133
DESAIN STRUKTUR BAJA BANGUNAN PERKANTORAN DENGAN METODE LRFD
STRUCTURE DESIGN OF OFFICE BUILDING WITH LRFD METHOD
Aqila Sindriatama Adhiono*1, Sugeng Wijanto, Ade Okvianti Irlan.
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jakarta
*e-mail: sindriatama@yahoo.com
ABSTRAK
Pembangunan gedung bertingkat merupakan solusi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan ketersediaan lahan. Pembangunan gedung perkantoran bertingkat akan dapat meningkatkan kapasitas kebutuhan ruang akhir-akhir ini. Tugas Akhir ini akan membahas bagaimana cara mendesain bangunan perkantoran menggunakan struktur baja. Tujuan dari perancangan struktur ini adalah dapat menghasilkan struktur baja pada bangunan perkantoran yang tahan terhadap gempa. Perancangan ini mengacu pada draft “Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung” (RSNI3 1726:201X) dan
“Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung” (SNI 1729:2015) serta menggunakan metode LRFD. Bangunan terdiri dari 6 lantai berdiri diatas tanah lunak di Jakarta.
Sistem penahan gempa untuk bangunan perkantoran ini adalah Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Kata kunci : LRFD, RSNI3 1726:201X, SRPMK, Struktur Baja.
ABSTRACT
High rise building construction is an alternative solution that can be done to the problem of limited land availability. The construction of high-rise office buildings will be able to increase the capacity of space requirements lately. This Final Project will discuss how to design office buildings using steel structures. The purpose of this structural design is to produce steel structures in office buildings that are earthquake resistant. This design refers to the draft "Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung" (RSNI3 1726: 201X) and "Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung" (SNI 1729:
2015) and using the LRFD method. The building consists of 6 floors standing on soft ground in Jakarta. The earthquake retaining system for office buildings is the Special Moment Resisting Frame System (SRPMK).
Keywords: LRFD, RSNI3 1726:201X, SRPMK, Steel Structure.
A. PENDAHULUAN
A1. LATAR BELAKANG
Solusi alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi keterbatasan lahan di Kota Jakarta adalah pembangunan gedung bertingkat. Dalam mewujudkan penyediaan suatu gedung perkantoran, dilakukan terlebih dahulu perencanaan struktur bangunan oleh seorang perencana. Didalam perencanaannya, seorang perencana harus professional, selain
bertanggung jawab juga dituntut agar dapat membuat perencanaan struktur bangunan tingkat tinggi yang tahan terhadap gempa. Salah satu tahapan penting dalam perencanaan suatu struktur bangunan adalah pemilihan jenis material yang akan digunakan (Setiawan, 2013). Material baja dipilih karena sangat baik digunakan sebagai bahan utama suatu struktur bangunan karena baja secara alami memiliki kekuatan tinggi, relatif kaku, dan daktail
134 dibandingkan dengan material lainnya. Selain
itu material baja dapat menghasilkan bangunan yang relatif ringan karena baja memiliki berat sendiri struktur yang lebih ringan dibandingkan dengan struktur beton bertulang.
A2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana merancang struktur baja gedung perkantoran yang tahan gempa di daerah Jakarta.
2. Bagaimana menggambar detail sambungan struktur baja hasil perencanaan ke dalam Construction Drawing.
A3. TUJUAN PERANCANGAN
Tujuan dilakukannya perancangan struktur baja pada bangunan perkantoran 6 lantai di Jakarta ini adalah: (a) dapat merancang struktur baja pada bangunan perkantoran yang mengacu pada RSNI3 1726:201X dan SNI 1729:2015.
(b) dapat menggambar detail sambungan struktur baja hasil perancangan ke dalam Construction Drawing.
A4. MANFAAT PERANCANGAN
Perancangan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih detail mengenai tahapan perancangan bangunan struktur baja tahan gempa yang mengacu pada peraturan RSNI3 1726:201X tentang Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung, SNI 1727:2013 tentang Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain, dan SNI 1729:2015 tentang Spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural dengan menggunakan software ETABS.
