12
BAB III
METODE NUMERIK
3.1. Aplikasi Metode Numerik pada Sains dan Teknik
Model matematika merupakan penjelasan suatu konsep maupun sistem menggunakan konsep dan bahasa matematika yang biasanya dalam bentuk persamaan. Model matematika digunakan dalam sangat banyak bidang seperti bidang natural sciences (fisika, biologi, kimia), bidang teknik (computer science, teknik elektro), dan di bidang non-physical seperti ekonomi, psikologi, sosiologi, political science, musik, filosofi dan bahasa.
Model matematika digunakan untuk menjelaskan suatu sistem dan mempelajari efek dari komponen-komponen penyusun model matematika dan untuk membuat prediksi atas kebiasaan dari model matematika tersebut.
Model matematika yang banyak muncul dalam berbagai bidang ilmu biasanya tidak ideal atau dapat dikatakan rumit. Model matematika yang sulit ini biasanya tidak dapat diselesaikan dengan metode analitik, oleh karena itu masalah tersebut diformulasikan sedemikian rupa sehingga lebih mudah dikerjakan dan pada zaman sekarang digunakan komputer untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungannya.
Analisis numerik merupakan proses menganalisa metode-metode numerik yang sudah ada pada suatu permasalahan untuk mencari metode numerik yang paling baik, untuk mendapatkan hasil yang makin mendekati
13
hasil pastinya dikarenakan metode numerik hanya memberikan hasil perkiraan.
Compact finite difference merupakan suatu metode numerik untuk
memperhitungkan finite difference approximation. Metode ini banyak dipakai di banyak persamaan dikarenakan memiliki akurasi yang cukup baik, stabilitas yang baik dan pada permasalahan hiperbola memiliki eror yang lebih baik dibandingkan dengan metode eksplisit, namun memiliki metode implisit menyebabkan lebih sulit untuk dimengerti dan harus menyelesaikan sistem matriks untuk evaluasi interpolasi dan turunan di setiap titiknya.
3.2. Aproksimasi untuk Turunan Pertama
Pada bagian ini, untuk mempermudah notasi persamaan digunakan fungsi satu variabel f(x). Pada variabel x dilakukan diskritisasi dengan jarak yang sama pada setiap gridnya dengan interval h, xi, dimana i = 0, 1,..., n- 1, n. Dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor pada ke dua sisi persamaan dan menyesuaikan koefisien hingga mendapatkan h4, didapatkan :
• Pada i = 1,
4𝑓1 ′ + 𝑓2 ′ = 1
ℎ ( −11
12 𝑓0− 4 𝑓1+ 6𝑓2−4
3𝑓3+ 1
4 𝑓4) ... (3.1a)
• Pada i = 2,...., n-2
4𝑓𝑖−1 ′ + 𝑓𝑖 ′+ 𝑓𝑖+1 ′ =3
ℎ ( 𝑓𝑖+1− 𝑓𝑖−1)... (3.1b)
14
• i = n-1
𝑓𝑛−2′ + 4𝑓𝑛−1 ′ =1
ℎ ( −11
12 𝑓𝑛+ 4 𝑓𝑛−1− 6𝑓𝑛−2+4
3𝑓𝑛−3− 1
4 𝑓𝑛−4) ... (3.1c) Jika 𝑓0 dan 𝑓𝑛 ditentukan, maka persamaan tersebut membentuk triangular matrix sistem persamaan linear (SPL) untuk 𝑓𝑖′ (i = 1,...., n-1) yang dapat diselesaikan dengan efisien menggunakan algoritma Thomas.
3.3. Aproksimasi untukTurunan Kedua
Pada bagian ini, untuk mempermudah notasi menggunakan fungsi satu variabel f(x). Pada variabel x dilakukan diskritisasi dengan jarak yang sama pada setiap gridnya dengan interval h, xi, dimana i = 0, 1,..., n-1, n.
Dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor pada ke dua sisi persamaan dan menyesuaikan koefisien hingga mendapatkan h4. Didapatkan :
• Pada i = 1,
10𝑓1 ′′+ 𝑓2 ′′ = 1
ℎ2 ( 33
4 𝑓0−67
6 𝑓1−35
6 𝑓2+ 13𝑓3− 61
12𝑓4+ 5
6𝑓5) ... (3.2a)
• Pada i = 2,...., n-2
𝑓𝑖−1 ′′ + 10𝑓𝑖 ′′+ 𝑓𝑖+1 ′′ = 12
ℎ2 ( 𝑓𝑖+1− 2𝑓𝑖+ 𝑓𝑖−1) ... (3.2b)
• Pada i = n-1
𝑓𝑛−2′′ + 10𝑓𝑛−1 ′′ = 1
ℎ2 ( 33
4 𝑓𝑛 −67
6 𝑓𝑛−1−35
6 𝑓𝑛−2+ 13𝑓𝑛−3− 61
12 𝑓𝑛−4+
5
6 𝑓𝑛−5)... (3.2c)
15
Jika 𝑓0 dan 𝑓𝑛 ditentukan, maka persamaan tersebut membentuk triangular matrix sistem persamaan linear (SPL) untuk 𝑓𝑖′ (i = 1,...., n-1) yang dapat diselesaikan dengan efisien menggunakan algoritma Thomas.
