• Tidak ada hasil yang ditemukan

FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Agus Juliyanto 11170331000005

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Agus Juliyanto NIM : 11170331000005

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 23 Agustus 2021

Agus Juliyanto

NIM 11170331000005

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh:

Agus Juliyanto NIM. 11170331000005

Pembimbing

Drs. Agus Darmaji, M.Fils.

NIP. 19610827 199303 1 002

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021 M

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO” telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Agustus 2021, Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada program studi Aqidah dan Filsafat Islam.

Jakarta, 23 Agustus 2021 Sidang Munaqasyah,

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Tien Rohmatien, M.A. Dra. Banun Binaningrum, M.Pd.

NIP. 19680803 199403 2 002 NIP. 19680618 199903 2 001

Penguji I, Penguji II,

Dr. Kholid Al Walid, M.A. Dr. Kusen, M.A.

NIP. 19700920 200501 1 004 NIP.

Pembimbing,

Drs. Agus Darmaji, M.Fils.

NIP. 19610827 199303 1 002

(5)

iv ABSTRAK

Tulisan ini akan menjelaskan tentang Filosofi Lambang Sila-sila dalam Pancasila menurut Sukarno mengenai nilai Filosofis dalam bentuk dan corak yang terkandung di dalam lambang sila-sila Pancasila. Dewasa ini banyak sekali orang yang memegang teguh ideologi tersebut namun mereka tidak paham makna yang terkandung di dalam lambang sila-sila Pancasila itu sendiri. Soekarno sebagai salah satu pelopor sekaligus pendiri ideologi Pancasila ini, sudah pasti memiliki perspektif dan pandangan filosofis tentang makna yang terkandung di dalam lambang sila-sila Pancasila. Maka pada penelitian ini, Soekarno akan menjadi tokoh utama untuk peneliti gali pemikiran filosofisnya dengan pemahaman yang komperhensif melalui karya-karya, pemikiran, ceramah dan pidato-pidatonya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis untuk menyelidiki pemikiran Soekarno tentang folosofi yang terkandung di dalam lambang sila-sila Pancasila sebagai Ideologi Negara, yang merujuk pada sumber data primer yaitu “Filsafat Pancasila menurut Bung Karno”

karya Ir. Soekarno dan mengacu pada buku “Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI” karya Kumpulan Pidato, agar peneliti mampu mendeskrpikan pemikiran Sukarno secara komperhensif dan sistematis. Maka, dalam teknik pengumpulan data peneliti akan menggunakan penelitian kajian pustaka atau yang sering disebut libraray research, artinya peneliti mengumpulkan data dari buku- buku, majalah, kamus, jurnal, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan objek kajian penelitian. Sehingga, pada akhirnya hasil dari penelitian ini akan menjelaskan tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Sukarno.

Mulai dari sila pertama yang dilambangkan oleh Bintang Tunggal yang memiliki filosofi Ketuhanan yang Maha Esa, sila kedua yang dilambangkan oleh Rantai Emas sebagai filosofi dari Kemanusiaan, kemudian sila ketiga yang dilambangkan oleh Pohon Beringin sebagai filosofi Kebangsaan dan sila keempat yang dilambangkan oleh Kepala Banteng sebagai filosofi Kedaulatan Rakyat serta sila kelima yang dilambangkan oleh Padi dan Kapas sebagai filosofi Sandang-Pangan, Keadilan Sosial.

Kata kunci: Filosofi, Lambang Sila-sila, Pancasila, Soekarno

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan kuasa- Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Sholawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta kepada keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah memberi cahaya terang ke seluruh penjuru dunia melalui penyebaran agama Islam.

Skripsi yang berjudul Filosofi Lambang Sila-sila dalam Pancasila menurut Sukarno disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tentu, dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang dilibatkan dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah sangat membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis sampaikan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr.

Yusuf Rahman, M.A., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, dan segenap civitas akademika Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu kelancaran administrasi dan birokrasi.

2. Dra. Tien Rohmatin, M.A., selaku Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Dra. Banun Binaningrum, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam dan juga jajarannya yang telah membantu penulisan dalam mengurus segala keperluan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Aktobi Ghozali, M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah menasehati dari semester awal hingga akhir.

(7)

vi

4. Drs. Agus Darmaji, M.Fils., selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan menasehati dengan setulus hati dalam memberi masukan serta arahan yang baik kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak bisa penulis sebut namanya satu per satu. Semoga ilmu yang telah diajarkan kepada penulis dapat diamalkan dan semoga kelak mendapat balasan dari Allah SWT.

6. Al-Habib Juni Wiraatmaja bin Muslih, selaku ayah sekaligus guru dan penyemangat selama penulis hidup hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan studi Strata Satu (S1) ini. Tak lupa, Ibu tercinta Seriah binti Khairullah yang selalu memberikan semangat dan do’a restunya kepada penulis.

7. Keluarga tercinta, Bapak Abdullah Hendrid Suko Prastyono dan Ibu Puji Lestari, selaku Ayah dan Ibu angkat penulis yang selalu memberi motivasi dan dukungan agar penulis mampu menyelesaikan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan berprestasi.

8. Ust. Akhmad Zaenudin, S.Ag., dan Ibu Wardiyatun selaku Orang Tua sekaligus pengasuh di Yayasan Cinta Yatim dan Dhuafa yang selalu membimbing dan memberi dukungan selama penulis melaksanakan pendidikan S1 hingga lulus.

9. Yayasan Cinta Yatim dan Dhuafa, Yayasan Qalbu Walisongo Indonesia, dan para Pembina serta seluruh Pengurus Yayasan yang telah memberi dukungan, motivasi dan do’a selama penulis melaksanakan pendidikan S1 hingga lulus.

10. Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) baik para pengurus ataupun para pendiri, yang mendo’akan serta memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsinya.

11. Teman-teman redaktur Jurnal Filsafat Paradigma Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.

(8)

vii

Terima kasih sudah memberi dukungan, diskusi bersama dan membagi pengalamannya kepada penulis agar penulis cepat menyelesaikan skripsinya.

12. Teman-teman Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam angkatan 2017, serta kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih atas do’a, dukungan, dan motivasinya kepada semua pihak, dan mohon maaf apabila ada pihak yang belum disebutkan satu per satu. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan menjadi amal baik dan diberi balasan oleh Allah SWT.

Jakarta, 07 Juli 2021

Agus Juliyanto

(9)

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ا a a ط t t

ب b b ظ z z

ت t t ع

ث ts th غ gh gh

ج j j ف f f

ح h h ق q q

خ kh kh ك k k

د d d ل l l

ذ dz dh م m m

ر r r ن n n

ز z z و w w

س s s ه h h

ش sy sh ء

ص s s ي y y

ض d d ة h h

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris

ا A a

ىا I i

وا U u

(10)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II BIOGRAFI SUKARNO DAN PEMIKIRANNYA ... 14

A. Riwayat Hidup Sukarno ... 14

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Politik pada Masa Sukarno ... 25

C. Pergolakan Pemikiran Sukarno ... 29

BAB III PERSPEKTIF SUKARNO TENTANG FILOSOFI PANCASILA ... 37

A. Pengertian Filosofi ... 37

B. Sila Pertama: Perspektif Sukarno tentang Ketuhanan ... 38

C. Sila Kedua: Perspektif Sukarno tentang Perikemanusiaan ... 41

D. Sila Ketiga: Perspektif Sukarno tentang Kebangsaan ... 43

E. Sila Keempat: Perspektif Sukarno tentang Kedaulatan Rakyat 46 F. Sila Kelima: Perspektif Sukarno tentang Keadilan Sosial ... 49

BAB IV FILOSOFI LAMBANG SILA-SILA DALAM PANCASILA MENURUT SUKARNO ... 52

A. Pengantar ... 52

(11)

x

B. Filosofi Lambang Bintang Tunggal ... 54

C. Filosofi Lambang Rantai Emas ... 56

D. Filosofi Lambang Pohon Beringin ... 58

E. Filosofi Lambang Kepala Banteng ... 61

F. Filosofi Lambang Padi dan Kapas ... 63

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum, Pancasila diartikan sebagai Ideologi Negara.

