• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN FERMENTASI URINE BABI SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Brachiaria humidicola DAN Digitaria milanjiana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN FERMENTASI URINE BABI SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Brachiaria humidicola DAN Digitaria milanjiana"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN FERMENTASI URINE BABI SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT

Brachiaria humidicola DAN Digitaria milanjiana

SKRIPSI

IIN MELANI HARAHAP 130306070

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PEMANFAATAN FERMENTASI URINE BABI SEBAGAI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT

Brachiaria humidicola DAN Digitaria milanjiana

SKRIPSI

IIN MELANI HARAHAP 130306070

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian meja hijau di Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)
(4)

ABSTRAK

IIN MELANI HARAHAP, 2018: Pemanfaatan Fermentasi Urine Babi sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Produktivitas Rumput Brachiaria humudicola dan Digitaria milanjiana. Dibimbing oleh SAYED UMAR dan NEVY DIANA HANAFI.

Penelitian ini dilakukan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Juni sampai November 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis pupuk yang sesuai dan respon penggunaan pupuk terhadap produktivitas(tinggi tanaman, produksi bahan segar dan bahan kering) rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana. Rancangan menggunakan Rancangan Split Plot Designdengan 5 perlakuan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari P0= kontrol (tanpa urine), P1=100 ml pupuk cair urine babi fermentasi, P2=150 ml pupuk cair urine babi fermentasi, P3= 200 ml pupuk cair urine babi fermentasi dan P4= 250 ml pupuk cair urine babi fermentasi. Parameter tang diamati adalah tinggi tanaman, produksi bahan segar dan produksi bahan kering.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pemberian pupuk organik cair urine babi fermentasi maka semakin tinggi produktivitas yang dihasilkan dimana perlakuan tertinggi yang digunakan adalah P4 (250 ml/plot tanaman) yang memperoleh peningkatan produktivitas rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana yaitu tinggi tanaman, produksi bahan segar dan produksi bahan kering dan rumput Digitraria milanjiana memiliki respon yang lebih cepat dalam penyerapan pupuk organik cair urine babi fermentasi.

Kata kunci: Brachiaria humidicola, Digitaria milanjiana, urine babi, produktivitas

(5)

ABSTRACT

IIN MELANI HARAHAP, 2018: The Utilization of Pig Urine Fermentation as Liquid Organic Fertilizer to the Productivity of Brachiaria humudicola and Digitaria milanjiana Grass. Guided by SAYED UMAR and NEVY DIANA HANAFI.

This research was conducted at Agricultural Faculty of North Sumatera University from June to November 2017. The purpose of this research is to know the appropriate dose of fertilizer and the response of fertilizer use to productivity (plant height, production of fresh material and dry ingredients) Brachiaria humidicola grass and Digitaria milanjiana . The design using Split Design Plot Design with 5 treatment 3 replication. The treatment consisted of P0 = control (without urine), P1 = 100 ml of fermented pine urine liquid fertilizer, P2 = 150 ml of fermented pine urine liquid fertilizer, P3 = 200 ml of fermented pine urine and P4 = 250 ml of fermented pine urine . The parameters of the pliers observed were plant height, production of fresh material and dry matter production.

The results showed that the higher the application of organic fertilizer liquid urine of fermented pig hence the higher productivity produced where the highest treatment used was P4 (250 ml / plant plot) which obtained increased productivity of Brachiaria humidicola grass and Digitaria milanjiana ie plant height, and the production of dry matter and grass Digitraria milanjiana has a faster response in the absorption of liquid organic fertilizer pine urine fermentation.

