• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI D3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI D3 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENENTUAN KADAR FLUORIDA PADA AIR BERSIH DAN AIR MINUM METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

TUGAS AKHIR

LIA PERMATA SARI 162401021

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

ii

PENENTUAN KADAR FLUORIDA PADA AIR BERSIH DAN AIR MINUM METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

LIA PERMATA SARI 162401021

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)

i

(4)

ii

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR FLUORIDA PADA AIR BERSIH DAN AIR MINUM DENGAN METODE SPEKTROFOMETRI UV-VISIBLE DI BALAI TEKNIK

KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan,juli 2019

Lia Permata Sari NIM. 162401021

(5)

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala berkat, kesempatan, kemampuan serta kebijaksanaan yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“Penentuan Kadar Fluorida pada Air Bersih dan Air Minum dengan Metode Spektrofotometri UV-Visible di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP)” dengan tepat waktu. Adapun penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi ujian syarat memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di BTKLPP KELAS I MEDAN Jl. KH Wahid Hasyim no.15, Merdeka, kec. Medan Baru, Kota medan, Sumatera Utara 20153.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mengalami banyak kendala, namun atas doa, bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yaitu:

1. Kedua orangtua penulis, Ayahanda Aminton Simanjuntak dan Ibunda Benny Masito Simanggunsong yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan moril maupun material dan yang selalu menjadi alarm untuk mengingatkan penulis agar menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Dra. Herlince Sihotang, M.Si selaku Dosen Pembimbing penulis yang selalu membantu penulis dengan tulus dalam belajar, dalam memahami dan mengerti tentang Tugas Akhir ini dan yang selalu memberikan bimbingan dan arahan selama proses penulisan Tugas Akhir hingga selesai.

3. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departement Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

(6)

iv

5. Kepada abang saya yaitu Perdana Simanjuntak, kakak saya yaitu Pratiwi Simanjuntak dan trisna yanti simanjuntak, dan adek saya yaitu Elsa Pretty simanjuntak yang telah memberikan motivasi, dukungan moril dan material, serta dukungan doa.

6. Seluruh sahabat-sahabat serta teman-teman seperjuangan D3 Kimia Stambuk 2016 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Medan, Juli 2019

Lia Permata Sari NIM. 162401021

(7)

v

PENENTUAN KADAR FLUORIDA PADA AIR BERSIH DAN AIR MINUM METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa Fluorida pada Air Bersih dan Air Minum di Balai Teknik Kesehatan Dan Pengedalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan. Analisa Fluorida dengan menggunakan metode spektrofometer UV-VIS DR 2800 (HACH) pada panjang gelombang 580 nm. Dari analisa diperoleh Fluorida untuk Air Bersih dengan kode sampel 339 : < 0,02 mg/L dan untuk Air Minum dengan kode sampel 335, 336, 337, 338 secara berturut-turut yaitu < 0,02 mg/L, < 0,02 mg/L, < 0,02 mg/L, 0,09 mg/L. Hasil analisa Fluorida menunjukkan bahwa sampel Air Bersih dan Air Minum telah memenuhi persyaratan sesuai dengan permenkes No.32 Tahun 2017 tentang persyaratan Air Bersih dan permenkes No. 495/menkes /per/ IV/ 2010 tentang persyaratan Air Minum.

Kata Kunci : Fluorida, Air Bersih, Air Minum dan Spektrofotometri

(8)

vi

DETERMINATION OF FLUORIDA IN CLEAN WATER AND DRINKING WATER USING UV-VIS SPECTROFOTOMETRI

BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN AND PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKLPP)

ABSTRACT

Fluoride analysis on Clean Water and Drinking Water has been carried out Balai Teknik Kesehatan dan Pengendalian penyakit (BTKLPP) Class 1 Medan.

Fluoride analysis using the UV-VIS DR 2800 spectropometer (HACH) method at a wavelength of 580 nm. From the analysis obtained by Fluoride for Clean Water with sample code 339: <0.02 mg / L and for Drinking Water with sample code 335, 336, 337, 338 respectively <0.02 mg / L, <0.02 mg / L, <0.02 mg / L, 0.09 mg / L. The results of the Fluoride analysis show that the sample of Clean Water and Drinking Water has met the requirements in accordance with Permenkes No. 32 of 2017 concerning the requirements of Clean Water and Permenkes No. 495 / menkes / per / IV / 2010 concerning requirements for drinking water.

