• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE NUMERIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE NUMERIK"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

12

BAB III

METODE NUMERIK

3.1. Aplikasi Metode Numerik pada Sains dan Teknik

Model matematika merupakan penjelasan suatu konsep maupun sistem menggunakan konsep dan bahasa matematika yang biasanya dalam bentuk persamaan. Model matematika digunakan dalam sangat banyak bidang seperti bidang natural sciences (fisika, biologi, kimia), bidang teknik (computer science, teknik elektro), dan di bidang non-physical seperti ekonomi, psikologi, sosiologi, political science, musik, filosofi dan bahasa.

Model matematika digunakan untuk menjelaskan suatu sistem dan mempelajari efek dari komponen-komponen penyusun model matematika dan untuk membuat prediksi atas kebiasaan dari model matematika tersebut.

Model matematika yang banyak muncul dalam berbagai bidang ilmu biasanya tidak ideal atau dapat dikatakan rumit. Model matematika yang sulit ini biasanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik, oleh karena itu masalah tersebut diformulasikan sedemikian rupa sehingga lebih mudah dikerjakan dan pada zaman sekarang digunakan komputer untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungannya.

Analisis numerik merupakan proses menganalisa metode-metode numerik yang sudah ada pada suatu permasalahan untuk mencari metode numerik yang paling baik, untuk mendapatkan hasil yang makin mendekati

(2)

13

hasil pastinya dikarenakan metode numerik hanya memberikan hasil perkiraan.

Compact finite difference merupakan suatu metode numerik untuk

memperhitungkan finite difference approximation. Metode ini banyak dipakai di banyak persamaan dikarenakan memiliki akurasi yang cukup baik, stabilitas yang baik dan pada permasalahan hiperbola memiliki eror yang lebih baik dibandingkan dengan metode eksplisit, namun memiliki metode implisit menyebabkan lebih sulit untuk dimengerti dan harus menyelesaikan sistem matriks untuk evaluasi interpolasi dan turunan di setiap titiknya.

3.2. Aproksimasi untuk Turunan Pertama

Pada bagian ini, untuk mempermudah notasi persamaan digunakan fungsi satu variabel f(x). Pada variabel x dilakukan diskritisasi dengan jarak yang sama pada setiap gridnya dengan interval h, xi, dimana i = 0, 1,..., n- 1, n. Dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor pada ke dua sisi persamaan dan menyesuaikan koefisien hingga mendapatkan h4, didapatkan :

• Pada i = 1,

4𝑓1 + 𝑓2 = 1

( −11

12 𝑓0− 4 𝑓1+ 6𝑓24

3𝑓3+ 1

4 𝑓4) ... (3.1a)

• Pada i = 2,...., n-2

4𝑓𝑖−1 + 𝑓𝑖 + 𝑓𝑖+1 =3

( 𝑓𝑖+1− 𝑓𝑖−1)... (3.1b)

(3)

14

• i = n-1

𝑓𝑛−2 + 4𝑓𝑛−1 =1

( −11

12 𝑓𝑛+ 4 𝑓𝑛−1− 6𝑓𝑛−2+4

3𝑓𝑛−31

4 𝑓𝑛−4) ... (3.1c) Jika 𝑓0 dan 𝑓𝑛 ditentukan, maka persamaan tersebut membentuk triangular matrix sistem persamaan linear (SPL) untuk 𝑓𝑖 (i = 1,...., n-1) yang dapat diselesaikan dengan efisien menggunakan algoritma Thomas.

3.3. Aproksimasi untukTurunan Kedua

Pada bagian ini, untuk mempermudah notasi menggunakan fungsi satu variabel f(x). Pada variabel x dilakukan diskritisasi dengan jarak yang sama pada setiap gridnya dengan interval h, xi, dimana i = 0, 1,..., n-1, n.

Dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor pada ke dua sisi persamaan dan menyesuaikan koefisien hingga mendapatkan h4. Didapatkan :

• Pada i = 1,

10𝑓1 ′′+ 𝑓2 ′′ = 1

2 ( 33

4 𝑓067

6 𝑓135

6 𝑓2+ 13𝑓361

12𝑓4+ 5

6𝑓5) ... (3.2a)

• Pada i = 2,...., n-2

𝑓𝑖−1 ′′ + 10𝑓𝑖 ′′+ 𝑓𝑖+1 ′′ = 12

2 ( 𝑓𝑖+1− 2𝑓𝑖+ 𝑓𝑖−1) ... (3.2b)

• Pada i = n-1

𝑓𝑛−2′′ + 10𝑓𝑛−1 ′′ = 1

2 ( 33

4 𝑓𝑛67

6 𝑓𝑛−135

6 𝑓𝑛−2+ 13𝑓𝑛−361

12 𝑓𝑛−4+

5

6 𝑓𝑛−5)... (3.2c)

(4)

15

Jika 𝑓0 dan 𝑓𝑛 ditentukan, maka persamaan tersebut membentuk triangular matrix sistem persamaan linear (SPL) untuk 𝑓𝑖 (i = 1,...., n-1) yang dapat diselesaikan dengan efisien menggunakan algoritma Thomas.