Keywords: Brachiaria humidicola, Digitaria milanjiana, urine pig, productivity

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Fermentasi Urine Babi Sebagai Pupuk Organik Cair terhadap Produktivitas Rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana“.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, MS selaku ketua komisi pembimbing dan

Dr. Nevy Diana Hanafi, S.Pt., M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua civitas akademika di Program Studi Peternakan dan Fakultas Pertanian serta semua rekan mahasiswa yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi tidak luput dari kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penulisan ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

Hipotesis Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Limbah Ternak Babi ... 4

Fermentasi Urine ... 6

Pupuk Organik Cair ... 9

Pemupukan ... 11

Rumput Brachiaria humidicola ... 13

Rumput Digitaria milanjiana ... 14

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

Bahan dan Alat Bahan ... 16

Alat ... 16

Metode Penelitian... 17

Pelaksanaan Penelitian Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Babi ... 18

Pengolahan Lahan ... 19

Pemupukan ... 19

Penanaman ... 20

Pemeliharaan Rumput ... 20

Triming ... 20

Pemanenan ... 21

Parameter yang Diamati ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman ... 23

Produksi Bahan Segar ... 24

Produksi Bahan Kering ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28

(8)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Populasi ternak babi di beberapa provinsi yang ada di Indonesia

tahun 2012-2016 ... 4 2. Kandungan unsur hara dan air beberapa jenis pupuk kandang ... 10 3. Rataan tinggi tanaman (cm) Brachiaria humidicola dan Digitaria

milanjiana ... 23 4. Rataan produksi bahan segar (gr/plot) Brachiaria humidicola dan

Digitaria milanjiana ... 25 5. Rataan produksi bahan kering (gr/plot) Brachiaria humidicola dan

Digitaria milanjiana ... 26

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hijauan pakan merupakan pondasi dalam pengembangan peternakan ruminansia sebab hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia, sehingga untuk meningkatkan produksi ternak ruminansia harus diikuti oleh peningkatan penyediaan hijauan yang cukup baik dalam kuantitas maupun kualitas (Afrizal et al., 2014). Ketersediaannya pada dasarnya menentukan tingkat produksi ternak. Tanaman rerumputan merupakan salah satu penyedia hijauan pakan dan harus tersedia terlebih dahulu sebelum ternak ruminansia didatangkan ke lokasi peternakan (Gordeyasemas et al., 2007).

Pada prinsipnya hijauan yang disajikan pada ternak perlu memiliki sifat yaitu disukai (palatable), mudah dicerna, nilai gizinya tinggi dan dalam waktu yang pendek maupun tumbuh kembali. Kebutuhan hijauan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak yang dimiliki. Banyak jenis hijauan yang unggul dan disukai oleh ternak baik itu rumput maupun leguminosa.

Rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana merupakan jenis rumput yang disukai oleh ternak. Kedua jenis rumput ini dapat bertahan terhadap keadaan yang kering dan penggembalaan yang berat juga memliki ketahanan tinggi terhadap invasi gulma. Kedua rumput ini memberi respon positif terhadap pemberian pemupukan.Berbagai jenis pupuk telah tersedia diantaranya adalah pupuk kandang. Dimana pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah (Syekhfani, 2000). Jenis pupuk kandang berdasarkan

(10)

kandang sapi, pupuk kandang kuda, pupuk kandang kambing atau domba, pupuk kandang babi dan pupuk kandang unggas.

Diketahui usaha ternak babi rakyat sudah sejak lama berkembang terutama di Sumatera Utara yang populasinya mencapai 1.120.261 ekor pada tahun 2016 (Ditjen PKH, 2016). Banyaknya feses dan urine yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Rasio feses dan urine yang dihasilkan ternak adalah babi 1,2:1 (55% feses, 45% urine (Rinekso et al.,2011). Peternakan rakyat dapat menimbulkan permasalahan lingkungan, yang paling umum adalah kesulitan dalam pembuangan limbah ternak seperti usaha ternak babi. Berdasarkan uraian tersebut jika limbah ternak bila dibiarkan akan mengalami penyusutan unsur kimia yang disebabkan oleh penguapan, pencucian oleh air hujan. Padahal limbah ternak tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos serta urinenya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair organik. Menurut Kartadisastra(2001) kandungan unsur hara dari pupuk kandang segar ternak babi adalah 0,95% N, 0,35% P, 0,40% K dan 80% Air untuk kotoran dalam bentuk padat dan 0,40% N, 0,10% P, 0,45% K dan 87 % Air untuk kotoran dalam bentuk cair.