Keywords : fluoride, Clean Water, Water Supply and Spectrophotometer

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalah Penelitian 2

1.3 Tujuan penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi air 4

2.2 Karakteristik Air 4

2.3 Air Minum 4

2.4 Air Bersih 7

2.5Flourida 11

2.6Spektrofotometri 12

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat 13

3.2 Bahan 13

3.3 Prosedur Percobaan 13

(10)

viii

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan 15

4.2 Pembahasan 15

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 18

5.2 Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

DAFTAR LAMPIRAN 20

(11)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

4.1 Data Analisa Air Bersih 15

4.2 Data Analisa Air Minum 15

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1 PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010 15

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Di kota- kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpamempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan air untuk masa datang.

Jumlah air yang terdapat di muka bumi ini relatif konstan, meskipun air mengalami pergerakan arus, tersirkulasi karena pengaruh cuaca dan juga mengalami perubahan bentuk. Sirkulasi dan perubahan bentuk tersebut antara lain melalui air permukaan yang berubah menjadi uap (evaporasi), air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh tanaman (transpirasi) dan air yang mengikuti sirkulasi dalam tubuh manusia dan hewan (respirasi). Air yang menguap akan terkumpul menjadi awan kemudian jatuh sebagai air hujan. Air hujan ada yang langsung bergabung di permukaan, ada pula yang meresap masuk ke dalam celah batuan dalam tanah, sehingga menjadi air tanah. Air tanah dangkal akan diambil oleh tanaman, sedangkan air tanah dalam akan keluar sebagai mata air. Sirkulasi dan perubahan fisis akan berlangsung terus sampai akhir zaman (ROSS, 1970)

Pengertian air bersih menurut Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan dapat diminum setelah dimasak. Pengertian lain mengenai air minum menurut Kepmenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum (Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990)

(14)

2

Fluorida adalah salah satu senyawa kimia yang terbukti dapat menyebabkan efek terhadap kesehatan melalui air minum. Fluorida memiliki efek yang bermanfaat terhadap pencegahan karies gigi pada konsentrasi tertentu,namun pada keterpaparan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya efek yang tidak diinginkan. Salah satu sumber asupan fluorida yaitu berasal dari air yang dikonsumsi. Air merupakan salah satu sumber asupan fluorida yang cukup tinggi. Dengan demikian, kadar fluorida dalam air yang digunakan untuk dikonsumsi haruslah diperhatikan agar tidak berlebihan. Air minum dengan kadar fluorida +0,4 ppm pada daerah tropis sudah dapat menimbulkan fluorosis, terkait dengan konsumsi air yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah beriklim dingin (Munadziroh, dkk. 2010)

Fluorida adalah suatu anion anorganik, monatomik dari fluorin dengan rumus kimia F. Fluorida adalah anion fluorin paling sederhana. Garam dan mineralnya merupakan pereaksi dan bahan kimia industri penting. Kegunaan utamanya adalah dalam produksi hidrogen fluorida untuk fluorokarbon. Dalam hal muatan dan ukuran, ion fluorida menyerupai ion hidroksida. Ion fluorida terdapat di bumi dalam beberapa mineral, terutama fluorit, tetapi hanya hadir dalam jumlah renik di dalam air. Fluorida berkontribusi pada rasa pahit khusus. Garam fluorida tak berwarna (https://id.wikipedia.org/wiki/Fluorida)

Berdasarkan hal tersebut di atas saya ingin menentukan kadar fluorida pada air bersih dan air minum dengan metode spektrofotometri UV-VIS DR 2800 (HACH) di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP).

1.2 Permasalahan

Apakah kadar fluorida pada air bersih dan air minum yang di analisa di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelan 1 Medan memenuhi persyaratan sesuai dengan permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang persyaratan air bersih dan memenuhi persyaratan sesuai dengan permenkes Permenkes No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan air minum.