3.4. Aproksimasi Temperatur pada Dinding Adiabatik

Jika 𝑓0 dan 𝑓𝑛 ditentukan, maka persamaan (3.1a) – (3.1c) dapat dimanipulasi untuk mendapatkan 𝑓0 dan 𝑓𝑛, Pada i = 1, persamaan (3.1b) menjadi:

𝑓0 + 4𝑓1 + 𝑓2 =3

ℎ ( 𝑓2− 𝑓0)

Jika 𝑓0 di tentukan atau diketahui maka persamaan diatas dan persamaan (3.1a) menghasilkan hubungan sebagai berikut:

3

ℎ ( 𝑓2− 𝑓0) − 𝑓0 = 1

ℎ ( −11

12 𝑓0− 4 𝑓1+ 6𝑓2−4

3𝑓3+ 1 4 𝑓4) Oleh karena itu, 𝑓0 dapat dinyatakan sebagai:

𝑓0 = 12

25 (4 𝑓1− 3𝑓2+4

3𝑓31

4 𝑓4) − 12ℎ

25 𝑓0 ... (3.3a) Dengan cara yang sama Jika 𝑓𝑛 di tentukan atau diketahui, dari persamaan (3.1b) dan (3.1c). 𝑓𝑛 dapat dinyatakan sebagai:

𝑓𝑛 = 12

25 (4 𝑓𝑛−1− 3𝑓𝑛−2+4

3𝑓𝑛−31

4 𝑓𝑛−4) + 12ℎ

25 𝑓𝑛 ... (3.3b) Setelah mendapatkan nilai fungsi berdasarkan persamaan (3.3a) dan (3.3b), turunan pertama dan turunan kedua didapatkan dengan menggunakan persamaan (3.1a) - (3.1b) dan persamaan (3.2a) – (3.2c), berurutan.

(5)

16

Kemudian, hasil dari bagian ini menjadi fungsi multivariable secara langsung, dikarenakan fungsi tersebut berdasarkan persamaan ekspansi Taylor satu dimensi yang sama.

3.5. Solusi Sistem Persamaan Linear (SPL) Tridiagonal dengan Algoritma Thomas

Pada bagian ini, dipertimbangkan sebuah persamaan matriks tridiagonal:

[

𝑑1 𝑎1 0 ⋯ 0 0 0

𝑏2 𝑑2 𝑎2 ⋯ 0 0 0

⋮ ⋮ ⋱ ⋯ ⋮ ⋮ ⋮

0 0 0 ⋯ 𝑏𝑛−2 𝑑𝑛−2 𝑎𝑛−2

0 0 0 ⋯ 0 𝑑𝑛−1 𝑎𝑛−1] [

𝑥1 𝑥2

⋮ 𝑥𝑛−2 𝑥𝑛−1][

𝑐1 𝑐2

⋮ 𝑐𝑛−2 𝑐𝑛−1]

... (3.4a)

Algoritma Thomas untuk menyelesaikan SPL tridiagonal terdiri dari:

1. Forward Elimination:

• Anggap:

𝑑1 = 𝑑1 𝑑𝑎𝑛 𝑐1 = 𝑐1 ... (3.4b)

• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:

𝑑𝑖= 𝑑𝑖𝑏𝑖

𝑑𝑖−1 𝑎𝑖−1 , 𝑐𝑖= 𝑐𝑖𝑏𝑖

𝑑𝑖−1 𝑐𝑖−1 ... (3.4c) 2. Backward Elimination:

• Hitung:

𝑥𝑛−1 = 𝑐𝑛−1

𝑑𝑛−1 ... (3.4d)

(6)

17

• Untuk i dari n-2 sampai 1, dihitung secara berurutan:

𝑥𝑖 = 𝑐𝑖−𝑎𝑖𝑥𝑖+1

𝑑𝑖 ... (3.4e) Untuk mendapatkan turunan pertama dan kedua, harus menyelesaikan SPL (3.1a) – (3.1c) dan (3.2a) – (3.2c) sangat banyak saat simulasi transien. Maka, melakukan ekspansi Taylor pada algoritma Thomas diatas terutama pada permasalahan SPL ini akan sangat efisien secara komputasional.

Untuk contoh spefisik, algoritma Thomas untuk menyelesaikan SPL (3.1a) – (3.1c) untuk menyelesaikan turunan pertama. Dengan nilai 𝑏𝑖, 𝑑𝑖, 𝑎𝑖 tetap selama simulasi. Maka, hanya diperlukan perhitungan dan penyimpanan 𝑑𝑖 dan 𝑚𝑖𝑏𝑖

𝑑𝑖−1 sekali pada awal simulasi:

𝑑1 = 4 ... (3.4f)

• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:

𝑚𝑖 = 1

𝑑𝑖−1 ... (3.4g) 𝑑𝑖 = 4 − 𝑚𝑖 ... (3.4h)

Untuk menyelesaikan 𝑓𝑖, nilai variabel 𝑐𝑖 berdasarkan:

1. Forward Elimination:

• Anggap:

𝑐1 = 𝑐1 ... (3.4i)

(7)

18

• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:

𝑐𝑖 = 𝑐𝑖− 𝑚𝑖 𝑐𝑖−1 ... (3.4j) 2. Backward Elimination:

• Hitung:

𝑓𝑛−1 = 𝑐𝑛−1

𝑑𝑛−1 ... (3.4k)

• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:

𝑓𝑖= 𝑐𝑖−𝑥𝑖+1

𝑑𝑖 ... (3.4l) Dengan metode yang sama dapat dilakukan untuk mendapatkan turunan kedua dari persamaan (3.2a) – (3.2c).