Ideologi yang sampai saat ini tetap menjaga persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan ragam agama, suku, bahasa, adat dan budaya serta ras yang berbeda. Ideologi ini mampu menyatukan perbedaan tersebut dengan sangat harmonis dan penuh toleransi. Toleransi dalam berbagai hal yang manyangkut masalah hak asasi manusia mulai dari hak memilih agama, hak suara, dan hak-hak yang lainnya. Dalam situasi yang berubah amat cepat sekarang ini upaya-upaya untuk mengukuhkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai semen perekat persatuan-kesatuan bangsa menjadi teramat penting.1

Ada tiga tokoh yang mengemukakan pandangannya tentang dasar negara, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.2 Padahal para Founding Father (Bapak Pendiri) kita yang pada waktu itu adalah pemuda, hidup dalam kepahitan masa penjajahan. Mereka dapat melakukan semua itu karena modalnya adalah dorongan semangat dan yang dimilikinya adalah jati diri dan karakter. Semangat dan karakter menggelora melalui tekad, keberanian, dan jiwa pantang menyerah, yang mewujud dalam jiwa patriotisme dan nasionalisme.3 Salah satu dari Founding Father (Bapak Pendiri) tersebut, yang akan Peneliti teliti pemikirannya adalah Soekarno. Mengapa Soekarno yang akan Peneliti teliti pemikirannya? karena Soekarno (1319-1370 H/1901-1970 M) adalah Presiden pertama Republik Indonesia yang dikenal sebagai seorang

1 Sultan Hamengku Buwono X. Merajut Kembali KeIndonesiaan Kita. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008). Cet. 2. h. 92

2 Muhammad Chairul Huda. “Meneguhkan Pancasila Sebagai Ideologi Bernegara:

Implemetasi Nilai-nilai Keseimbangan dalam Upaya Pembangunan Hukum di Indonesia”. Program Studi Tata Negara - IAIN Salatiga. Jurnal Resolusi Vol. 1 No. 1 Juni 2018. h. 86

3 Soemarno Soedarsono. Membangun Kembali Jati Diri Bangsa. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia. 2008). h. 26

(13)

2

negarawan, politisi, nasionalis, dan humanis.4 Soekarno juga merupakan salah satu pelopor sekaligus pendiri yang memiliki pengaruh besar terhadap ideologi tersebut. Pak Karno mempunyai kepribadian yang amat tenang.5 Dengan kehendak yang membulat dan menjadi satu, ketetapan hati yang menggumpal menjadi satu, tekad yang membaja menjadi satu, seluruh bangsa kita, kaya, miskin, tua, muda, laki, perempuan, terpelajar, buta huruf, seluruh bangsa kita bangkit bergerak, berjuang untuk membenarkan, mewujudkan Proklamasi 17 Agustus itu.6 Dari ungkapan tersebut sangat jelas Soekarno memiliki peran yang sangat besar bukan hanya dalam memikirkan landasan dasar negara akan tetapi dia juga mampu mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk berjuang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Soekarno mengatakan bahwa, benar Pancasila itu resmi menjadi dasarnya falsafah Negara Republik Indonesia, sebagai tercantum dalam mukadimah Undang-Undang Dasarnya, tetapi Soekarno menganggap Pancasila itu telah lama tergurat pada jiwa bangsa Indonesia. Soekarno menganggap Pancasila itu corak karakternya bangsa Indonesia.7 Soekarno juga mengatakan bahwa, Nasionalisme kita harus nasionalisme yang mencari selamatnya perikemanusiaan.8 Tentunya sebelum dia menggagaskan pemikiran-pemikirannya itu dia juga pasti memiliki pergolakan pemikiran yang sangat mempengaruhi dirinya untuk sampai kepada ideologi tersebut. Maka, peneliti sangat yakin dan percaya bahwa setiap tulisan maupun pidato Soekarno memiliki nilai-nilai filosofis yang

4 Ahmad Rofi’ Usmani. Ensiklopedia Tokoh Muslim. (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015).

h. 579

5 Jakob Oetama. Berpikir Ulang tentang Keindonesiaan. (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. 2002). h. 245

6 Soekarno. Dibawah Bendera Revolusi. Jilid II, Cet. Kedua. (Djakarta: Di Bawah Bendera Revolusi. 1965). h. 3

7 Soekarno. Filsafat Pancasila menurut Bung Karno. (Jakarta: Media Pressindo. 2019).

Cet. 4. h. 44

8 Soekarno. Pokok-pokok Ajaran Marhaenisme menurut Bung Karno. (Jakarta: Media Pressindo. 2019). Cet. 7. h. 51

(14)

terkandung di dalamnya sehingga peneliti sangat tertarik mengambil sudut pandang mengenai lambang-lambang Pancasila menurut Soekarno.

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat atau terakhir bagian akhir terdapat rumusan yang menyatakan: Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rumusan itu terjalin secara harmonis, hirarkis, piramidal, terpadu, padat, utuh, bulat, dan menyeluruh. Dimana sila pertama

"Ketuhanan Yang Maha Esa" yang menyinari dan mendasari keempat sila yang lain dari rumusan itu.9 Kelahiran Pancasila pun salah satunya didasari atas dasar yaitu, Negara tidak memihak kepada suatu golongan yang paling kuat, atau yang paling besar, tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat, akan tetapi negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan.10 Sehingga, Negara-negara Asia-Afrika memandang pada Indonesia bahwa, Banyak yang mengadopsi falsafah Pancasila kami.11

Pancasila memiliki lima sila dengan lambang yang berbeda. Sila pertama, ketuhanan yang Maha Esa dilambangkan dengan Bintang Tunggal. Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab dilambangkan dengan Rantai Emas. Sila ketiga, persatuan Indonesia dilambangkan dengan Pohon Beringin. Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dilambangkan degan Kepala Banteng dan Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoneisa dilambangkan dengan Padi dan Kapas. Lima Sila yang ada pada Pancasila tidaklah relevan apabila tidak mengandung nilai-nilai filosofis di

9 Riyanto. “Pancasila Dasar Negara Indonesia.” Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-37 No. 3 Juli-September. 2007. h. 464

10 Kumpulan Pidato BPUPKI. Lahirnya Pancasila. (Jakarta: Media Pressindo. 2019). Cet. 3.

h. 55

11 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (Jakarta: Yayasan Bung Karno. 2019). Cet. 6. h. 362

(15)

4

dalamnya. Karena Pancasila itu sendiri merupakan hasil dari pemikiran para Founding Father (Bapak Pendiri) yang berangkat dan berlandaskan dari situasi dan kondisi pada saat itu yang mengharuskan Indonesia memiliki landasan dasar negara. Berdasarkan inilah peneliti meyakini bahwa setiap unsur di dalam Pancasila pasti memiliki nilai-nilai filosofi, baik itu filosofi dari isi maupun yang terdapat pada Lambang-lambangnya.