(15)

3

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui hasil analisa kadar fluorida yang terdapat pada air bersih dan air minum.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari analisa ini adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kadar fluorida yang diperoleh pada air bersih dan air minum yang sesuai dengan standar yang di tetapkan menurut persyaratan permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang air bersih dan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang air minum.

(16)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Air

Air adalah substansi yang memungkinkan terjadinya kehidupan seperti yang ada di bumi. Dengan stuktur kimia air H2O.Seluruh organisme sebagian besar tersusun dari air dan hidup dalam lingkungan yang didominasi oleh air. Air adalah medium yang biologis di bumi ini. Air adalah satu-satunya substansi umum yang ditemukan di alam dalam tiga wujud fisik materi yaitu padat, cair dan gas (Campbell, 2002)

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Air adalah salah satu diantara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai pada manusia (Totok, 1987)

2.2 Karakteristik Air

Air menutupi 70% permukaan bumi dengan jumlah sekitar1.368 juta Km³ air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah, (ground water), dan gunung es (glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu. Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain yakni, memiliki kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yaitu 0°(32°F) -100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point)dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling point)air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat di dalam jaringan tubuh mahluk hidup maupun air yang terdapat di laut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan, sehingga tidak akan ada kehidupan di muka bumi ini, karena sekitar 60% -90% (hefni, 2003)

2.3 Air Minum

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, hampir 2/3 bagian massa tubuh manusia berisi cairan, oleh karena itu setiap hari dianjurkan untukminum air sebanyak delapan gelas atau sekurang-kurangnya dua setengah liter, dan sebaiknya mengkonsumsi air putih, karena air putih memiliki daya larut yang tinggi, sehingga

(17)

5

metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Hal ini sangat penting apalagi hidup di iklim tropis dimana akan lebih banyak cairan tubuh yang keluar sehingga akibatnya jika tubuh kurang minum maka terjadi dehidrasi dan dapat merusak sel saraf tubuh;Air juga membantu oksigen bersirkulasi keseluruh sel tubuh. Meskipun air begitu vital, masyarakat jarang sekali mengawasi mutu air yang dikonsumsi dan sering kali menganggap ringan tentang hal ini. Air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, maupun bakteriologis. Untuk mendapatkan kualitas air yang baik maka air perlu diproses terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. Zat ataupun bahan kimia yang terdapat di dalam air minum tidak boleh sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hedaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam sumber air minum tersebut (Sutrisno et al, 2004)

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010 menyatakan bahwa air minum yang sehat harus memenuhi persyaratan fisik, kimia, dan mikrobiologi. Beberapa persyaratan tersebut antara lain air harus jernih atau tidak keruh, tidak berwarna, rasanya tawar, pH netral, tidak mengandung zat kimia beracun, kesadahannya rendah, dan tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escherichia coli. Berdasarkan peraturan tersebut jelas disebutkan bahwa salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam kualitas air minum dengan parameter kimia adalah kesadahan. Kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 500 mg/L.

Berikut ini adalah beberapa kriteria air bersih yang penting untuk diketahui sebelum Anda menggunakan air:

1. Jernih dan tidak keruh

Kriteria air bersih pertama yang bisa dilihat secara kasat mata adalah jernih dan tidak keruh. Jernih artinya air tidak terkontaminasi zat pengeruh dan zat lainnya yang berbahaya bagi tubuh. Air keruh bisa terjadi karena adanya campuran dari partikel- partikel yang tidak larut seperti debu dan tanah sehingga bakteri yang ada di dalamnya menyebabkan air menjadi keruh.

(18)

6

Jika air terlihat keruh, maka ada kemungkinan air tersebut tidak layak untuk digunakan atau dikonsumsi. Kementerian Kesehatan menentukan batas maksimum kekeruhan air layak minum di angka 5 (skala NTU) sedangkan untuk kekeruhan air bersih di angka 25 (skala NTU).

2. Tidak berwarna

Kriteria berikutnya adalah air tidak berwarna, artinya tidak ada warna yang ikut tercampur di dalam air. Warna yang tercampur di dalam air dapat dicurigai sebagai suatu unsur berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Limbah pabrik yang langsung dibuang ke sungai tanpa diproses terlebih dahulu atau warga yang sering membuang sampah dan bangkai hewan ke sungai secara sembarang merupakan beberapa kasus yang dapat mengubah warna air.