3.6. Aproksimasi Orde 4 Persamaan Poisson untuk Streamfunction Persamaan Poisson untuk nilai 𝟁:

𝜕2ψ

𝜕𝑥2+𝜕2ψ

𝜕𝑦2 = −⍵ ... (3.5a) Dengan menggunakan Compact Finite Difference Approximation orde 4 pada persamaan (3.5a) dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor dan dengan memanfaatkan persamaan (3.5a) itu sendiri untuk memperkirakan nilai turunan yang lebih tinggi yang dibutuhkan. Hasilnya:

𝜓𝑖+1,𝑗+1+ 𝜓𝑖+1,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗+1+ 𝜓𝑖−1,𝑗−1+ 4(𝜓𝑖+1,𝑗 + 𝜓𝑖,𝑗+1+ 𝜓𝑖,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗) − 20𝜓𝑖,𝑗 = −2

2 (8⍵𝑖,𝑗+ ⍵𝑖+1,𝑗+ ⍵𝑖,𝑗+1+ ⍵𝑖−1,𝑗 + ⍵𝑖,𝑗−1) ... (3.5b)

(8)

19 3.7. Syarat untuk Nilai ⍵ di Boundary

Nilai vorticity pada boundary harus ditentukan sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi no-slip terpenuhi pada bagian dinding. Hal ini dapat didapatkan dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor dan dengan memanfaatkan persamaan (3.5a) itu sendiri untuk memperkirakan nilai turunan yang lebih tinggi yang dibutuhkan. Didapatkan persamaan untuk nilai vorticity pada boundary:

• Dinding bagian atas:

𝑖,𝑛𝑦 = −24𝑢𝑖,𝑛𝑦

7ℎ1

7ℎ2(𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−2− 2𝜓𝑖,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−2

2𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−1+ 28𝜓𝑖,𝑛𝑦−1− 2𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−1+ 𝜓𝑖+1,𝑛𝑦− 26𝜓𝑖,𝑛𝑦+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦) −

6

7𝑖,𝑛𝑦−1+1

7𝑖,𝑛𝑦−2 ... (3.6a)

• Dinding bagian kanan:

𝑛𝑥,𝑗 = −24𝑣𝑛𝑥,𝑗

7ℎ1

7ℎ2(𝜓𝑛𝑥−2,𝑗+1− 2𝜓𝑛𝑥−2,𝑗+ 𝜓𝑛𝑥−2,𝑗−1

2𝜓𝑛𝑥−1,𝑗+1+ 28𝜓𝑛𝑥−1,𝑗− 2𝜓𝑛𝑥−1,𝑗−1+ 𝜓𝑛𝑥,𝑗+1− 26𝜓𝑛𝑥,𝑗+ 𝜓𝑛𝑥,𝑗−1) −

6

7𝑛𝑥−1,𝑗+1

7𝑛𝑥−2,𝑗 ... (3.6b)

• Dinding bagian bawah:

𝑖,0= −24𝑢7ℎ𝑖,07ℎ12(𝜓𝑖+1,2− 2𝜓𝑖,2+ 𝜓𝑖−1,2− 2𝜓𝑖+1,1+ 28𝜓𝑖,1− 2𝜓𝑖−1,1+ 𝜓𝑖+1,0− 26𝜓𝑖,0+ 𝜓𝑖−1,0) −6

7𝑖,1+1

7𝑖,2 ... (3.6c)

(9)

20

• Dinding bagian kiri:

0,𝑗 = −24𝑣0,𝑗

7ℎ1

7ℎ2(𝜓2,𝑗+1− 2𝜓2,𝑗 + 𝜓2,𝑗−1− 2𝜓1,𝑗+1+ 28𝜓1,𝑗− 2𝜓1,𝑗−1+ 𝜓0,𝑗+1− 26𝜓0,𝑗+ 𝜓0,𝑗−1) −6

71,𝑗+1

72,𝑗 ... (3.6d) 3.8. Metode Numerik SPL Nilai 𝟁 dengan Variasi Nilai ⍵ di Boundary

Penyelesaian 𝜓𝑖,𝑗 dengan i = 1,...,nx-1, j=1,...,ny-1. Dengan sistem persamaan linear (SPL) :

• Jika (i,j) = (1,1):

6

7𝜓2,2+30

7 (𝜓2,1+ 𝜓1,2) − 24𝜓1,1= −22ℎ2

71,14ℎ2

72,14ℎ2

71,2+

12ℎ

7 (𝑣0,1− 𝑢1,0) −6

7(𝜓2,0+ 𝜓0,2+ 𝜓0,0) − 6(𝜓1,0+ 𝜓0,1) ... (3.7a)

• Jika i=1, j=2,...,ny-2:

13

14(𝜓2,𝑗+ 𝜓1,𝑗+1) +29

7 (𝜓2,𝑗+1+ 𝜓2,𝑗−1+ 𝜓1,𝑗−1) − 22𝜓1,𝑗 =

25ℎ2

71,𝑗4ℎ2

72,𝑗2

2 (⍵1,𝑗+1+ ⍵1,𝑗−1) +12ℎ𝑣0,𝑗

713

14(𝜓0,𝑗+1+ 𝜓0,𝑗−1) −41

7 (𝜓0,𝑗) ... (3.7b)

• Jika i = 1, j = ny-1:

6

7𝜓2,𝑛𝑦−2+30

7 (𝜓2,𝑛𝑦−1+ 𝜓1,𝑛𝑦−2) − 24𝜓1,𝑛𝑦−1 = −22ℎ2

71,𝑛𝑦−1

4ℎ2

72,𝑛𝑦−14ℎ2

71,𝑛𝑦−2+12ℎ

7 (𝑣0,𝑛𝑦−1+ 𝑢1,𝑛𝑦) −6

7(𝜓2,𝑛𝑦+ 𝜓0,𝑛𝑦−2+ 𝜓0,𝑛𝑦) − 6(𝜓1,𝑛𝑦+ 𝜓0,𝑛𝑦−1) ... (3.7c)

(10)

21

• Jika i=2,...,nx-2, j=1:

13

14(𝜓𝑖+1,2+ 𝜓𝑖−1,2) +29

7 (𝜓𝑖+1,1+ 𝜓𝑖,2+ 𝜓𝑖−1,1) − 22𝜓𝑖,1 =

25ℎ2

7𝑖,14ℎ2

7𝑖,22

2 (⍵𝑖+1,1+ ⍵𝑖−1,1) +12ℎ𝑢𝑖,0

713

14(𝜓𝑖+1,0+ 𝜓𝑖−1,0) −41

7 (𝜓𝑖,0) ... (3.7d)