Namun, pada penelitian ini peneliti hanya akan berfokus untuk membahas nilai-nilai filosofi yang terkadung di dalam lambang sila-sila Pancasila.

Kelima lambang sila-sila dalam Pancasila tersebut akan peneliti teliti filosofi yang terkandung di dalam gambar, bentuk, maupun warnanya dengan menggunakan perspektif Soekarno.

Dewasa ini, banyak sekali orang yang memegang teguh ideologi tersebut namun mereka tidak paham makna yang terkandung di dalam lambang sila-sila dalam Pancasila itu sendiri. Kebanyakan penelitian pun hanya sekedar menjelaskan nilai-nilai filosofis dalam Pancasila secara umum tidak secara terperinci seperti yang akan peneliti teliti. Begitu juga banyaknya penelitian yang menjelaskan pemikiran Soekarno tentang Pancasila namun tidak menjelaskan mengenai makna atau filosofi yang terdapat pada setiap lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno.

Maka dari itu Peneliti berharap penelitian yang berjudul Filosofi Lambang Sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno ini dapat diterima sehingga penelitian ini akan berfokus pada filosofi di setiap Lambang dalam Pancasila mulai dari segi gambar, bentuk dan warna-warnanya untuk ditarik kesimpulan bahwa antara isi dengan lambang Pancasila memiliki keterkaitan yang erat dan banyak nilai-nilai Filosofi yang terkandung di dalamnya. Agar tidak melebar pemahamannya, Peneliti menggunakan satu sudut pandang yaitu menurut pemikiran Soekarno yang nantinya akan peneliti kaitkan dengan semua yang berkaitan dengan Soekarno semasa hidupnya mulai dari Agama, Sosial, Budaya, Pemikiran, Sejarah dan lain- lain. Serta peneliti berharap penelitian ini dapat melengkapi penelitian- penelitian sebelumnya.

(16)

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti membuat batasan masalah dengan membatasi masalah penelitian ini pada pemikiran Sukarno tentang Pancasila.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana filosofi dari lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Sukarno? Dan apakah ada hubungannya antara isi/bunyi sila dengan lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Sukarno?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Menjelaskan filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno.

b. Menjelaskan pemikiran Soekarno tentang keterkaitan isi/bunyi dengan filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila.

a. Menjelaskan pemikiran Soekarno tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila yang berkaitan dengan semua yang berkaitan dengan Soekarno semasa hidupnya mulai dari Agama, Sosial, Budaya, Pemikiran, Sejarah dan lain-lain.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Akademis

Secara akademis, penelitian ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Agama pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam.

b. Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang filsafat.

Serta dapat dijadikan landasan untuk memperkaya wawasan tentang filosofi lambang-lambang dalam Pancasila menurut Soekarno.

(17)

6

c. Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi referensi dan dapat memberi pemahaman kepada masyarakat mengenai filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno.

D. Tinjauan Pustaka

Dari beberapa referensi judul skripsi dan karya tulis ilmiah yang telah dibaca oleh peneliti, penelitian ini bukan yang pertama kalinya, ada beberapa karya ilmiah yg sudah dipublikasikan tentang Filosofi Pancasila menurut Soekarno.

Pertama, Dwi Siswoyo (2013). Jurnal tentang “Pandangan Bung Karno tentang Pancasila dan Pendidikan”. Cakrawala Pendidikan, Februari 2013, Th. XXXII, No. 1, FIP Universitas Negeri Yogyakarta.

Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang esensial dari pandangan Bung Karno tentang Pancasila dan pendidikan sehingga dapat memberikan gambaran pandangan tentang urgensi nasionalisme dalam membangun bangsa dan urgensi Pancasila sebagai dasar filosofi negara termasuk sebagai dasar filosofi pendidikan nasional Indonesia, serta urgensi pendidikan nasional dalam membangun kepribadian (karakter) bangsa Indonesia.12 Pada Jurnal ini, tidak dijelaskan mengenai pandangan Soekarno tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila. Maka dari itu, Jurnal ini sangat berbeda dengan penelitian yang akan peneliti teliti.

Kedua, Fani Pradana (2014). Skripsi tentang “Implementasi Nilai- nilai Pancasila Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Santri di Pondok Pesantren”. Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan implementasi nilai-nilai pancasila sila kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kehidupan santri di Pondok Pesantren

12 Dwi Siswoyo. “Pandangan Bung Karno tentang Pancasila dan Pendidikan”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Februari 2013. Th. XXXII, No. 1. h. 103

(18)

Muhammadiyah Kudus.13 Perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang akan Peneliti teliti adalah redaksi dan isi jelas sangat berbeda. Di dalam skripsi ini sama sekali tidak membahas mengenai pemikiran Soekarno tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila.

Ketiga, Ajik Arfian (2014). Skripsi tentang “Hubungan Pemahaman Nilai-nilai Pancasila dalam Pembelajaran PKN dengan Karakter Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang”. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang. Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu: religius, berjiwa kemanusiaan, nasionalis, demokratis, dan berjiwa sosial.14 Pada skripsi ini, tidak dijelaskan mengenai pemikiran Soekarno tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila. Akan tetapi, skripsi ini lebih cenderung menjelaskan hubungan pemahaman nilai-nilai Pancasila dalam pembelajaran PKN dengan karakter siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Magelang. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa skripsi ini berbeda baik secara redaksi maupun isi dengan penelitian yang akan Peneliti teliti.

Keempat, Turiman (2014). Jurnal tentang “Menelusuri “Jejak”

Lambang Negara Republik Indonesia Berdasarkan Analisis Sejarah Hukum” Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No.1 Januari-Maret 2014. Penelusuran sejarah memerlukan bukti-bukti sejaman, sebagai suatu

"recorded memory" yang sangat penting serta diperlukan dalam

13 Fani Pradana. Implementasi Nilai-nilai Pancasila Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Kehidupan Santri di Pondok Pesantren. Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014. h. xxi

14 Ajik Arfian. Hubungan Pemahaman Nilai-nilai Pancasila dalam Pembelajaran PKN dengan Karakter Siswa Kelas VIII Smp Negeri 13 Magelang. Skripsi Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta. 2014. h. vii

(19)

8

pembuktian sejarah.15 Jurnal ini bertujuan menjelaskan sejarah awal mula lambang negara Republik Indonesia berdasarkan analisis sejarah hukum.

Sehingga, menurut Peneliti jurnal ini sangat berbeda dengan penelitian yang ingin Peneliti teliti karena di dalam jurnal ini tidak menjelaskan mengenai filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno.