Warna air dibedakan menjadi dua, yaitu warna sejati (true color) dan warna semu (apparent color).True color ditimbulkan karena adanya zat-zat non-organik seperti , sedangkan apparent colorditimbulkan karena zat-zat organik. Air dengan warna semu lebih mudah diatasi dibandingkan dengan warna sejati. Misalnya air sungai (warna semu) yang berwarna cokelat karena mengandung lumpur, jika diendapkan maka air bisa menjadi jernih.

3. Tidak berasa

Air bersih yang layak dikonsumsi biasa tidak berasa atau berasa tawar tanpa ada tambahan rasa pahit, asin, atau getir. Jika Anda menemukan air yang terasa pahit atau asin, sebaiknya Anda mengolah air tersebut terlebih dahulu sebelum menggunakannya.

4. Tidak berbau

Air bersih selayaknya tidak berbau apalagi berbau menyengat jika dicium.

Terlebih jika air tersebut berada di tempat yang mempunyai bau tidak sedap atau asam, sudah pasti air tersebut tidak dapat dikatakan sebagai air bersih. Banyak kerugian yang didapat jika Anda menggunakan air yang sudah berbau.

Jika Anda menggunakannya untuk mencuci pakaian, maka bisa merusak kain yang Anda cuci. Jika Anda menggunakannya untuk mandi, maka tidak menutup kemungkinan kulit akan terkena akibatnya seperti infeksi dan gatal-gatal. Yang tidak kalah berbahaya jika air tersebut sampai masuk ke dalam tubuh, maka bisa saja Anda mengalami keracunan dan gangguan kesehatan.

(19)

7

5. Memiliki suhu yang normal

Suhu air yang bersih tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin. Suhu normal air bersih sekitar 10 hingga 25 derajat Celsius atau bisa dikatakan sejuk. Air dengan suhu yang terlalu tinggi atau panas bisa dapat menyebabkan oksigen yang terlalu di dalam air semakin menurun jumlahnya dan kecepatan reaksi kimia semakin meningkat.

6. pH yang netral

pH menunjukkan derajat keasaman/basa suatu substansi tertentu. Skala pH dinilai dari 1 (sangat asam) hingga 14 (sangat basa). Banyak yang masih tidak memedulikan derajat keasaman air yang akan digunakan, padahal pH air dapat memberitahu apakah air tersebut telah tercemar atau tidak. Pada kondisi tercemar, kadar pH air berada di antara 4 hingga 6 atau 8 hingga 9.

Kadar pH yang dianjurkan untuk air minum adalah sebesar 6,5 hingga 8,5 dan untuk air bersih adalah sebesar 6,5 hingga 9,0. Sedangkan kadar pH air yang ideal adalah 7 atau netral.

7. Tidak mengandung zat kimia berlebihan dan berbahaya

Air yang bersih dan sehat biasa mengandung beberapa zat yang baik untuk kesehatan. Namun, kandungan zat dengan jumlah yang kurang atau berlebihan justru dapat mengakibatkan gangguan fisiologis pada manusia. Seperti zat tembaga yang berguna untuk membentuk sel-sel darah merah dalam tubuh. Namun, jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebih maka dapat menyebabkan kerusakan pada hati (Permenkes,2010)

2.4 Air Bersih

Chapin (1995) mengungkapkan bahwa terdapat tiga prasarana kota yang sangat berpengaruh bagi perkembangan kota yaitu transportasi, air bersih dan saluran pembuangan. Ketiga jenis prasarana ini harus benar-benar ada agar pembangunan suatu kota dapat berjalan sesuai dengan rencana. Dari pernyataan Chapin tersebut, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang menyangkut penyediaan air bersih di perkotaan merupakan salah satu hal yang penting untuk dikaji mengingat air bersih merupakan kebutuhan pokok yang selalu dikonsumsi oleh masyarakat dan juga berpengaruh besar terhadap kelancaran aktivitas kota.

