• Tidak ada hasil yang ditemukan

META-ANALISIS PENGARUH METODE SHOW AND TELL TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK USIA MI/SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "META-ANALISIS PENGARUH METODE SHOW AND TELL TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK USIA MI/SD"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

META-ANALISIS PENGARUH METODE SHOW AND TELL TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA PESERTA DIDIK

USIA MI/SD

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Fadilah Jidni (11150183000042)

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH

(5)

iv

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

(6)

v ABSTRAK

Fadilah Jidni, 1150183000042. Meta-Analisis Pengaruh Metode Show And Tell Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Usia MI/SD. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data empiris terkait pengaruh penggunaan metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah meta-analisis yaitu review naratif atau review sistematik dengan menganalisis hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan secara nasional yang berkaitan dengan penggunaan metode show and tell terhadap keterampilan berbicara. Sampel analisis adalah lima jurnal nasional yang diterbitkan pada rentang tahun 2013-2020 pada jenjang MI/SD, yang membahas penulisan eksperimen penggunaan metode show and tell terhadap keterampilan berbicara.

Instrumen penulisan berupa lembar pengkodean yang merangkum data dan informasi jurnal. Berdasarkan analisis nilai pengaruh secara keseluruhan didapatkan nilai rata- rata besar pengaruh sebesar 2,316 yang berarti dalam kategori efek besar. Temuan analisis juga menunjukkan bahwa metode show and tell memberikan pengaruh yang besar terhadap keterampilan berbicara peserta didik dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa metode show and tell efektif digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara peserta didik usia MI/SD.

Kata kunci: keterampilan berbicara, metode show and tell.

(7)

vi ABSTRACT

Fadilah Jidni, 1150183000042. Meta-Analysis of the Influence of the Show And Tell Method on the Speaking Skills of Students at Elementary School Age.

Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education Study Program, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

This study aims to determine empirical data related to the effect of using the show and tell method on the speaking skills of elementary school aged students.. The method used is meta-analysis, namely a narrative review or systematic review by analyzing the results of research that have been published nationally related to the use of the show and tell method on speaking skills. The sample of analysis is five national journals published in the period 2013-2020 at the elementary school age level, which discuss writing experiments using the show and tell method on speaking skills. The writing instrument is a coding sheet that summarizes the journal data and information. Based on the analysis of the overall effect value, the average value of the influence is 2,316 which means that it is in the large effect category. The findings of the analysis also show that the show and tell method has a great influence on the speaking skills of students compared to conventional methods. This concludes that the show and tell method is effective in learning speaking skills of students elementary school age.

Keywords: speaking skills, show and tell method.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, kerabat, sahabat, dan umatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S1) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini berjudul “Meta-Analisis Pengaruh Metode Show And Tell Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Usia MI/SD”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan doa. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Sururin, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Asep Ediana Latip, M.Pd. dan Rohmat Widiyanto, M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

4. Dr. Fidrayani, M.Pd, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, memberi masukan, arahan, motivasi, dan doa kepada penulis dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini;

(9)

viii

5. Dindin Ridwanudin, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi nasihat, arahan dan bimbingan selama masa aktif perkuliahan;

6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya:

7. Kedua orang tua tercinta Ayah Majid dan Ibu Martini Ismail yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materi. Juga tak henti-hentinya memanjatkan doa untuk putranya, agar selalu mendapatkan ridho-Nya di setiap langkah dalam perjuangan meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

8. Syukron Ashari Jidni, saudara yang selalu mendoakan dan mendukung penulis;

9. Teman-teman Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2018 yang selalu membantu dalam berbagai kegiatan mahasiswa.

10. Teman-teman seangkatan, junior, dan senior di Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang selalu memberikan bantuan, dukungan, dan doa.

11. Teman-teman kelas A Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2015, yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, dan doa.

12. Seluruh Kader Himpunan Mahasiswa Islam Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang selalu mengajarkan filosofi yakin usaha sampai, terkhusus kepada Yunda Nisa Lia yang selalu memberikan dukungan dan doa, Kanda Syarif yang menjadi teman seperjuangan dalam berproses di himpunan.

13. Seluruh Kader Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Tarbiyah yang telah memberikan berbagai macam pembelajaran.

14. Keluarga Markas Besar Barisan Pecinta Rasulullah, Abdi, Al-Kautsar, Angga, Bilal,Reza, Akbar, Muzakka, Alwan, Ihsan, Bariq, yang selalu memberikan canda, tawa dukungan dan doa.

15. Semua Sahabat Sholawat yang selalu mendoakan dan mengajarkan kebaikan.

(10)

ix

16. Ikatan Keluarga Pesantren Darunnajah yang memberikan banyak pembelajaran.

17. Kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut memberikan dukungan dan doa dalam proses penulisan skripsi ini.

Penulis hanya bisa panjatkan doa dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa-jasa yang telah mereka berikan, menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Aamiin

Jakarta, 03 November 2020

Penulis

(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN KARYA ILMIAH ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 8

A. Keterampilan Berbicara ... 8

1. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 8

(12)

xi

2. Tujuan Berbicara... 9

3. Jenis Berbicara ... 10

4. Langkah-Langkah Berbicara ... 11

5. Faktor yang Mempengaruhi Berbicara ... 12

6. Hambatan dalam Berbicara ... 13

7. Mengatasi Hambatan Berbicara ... 14

8. Pembelajaran Berbicara ... 15

9. Tujuan Pembelajaran Berbicara di MI/SD ... 15

10. Penilaian Berbicara ... 16

B. Metode Show and Tell ... 19

1. Pengertian Metode Show and Tell ... 19

2. Manfaat dan Tujuan Metode Show and Tell ... 20

3. Penerapan Metode Show and Tell ... 22

4. Keunggulan Metode Show and Tell ... 23

C. Meta Analisis ... 24

1. Pengertian Meta Analisis ... 24

2. Tujuan dan Manfaat Meta Analisis ... 25

3. Model-Model Statistik Meta Analisis ... 26

4. Langkah-Langkah dalam Meta Analisis ... 27

5. Kelebihan dan Keterbatasan Meta Analisis ... 28

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 31

E. Kerangka Berfikir ... 33

F. Hipotesis Penelitian ... 34

(13)

xii

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Metode dan Desain Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37

E. Tahapan Penelitian ... 37

F. Pengumpulan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

1. Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Berbicara .. 41

2. Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Mengemukakan Pendapat ... 45

3. Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Komunikasi 47 4. Data Hasil Pengelompokan Effect Size Secara Keseluruhan ... 49

5. Data Hasil Pengelompokan Effect Size berdasarkan Variabel Terikat 50 6. Data Hasil Pengelompokan Effect Size berdasarkan Jenjang Kelas... 51