Peternak kurang mengoptimalkan hasil tambahan dari ternak yang mereka pelihara seperti feses dan urine. Pengoptimalan limbah dapat dilakukan dengan pembuatan kompos dengan cara memfermentasi feses ataupun urine.Fermentasi limbah ternak mempunyai sifat menolak hama atau penyakit pada tanaman. Hama atau penyakit bisa saja datang, tetapi langsung pergi, bukan musnah tetapi hanya meyingkir dari tanaman (Phrimantoro, 2002). Pemanfaatan dari limbah ternak menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi pupuk organik yang dilakukan secara optimal dan dapat diaplikasikan terhadap tanaman pertanian

(11)

seperti tanaman hortikultura ataupun hijauan pakan ternak sehingga terjadinya zero waste dan hal ini menjadi nilai tambah lagi terhadap pendapatan petani ataupun peternak.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis berkeinginan melakukan penelitian mengenai pemanfaatan fermentasi urine ternak babi sebagai pupuk organik cair terhadap produktivitas rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana.

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dosis pupuk yang sesuai terhadap produktivitas rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana.

2. Mengetahui respon penggunaan pupuk organik cair fermentasi urine babi dalam produktivitas (produksi bahan segar, bahan kering dan tinggi tanaman) dari rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana.

Kegunaan penelitian

Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi bagi peneliti, peternak dan simpatisan pertanian dalam pengembangan usaha serta instansi terkait tentang penggunaan pupuk dari limbah ternak babi yang tepat dalam peningkatan produktivitas dari hijauan pakan ternak.

Hipotesis Penelitian

Pemanfaatan fermentasi urine babi sebagai pupuk cair organik dapat meningkatkan produktivitas hijauan rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana dengan dosis yang sesuai.

(12)

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah Ternak Babi

Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan, karena ternak babi dan produk olahannya cukup baik sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong (Fauzi, 2011). Berdasarkan data statistik peternakan tahun 2016, populasi ternak babi tertinggi setelah Nusa Tenggara Timuradalah Sumatera Utara, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Populasi ternak babi di beberapa provinsi yang ada di Indonesia tahun 2012-2016

Provinsi Tahun

2012 2013 2014 2015 2016

Nusa Tenggara

Timur 1.697.252 1.751.805 1.755.058 1.812.449 1.871.717 Sumatera Utara 866.207 978.717 1.118.909 1.088.229 1.120.261 Bali 890.598 840.409 817.489 794.936 803.920 Papua 577.407 579.024 680.099 706.108 738.714 Sulawesi Selatan 603.337 638.519 654.443 667.980 688.019 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

Peternakan babi disamping sebagai sarana untuk menghasilkan protein hewani, juga merupakan sarana untuk mendatangkan keuntungan bagi pengusaha.

Hal ini karena ternak babi dapat mengubah atau memanfaatkan sisa makanan yang sudah tidak digunakan oleh manusia menjadi daging dan lemak yang mempunyai nilai gizi tinggi (Pond dan Manner, 1974). Tujuan utama dari produsen ternak babi adalah mengusahakan agar diperoleh keuntungan yang memuaskan dari penjualan stok bibit, babi sapihan, melestarikan tradisi keluarga, memenuhi suatu corak kehidupan desa dan berpartisipasi aktif dalam pengadaan pangan nasional (Johnson, 1976). Memelihara ternak babi selain untuk memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat juga menambah penghasilan keluarga. Apabila dikelola

(13)

dengan baik, usaha ternak babi dapat memberikan keuntungan bagi peternak, karena ternak babi dapat dijual pada umur lepas sapih (5-6 minggu) dan 8-9 bulan dengan bobot berat badan 90-110 kg. Selain itu, siklus reproduksi serta laju pertumbuhan ternak babi relatif cepat dan membutuhkan perhatian dalam aspek tatalaksana pemeliharaan serta pemberian pakan.

