• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA 1 PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV B DI MI AL MURSYIDIYYAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA 1 PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV B DI MI AL MURSYIDIYYAH."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA 1 PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV B DI MI AL MURSYIDIYYAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Rahayu CahayaningTyas NIM 11160183000063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/1441 H

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV B di MI Al Mursyidiyyah disusun oleh Rahayu CahayaningTyas, NIM 11160183000063.

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 30 Desember 2020 dihadapan dosen penguji. Karena itu, penulis hendak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Tangerang, 02 Januari 2020 Panitian Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)

Asep Ediana Latip, M.Pd 30 Desember 2020 NIP. 198106282009121003

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Rohmat Widiyanto, M.Pd 30 Desember 2020 NIP. 198909132018011002

Penguji I

Dr. Fauzan M.A 30 Desember 2020 NIP. 197611072007011013

Penguji II

Rohmat Widiyanto, M.Pd 30 Desember 2020 NIP. 198909132018011002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Sururin , M. Ag NIP. 197103191998032001

(3)

ii

Analisis Pelaksanaan Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV B di MI Al Mursyidiyyah

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Rahayu CahayaningTyas NIM. 11160183000063

di bawah bimbingan

Takiddin M.Pd NIP. 198312062011011005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/ 1441 H

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV B di MI Al Mursyidiyyah di susun oleh Rahayu CahayaningTyas, NIM. 11160183000063.

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 27 September 2020 Yang mengesahkan

Dosen Pembimbing

Takiddin M.Pd

NIP. 198312062011011005

(5)

iv

(6)

iii

ABSTRAK

Rahayu CahayaningTyas (11160183000063). Analisis Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV B di MI Al Mursyidiyyah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran Tematik tema 1 pada mata pelajaran IPS kelas IV. Dengan mengukur pencapaian keberhasilan kompetensi dengan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran tematik dengan muatan mata pelajaran IPS. Seberapa besar kontribusi yang diberikan terdapat signifikan atau tidak kegiatan pelaksanaan penilaian autentik. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2020 di MI Al Mursyidiyyah. Metode penelitian yang digunakan metode Studi Kasus dengan pendekatan Kualitatif. Teknik pengambilan data dengan menggunakan analisis data. Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran sudah berjalan dengan baik, Adapun kegiatan yang dilakukan oleh guru kelas IV signifikan dalam melakukan pelaksanaan penilaian autentik sesuai dengan tuntunan panduan penilaian pada kurikulum 2013 diantaranya meliputi tahapan, yaitu tahapan pelaksanaan penilaian autentik, tahapan proses kegiatan pembelajaran, dan tahapan evaluasi/ penilaian hasil dari proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari hasil pencapaian kompetensi dalam pembelajaran berbentuk tema muatan mata pelajaran IPS yang memiliki pencapaian nilai kkm pada pengetahuan yang di tentukan yaitu 75, sedangkan penilaian pada aspek sikap (Spiritual, Sosial) dan keterampilan ditentukan dari hasil aktivitas dan kinerja oleh kriteria yang mendasar dengan bobot penilaian tertuju dengan kompetensi dasar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam pembelajaran IPS untuk mengukur tingkat konsep pemahaman materi terhadap pencapaian hasil belajar

Kata Kunci: Penilaian autentik, kurikulum 2013, dan pembelajaran IPS

(7)

iv

ABSTRACT

Rahayu CahayaningTyas (11160183000063). Analysis of the Implementation of Authentic Assessment in Thematic Learning of Theme 1 in Social Sciences of 4th B Grade at MI Al Mursyidiyyah

This study aims to determine the implementation of authentic assessment in thematic learning theme 1 in 4th grade social sciences subjects. By measuring the achievement of the success of competencies with the aspects of attitudes, knowledge, and skills of students during the thematic learning process with the content of social sciences subjects. How big is the contribution given whether or not there is an authentic assessment activity. This research was conducted in August-September 2020 at MI Al Mursyidiyyah. The research method used is the case study method with a qualitative approach. Data collection techniques using data analysis. The research instruments used were observation, interviews, and documentation. The results of the research found in this study indicate that the implementation of authentic assessment activities in learning has gone well, the activities carried out by 4th grade teachers were significant in carrying out authentic assessments in accordance with the assessment guidelines in the 2013 curriculum including stages, namely the stages of the authentic planning assessment, the stages of the learning activity process, and the stages of evaluation or assessment of the results of the learning activity process. This can be seen from the results of the achievement of competence in learning in the form of the theme of social sciences subjects content which has achieved the value of minimum criteria of mastery learning on the specified knowledge, which is 75, while the assessment on the aspects of attitude (spiritual, social) and skills is determined from the results of activity and performance by the criteria fundamental with quality assessment aimed at basic competencies. So it can be concluded that the Implementation of authentic assessment in social studies learning is to measure the level of conceptual understanding of the material towards the achievement of learning outcomes.

Keywords: Authentic assessment, 2013 curriculum, and social sciences learning

(8)

v

KATA PENGANTAR Bismillahirahmannirahim

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi

“Analisis Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al Mursyidiyyah”.

Penulis menyadari dalam penelitian ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa Lelah memberikan dorongan baik moril maupun material.

Terutama kepada kedua orang tua tercinta ibunda dan ayahanda dengan ketulusan dan cinta kasih serta untaian doa selalu tercurah sejak kecil hingga sekarang. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.

2. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Rohmat Widayanto, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

4. Takiddin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberi bimbingan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat kepada penulis untuk penyelesaikan skripsi.

5. Hj. Murdati, S.Ag., selaku Kepala Sekolah MI Al Mursyidiyyah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

6. Irma, S.Pd., selaku guru kelas IV yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian serta bimbingan dan masukan beliau lah penulisan skripsi dapat terselesaikan.

7. Kedua orang tua yang tidak berhenti memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun materil.

8. Team Wacana Squad yang selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat selama penyusunan skripsi.

9. Partner menuju syurga yang selalu membantu hal apapun baik tenaga serta mendengarkan keluh kesah dalam penyelesaian skripsi dan tak

(9)

vi

lupa memberikan semangat saat mengerjakan tugas akhir.

10. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Angkatan 2016 khususnya kelas PGMI 16’B yang telah memberikan semangat dan pengaruh positif dalam Menyusun dan menyelesaikan skripsi.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yamg membangun dari berbagai pihak. Sehingga hal tersebut dapat memberikan nilai yang sangat berharga bagi penulis khususnya dan bagi pihak- pihak yang akan menjadikan penelitian ini sebagai referensi di masa yang akan datang. Semoga ridho Allah SWT senantiasa tercurah, sehingga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Aaaaaamiiiin ya robbal’alamiiin.

Jakarta, 27 September 2020 Penulis.

Rahayu CahayaningTyas

(10)

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

ABSTRAK INDONESIA ... iii

ABSTRACT INGGRIS ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembahasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

1. Belajar ... 7

A. Pengertian Belajar ... 7

B. Pembelajaran ... 8

2. Kajian Tentang Pembelajaran Tematik ... 9

A. Definisi Pembelajaran Tematik ... 9

B. Prinsip Pembelajaran Tematik ... 10

C. Karakteristik pembelajaran Tematik ... 11

3. Mata pelajaran IPS ... 12

A. Pengertian IPS ... 12

B. Ruang Lingkup IPS ... 13

C. Tujuan Pembelajaran IPS... 14

(11)

viii

4. Penelitian Autentik dalam Pembelajaran ... 15

A. Pengertian Penilaian Autentik ... 15

B. Tujuan Penilaian Autentik ... 17

C. Pelaksanaan Penilaian Autentik ... 18

D. Ruang Lingkup Penilaian Autentik ... 19

E. Prosedur Penilaian Autentik ... 20

F. Jenis-jenis Penilaian Autentik ... 21

G. Teknik dan Istrumen Penilaian Autentik... 23

1. Penilaian Kompetensi Sikap ... 23

a. Pengertian Kompetensi Sikap ... 23

b. Teknik-teknik Penilaian Kompetensi Sikap... 24

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan ... 25

a. Pengertian Penilaian Kompetensi Pengetahuan .... 25

b. Teknik-teknik Penilaian Kompetensi Pengetahuan ... 26

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan ... 27

a. Pengertian Kompetensi Keterampilan ... 27

b. Teknik-teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan ... 28

H. Ciri-ciri Penilaian Autentik ... 28

I. Karakteristik Penilaian Autentik ... 29

B. Hasil Penelitian Relavan ... 30

C. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III Metodologi Penelitian ... 34

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

B. Latar Penelitian (Setting) ... 36

C. Metode Penelitian ... 36

D. Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data... 37

(12)

ix

1. Jenis dan Sumber Data ... 37

2. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian ... 40

E. Uji Keabsahan Data ... 43

F. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 60

a. Sejarah MI Al Mursyidiyyah ... 60

b. Visi, Misi, dan Tujuan MI Al Mursyidiyyah ... 61

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 57

a. Pelaksanaan Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Tematik Pada Muatan Mata Pelajaran IPS ... 57

b. Implementasi Penilaian Autentik dalam Tematik Pada Muatan Mata Pembelajaran IPS... 62

c. Hambatan Penilaian Autentik dalam Tematik Pada Muatan Mata Pembelajaran IPS... 66

d. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Simpulan ... 74

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

(13)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara Guru ... 41

Tabel 3.4 Pedoman Observasi ... 42

Tabel 3.5 Dokumentasi Dalam Penelitian ... 43

Tabel 4.1 Guru dan Tenaga Kependidikan ... 52

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana di MI-Al Mursyidiyyah ... 54

Tabel 4.3 Kisi-kisi Penilaian Pada Aspek Pengetahuan ... 63

Tabel 4.4 Kisi-kisi Penelitian Pada Aspek Keterampilan... 64

Tabel 4.5 Predikat Nilai Kompetensi ... 65

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Penilaian Autentik ... 22 Gambar 2.2. Diagram Berfikir PelaksanaanPenilaian Autentik

Dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 Pada Mata

Pelajaran IPS Kelas IV di MI-Al-Mursyidiyah ... 33 Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 34 Gambar 3.2 Hubungan Antara Analisis Data dengan Pengumpulan Data

Menurut Miles dan Hubeman ... 47

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia adalah salah satu usaha untuk mengembangkan generasi anak Bangsa menjadi pribadi yang memiliki kemampuan akademik yang dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah. Oleh karena itu dunia Pendidikan dituntut untuk terus berkembang dan berinovasi dalam melakukan perbaikan dan pembaharuan terhadap kurikulum 2013 salah satunya melalui upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan sistem penilaian.

Penilaian merupakan bagian dari pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran, penilaian dalam proses pembelajaran adalah suatu proses pengumpulan dan pengolahan informasi yang digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.1

Menurut Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan bahwa:

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian autentik, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah atau madrasah.2

1 Selly Rahmawati, Penilaian dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Andi Offset, 2014), hlm. 7

2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013, Standar Penilaian Pendidikan, hlm. 2

(16)

Penilaian hasil belajar dalam kurikulum 2013 adalah sistem penilaian autentik yang merupakan bagian terpenting dari keseluruhan kegiatan selama proses pembelajaran, dengan pengumpulan berbagai data yang bisa meberikan gambaran perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik.

Assessment autentik di definisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran seiring digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk bagaimana belajar tentang subjek mampu menggambarkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik dalam menerapkan perolehan belajar.

Atas dasar itu guru dapat mengidentifikasikan materi apa yang sudah layak dilanjutkan.

Tujuan dari penilaian autentik mencapai keberhasilan proses belajar mengajar kepada daya serap peserta didik, karena dengan penilaian mampu dapat membantu guru dalam mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi masing-masing peserta didik.

Dapat dilihat dari prosedur pelaksanaan penilaian proses belajar dan hasil belajar berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 adalah menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun, Menyusun kisi- kisi penilaian, membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian, melakukan analisis kualitas instrumen, melakukan penilaian, mengolah, menginterpretasikan hasil penilaian, dan melaporkan hasil penilaian.3

3 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan, hlm 4.

(17)

Sedangkan acuan dari penilaian itu sendiri terdapat pada Indikator, karena indikator merupakan suatu tercapainya kompetensi, indikator harus terukur sebagai dasar tanda yang dimunculkan oleh peserta didik yang dapat diamati atau diobservasi oleh guru pada kegiatan pembelajaran.

Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian, penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi sudah terpisah-pisah sesuai dengan kompetensi dasar tiap mata pelajaran, jadi kompetensi dasar adalah kemampuan dan materi yang harus dicapai peserta didik dalam suatu proses pembelajaran dalam setiap masing-masing mata pelajaran dan satuan Pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti dan mencapai tujuan pembelajaran tersebut guna mencapai hasil belajar dan indikator mata pelajaran.

Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai ilmu disiplin dalam ilmu sosial dan humaniora yang dikemas secara ilmiah dan dengan memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik. Pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, mencakup berbagai aspek dalam kehidupan seperti: sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, politik, hubungan manusia dengan lingkungan, semua yang ada cakupan dari ilmu pengetahuan sosial. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa ilmu yang di pelajari ilmu pengetahuan sosial ini mencakup yang begitu luas khususnya di dalam kehidupan masyarakat.4 Pelaksanaan pembelajaran pada muatan mata pelajaran IPS di tingkat sekolah dasar, kegiatan pembelajaran serta situasi dimana peserta didik diharapkan mampu mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan

4 Ahmad Sutanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), h.137

(18)

kehidupan masyarakat dan lingkungannya memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusian. Dengan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), sikap dan nilai (attitude and values), keterampilan (skills) yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial di lingkungan sekolah.

Maka dari pembelajaran ilmu pengetahuan sosial itu sangat penting bagi peserta didik untuk mempersiapkan generasi masa depan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada baik di dalam bermasyarakat dan lingkungan sekitar. Maka dari itu penilaian autentik dalam pembelajaran dalam mata pelajaran IPS yang termuat dalam kurikulum 2013 itu sangat perlu dilakukan agar peserta didik tidak hanya mampu pengetahuan saja, tetapi harus dibarengi dengan sikap dan keterampilan. Disini memerlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah dan guru untuk keberhasilan dalam penilaian autentik yang merupakan bagian dari kurikulum 2013 yang perlu ditekankan sampai sekarang masih perlu memerlukan pengevaluasi untuk penyempurnaan kurikulum.

Berbagai permasalahan yang mempengaruhi dalam penilaian autentik di dunia Pendidikan adalah sosialisasi. Menurut pengakuan guru di Indonesia, sosialisasi kurikulum 2013 belum berjalan dengan sempurna terutama dalam materi penilaian.

Sosialisasi mengenai penilaian autentik dianggap hanya memberikan garis besarnya aja, sehingga informasi yang didapatkan saat pelatihan tidak membuat guru mampu melaksanakan penilaian dengan baik yang dituntut dalam kurikulum 2013.Hal ini dibenarkan oleh ketua FSGI, Retno Listyarti, dkk (2014) mengutarakan bahwa survey menunjukan bahwa 87% guru

(19)

kesulitan dalam memahami cara penilaian, 70% kesulitan dalam pembuatan instrumen observasi, 66% kesulitan dalam memahami model- model pembelajaran, dan 79% mengalami kesulitan membuat instrumen penilaian (Rohmawati, 2013), hal ini mengindikasikan masih terdapat kendala yang terjadi dilapangan dan juga masih banyak guru mengalami kesulitan dalam pelaksanaan penilaian autentik.5

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di sekolah MI Al Mursyidiyyah, diperoleh informasi bahwasannya sekolah ini telah melaksanakan penilaian autentik dalam Standar Penilaian dengan tuntutan pada Kurikulum 2013. Sosialisasi mengenai pelaksanaan penilaian autentik sudah berjalan dengan baik untuk tingkat pemahaman guru dan kepala sekolah. Pada kenyataannya kegiatan pelaksanaan penilaian pada pembelajaran tematik muatan mata pelajaran IPS diketahui bahwa untuk materi geografi terlihat abstrak untuk penjelasan konsep materi sedangkan kalau permasalahan di bidang ekonomi untuk materi ada kaitannya dengan kegiatan sehari-hari. Adapun pelaksanaan penilaian yang dilakukan saat peneliti melihat kegiatan pembelajaran dengan jarak jauh (PJJ) permasalahannya guru tidak bisa interaktif secara langsung kepada peserta didik dan juga keterbatasan waktu selama dilakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan durasi waktu 2 x 30 menit untuk mata pelajaran IPS sehingga guru tidak bisa mengukur secara pasti tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi, dan juga tidak dapat mengetahui pencapaian hasil aspek kompetensi secara langsung selama kegiatan pembelajaran jarak jauh. Selain itu, tidak semua peserta didik mengumpulkan tugas tepat waktu dan bahkan ada peserta didik yang mengerjakan tugas tidak sesuai instruksi guru. Diharapkan dengan dilakukan penelitian terhadap

5 Nurlian Agustin Ningrum. Analisis Kesulitan Pelaksanaan Penilaian Autentik pada Kurikulum 2013 . Jurnal Pelita Pendidikan Vol.6 No.1 ISSN 2338-3003, h, 20-27.

(20)

pelaksanaan penilaian autentik, akan memberikan hal kegiatan guru dalam proses penilaian agar dapat melihat tingkat konsep pemahaman materi serta keberhasilan capaian kompetensi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pada peserta didik terhadap hasil belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian yang telah mendalam tentang “Analisis Pelaksanaan Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Tematik Tema 1 Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV di MI Al Mursyidiyyah”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterbatasan Waktu

2. Tidak bisa interaktif secara langsung

3. Tidak bisa mengukur secara pasti konsep pemahaman materi 4. Rendahnya peserta didik mengumpulkan tugas tepat waktu 5. Tidak sesuai instruksi pencapaian materi yang disampaikan

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah diatas, maka pembatasan masalahnya adalah Proses pembelajaran yang mempengaruhi keberhasilan Kompetensi peserta didik terhadap pelaksanaan penilaian, untuk lebih memfokuskan penelitian serta pembahasan, penulis membatasi masalah pada analisis pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik tema 1 pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al Mursyidiyyah.

(21)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik tema 1 pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al Mursyidiyyah”?