• Jika i=2,...,nx-2, j=2,...,ny-2:

𝜓𝑖+1,𝑗+1+ 𝜓𝑖+1,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗+1+ 𝜓𝑖−1,𝑗−1+ 4(𝜓𝑖+1,𝑗 + 𝜓𝑖,𝑗+1+ 𝜓𝑖,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗) − 20𝜓𝑖,𝑗 = −2

2 (8⍵𝑖,𝑗+ ⍵𝑖+1,𝑗+ ⍵𝑖,𝑗+1+ ⍵𝑖−1,𝑗 + ⍵𝑖,𝑗−1) ... (3.7e)

• Jika i=2,...,nx-2, j=ny-1:

13

14(𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−2) +29

7 (𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−1+ 𝜓𝑖,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−1) − 22𝜓𝑖,𝑛𝑦−1= −25ℎ2

7𝑖,𝑛𝑦−14ℎ2

7𝑖,𝑛𝑦−22

2 (⍵𝑖+1,𝑛𝑦−1+

𝑖−1,𝑛𝑦−1) +12ℎ𝑢𝑖,𝑛𝑦

713

14(𝜓𝑖+1,𝑛𝑦+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦) −41

7 (𝜓𝑖,𝑛𝑦) ... (3.7f)

• Jika i=nx-1, j=1:

6

7𝜓𝑛𝑥−2,2+30

7 (𝜓𝑛𝑥−2,1+ 𝜓𝑛𝑥−1,2) − 24𝜓𝑛𝑥−1,1= −22ℎ2

7𝑛𝑥−1,1

4ℎ2

7𝑛𝑥−2,14ℎ2

7𝑛𝑥−1,2+12ℎ

7 (𝑣𝑛𝑥,1− 𝑢𝑛𝑥−1,0) −6

7(𝜓𝑛𝑥−2,0+ 𝜓𝑛𝑥,2+ 𝜓𝑛𝑥,0) − 6(𝜓𝑛𝑥−1,0+ 𝜓𝑛𝑥,1) ... (3.7g)

(11)

22

• Jika i=nx-1, j=2,...,ny-2:

13

14(𝜓𝑛𝑥−2,𝑗+1+ 𝜓𝑛𝑥−2,𝑗−1) +29

7 (𝜓𝑛𝑥−1,𝑗+1+ 𝜓𝑛𝑥−1,𝑗−1+ 𝜓𝑛𝑥−2,𝑗) − 22𝜓𝑛𝑥−1,𝑗= −25ℎ2

7𝑛𝑥−1,𝑗4ℎ2

7𝑛𝑥−2,𝑗2

2 (⍵𝑛𝑥−1,𝑗+1+

𝑛𝑥−1,𝑗−1) +12ℎ𝑣𝑛𝑥,𝑗

713

14(𝜓𝑛𝑥,𝑗+1+ 𝜓𝑛𝑥,𝑗−1) −41

7 (𝜓𝑛𝑥,𝑗)... (3.7h)

• Jika i=nx-1, j=ny-1:

6

7𝜓𝑛𝑥−2,𝑛𝑦−2+30

7 (𝜓𝑛𝑥−2,𝑛𝑦−1+ 𝜓𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−2) − 24𝜓𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−1=

22ℎ2

7𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−14ℎ2

7𝑛𝑥−2,𝑛𝑦−14ℎ2

7𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−2+12ℎ

7 (𝑣𝑛𝑥,𝑛𝑦−1− 𝑢𝑛𝑥−1,𝑛𝑦) −6

7(𝜓𝑛𝑥−2,𝑛𝑦+ 𝜓𝑛𝑥,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑛𝑥,𝑛𝑦) − 6(𝜓𝑛𝑥−1,𝑛𝑦+ 𝜓𝑛𝑥,𝑛𝑦−1) ... (3.7i)

Sistem persamaan linear (SPL) diatas, dapat diselesaikan dengan metode Successive Over Relaxation (SOR). Menyelesaikan SPL dengan metode SOR terdiri dari memperbarui nilai 𝜓𝑖,𝑗 secara berulang hingga mencapai konvergen. Sebagai contoh, 𝜓𝑖,𝑗(𝑘) dengan k-th menunjukkan jumlah iterasi dari 𝜓𝑖,𝑗. Dari persamaan (3.7e) didapatkan formula iterasi sebagai berikut:

𝛿𝑖,𝑗(𝑘+1) = 1

20(𝜓𝑖+1,𝑗+1(𝑘) + 𝜓𝑖+1,𝑗−1(𝑘) + 𝜓𝑖−1,𝑗+1(𝑘+1) + 𝜓𝑖−1,𝑗−1(𝑘+1) + 4(𝜓𝑖+1,𝑗(𝑘) + 𝜓𝑖,𝑗+1(𝑘) + 𝜓𝑖,𝑗−1(𝑘+1)+ 𝜓𝑖−1,𝑗(𝑘+1)) +22(8⍵𝑖,𝑗+ ⍵𝑖+1,𝑗+ ⍵𝑖,𝑗+1+ ⍵𝑖−1,𝑗+

𝑖,𝑗−1)) − 𝜓𝑖,𝑗(𝑘) ... (3.8a) 𝜓𝑖,𝑗(𝑘+1)= 𝜓𝑖,𝑗(𝑘)+ 𝛽𝛿𝑖,𝑗(𝑘+1) ... (3.8b)

(12)

23

Untuk i = 2,..., nx-2, j = 2,..., ny-2, dimana 𝛽 adalah koefisien relaksasi yang biasanya antara 1 sampai 2. Dengan cara yang sama, formula iterasi SOR dapat digunakan untuk kasus i dan j yang lain.