3.4. Aproksimasi Temperatur pada Dinding Adiabatik
Jika 𝑓0′ dan 𝑓𝑛′ ditentukan, maka persamaan (3.1a) – (3.1c) dapat dimanipulasi untuk mendapatkan 𝑓0 dan 𝑓𝑛, Pada i = 1, persamaan (3.1b) menjadi:
𝑓0 ′ + 4𝑓1 ′ + 𝑓2′ =3
ℎ ( 𝑓2− 𝑓0)
Jika 𝑓0′ di tentukan atau diketahui maka persamaan diatas dan persamaan (3.1a) menghasilkan hubungan sebagai berikut:
3
ℎ ( 𝑓2− 𝑓0) − 𝑓0′ = 1
ℎ ( −11
12 𝑓0− 4 𝑓1+ 6𝑓2−4
3𝑓3+ 1 4 𝑓4) Oleh karena itu, 𝑓0 dapat dinyatakan sebagai:
𝑓0 = 12
25 (4 𝑓1− 3𝑓2+4
3𝑓3− 1
4 𝑓4) − 12ℎ
25 𝑓0′ ... (3.3a) Dengan cara yang sama Jika 𝑓𝑛′ di tentukan atau diketahui, dari persamaan (3.1b) dan (3.1c). 𝑓𝑛 dapat dinyatakan sebagai:
𝑓𝑛 = 12
25 (4 𝑓𝑛−1− 3𝑓𝑛−2+4
3𝑓𝑛−3− 1
4 𝑓𝑛−4) + 12ℎ
25 𝑓𝑛′ ... (3.3b) Setelah mendapatkan nilai fungsi berdasarkan persamaan (3.3a) dan (3.3b), turunan pertama dan turunan kedua didapatkan dengan menggunakan persamaan (3.1a) - (3.1b) dan persamaan (3.2a) – (3.2c), berurutan.
16
Kemudian, hasil dari bagian ini menjadi fungsi multivariable secara langsung, dikarenakan fungsi tersebut berdasarkan persamaan ekspansi Taylor satu dimensi yang sama.
3.5. Solusi Sistem Persamaan Linear (SPL) Tridiagonal dengan Algoritma Thomas
Pada bagian ini, dipertimbangkan sebuah persamaan matriks tridiagonal:
[
𝑑1 𝑎1 0 ⋯ 0 0 0
𝑏2 𝑑2 𝑎2 ⋯ 0 0 0
⋮ ⋮ ⋱ ⋯ ⋮ ⋮ ⋮
0 0 0 ⋯ 𝑏𝑛−2 𝑑𝑛−2 𝑎𝑛−2
0 0 0 ⋯ 0 𝑑𝑛−1 𝑎𝑛−1] [
𝑥1 𝑥2
⋮ 𝑥𝑛−2 𝑥𝑛−1][
𝑐1 𝑐2
⋮ 𝑐𝑛−2 𝑐𝑛−1]
... (3.4a)
Algoritma Thomas untuk menyelesaikan SPL tridiagonal terdiri dari:
1. Forward Elimination:
• Anggap:
𝑑1′ = 𝑑1 𝑑𝑎𝑛 𝑐1′ = 𝑐1 ... (3.4b)
• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:
𝑑𝑖′= 𝑑𝑖− 𝑏𝑖
𝑑𝑖−1′ 𝑎𝑖−1 , 𝑐𝑖′= 𝑐𝑖− 𝑏𝑖
𝑑𝑖−1′ 𝑐𝑖−1′ ... (3.4c) 2. Backward Elimination:
• Hitung:
𝑥𝑛−1 = 𝑐𝑛−1′
𝑑𝑛−1′ ... (3.4d)
17
• Untuk i dari n-2 sampai 1, dihitung secara berurutan:
𝑥𝑖 = 𝑐𝑖′−𝑎𝑖𝑥𝑖+1
𝑑𝑖′ ... (3.4e) Untuk mendapatkan turunan pertama dan kedua, harus menyelesaikan SPL (3.1a) – (3.1c) dan (3.2a) – (3.2c) sangat banyak saat simulasi transien. Maka, melakukan ekspansi Taylor pada algoritma Thomas diatas terutama pada permasalahan SPL ini akan sangat efisien secara komputasional.
Untuk contoh spefisik, algoritma Thomas untuk menyelesaikan SPL (3.1a) – (3.1c) untuk menyelesaikan turunan pertama. Dengan nilai 𝑏𝑖, 𝑑𝑖, 𝑎𝑖 tetap selama simulasi. Maka, hanya diperlukan perhitungan dan penyimpanan 𝑑𝑖′ dan 𝑚𝑖 ≡ 𝑏𝑖
𝑑𝑖−1′ sekali pada awal simulasi:
𝑑1′ = 4 ... (3.4f)
• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:
𝑚𝑖 = 1
𝑑𝑖−1′ ... (3.4g) 𝑑𝑖 ′ = 4 − 𝑚𝑖 ... (3.4h)
Untuk menyelesaikan 𝑓𝑖′, nilai variabel 𝑐𝑖 berdasarkan:
1. Forward Elimination:
• Anggap:
𝑐1′ = 𝑐1 ... (3.4i)
18
• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:
𝑐𝑖′ = 𝑐𝑖− 𝑚𝑖 𝑐𝑖−1′ ... (3.4j) 2. Backward Elimination:
• Hitung:
𝑓𝑛−1′ = 𝑐𝑛−1′
𝑑𝑛−1′ ... (3.4k)
• Untuk i dari 2 sampai n-1, dihitung secara berurutan:
𝑓𝑖′= 𝑐𝑖′−𝑥𝑖+1
𝑑𝑖′ ... (3.4l) Dengan metode yang sama dapat dilakukan untuk mendapatkan turunan kedua dari persamaan (3.2a) – (3.2c).