Kelima, Helmi Ali Rakhbini (2016). Skripsi tentang “Integrasi Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter di SMP PGRI Dlingo Maladan, Jatimulyo, Dlingo, Bantul”. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta. Skripsi ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pendidikan karakter diterapkan di SMP PGRI Dlingo, 2) mengetahui penerapan integrasi nilai Pancasila dalam pendidikan karakter di SMP PGRI Dlingo, dan 3) mengetahui pengaruh pendidikan karakter bagi murid-murid SMP PGRI Dlingo.16 Skripsi ini jelas sangat berbeda dengan penelitian yang akan Peneliti teliti karena pada skripsi ini tidak terdapat penjelasan atau pembahasan mengenai pemikiran Soekarno tentang filosofi lambang sila- sila dalam Pancasila.

Keenam, Abdul Karim Habibullah (2019). Skripsi tentang “Nilai- nilai Filosofis Pancasila menurut Soekarno”. Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalam Pancasila menurut Soekarno dan mengetahui konsep Pancasila secara menyeluruh. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis untuk mengetahui permasalahan dalam pemahaman nilai Pancasila menurut pemikiran Soekarno sebagai Dasar Negara, yang merujuk kepada rujukan primer yaitu Filsafat Pancasila menurut Bung

15 Turiman. “Menelusuri “Jejak” Lambang Negara Republik Indonesia Berdasarkan Analisis Sejarah Hukum”. Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-44 No. 1 Januari-Maret, 2014. h. 121

16 Helmi Ali Rakhbini. Integrasi Nilai Pancasila dalam Pendidikan Karakter di SMP PGRI Dlingo Maladan, Jatimulyo, Dlingo, Bantul. Skripsi Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Yogyakarta. 2016. h.

ii

(20)

Karno karya Ir. Soekarno dan mengacu pada buku Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI karya Kumpulan Pidato agar penulis mampu mendeskripsikannya secara terperinci dalam pemahaman yang komperhensif.17 Meskipun di dalam penelitian ini terdapat sumber data primer yang sama, Peneliti menemukan adanya perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang akan Peneliti teliti yaitu, redaksi dan isinya yang berbeda. Peneliti akan lebih membahas mengenai Filosofi yang terkandung di dalam lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno sedangkan pada Skripsi ini tidak dijelaskan secara spesifik mengenai filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno. Penulis skripsi ini hanya berbicara mengenai nilai-nilai Filosofis yang terkandung di dalam Pancasila secara menyeluruh. Karena itu, sangat jelas sekali bahwa skripsi ini berbeda dengan penelitian yang akan peneliti teliti.

Ketujuh, Bella Rosa (2019). Skripsi tentang “Implementasi Nilai Pancasila dalam Mengembangkan Sikap Sosial Siswa di SMA Negeri 4 Bandar Lampung”. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan sikap sosial siswa dan implementasi nilai Pancasila di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.18 Secara redaksi dan isi jelas sangat berbeda kerana skripsi ini sama sekali tidak menjelaskan pemikiran Soekarno tentang filosofi lambang-lambang dalam Pancasila.

Kedelapan, Mahmud Alwi (2019). Skripsi tentang “Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Kurikulum PAI di SMP Negeri 9 Yogyakarta”. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tujuan dari skripsi ini (1) untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila yang diaktualisasikan di SMP Negeri 9 Yogyakarta (2) untuk mengetahui

17 Abdul Karim Habibullah. Nilai-nilai Filosofis Pancasila menurut Soekarno. Skripsi Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019. h. ii

18 Bella Rosa. Implementasi Nilai Pancasila dalam Mengembangkan Sikap Sosial Siswa di SMA Negeri 4 Bandar Lampung. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung. 2019. h. ii

(21)

10

pengembangan kurikulum PAI di SMP Negeri 9 Yogyakarta (3) Untuk mengetahui aktualisasi nilai-nilai sila Pancasila dalam pengembangan kurikulum PAI di SMP Negeri 9 Yogyakarta.19 Meskipun skripsi ini membahas tentang nilai-nilai Pancasila, namun skripsi ini sama sekali tidak membahas tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno. Maka, Peneliti berkesimpulan bahwa skripsi ini berbeda dengan penelitian yang akan Peneliti teliti.

Kesembilan, Dr. Aminuddin, S.Sos, M.A. (2020). Jurnal tentang

“Pancasila dalam Bingkai Pemikiran Soekarno (Fondasi Moral dan Karakter Bangsa).” Al-Harakah, Volume 03. No. 01 Jan – Jun 2020.

Jurnal ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pemikiran Soekarno dalam mempertahankan ideologi budaya kebangsaan tentunya dengan upaya menanamkan kembali pemahaman nilai-nilai dari Pancasila sebagai falsafah Negara Indonesia. Salah satu dimensi gerakan pembudayaan, yang juga berarti pengamalannya dalam kehidupan nyata adalah pengembangan pemikiran tentang nilai-nilai Pancasila yang tetap berada dalam kerangka paradigma atau kandungan hakekat yang sesungguhnya dan dijadikan fondasi dalam membentuk moral dan karakter bangsa Indonesia yang multikultural, sehingga hubungan harmonis dalam keberagaman bangsa tetap terjaga. Untuk itu, dalam mempertahankan ideologi budaya kebangsaan tentunya dengan upaya menanamkan kembali pemahaman nilai-nilai dari Pancasila sebagai falsafah Negara Indonesia.20 Oleh karena itu, Jurnal ini sangat berbeda baik redaksi maupun isi dengan penelitian yang akan Peneliti teliti.

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peneliti tidak menemukan adanya kesamaan judul skripsi dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Tentunya, walaupun redaksinya hampir

19 Mahmud Alwi. Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Pengembangan Kurikulum PAI di SMP Negeri 9 Yogyakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2019. h. ix

20 Aminuddin. “Pancasila dalam Bingkai Pemikiran Soekarno (Fondasi Moral dan Karakter Bangsa)”. Jurnal Al-Harakah Volume 03. No. 01 Jan – Jun 2020. h. 59

(22)

mirip dengan penelitian yang diajukan ini namun secara garis besar sangatlah berbeda karena peneliti bukan hanya sekedar memahami nilai- nilai yang terkandung di dalam Pancasila ataupun pemikiran Soekarno tentang nilai-nilai filosofis Pancasila secara umum. Tapi, peneliti akan menjelaskan secara spesifik tentang filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno yang tertuang di dalam karya-karyanya yaitu Filsafat Pancasila menurut Bung Karno karya Ir. Soekarno dan mengacu pada buku Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI karya Kumpulan Pidato agar peneliti mampu mendeskrpikan pemikiran Soekarno secara komperhensif dan sistematis. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti gunakan merupakan kajian pustaka atau yang sering disebut libraray research, artinya penulis mengumpulkan dari buku-buku, majalah, kamus, jurnal, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan objek kajian penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang objeknya adalah pemikiran pemikiran Soekarno. Oleh karena itu dibutuhkan sumber-sumber yang mendukung penelitian ini. Sumber-sumber tersebut terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder serta sumber data pendukung lainnya.

1. Sumber data primer dari penelitian ini yaitu Filsafat Pancasila menurut Bung Karno karya Ir. Soekarno, dan Lahirnya Pancasila Kumpulan Pidato BPUPKI karya Kumpulan Pidato.