Konvergensi dari iterasi SOR dapat dicapai jika |𝛿(𝑘+1)| < 𝜖|𝜓(0)|, dimana |𝜓(𝑘)| menunjukkan L2-norm dari 𝜓𝑖,𝑗(𝑘)

|𝜓(𝑘)| = √∑𝑛𝑥,𝑛𝑦𝑖=0,𝑗=0𝜓𝑖,𝑗(𝑘)2 ... (3.8c) Dan 𝜖 parameter kecil yang biasanya 10−4.

3.9. Metode Numerik untuk Permasalahan Burger 1 Dimensi Persamaan Burger 1 dimensi:

𝜕𝑢

𝜕𝑡 + 𝑢𝜕𝑢

𝜕𝑥= 𝑣𝜕2𝑢

𝜕𝑥2 ... (3.9a) dengan batas a< x < b, 0<t ≤ T.

Dengan kondisi Boundary:

u(a,t) = f1(t) , u(b,t) = f2(t) ... (3.9b) dengan batas 0<t ≤ T dan konstan.

Dan dengan kondisi awal:

U(x,0) = g(x) ... (3.9c) dengan batas a< x < b.

Dimana v >0 yang merupakan parameter kinematik vis denotes kositas, f1(t), f2(t), dan g(x) merupakan fungsi yang diketahui. Persamaan ini merupakan persamaan non-linear diferensial parsial, yang sangat mirip

(13)

24

dengan persamaan Navier-Stokes. Persamaan ini memiliki hubungan konveksi, hubunga difusi, dan hubungan time-dependent.

Untuk mencari turunan pertama dan turunan kedua dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (3.1a)-(3.1c) dan (3.2a)-(3.2c) yang digabungkan dengan algoritma Thomas pada persamaan (3.4f)-(3.4i).

Dengan menggunakan metode garis:

𝜕𝑢𝑖

𝜕𝑡 = 𝑣𝜕2𝑢

𝜕𝑥2− 𝑢𝑖𝜕𝑢

𝜕𝑥 ... (3.9d) dengan i = 1, 2,..., N-1. Dan dengan batas:

𝜕𝑢0

𝜕𝑡 = 𝜕𝑢𝑁

𝜕𝑡 = 0 ... (3.9e) Pada n = 0, aplikasikan metode Heun orde 2:

𝑘0𝑖 = 𝑣(𝜕2𝑢

𝜕𝑥2)𝑖𝑛− 𝑢𝑖𝑛(𝜕𝑢

𝜕𝑥)𝑖𝑛 ... (3.9f) melakukan perubahan 𝑢𝑖 dari 𝑘0𝑖

𝑢𝑖 = 𝑢𝑖𝑛+ 𝑘0𝑖∆𝑡 ... (3.9g) memperhitungkan 𝑘1𝑖, turunan pertama, dan turunan kedua menggunakan 𝑢𝑖

𝑘1𝑖 = 𝑣(𝜕2𝑢

𝜕𝑥2)𝑖− 𝑢𝑖(𝜕𝑢

𝜕𝑥)𝑖 ... (3.9h) Memperhitungkan nilai u pada time-step selanjutnya 𝑢𝑖𝑛+1dengan menggunakan 𝑘0𝑖 dan 𝑘1𝑖

𝑢𝑖𝑛+1 = 𝑢𝑖𝑛 + ∆𝑡

2 (𝑘0𝑖+ 𝑘1𝑖) ... (3.9i)

(14)

25

3.10. Metode Numerik untuk Permasalahan Aliran Tak Termampatkan 2 Dimensi

Persamaan non-dimensional 2 dimensi dengan aliran tak termampatkan dalam bentuk konservatifnya:

𝜕⍵

𝜕𝑡 +𝜕(𝑢⍵)

𝜕𝑥 +𝜕(𝑣⍵)

𝜕𝑦 = 1

𝑅𝑒(𝜕2

𝜕𝑥2 +𝜕2

𝜕𝑦2) ... (3.10a)

𝜕2𝜓

𝜕𝑥2 +𝜕2𝜓

𝜕𝑦2 = −⍵... (3.10b) Dimana komponen kecepatan diberikan:

𝑢 =𝜕𝜓

𝜕𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑣 = −𝜕𝜓

𝜕𝑥... (3.10c) Penyelesaian persamaan transien 2 dimensi dengan grid yang tersusun seragam dengan interval panjang h. Notasi yang sering digunakan:

𝑓𝑖,𝑗𝑛 yang menunjukkan nilai f pada titik grid (𝑥𝑖, 𝑦𝑗) pada waktu 𝑡𝑛, dimana i = 0,...,nx dan j = 0,...,ny.

Dengan catatan:

1. Dapat diaplikasikan metode compact finite difference orde 4 pada bagian 3.3.1 sampai 3.3.3 untuk medapatkan perkiraan turunan pertama dan kedua dari u⍵, v⍵, dan ⍵ pada persamaan (3.10a). Hal ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan perkiraan turunan pertama dan turunan kedua dari 𝟁 pada persamaan (3.10b) dan (3.10c).

(15)

26

2. Dengan diketahui nilai ⍵, bisa mendapatkan nilai dari 𝟁 pada bagian dalam dengan menggunakan metode SOR yang diaplikasikan pada SPL yang berada pada bagian 3.3.7.