2. Apa Hambatan pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran tematik tema 1 pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al Mursyidiyyah ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengerahui:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penilaian ketercapaian hasil peserta didik selama kegiatan proses pembelajaran tematik pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al Mursyidiyyah

2. Untuk mengetahui Hambatan pelaksanaan penilaian auntentik dalam pembelajaran tematik tema 1 pada mata pelajaran IPS kelas IV di MI Al Mursyidiyyah

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca yang berkaitan dengan Pendidikan terhadap pelaksanaan penilaian autentik.

Akan memberikan hal kegiatan guru dalam proses penilaian agar dapat melihat tingkat keberhasilan capaian masing-masing kompetensi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pada peserta didik terhadap hasil belajar.

(22)

7

BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan sebagai usaha yang dilakukan oleh individu dalam memperbaiki diri menjadi individu yang lebih baik dari hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Belajar dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.6 Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.7

Belajar teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respon. Inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang datang dirinya. Teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Belajar menurut teori ini lebih mementingkan proses dari pada hasil. Teori konstruktivisme mengartikan belajar adalah upaya membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami peserta didik, sehingga belajar merupakan proses untuk memberi pengalaman nyata bagi siswa.8

6 Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal, 68.

7 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang memengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013)

8 Aqib, Zainal, Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif), (Bandung:

(23)

Definisi belajar ada dua yaitu: (1) Suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari intruksi.

Prinsip belajar dalam pembelajaran merupakan kesiapan belajar, perhatian, motivasi, keaktifan siswa, mengalami sendiri, pengulangan, materi pelajaran yang menantang, balikan dan penguatan, perbedaan individual. Beberapa prinsip yang dikembangkan yaitu kedekatan (contiguity) bahwa situasi stimulus dan respon harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan:

pengulangan (repetition) bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan potensi belajar, penguatan (reinforcement) bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat dengan perolehan hasil yang menyenangkan atau dapat meningkatkan motivasi belajar. Selain ketiga prinsip tersebut yang dipandang sebagai kondisi eksternal, juga ada prinsip sebagai kondisi internal, yaitu: informasi faktual (factual information), kemahiran intelektual (Intellectual skill), dan strategi (strategi).9

Beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa, belajar merupakan suatu proses usaha dalam perubahan tingkah laku, kepribadian, dan persepsi yang tampak dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemahaman, kecakapan, sikap, dan kebiasaan, sebagai hasil dari pengalaman sendiri, motivasi, instruksi, dan interaksi dengan lingkungan.

Yrama Widya, 2014)

9 Rifa’I, dkk, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Pusat Pengembangan MKU-MKDK Unnes, 2013), hal, 7

(24)

b. Pembelajaran

Pembelajaran adalah peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga peserta didik memperoleh kemudahan, pendidik harus mampu menarik perhatian peserta didik agar mencurahkan seluruh energinya sehingga melakukan aktivitas belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar sesuai yang diharapkan.10

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik.

Pendidik agar terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walau mempunyai konotasi yang berbeda.

Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan model utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama karena adanya usaha.

10 Ibid, hal, 157

(25)

2. Kajian tentang Pembelajaran Tematik a. Definisi Pembelajaran Tematik

(Gorys Keraf, 2015:107) Kata “Tema” berasal dari kata Yunani, tithenai, yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”, kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti kata Tema berarti “Sesuatu yang telah diuraikan” atau “Sesuatu yang telah ditempatkan”. Penggunaan tema dimaksudkan alat atau wadah agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah, utuh, dan jelas. Dalam pembelajaran tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan Bahasa anak didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna.

Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna. Keintegratifan pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi pembelajaran tematik integrative adalah pembelajaran integratif yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Tematik integrative sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan, dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh, sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.

11 Abdul Majid dkk. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014)

(26)

b. Prinsip Pembelajaran Tematik

Dijelaskan oleh Suyatno dan Asep Jihad, prinsip pendekatan pembelajaran tematik meliputi tiga hal, yaitu:

1. Bersifat Kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan, jadi pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu format keterkaiatan, pembahasan suatu topik dikaitkan dengan kondisi yang dihadapi siswa. Contohnya, ketika siswa menemukan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari, maka dia bisa memecahkannya berdasarkan topik yang dibahas secara tematik di sekolah.

2. Bentuk proses dan kegiatan belajar harus dirancang sedemikian rupa agar siswa bekerja secara sungguh-sungguh untuk menemukan konsep dan pengalaman di balik tema pembelajaran, sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran tematik, siswa didorong untuk mampu menemukan berbagai pengalaman belajar yang benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.

3. Efisiensi, jadi pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain dari segi waktu, beban materi, metode, dan penggunaan sumber belajar yang autentik, sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara tepat. Hanya saja, bagi guru yang tidak memiliki kemampuan untuk mengelaborasi tema secara vertical dan horizontal, nilai efisiensi pembelajarannya tidak optimal.12

12 Suyatno dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global (Jakarta: Esensi, 2013), hlm.257

(27)

Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuk proses dan kegiatan belajar dalam pendekatan pembelajaran tematik, harus dirancang sedemikian rupa untuk mencapai kompetensi secara tepat sehingga pembelajaran mampu menemukan berbagai pengalaman belajar yang benar-benar sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.

c. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Adapun karakteristik pembelajaran tematik terpadu di SD/ MI meliputi:

1. Pembelajaran tematik Berpusat pada siswa (student centered) 2. Memberikan pengalaman langsung. Pembelajaran tematik dapat

memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experience).

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.

5. Bersifat fleksibel

6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

7. Mengembangkan keterampilan berfikir (Metakognisi) Siswa.

3. Mata Pelajaran IPS a. Pengertian IPS

Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS.

Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis.

Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, disitribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan

(28)

sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).13

Menurut Supardi (2015:182) Pengertian Social Studies (IPS)

“Social Studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies, provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as antrophology, economics, geography, and sociology the humanities”14. Bahwa mata pelajaran IPS merupakan pembelajaran terintegrasi atau terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sehingga dapat menggembangkan warga negara yang baik. IPS di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang memadukan secara sistematis disiplin ilmu antropologi, ekonomi, geografi, sosiologi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPS adalah interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang saling berkaitan mampu menggembangkan kemampuan dapat memecahkan persoalan di lingkungannya.

b. Ruang Lingkup IPS

Pembelajaran IPS ditingkat Sekolah Dasar, dipecahkan menjadi berbagai mata pelajaran seperti: Sosiologi, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi.

