• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Intensity, Inventory Intensity Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Intensity, Inventory Intensity Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Hidayat & Fitria (2018) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Capital Intensity, Inventory Intensity Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak. Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan sektor industry barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil analisis membuktikan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak. Profitabilitas tidak berpengaruh

signifikan terhadap Agresivitas Pajak.

Dinar et al (2020) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak. Objek yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2018. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian membuktikan bahwa profitabilitas dan leverage berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

Pajar Sidik dan Suhono (2020) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak. Objek penelitian ini adalah perusahaan sub sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil analisis membuktikan profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap agresivitas pajak. Sedangkan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.

2.1 Penelitian Terdahulu

(2)

Herlinda & Rahmawati (2021) melakukan penelitian mengenai pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak.

Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI tahun 2016-2019. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil analisis membuktikan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Agresivitas Pajak. Leverage berpengaruh negatif terhadap Agresivitas Pajak.

Febriana Fitria (2018) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Capital Intensity, Inventory Intensity, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak. Objek yang digunakan adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil analisis membuktikan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak. Leverage berpengaruh terhadap Agresivitas Pajak.

Teori ini menyatakan adanya sebuah hubungan antara investor sebagai pihak yang berwenang (principal) dan manajer sebagai pihak yang menerima wewenang (agent). Hubungan yang terjadi antara principal dan agent disebut dengan hubungan agensi dimana salah satu pihak dalam hal ini pemilik perusahaan sebagai principal menyewa dan mendelegasikan wewenang kepada pihak lain yaitu manajer sebagai agent untuk melaksanakan suatu jasa. Manajer perusahaan sebagai agent akan melakukan tugas-tugas tertentu untuk principal, dan principal sebagai 2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

(3)

pemilik perusahaan atau pemegang saham mempunyai kewajiban untuk memberikan imbalan kepada agent.

Hubungan agensi yang terjadi antara principal dan agent terkadang kerap menimbulkan masalah. Masalah tersebut timbul masing-masing dari pihak baik principal maupun agent, berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya masing-

masing. Pemilik perusahaan selaku pemegang saham yang berperan sebagai principal tentu menginginkan pengembalian yang lebih besar dan cepat atas

investasi yang investasikan sedangkan manajer yang berperan sebagai agent menginginkan imbalan sebesar-besarnya atas kinerja yang mereka lakukan dalam menjalankan perusahaan baik berupa pemberian kompensasi atau insentif, kenaikan jabatan ataupun yang lainnya.

Teori agensi timbul karena adanya suatu kesepakatan atau perjanjian antara pemilik perusahaan dengan manajer dalam menjalankan perusahaan, dimana manajer memiliki kewajiban melaporkan informasi perkembangan perusahaan kepada investor (principal). Namun terkadang manajer tidak melaporkan secara keseluruhan keadaan perusahaan agar manajer mendapatkan keuntungan serta menutupi kelemahan kinerjanya. Hal ini dapat menimbulkan situasi moral hazard, yaitu perilaku tidak jujur dengan tujuan meraih kepentingan sendiri dan merugikan pihak lain dengan berdasarkan informasi yang lebih banyak dimiliki oleh agent.

Karena terjadinya suatu asimetri informasi yang dimiliki kedua belah pihak, agent jadi lebih banyak memiliki informasi, sehingga manajer sebagai agent melakukan tindakan oppotunistik (opportunistic behavior) yaitu tindakan yang mementingkan kepentingan diri sendiri (Rahmawati (2015) dalam Saifudin dan Yunanda (2016)).

(4)

Perbedaan kepentingan antara pihak pemungut pajak dan perusahaan menyebabkan ketidakpatuhan wajib pajak yaitu manajemen perusahaan sehingga akan melakukan upaya agresivitas pajak (Dewinta & Setiawan, 2016). Dalam agency theory, dapat diasumsikan semua individu akan bertindak dan berbuat untuk mencapai kesejahteraan diri masing-masing. Manajer selaku agent akan melakukan tindakan opportunistik untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Tindakan opportunistik dilakukan manajer dengan cara memaksimalkan laba perusahaan sehingga menerima akan menerima imbalan yang besar atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaannya. Dengan adanya tindakan tersebut maka manajer dapat mengarah pada tindakan agresivitas pajak.