Dengan melakukan langkah 1 dan 2, dapat dilakukan simbolisasi penulisan persamaan (3.10a), (3.10b), (3.10c) dan setelah dilakukan diskretisasi parsial:

𝜕𝑤𝑖,𝑗

𝜕𝑡 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵) ... (3.10d) Dimana:

𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵) = −𝜕(𝑢⍵)

𝜕𝑥𝜕(𝑣⍵)

𝜕𝑦 + 1

𝑅𝑒(𝜕2

𝜕𝑥2 +𝜕2

𝜕𝑦2) ... (3.10e) 𝜓𝑖,𝑗 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵) ... (3.10f) 𝑢𝑖,𝑗 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓) 𝑑𝑎𝑛 𝑣𝑖,𝑗 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓) ... (3.10g) Vorticity pada boundary diberikan pada persamaan (3.6a) sampai (3.6d), yang dapat dituliskan secara simbolik menjadi:

𝑖,𝑗= 𝑀𝑖,𝑗(𝟁) pada 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 ... (3.10h) Sekarang persamaan (3.10e) dapat dilihat sebagai sistem persamaan diferensial biasa (PDB) untuk ⍵𝑖,𝑗 pada titik interior grid yang harus diselesaikan secara konsisten bersaman dengan persamaan (3.10f) sampai (3.10h). Kemudian, dijelaskan metode orde 4 untuk sistem PDB untuk memajukan 𝟁, ⍵, u, v dari waktu 𝑡𝑛 menjadi waktu 𝑡𝑛+1.

(16)

27

Algoritma time-stepping berdasarkan metode Rungge Kutta orde 4 (RK4) yang terdiri secara berurutan memperhitungkan:

1. 𝑘𝑖,𝑗0 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢𝑛, 𝑣𝑛, ⍵𝑛)

2. ⍵𝑖,𝑗0 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗0 pada titik interior grid

3. 𝜓𝑖,𝑗0 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵0)

4. 𝑢𝑖,𝑗0 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓0)

5. 𝑣𝑖,𝑗0 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓0)

6. ⍵𝑖,𝑗0 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓0) pada boundary

7. 𝑘𝑖,𝑗1 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢0, 𝑣0, ⍵0)

8. ⍵1𝑖,𝑗 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗1 pada titik interior grid

9. 𝜓𝑖,𝑗1 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵1) 10. 𝑢𝑖,𝑗1 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓1)

11. 𝑣𝑖,𝑗1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓1)

12. ⍵1𝑖,𝑗 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓1) pada boundary

13. 𝑘𝑖,𝑗2 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢1, 𝑣1, ⍵1)

14. ⍵𝑖,𝑗2 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗2 pada titik interior grid

15. 𝜓𝑖,𝑗2 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵2)

(17)

28 16. 𝑢𝑖,𝑗2 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓2)

17. 𝑣𝑖,𝑗2 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓2)

18. ⍵𝑖,𝑗2 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓2) pada boundary

19. 𝑘𝑖,𝑗3 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢2, 𝑣2, ⍵2)

20. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 +∆𝑡

6 (𝑘𝑖,𝑗0 + 2𝑘𝑖,𝑗1 + 2𝑘𝑖,𝑗2 + 𝑘𝑖,𝑗3 ) pada titik interior grid

21. 𝜓𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵𝑛+1)

22. 𝑢𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)

23. 𝑣𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)

24. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1) pada boundary

Dimana ∆𝑡 = 𝑡𝑛+1− 𝑡𝑛.

Karena itu, algoritma keseluruhan untuk simulasi transien adalah:

1. Menentukan kondisi awal ⍵0, 𝜓0. Dengan n= 0 dan menentukan nilai dari ∆t

2. Memperhitungkan 𝑤𝑖,𝑗1 , 𝜓𝑖,𝑗1 menggunakan metode RK4

3. Memperbarui n=1, dan t = ∆t

4. If t ≥ tfin, hentikan simulasi. Selain itu, ulangi dari langkah 2.

(18)

29

3.11. Metode Numerik untuk Konveksi Alami 2 Dimensi

Persamaan non-dimensional 2 dimensi dengan aliran tak termampatkan dalam bentuk konservatifnya:

𝜕⍵

𝜕𝑡 +𝜕(𝑢⍵)

𝜕𝑥 +𝜕(𝑣⍵)

𝜕𝑦 = 𝑃𝑟 (𝜕2

𝜕𝑥2 +𝜕2

𝜕𝑦2) + 𝑅𝑎𝑃𝑟𝜕𝑇

𝜕𝑥 ... (2.1a)

𝜕2𝜓

𝜕𝑥2 +𝜕2𝜓

𝜕𝑦2 = −⍵... (2.1b)

𝜕𝑇

𝜕𝑡+𝜕(𝑢𝑇)

𝜕𝑥 +𝜕(𝑣𝑇)

𝜕𝑦 = (𝜕2𝑇

𝜕𝑥2+𝜕2𝑇

𝜕𝑦2) ... (2.1c) Dimana komponen kecepatan diberikan:

𝑢 =𝜕𝜓

𝜕𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑣 = −𝜕𝜓

𝜕𝑥... (3.11a) Penyelesaian persamaan transien 2 dimensi dengan grid yang tersusun seragam dengan interval panjang h. Notasi yang sering digunakan:

𝑓𝑖,𝑗𝑛 yang menunjukkan nilai f pada titik grid (𝑥𝑖, 𝑦𝑗) pada waktu 𝑡𝑛, dimana i = 0,...,nx dan j = 0,...,ny.

Dengan catatan:

1. Dapat diaplikasikan metode compact finite difference orde 4 pada bagian 3.3.1 sampai 3.3.3 untuk medapatkan perkiraan turunan pertama dan kedua dari u⍵, v⍵, ⍵ dan T pada persamaan (2.1a), dapat digunakan untuk mendapatkan perkiraan turunan pertama dan kedua dari 𝟁 pada persamaan (2.1b) dan (3.11a), dan dapat digunakan untuk mendapatkan turunan pertama dan turunan kedua dari uT, vT,dan T dari persamaan (2.1c)

(19)

30

2. Dengan diketahui nilai ⍵, bisa mendapatkan nilai dari 𝟁 pada bagian dalam dengan menggunakan metode SOR yang diaplikasikan pada SPL yang berada pada bagian 3.3.7.