7. Data Hasil Pengelompokan Effect Size berdasarkan Wilayah ... 51

B. Pembahasan ... 52

1. Effect Size Pengaruh Metode Show and Tell Secara Keseluruhan ... 53

2. Effect Size Pengaruh Metode Show and Tell berdasarkan Variabel Terikat ... 53

(14)

xiii

3. Effect Size Pengaruh Metode Show and Tell berdasarkan Jenjang Kelas 55

4. Effect Size Pengaruh Metode Show and Tell berdasarkan Wilayah .... 55

C. Keterbatasan ... 57

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 59

A. SIMPULAN ... 59

B. SARAN ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 65

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Berbicara...41

Tabel 4.2 Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Mengemukakan Pendapat ... 45

Tabel 4.3 Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Komunikasi ... 47

Tabel 4.4 Data Pengelompokan Effect Size secara Keseluruhan... 49

Tabel 4.5 Data Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Variabel Terikat ... 50

Tabel 4.6 Data Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Jenjang Kelas... 51

Tabel 4.7 Data Pengelompokan Effect Size Berdasarkan Wilayah ... 52

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ... 33

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ada bermacam-macam potensi pembawaan yang manusia miliki, salah satunya adalah potensi berbahasa. Setiap orang memiliki penggunaan tata bahasa yang berbeda, sesuai dengan bahasa pertama yang mereka dapatkan secara alamiah melalui lingkungan sekitarnya. Kemudian aturan mengenai tata bahasa akan mereka dapatkan ketika mereka mempelajari bahasa dalam kegiatan pendidikan formal.

Belajar bahasa adalah proses penguasaan bahasa, baik pada bahasa pertama(disebut juga B1, Bahasa Ibu), maupun pada bahasa kedua(disebut juga B2 Bahasa Target atau BT, Bahasa Sasaran atau BS). Proses penguasaan bahasa yang dimaksud meliputi penguasaan secara alamiah maupun secara formal.1 Penguasaan bahasa secara alamiah adalah penguasaan bahasa yang diperoleh dan didapatkan secara tidak sadar melalui lingkungan sekitar, dan penguasaan secara alamiah merupakan proses penguasaan bahasa pertama. Sedangkan penguasaan bahasa secara formal adalah penguasaan bahasa dengan cara mempelajarinya secara sadar dalam kegiatan pendidikan formal maupun pendidikan informal, dan penguasaan secara formal merupakan proses penguasaan bahasa kedua.

Secara formal dan institusional, sekolah dasar masuk pada kategori pendidikan dasar.2 Karena sekolah dasar merupakan tempat pendidikan formal, maka Sekolah dasar memiliki peran dalam mempengaruhi penguasaan bahasa kedua siswa, proses penguasaan bahasa kedua dikuasai secara formal dan secara sadar dalam kegiatan pendidikan formal. Dalam pengertian sederhana dan umum, pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

1 Esti Ismawati and Faraz Umaya, Belajar Bahasa Di Awal Kelas (Yogyakarta: Ombak, 2012), h. 5.

2 Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013), h. 69.

(18)

pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan.3 Ada beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dalam standar isi Permendikbud salah satu kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia adalah menyajikan secara lisan dan tulis berbagai teks sederhana.

Kompetensi tersebut memerlukan beberapa keterampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diantaranya adalah menulis dan berbicara. Berbicara merupakan kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa sangat diperlukan untuk berbagai keperluan. Karena dengan bekal keterampilan berbicara kita dapat menyampaikan informasi kepada siapa saja dengan baik.4 Berbicara merupakan sebuah kepentingan dan keperluan dalam kehidupan sehari-hari, karena manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan manusia lain. Untuk melakukan interaksi dengan manusia lain manusia menggunakan bahasa lisan atau berbicara untuk saling menyampaikan pesan maupun perasaan. Pendidikan merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat dipengaruhi oleh aktivitas berbicara antar individu. Di dalam pendidikan guru menyampaikan informasi berupa ilmu baru kepada siswa, dan siswa menyampaikan perasaannya tentang apa yang guru sampaikan, sehingga proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan berbicara.

Tujuan utama pembelajaran berbicara di sekolah dasar adalah melatih siswa dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.5 Untuk mencapai tujuan tersebut, peran guru sangat dibutuhkan. Guru diharapkan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga tujuan pembelajaran berbicara dapat tercapai. Esti mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara kompetensinya adalah dapat mengungkapkan gagasan dan perasaan, berdialog, menyampaikan pesan, menjelaskan

3 Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 19.

4 Kundharu Saddhono, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Teori Dan Aplikasi (solo: CakraBooks, 2014), h. 60.

5 Esti Ismawati op.ci.t, h. 50.

(19)

dan mendeskripsikan.6 Keterampilan berbicara menjadi sengat penting dalam kegiatan pembelajaran, terutama kegiatan pembelajaran di sekolah dasar. Karena dengan menguasai keterampilan berbicara, siswa dapat menyampaikan perasaan dan pesan mereka terkait kegiatan pembelajaran kepada guru dengan baik dan benar.

Sehingga proses interaksi antara guru dan siswa di kelas berjalan dengan baik, adanya interaksi yang baik antara siswa dengan guru akan mempengaruhi proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Apabila keterampilan berbicara sudah dimiliki oleh siswa, maka proses pembelajaran di kelas akan berlangsung lebih mudah. Sehingga membantu siswa dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Namun pada kenyataannya, banyak siswa yang belum mampu mengungkapkan gagasan dan perasaan, belum mampu berdialog dengan baik, belum mampu menyampaikan pesan, dan belum mampu untuk menjelaskan dan mendeskripsikan dengan baik. Hal ini didukung dengan jurnal yang ditulis oleh Betty Kasita Bangun terkait keterampilan berbicara siswa. Dalam jurnalnya dijelaskan bahwaberbicara sulit dilakukan oleh peserta didik, dikarenakan kurangnya kosa kata yang dimiliki peserta didik, kurangnya partisipasi peserta didik, dan peserta didik kesulitan untuk menemukan kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan ide-ide mereka.7

Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam keterampilan berbicara, peran guru dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai sangat diperlukan, metode pembelajaran yang digunakan dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan siswa, membuat siswa menjadi aktif dan tidak merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung. Salah satu metode yang melibatkan siswa dan membuat menjadi aktif dalam pembelajaran adalah metode show and tell. Show and tell adalah kegiatan menunjukkan sesuatu

6 Ibid., h. 46.

7Betty Kasita Bangun, ‘Improving Students’ Speaking Skill By Using Show And Tell Method:

A Classroom Action Research’, International Journal of Language Teaching and Education, 2.1 (2018), h. 41–42.

(20)

kepada audiens dan menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu itu. Show and tell biasanya dilatihkan di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar guna menumbuhkan kemampuan public speaking.8 Beberapa penelitian studi eksperimen mengenai metode show and tell terhadap keterampilan berbicara telah banyak dilakukan oleh para peneliti dari berbagai perguruan tinggi. Hasilnya, peneliti menemukan lima judul penelitian yang membahas tentang pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara siswa usia MI/SD.

