didalam dalam diri organisme disebabkan oleh pengalaman yang bisa memperngaruhi tingkah laku organisme tersebut (Sobur: 220).
Menurut gagne, sebagai sebuah proses belajar terdapat delapan tipe atau bentuk perbuatan atau perilaku belajar dari mulai perbuatan belajar yang sederhana sampai perbuatan belajar yang kompleks (Sanjaya, 2009: 231).
Bentuk-bentuk perilaku belajar yang dikemaukakan oleh gagne adalah sebagai berikut: (1) Belajar signal, yaitu bagaimana reaksi siswa terhadap perangsang dalam proses pembelajaran. M isalnya perilaku guru yang galak dalam sebuah mata pelajaran tertentu, maka reaksi yang kemungkinan muncul dari peserta didik ialah peserta didik itu tidak menyenangi mata pelajaran tersebut. (2) Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan merupakan suatu perilaku belajar yang dilakukan secara berulang-ulang apabila telah mendapat penguatan. Misalnya peserta didik yang mendapatkan penguatan atau pujian dari gurunya karena melakukan sesuatu yang positif, maka hal ini dapat mengakibatkan peserta didik tersebut melakukan perbuatan itu secara berulang.
(3) Belajar asosiasi verbal merupaka belajar dengan memberikan reaksi dalam bentuk kata, Bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya. Dalam proses pembelajaran dikelas maka kita akan dijumpai tipe atau perilaku belajar seperti ini. Stimulus yang muncul di sekitarnya baik berasal dari pendidik dalam hal ini guru maupun berasal dari sesame peserta didik ataupun berasal dari kondisi dan situasi yang terjadi di kelas. (4) Belajar membedakan hal yang majemuk merupakan perbuatan belajar dengan memberikan reaksi yang berbeda perangsang yang diterimanya. Misalnya kemampuan untuk dapat menyebutkan jenis dari satu klasifikasi atau berdasarkan karateristik tertentu. (5) Belajar konsep merupakan perilaku belajar dengan menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. Kemampuan konsep berhubungan kemampuan menjelaskan sesuatru berdasarkan atribut yang dimilikinya. Misalnya konsep manusia, anjing, kera yang merupakan binatang menyusui. (6) Belajar
memecahkan masalah merupakan cara untuk menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip untuk memecahkan persoalan (Sanjaya: 232).
Berdasarkan hasil observasi di SDN 2 Hadipolo, disalah satu kelas rendah peneliti menemukan bahwa kemampuan pemahaman beberapa siswa terhadap pembelajaran masih kurang. Beberapa kondisi pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam tempat observasi yaitu: (1) Siswa sibuk bermain sendiri saat proses pembelajaran, (2) Siswa sering melamun menghadap keluar ruangan. (3) Siswa mengantuk saat proses pembelajaran, (4) Guru terlalu banyak menjelaskan materi dengan ceramah, dalam hal ini ternyata berdampak negative terhadap rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran.
Berdasarkan masalah tersebut, setelah dicermati dan dianalisis ternyata akar masalahnya terletak pada (1) Metode yang diguanakan adalah metode ceramah (2) Pemilihan strategi pemblajaran yang tidak tepat (3) Konsentrasi belajar siswa yang sangat rendah.
Perilaku belajar mengandung perubahan dalam diri peserta didik yang pada umumnya diwujudkan dalam bentuk: Kebiasaa, keterampilan, Sikap, Inhibisi, (Syah: 116). Berikut ini akan dipaparkan secara singkat dari wujud belajar tersebut yaitu: (1) Kebiasaan merupakan suatu perbuatan yang sifatnya otomatis dan pelakunya hampir tidak menyadarinya. (2) Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan fisik seperti menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya (3) Sikap adalah kecenderungan peserta didik untuk memberikan reaksi dengan baik ataupun buruk terhadap sesuatu. (4) Inhibisi adalah kesanggupan anak untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, kemudian memilih tindakan lain yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mewujudkan perilaku belajar yang baik tentunya tidak terlepas dari konsentrasi belajar yang baik. Konsentrasi belajar merupakan suatu aspek psikologis yang terkadang tidak mudah untuk diketahui oleh orang lain.
Konsentrasi belajar adalah pemusatan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam penguasaan,
penggunaan serta evaluasi sikap dan nilai, pengetahua dasar dan keterampilan yang terdapat pada setiap bidang pembelajaran (Ikbal et al, 2017). Konsentrasi sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran, apabila seseorang mengalami kesulitan dalam konsentrasi didalamnya, maka proses pembelajaran tidak akan maksimal. Hal tersebut akan membuang waktu, tenaga, dan biaya (Slameto, 2013) (B. Di et al., 2015).
Menurut Asmani dalam Malawi (2013: 27) ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan proses belajar yaitu daya serap terhadap pelajaran dan perubahan perilaku siswa. Salah satu factor yang dapat mempengaruhi rendahnya daya serap siswa terhadap pembelajaran adalah konsentrasi (Aviana & Hidayah, 2015). Ciri-ciri seseorang yang tidak konsentrasi antara lain sering bosan terhadap suatu hal, selalu berpindah tempat tidak mendengar ketika diajak bicara, mengalihkan pembicaraan, sering mengobrol, dan menggangu teman lainnya (Suntari, & Widianah, 2012).
(Balinda, Prasetyo, Julianto, Dzulqaidah & Salsabilah, 2014) menyatakan keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari tingkat konsentrasi siswa didalam kelas.
Peneliti menemukan berbagai problematika dalam belajar, salah satunya yaitu konsentrasi belajar. Konsentrasi belajar sangat mempengaruhi berbagai aspek dalam pembelajaran, salah satunya yaitu hasil belajar. Dari penjabaran diatas peneliti sangat tertarik dalam melakukan penelitian yang mengangkat tema problematika konsentrasi belajar, karena konsentrasi sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran dan juga dalam pendidikan saat ini disetiap sekolah banyak mengalami problematika belajar yaitu konsentrasi dalam belajar.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memperbaiki permasalahan- permasalahan yang ada di masing-masing sekolah mengenai konsentrasi belajar siswa yang sangat rendah serta memberikan referensi terhadap guru mengenai metode atau strategi dalam proses pembelajaran agar dalam proses pembelajaran bisa berjalan optimal dan maksimal. Oleh karena itu peneliti
mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pendekatan Behavioristik Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Tematik Integratif”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisi perilaku belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan behaavioristik ?
2. Bagaimana analisis konsentrasi belajar siswa dalam proses pembelajaran ? 3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara perilaku belajar dengan
konsentrasi belajar ? 1.3 Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan perilaku belajar siswa dalam proses pembelajaran 2. Mendeskripsikan analisi konsentrasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran
3. Mengetahui hubungan positif antara perilaku belajar dengan konsentrasi belajar
1.4 Manfaat Penelitian 1. Siswa
Penelitian ini membantu siswa untuk meningkatkan konsentrasi belajar serta meningkatkan pemahaman pada materi yang di dapatkan saat proses pembelajaran.
2. Guru
Penelitian ini memberi solusi atau metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran.
3. Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti lain dalam melakukan penelitian peningkatan konsentrasi belajar siswa.
1.5 Definisi Operasional
Konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapatr dalam berbagai bidang studi.
Behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran dan terjadinya perubahan tingkah laku diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon yang berorientasi pada perilaku yang lebih baik.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh panca indra.
Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.