2. Data sekunder atau data pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams.

Dalam melakukan analisis penelitian ini, peneliti menggunakan Jenis metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis untuk menyelidiki pemikiran Soekarno tentang folosofi yang

(23)

12

terkandung di dalam Lambang-lambang Pancasila. Pertama sekali, peneliti akan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian baik data primer maupun sekunder yang berkaitan dengan Filosofi Lambang Sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno. Kemudian penulis akan menjelaskan secara deskriptif dan menganalisa data-data yang terkumpul dalam penelitian tersebut. Teknik penulisan dalam penelitian ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2017 berdasarkan SK REKTOR No. 507.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, maka penelitian ini disusun dalam lima Bab besar sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menjadi alasan pelaksanaan penelitian ini, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Pada bagian ini penting bagi peneliti untuk memperjelas apa masalah yang diangkat, di mana batasan masalahnya, dan bagaimana rumusannya. Selanjutnya, Bab II akan dibahas tokoh yang berkaitan erat dengan pembahasan skripsi ini yaitu Soekarno, termasuk di dalamnya biografi dan pemikirannya, kondisi sosial politik pada masanya dan pergolakan pemikirannya.

Pada Bab III akan membahas Pancasila dalam perspektif, pada bab ini akan disajikan sebuah pengantar, lalu dilanjutkan dengan perspektif tokoh-tokoh nasional, yaitu; Nicolaus Driyarkara, Notonagoro dan Yudi Latif yang akan lebih memperkuat teori tentang filosofi Pancasila dari berbagai sudut pandang. Kemudian Bab IV akan membahas pemikiran Soekarno tentang Pancasila yaitu, Pengantar, lalu dilanjutkan degan pemikiran Soekarno mengenai Sila Pertama tentang Ketuhanan, Sila Kedua tentang Perikemanusiaan, Sila Ketiga tentang Kebangsaan, Sila

(24)

Keempat tentang Kedaulatan Rakyat dan Sila Kelima tentang Keadilan Sosial.

Kemudian dilanjutkan dengan Bab V berisi pembahasan mengenai filosofi lambang sila-sila dalam Pancasila menurut Soekarno, yang di dalamnya terdapat pengantar, filosofi lambang Bintang Tunggal, filosofi lambang Rantai Emas, filosofi lambang Pohon Beringin, filosofi lambang Kepala Banteng dan filosofi lambang Kapas dan Padi. Terakhir, Bab VI berisi penutup yang menjelaskan titik terang atau kesimpulan dari penelitian ini serta pemberian saran-saran atas isi dan analisa dalam karya ilmiah.

(25)

14 BAB II

BIOGRAFI SUKARNO DAN PEMIKIRANNYA

A. Riwayat Hidup Sukarno

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, 18 Shafar 1319 H/6 Juni 1901 M.1 Soekarno adalah anak dari seorang ibu kelahiran Bali dari kasta Brahmana. Nama lengkapnya, Ida Ayu Nyoman Rai merupakan keturunan bangsawan. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman ibunya. Bapaknya berasal dari Jawa. Nama lengkapnya Raden Sukemi Sosrodihardjo. Raden merupakan gelar kebangsawanan. Dan bapaknya berasal dari keturunan Sultan Kediri.2 Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang merupakan seorang guru, ditempatkan di sebuah Sekolah Dasar Pribumi di daerah Singaraja, Bali.3

Sukemi dan Idayu bisa saling jatuh hati bermula pada suatu hari, Sukemi melihat Idayu sedang membersihkan pura. Di kesempatan lain, ia melihat lagi gadis itu. Sore demi sore berlalu, akhirnya ia menegur Idayu.

Sapaan itu berbalas. Mereka pun mulai akrab. Bahkan, mereka saling tertarik dan jatuh hati. Akhirnya, Sukemi memberanikan diri menemui orang tua Idayu.4 Ketika Sukemi meminta Idayu kepada orang tuanya, Ayahanda Idayu menolak karena Sukemi berasal dari Jawa dan beragama Islam. Nyoman Rai adalah seorang keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu, sedangkan Raden Soekemi sendiri menganut agama Islam.5 Dari perbedaan suku dan agamanya tersebut memang rasanya sulit untuk keduanya bisa menikah secara normal tanpa kendala apapun karena pada saat itu juga belum ada pernikahan antar suku apalagi sampai berbeda agama. Lantaran ingin segera menikah, Sukemi dan Idayu meminta

1 Ahmad Rofi’ Usmani. Ensiklopedia Tokoh Muslim. (Bandung: PT Mizan Pustaka. 2015).

h. 579

2 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. (Jakarta: Yayasan Bung Karno. 2019). Cet. 6. h. 23

3 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. (Yogyakarta: Roemah Soekarno. 2019). h. 1

4 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap Negarawan Sejati. (Yogyakarta: C- Klik Media. 2018). h. 2

5 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 1

(26)

bantuan kepada salah satu sahabat Sukemi yang menjabat kepala polisi. Di rumah sahabat itulah, mereka menikah. Kemudian, utusan dikirim ke rumah orang tua Idayu untuk memberitahukan bahwa putri mereka sudah resmi menikah secara Islam.6

Setelah menikah dengan Idayu, Sukemi mengajukan permohonan kepada Departemen Pengajar agar dipindahkan ke Pulau Jawa. Ia merasa tidak begitu disukai oleh orang-orang di Bali. Permohonannya dikabulkan.

Selanjutnya, ia pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Di kota itu, lahir putra mereka, yakni Kusno.7 Kusno merupakan nama Soekarno pada saat dia masih kecil. Semula namanya adalah Kusno Sosrodihardjo. Tapi karena Kusno kecil selalu sakit-sakitan, maka namanya diganti menjadi Soekarno.8 Sukemi berkata, “Namanya tidak cocok. Kita harus memberinya nama lain supaya tidak sakit-sakitan lagi.” Sukemi sangat gandrung pada kisah Mahabharata. Pada suatu hari, ketika Sukarno menjelang usia remaja, Sukemi berkata, “Kus, kau akan kunamai Karna.

Karna termasuk salah satu pahlawan terbesar dalam cerita Mahabharata.”9 Karena itulah nama Koesno diganti menjadi Soekarno. Soekarno mempunyai kakak perempuan bernama Sukemi. Usianya 2 tahun lebih tua daripada Kusno.10 Dalam masyarakat Jawa, memakai 1 nama saja merupakan hal biasa. Di sekolah, tanda tangan “Soekarno” dieja

“Sukarno” menurut ejaan Belanda. Setelah Indonesia merdeka, ia memerintahkan supaya segala ejaan “oe” kembali ke “u”. Ejaan dari

“Soekarno” pun menjadi “Sukarno”, walaupun Sukarno menulis tanda tangannya dengan S-O-E.11 Oleh karena itu, di dalam berbagai literatur nama orang-orang yang hidup di zaman itu apabila terdapat ejaan “u”

terkadang masih ditulis “oe”.

6 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 2

7 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 3

8 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). (Jogjakarta: Garasi. 2020).