Data dari berbagai penelitian terdahulu dalam bidang pendidikan tersedia cukup banyak dalam bentuk jurnal-jurnal terpublikasi dan juga skripsi-skripsi mahasiswa dari berbagai kampus yang tersebar di Indonesia. Sayangnya tidak banyak penelitian dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian untuk merangkum dan menguji kembali keefektifan hasil suatu tema penelitian. Penelitian berdasarkan data-data yang sudah ada dapat menghasilkan suatu teori baru mengenai tema yang diteliti, selain itu hasilnya juga dapat digunakan sebagai penguatan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode penelitian meta-analisis.

Meta-analisis adalah metode-metode yang terhimpun untuk menggabungkan beberapa hasil dari suatu penelitian yang berbeda namun memiliki teori atau hipotesis yang sama.9 Data dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil-hasil penelitian yang sejenis untuk dikaji dan memperoleh kesimpulan Effect Size, yakni gabungan mengenai perbedaan efek antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang telah dilakukan dengan menggunakan statistika tertentu. Artinya, dengan menggunakan metode meta-analisis maka kita akan mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel, memperoleh kesimpulan umum dari penelitian yang

8 Tadkirotun Musfiroh, ‘Show and Tell Edukatif Untuk Pengembangan Empati, Afiliasi- Resolusi Konflik, Dan Kebiasaan Positif’, 41.2 (2011), h. 129–143 .

9 Kadir, ‘Efektivitas Strategi Peta Konsep Dalam Pembelajaran Sains Dan Matematika (Meta- Analisis Penelitian Eksperimen Psikologi Dan Pendidikan)’ (Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h. 761–781.

(21)

sejenis serta menemukan konsistensi dari penelitian yang memiliki permasalahan sejenis dengan menganalisis sebuah analisis.

Beberapa penelitian meta-analisis yang telah dilakukan menyasar bidang kajian di berbagai metode pembelajaran dan keterampilan berbahasa. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian meta-analisis terbaru khususnya mengenai pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia MI/SD.

Berangkat dari masalah dan latar belakang tersebut, akhirnya peneliti melakukan penelitian meta-analisis artikel penelitian untuk melihat besar pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara, dengan judul penelitian “Meta-Analisis Pengaruh Metode Show And Tell Terhadap Keterampilan Berbicara Peserta Didik Usia MI/SD”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran di kelas masih menggunakan metode pembelajaran yang monoton.

2. Siswa bersifat pasif ketika proses pembelajaran.

3. Guru lebih sering menerangkan tentang pembelajaran dan siswa mendengarkan, kemudian siswa mengerjakan latihan.

4. Sedikitnya kesempatan siswa dalam melatih keterampilan berbicara.

5. Banyak siswa yang belum mampu mengungkapkan gagasan dan perasaan, belum mampu berdialog dengan baik, belum mampu menyampaikan pesan, dan belum mampu untuk menjelaskan dan mendeskripsikan dengan baik.

6. Belum ada penelitian meta-analisis mengenai pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia MI/SD.

(22)

C. Pembatasan Masalah

Peneliti dalam penelitian ini membatasi masalah agar lebih fokus dan terarah pada metode pembelajaran yang monoton dan meta-analisis pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara siswa usia MI/SD, dan data dasar yang digunakan yaitu berupa penelitian eksperimen baik skripsi maupun jurnal tentang pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia MI/SD yang telah dipublikasi dalam rentang 2013-2020.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar pengaruh penggunaan metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia sekolah dasar.

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data empiris terkait pengaruh penggunaan metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia sekolah dasar.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, antara lain:.

1. Diharapkan menjadi acuan dan alternatif untuk tenaga pendidik dalam penggunaan metode pembelajaran show and tell pada kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara.

2. Diharapkan memberikan sumbangan saran terkait penggunaan metode pembelajaran show and tell pada lembaga pendidikan khususnya sekolah dasar, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

(23)

3. Diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan kontribusi dalam bidang karya tulis ilmiah bagi semua kalangan yang peduli terhadap dunia pendidikan.

4. Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu kajian terkait meta-analisis pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara peserta didik usia MI/SD untuk diteliti lebih lanjut dan mendalam.

5. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman peneliti dalam penulisan karya tulis ilmiah untuk bekal peneliti di masa yang akan datang.

(24)

8 BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Berbicara adalah mengungkapkan pikiran secara lisan. Dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang lain yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya.10 Menurut Burhan, “berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan”.11 Sri Wahyuni dan Abdul Syukur mengungkapkan bahwa,

“berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”.12 Kemudian Fitria Akhyar mengungkapkan bahwa berbicara adalah suatu kegiatan suatu kegiatan kemampuan berbahasa untuk menyampaikan sebuah ide, gagasan pendapat, pikiran, dan isi hati kepada orang lain dalam menjalin komunikasi di kehidupan sehari-hari.13 Kundharu juga mengungkapkan bahwa berbicara adalah sarana untuk mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.14 Sejalan dengan itu, Elvi mengungkapkan bahwa berbicara adalah alat untuk mengemas ide dan gagasan agar dapat diterima oleh penyimak.15

10 Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa Pegangan Bagi Pengajar Bahasa (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 118.

11 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi (Yogyakarta:

BPFE, 2016), h. 441.

12 Sri Wahyuni dan Abdul Syukur, Asesmen Pembelajaran Bahasa (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 31.

13 Fitria Akhyar, Keterampilan Berbahasa Di Sekolah Dasar (Yogyakarta: Textium, 2017), h.

70.

14 Kundharu Saddhono, op.cit , h. 62.

15 Elvi Susanti, Keterampilan Berbicara (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2020), h. 3.

(25)

Tarigan mengungkapkan bahwa berbicara adalah “suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari”.16 Kemudian Fitria mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan kehendak, perasaan, ide maupun gagasan kepada orang lain secara lisan.17 Elvi juga mengungkapkan bahwa “keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistik. Semakin banyak berlatih, semakin dikuasai dan terampil seseorang dalam berbicara”.18 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran maupun perasaan secara lisan kepada orang lain untuk menjalin komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dan keterampilan berbicara adalah sebuah keterampilan yang terus berkembang yang dimulai sejak seseorang belajar untuk berbicara atau berujar sampai dia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lisan.

2. Tujuan Berbicara

Berbicara adalah menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Artinya ketika seseorang berbicara maka ada maksud dan tujuan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut kepada orang lain. Tarigan mengungkapkan bahwa tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sang pembicara harus memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.

Pembicara juga harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya dan mengetahui prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.19

16 Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung:

Angkasa, 2015), h. 3.

17 Fitria, op.cit, h.72.

18 Elvi, op.cit, h. 4.

19 Tarigan, op.cit., h. 16.

(26)

Fitria juga mengungkapkan bahwa “berbicara bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik”. Dan adanya hubungan timbal balik dalam kegiatan berbicara, antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.20

Tarigan mengungkapkan bahwa ada tiga maksud umum dalam berbicara, yaitu:

a. Memberitahukan dan melaporkan (to inform) b. Menjamu dan menghibur (to entertain)

c. Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade).21

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi dengan maksud memberi tahu, menghibur, dan meyakinkan untuk mendapatkan timbal balik dari lawan bicara.