Dengan melakukan langkah 1 dan 2, dapat dilakukan simbolisasi penulisan persamaan (2.1a), (2.1b), (2.1c), (3.11a) dan setelah dilakukan diskretisasi parsial:

𝜕𝑤𝑖,𝑗

𝜕𝑡 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵, 𝑇) ... (3.11b)

𝜕𝑇𝑖,𝑗

𝜕𝑡 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, 𝑇) ... (3.11c) Dimana:

𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵, 𝑇) = −𝜕(𝑢⍵)

𝜕𝑥𝜕(𝑣⍵)

𝜕𝑦 + 𝑃𝑟 (𝜕2

𝜕𝑥2+𝜕2

𝜕𝑦2) + 𝑅𝑎𝑃𝑟𝜕𝑇

𝜕𝑥 ... (3.11d) 𝐺𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, 𝑇) = −𝜕(𝑢𝑇)

𝜕𝑥𝜕(𝑣𝑇)

𝜕𝑦 + (𝜕2𝑇

𝜕𝑥2+𝜕2𝑇

𝜕𝑦2) ... (3.11e) 𝜓𝑖,𝑗 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵) ... (3.11f) 𝑢𝑖,𝑗 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓) 𝑑𝑎𝑛 𝑣𝑖,𝑗 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓) ... (3.11g) Vorticity pada boundary diberikan pada persamaan (3.6a) sampai (3.6d), yang dapat dituliskan secara simbolik menjadi:

𝑖,𝑗= 𝑂𝑖,𝑗(𝟁) pada 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 ... (3.11h) Temperatur pada boundary diberikan pada persamaan (3.3a) dan (3.3b), yang dapat dituliskan secara simbolik menjadi:

𝑇𝑖,𝑗 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑻) pada 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 ... (3.11i)

(20)

31

Sekarang persamaan (3.11d) dapat dilihat sebagai sistem persamaan diferensial biasa (PDB) untuk ⍵𝑖,𝑗 pada titik interior grid yang harus diselesaikan secara konsisten bersaman dengan persamaan (3.11e) sampai (3.11i). Kemudian, dijelaskan metode orde 4 untuk sistem PDB untuk memajukan 𝟁, ⍵, u, v,T dari waktu 𝑡𝑛 menjadi waktu 𝑡𝑛+1.

Algoritma time-stepping berdasarkan metode Rungge Kutta orde 4 (RK4) yang terdiri secara berurutan memperhitungkan:

1. 𝑘𝑖,𝑗0 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢𝑛, 𝑣𝑛, ⍵𝑛, 𝑇𝑛)

2. 𝑘𝑇𝑖,𝑗0 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢𝑛, 𝑣𝑛, 𝑇𝑛)

3. 𝑇𝑖,𝑗0 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑇𝑖,𝑗0 pada titik interior grid

4. ⍵𝑖,𝑗0 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗0 pada titik interior grid

5. 𝜓𝑖,𝑗0 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵0)

6. 𝑢𝑖,𝑗0 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓0)

7. 𝑣𝑖,𝑗0 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓0)

8. ⍵𝑖,𝑗0 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓0) pada boundary

9. 𝑇𝑖,𝑗0 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇0) pada boundary

10. 𝑘𝑖,𝑗1 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢0, 𝑣0, ⍵0, 𝑇0)

11. 𝑘𝑇𝑖,𝑗1 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢0, 𝑣0, 𝑇0)

(21)

32

12. 𝑇𝑖,𝑗1 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑇𝑖,𝑗1 pada titik interior grid

13. ⍵1𝑖,𝑗 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗1 pada titik interior grid

14. 𝜓𝑖,𝑗1 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵1)

15. 𝑢𝑖,𝑗1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓1)

16. 𝑣𝑖,𝑗1 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓1)

17. ⍵1𝑖,𝑗 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓1) pada boundary

18. 𝑇𝑖,𝑗1 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇1) pada boundary

19. 𝑘𝑖,𝑗2 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢1, 𝑣1, ⍵1, 𝑇1)

20. 𝑘𝑇𝑖,𝑗2 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢1, 𝑣1, 𝑇1)

21. 𝑇𝑖,𝑗2 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑇𝑖,𝑗2 pada titik interior grid

22. ⍵𝑖,𝑗2 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗2 pada titik interior grid

23. 𝜓𝑖,𝑗2 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵2)

24. 𝑢𝑖,𝑗2 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓2)

25. 𝑣𝑖,𝑗2 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓2)

26. ⍵𝑖,𝑗2 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓2) pada boundary

27. 𝑇𝑖,𝑗2 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇2) pada boundary

28. 𝑘𝑖,𝑗3 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢2, 𝑣2, ⍵2, 𝑇2)

(22)

33 29. 𝑘𝑇𝑖,𝑗3 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢2, 𝑣2, 𝑇2)

30. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 +∆𝑡

6 (𝑘𝑖,𝑗0 + 2𝑘𝑖,𝑗1 + 2𝑘𝑖,𝑗2 + 𝑘𝑖,𝑗3 ) pada titik interior grid

31. 𝑇𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 +∆𝑡

6 (𝑘𝑇𝑖,𝑗0 + 2𝑘𝑇𝑖,𝑗1 + 2𝑘𝑇𝑖,𝑗2 + 𝑘𝑇𝑖,𝑗3) pada titik interior grid

32. 𝜓𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵𝑛+1)

33. 𝑢𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)

34. 𝑣𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)

35. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1) pada boundary

36. 𝑇𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇𝑛+1) pada boundary

Dimana ∆𝑡 = 𝑡𝑛+1− 𝑡𝑛.