1) Sosiologi, memberikan wawasan mengenai hubungan manusia dengan kelompok (interaksi sosial, kelompok sosial, gejala-

13 Supriatna Nana, Bahan Belajar Mandiri Pendidikan IPS di SD,2013.(Jakarta: unj) h 9.

14 Supardi, dkk. Pembelajaran IPS Sekolah Dasar,(Jakarta: Erlangga 2015), h 182

(29)

gejala sosial, struktur sosial, proses sosial, dan perubahan sosial) 2) Geografi, memberikan wawasan berkenaan dengan wilayah-

wilayah antara faktor manusia dan alam (lingkungan, tata ruang, kelompok)

3) Sejarah, memberikan wawasan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai priode (sejarah kebudayaan, sosial, keluarga, ekonomi, dan politik)

4) Ekonomi, memberikan wawasan pemenuhan kebutuhan manusia dan kelangkaan (Produksi, konsumsi, pasar, uang, bank, koperasi, kewirausahaan, dan perseroaan terbatas).15

Berdasarkan kesimpulan dari ruang lingkup pembelajaran IPS, secara keseluruhan ilmu yang mempelajari dan mengkaji ilmu sosial yang berhubungan dengan masyarakat, baik itu dari gejala, masalah, peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat.

c. Tujuan Pembelajaran IPS

Social studies atau IPS adalah program pembelajaran yang bertujuan untuk membantu dan melatih peserta didik, agar mampu memiliki kemampuan untuk mengenal dan menganalisis suatu persoalan dari berbagai sudut pandang secara logis dan kritis.

Sebagai contoh guru membahas tentang Candi Borobudur, dari sudut pandang geografi guru akan membicarakan tentang letak dan keadaan geografisnya, dilihat dari sudut pandang sejarah guru akan menjelaskan latar belakang didirikannya, tujuan, waktu, dan tokoh pemrakarsanya, dari sudut pandang ekonomi guru menjelaskan dari nilai ekonomis sebagai pusat wisata terbesar di Jawa, dan kalua dilihat dari sudut pandang sosiologi, guru akan membicarakan sosial-budaya

15 Ahmad Sutanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), h. 6-8.

(30)

dan keterletakan masyarakat dengan nilai-nilai spiritual. Semuannya di bahas secara komprehensif.16

Berdasarkan falsafah, maka dirumuskan Pendidikan nasional, mengenai tujuan IPS yaitu:

Membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila membentuk manusia yang sehat Jasmani dan rohaninya, meliputi Pengetahuan dan Keterampilan dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dan dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh rasa tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertasi budi pekerti luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesame manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.17

Kaitan dari tujuan IPS yang telah dijabarkan di atas, membuktikan pencapaian dari tujuan itu, bahwa harus sesuai dengan kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan, baik itu tantangan kehidupan yang dihadapi, maupun yang akan datang.

4. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran a. Pengertian Penilaian autentik

Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Dalam kehidupan akademik keseharian, frasa asesmen autentik dan penilaian autentik sering dipertukarkan. Akan tetapi, frasa pengukuran atau pengujian autentik, tidak lazim digunakan.18

16 Dadang Supardan, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Perspektif filosofi dan kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 17

17 Rudy Gunawan, Pendidikan IPS Filosofis, Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.18

18 Widiyanto Joko, Buku Evaluasi Pembelajaran (sesuai dengan kurikulum 2013) konsep, prinsip

& prosedur, (Universitas PGMI Madiun, 2015). h 56.

(31)

Pada penilaian autentik, siswa diminta untuk menerapkan konsep atau teori dalam keadaan sebenarnya sesuai dengan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa. Oleh karena itu guru harus memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang disesuaikan dengan perkembangan karakteristik siswa sesuai dengan jenjangnya, lebih banyak porsinya pada soft skill (misalnya kemampuan yang perlu dilatih dan diukur, antara lain: mengamati, motivasi berprestasi, kemauan kerja keras, disiplin, berkomunikasi, tata krama, dll) daripada penilaian hard skill (pengukuran penguasaan pengetahuan dan keterampilan).

Penilaian autentik atau penilaian kerja menurut Jon Mueller suatu bentuk penilaian dimana peserta didik diminta melakukan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan penerapan pengetahuan dan keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk melakukan tugas yang berhubungan dengan dunia nyata atau autentik tugas atau konteks. 19 Dalam buku Teories In Educational Psychology menyatakan bahwa authentic assessment can be as creative as the jobs and tasks that people perform in the world, for they are a direct reflection of the real world20 (Penilaian autentik bisa sama kreatifnya dengan pekerjaan dan tugas yang dilakukan orang di dunia, karena ini adalah cerminan langsung dari dunia nyata). Sedangkan menurut Judith TM Gulikers, penilaian yang diperlukan peserta didik untuk mendemonstrasikan kompetensi (jenis) yang sama, atau kombinasi pengetahuan, keterampilan dan sikap, yang perlu mereka terapkan

19 Jon Mueller, “Authentic Assessment Toolbox: What is it”, 2016, (http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/whatisit.htm, diakses pada tanggal 10 april 2018).

20 Alyssa R. Gonzalez, Dehass, and Patricia P.Willens, Teories In Educational Psychology, (New York: Rowman & Littlefield Publisher, 2016), p.85

(32)

dalam situasi kriteria dalam kehidupan professional. Levelnya keaslian suatu penilaian dengan demikian ditentukan oleh derajat kemiripannya dengan kriteria situasi.21

Penialaian autentik pertama kali dikemukaakan oleh Wiggins pada tahun 1990 sebagai bentuk ketidak puasannya terhadap tes hasil belajar yang hanya mengukur dalam ranah pengetahuan saja berupa tes model pilihan ganda atau essai yang biasa dilakukan disekolah, tes tulis seperti itu tidak menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya dari proses dan hasil belajar peserta didik.22

Dapat disimpulkan dari beberapa ahli pendapat mengenai penilaian autentik bisa disebut dengan penilaian secara realita atau sesungguhnya, karena proses pengumpulan data dari penilaiaannya tidak hanya dari hasil belajar saja, melainkan dari awal kegiatan pembelajaran, proses pembelajarannya, sampai akhir pembelajaran.