(20)

8

Di Indonesia, penyediaan air bersih untuk umum atau perkotaan biasanya diselenggarakan oleh suatu instansi resmi yang ditunjuk oleh pemerintah seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962. Namun pada beberapa daerah yang sangat dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan dan industri terdapat kecenderungan bahwa sistem penyediaan air bersih dimiliki dan dioperasikan oleh badan–badan non pemerintah. Badan–badan non pemerintah ini sifatnya hanya melayani kelompok tertentu saja (Chapin, 1995)

Menurut Chatib (1996), bila dilihat dari bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air bersih dapat dibedakan menjadi sistem penyediaan air bersih individual (individual water supply system) dan sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan (municipality water supply system). Sistem penyediaan air bersih individual digunakan untuk penggunaan individu dan pelayanan yang terbatas, sementara sistem penyediaan air bersih komunitas atau perkotaan merupakan sistem penyediaan air bersih yang pelayanannya terbatas untuk suatu lingkungan atau kompleks perumahan atau industri tertentu dan idealnya bersifat menyeluruh berikut keperluan domestik, perkotaan, dan industri (Chatib, 1996)

Sistem penyediaan air bersih komunitas ini bersifat kompleks yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu sumber air, sistem transmisi, dan sistem distribusi seperti juga yang dikemukakan oleh Noerbambang dan Morimura (1985) mengenai sistem penyediaan air bersih yang terbagi menjadi tiga sistem berikut.

 Sistem produksi atau pengolahan air bersih merupakan instalasi pengolahan dari air baku menjadi air bersih yang siap untuk diberikan ke konsumen.

 Sistem transmisi adalah sistem yang dimulai dari sistem pengumpulan sampai bangunan pengolahan air bersih atau dimulai dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas atau bangunan pengolahan air bersih sampai reservoir (tempat penampungan).

 Sistem distribusi merupakan sistem penyaluran air bersih dari reservoir sampai ke daerah-daerah pelayanannya (Noerbambang dan Morimura, 1985)

Di Indonesia, kebutuhan air bersih penduduk dapat dipenuhi dengan berbagai cara antara lain adalah dengan ikut berlangganan PDAM, menggali sumur, dan mengambil air langsung ke sumber air. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor

(21)

9

yang menurut Pramono (2002) terdapat enam faktor yang mempengaruhi pengelolaan air bersih yang diantaranya adalah sebagai berikut.

(1) Keadaan Topografi

Keadaan yang mengenai permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan.

(2) Kondisi Geografis

Kondisi atau keadaan suatu wilayah dengan dilihat dari keadaannya yang berkaitan dengan aspek geografis.

(3) Pencemaran Sumber Air

Disebabkan oleh adanya logam berat yang berasal dari limbah industri (4) Produktivitas

Hubungan antaran masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu system produktif.

(5) Tarif dasar air bersih

Keterjangkauan tarif bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan pokok air bersih sehari-hari.

(6) Kehilangan air

Masalah yang tidak pernah habis habisnya untuk dibicarakan baik oleh pengelola maupun oleh para pengambil kebijakan dalam bidang air bersih (Pramono, 2002)

Sementara Triweko (1992) menjelaskan bahwa pengelolaan air bersih dipengaruhi oleh banyak faktor seperti :

1. Lingkungan fisik

Segala sesuatu di sekitar kita berupa air bersih.

2. Lingkungan sosial

Interaksi diantara masyarakat dengan lingkungan, ataupun lingkungan yang juga terdiri dari makhluk social atau manusia.

3. Teknologi

Keseluruhan sarana untuk menyediakan air bersih yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

(22)

10

4. Kelembagaan

Aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5. Keuangan;

Semua kebutuhan manusia memerlukan keuangaan.

6. Pelayanan; dan

Segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab.

7. Efisiensi pengelolaan

Semua warga harus mengolahan air bersih dengan baik .

Selain itu, Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPP SPAM) Departemen Pekerjaan Umum menguraikan bahwa penyediaan air bersih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut.

a. Semakin terbatasnya sumber air baku, baik pada aspek kuantitas maupun kualitas.

b. Rendahnya kualitas sistem penyediaan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

c. Kebijakan otonomi daerah.

d. Tarif yang rendah.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan dan penyediaan air bersih, maka secara ringkas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air bersih dapat dilihat dari dua sisi yaitu faktor fisik dan faktor non fisik.