3.6. Aproksimasi Orde 4 Persamaan Poisson untuk Streamfunction Persamaan Poisson untuk nilai 𝟁:
𝜕2ψ
𝜕𝑥2+𝜕2ψ
𝜕𝑦2 = −⍵ ... (3.5a) Dengan menggunakan Compact Finite Difference Approximation orde 4 pada persamaan (3.5a) dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor dan dengan memanfaatkan persamaan (3.5a) itu sendiri untuk memperkirakan nilai turunan yang lebih tinggi yang dibutuhkan. Hasilnya:
𝜓𝑖+1,𝑗+1+ 𝜓𝑖+1,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗+1+ 𝜓𝑖−1,𝑗−1+ 4(𝜓𝑖+1,𝑗 + 𝜓𝑖,𝑗+1+ 𝜓𝑖,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗) − 20𝜓𝑖,𝑗 = −ℎ2
2 (8⍵𝑖,𝑗+ ⍵𝑖+1,𝑗+ ⍵𝑖,𝑗+1+ ⍵𝑖−1,𝑗 + ⍵𝑖,𝑗−1) ... (3.5b)
19 3.7. Syarat untuk Nilai ⍵ di Boundary
Nilai vorticity pada boundary harus ditentukan sedemikian rupa sehingga tercipta kondisi no-slip terpenuhi pada bagian dinding. Hal ini dapat didapatkan dengan mengaplikasikan ekspansi Taylor dan dengan memanfaatkan persamaan (3.5a) itu sendiri untuk memperkirakan nilai turunan yang lebih tinggi yang dibutuhkan. Didapatkan persamaan untuk nilai vorticity pada boundary:
• Dinding bagian atas:
⍵𝑖,𝑛𝑦 = −24𝑢𝑖,𝑛𝑦
7ℎ − 1
7ℎ2(𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−2− 2𝜓𝑖,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−2−
2𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−1+ 28𝜓𝑖,𝑛𝑦−1− 2𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−1+ 𝜓𝑖+1,𝑛𝑦− 26𝜓𝑖,𝑛𝑦+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦) −
6
7⍵𝑖,𝑛𝑦−1+1
7⍵𝑖,𝑛𝑦−2 ... (3.6a)
• Dinding bagian kanan:
⍵𝑛𝑥,𝑗 = −24𝑣𝑛𝑥,𝑗
7ℎ − 1
7ℎ2(𝜓𝑛𝑥−2,𝑗+1− 2𝜓𝑛𝑥−2,𝑗+ 𝜓𝑛𝑥−2,𝑗−1−
2𝜓𝑛𝑥−1,𝑗+1+ 28𝜓𝑛𝑥−1,𝑗− 2𝜓𝑛𝑥−1,𝑗−1+ 𝜓𝑛𝑥,𝑗+1− 26𝜓𝑛𝑥,𝑗+ 𝜓𝑛𝑥,𝑗−1) −
6
7⍵𝑛𝑥−1,𝑗+1
7⍵𝑛𝑥−2,𝑗 ... (3.6b)
• Dinding bagian bawah:
⍵𝑖,0= −24𝑢7ℎ𝑖,0−7ℎ12(𝜓𝑖+1,2− 2𝜓𝑖,2+ 𝜓𝑖−1,2− 2𝜓𝑖+1,1+ 28𝜓𝑖,1− 2𝜓𝑖−1,1+ 𝜓𝑖+1,0− 26𝜓𝑖,0+ 𝜓𝑖−1,0) −6
7⍵𝑖,1+1
7⍵𝑖,2 ... (3.6c)
20
• Dinding bagian kiri:
⍵0,𝑗 = −24𝑣0,𝑗
7ℎ − 1
7ℎ2(𝜓2,𝑗+1− 2𝜓2,𝑗 + 𝜓2,𝑗−1− 2𝜓1,𝑗+1+ 28𝜓1,𝑗− 2𝜓1,𝑗−1+ 𝜓0,𝑗+1− 26𝜓0,𝑗+ 𝜓0,𝑗−1) −6
7⍵1,𝑗+1
7⍵2,𝑗 ... (3.6d) 3.8. Metode Numerik SPL Nilai 𝟁 dengan Variasi Nilai ⍵ di Boundary
Penyelesaian 𝜓𝑖,𝑗 dengan i = 1,...,nx-1, j=1,...,ny-1. Dengan sistem persamaan linear (SPL) :
• Jika (i,j) = (1,1):
6
7𝜓2,2+30
7 (𝜓2,1+ 𝜓1,2) − 24𝜓1,1= −22ℎ2
7 ⍵1,1−4ℎ2
7 ⍵2,1−4ℎ2
7 ⍵1,2+
12ℎ
7 (𝑣0,1− 𝑢1,0) −6
7(𝜓2,0+ 𝜓0,2+ 𝜓0,0) − 6(𝜓1,0+ 𝜓0,1) ... (3.7a)
• Jika i=1, j=2,...,ny-2:
13
14(𝜓2,𝑗+ 𝜓1,𝑗+1) +29
7 (𝜓2,𝑗+1+ 𝜓2,𝑗−1+ 𝜓1,𝑗−1) − 22𝜓1,𝑗 =
−25ℎ2
7 ⍵1,𝑗−4ℎ2
7 ⍵2,𝑗−ℎ2
2 (⍵1,𝑗+1+ ⍵1,𝑗−1) +12ℎ𝑣0,𝑗
7 −13
14(𝜓0,𝑗+1+ 𝜓0,𝑗−1) −41
7 (𝜓0,𝑗) ... (3.7b)
• Jika i = 1, j = ny-1:
6
7𝜓2,𝑛𝑦−2+30
7 (𝜓2,𝑛𝑦−1+ 𝜓1,𝑛𝑦−2) − 24𝜓1,𝑛𝑦−1 = −22ℎ2
7 ⍵1,𝑛𝑦−1−
4ℎ2
7 ⍵2,𝑛𝑦−1−4ℎ2
7 ⍵1,𝑛𝑦−2+12ℎ
7 (𝑣0,𝑛𝑦−1+ 𝑢1,𝑛𝑦) −6