B. METODOLOGI PERANCANGAN
Gambar 1. Diagram alir perancangan B.1 Data Dan Variabel
Gambar 2. Denah dan potongan bangunan Bangunan ini direncanakan: (1) memiliki fungsi sebagai perkantoran dengan kategori resiko II dan faktor keutamaan gempa (Ie:1,0).
(2) Lokasi di Kota Jakarta. (3) Jumlah Lantai : 6 lantai. (4) Panjang = 30 m. (5) Lebar = 30 m.
(6) Jenis
atap : Dak beton. (7) Kelas situs : Tanah lunak
135 (SE). (8) Material properties : Mutu Baja
(BJ37, Fy = 240 MPa) dan Mutu Beton (f’c = 30 MPa). (9) Berdasarkan perhitungan preliminary design didapat: Pelat Steel Deck 1,0 BMT; Tebal pelat lantai 140 mm, Balok induk (IWF 600x300x20x12), Balok anak (IWF 400x200x13x8), Kolom (King Cross KC588x300x20x12).
B.1 Analisis Gaya Gempa Penentuan Perioda Bangunan Ct = 0,0724; x = 0,8; Cu = 1,4
Ta = Ct.hnx = 0,920 detik → Batas Bawah T = Cu.Ta = 1,288 detik → Batas Atas TETABS = 1,412 detik (TETABS > Cu.Ta) Periode yang digunakan : T = 1,288 detik Penentuan Koefisien Respons Seismik Cs = SDS
(IeR) = SDS
(IeR) = 0,644
(1,08) = 0,081 Cs max = SD1
T(IeR) = 0,560
1,288 (8
1,0) = 0,054
Cs min = 0,044SDSIe ≥ 0,01→ 0,028 ≥ 0,01 Cs min < Cs > Cs max → dipakai Cs = 0,054 Berat Seismik Efektif
W= 3.694.695,99 kg = 36.244,968 kN Gaya Geser Dasar (Base Shear) V = Cs W = 1.969,292 kN (VBASE STATIK)
Pembebanan Gempa Dinamik Respons Spektra
Gambar 3. Diagram Spektrum Respons Desain
V BASE DINAMIKSPEC X : 1.504,671 kN V BASE DINAMIKSPEC Y : 1.693,304 kN
VBASE DINAMIK < 100% VBASE STATIK, sehingga beban gempa harus dikalikan dengan:
Faktor skala arah X = 1.969,2921.504,671 ≈ 1,309
Faktor skala arah Y = 1.969,2921.693,010 ≈ 1,163 Kontrol Desain (simpangan antar lantai)
Simpangan antar lantai dibatasi 0,020hsx.
Gambar 4. Grafik perbandingan simpangan antar lantai
C. ANALISIS PERHITUNGAN
C.1 Perencanaan Balok Induk Komposit Perencanaan Kuat Lentur
- Cek penampang:
λ = ht2
w = 492
12 = 41
λp = 3,76√FyE = 3,76√200.000240 = 108,542 ( λ ≤ λp) → Momen Plastis
- Menentukan lebar efektif (be), diambil nilai terkecil dari:
1
8 x 10.000 + 1
8 x 10.000 = 2.500 mm → use
1
2 x 7.500 + 1
2 x 7.500 = 7.500 mm - Menentukan kadar aksi komposit:
C = 0,85 f’c A= 5.673.750 N T = Fy As = 4.620.000 N → use - Menentukan letak PNA : 𝑎 = 0,85 f 'c
c be = 28,988 mm < tc = 89 mm Sumbu netral plastis terletak pada pelat beton.