(1) Faktor Fisik

Faktor fisik seperti topografi akan berpengaruh terhadap pengoperasian sistem tersebut. Dampaknya adalah biaya pemasangan instalasi pengolahan air pada daerah yang tinggi akan menjadi lebih mahal dibanding apabila instalasi dipasang pada daerah relatif datar. Selain itu juga, topografi akan mempengaruhi biaya produksi.

Meningkatnya biaya produksi akan mempengaruhi tarif dasar air dan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh instalasi pengolahan air.Faktor geografimempengaruhi lokasi dan jarak relatif sumber air serta distribusi penduduk. Faktor ini akan sangat

(23)

11

mempengaruhi dalam proses perencanaan dan perancangan sistem penyediaan air bersih, biaya pelayanan/sambungan dan cara pengelolaan sistem tersebut. Hal ini ikut mempengaruhi jumlah penduduk yang terlayani.

(2) Faktor Non Fisik

Dari sisi non fisik, sistem penyediaan air bersih dapat dipengaruhi oleh tingkat kehilangan air, pembiayaan, dan kelembagaan. Tingkat kehilangan air secara langsung akan mengganggu pelayanan air bersih kepada masyarakat secara keseluruhan seperti rendahnya tekanan air distribusi, terganggunya kontinuitas distribusi air dan pemborosan air mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.

Faktor pembiayaan operasi dan pemeliharaan sistem ikut mempengaruhi kualitas sistem secara keseluruhan. Alokasi anggaran pembiayaan sistem penyediaan air bersih dimaksudkan untuk mencapai kondisi yang memungkinkan tercapainya kesiapan operasional dan pemeliharaan. Sedangkan aspek kelembagaan akan mempengaruhi keberlangsungan sistem.Bagaimana faktor-faktor fisik dan nonfisik dapat mempengaruhi kualitas sistem penyediaan air bersih di Kota Sawahlunto.

Faktor fisik yaitu topografi, geografi, sistem jaringan, dan self provision. Sedangkan faktor non fisik yaitu pembiayaan, kehilangan air, dan kelembagaan (Triweko, 1992) 2.5 Fluorida

Fluorida adalah salah satu senyawa kimia yang terbukti dapat menyebabkan efek terhadap kesehatan melalui air minum. Fluorida memiliki efekyang bermanfaat terhadap pencegahan karies gigi pada konsentrasi tertentu,namun pada keterpaparan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya efek yang tidak diinginkan. Efek buruk tersebut dapat bervariasi dari fluorosis gigiringan (keadaan dimana gigi menjadi kekuningan atau kecoklatan dan terdapat bintik-bintik pada enamel gigi) hingga fluorosis skeletal seiring dengan meningkatnya kadar dan lamanya paparan.

Oleh karena itu, asupan fluorida haruslah dibatasi agar dapat mencegah karies namun tidak menimbulkan terjadinya fluorosis. Fluorida terdapat luas di alam, baik di udara maupun diberbagai sumber lainnya seperti makanan dan minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Adanya asupan fluorida dari berbagai sumber pangan diantaranya seperti air, daging, dan ikan menyebabkan asupan fluorida meningkat (Fawell, dkk. 2006)

(24)

12

2.6 Spektrofotometer

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu (Day, 2002). Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert- Beer (Rohman, 2007).

(25)

13

BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

- Spektrofotometer UV-VIS DR 2800 (HACH) - Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi - Kuvet

- Bool aquadest - Pipet skala - Beaker glass - Bolat karet - Mesin vortex 3.2 Bahan

- Aquades - Contoh uji

- Reagen SPADNS - Tisu

3.3 Prosedur Analisa

- Dihidupkan alat spektrofotometer HACH DR 2800

- Dipilih program analisa untuk fluorida atau dengan menekan angka 1900 - Layar spektrofotometer akan menampilkan tulisan : HACH PROGRAM : 1900

fluorida

- Dipipet contoh uji sebanyak 10 ml, dimasukkan kedalam kuvet

- Dipipet aquades sebanyak 10 ml (sebagai blanko), dimasukkan kedalam kuvet - Ditambahkan 2 ml SPADNS reagen kedalam masing masing kuvet,

dihomogenkan hingga tercampur sempurna - Ditunggu selama 1 menit waktu reaksi

- Dimasukkan kuvet yang berisi blanko kedalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO

(26)

14

- Keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi contoh uji. Tutup dan baca konsentrasi fluorida yang dibaca di layar

spektrofotometer

- Dicatat hasil yang tertera pada display spektrofotometer - Dimatikan alat spektrofotometer

(27)

15

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisa

Hasil analisa air bersih dan air minum pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut : Tabel 4.1 Data Analisa Air Bersih

No Nomor Contoh Uji Hasil (mg/l)

1 339/K/AB/10/01/2019 < 0,02

Tabel 4.2 Data Analisa Air minum

No Nomor Contoh Uji Hasil (mg/l)

1 335/K/AM/10/01/2019 < 0,02

2 336/K/AM/10/01/2019 < 0,02

3 337/K/AM/10/01/2019 < 0,02

4 338/K/AM/10/01/2019 0.09

4.2 Pembahasan

Hasil analisa yang diperoleh kadar fluorida untuk air bersih dengan kode sampel 339 : < 0,02mg/L, dan untuk Air Minum dengan kode sampel 335, 336, 337, 338 secara berturut-turut yaitu < 0,02 mg/L, < 0,02 mg/L, < 0,02 mg/L, 0,09 mg/L.

Dari data menunjukkan kadar fluorida pada air bersih telah memenuhi syarat baku mutu menurut Peraturan Manteri Kesehatan RI No.32 Tahun 2017 yaitu : 1,5 mg/L dan air minum telah memenuhi syarat baku mutu menurut Peraturan Manteri Kesehatan RI No. 495/menkes /per/ IV/ 2010 yaitu : 1,5 mg/L. Artinya hasil yang diperoleh pada air konsumen memenuhi persyaratan yang ditetapkan.Dengan catatan Nilai yang bisa di baca dari Spektrofotometer UV-VIS DR 2800 adalah< 0,01 mg/L.

Senyawa fluorida adalah garam yang terbentuk ketika unsur fluorida (F), berikatan dengan mineral dalam tanah atau batuan. Fluorida ditambahkan ke air minum untuk meningkatkan kesehatan gigi. Paparan konsumsi berlebihan fluorida seumur hidup berpengaruh terhadap kesehatan yang mengakibatkan peningkatan patah tulang pada orang dewasa dan dapat mengakibatkan efek pada tulang berupa nyeri dan perih.

(28)

16

Beberapa senyawa fluorida seperti sodium fluoride dan fluorosilicates mudah larut ke air tanah ketika bergerak melalui celah-celah dan ruang pori antara bebatuan.

Kebanyakan pasokan air mengandung beberapa fluorida alami. Fluorida juga dapat memasuki air minum akibat terlepas dari pupuk atau pabrik aluminium. Selain itu banyak masyarakat menambahkan fluorida pada air minum mereka untuk meningkatkan kesehatan gigi.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, fluorida termasuk parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan. Kadar maksimun fluorida yang diperbolehkan adalah 1,5 mg/l.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air Kelas satu yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut kadar maksimum fluorida yang diperbolehkan adalah 0,5 mg/l.

Pada umum kadar fluorida lebih tinggi di air minum, karena Fluorida telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur yang mengandung fluor.

Tujuan penggunaan fluorida dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluoridasi termasuk pasta gigi yang mengandung fluor memang salah satu cara efektif mengontrol kerusakan gigi seperti karies, namun penggunaannya harus tepat dosis dan tidak berlebihan dalam pemakaiannya. Gejala awal keracunan fluorida termasuk gangguan pencernaan, mual, muntah, dan sakit kepala. Dosis minimal yang yang dapat menghasilkan gejala ini diperkirakan 0,1 sampai 0,3 mg/kg fluorida (yaitu 0,1-0,3 miligram fluorida 56 untuk setiap kilogram berat badan). Efek fluorida yang berlebihan pada gigi disebut fluorosis gigi.

Fluorosis gigi merujuk kepada perubahan tampilan enamel gigi yang disebabkan oleh pengambilan fluor dalam jangka masa panjang ketika gigi sedang berkembang.