3. Jenis Berbicara

Secara garis besar Tarigan membagi dua jenis berbicara, yaitu berbicara di muka umum, dan berbicara pada konferensi.22 Berbicara di muka umum terbagi menjadi empat, yaitu bicara untuk melaporkan, untuk meyakinkan, untuk merundingkan dan berbicara secara kekeluargaan,. Kemudian berbicara pada konferensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu diskusi kelompok dan prosedur parlementer.

Kemudian Fitria mengemukakan bahwa “ada beberapa jenis kegiatan berbicara dalam proses pembelajaran berbicara, yaitu percakapan, berbicara

20 Fitria, op.ci.t, h.75.

21 Tarigan, op.cit., h. 16-17.

22 Ibid., h. 24.

(27)

estetik(bercerita atau mendongeng), berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi dan kegiatan dramatik”.23

Selanjutnya Khundaru membagi jenis berbicara menjadi berbicara ditinjau sebagai seni dan berbicara ditinjau sebagai ilmu.24 Berbicara sebagai seni menekankan penerapannya sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Sedangkan berbicara sebagai ilmu menelaah hal-hal yang berkaitan dengan mekanisme berbicara.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jenis-jenis berbicara yaitu berbicara di muka umum, berbicara pada konferensi, berbicara ditinjau sebagai seni dan berbicara ditinjau sebagai ilmu.

4. Langkah-Langkah Berbicara

Berbicara merupakan sebuah rangkaian proses yang memuat langkah-langkah yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang pembicara. Langkah-langkah yang harus dikuasai menurut Elvi adalah sebagai berikut:

a. Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati b. Membatasi pokok pembicaraan

c. Mengumpulkan bahan-bahan d. Menyusun bahan.25

Kemudian Tarigan mengungkapkan ada tiga langkah dalam berbicara, yaitu pendahuluan, isi dan simpulan.26 Supriyana dalam Elvi mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam berbicara adalah persiapan, pelaksanaan, dan Evaluasi.27 Fitia juga mengungkapkan beberapa langkah-langkah dalam berbicara, yaitu memilih topik

23 Fitria, op.cit., h. 77.

24 Kundharu Saddhono, op.cit., h. 68.

25 Elvi, op.cit, h. 8-9.

26 Tarigan, op.cit., h. 32.

27 Elvi, op.cit, h. 10.

(28)

pembicaraan, menentukan tujuan, membatasi pokok pembicaraan, mengumpulkan bahan, dan menyusun kerangka.28 Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar, langkah-langkah berbicara yaitu mempersiapkan, menyampaikan dan mengevaluasi.

5. Faktor yang Mempengaruhi Berbicara

Muhajir dalam Fitria mengungkapkan bahwa dalam berbicara diperlukan hal- hal diluar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan.29 Kemudian Fitria menjelaskan bahwa pada saat berbicara diperlukan penguasaan bahasa, keberanian, ketenangan, dan kesanggupan dalam menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.30 Elvia juga mengungkapkan ada beberapa faktor pendukung dalam berbicara, yaitu pengetahuan, kesiapan mental, sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, bahasa tubuh, pengelolaan suara, dan penguasaan topik.31 Sedangkan menurut Burhan, faktor dalam berbicara adalah orang yang berbicara, status dan kedudukan sosial pembicara, situasi pembicaraan, masalah yang dibicarakan, dan tujuan pembicaraan.32

Kemudian Maidar dalam Fitria mengemukakan ada dua faktor penunjang pada kegiatan berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan. Faktor kebahasaan meliputi ketepatan ucapan, penetapan tekanan nada sendi atau durasi yang sesuai, pilihan kata, ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, dan ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan faktor non kebahasaan meliputi sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan diarahkan ke lawan bicara, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi, dan penguasaan topik.33

28 Fitria, op.cit., h.76.

29 Ibid., h.83.

30 Ibid.

31 Elvi, op.cit, h. 16-22.

32 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Bahasa (Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress, 2015), h. 88.

33 Elvi, op.cit, h. 16-22,.

(29)

Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.

6. Hambatan dalam Berbicara

Kemampuan berbicara memang tidak dimiliki oleh semua orang. Kemampuan ini dapat dimiliki oleh semua orang jika melalui proses belajar dan berlatih.

Terkadang setelah belajar pun masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan, hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang merupakan hambatan dalam berbicara. Elvia menjelaskan bahwa ada beberapa faktor hambatan dalam berbicara, yaitu:

a. Faktor fisik, yang memiliki dua penyebab yaitu faktor dari partisipan, seperti organ bicara kurang sempurna dan pancaindra tidak berfungsi dengan benar. Faktor dari luar partisipan, seperti suara gaduh dari berbagai sumber, kondisi ruangan dan lainnya.

b. Faktor media, yang memiliki dua faktor yaitu faktor linguistik, seperti bahasa yang dipergunakan. Faktor nonlinguistik seperti perubahan air muka dan pandangan mata.

c. Faktor psikologis, seperti marah, sedih, dan takut. Faktor psikologi yang paling besar adalah nervous dan blank.34

Adapun kesulitan atau hambatan berbicara yang dialami siswa usia MI/SD dikarenakan mereka belum percaya diri ketika berbicara di depan kelas, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: sulit mengingat kata, ada keraguan tentang kata yang akan diucapkan, malu dan, demam panggung.35

Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar hambatan berbicara meliputi faktor fisik, faktor media, dan faktor psikologis.

34 Ibid, h. 22-24.

35 Siti Anisatun Nafiah, Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Di SD/MI (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2018), h. 175.

(30)

7. Mengatasi Hambatan Berbicara

Ada berbagai macam cara untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam berbicara. Elvi mengemukakan beberapa cara untuk mengatasi hambatan dalam berbicara, yaitu:

a. Menambah data base di otak kanan. Hal yang bisa dilakukan dalam menambah data base di otak kanan adalah membaca buku, berdialog, dan berdiskusi.

b. Hilangkan rasa takut dan cemas. Hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa takut dan cemas adalah persiapan, latihan, mengendalikan dan memfokuskan pikiran.

c. Analisis diri dalam berbicara. Hal yang dapat dilakukan dalam menganalisis diri adalah dengan mengetahui kekurangan diri sendiri dan mempercayai diri sendiri.

d. Latihan mengendalikan diri.

e. Membangun percaya diri.

f. Menjadi diri sendiri.

g. Menghargai pendapat orang lain.

h. Latihan.

i. Memperhatikan media dalam berbicara. Media yang biasa digunakan dalam berbicara, yaitu udara, bahasa, dan pengeras suara.36

Adapun cara untuk mengatasi kesulitan atau hambatan berbicara yang dialami siswa usia MI/SD adalah dengan melakukan pengenalan tema pembelajaran, adanya perencanaan teks, berlatih berbicara di depan cermin, dan berlatih berbicara di depan teman.37 Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi

36 Elvi, op.cit., h. 24-31.

37 Siti Anisatun, op.cit,, h. 175

(31)

hambatan berbicara adalah dengan memperbanyak wawasan dan memperbanyak latihan berbicara.