Profitabilitas adalah gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan suatu laba dari pengelolaan aktiva yaitu Return on Assets (ROA) yang diperkirakan dapat mempengaruhi agresivitas pajak. Return on Assets adalah rasio yang menggambarkan performa keuangan perusahaan dalam menghasilkan dan memanfaatkan laba perusahaan. ROA berkaitan dengan laba bersih dan pengenaan pajak penghasilan perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin tinggi nilai laba bersih perusahaan dan semakin tingi profitabilitas perusahaan tersebut. Meningkatnya profitabilitas suatu perusahaan ditandai dengan perubahan profit margin on sales.

Return on Asset menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aset.

Tingkat Return on Asset yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan 2.2.2 Profitabilitas

(5)

keseluruhan assetnya untuk menghasilkan laba yang tinggi bagi perusahaan.

Dengan tingginya tingkat Return on Asset maka laba bersih yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat laba bersih yang dihasilkan suatu perusahaan, maka beban pajak yang dikenakan pada perusahaan akan semakin tinggi. Hal ini memicu perusahaan untuk berorientasi terhadap laba sehingga perusahaan berupaya untuk menekan beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan pajak agresif (Budianti et al., 2018)

Return on Asset merupakan pendekatan yang digunakan untuk mencerminkan profitabilitas suatu perusahaan. Dengan pendekatan return on asset ini dapat menunjukkan bahwa besarnya suatu laba yang dihasilkan perusahaan dengan memanfaatkan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Selain itu, return on asset juga memperhitungkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi rasio return on asset perusaaan maka semakin tinggi laba bersih dan profitabilitas yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Kurniasih & Ratna Sari, 2013).

Return on Asset (ROA) digunakan pihak manajemen sebagai

perhitungan rasio yang mengevaluasi unit bisnis dalam perusahaan multinasional (Lulu, 2021). Nilai suatu return on asset yang tinggi maka akan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan lebih baik dalam tingkat pengembalian seluruh aktiva yang telah perusahaan berikan.

2.2.3 Leverage

(6)

Leverage merupakan salah satu rasio solvabilitas, dimana leverage ini

menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka panjangnya. Leverage digunakan untuk mengetahui struktur perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan tingkat resikonya. Apabila tingkat leverage suatu perusahaan tinggi, maka perusahaan tentunya harus mempertimbangkan tingkat kelipatan bunga yang ditetapkan perusahaan. Leverage ini membandingkan total utang terhadap total ekuitas (Subramanyam, 2017).

Leverage adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan tingkat utang

yang ditanggung oleh perusahaan dalam mendanai aktivitas operasional perusahaannya (Darmawan dan Sukartha, 2014). Meningkatnya utang dapat mempengaruhi beban bunga yang ditanggung suatu perusahaan. Apabila beban bunga yang ditanggung semakin meningkat, maka dapat mengurangi laba sebelum pajak, sehingga pajak yang dibayarkan oleh perusahaan akan semakin berkurang.

Leverage dapat menunjukkan seberapa besar dan seberapa jauh perusahaan dalam

menggunakan tingkat utang untuk membiayai investasi (Kurniasih dan Sari, 2013).

Leverage menunjukkan hubungan antara total aset dengan total utang yang dimiliki

perusahaan untuk meningkatkan laba.

Leverage adalah konsep rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

utang perusahaan untuk mendanai aktivitas perusahaan dan mengukur seberapa besar aktiva perusahaan ketika didanai oleh utang. Semakin tinggi rasio leverage, maka dapat diindikasi bahwa jumlah pendanaan perusahaan dari pihak ketiga semakin besar dan semakin tinggi tingkat beban bunga yang dibayarkan oleh perusahaan. Dengan biaya bunga yang tinggi dapat mengurangi laba sebelum pajak

(7)

dan dapat berakibat pada beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan menjadi rendah. Komponen biaya bunga dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Perusahaan yang menggunakan utang sebagai sumber pendanaan akan mengakibatkan laba kena pajak cenderung lebih kecil jika dibandingan perusahaan yang menerbitkan sahamnya untuk mendanai aktivitas operasi perusahaannya.