Meningkatnya ketertarikan masyarakat akan ternak babi dapat meningkatkan populasinya sehingga mengakibatkan permasalahan kesulitan dalam pembuangan limbah yang dapat berupa kotoran ternak dan sisa-sisa pakan ternak serta air cucian untuk memandikan ternak babi atau pembersihan kandang (Wanatabe, 1996).Pencemaran udara oleh peternakan babi berupa bau yang menyengat dan penyebaran virus. Bau yang menyengat berasal dari gas-gas produk perombakan senyawa organik dari kotoran babi oleh mikroorganisme di udara. Senyawa organik yang dirombak mikroorganisme adalah senyawa multikompleks, diantaranya asam-asam amino protein sehingga menyebar bau menyengat. Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan bau yang ditimbulkan oleh peternakan babi bisa menyebabkan mual dan muntah-muntah. Selain menimbulkan bau yang menyengat, gas-gas produk perombakan kotoran ternak babi (hidrokarbon ringan terutama CH4, CO2 dan NOx

Pencemaran air terutama terjadi pada musim hujan dapat diakibatkan salah satunya adalah urine ternak yang mengalir terbawa air hujan.Urine merupakan salah satu limbah cair yang dapat ditemukan di tempat pemeliharaan hewan ataupun ternak. Urine dibentuk di daerah ginjal setelah dieliminasi dari tubuh melalui saluran kencing (urineary) dan berasal dari metabolisme nitrogen ) terakumulasi di udara dan memberi kontribusi bagi pemanasan global (Firdaustkubh, 2009).

(14)

dalam tubuh (urea, asam urat, dan keratin) serta 90 % urine terdiri dari air. Urine yang dihasilkan ternak dipengaruhi oleh makanan, aktivitas ternak, suhu eksternal, konsumsi air, musim dan lain sebagainya. Banyaknya fesesdan urine yang dihasilkan adalah sebesar 10% dari berat ternak. Rasio feses danurine yang dihasilkan ternak adalah babi 1,2 :1 (55% feses, 45% urine), sapipotong 2,4 :1 (71% feses, 29% urine), sapi perah 2,2 :1 (69% feses, 31% urine)dan domba 1:1 (50% feses, 50 % urine) (Rinekso et al.,2011). Limbah pencemaran air ini mengandung senyawa organik, limbah cair ini akan meningkatkan BOD air, yang menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Jika kadar oksigen suatu perairan turun, maka kehidupan biota air seperti ikan terancam. Selain itu, air tercemar limbah peternakan babi tidak sehat digunakan untuk kebutuhan MCK karena akan mengakibatkan gatal-gatal.Pengelolahan limbah ternak babi salah satunya dengan penanggulangan dengan pemanfaatan menjadi pupuk organik, selain sangat praktis, biaya murah, dapat dilakukan oleh peternak karena teknologi yang digunakan sangat sederhana (Aritonang, 1993).

Fermentasi Urine

Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi senyawa sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Fermentasi merupakan segala macam proses metabolisme (enzim, jasad renik secara oksida, reduksi, hidrolisa atau reaksi kimia lainnya) yang melakukan perubahan kimia pada suatu substrat organik dengan menghasilkan produk akhir. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan limbah organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi. Studi tentang jenis bakteri yang respon untuk fermentasi dimulai sejak tahun 1892 sampai sekarang. Ada dua tipe bakteri

(15)

yang terlibat yaitu bakteri fakultatif yang mengkonversi selulosa menjadi glukosa selama proses dekomposisi akhir dari bahan organik yang menghasilkan bahan yang sangat berguna dan alternatif energi pedesaan (Judoamidjojo et al., 1992).

Ternak potong selain menghasilkan dagingsebagai hasil utamanya juga menghasilkan limbah yang berupa padat dan cair. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak). Limbah cair merupakan semua limbah yang berbentuk cairan atau berada pada fase cair (urine). Saat ini penggunaan pupuk organik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya pertanian.Dengan sentuhan inovasi teknologi, limbah urine diproses (fermentasi) menjadi pupuk cair dengan kandungan hara tinggi berbahan limbah urine (biourine) sebagai nutrisi tanaman sehingga menjadikan salah satu pendapatan bagi peternak (Hannayuri, 2011).