8. Pembelajaran Berbicara

Bentuk pengajaran berbicara dapat bersifat terkendali dengan isi dan jenis wacana yang ditentukan atau dibatasi, atau dapat bersifat bebas bergantung pada keinginan dan kreativitas pembicara. Dalam pembelajaran berbicara, supaya dapat dikuasai dengan baik, maka beberapa cara untuk mempraktekkannya yaitu dengan bercerita, berdialog, pidato atau ceramah, dan berdiskusi.38

Aktivitas pembelajaran berbicara dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu terpimpin, semi terpimpin, dan bebas. Untuk itu, guru dapat melakukan kegiatan seperti menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan kembali cerita yang pernah dibaca, mengungkapkan pengalaman pribadi, bertanya berdasarkan bacaan, bermain peran, pidato dan bercakap-cakap.39 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa bentuk pengajaran dalam pembelajaran berbicara, yaitu terpimpin, semi terpimpin dan bebas.

9. Tujuan Pembelajaran Berbicara di MI/SD

Tujuan pembelajaran berbicara di MI/SD dikelompokkan atas tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah dan tinggi. Pada kelas rendah, siswa memerlukan bimbingan dan pengarahan yang cukup dari guru. Pada hakikatnya, kegiatan pembelajaran berbicara di kelas rendah merupakan dasar-dasar pembentukan kemampuan berkomunikasi tahap awal. Dasar-dasar yang telah dimiliki siswa, berkembang di kelas tinggi apabila pembelajaran berbicara memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berlatih menggunakan bahasa.40

38 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia (Jakarta: UIN Press, 2015), h. 158-159.

39 Siti Anisatun, op.cit,, h. 170.

40 Ibid,.

(32)

Adapun tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah adalah untuk melatih keberanian siswa, melatih siswa menceritakan pengetahuan dan pengalamannya, melatih menyampaikan pendapat, dan membiasakan siswa untuk bertanya. Tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi adalah untuk melatih keberanian siswa, menceritakan pengetahuan dan wawasan siswa, melatih siswa menyanggah/menolak pendapat orang lain, dan melatih siswa menghargai pendapat orang lain.41

10. Penilaian Berbicara

Ada banyak bentuk tugas yang dapat diberikan kepada peserta didik untuk mengukur kompetensi berbicara. Tugas yang dipilih harus yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan kemampuan bahasa, mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, atau menyampaikan informasi. Pemberian tugas juga harus dilakukan dengan cara yang menarik dan menyenangkan agar peserta didik tidak merasa tertekan dan dapat mengungkapkan kompetensi berbicara secara normal dan maksimal. Bentuk-bentuk asesmen berbicara antara lain sebagai berikut, berbicara singkat berdasarkan gambar, wawancara, menceritakan kembali, pidato atau berbicara bebas, percakapan terpimpin, dan diskusi.42 Brooks dalam Tarigan menjelaskan bahwa dalam mengevaluasi keterampilan seseorang, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain adalah:

a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vocal dan konsonan) diucapkan dengan tepat?

b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara, serta tekanan suku kata memuaskan?

c. Apakah ketetapan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang digunakan?

d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat?

41 Ibid,. h. 171.

42 Sri Wahyuni dan Abd. Syukur Ibrahim, op.cit., h. 32-33.

(33)

e. Sejauh manakah kewajaran atau kelancaran yang tercermin bila seseorang berbicara.43

Agar orang lain dapat menangkap dan memahami apa yang diungkapkan secara lisan, seseorang yang berbicara perlu memerhatikan rambu-rambu yang perlu dipenuhi. Dengan urutan dan bobot yang mungkin dirinci secara berbeda oleh orang yang berbeda serta kebutuhan yang mungkin berbeda pula sasaran tes berbicara meliputi relevansi dan kejelasan isi pesan, masalah atau topik, kejelasan dan kerapian pengorganisasian isi, penggunaan bahasa yang baik dan benar serta sesuai dengan isi, tujuan wacana, dan keadaan nyata termasuk pendengar.44 Tergantung pada kebutuhan dan hakikat penyelenggaraan suatu tes berbicara yang diselenggarakan, rincian sasarannya dapat berupa kriteria yang umum dan luas atau bersifat khusus dan terinci.

Kemudian Fitria menjelaskan ada beberapa kriteria dalam penilaian keterampilan berbicara, yaitu keberanian (baik, kurang), kelancaran (baik, kurang), berbicara (baik, kurang), gaya atau lagu kalimat (baik, kurang), percaya diri (baik, kurang), dan keluasan materi(baik, kurang).45 Nurgiyantoro dalam Fitria menjelaskan bahwa alat penilaian berbicara dapat berwujud penilaian yang terdiri atas komponen-komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.46 Menurut Burhan, ada beberapa aspek berbicara yang dapat dinilai kompetensinya, yaitu berbicara berdasarkan gambar, berbicara berdasarkan rangsang suara, berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara, bercerita, wawancara, berdiskusi dan berdebat, dan berpidato.47

a. Berbicara berdasarkan gambar. Untuk mengungkap kemampuan berbicara pembelajar dalam suatu bahasa, gambar dapat dijadikan rangsang pembicaraan yang baik. Rangsang yang berupa gambar sangat baik untuk

43 Tarigan, op.cit., h. 28.

44 Soenardi Djiwadono, op.cit, h. 119.

45 Fitria, op.cit., h.101.

46 Ibid.,

47 Burhan, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, op.cit., h. 444-461

(34)

dipergunakan anak-anak usia sekolah dasar ataupun pembelajar bahasa asing tahap awal. Rangsang gambar yang dapat dipakai sebagai rangsang berbicara dapat dikelompokkan ke dalam gambar objek dan gambar cerita.

b. Berbicara berdasarkan rangsang suara. Tugas berbicara berdasarkan rangsang suara yang lazim dipergunakan adalah suara yang berasal dari siaran radio atau rekaman yang sengaja dibuat untuk didengarkan oleh siswa, yang kemudian para siswa menceritakan kembali apa yang didengar dari suara tersebut.

c. Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara. Berbicara berdasarkan rangsang visual dan suara merupakan gabungan antara berbicara berdasarkan gambar dan suara. Namun, wujud visual yang digunakan lebih dari sekedar gambar.

d. Bercerita. Tugas bercerita yang dimaksud memiliki kemiripan dengan tugas bercerita berdasarkan beberapa rangsangan sebelumnya, namun lebih luas cakupannya.

e. Wawancara. Wawancara merupakan teknik yang banyak digunakan untuk menilai kompetensi berbicara seseorang dalam suatu bahasa, wawancara dimaksudkan untuk menilai kompetensi berbahasa peserta uji melalui pertanyaan tentang berbagai masalah keseharian.

f. Berdiskusi dan berdebat. Berdiskusi dan berdebat melatih peserta didik untuk mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan-gagasan temannya secara kritis, dan mempertahankan gagasan sendiri dengan argumentasi secara logis dan dapat dipertanggungjawabkan.

g. Berpidato. Berpidato memiliki tujuan untuk melatih peserta didik mengungkapkan gagasan dalam bahasa yang tepat dan cermat.