Dengan rendahnya laba kena pajak akan menyebabkan berkurangnya kewajiban pajak perusahaan (Budianti et al., 2018)

Dalam pemenuhan kegiatan operasional perusahaan dan investasi, perusahaan dimungkinkan menggunakan utang. Selain itu utang menyebabkan timbulnya beban tetap yaitu bunga. Perusahaan dapat memanfaatkan beban bunga sebagai pengurang penghasilan kena pajak yang bertujuan menekan beban pajaknya. Semakin tinggi tingkat beban bunga yang ditanggung perusahaan maka akan semakin rendah beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan. Semakin tinggi utang yang dimiliki oleh perusahaan maka laba kena pajak pada perusahaan akan semakin kecil karena insentif pajak terkait bunga utang yang semakin besar (Permata et al., 2018).

Leverage memiliki pengaruh terhadap agresivitas pajak yaitu ketika

tingkat leverage suatu perusahaan tinggi maka perusahaan akan menanggung beban bunga yang tinggi pula. Adanya beban bunga tersebut dapat menurunkan laba perusahaan sehingga pajak yang dikenakan akan berkurang. Dengan beban pajak yang rendah perusahaan dapat meminimalkan tindakan agresivitas pajaknya (Winarsih et al., 2019).

(8)

Leverage dapat digunakan perusahaan sebagai alat ukur yang bergantung

pada kreditur untuk membiayai aktiva perusahaan. Hal tersebut diindikasi bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang tinggi akan diawasi oleh pemberi kredit. Selain itu, perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi akan lebih patuh terhadap kewajiban perpajakannya sesuai dengan hukum yang ditetapkan.

Dengan tingkat utang yang tinggi dapat diindikasi bahwa perusahaan akan mengurangi tindakan agresivitas pajaknya (Yuliana & Wahyudi, 2018).

Agresivitas pajak merupakan salah satu kegiatan yang masih bagian dari penghindaran pajak yang bersifat agresif. Pengenaan pajak yang didukung dengan peraturan yang lemah akan mendorong perusahaan untuk melakukan kegiatan yang agresiv terhadap pengurangan pajak. Perencanaan pajak agresif adalah cara yang cenderung dilakukan perusahaan untuk mengeksploitasi celah hukum secara maksimal agar dapat menekan pajak yang harus dibayar perusahaan menjadi serendah mungkin (Winarsih et al., 2019). Agresivitas pajak merupakan kegiatan yang cenderung melakukan manajemen laba yang dapat diukur dengan menggunakan indikator perbandingan total laba dengan total pajak. Dalam penelitian ini agresivitas pajak diukur menggunakan Effective Tax Ratio (ETR).

Agresivitas pajak dapat dikategorikan sebagai suatu kegiatan yang mencakup traksaksi yang memiliki tujuan utama yaitu enekan kewajiban pajak perusahaan. Tingkat transparansi yang rendah dapat mengindikasi perusahaan tersebut agresiv terhadap pajaknya. Tujuan perusahaan melakukan penekanan terhadap kewajiban pajaknya ialah harus memahami beberapa etika masyarakat 2.2.4 Agresivitas Pajak

(9)

maupun adanya pertimbangan dari pemangku kepentingan dalam perusahaan.

Pembayaran yang dilakukan perusahaan mempunyai peran penting yaitu sebagai pendanaan public seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pertahanan nasional, dan hukum (Yuliana dan Wahyudi, 2018).

Menurut Frank et al (2009) suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yang berusaha untuk meminimalisir beban pajak dengan melalui suatu perencanaan pajak baik secara legal (Tax Avoidance) maupun illegal (Tax Evasion) yang disebut dengan Agresivitas pajak perusahaan. Perusahaan dianggap agresif ketika memanfaatkan banyaknya celah untuk meminimalisir beban pajak yang harus dibayarkan, meskipun tidak semua perencanaan pajak yang dilakukan perusahaan melanggar undang-undang.