7(𝜓2,𝑛𝑦+ 𝜓0,𝑛𝑦−2+ 𝜓0,𝑛𝑦) − 6(𝜓1,𝑛𝑦+ 𝜓0,𝑛𝑦−1) ... (3.7c)
21
• Jika i=2,...,nx-2, j=1:
13
14(𝜓𝑖+1,2+ 𝜓𝑖−1,2) +29
7 (𝜓𝑖+1,1+ 𝜓𝑖,2+ 𝜓𝑖−1,1) − 22𝜓𝑖,1 =
−25ℎ2
7 ⍵𝑖,1−4ℎ2
7 ⍵𝑖,2−ℎ2
2 (⍵𝑖+1,1+ ⍵𝑖−1,1) +12ℎ𝑢𝑖,0
7 −13
14(𝜓𝑖+1,0+ 𝜓𝑖−1,0) −41
7 (𝜓𝑖,0) ... (3.7d)
• Jika i=2,...,nx-2, j=2,...,ny-2:
𝜓𝑖+1,𝑗+1+ 𝜓𝑖+1,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗+1+ 𝜓𝑖−1,𝑗−1+ 4(𝜓𝑖+1,𝑗 + 𝜓𝑖,𝑗+1+ 𝜓𝑖,𝑗−1+ 𝜓𝑖−1,𝑗) − 20𝜓𝑖,𝑗 = −ℎ2
2 (8⍵𝑖,𝑗+ ⍵𝑖+1,𝑗+ ⍵𝑖,𝑗+1+ ⍵𝑖−1,𝑗 + ⍵𝑖,𝑗−1) ... (3.7e)
• Jika i=2,...,nx-2, j=ny-1:
13
14(𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−2) +29
7 (𝜓𝑖+1,𝑛𝑦−1+ 𝜓𝑖,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦−1) − 22𝜓𝑖,𝑛𝑦−1= −25ℎ2
7 ⍵𝑖,𝑛𝑦−1−4ℎ2
7 ⍵𝑖,𝑛𝑦−2−ℎ2
2 (⍵𝑖+1,𝑛𝑦−1+
⍵𝑖−1,𝑛𝑦−1) +12ℎ𝑢𝑖,𝑛𝑦
7 −13
14(𝜓𝑖+1,𝑛𝑦+ 𝜓𝑖−1,𝑛𝑦) −41
7 (𝜓𝑖,𝑛𝑦) ... (3.7f)
• Jika i=nx-1, j=1:
6
7𝜓𝑛𝑥−2,2+30
7 (𝜓𝑛𝑥−2,1+ 𝜓𝑛𝑥−1,2) − 24𝜓𝑛𝑥−1,1= −22ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−1,1−
4ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−2,1−4ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−1,2+12ℎ
7 (𝑣𝑛𝑥,1− 𝑢𝑛𝑥−1,0) −6
7(𝜓𝑛𝑥−2,0+ 𝜓𝑛𝑥,2+ 𝜓𝑛𝑥,0) − 6(𝜓𝑛𝑥−1,0+ 𝜓𝑛𝑥,1) ... (3.7g)
22
• Jika i=nx-1, j=2,...,ny-2:
13
14(𝜓𝑛𝑥−2,𝑗+1+ 𝜓𝑛𝑥−2,𝑗−1) +29
7 (𝜓𝑛𝑥−1,𝑗+1+ 𝜓𝑛𝑥−1,𝑗−1+ 𝜓𝑛𝑥−2,𝑗) − 22𝜓𝑛𝑥−1,𝑗= −25ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−1,𝑗−4ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−2,𝑗−ℎ2
2 (⍵𝑛𝑥−1,𝑗+1+
⍵𝑛𝑥−1,𝑗−1) +12ℎ𝑣𝑛𝑥,𝑗
7 −13
14(𝜓𝑛𝑥,𝑗+1+ 𝜓𝑛𝑥,𝑗−1) −41
7 (𝜓𝑛𝑥,𝑗)... (3.7h)
• Jika i=nx-1, j=ny-1:
6
7𝜓𝑛𝑥−2,𝑛𝑦−2+30
7 (𝜓𝑛𝑥−2,𝑛𝑦−1+ 𝜓𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−2) − 24𝜓𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−1=
−22ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−1−4ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−2,𝑛𝑦−1−4ℎ2
7 ⍵𝑛𝑥−1,𝑛𝑦−2+12ℎ
7 (𝑣𝑛𝑥,𝑛𝑦−1− 𝑢𝑛𝑥−1,𝑛𝑦) −6
7(𝜓𝑛𝑥−2,𝑛𝑦+ 𝜓𝑛𝑥,𝑛𝑦−2+ 𝜓𝑛𝑥,𝑛𝑦) − 6(𝜓𝑛𝑥−1,𝑛𝑦+ 𝜓𝑛𝑥,𝑛𝑦−1) ... (3.7i)
Sistem persamaan linear (SPL) diatas, dapat diselesaikan dengan metode Successive Over Relaxation (SOR). Menyelesaikan SPL dengan metode SOR terdiri dari memperbarui nilai 𝜓𝑖,𝑗 secara berulang hingga mencapai konvergen. Sebagai contoh, 𝜓𝑖,𝑗(𝑘) dengan k-th menunjukkan jumlah iterasi dari 𝜓𝑖,𝑗. Dari persamaan (3.7e) didapatkan formula iterasi sebagai berikut:
𝛿𝑖,𝑗(𝑘+1) = 1
20(𝜓𝑖+1,𝑗+1(𝑘) + 𝜓𝑖+1,𝑗−1(𝑘) + 𝜓𝑖−1,𝑗+1(𝑘+1) + 𝜓𝑖−1,𝑗−1(𝑘+1) + 4(𝜓𝑖+1,𝑗(𝑘) + 𝜓𝑖,𝑗+1(𝑘) + 𝜓𝑖,𝑗−1(𝑘+1)+ 𝜓𝑖−1,𝑗(𝑘+1)) +ℎ22(8⍵𝑖,𝑗+ ⍵𝑖+1,𝑗+ ⍵𝑖,𝑗+1+ ⍵𝑖−1,𝑗+
⍵𝑖,𝑗−1)) − 𝜓𝑖,𝑗(𝑘) ... (3.8a) 𝜓𝑖,𝑗(𝑘+1)= 𝜓𝑖,𝑗(𝑘)+ 𝛽𝛿𝑖,𝑗(𝑘+1) ... (3.8b)
23
Untuk i = 2,..., nx-2, j = 2,..., ny-2, dimana 𝛽 adalah koefisien relaksasi yang biasanya antara 1 sampai 2. Dengan cara yang sama, formula iterasi SOR dapat digunakan untuk kasus i dan j yang lain.