Dari berbagai penjelasan terkait keterampilan berbicara di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran maupun perasaan secara lisan kepada orang lain untuk menjalin komunikasi dalam

(35)

kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbicara adalah sebuah keterampilan yang terus berkembang yang dimulai sejak seseorang belajar untuk berbicara atau berujar sampai dia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain secara lisan. Tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi dengan maksud memberi tahu, menghibur, dan meyakinkan untuk mendapatkan timbal balik dari lawan bicara.

Jenis-jenis berbicara yaitu berbicara di muka umum, berbicara pada konferensi, berbicara ditinjau sebagai seni dan berbicara ditinjau sebagai ilmu. Langkah-langkah berbicara yaitu mempersiapkan, menyampaikan dan mengevaluasi. Bentuk pengajaran berbicara dapat bersifat terkendali dengan isi dan jenis wacana yang ditentukan atau dibatasi, atau dapat bersifat bebas bergantung pada keinginan dan kreativitas pembicara. Penilaian keterampilan berbicara terdiri atas komponen- komponen tekanan, tata bahasa, kosakata, kefasihan, dan pemahaman.

B. Metode Show and Tell

1. Pengertian Metode Show and Tell

Show and tell merupakan kegiatan yang mengutamakan kemampuan berkomunikasi sederhana pada siswa sekolah dasar. Hal ini dikembangkan dari kebiasaan anak-anak yang berhasrat untuk menunjukkan sesuatu hal yang dianggap baru.48 Kemudian Tadkiroatun menjelaskan bahwa “Show and tell adalah kegiatan menunjukkan sesuatu kepada audiens dan menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu itu. Show and tell sebagai sebuah metode, berorientasi edukatif, dan diterapkan di dalam kelas dengan landasan pengalaman, pengetahuan tentang benda, proses dan fungsi benda”.49 Betty juga menjelaskan bahwa “Metode show and tell merupakan suatu praktik di mana anak-anak diberi kesempatan untuk berbagi cerita lisan tentang suatu objek atau pengalaman. Objek atau pengalaman tersebut biasanya dari tempat

48 Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif (Bandung: Nuansa Cendikia, 2013),h. 103.

49 Tadkiroatun Musfiroh, op.cit., h. 129 – 143.

(36)

tinggal mereka dan mengatakan secara lisan dengan rekan-rekan mereka dan dengan dukungan guru”.50

Irma dan Khusnul juga menjelaskan bahwa Model Show and Tell adalah suatu model pembelajaran yang membuat siswa aktif dengan cara yang mudah diikuti, nyaman, dan menyenangkan. Model Show and Tell merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan suatu benda misalnya foto/gambar, benda-benda, dll.51 Dari beberapa pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Metode Show and Tell adalah sebuah kegiatan yang memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu.

2. Manfaat dan Tujuan Metode Show and Tell

Show and tell dimanfaatkan untuk tiga tujuan sekaligus, yakni untuk mengembangkan kemampuan berbicara, untuk mempromosikan alat main, dan untuk mendorong kecintaan terhadap buku.

Show and tell dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Pertama, show and tell mampu mengembangkan keterampilan berbicara atau oral language skills dan sangat efektif untuk mengenalkan kemampuan public speaking karena berkenaan dengan kemampuan bertanya dan berbicara dalam gramatika yang lengkap (speaking in complete sentences, asking questions). Kedua, show and tell mampu mengembangkan kecakapan sosial dalam berbagai aspeknya, terutama listening attentively, dan speaking in turn. Ketiga, show and tell mendorong anak untuk melakukan problem solving. Keempat, show and tell memberi kesempatan anak untuk hands-on dengan materi keaksaraan melalui kegiatan associating beginning letters and sounds with real objects.52

Show and tell memiliki relatif banyak manfaat bagi anak. Taher dalam Tadkiroatun menyebutkan manfaat tersebut dapat dirinci setidak-tidaknya sebagai

50 Betty Kasita Bangun, op.cit., h. 41–48

51 Irma Arviani and Khusnul Fajriyah, ‘Keefektifan Model Show and Tell Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Pada Materi Proklamasi Kemerdekaan Siswa Kelas V SD Negeri Babalan’, Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 5.1 (2018), h. 5.

52 Tadkiroatun Musfiroh, op.cit, h. 129 – 143.

(37)

berikut. Pertama, show and tell memungkinkan anak-anak memahami problem- problem sosial secara lebih baik, yang hal tersebut membantu pemahaman teoretis mereka. Kedua, terdorongnya sikap demokratis oleh pendidik melalui pendekatan partisipatoris dalam proses pembelajaran. Ketiga, pendidik dan anak-anak memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi implikasi pedagogik terhadap problematika sosial. Keempat, pendidik dapat meningkatkan proses pembelajaran yang membantu anak didiknya memperoleh keberanian dan hasrat untuk terlibat dalam permasalahan sosial.53 Kemudian Dananjaya mengungkapkan bahwa tujuan metode show and tell adalah untuk melatih siswa berbicara di depan kelas dan membiasakan siswa peka terhadap ha-hal sederhana sehari-hari.54

Menurut Nupus dan Partimi dalam Palupu dkk., Model Show and Tell memiliki banyak kelebihan yaitu mengembangkan keterampilan berbicara yang efektif untuk mengenalkan kemampuan berbicara di depan umum, mengembangkan keterampilan sosial, mendorong anak untuk melakukan pemecahan masalah problem dalam mendeskripsikan suatu benda, solving serta memberi kesempatan anak untuk melakukan gerak aktif dengan berbagai benda yang hal ini penting untuk melatih kemampuan elaborasi dan inventori.55 Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat metode show and tell adalah mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak dan tujuan metode show and tell adalah untuk melatih siswa berbicara di depan kelas dan membiasakan siswa peka terhadap ha-hal sederhana sehari-hari.

53 Ibid.,

54 Utomo Dananjaya, loc.cit,

55 Palupi Mutiasih, dkk., ‘Penerapan Model Show And Tell Dengan Media Bupaka (Buku Panggung Boneka) Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar’, Seminar Internasional Riksa Bahasa XIII, 2019, h.1463.

(38)

3. Penerapan Metode Show and Tell

Dananjaya menjelaskan ada beberapa tahap dalam metode show and tell, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.56 Tahap persiapannya meliputi, guru menugaskan murid-muridnya untuk membawa suatu benda. Benda yang dibawa adalah hasil kesepakatan antara guru dan murid. Dan Siswa ditugaskan untuk mencari tahu informasi tentang benda tersebut. Kemudian tahap pelaksanaannya meliputi, seluruh benda diletakkan di satu tempat di kelas. Secara bergantian, setiap siswa menjelaskan segala hal tentang benda yang dibawanya. Teman-temannya boleh bertanya. Setiap seorang siswa selesai, teman-temannya memberikan tepuk tangan.