Pertimbangan perusahaan dalam membayar pajak secara efisien dapat mendorong perusahaan melakukan suatu perencanaan pajak (Tax Planning) melalui tax avoidance (Nugraha, 2015). Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan

skema yang dilakukan perusahaan melalui perencanaan pajak agar dapat mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan celah terhadap peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan Penggelapan pajak (tax evasion) ialah perencanaan pajak yang melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan.

Perencanaan pajak dalam penerapannya adalah dengan melakukan manajemen pajak. Faktor yang menyebabkan perusahaan cenderung agresif terhadap pajak antara lain :

(10)

a. Pajak yang dibayar. Semakin tinggi pajak yang ditanggung oleh perusahaan maka semakin tinggi pula perusahaan melakukan kegiatan penghindara terhadap pajak.

b. Penyuapan terhadap fiskus. Semakin rendah penyuapan terhadap fiskus maka semakin tinggi perusahaan cenderung melakukan tindak pelanggaran.

c. Peluang terdeteksi. Semakin rendah peluang tindak pelanggaran maka semakin tinggi perusahaan melakukan pelanggaran.

d. Sanksi berat. Semakin ringan dalam pelanggaran maka semakin tinggi perusahaan cenderung melanggar.

Dampak positif dan negatif melakukan tindakan agresivitas pajak antara lain : 1. Dampak positif dari tindakan agresivitas pajak :

a. Penghematan dalam jumlah pajak yang disetorkan pada negara, sehingga kas yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar.

b. Kompensasi yang diberikan oleh pemegang saham pada manajer terkait tindakan agresivitas pajak yang dilakukan.

c. Manajer mendapatkan keuntungan berupa memiliki kesempatan menjalankan rent extraction, yaitu tindakan manajer yang tidak memaksimalkan kepentingan pemilik.

2. Dampak negatif dari tindakan agresivitas pajak antara lain :

a. Peluang perusahaan mendapat sanksi atau punishment dari fiskus serta menurunnya harga saham perusahaan.

b. Hancurnya nama baik perusahaan dampak audit dari fiskus.

(11)

c. Menurunnya harga saham perusahaan berdampak pada investor lain mengetahui pihak manajer melakukan tindakan agresivitas pajak dengan tujuan rent extraction.

Tindakan agresivitas pajak dapat dilakukan dengan memanfaatkan celah yang ada pada undang-undang perpajakan yaitu tax loopholes dan grey area.

Menurut Saptono (2013) tax loopholes merupakan cara legal untuk menghindari pembayaran pajak atau bagian dari tagihan pajak dikarenakan terdapat kesenjangan di dalam ketentuan pajak. Dengan memanfaatkan loopholes atau celah dalam perpajakan dapat menguntungkan bagi wajib pajak dalam menghindari kewajiban pajak. Sedangkan grey area timbul karena adanya peraturan perpajakan yang tidak jelas, sehingga peraturan perpajakan yang tidak jelas menjadi sebuah kelemahan yang dimanfaatkan wajib pajak untuk melakukan tindakan agresivitas pajak.

Dengan adanya loopholes dan grey area, wajib pajak dapat memanfaatkannya untuk meminimalkan pembayaran pajak karena cara ini legal berdasarkan undang-undang perpajakan. Selain itu, wajib pajak dapat memanfaatkan beberapa akun biaya yang dapat digunakan sebagai pengurang pajak seperti yang diatur dalam Undang- Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 seperti membeli bahan baku dengan harga mahal dari perusahaan satu grup yang berdiri di negara dengan tarif pajak yang rendah, memanfaatkan kompensasi rugi fiscal untuk mengurangi beban pajak perusahaan di periode yang akan datang, berhutang atau menjual obligasi kepada afiliasi perusahaan induk dan membayar cicilannya kembali dengan bunga yang relative tinggi, ataupun dengan cara pindah lokasi, yakni memindahkan lokasi usaha yang memiliki tarif pajak relative rendah. Tidak hanya itu,

(12)

meminimalkan pajak juga dapat dilakukan dengan menggunakan pengecualian objek pajak sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 208 Pasal 4, yaitu pembentukan usaha bersama dengan menggunakan sistem bagi hasil kepada para anggotanya.