Konvergensi dari iterasi SOR dapat dicapai jika |𝛿(𝑘+1)| < 𝜖|𝜓(0)|, dimana |𝜓(𝑘)| menunjukkan L2-norm dari 𝜓𝑖,𝑗(𝑘)
|𝜓(𝑘)| = √∑𝑛𝑥,𝑛𝑦𝑖=0,𝑗=0𝜓𝑖,𝑗(𝑘)2 ... (3.8c) Dan 𝜖 parameter kecil yang biasanya 10−4.
3.9. Metode Numerik untuk Permasalahan Burger 1 Dimensi Persamaan Burger 1 dimensi:
𝜕𝑢
𝜕𝑡 + 𝑢𝜕𝑢
𝜕𝑥= 𝑣𝜕2𝑢
𝜕𝑥2 ... (3.9a) dengan batas a< x < b, 0<t ≤ T.
Dengan kondisi Boundary:
u(a,t) = f1(t) , u(b,t) = f2(t) ... (3.9b) dengan batas 0<t ≤ T dan konstan.
Dan dengan kondisi awal:
U(x,0) = g(x) ... (3.9c) dengan batas a< x < b.
Dimana v >0 yang merupakan parameter kinematik vis denotes kositas, f1(t), f2(t), dan g(x) merupakan fungsi yang diketahui. Persamaan ini merupakan persamaan non-linear diferensial parsial, yang sangat mirip
24
dengan persamaan Navier-Stokes. Persamaan ini memiliki hubungan konveksi, hubunga difusi, dan hubungan time-dependent.
Untuk mencari turunan pertama dan turunan kedua dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (3.1a)-(3.1c) dan (3.2a)-(3.2c) yang digabungkan dengan algoritma Thomas pada persamaan (3.4f)-(3.4i).
Dengan menggunakan metode garis:
𝜕𝑢𝑖
𝜕𝑡 = 𝑣𝜕2𝑢
𝜕𝑥2− 𝑢𝑖𝜕𝑢
𝜕𝑥 ... (3.9d) dengan i = 1, 2,..., N-1. Dan dengan batas:
𝜕𝑢0
𝜕𝑡 = 𝜕𝑢𝑁
𝜕𝑡 = 0 ... (3.9e) Pada n = 0, aplikasikan metode Heun orde 2:
𝑘0𝑖 = 𝑣(𝜕2𝑢
𝜕𝑥2)𝑖𝑛− 𝑢𝑖𝑛(𝜕𝑢
𝜕𝑥)𝑖𝑛 ... (3.9f) melakukan perubahan 𝑢𝑖∗ dari 𝑘0𝑖
𝑢𝑖∗ = 𝑢𝑖𝑛+ 𝑘0𝑖∆𝑡 ... (3.9g) memperhitungkan 𝑘1𝑖, turunan pertama, dan turunan kedua menggunakan 𝑢𝑖∗
𝑘1𝑖 = 𝑣(𝜕2𝑢
𝜕𝑥2)𝑖∗− 𝑢𝑖∗(𝜕𝑢
𝜕𝑥)𝑖∗ ... (3.9h) Memperhitungkan nilai u pada time-step selanjutnya 𝑢𝑖𝑛+1dengan menggunakan 𝑘0𝑖 dan 𝑘1𝑖
𝑢𝑖𝑛+1 = 𝑢𝑖𝑛 + ∆𝑡
2 (𝑘0𝑖+ 𝑘1𝑖) ... (3.9i)
25
3.10. Metode Numerik untuk Permasalahan Aliran Tak Termampatkan 2 Dimensi
Persamaan non-dimensional 2 dimensi dengan aliran tak termampatkan dalam bentuk konservatifnya:
𝜕⍵
𝜕𝑡 +𝜕(𝑢⍵)
𝜕𝑥 +𝜕(𝑣⍵)
𝜕𝑦 = 1
𝑅𝑒(𝜕2⍵
𝜕𝑥2 +𝜕2⍵
𝜕𝑦2) ... (3.10a)
𝜕2𝜓
𝜕𝑥2 +𝜕2𝜓
𝜕𝑦2 = −⍵... (3.10b) Dimana komponen kecepatan diberikan:
𝑢 =𝜕𝜓
𝜕𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑣 = −𝜕𝜓
𝜕𝑥... (3.10c) Penyelesaian persamaan transien 2 dimensi dengan grid yang tersusun seragam dengan interval panjang h. Notasi yang sering digunakan:
𝑓𝑖,𝑗𝑛 yang menunjukkan nilai f pada titik grid (𝑥𝑖, 𝑦𝑗) pada waktu 𝑡𝑛, dimana i = 0,...,nx dan j = 0,...,ny.