Dan tahap evaluasinya meliputi, perhatikan apakah siswa senang dan bersemangat dalam menceritakan kisah dibalik benda yang dibawanya. Bagaimana respons mereka terhadap barang bawaan teman yang lain, dan analisis lah, apakah tujuan yang diinginkan sudah tercapai.

Model Show and Tell terdiri atas tahapan kegiatan show atau menunjukkan sesuatu kepada audiens dan tell menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu yang sedang ditunjukkan tersebut. Deskripsi dalam hal ini meliputi bentuk, warna, ukuran, komposisi, dan guna unsur.57 Dalam metode Show And Tell, kegiatannya terdiri dari, siswa membawa benda-benda atau mainan yang mereka sukai ke sekolah dan bercerita tentang benda tersebut. Beberapa anak mungkin perlu dorongan untuk memulai kegiatan ini meskipun mereka telah disuruh menyiapkan hal-hal yang akan diceritakan tentang benda yang akan dibawanya. Untuk memberi dorongan guru dapat melakukan dua hal, pertama berbicara dengan siswa yang memerlukan dorongan dan membantunya merencanakan apa yang akan diceritakan; kedua, menyuruh siswa-siswa lain untuk membuat lima pertanyaan yang menggunakan kata tanya : apa, siapa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana terkait dengan benda yang dibawa siswa. Merujuk pada metode Show And Tell, siswa tidak hanya

56 Ibid., h. 104-105.

57 Irma Arviani dan Khusnul Fajriyah, op.cit, h. 4.

(39)

menceritakan benda apa yang dibawanya, tetapi siswa menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan benda/mainan, foto atau benda kongkrit yang dibawa.58

Dalam Palupi dkk, Rahman menjelaskan bahwa langkah-langkah pada model Show and Tell adalah sebagai berikut,

menunjukkan benda konkret atau gambar ( Show ). Kegiatan ini dapat didemonstrasikan terlebih dahulu oleh guru, kemudian dilanjutkan dengan aktivitas siswa. Siswa dibimbing mendeskripsikan benda ( Tell ). Kegiatan ini dilakukan dengan membimbing siswa mendeskripsikan atau menjelaskan mengenai benda yang ditunjukkannya secara umum dan singkat. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Secara berkelompok, siswa mendiskusikan kalimat yang tepat untuk mendeskripsikan benda yang dipilih dan telah ditunjukkan secara lebih rinci. Tugas guru adalah memberi arahan atau memberikan gambaran ide kepada siswa mengenai kalimat yang sesuai.

Secara berkelompok siswa menampilkan hasil pekerjaannya, yaitu menunjukkan dan mendeskripsikan benda yang telah dipilihnya. Guru membimbing siswa lainnya untuk menyimak serta menanggapi.59

Dari beberapa pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tahap-tahap dalam metode show and tell adalah melakukan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

4. Keunggulan Metode Show and Tell

Penggunaan metode show and tell memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah pertama anak-anak akan terbiasa observatif terhadap benda-benda di sekitarnya. Bentuk, sifat, sejarah keberadaan, warna, bau, dan fungsi benda akan selalu menjadi titik fokus anak-anak setiap saat. Sifat observatif ini memicu sikap positif lain, yakni teliti, atensif (menaruh perhatian besar pada sesuatu), dan absorbtif- reseptif (menerima informasi secara cepat). Kedua anak-anak akan terbiasa menyatakan hasil pengamatannya melalui kata-kata yang tertata baik secara gramatik, komunikatif, dan berasaskan fungsi-fungsi bahasa yang semakin lama semakin

58 Cicih Suarsih, ‘Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Menerapkan Metode Show And Tell Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia’, Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang, Volume 1 No. 1 2018, h. 13.

59 Palupi Mutiasih, dkk., op.cit, h. 1463

(40)

sempurna, baik secara pragmatik maupun secara sosiolinguistik. Ketiga anak-anak akan terasah dalam hal keterampilan public-speaking. Mereka belajar berbicara efektif dua arah, menjalin kerja sama, menghindari konflik, berbicara sopan, dan mempertanggungjawabkan setiap informasi yang diberikan. Keempat, anak-anak memiliki bekal vokasi sejak dini, karena berbicara untuk kecakapan sosial, merupakan landasan penting berbagai vokasi yang ada.60

Dari berbagai penjelasan tentang metode show and tell di atas, dapat disimpulkan bahwa Metode Show and Tell adalah sebuah kegiatan yang memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menjelaskan atau mendeskripsikan sesuatu.

Manfaat metode show and tell adalah mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak dan tujuan metode show and tell adalah untuk melatih siswa berbicara di depan kelas dan membiasakan siswa peka terhadap ha-hal sederhana sehari-hari. Tahap- tahap dalam metode show and tell adalah melakukan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi.

C. Meta Analisis

1. Pengertian Meta Analisis

Meta analisis merupakan metode penelitian khusus untuk menggabungkan penelitian-penelitian yang dapat diukur effect size nya, dan meta analisis merupakan cara untuk meringkas, mengintegrasikan, menggabungkan/ mengaagregasikan dan menginterpretasikan hasil penelitian-penelitian terpilih dalam bidang tertentu.61 Meta analisis digunakan untuk menganalisis penelitian-penelitian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, hasil penelitian kuantitatif, hasil penelitian dalam bentuk yang dapat dibandingkan misalnya rerata, koefisien korelasi, dan odds-ratio.

Hasil penelitian tersebut dijadikan bahan untuk menghitung effect size, yang

60 Tadkiroatun Musfiroh, op.cit, h. 129 – 143.

61 Heri Retnawati, dkk., Pengantar Analisis Meta (Yogyakarta: Parama Publishing, 2018), h. 6.

(41)

digunakan untuk menyusun agregat. Meta analisis juga digunakan untuk menguji konstruk dan hubungan yang dapat dibandingkan.

Meta-analisis merupakan analisis integratif hasil penelitian dengan fokus atau tema yang sama. Metode meta-analisis mengubah data kualitatif ke kuantitatif dan kemudian menggunakan analisis statistik untuk mendapatkan esensi informasi dari sejumlah data penelitian sebelumnya.62 Richvan menjelaskan bahwa “meta analisis merupakan suatu teknik statistika untuk menggabungkan hasil dua atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif dan meta analisis merupakan metode dalam menggabungkan beberapa hasil studi untuk mendapatkan satu hasil dan kesimpulan yang lebih kuat”.63 Melalui studi meta-analisis dapat dilihat kelebihan dan kelemahan masing-masing penelitian dan juga dapat diketahui letak perbedaan hasil masing-masing penelitian. Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa meta analisis adalah sebuah teknik penelitian yang menggabungkan beberapa penelitian untuk mendapatkan sebuah hasil dari penelitian- penelitian tersebut.