Teori agensi memberikan pandangan bahwa terdapat hubungan antara principal dan agent. Principal memberikan tugas kepada agent untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian pengambilan suatu keputusan oleh principal kepada agent. Pemungutan pajak bukanlah hal yang mudah untuk diterapkan. Pajak dari sisi perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan karena pajak dianggap beban yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan (Kurniasih & Ratna Sari, 2013).

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan selalu mentaati pembayaran pajak, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai yang rendah, tidak akan taat terhadap pembayaran pajak perusahaan agar dapat mempertahankan aset perusahaan (Leksono et.al, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Luke & Zulaikha (2016) menjelaskan adanya hubungan yang positif antara Return on Asset dan ETR. Setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk memaksimalkan laba yang diperoleh perusahaan dan perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap pembayaran pajak. Semakin besar nilai profitabilitas suatu perusahaan, maka perusahaan akan melakukan tindakan agresivitas pajak karena nilai beban pajak yang besar yang harus dibayarkan oleh 2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Agresivitas pajak

(13)

perusahaan. Dengan kesimpulan penelitian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut :

H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak

Leverage merupakan rasio keuangan yang menggambarkan hubungan

antara hutang perusahaan dengan modal maupun aset perusahaan. Leverage adalah rasio yang mengukur kemampuan hutang baik jangka panjang maupun jangka pendek untuk membiayai aktiva perusahaan (Kurniasih dan Sari, 2013).

Berdasarkan teori agensi tentang hubungan antara principal dan agent, sistem pendanaan dalam perusahaan dapat menimbulkan suatu konflik antara agent dan manajer dengan kemungkinan manajer tidak menyetujui penambahan pendanaan untuk melakukan suatu kegiatan perusahaan, sehingga agent perlu dana lain agar dapat menutupi kekurangan tersebut. Sehingga salah satu cara yang dilakukan oleh agent adalah melakukan pinjaman atau utang dari pihak lain.

Apabila perusahaan memiliki dana pinjaman tinggi, maka kewajiban utang yang harus dibayar perusahaan kepada kreditur akan semakin besar (Savitri

& Rahmawaty, 2017). Mayarisa Oktamawati (2017) menyebutkan adanya hubungan positif antara leverage dengan ETR. Akan tetapi situasi ini dapat dimanfaatkan perusahaan untuk melakukan manipulasi besar biaya bunga agar laba yang diperoleh semakin kecil dan beban pajak yang ditanggung akan semakin kecil pula. Dengan hasil penelitian tersebut, diperoleh hipotesis sebagai berikut :

H2 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak 2.3.2 Pengaruh Leverage terhadap Agresivitas pajak

(14)

Profitabilitas X1

Leverage X2

Agresivitas Pajak Y

2.4 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara leverage, profitabilitas ukuran perusahaan dan capital intensity terhadap penghindaran pajak pada perusahaan

Analisis usaha agroindustri sale pisang goreng yang diambil dalam penelitian ini adalah analisis biaya, pendapatan, penerimaan, R/C dan titik impas yang dihitung

Cahyaningsih, 2020) dan (Anindyka, Pratomo, & Kurnia, 2018) yang menyatakan bahwa inventory intensity berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak karena

Pengaruh Capital Intensity, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris Pada Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tujuan percobaan ini adalah menghitung konstanta kecepatan reaksi, dan mempelajari pengaruh variabel terhadap konversi yang dihasilkan pada hidrolisa

Anda mendaftar langsung atau melalui sponsor kami tidak ada pengaruhnya untuk penghasilan Anda, artinya sama saja, hanya saja jika mendaftar melalui sponsor atau ajakan

Tabel 3 tersebut juga memperlihatkan bahwa jumlah bakteri asam laktat yang tertinggi (7,16) diperoleh pada yogurt yang menggunakan bahan baku susu UHT dengan

Pengaruh Corporate social responsibility, Ukuran perusahaan, Profitabilitas, Leverage dan Capital intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan Non