Cet. 2. h. 14

9 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 12

10 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 4

11 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 13

(27)

16

Nama Soekarno tersebut diambil dari nama seorang panglima perang di dalam kisah Bharatayudha, yaitu Karna. Nama “Karna” tersebut pun diubah menjadi “Karno”. Hal itu dikarenakan di dalam bahasa Jawa, huruf yang ditulis “a” ketika diucapkan biasanya berubah menjadi huruf

“o”. Sedangkan awalan “su” pada kata Soekarno sendiri memiliki arti

“baik”. Nama Soekarno terinspirasi dari sebuah cerita pewayangan. Dalam kisah wayang tersebut terdapat tokoh bernama Adipati Karno. Dari tokoh itu lah nama Koesno Sosrodihardjo pun diganti menjadi Soekarno.12 Nama Soekarno berasal dari dua kata, yaitu “Soe atau Su” yang memiliki arti keturunan, dan “Karno” yang memiliki arti karena. “Karno” dalam bahasa Jawa diartikan sebagai amargo, kerno, dan karna. Dengan demikian dalam bahasa Jawa, kata “Karna” pada nama Soekarno mengandung arti yang sangat erat dengan suatu pemfitnahan. Dalam bahasa Indonesia sendiri terdapat bentuk baku “karena” yang mengarah pada suatu sebab akibat yang ditujukan kepada seseorang atau orang yang terkait.13 Makna pemfitnahan ini peneliti artikan sebagai seseorang yang bertujuan untuk memberikan stigma negatif atas suatu peristiwa, dalam hal ini Seokarno semasa hidupnya memang menjadi sosok yang sangat berpengaruh terhadap kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dia mampu menebarkan semangat perjuangan melawan para penjajah atas kelihaiannya dalam mempengaruhi dan menebarkan stigma negatif tentang para penjajah Belanda yang kejam dan bengis sehingga membuat rakyat sengsara dan menderita. Oleh karena itu, nama Soekarno layak disandang oleh dirinya karena mampu membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan yang telah dijajah ratusan tahun oleh Belanda.

Ketika Soekarno lahir, saat itu Indonesia masih dalam jajahan Belanda. Zaman yang penuh dengan penyiksaan dan perjuangan. Di zaman itu pula upaya demi upaya telah dilakukan untuk melawan para

12 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 2

13 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 3

(28)

penjajah agar pergi dari Nusantara ini. Jika kita membayangkan di Zaman yang gelap itu Soekarno dilahirkan sungguh begitu kerasnya perjuangan yang telah dilakukannya untuk sampai kepada kemerdekaan negeri kita tercinta ini. Keyakinan dan tekad yang kuat mengantarkannya menjadi orang yang mulia. Menurut Ibunya, kelahiran Soekarno di waktu fajar memiliki makna khusus. Kata Soekarno, ibunya pernah mengatakan:

“Kelak engkau akan menjadi orang yang mulia, karena ibu melahirkanmu jam setengah enam pagi di saat fajar mulai menyingsing. Kita orang Jawa mempunyai suatu kepercayaan, bahwa orang yang dilahirkan di saat matahari terbit, nasibnya telah ditakdirkan terlebih dulu. Jangan lupakan itu, jangan sekali-kali kau lupakan, nak, bahwa engkau ini putra dari sang Fajar.”14 Dari perkataan ibunya itu membuat Soekarno yakin bahwa kelahiran dirinya memang memiliki makna yang khusus. Bagaimana tidak memiliki makna yang khusus? Hari lahirnya saja ditandai oleh angka serba enam yaitu tanggal 6 Juni. Dan membuatnya semakin percaya diri bahwa dirinya kelak akan bernasib sangat baik.

Soekarno percaya bahwa dirinya bernasib sangat baik dengan dilahirkan di bawah bintang Gemini, lambang anak kembar. Dan memang itulah Soekarno yang sebenarnya.15 Soekarno memang merasa bahwa dirinya memiliki dua sifat yang sangat bertentangan, terkadang dia bisa tenang seperti air atau dia juga bisa keras seperti baja. Soekarno melihat dirinya yang terdiri dari dua sifat yang berlawanan sebagai satu kemungkinan pertanda nasibnya di dunia politik. “Karena aku terdiri dari dua belahan, aku dapat memperlihatkan segala rupa; aku dapat mengerti segala pihak; aku memimpin semua orang. Boleh jadi ini secara kebetulan bersamaan. Boleh jadi juga pertanda lain. Akan tetapi, kedua belahan dari watakku itu menjadikanku seseorang yang merangkul semuanya.”16 Sifat itu lah yang membuat dirinya menjadi bijaksana dan berkarisma. Bahkan dikeluarganyapun ia kerap menjadi pusat perhatian. Dan itu memang

14 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 14

15 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 22

16 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 14

(29)

18

merupakan cikal bakal sifat seorang pemimpin yang sudah ada pada dirinya sejak dia masih kecil.

Namun di balik pertanda nasib dan kelahirannya tersebut dikisahkan bahwa masa kecil Soekarno bersama orang tuanya hanya berlangsung selama beberapa tahun saja.Pada masa kecilnya, Bung Karno, yang masih bernama Koesno, sejak berumur tiga tahun dititipkan di rumah kakek dan neneknya di daerah Tulungagung, Jawa Timur.17 Karena keluarga Sukemi tergolong miskin, berat baginya untuk memberi makan 2 orang anak. Keluarga Sukemi sering bergantung pada kebaikan dan keramahan para tetangga.18 Karena tingkat ekonomi keluarga Soekarno yang terlalu sederhana, kakek-nenek Soekarno dari pihak sang ayah, lantas memutuskan untuk membawanya tinggal bersama mereka di daerah Tulung Agung, Jawa Timur.19 Sang kakek yang bernama Raden Hardjodikromo, secara ekonomi, memang tidak dapat dibilang mampu.

Akan tetapi masyarakat Tulungagung begitu menghormatinya. Ia sangat gemar menolong sesama. Tidak hanya dengan kemampuannya mengobati orang yang sedang sakit tanpa pamrih atau imbalan sepeser pun, tetapi juga dengan berbagai petuah dan pitutur yang selalu berguna dan bermanfaat bagi orang lain.20 Pada saat tinggal bersama kakek dan neneknya, Koesno begitu dimanjakan dalam asuhan sang kakek. Walaupun Koesno hadir sebagai anak kecil yang bengal, bandel, dan tidak pintar di sekolahnya, kakeknya selalu berusaha memberikan nasihat-nasihat yang mudah untuk dipahami oleh anak-anak seusianya. Kakek dan neneknya tidak bosan-bosan untuk selalu mengingatkan dan memberikan petuah serta nasihat-nasihat kepadanya sehingga kelak Koesno akan menjadi remaja, bahkan orang yang sukses dan berhasil di masa dewasanya.21

17 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 9

18 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 10

19 Sapto M Wardoyo. Jejak Keteladanan Soekarno. (Sleman Yogyakarta: Brilliant Books.

2018). h. 3

20 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 9

21 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 10

(30)

Bung Karno pertama kali bersekolah di Tulungagung.22 Akan tetapi Soekarno yang pada saat itu sudah memasuki usia 10 tahun, kedua orang tuanya lantas membawanya kembali untuk tinggal bersama keluarganya di Mojokerto, Jawa Timur dan memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Waktu itu, Sukarno bersekolah di Holland Inlandsche School (HIS) kelas dua, 30 siswa sekolah tersebut adalah anak-anak Bumiputra.

Sukemi menjadi Mantri Guru di sana. Ini adalah jabatan untuk kepala sekolah, tetapi pemerintah kolonial melarang orang Bumiputra memakai pangkat kepala sekolah.23 Di waktu itu belum ada bahasa persatuan bagi bangsa Indonesia. Sampai kelas tiga setiap murid berbicara dalam bahasa Jawa. Dari kelas tiga sampai kelas lima guru memakai bahasa Melayu, bahasa percakapan yang telah tersebar ke seluruh bagian Hindia Belanda dan akhirnya menjadi dasar bagi bahasa nasional kami, bahasa Indonesia.