2. Tujuan dan Manfaat Meta Analisis

Meta analisis dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan kesimpulan dari berbagai macam penelitian. Secara umum, tujuan meta analisis adalah sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar variabel.

b. Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis maupun estimasi.

62 Kadir, ‘Meta-Analysis Of The Effect Of Learning Intervention Toward Mathematical Thinking On Research And Publication Of Students’, Journal of Education in Muslim Society, 4.2 2017, h. 165.

63 Richvan Dana Nindrea, Pengantar Langkah-Langkah Praktis Studi Meta Analisis (Yogyakarta: Goysen Publishing, 2016), h. 9.

(42)

c. Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu agar tidak mengganggu pemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.64

Meta analisis yang dilakukan dengan melibatkan analisis statistik terhadap kombinasi beberapa penelitian dapat menetapkan mana hasil yang lebih kuat diantara berbagai penelitian yang memiliki hasil berbeda. Beberapa manfaat meta analisis adalah sebagai berikut:

a. Hasil studi dapat dilakukan generalisasi

b. Perbedaan hasil penelitian terdahulu dapat diberikan keputusan mana hasil yang lebih tepat atau kuat

c. Adanya bias pada penelitian terdahulu dapat terlihat dan dijelaskan secara ilmiah.

d. Ketepatan hasil studi semakin meningkat dengan semakin banyaknya data atau studi yang masuk ke dalam analisis.65

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan meta analisis adalah memperoleh estimasi effect size dan melakukan inferensi data dan manfaat meta analisis adalah dapat melakukan generalisasi dan dapat melihat kekurangan penelitian sebelumnya.

3. Model-Model Statistik Meta Analisis

Terdapat dua kategori model-model statistik dalam meta analisis, yaitu model statistik yang hanya mencakup studi efek dan model statistik yang mencakup studi efek yang disertai tambahan informasi dan analisis.66 Model statistik yang hanya mencakup studi efek dibedakan menjadi dua macam, yaitu fixed effects model, dan random effects model. Fixed effects model memberikan gambaran bobot rata-rata

64 Ibid., h. 11-12.

65 Ibid., h. 12.

66 Ibid., h. 13.

(43)

dari berbagai studi yang masuk ke dalam studi meta analisis yang dilakukan. Random effects model menunjukkan bobot rata-rata dari dampak studi meta analisis yang dilakukan pada sebuah kelompok penelitian, tanpa melihat bobot masing-masing studi. Sedangkan model statistik dengan perhitungan dan informasi tambahan adalah dengan menilai quality effects model. Quality effects model adalah perhitungan statistik untuk melakukan penyesuaian terhadap keanekaragaman antar studi yang dilakukan pengolahan data pada meta analisis dengan mempertimbangkan varians dan kualitas studi-studi tersebut. Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua kategori model-model statistik dalam meta analisis, yaitu model statistik yang hanya mencakup studi efek dan model statistik yang mencakup studi efek yang disertai tambahan informasi dan analisis.

4. Langkah-Langkah dalam Meta Analisis

Dalam melakukan meta analisis, ada beberapa langkah awal yang perlu dilakukan. Langkah-langkah tersebut yaitu menentukan pertanyaan penelitian, menentukan penelitian yang relevan, melacak dan mengumpulkan penelitian, dan pilot coding.67 Langkah-langkah tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Menentukan pertanyaan penelitian. Pertanyaan dalam meta analisis terkait dengan 4 hal, yakni ukuran pemusatan, perbandingan pre-post, perbandingan dua kelompok, dan korelasi.

b. Menentukan penelitian yang relevan. Secara umum kategori yang harus di pertimbangkan untuk diaplikasikan yaitu sebagai berikut: fitur pembeda dari studi kualifikasi, responden penelitian, variabel kunci, desain penelitian, rentang budaya dan bahasa, jangka waktu, jenis publikasi, dan kualitas metodologi.

67 Heri Retnawati, dkk., op.cit, h. 9.

(44)

c. Mengumpulkan penelitian dapat dilakukan dari berbagai macam sumber, diantaranya adalah jurnal, prosiding, skripsi, tesis, disertasi, dan hasil penelitian dari berbagai lembaga dan universitas.

d. Melakukan pengkodean. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengkodean adalah karakteristik sampel, pengukuran, desain, sumber, dan kualitas peneliti.

Secara sistematis, sama halnya dengan penelitian lain, peneliti meta analisis harus membuat usulan penelitian yang rinci. Richvan mengungkapkan beberapa usulan penelitian meta analisis mencakup:

a. Pendahuluan yang mencakup latar belakang, pertanyaan penelitian, hipotesis yang akan diuji, tujuan dan manfaat penelitian.

b. Metodologi yang mencakup kriteria pemilihan untuk artikel penelitian yang akan disertakan dalam meta analisis, metode untuk menemukan penelitian, kriteria untuk penilaian kualitas artikel, klasifikasi dan kodifikasi, abstraksi masing-masing penelitian, rencana penggunaan model statistik, rencana interpretasi hasil dan pelaporan hasil.68

Dari beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam meta analisis adalah menentukan pertanyaan penelitian, menentukan penelitian yang relevan, melacak dan mengumpulkan penelitian, dan pengkodean.

5. Kelebihan dan Keterbatasan Meta Analisis

Setiap desain penelitian tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, demikian juga meta analisis. Berikut beberapa kelebihan meta-analisis:

68 Richvan Dana Nindrea, op.cit, h. 16-17.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir ...........................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Pengaruh Metode Show and Tell terhadap Keterampilan Berbicara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, pembelajaran keterampilan berbicara dengan penerapan metode partisipatori yang berbasis kecerdasan kinestetik telah efektif dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE SHOW AND TELL PADA ANAK KELOMPOK B TK WIDYA PUTRA DHARMA WANITA PERSATUAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET JATEN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut, maka peneliti menyarankan agar: (1) pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar menyampaikan

Penelitian kuantitatif ini untuk menjawab masalah pokok, bagaimana permasalahan metode talking stick dalam hubungannya dengan pembelajaran keterampilan berbicara peserta

Siklus III merupakan perbaikan dari siklus-siklus sebelumnya, peneliti menggunakan mainan kesukaan yang dibawa siswa dari rumah sebagai media melakukan metode show and tell.

Dalam penelitian ini agar tidak terjadi penyimpangan, dan dapat fokus mengingat banyak metode pembelajaran, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi pada penerapan model

Penelitian kuantitatif ini untuk menjawab masalah pokok, bagaimana permasalahan metode talking stick dalam hubungannya dengan pembelajaran keterampilan berbicara peserta

psikomotor (Primadona, 2019) siswa sekolah dasar. Dari fakta-fakta ini, penulis tertarik untuk melakukan peneletian meta-analisis untuk mengetahui apakah metode pengajaran yang