- Menghitung jarak dari PNA ke serat paling atas sayap,Y1
Y1 = Yc = tc = 89 mm Y2 = Yc – 1
2𝑎 = 89 – 12 (28,988)= 74,506 mm Mn = Mp = FyAs (Y2 + 1
2 d) = 1.702,498 kNm ϕMn ≥ Mu ETABS
1.532,248 kNm ≥ 433,731 kNm OK
Menentukan Jumlah, Spasi Shear Connector - Menghitung kuat 1 buah shear connector Diameter shear connector = ds = 19 mm Asa = 1
4 πds2=1
4 π 192 = 283,529 mm2
136 Fu = 550 MPa
Ec = 4.700√f'c = 4.700 √30 = 25.742,960 MPa Rg = 1 dan Rp = 0,6
Qn= 0,5 x Asa x √f'c x Ec ≤ Rg x Rp x Asa x Fu Qn=124.582,591 N > 93.564,57 N
→ Qn yang digunakan adalah 93.564,57 N n = Qnc =0,4 x 4.620.000
93.564,57 = 19,75 ≈ 21 buah Jarak shear connector
Maximum 8tp=1.120 mm Minimum (6 ds=114mm) s = 10.000
21 = 476,190 mm → dipakai s = 450 mm - Menghitung Inersia transformasi
Ec = 4700√f'c = 4700 √30 = 25.742,960 MPa n = EEs
c = 25.742,960 200.000 = 7,77
Ac = tc x be = 89 x 2.500 = 222.500 mm2 Ac transformasi = Anc = 222.500 7,77 = 28.635,779 mm2 Ic = 121 be tc3 = 146.868.541,7 mm4
Is = 181.000 cm4 = 1.810.000.000 mm4 Itransformasi = 3.703.286.156 mm4
Iactual = 0,75 x Itransformasi = 2.777.464.617 mm4 - Pemeriksaan Lendutan
qDL = 24 kN/m3 x 0,14 x 2,5 = 8,4 kN/m qLL = 2,5 kN/m2 x 2,5 = 6,25 kN/m Lendutan izin (∆) = 240L = 41,667 mm
∆ (DL+ LL) = 5 (q384 E IDL+ qLL) L4
actual = 3,434mm
∆Total = 3,434 mm < 41,667 mm OK
C.2 Perencanaan Balok Anak Komposit λ = 42,75; λp = 108,542( λ ≤ λp) Plastis be =1.875 mm → dipakai
C = 0,85 f’c A= 5.474.531,25 N T = Fy As = 2.018.880 N → dipakai 𝑎 =16,889 mm < tc = 114,5 mm
Sumbu netral plastis terletak pada pelat beton.
Y1 = Yc = tc = 89 mm Y2 = 74,506 mm
Mn = Mp = 617,888 kNm ϕMn≥ Mu ETABS 556,099 kNm ≥ 120,769 kNm OK Rg = 1 dan Rp = 0,75
Qn= 124.582,591 N > 116.955,713 N
→ Qn yang digunakan adalah 116.955,713 N
n = Qnc = 6,905 ≈ 7 buah
s = 7.5007 = 1.071,426 mm (s = 1.000 mm) Ac = 214.687,5 mm2
Ac transformasi = 27.630,309 mm2 Ic = 234.550.566,4 mm4 Is = 237.000.000 mm4
Itransformasi = 987.108.681,7 mm4
Iactual = 0,75 x Itransformasi = 740.331.511,3 mm4
∆ (DL) = 2,337 mm
∆ (ADL+ LL) = 3,130 mm
∆Total = 5,467 mm < 41,667 mm OK
C.3 Perencanaan Kolom Pemeriksaan Kelangsingan
- Mencari nilai batas kelangsingan (rmin): rmin = √IAmin = 181,6 mm
KL
rmin< 200 → 22,026 < 200 OK Pemeriksaan Kuat Tekan Nominal Kontrol penampang profil:
-Pelat sayap 𝜆 = 2tbf
f = 2 x 20300 = 7,5 λp = 0,56√FE
y = 0,56 √200.000240 = 16,166 ( λ ≤ λp) → penampang tidak langsing -Pelat badan
λ = ht2
w = 49212 = 41 λp = 1,49√FE
y = 1,49√200.000240 = 43,013 ( λ ≥ λp) → penampang tidak langsing o Pemeriksaan terhadap Tekuk Lentur:
KL
r ≤ 4,71√FyE → 22,026 ≤ 135,966 OK Fe = π
2E (KLr)2
= 4.068,726 MPa
Fcr = [0,658 FFye] Fy = 234,147 MPa
o Pemeriksaan terhadap Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi-Lentur