Limbah cair dapat diolah menjadi pupuk. Unit pengolahan limbah harus ada agar tidak mengganggu masyarakat. Pengolahan limbah bisa langsung dilakukan di lokasi kandang dengan proses pengomposan alami. Dalam pengomposan alami, kotoran babi berupa feses dan urine tercampur merata dengan rumput atau biomassa limbah pertanian. Pengomposan terjadi akibat proses fermentasi yang merombak senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana berwujud gas, cair dan ampas adat. Proses fermentasi biasanya ditandai dengan pelepasan panas sehingga akan meningkatkan suhu dan lantai lebih hangat. Dimana fermentasi merupakan aktivitas mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah mentranspormasikan senyawa kimia ke substrat organik (Rahman, 1989). Selanjutnya Winarto (1990)

(16)

mengemukakan bahwa fermentasi dapat terjadi pada substrat organik yang sesuai, proses ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan yang ada. Fermentasi anaerob dalam skala petani telah dikembangkan yang menghasilkan pupuk kandang dikonversikan menjadi dalam bentuk pupuk organik cair.

Proses fermentasi memerlukan perombah dalam prosesnya. Pemanfaatan mikroorganisme perombak bahan organik yang sesuai dengan substrat bahan organik dan kondisi tanah merupakan alternatif yang efektif untuk mempercepat terjadinya dekomposisi bahan organik dan sekaligus sebagai suplementasi terhadap pemupukan. Penggunaan mikroba diperuntukan dalam mempercepat dekomposisi sisa tanaman pada lahan guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas tanah (Husen et al., 2007).

Sekitar tahun 1980 dari Jepang mengembangkan teknologi Mikroorganisme Efektif (ME) sebagai alternatif dalam mewujudkan konsep pertanian alami. Mikroorganisme efektif adalah suatu larutan yang terdiri dari kultur pertanian alami dan merupakan kultur campuran berbagai mikroba yang bermanfaat bagi tanaman dan berfungsi sebagai bio-inokulan. Larutan ME di pasaran umum diperdagangkan dengan merk EM4 dan effective microorganisms4 (EM4) mengandung lima jenis mikroorganisme utama yaitu Lactobacillus sp.

(bakteri asam laktat) dalam jumlah besar, bakteri fotosintesis, ragi, Actinomycetes dan jamur fermentasi, yang bekerja secara sinergis untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Higa dan Wididana, 1994).

Fermentasi bertujuan meningkatkan unsur hara. Selain itu bau urine yang difermentasi menjadi kurang menyengat dibanding dengan bau urine yang belum difermentasi (Amien, 2014). Pada proses fermentasi urine terdapat kelebihan jika

(17)

dibanding dengan urine yang tidak difermentasi. Kandungan urine yang telah difermentasi akan meningkat dibanding urine yang tidak difermentasi dimana peningkatan kandungan hara yang terdapat didalamnya menyuburkan tanaman.

Selain itu, bau urine yang telah difermentasi menjadi kurang menyengat dibanding dengan bau urine yang belum difermentasi (Albertus, 2011).

Pupuk Organik Cair

Peternakan merupakan usaha yang sangat menjanjikan jika dilakukan pengembangan dengan baik.Hal ini disebabkan karena seluruh hasil peternakan dapat digunakan dan mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Penggunaannya mulai dari daging, susu, kulit bahkan sampai sisa buangan ternak seperti feses dan urine juga masih dapat digunakan dan dapat mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Maka saat ini urine juga ternyata mulai menjadi komoditi berharga jika dapat digunakan dengan baik yaitu telah diolah menjadi pupuk organik cair (Setiawan, 2007).

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan (feses dan urine) dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.Urine adalah zat-zat yang disekresikan melalui ginjal yang didalamnya terdapat zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Urine mempunyai zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit tanaman (Permentan, 2009).

Banyaknya kandungan unsur hara yang ada di dalam lahan pertanian yang ada di lahan dapat dilihat secara sederhana dari penampakan warna tanaman di

(18)

lahan. Misalnya ada tanaman yang terlihat hijau sementara yang lainnya terlihat kekuningan. Tanaman hijau menggambarkan bahwa tanah tersebut mempunyai cukup unsur hara. Sedangkan tanaman yang berwarna kuning biasanya menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak cukup mempunyai unsur hara. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia. Kehidupan binatang di dalam tanah juga terpacu dengan penggunaan pupuk cair. Pupuk cair tersebut dapat dibuat dari kotoran hewan yang masih baru. Kotoran hewan yang dapat digunakan misalnya kotoran kambing, domba, kelinci atau ternak lainnya (Soesantie, 2014).