Penilaian autentik sendiri merupakan penilaian yang mencakup ranah penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan.

b. Tujuan Penilaian Autentik

Dalam penilaian autentik kurikulum 2013, proses pembelajaran yang harus sejalan dengan tujuan pembelajaran untuk mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai Teknik. Karena penilaian yang sempurna dapat mengambarakan proses dan hasil yang sesungguhnya, dan penilaian dilakukan sepanjang kegiatan pengajaran untuk memotivasi dan menggembangkan kegiatan belajar peserta didik.

21 Judith TM Gulikers, dkk, “Perceptions of authentic assessment five dimensions of authenticity”, 2004, h. 5, (https://www.on.nl/Docs/Expetise/OTEC/Publicaties/Judithgulikers/paper SIG 2004 Bergen.pdf , diakses pada tanggal 22 april 2018)

22 Yanti Herlianti, Pembelajaran Tematik (Menggunakan Pendekatan Saintifik dan Penilaian otentik untuk mendukung Implementasi Kurikulum 2013),(Bandung: Rosdakarya) h. 125

(33)

Adapun tujuan penilaian autentik, untuk mencapai tingkat kompetensi yang ditentukan baik itu selama mengikuti pembelajaran maupun setelah proses pembelajaran, untuk memnatau kemajuan peserta didik sekaligus dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik secara tepat, hasil pemantauan dipakai untuk umpan balik kepada siswa, dan untuk memperbaiki metode, pendekatan, dan sumber belajar bagi peserta didik.23 Dilihat dari tujuan bagi misi sekolah adalah untuk mengembangkan warga negara yang produktif, peserta didik harus mampu melakukan tugas yang berarti di dunia nyata, agar mahir untuk menghadapi kehidupan nyata.

c. Pelaksanaan Penilaian Autentik

Pelaksanaan penilaian autentik dalam kegiatan proses pembelajaran dimulai dengan menelaah dan diakhiri dengan tes tertulis atau nontes. Menelaah dilakukan dengan Teknik tanya jawab untuk mengeksplorasi pemahaman, dan pengalaman belajar sesuai tingkat kemampuan peserta didik 24 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian autentik adalah sebagai berikut:

a) Penentuan standar, penilaian standar disini untuk pembelajaran dapat tercapai dengan baik, standar dalam pernyataan tentang apa yang akan dinilai atau akan dicapai oleh peserta didik

b) Penentuan tugas-tugas, bagian keterlibatan dalam penilaian autentik, karena melalui tugaslah kinerja peserta didik dinilai, sehingga tugas menjadi bagian yang penting

23 Abdul Majid, Penilaian Autentik proses dan hasil belajar. (PT. Remaja Rosdakarya:2014),h.42

24 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta:Alfabeta, 2015) ,h.55

(34)

c) Pembuatan rubrik, merupakan seperangkat kriteria untuk memberikan nilai tugas kinerja yang dilakukan peserta didik.

Rubrik juga menjadi penilaian yang obyektif, lebih jelasnya rubrik dibuat dalam bentuk skala nilai (scoring scales).

Pada pelaksanaan penilaian autentik ini guru dapat memberikan tugas seperti: menulis, menggambar, melakukan sesuatu, memperagakan, presentasi atau diskusi. Dalam hal cakupan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.25

Dapat disimpulkan pelaksanaan penilaian autentik suatu penentu dalam mengekspolarasi pemahaman peserta didik dan pengalaman belajar sesuai dengan tingkat kemampuan.

d. Ruang lingkup Penilaian Autentik

Penilaian hasil belajar peserta didik menggunakan penilaian autentik, yaitu mencakup kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan (cognitive), dan kompetensi keterampilan (Psikomotorik) yang dilakukan dengan berkesinambungan sehingga bisa digunakan untuk menentukan arah peserta didik terhadap standar yang telah ditentukan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran, kompetensi muatan, kompetensi program, dan proses.

Ranah sikap (Afektif) berhubungan dengan minat dan sikap yang berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Ranah pengetahuan (Kognitif) suatu konsep ilmu pengetahuan yang harus dikuasi peserta didik melalui proses belajar mengajar. Kompetensi pengetahuan memiliki beberapa tingkatan diantaranya; ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau

25 Yanti, op.cit., h. 157-158

(35)

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah keterampilan (Psikomotorik) penilaian untuk mengukur tingkatan pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. 26 Berdasarkan ruang lingkup tersebut, membuktikan bahwa penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan perlu dilakukan dalam kurikulum 2013, dengan cara pengaplikasian secara berkesinambungan antar ranah.

e. Prosedur Penilaian Autentik

1. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:

a. Mengamati perilaku peserta didik selama pembelajaran.

b. Mencatat peserta didik dengan menggunakan lembar observasi

c. Menindaklanjuti hasil pengamatan.

d. Mendeskripsikan perilaku peserta didik.

2. Penilaian aspek pengetahauan dilakukan melalui tahapan:

a. Menyusun perencanaan penilaian.

b. Mengembangkan instrumen penilaian.

c. Melaksanakan penilaian.

d. Memanfaatkan hasil penilaian.

e. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

3. Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:

a. Menyusun perencanaan penilaian.

b. Mengembangkan instrumen penilaian.

c. Melaksanakan penilaian.

26 Andi Prastowo, Menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu, (Jakarta:Prenamedia Group, 2015),h.370

(36)

d. Memanfaatkan hasil penilaian.

e. Melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.