Dengan catatan:
1. Dapat diaplikasikan metode compact finite difference orde 4 pada bagian 3.3.1 sampai 3.3.3 untuk medapatkan perkiraan turunan pertama dan kedua dari u⍵, v⍵, dan ⍵ pada persamaan (3.10a). Hal ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan perkiraan turunan pertama dan turunan kedua dari 𝟁 pada persamaan (3.10b) dan (3.10c).
26
2. Dengan diketahui nilai ⍵, bisa mendapatkan nilai dari 𝟁 pada bagian dalam dengan menggunakan metode SOR yang diaplikasikan pada SPL yang berada pada bagian 3.3.7.
Dengan melakukan langkah 1 dan 2, dapat dilakukan simbolisasi penulisan persamaan (3.10a), (3.10b), (3.10c) dan setelah dilakukan diskretisasi parsial:
𝜕𝑤𝑖,𝑗
𝜕𝑡 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵) ... (3.10d) Dimana:
𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵) = −𝜕(𝑢⍵)
𝜕𝑥 −𝜕(𝑣⍵)
𝜕𝑦 + 1
𝑅𝑒(𝜕2⍵
𝜕𝑥2 +𝜕2⍵
𝜕𝑦2) ... (3.10e) 𝜓𝑖,𝑗 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵) ... (3.10f) 𝑢𝑖,𝑗 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓) 𝑑𝑎𝑛 𝑣𝑖,𝑗 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓) ... (3.10g) Vorticity pada boundary diberikan pada persamaan (3.6a) sampai (3.6d), yang dapat dituliskan secara simbolik menjadi:
⍵𝑖,𝑗= 𝑀𝑖,𝑗(𝟁) pada 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 ... (3.10h) Sekarang persamaan (3.10e) dapat dilihat sebagai sistem persamaan diferensial biasa (PDB) untuk ⍵𝑖,𝑗 pada titik interior grid yang harus diselesaikan secara konsisten bersaman dengan persamaan (3.10f) sampai (3.10h). Kemudian, dijelaskan metode orde 4 untuk sistem PDB untuk memajukan 𝟁, ⍵, u, v dari waktu 𝑡𝑛 menjadi waktu 𝑡𝑛+1.
27
Algoritma time-stepping berdasarkan metode Rungge Kutta orde 4 (RK4) yang terdiri secara berurutan memperhitungkan:
1. 𝑘𝑖,𝑗0 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢𝑛, 𝑣𝑛, ⍵𝑛)
2. ⍵𝑖,𝑗0 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗0 pada titik interior grid
3. 𝜓𝑖,𝑗0 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵0)
4. 𝑢𝑖,𝑗0 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓0)
5. 𝑣𝑖,𝑗0 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓0)
6. ⍵𝑖,𝑗0 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓0) pada boundary
7. 𝑘𝑖,𝑗1 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢0, 𝑣0, ⍵0)
8. ⍵1𝑖,𝑗 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗1 pada titik interior grid
9. 𝜓𝑖,𝑗1 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵1) 10. 𝑢𝑖,𝑗1 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓1)
11. 𝑣𝑖,𝑗1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓1)
12. ⍵1𝑖,𝑗 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓1) pada boundary
13. 𝑘𝑖,𝑗2 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢1, 𝑣1, ⍵1)
14. ⍵𝑖,𝑗2 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗2 pada titik interior grid
15. 𝜓𝑖,𝑗2 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵2)
28 16. 𝑢𝑖,𝑗2 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓2)
17. 𝑣𝑖,𝑗2 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓2)
18. ⍵𝑖,𝑗2 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓2) pada boundary
19. 𝑘𝑖,𝑗3 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢2, 𝑣2, ⍵2)
20. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 +∆𝑡
6 (𝑘𝑖,𝑗0 + 2𝑘𝑖,𝑗1 + 2𝑘𝑖,𝑗2 + 𝑘𝑖,𝑗3 ) pada titik interior grid
21. 𝜓𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐺𝑖,𝑗(⍵𝑛+1)
22. 𝑢𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐻𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)
23. 𝑣𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)
24. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1) pada boundary
Dimana ∆𝑡 = 𝑡𝑛+1− 𝑡𝑛.
Karena itu, algoritma keseluruhan untuk simulasi transien adalah:
1. Menentukan kondisi awal ⍵0, 𝜓0. Dengan n= 0 dan menentukan nilai dari ∆t
2. Memperhitungkan 𝑤𝑖,𝑗1 , 𝜓𝑖,𝑗1 menggunakan metode RK4
3. Memperbarui n=1, dan t = ∆t
4. If t ≥ tfin, hentikan simulasi. Selain itu, ulangi dari langkah 2.
29
3.11. Metode Numerik untuk Konveksi Alami 2 Dimensi
Persamaan non-dimensional 2 dimensi dengan aliran tak termampatkan dalam bentuk konservatifnya:
𝜕⍵
𝜕𝑡 +𝜕(𝑢⍵)
𝜕𝑥 +𝜕(𝑣⍵)
𝜕𝑦 = 𝑃𝑟 (𝜕2⍵
𝜕𝑥2 +𝜕2⍵
𝜕𝑦2) + 𝑅𝑎𝑃𝑟𝜕𝑇
𝜕𝑥 ... (2.1a)
𝜕2𝜓
𝜕𝑥2 +𝜕2𝜓
𝜕𝑦2 = −⍵... (2.1b)
𝜕𝑇
𝜕𝑡+𝜕(𝑢𝑇)
𝜕𝑥 +𝜕(𝑣𝑇)
𝜕𝑦 = (𝜕2𝑇
𝜕𝑥2+𝜕2𝑇
𝜕𝑦2) ... (2.1c) Dimana komponen kecepatan diberikan:
𝑢 =𝜕𝜓
𝜕𝑦 𝑑𝑎𝑛 𝑣 = −𝜕𝜓
𝜕𝑥... (3.11a) Penyelesaian persamaan transien 2 dimensi dengan grid yang tersusun seragam dengan interval panjang h. Notasi yang sering digunakan:
𝑓𝑖,𝑗𝑛 yang menunjukkan nilai f pada titik grid (𝑥𝑖, 𝑦𝑗) pada waktu 𝑡𝑛, dimana i = 0,...,nx dan j = 0,...,ny.