Berdasarkan kepada penemuan reset yang terkini, didapati bahwa fluor (F) menyebabkan disfungsi neuronal dan cedera pada sinap dengan mekanisme yang melibatkan produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid. Efek kadar fluor yang tinggi didalam air minum terhadap IQ anak-anak telah menunjukkan hasil yang signifikan

(29)

17

yaitu anak-anak yang minum air yang kadar fluornya tinggi mempunyai IQ yang lebih rendah berbanding anak-anak yang minum air dengan kandungan fluor yang rendah (Umarani, 2014).

(30)

18

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa diperoleh kadar fluorida untuk air bersih dengan kode sampel 339 : < 0,02mg/L, dan untuk Air Minum dengan kode sampel 335, 336, 337, 338 secara berturut-turut yaitu < 0,02 mg/L, < 0,02 mg/L, < 0,02 mg/L, 0,09 mg/L.Dari data menunjukkan kadar fluorida pada air bersih telah memenuhi syarat baku mutu menurut Peraturan Manteri Kesehatan RI No.32 Tahun 2017 yaitu : 1,5 mg/L dan air minum telah memenuhi syarat baku mutu menurut Peraturan Manteri Kesehatan RI No. 495/menkes /per/ IV/ 2010 yaitu : 1,5 mg/L.

5.2 Saran

Sebaiknya alat yang digunakan harus dikalibrasi secara berskala, sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Dan sebaiknya air bersih dan air minum diperiksa secara rutin dengan menganalisa kadar fluorida pada air bersih dan air minum sehingga dapat mengantisipasi timbulnya bahaya keracunan bagi masyarakat.

(31)

19

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Biologi Edisi Kelima-jilid 1, Jakarta:Erlangga,2002, halaman 402

Chapin F Stuart, Jr And Edward J Kaiser, 1979. Urban Land Use Planning, University of Illimois Press, London.

Depkes RI. 2010. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Depkes RI, Jakarta.

Chatib Benny, 2001. Penyediaan dan Teknologi Pengolahan Air Minum, Makalah yang disajikan pada kursus penyegaran teknologi dan pengelolaan lingkungan. Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum. 2004. Kriteria Perencanaan Penyediaan Air Bersih.

Fawell J, Bailey K, Chilton J, Dahi E, Fewtrell L, Magara Y. 2006. Fluoride in Drinking Water. London: Iwa Publishing. (Published on behalfof the WHO).

Hefni Effendi, Kualitas Air, Yogyakarta: PT Kanisius, 2003, halaman 3 https://id.wikipedia.org/wiki/Fluorida.

Noerbambang S.M dan Morimura, Takeo, 1985. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing, PT. Daimppon Gitakarya Printing.

Pramono, Sigit S. 2002. Pendekatan Sistem (System Approach) Pada Pengelolaan Air Bersih di Indonesia, Universitas Gunadharma, Jakarta.

Rohman, 2007 spektrofometri uv-visible, Yogyakarta: PT Kanisius, halaman 8 ROSS, D. A. 1970. Introduction to Oceanogra-phy. Meredith Corporation, New Sutrisno, Totok C. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineka Cipta, Jakarta York: 106-124.

Triweko, R.W. 1992. Paradigma Baru dalam Pengelolaan Air Bersih Perkotaan, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Penyediaan Air Bersih untuk Umum atau Perkotaan.

Totok Sutrisno, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta:PT Rineka Cipta,1987, Umarani, Ramu. (2014). Fluoride Contamination Status of Groundwater in East

Coastal Area In Tamilnadu, India. International Journal of Innovative Research in Science, Engineering and Technology. Vol. 3, Issue 3, March 2014

(32)

20

Lampiran1.PERMENKES No. 492/Menkes/Per/IV/2010

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Sistem Informasi Lingkungan Hidup Provinsi Lampung,”

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 23 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masuknya

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.. Organizational Behavior, Prentice Hall

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya

Analisis Kualitas Air Sungai Sei Deli mengacuPeraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menunjukkan

Parameter kelima yaitu COD dari Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Replublik

Judul Disertasi : STUDI PEMANFAATAN BAHAN PENGEMULSI BERBASIS MINYAK KELAPA UNTUK PRODUK FILM LATEKS PEKAT KARET ALAM DENGAN AGEN VULKANISASI SULFUR DAN DIKUMIL