4. Prosedur penilaian proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan dengan urutan:

a. Menetapkan tujuan penilaian dengan mengacu pada RPP yang telah disusun.

b. Menyusun kisi-kisi penilaian.

c. Membuat instrumen penilaian berikut pedoman penilaian.

d. Melakukan analisis kualitas instrumen.

e. Melakukan penilaian.

f. Mengolah, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil penilaian.

g. Melaporkan hasil penilaian

Berdasarkan kesimpulan dari penjelasan mengenai prosedur penilaian autentik dapat dilihat sesuai dengan aspek kompetensi yang hendak dicapai. Adapun kegiatan selama pembelajaran yang dilakukan dimulai dari mengamati peserta didik selama pembelajaran, menyampaikan materi dan memberikan pemahaman atau pengukuran konsep dari pengetahuan, dan terakhir menganalisis dengan melakukan instrument penilaian.

f. Jenis-jenis Penilaian Autentik

Jenis penilaian autentik dari segi alatnya terdiri dari tes (test) dan bukan tes (nontest). Sistem penilaian tes (test) kurang menggambarkan kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, karena hasil belajar peserta didik digambarkannya dalam bentuk angka-angka atau huruf yang maknanya sangat abstrak. Sedangkan Teknik penilaian bukan tes (nontest) memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar bagi peserta

(37)

didik secara menyeluruh. Melalui penilaian tersebut kemajuan peserta didik dapat diketahui oleh guru, orang tua, dan oleh peserta didik sendiri.

Oleh karena itu, untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar peserta didik secara menyeluruh, perlu di adakannya antara penilaian dalam bentuk tes (test) dan bukan test (nontest) dengan secara seimbang.27

Adapun jenis instrumen penilaian tes (test) seperti, pilihan ganda, jawaban singkat, jawaban terbuka, esai, dan laporan/ makalah. Sedangkan instrument penilaian bukan tes (nontest) seperti, Penilaian kerja, Penilaian portfolio, penilaian proyek, dan penilaian produk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di Gambar 2.1

Gambar 2.1 Jenis Penilian Autentik

Test Non-test

27 Trianto Ibnu Badar, Desaian Pengembangan Pembelajaran Tematik, (Jakarta:Prenada Media, 2011), cet., 1, h. 260-262

Pilihan Ganda

Jawab singkat

Jawab terbuka

Esai

Laporan/makalah

Perangkat Penilaian Autentik

Kinerja

Portofolio

Proyek

Produk

(38)

Dapat disimpulkan hasil penilaian dengan cara ini dapat digunakan untuk umpan balik bagi peserta didik, dengan memantau kemajuan belajar peserta didik, memperbaiki program pembelajaran, dan mencapai kompetensi yang diharapkan.

g. Teknik dan Instrumen Penilaian Autentik

Teknik dan Instrumen yang digunakan di dalam penilaian autentik kurikulum 2013, yaitu kompetensi penilaian sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan sebagai berikut:

1) Penilaian Kompetensi Sikap a. Pengertian kompetensi sikap

Ranah sikap (afektif) bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.

Sikap merupakan menentukan keberhasilan belajar, apabila peserta didik tidak memilii minat pada pembelajaran, maka akan mengalami kesulitan untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Oleh karena itu, di dalam dunia Pendidikan tenaga pengajar (guru) harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik, agar mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditentukan. Untuk itu pendidik harus merancang program pembelajaran yang memerhatikan kompetensi sikap (afektif).

Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua bagian yaitu, sikap spiritual dan sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap menjadi kompetensi inti, yakni kompetensi inti 1 (KI-1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI-2) untuk sikap sosial.

Meskipun kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial memiliki kompetensi dasar (KD), namun tidak dijabarkan

(39)

di dalam materi atau konsep yang harus disampaikan. Karena kompetensi sikap spiritual dan sosial harus muncul dari diri peserta didik di dalam kehidupan sehari-hari, sikap tersebut harus dibarengin dengan penilaian instrument lainnya.28

b. Teknik-teknik Penilaian Kompetensi Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa Teknik.

Teknik-teknik tersebut antara lain observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, dan jurnal. Teknik-teknik tersebut dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut.29

1) Observasi

Observasi merupakan Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

Observasi juga bisa dikatakan dengan pengamatan, karena Teknik tersebut sumber informasi yang berguna untuk menganalisis perkembangan belajar siswa. Misalnya, guru mata pelajaran geografi menugaskan peserta didik membuat peta, tampak seorang peserta didik lamban dalam membutanya, sedangkan peserta didik lainnya menyelesaikan dengan tepat waktu yang ditentukan guru atau cepat dalam pengerjaannya.

2) Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.

Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

28 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis, h.103-105

29 Hamzah B. Uno, Satria Koni, Assessment Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), cet.

3, h.30

(40)

Penilaian diri bermanfaat bagi peserta didik bahwa mereka dapat andil dalam penilaian terhadap dirinya sendiri, yang bisa menyebabkan termotivasi dalam kegiatan belajar mengajar, dan berusaha memperbaiki atas kekurangannya.

3) Penilaian Antar Peserta didik

Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

Penilaian ini akan menumbuhkan perasaan bahwa di dalam kelas peserta didik memiliki kehendak dalam pencapaian tujuan yang sama, karena peserta didik bisa belajar dari teman-teman sendiri bukan hanya dari guru.

4) Jurnal

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Berdasarkan pemaparan tingkatan pengetahuan (kognitif) di atas, dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tingkat rendah dan tingkat tinggi.

Tingkat rendah terdiri dari pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

Sedangkan tingkat tingginya terdiri dari analisis, sintesis, dan evaluasi

.

(41)

3. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

a. Pengertian Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Kompetensi pengetahuan (kognitif) adalah penilian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan, atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kompetensi pengetahuan (kognitif) konsep penguasaan keilmuan yang dimiliki siswa yang didapatkan dari prose belajar atau kegiatan belajar mengajar. Kompetensi pengetahuan ini merupakan menjadi tolak ukur kemampuan siswa dalam memahami materi dan kompetensi yang telah diajarkan.

b. Teknik-teknik Penilaian kompetensi Pengetahuan 1) Test tertulis

Tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

Penilaian tes tertulis terdapat dua tipe soal, soal objektif dan subjektif. Soal objektif siswa disajikan dengan cara pemilihan jawaban yang telah disediakan. Jenis soal objektif seperti, soal benar-salah, soal pilihan ganda, dan soal menjodohkan. Sedangkan soal subjektif soal memberikan jawaban dengan menuliskan jawabannya. Jenis soal seperti, jawaban singkat, melengkapi, dan soal uraian.30

30 Herman Yosep, dan Yustiana Wahyu Harumurti, Penilaian Belajar Siswa, (Jakarta: Bumi aksara, 2013) h.73

(42)