Dengan catatan:
1. Dapat diaplikasikan metode compact finite difference orde 4 pada bagian 3.3.1 sampai 3.3.3 untuk medapatkan perkiraan turunan pertama dan kedua dari u⍵, v⍵, ⍵ dan T pada persamaan (2.1a), dapat digunakan untuk mendapatkan perkiraan turunan pertama dan kedua dari 𝟁 pada persamaan (2.1b) dan (3.11a), dan dapat digunakan untuk mendapatkan turunan pertama dan turunan kedua dari uT, vT,dan T dari persamaan (2.1c)
30
2. Dengan diketahui nilai ⍵, bisa mendapatkan nilai dari 𝟁 pada bagian dalam dengan menggunakan metode SOR yang diaplikasikan pada SPL yang berada pada bagian 3.3.7.
Dengan melakukan langkah 1 dan 2, dapat dilakukan simbolisasi penulisan persamaan (2.1a), (2.1b), (2.1c), (3.11a) dan setelah dilakukan diskretisasi parsial:
𝜕𝑤𝑖,𝑗
𝜕𝑡 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵, 𝑇) ... (3.11b)
𝜕𝑇𝑖,𝑗
𝜕𝑡 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, 𝑇) ... (3.11c) Dimana:
𝐹𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, ⍵, 𝑇) = −𝜕(𝑢⍵)
𝜕𝑥 −𝜕(𝑣⍵)
𝜕𝑦 + 𝑃𝑟 (𝜕2⍵
𝜕𝑥2+𝜕2⍵
𝜕𝑦2) + 𝑅𝑎𝑃𝑟𝜕𝑇
𝜕𝑥 ... (3.11d) 𝐺𝑖,𝑗(𝑢, 𝑣, 𝑇) = −𝜕(𝑢𝑇)
𝜕𝑥 −𝜕(𝑣𝑇)
𝜕𝑦 + (𝜕2𝑇
𝜕𝑥2+𝜕2𝑇
𝜕𝑦2) ... (3.11e) 𝜓𝑖,𝑗 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵) ... (3.11f) 𝑢𝑖,𝑗 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓) 𝑑𝑎𝑛 𝑣𝑖,𝑗 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓) ... (3.11g) Vorticity pada boundary diberikan pada persamaan (3.6a) sampai (3.6d), yang dapat dituliskan secara simbolik menjadi:
⍵𝑖,𝑗= 𝑂𝑖,𝑗(𝟁) pada 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 ... (3.11h) Temperatur pada boundary diberikan pada persamaan (3.3a) dan (3.3b), yang dapat dituliskan secara simbolik menjadi:
𝑇𝑖,𝑗 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑻) pada 𝑏𝑜𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑦 ... (3.11i)
31
Sekarang persamaan (3.11d) dapat dilihat sebagai sistem persamaan diferensial biasa (PDB) untuk ⍵𝑖,𝑗 pada titik interior grid yang harus diselesaikan secara konsisten bersaman dengan persamaan (3.11e) sampai (3.11i). Kemudian, dijelaskan metode orde 4 untuk sistem PDB untuk memajukan 𝟁, ⍵, u, v,T dari waktu 𝑡𝑛 menjadi waktu 𝑡𝑛+1.
Algoritma time-stepping berdasarkan metode Rungge Kutta orde 4 (RK4) yang terdiri secara berurutan memperhitungkan:
1. 𝑘𝑖,𝑗0 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢𝑛, 𝑣𝑛, ⍵𝑛, 𝑇𝑛)
2. 𝑘𝑇𝑖,𝑗0 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢𝑛, 𝑣𝑛, 𝑇𝑛)
3. 𝑇𝑖,𝑗0 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑇𝑖,𝑗0 pada titik interior grid
4. ⍵𝑖,𝑗0 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗0 pada titik interior grid
5. 𝜓𝑖,𝑗0 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵0)
6. 𝑢𝑖,𝑗0 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓0)
7. 𝑣𝑖,𝑗0 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓0)
8. ⍵𝑖,𝑗0 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓0) pada boundary
9. 𝑇𝑖,𝑗0 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇0) pada boundary
10. 𝑘𝑖,𝑗1 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢0, 𝑣0, ⍵0, 𝑇0)
11. 𝑘𝑇𝑖,𝑗1 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢0, 𝑣0, 𝑇0)
32
12. 𝑇𝑖,𝑗1 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑇𝑖,𝑗1 pada titik interior grid
13. ⍵1𝑖,𝑗 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗1 pada titik interior grid
14. 𝜓𝑖,𝑗1 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵1)
15. 𝑢𝑖,𝑗1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓1)
16. 𝑣𝑖,𝑗1 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓1)
17. ⍵1𝑖,𝑗 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓1) pada boundary
18. 𝑇𝑖,𝑗1 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇1) pada boundary
19. 𝑘𝑖,𝑗2 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢1, 𝑣1, ⍵1, 𝑇1)
20. 𝑘𝑇𝑖,𝑗2 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢1, 𝑣1, 𝑇1)
21. 𝑇𝑖,𝑗2 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑇𝑖,𝑗2 pada titik interior grid
22. ⍵𝑖,𝑗2 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 + ∆t𝑘𝑖,𝑗2 pada titik interior grid
23. 𝜓𝑖,𝑗2 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵2)
24. 𝑢𝑖,𝑗2 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓2)
25. 𝑣𝑖,𝑗2 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓2)
26. ⍵𝑖,𝑗2 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓2) pada boundary
27. 𝑇𝑖,𝑗2 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇2) pada boundary
28. 𝑘𝑖,𝑗3 = 𝐹𝑖,𝑗(𝑢2, 𝑣2, ⍵2, 𝑇2)
33 29. 𝑘𝑇𝑖,𝑗3 = 𝐺𝑖,𝑗(𝑢2, 𝑣2, 𝑇2)
30. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = ⍵𝑖,𝑗𝑛 +∆𝑡
6 (𝑘𝑖,𝑗0 + 2𝑘𝑖,𝑗1 + 2𝑘𝑖,𝑗2 + 𝑘𝑖,𝑗3 ) pada titik interior grid
31. 𝑇𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑇𝑖,𝑗𝑛 +∆𝑡
6 (𝑘𝑇𝑖,𝑗0 + 2𝑘𝑇𝑖,𝑗1 + 2𝑘𝑇𝑖,𝑗2 + 𝑘𝑇𝑖,𝑗3) pada titik interior grid
32. 𝜓𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐻𝑖,𝑗(⍵𝑛+1)
33. 𝑢𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝐿𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)
34. 𝑣𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑀𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1)
35. ⍵𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑂𝑖,𝑗(𝜓𝑛+1) pada boundary
36. 𝑇𝑖,𝑗𝑛+1 = 𝑃𝑖,𝑗(𝑇𝑛+1) pada boundary
Dimana ∆𝑡 = 𝑡𝑛+1− 𝑡𝑛.