G = 77.200 MPa (modulus geser dari baja) J = ∑1
3biti3= 1.927.168 mm4 ho= 588 - (2 × tf
2 ) = 568 mm
137 Cw = Iyho
2
4 = 1,069 x 1014 mm6 Ix + Iy = 259.605 x104 mm4 Fe = [ π2 E Cw
(Kz L)2 + GJ] 1 Ix+Iy
Fe = 5.137,434 MPa
Fcr = [0,658FFye] Fy = 235,353 MPa
Kemudian dipilih nilai Fcr yang terkecil yaitu terhadap Tekuk Lentur
Fcr = 234,147 MPa
ϕPn = ϕc × Fcr ×Ag = 8.113,194 kN Pu ETABS = 5.098,207 kN dari ϕPn ≥ Pu
8.113,194 kN ≥ 5.098,207 kN OK Pemeriksaan Kekuatan Lentur Nominal Kontrol penampang terhadap tekuk lokal -Pelat sayap
λ = 2tbf
f = 2 x 20300 = 7,5 λp= 0,38√FE
y= 0,38 ×√200.000240 = 10,969 λ ≤ λp (penampang kompak)
-Pelat badan λ = ht2
w = 49212 = 41 λp = 3,76√FE
y = 3,76 x √200.000240 = 108,542 λ ≤ λp (penampang kompak)
Fy = 240 MPa
Zx = 4.320,4 ×103 mm3
Mn = Mp= FyZx =1.036,896 kNm ϕMn ≥ Mu
933,204 kNm ≥ 432,441 kNm OK Persamaan Interaksi Aksial Momen Ag= 38.500 mm2
Pc=ϕtPn =ϕtFyAg = 8.316 kN Pr = Pu dari ETABS = 5.098,207 kN Mcx= ϕbMn = ϕbFyZx = 933,206 kNm Mcy = ϕbMn= ϕbFyZy = 954,612 kNm Mrx dari ETABS = 267,176 kN Mry dari ETABS = 0,040 kN karena PPr
c > 0,2
Pr
Pc+ 8
9(MMrx
cx+Mry
Mcy) ≤ 1,0 → 0,867 ≤ 1,0 OK C.4 Perencanaan Pelat Komposit Pembebanan Pelat
qDL + qSIDL = 2,748 + 0,092 + 2 = 4,84 ≈ 5 kN/m qLL = 2,5 kN/m
qu = 1,2 (qDL + qSIDL) + 1,6 (qLL) = 10 kN/m Mu = 18 x qu x l2 = 18 x 10 x 2,52 = 7,813 kNm Perencanaan Kuat Lentur Penampang Komposit
Maka, K = KK3
1 = 1,551,4 = 0,903 ≤ 1,0 (OK) ρ = b dAs = 1000 x 114,5 1.143,75 = 0,0099
Ec = 4700√f'c = 4700 √30 = 25.742,960 MPa n = EEs
c = 200.000
25.742,960 = 7,77 ycc = d {√2ρn + (ρn)2 - ρn}
ycc = 36,958 mm ≤ hc = 89 mm OK ycs = d - ycc = 114,5 – 36,958 = 77,542 mm Isf = 526.562,50 mm4
Icr = 3 n b ycc3 + As ysc2 + Isf
Icr = 9.588.970,531 mm4 My = (h-yFy Icr
cc) = 550 x 9.588.970,531
(140 - 36,958) = 51,182 kNm ϕs Mno = ϕs K My = 39,285 kNm ≥ 7,813 kNm Pemeriksaan Terhadap Lendutan Masa Layan
ycc = 0,5 b hc
2+n As d+Wr dd (h - 0,5 dd)b
Cs
b hc +n As + Wr dd b Cs
= 61,434 mm ycs = d - ycc = 114,5 - 61,434 = 53,066 mm Iu = b hc
3
12 n+b hnc(ycc – 0,5hc) 2 +Isf+AsYcs2+Wn Cr b dd
s [d12d2+(h - ycc - 0,5 dd)2]
Iu = 22.213.102,98 mm4 = 22,213 mm4 Id = Icr + I2 u = 15.901.036,76 mm4 → Iactual
Lendutan izin (∆) = 240L = 2.500240 = 10,417 mm
∆ (SIDL + DL) = 5 (q384 E IDL+ SIDL)L4
actual = 0,799 mm
∆ (LL) = 384 E I5 (qLL) L4
actual = 0,399 mm
∆Total= 1,198 mm < 10,417 mm → OK
Fy tulangan ulir = 400 MPa
Asmin = 0,0018 x b x d = 206,1 mm2
Gunakan Diameter tulangan rencana = 10 mm As' 1 tulangan = 1 4⁄ πd2= 78.539 mm2
As min
As = 78.539 206,1 = 2,624 ≈ 4 buah tulangan (4D10, As = 314,156 mm2) → (As >Asmin OK) Jarak antar tulangan 1.000 mm 4 = 250 mm
138 Sehinga didapat (4D10-250 mm)
→ Konversi ke wiremesh
Mutu tulangan besi wiremesh, Fyw = 500 MPa Asreq wiremesh = As x FFy