2) Test Lisan

Tes lisan diharapkan dapat membuat peserta didik timbulnya rasa keberaniaannya dalam penyampaiannya, tes lisan bisa digunakan menguji peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Misalnya ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan ujian tingkat kompetensi, dan ujian sekolah.31

3) Penugasan

Penugasan merupakan kegiatan penilaian terhadap sautu tugas yang berupa pekerjaan rumah atau proyek yang ditentukan batas waktu pengumpulannya, penugasan meliputi: Pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan pengkajian data yang harus diselesaikan peserta didik dengan cara individu dan kelompok.32

Berdasarakan penjelasan Teknik penilaian pengetahuan tersebut, bahwa Teknik dengan penilaian tes tertulis berbentuk butiran soal yang telah dibuat oleh guru, Teknik penilaian tes lisan dalam bentuk guru bertanya secara langsung terhadap peserta didik, sedangkan Teknik penilaian penugasan guru memberikan tugas kepada peserta didik dengan pengumpulannya telah ditentukan waktunya.

4. Penilaian Kompetensi Keterampilan a. Pengertian Kompetensi Keterampilan

Penilaian keterampilan (psikomotorik) merupakan “masalah dan pertanyaan yang menarik dan layak penting, di mana peserta didik harus menggunakan pengetahuan untuk menggelar pertunjukan secara efektif dan secara kreatif. Artinya kompetensi keterampilan ini

31 Kusaeri, Acuan & Teknik penilaian Proses & Hasil belajar dalam kurikulum 2013, (Yogyakarta:Ar-Ruzz, 2014),h.196

32 Ibid, h. 231

(43)

lanjutan dari kompetensi pengetahuan dan kompetensi sikap apabila peserta didik sudah mengikutinya. Karena kompetensi keterampilan hasil bentuk ketercapaiannya kompetensi pengetahuan (kognitif) dan kompetensi sikap (afektif) dengan menunjukkan tingkat keahliaan dalam suatu tugas sekumpulan tugas tertentu.33

b. Teknik-teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan 1) Penilaian unjuk kerja/kinerja

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang pendidik dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu tugas. Oleh karena itu, penilaian ini lebih diarahkan pada ketercapaian kompetensi dalam melakukan suatu tugas. Penilaian unjuk kerja/kinerja dapat digunakan dalam semua mata pelajaran khususnya mata pelajaran, seperti: sosiologi, ekonomi, geografi, sejarah.34

2) Penilaian Proyek

Proyek adalah tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

3) Penilaian Portfolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian harus memenuhi

33 Kunandar, op.cit., h. 225

34 A Muri Yusuf, assessmen dan evaluasi Pendidikan: Pilar penyedia informasi dan kegiatan pengendalian mutu Pendidikan, (Jakarta:Prenamedia Group, 2015), cet. I, h. 296

(44)

persyaratan: pertama, substansi yang mempresentasikan kompetensi yang dinilai, Kedua, konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrument yang digunakan, dan ketiga, penggunaan Bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Berdasarkan penilaian kompetensi keterampilan yang telah diuraikan, bahwa Teknik penilaian portfolio hasil peserta didik yang menyajikan informasi bagi pendidik untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan perbaikan pembelajaran (umpan balik) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

h. Ciri-Ciri Penilaian autentik

Berikut adalah ciri-ciri penilaian autentik:35

1. Mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

2. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

3. Menggunakan berbagai cara dan sumber.

4. Tes hanya salah satu alat pengumpulan data penilaian.

5. Tugas-tugas yang diberikan mencerminkan bagian kehidupan nyata Setiap hari.

6. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian, bukan keluasannya (kuantitas).

Dapat disimpulkan kegiatan pelaksanaan autentik dilakukan dengan mengukur semua aspek pembelajaran selama proses berlangsung, untuk mencerminkan kegiatan belajar secara nyata setiap hari.

35 Yubali, Penilaian Autentik Pada Kurikulum 2013, (Universitas Negri Jakarta, 2017). h 745.

(45)

i. Karakteristik Penilaian Autentik

Sedangkan karakteristik penilaian autentik, adalah sebagai berikut:

1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian kompetensi terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun pencapaian terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti dalam satu semester (sumatif). Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.

2. menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill) dan kinerja (performance), bukan kompetensi yang sifatnya hafalan dan ingatan.

3. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi terhadap pencapaian kompetensi siswa.

4. Dapat digunakan sebagai feedback, dapat digunakan sebagai umpan balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara komprehensif.

Dapat disimpulkan karakteristik penilaian autentik dengan mengaitkan pembelajaran secara berkesinambungan dan terintegrasi menjadi satu kesatuan yang utuh. Kegiatan tersebut menekankan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan melihat kinerja (performance) tugas yang di lakukan sesuai dengan kriteria pada kompetensi dasar.

Gambar

Gambar 2.1 Jenis Penilaian Autentik .....................................................
Gambar 2.1  Jenis Penilian Autentik
Gambar 2.2 diagram kerangka berfikir pelaksanaan penilaian autentik dalam  pembelajaran termatik tema 1 pada mata pelajaran IPS kelas IV
Gambar 3.1  Lokasi Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Custom Queuing (CQ) Traffic Destined for Interface Q Length Deferred by Queue Limit. Up to 16 3/10 1/10 Weighted Round Robin Scheduling (byte count) Classify Interface Hardware

Creambath digunakan untuk perawatan rambut secara basah, kosmetik yang digunakan dapat menutrisi kulit kepala dan rambut. Tujuan penelitian 1) untuk mengetahui pengaruh

Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tugas mengarang II. Adapun data hasil

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik meneliti Hubungan Rasio Neutrofil-Limfosit dengan Skor Sequential Organ Failure Assesment (SOFA) pada pasien

Latihan leg press secara signifikan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada latihan sitting calf terhadap peningkatan strength dan power otot tungkai (dengan selisih

Penyusunan Kamus Bahasa Kutai - Bahasa Indonesia ini se­ bagian besar sudah dilengkapi dengan contoh kalimat, ungkapan atau peribahasa, meskipun beberapa contoh belum dapat dikata­

Penyelundupan manusia adalah perbuatan yang bertujuan mencari keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk diri sendiri atau untuk orang lain yang