Karena itu, algoritma keseluruhan untuk simulasi transien adalah:
1. Menentukan kondisi awal ⍵0, 𝜓0, 𝑇0. Dengan n= 0 dan menentukan nilai dari ∆t
2. Memperhitungkan 𝑤𝑖,𝑗1 , 𝜓𝑖,𝑗1 , 𝑇𝑖,𝑗1menggunakan metode RK4
3. Memperbarui n=1, dan t = ∆t
4. If t ≥ tfin, hentikan simulasi. Selain itu, ulangi dari langkah 2.
34 3.12. Implementasi Metode Numerik
Pada proyek tugas akhir ini menggunakan perangkat lunak sebagai media implementasi pengerjaan yang berbahasa python, dan C++. Media tersebut bersifat open source dan komputasi dilakukan pada sebuah Virtual Private Server dengan CPU E5-2620 v4 8 core dan RAM 8 GB.
Variabel-variabel pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang bebas, yaitu:
a. Bilangan Rayleigh b. Bilangan Prandtl c. Rasio Geometri 2. Variabel yang terikat, yaitu:
a. Isotermal b. Vorticity c. Velocity
3. Variabel yang terkendali, yaitu:
a. Ukuran grid
b. Kondisi awal suhu, tekanan, vorticity, dan velocity c. Toleransi nilai
3.13. Tahap Pelaksanaan Tugas Akhir
Dalam pelaksanaannya, tugas akhir ini dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap validasi akurasi dan konvergensi, meliputi: validasi pada permasalahan burger, validasi pada permasalahan aliran tak termampatkan, validasi pada permasalahan konveksi alami 2 dimensi dalam sebuah persegi dengan dinding
35
samping dipanaskan. Tahap kedua merupakan tahap penerapan metode pada permasalahan konveksi Rayleigh-Bernard dengan melakukan variasi variabel bebas. Kedua tahap tersebut dapat dimengerti lebih mudah dengan melihat diagram 3.1. berikut.
Diagram 3.1. Tahap Pelaksanaan Tugas Akhir
Dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Melakukan pengecekkan akurasi dan konvergensi pada permasalahan burger, permasalahan aliran tak termampatkan 2 dimensi, dan Konveksi alami 2 dimensi dalam sebuah persegi dengan dinding samping dipanaskan. Pengecekkan akurasi dilakukan dengan membandingkan hasil yang didapat dengan penelitian sebelumnya
2. Memodelkan permasalahan konveksi alami 2 dimensi pada geometri ruangan persegi panjang dengan kondisi batas berupa bagian sisi kiri dan
Dampak Variasi Variabel Bebas
Validasi permasalahan burger 1 dimensi
Validasi permasalahan aliran tak termampatkan 2 dimensi
Penerapan Metode
Variasi rasio geometri
Variasi bilangan Prandtl dan bilangan Rayleigh Validasi permasalahan konveksi
alami 2 dimensi dalam sebuah persegi dengan dinding samping
dipanaskan
Validasi
36
kanan merupakan adiabatik, dengan sisi bawah dengan temperatur yang tinggi dan pada sisi atas dengan temperatur yang rendah (Gambar 3.1).
Fluida yang berada di dalam ruangan persegi panjang merupakan fluida yang bersifat newtonian, tak termampatkan, dan netral.
Gambar 3.1. Geometri Permasalahan Konveksi Rayleigh-Benard
3. Melakukan simulasi numerik (Direct Numerik Simulation) dengan implementasi metode numerik HOC 20 pada model matematika persamaan non-momentum dalam bentuk stream-function vorticity serta persamaan non-dimensional konservasi energi. Simulasi numerik dilakukan pada masing-masing nilai variabel bebas yang divariasikan.
4. Membentuk plot grafik distribusi vorticity, streamline, isothermal, dan bilangan Nusselt, dari hasil perubahan variabel bebas yang diuji pada simulasi numerik. Plot tersebut digunakan untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat pada ruangan tertutup berbentuk persegi panjang tersebut.
5. Dari hasil pengaruh yang didapat kemudian dilakukan analisis dan kesimpulan yang dituliskan pada proyek tugas akhir.
Suhu dingin
Suhu panas
Adiabatik Adiabatik