yw = 251,325 mm2
→ Coba gunakan wiremash M9-150mm As = 1 4⁄ πd2= 1 4⁄ × π × 92= 63,617 mm2
As’ x 1.000150 = 424,113 mm2 > Asreq wiremesh OK
C.5 Perencanaan Sambungan
Sambungan Balok Induk dengan Balok Anak
Gambar 5. Potongan A-A sambungan balok induk dengan balok anak
Sambungan Balok Induk dengan Kolom
Gambar 6. Pototngan D-D sambungan balok induk dengan kolom
Sambungan Beam Splices
Gambar7. Detail sambungan beam splices Sambungan Column Splices
Gambar 5. Potongan C-C sambungan column splices
Sambungan Kolom dengan Base Plate
Gambar 8. Tampak atas sambungan kolom dengan base plate
D. KESIMPULAN
Setelah melakukan analisa perhitungan pada perancangan struktur baja yang mengacu pada SNI 1729:2015 pada gedung perkantoran 6 lantai yang terletak di Kota Jakarta maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a) Balok Induk menggunakan profil IWF 600x300x20x12 dengan shear connector Ø 19 mm sebanyak 21 buah.
b) Balok Anak menggunakan profil IWF 400x200x13x8 dengan shear connector Ø 19 mm sebanyak 7 buah.
c) Pelat Komposit tebal 140 mm menggunakan bondek Lysaght Smartdeck dengan tebal 1,0 BMT.
d) Kolom menggunakan profil KC 588x300x20x12.
e) Sambungan:
- Balok induk dengan balok anak menggunakan baut M20 mutu
139 A325MN dengan pelat penyambung
Equal Angle ∟100x100 tebal 10 mm.
- Balok dengan kolom menggunakan baut M24 mutu A325MN dengan pelat pengaku tebal 20 mm.
- Beam splice menggunakan baut M24 mutu A325MN dengan pelat penyambung tebal 20 mm untuk flange dan 12 mm untuk web.
- Column splice menggunakan baut M20 mutu A490MN dengan pelat penyambung tebal 20 mm untuk flange dan 12 mm untuk web.
- Kolom dengan Base Plate menggunakan tebal base plate 55 mm dan baut angkur Ø 22 mm.
DAFTAR PUSTAKA
Aghayere, Abi.&Vigil, Jason. (2009).
Structural Steel Design, A practiced Oriented Approach. New Jersey : Pearson International.
American National Standards Institute/Steel Deck Institute. (2017). Composite Steel Floor Deck.
Badan Standardisasi Nasional. (2013). SNI 1727:2013 Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. Jakarta: BSN.
Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 1729:2015 Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural. Jakarta: BSN.
Badan Standardisasi Nasional. RSNI3 1726:201X. Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
Jakarta: BSN.
Dewobroto, W. (2015). Struktur Baja Edisi ke- 2. Jakarta: Penerbit Jurusan Teknik Sipil UPH.
Lysahgt. (2016). Structural Steel Decking Design and Construction Guide For Building Professionals.
PT. Gunung Garuda. (2017). Catalogue Product Profil Konstruksi Baja.
Jakarta: PT. Gunung Garuda.
Setiawan, A. (2013). Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD-Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.