Karena itu, algoritma keseluruhan untuk simulasi transien adalah:

1. Menentukan kondisi awal ⍵0, 𝜓0, 𝑇0. Dengan n= 0 dan menentukan nilai dari ∆t

2. Memperhitungkan 𝑤𝑖,𝑗1 , 𝜓𝑖,𝑗1 , 𝑇𝑖,𝑗1menggunakan metode RK4

3. Memperbarui n=1, dan t = ∆t

4. If t ≥ tfin, hentikan simulasi. Selain itu, ulangi dari langkah 2.

(23)

34 3.12. Implementasi Metode Numerik

Pada proyek tugas akhir ini menggunakan perangkat lunak sebagai media implementasi pengerjaan yang berbahasa python, dan C++. Media tersebut bersifat open source dan komputasi dilakukan pada sebuah Virtual Private Server dengan CPU E5-2620 v4 8 core dan RAM 8 GB.

Variabel-variabel pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel yang bebas, yaitu:

a. Bilangan Rayleigh b. Bilangan Prandtl c. Rasio Geometri 2. Variabel yang terikat, yaitu:

a. Isotermal b. Vorticity c. Velocity

3. Variabel yang terkendali, yaitu:

a. Ukuran grid

b. Kondisi awal suhu, tekanan, vorticity, dan velocity c. Toleransi nilai

3.13. Tahap Pelaksanaan Tugas Akhir

Dalam pelaksanaannya, tugas akhir ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap validasi akurasi dan konvergensi, meliputi: validasi pada permasalahan burger, validasi pada permasalahan aliran tak termampatkan, validasi pada permasalahan konveksi alami 2 dimensi dalam sebuah persegi dengan dinding

(24)

35

samping dipanaskan. Tahap kedua merupakan tahap penerapan metode pada permasalahan konveksi Rayleigh-Bernard dengan melakukan variasi variabel bebas. Kedua tahap tersebut dapat dimengerti lebih mudah dengan melihat diagram 3.1. berikut.

Diagram 3.1. Tahap Pelaksanaan Tugas Akhir

Dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Melakukan pengecekkan akurasi dan konvergensi pada permasalahan burger, permasalahan aliran tak termampatkan 2 dimensi, dan Konveksi alami 2 dimensi dalam sebuah persegi dengan dinding samping dipanaskan. Pengecekkan akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil yang didapat dengan penelitian sebelumnya

2. Memodelkan permasalahan konveksi alami 2 dimensi pada geometri ruangan persegi panjang dengan kondisi batas berupa bagian sisi kiri dan

Dampak Variasi Variabel Bebas

Validasi permasalahan burger 1 dimensi

Validasi permasalahan aliran tak termampatkan 2 dimensi

Penerapan Metode

Variasi rasio geometri

Variasi bilangan Prandtl dan bilangan Rayleigh Validasi permasalahan konveksi

alami 2 dimensi dalam sebuah persegi dengan dinding samping

dipanaskan

Validasi

(25)

36

kanan merupakan adiabatik, dengan sisi bawah dengan temperatur yang tinggi dan pada sisi atas dengan temperatur yang rendah (Gambar 3.1).

Fluida yang berada di dalam ruangan persegi panjang merupakan fluida yang bersifat newtonian, tak termampatkan, dan netral.

Gambar 3.1. Geometri Permasalahan Konveksi Rayleigh-Benard

3. Melakukan simulasi numerik (Direct Numerik Simulation) dengan implementasi metode numerik HOC 20 pada model matematika persamaan non-momentum dalam bentuk stream-function vorticity serta persamaan non-dimensional konservasi energi. Simulasi numerik dilakukan pada masing-masing nilai variabel bebas yang divariasikan.

4. Membentuk plot grafik distribusi vorticity, streamline, isothermal, dan bilangan Nusselt, dari hasil perubahan variabel bebas yang diuji pada simulasi numerik. Plot tersebut digunakan untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat pada ruangan tertutup berbentuk persegi panjang tersebut.

5. Dari hasil pengaruh yang didapat kemudian dilakukan analisis dan kesimpulan yang dituliskan pada proyek tugas akhir.

Suhu dingin

Suhu panas

Adiabatik Adiabatik

Gambar

Diagram 3.1. Tahap Pelaksanaan Tugas Akhir

Referensi

Dokumen terkait

Secara etimologi, Blog adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan oleh Jorn Barger pada bulan Desember 1997.Weblog sendiri merupakan singkatan

Ada tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan diukur dengan menggunakan instrumen-instrumen yang diadopsi dari literatur-literatur yang telah digunakan dalam

Bila diterapkan kebijakan pengampunan pajak diharapkan tidak hanya menghapus hak tagih atas wajib pajak (WP) tetapi yang lebih penting lagi dalam jangka panjang dapat

[r]

Gazte Mugimenduetan Ezker Abertzalearen proiektu politikoaren alde egiten duten kideak egonda ere, antolakuntza-espresio gisa autonomoak dira eta gazte problematika dute

menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan dengan mengarahkan pada Kecamatan Ngrambe sebagai Kota Tani Utama (KTU) sedangkan untuk Kota Tani (KT) dan Kawasan

Maksimal memiliki tingkat konsekuensi pada level yang telah ditetapkan untuk diretensi sesuai dengan toleransi dan selera risiko instansi yang

Jenis dari produk pakan ayam disesuaikan dengan segmentasi usia dan jenis ayam yang mengonsumsi pakan sehingga ayam mendapatkan nutrisi yang tepat dan dapat diolah menjadi pangan