Dua kali seminggu kami diajar bahasa Belanda.24 Ketika Sukarno naik kelas 5, Sukemi berkata kepadanya, “Bapak ingin mengirimmu ke sekolah tinggi Belanda. Karena itu, Bapak harus memasukkanmu terlebih dulu ke sekolah rendah Belanda.” Lantaran teringat dengan pengalamannya di klub sepak bola yang seringkali, Anak-anak Belanda memandang rendah Sukarno dengan berteriak “Hei anak kulit cokelat goblok yang malang...!

Bumiputra...! inlander...! Anak Kampung, kau lupa memakai sepatu...!

sehingga melukai hatinya.25 Sukarno bertanya, “Apakah aku tidak dapat meneruskan sekolah Bumiputra?”. Ayahnya menjawab, “Pendidikan Bumiputra hanya sampai kelas 5. Tidak ada lanjutannya untuk kita. Kita tidak boleh masuk Sekolah menengah Belanda kalau bukan lulusan Sekolah Rendah Belanda. Tanpa ijazah ini, kita tidak bisa masuk Sekolah Tinggi Belanda,”.26 Di tahun 1911, ayah Soekarno memutuskan untuk memasukkan ia ke Europesche Lagere School (ELS), setelah sempat pula

22 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 20

23 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 16

24 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 34

25 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 15

26 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 16

(31)

20

mencicipi pendidikan di Eerste Inlandse School. Ayah Soekarno berkesimpulan bahwa dengan memasukkan anaknya ke salah satu sekolah bangsa Eropa, agar kelak Soekarno dapat lebih mudah diterima masuk ke sekolah Hoogere Burger School (HBS).27 Setelah Soekarno menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Rendah Belanda pada tahun 1915, benar yang dikatakan oleh ayahnya. Soekarno akhirnya bisa melanjutkan pendidikannya ke salah satu sekolah HBS, yang berlokasi di Surabaya.

Berkat kemauan dan tekad yang kuat, Soekarno berhasil melanjutkan pendidikannya di Hoogere Burger School (HBS) dan sejak saat itulah Soekarno berkenalan dengan sosok yang sangat berpengaruh dalam hidupnya yaitu Haji Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto. Sebelum Soekarno berangkat ke Surabaya, Sukemi berkata, “Nak, di sana, kau akan tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Dia adalah kawan bapak di Surabaya sejak sebelum kau ada.” Sukemi pun bertanya “kau tau siapa Tjokro?”, lalu Sukarno menjawab, “Aku hanya tau dia berkeliling untuk mempropagandakan keyakinan politiknya. Aku ingat, ia datang ke kampung kita untuk mengadakan pidato dan menginap. Lalu, Bapak mengobrol dengan dia sampai subuh.” Lalu, Sukemi pun menjawab

“Tjokro adalah pemimpin politik di Jawa. Walaupun kau akan mendapat pendidikan Belanda, bapak tidak ingin kau menjadi orang yang kebarat- baratan. Karena itu, kau kukirim kepada Tjokro, orang yang dijuluki oleh Belanda sebagai Raja Jawa yang tidak dinobatkan. Bapak ingin kau tidak melupakan bahwa warisanmu adalah untuk menjadi Karna kedua.”28 Oleh karena itu, Sukemi selain menginginkan Sukarno bisa sekolah di HBS, dia juga menginginkan putranya yaitu Sukarno dapat belajar sejak dini dan menimba ilmu kepada Tjokroaminoto yang merupakan sahabat dekatnya.

Selain itu, Tjokroaminoto adalah tokoh sekaligus pemimpin organisasi Sarekat Islam. Soekarno pun banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam di pondokan tersebut, yaitu sebuah organisasi

27 Sapto M Wardoyo. Jejak Keteladanan Soekarno. h. 4

28 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 20

(32)

yang dipimpin oleh Tjokroaminoto pada saat itu. Pemimpin-pemimpin tersebut di antaranya adalah Alamin, Musso, Dharsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis. Pada tempat inilah Soekarno banyak belajar mengenai politik dan cara atau strategi yang dapat membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Di tempat tersebut pula, Bung Karno mengenal paham yang diperjuangkan oleh organisasi-organisasi kepemudaan di Indonesia, yaitu Budi Utomo. Kemudian, sejak bertemu dengan pemimpin-pemimpin Sarekat Islam tersebut, Soekarno menjadi aktif di dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo, yakni organisasi yang dibentuk sebagai organisasi pemuda Budi Utomo.29

Pada saat usianya menginjak 16 tahun, pertama kali Sukarno bergabung perkumpulan politik Tri Koro Darmo yang berarti “Tiga Tujuan Suci” dan melambangkan kemerdekaan politik, ekonomi, serta sosial. Pada dasarnya, Tri Koro Darmo adalah suatu organisasi sosial yang anggotanya terdiri atas para pelajar.30 Soekarno mulai berkenalan dan menjadi sering bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh penting yang telah memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dari para penajajah. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Tjipto Mangoenkoesoemo dan juga Douwes Dekker, yang pada saat itu menjabat sebagai pemimpin di National Indische Partij. Dr. Douwes Dekker Setiabudi merupakan seorang patriot yang telah menderita selama bertahun-tahun dalam pembuangan. Ketika umurnya sudah lebih dari 50 tahun dia menyampaikan kepada partainya, National Indische Partij,

“Tuan-tuan, aku tidak ingin disebut seorang veteran. Sampai masuk ke liang kubur aku ingin menjadi pejuang untuk Republik Indonesia.

Sekarang aku telah berjumpa dengan pemuda Sukarno. Umurku semakin lanjut dan bilamana tiba ajalku, aku sampaikan kepada Tuan-tuan, bahwa adalah keinginanku agar Sukarno menjadi penggantiku.” “Anak muda ini,”

dia menambahkan, “akan menjadi Juru Selamat dari rakyat Indonesia di

29 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 21

30 Anom Whani Wicaksana. Sukarno Biografi Lengkap. h. 28

(33)

22

masa yang akan datang.”31 Setelah itu, nama organisasi tersebut kemudian diganti menjadi Jong Java (Pemuda Jawa) pada tahun 1918 oleh Bung Karno sendiri.32

Sejak Sukarno mengenal dan bertukar pikiran bersama tokoh-tokoh penting tersebut, wawasan dan cara berpikir Soekarno pun menjadi semakin matang dan bijaksana. Tak heran jika saat Soekarno remaja banyak yang meramalkan Sukarno kelak menjadi pemimpin besar.

Ramalan yang sangat bagus, pertama kali diucapkan oleh ibunya di waktu Sukarno lahir dan dikemukakan kembali oleh neneknya waktu Sukarno masih bocah kecil dan lagi-lagi disampaikan oleh Profesor Hartagh saat Sukarno remaja, kembali diucapkan ketika usianya menjelang 20 tahun.

Dan oleh dua orang yang berbeda.33

Ramalan yang kedua keluar dari pak Cokro. Sebagai seorang penganut Islam yang saleh, dia banyak menggunakan waktunya untuk sembahyang dan berdoa. Setelah beberapa lama melakukan meditasi, dia kembali ke tengah keluarganya pada suatu malam yang diguyur hujan dan dia berbicara dengan sungguh-sungguh, “Ikutilah anak ini. Dia diutus oleh Tuhan untuk menjadi Pemimpin Besar kita. Aku bangga karena telah memberinya tempat berteduh di rumahku.”34 Begitulah ramalan atau ungkapan rasa syukur serta do’a yang disampaikan pak Cokro kepada Sukarno ke tengah keluarganya.

Tanggal 10 Juni 1921 Sukarno lulus dari HBS. Tanggal 11 Juni rencana yang telah Sukarno susun untuk masa depannya, gagal total. Dia ingin seperti teman-temannya yang bermaksud melanjutkan sekolah ke Negeri Belanda. Namun, Ibunya sama sekali tidak menyetujuinya.35 Akhirnya, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang

31 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 59

32 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 21

33 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 59

34 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 59

35 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 59

(34)

ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925.36 Ketika berada di Bandung, Bung Karno tinggal di kediaman Haji Sanusi, yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib H.O.S. Tjokroaminoto. Soekarno bersama Djoko Asmo, yang kala itu adalah rekan satu angkatannya, melanjutkan pendidikan ke Technische Hoge School (TH), yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB), mengambil jurusan Teknik Sipil. Soekarno dinyatakan lulus ujian insinyur pada 25 Mei 1926. Ia diwisuda bersama delapan belas insinyur lainnya pada 3 Juli 1926, bertepatan dengan Dies Natalis ke-6 kampusnya.37

Setamatnya dari Technische Hoge School, Soekarno menolak menjadi pegawai pemerintah kolonial. Pada 4 Juli 1927, dia bersama Mr.

Sartono, Ir. Anwari, Mr. Sunario, dan lain-lain justru mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), sebuah partai politik yang memiliki program untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tahun itu pula, memelopori pembentukan PPPKI (Permufakatan, Partai-partai Politik Kebangsaan Indonesia) sebagai gabungan dari organisasi-organisasi dan partai politik yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, diantaranya PNI, PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, dan Kaum Betawi. Karena intensitas kegiatan politiknya, pada tahun 1930 Soekarno ditahan oleh pemerintah kolonial Belanda dan kemudian dijatuhi hukuman selama empat tahun di penjara Sukamiskin, Bandung, pada 29 Desember 1929.38 Namun, hukuman tersebut tidak berlangsung lama. Setelah delapan bulan disekap di dalam penjara, kasusnya disidangkan dan dalam pembelaannya tersebut, Sukarno menegaskan perlawanannya terhadap kolonialisme Belanda yang membuat Belanda semakin marah dan mengegerkan dunia internasional. Akhirnya pada Juli 1930, PNI dibubarkan. Peristiwa itu pun Sukarno tulis ke dalam karyanya yang berjudul Indonesia Menggugat.

36 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 16

37 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 24

38 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 16

(35)

24

Setelah bebas dari penjara Sukamiskin, Sukarno kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, pada tahun 1933 akibat aktivitasnya yang radikal. Lalu, pada tahun 1938, dia dipindahkan ke Bengkulu. Dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 1 Juni 1945, Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya “Pancasila”. Lalu pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18 Agustus 1945, Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.39

Dalam lembaran sejarah ketatanegaraan Indonesia, Ir. Soekarno tercatat sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama dan memiliki peran penting dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 sehingga Soekarno mendapat predikat Bapak Proklamator, selain itu dia juga menjadi salah satu Bapak Bangsa (founding fathers) yang banyak berperan dalam membangkitkan, memberi jati diri bangsa, serta meletakkan dasar negara Republik Indonesia, yaitu Pancasila yang disampaikannya pada 1 Juni 1945.40

Pada masa pemerintahannya, dia turut mengusahakan persatuan Nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. Lalu, setelah peristiwa G 30 S pada tahun 1965, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) yang kemudian dianggap kontroversial. Jabatan presiden berganti dari Soekarno kepada Soeharto, seorang jenderal Angkatan Darat yang banyak berperan dalam penumpasan PKI (Partai Komunis Indonesia). Soekarno meninggal pada 21 Juni 1970.41

39 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 17

40 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 13

41 Taufik Adi Susilo. Soekarno Biografi Singkat (1901-1970). h. 17

(36)

B. Kondisi Sosial Ekonomi dan Politik pada Masa Sukarno

Ketika Soekarno lahir, saat itu bukan hanya awal dari hari yang baru, tetapi juga awal dari abad yang baru. Soekarno dilahirkan pada tahun 1901. Bagi bangsa Indonesia abad ke-19 merupakan zaman yang gelap.42 Sejak kecil sampai remaja, Soekarno hidup pada masa pemerintah Belanda. Pada saat itu, Indonesia sedang berada dalam kondisi dijajah Belanda. Hal tersebut pula yang membuat Soekarno kemudian mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan. Mulai dari orang Belanda hingga kaum pribumi.43 Namun, dibalik banyaknya teman dari berbagai kalangan tersebut kondisi sosial ekonomi Sukarno kecil justru jauh dari kata mewah.

Tidak berbeda dengan David Copperfield, Sukarno dilahirkan di tengah- tengah kemiskinan dan dibesarkan dalam kemiskinan.44

Soekarno memang sosok yang tidak berasal dari keluarga yang berada dan berkecukupan. Ia hanya sosok yang memiliki latar belakang keluarga yang kondisi ekonominya dapat dikatakan sangat memprihatinkan, bahkan termasuk ke dalam daftar golongan keluarga golongan ekonomi lemah.45 Keluarga Sukarno begitu melarat sehingga sering tidak bisa makan nasi satu kali dalam sehari. Kebanyakan Sukarno dan keluarganya memakan ubi kayu, jagung yang ditumbuk dengan bahan makanan lain. Ibunya bahkan tidak mampu membeli beras seperti yang suka dibeli oleh penduduk desa. Dia hanya bisa membeli padi. Setiap pagi Ibunya mengambil lesung dan dia menumbuk, menumbuk, dan terus menumbuk butir-butir yang mengandung sekam itu sampai menjadi beras seperti yang dijual orang di pasar.46 Namun, kondisi sosial ekonominya itu tidak mempengaruhinya untuk terus bisa lanjut sekolah dan mengenyam pendidikan. Orang tuanya sangat mendukungnya agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Karena Soekarno lahir pada awal abad ke-20,

42 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 21

43 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 3

44 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 27

45 Adji Nugroho. Soekarno Sebuah Biografi. h. 29

46 Cindy Adams. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. h. 28

Referensi

Dokumen terkait

Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat akan dilaksanakan di SDN 01 Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Sekolah ini mempunyai siswa sebanyak 297 didukung

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

(2) Warga Negara Indonesia yang datang dari luar negeri karena pindah, Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal Terbatas dan Orang Asing yang memiliki Izin Tinggal

Definisi Event adalah sebagai berikut: “Events are transient, and every event is a unique blending of its duration, setting, management, and people.”Event

Berdasarkan analisis yang dilakukan maka didapatkan hasil yakni pemahaman masyarakat terhadap perubahan iklim di kawasan pesisir Kecamatan Pariaman Utara adalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi guru tentang komunikasi efektif dalam kepengawasan terhadap kinerja guru PAI dan

Puji Syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini yang berjudul: “ Peningkatan Kemampuan Pemecahan Konflik Interpersonal