Tabel 2. Kandungan unsur hara dan air beberapa jenis pupuk kandang Ternak Bentuk Kotoran Kadar Unsur Hara dan Air (%)

Nitrogen Fosfor Kalium Air

Sapi Padat 0,40 0,20 0,10 85

Cair 1,00 0,50 2,50 92

Kerbau Padat 0,60 0,30 0,34 85

Cair 1,00 0,15 1,50 92

Kambing Padat 0,60 0,30 0,17 60

Cair 1,50 0,13 1,80 85

Domba Padat 0,75 0,50 0,45 60

Cair 1,35 0,05 2,10 85

Babi Padat 0,95 0,35 0,40 80

Cair 0,40 0,10 0,45 87

Ayam Padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55

Kelinci Padat dan cair 2,72 1,10 0,50 55,3 Sumber: Kartadisastra (2001)

Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk cair dapat menggunakan bahanyang berasal dari urin (biourin) dan pupuk cair dari kotoran ternak yang padat(biokultur). Pengolahan limbah ternak menjadi pupuk cair dapat dilakukan melaluiproses fermentasi. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan kadar hara

(19)

N, Kdan C-organik pada biourin maupun biokultur yang diferrnentasi lebih tinggi dibanding urine atau cairan feses yang belum difermentasi.

Keunggulan lain dari pupuk cair urine ini adalah dapat menghindari serangan dari hama pengganggu. Namun tidak dianjurkan untuk menggunakan urine secara langsung dengan alasan ingin praktis, setelah ternak kencing urine ditampung dan langsung disemprotkan pada tanaman. Hal ini akan membahayakan tenaman karena kadar gas amonia yang terdapat didalam urine.

Jadi urine minimal didiamkan dulu selama 2 minggu tanpa diolah atau lebih bagusnya diolah terlebih dahulu, caranya pengolahan yang sederhana (Susetya, 2013).

Pupuk organik cair dapat menambah unsur hara pada tanah yang berkurang akibat beberapa hal, seperti erosi. Pemberian urine ternak dalam 1 m3

Pemupukan

pada lahan dapat mengembalikan sekitar 1.5 kg N; 0.25 kg P; dan 4 kg K.

Kandungan K dan N pada urin ternak juga lebih tinggi dibandingkan kotoran padat. Urine ternak memiliki kandungan K lima kali lebih banyak dan kandungan N dua sampai tiga kali lebih banyak daripada unsur N dalam kotoran padat (Hardjowigeno, 2007).

Tanaman membutuhkan unsur hara atau nutrisi selama pertumbuhannyaagar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pemberian atau penambahanunsur hara kepada tanaman dapat dilakukan melalui pemupukan.

Pupuk adalahsuatu zat yang ditambahkan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanamanuntuk menyediakan unsur-unsur kimia untuk pertumbuhan tanaman.

Pemupukantanaman merupakan kegiatan yang perlu dilakukan karena saat ini

(20)

pencucian yangmengakibatkan menurunnya jumlah unsur hara dalam tanah semakin meningkat(Samekto, 2008).

Tujuan pemupukan adalah memberikan unsur hara yang cukup kepadatanaman agar produksi meningkat atau mencapai titik optimal, menambah danmempertahankan kesuburan tanah. Kebutuhan hara tanaman akan pupuktergantung jenis tanamannya. Kebutuhan pupuk oleh tanaman juga ditentukanoleh bagian tanaman yang akan dipanen. Tanaman yang diambildaunnya memerlukan pupuk N (sayuran, teh), tanaman yang menghasilkan patiatau gula disamping memerlukan N juga unsur K (ubi kayu, ubi jalar, wortel, lobak), tanaman yang diambil bunga, buah atau bijinya disamping unsur N (untukpertumbuhan vegetatif) juga memerlukan banyak unsur P untuk pertumbuhan generatif (Hardjowigeno, 2007).

Pupuk cair diberikan dengan cara disemprotkan pada tanaman, perbandingan pupuk cair dengan air adalah 1 liter pupuk cair berbanding 5 liter air. Penyemprotan pupuk cair dilakukan diareal tanaman seperti batang dan daun, saat melakukan pemupukan mengikuti arah mata angin agar pupuk cair yang disemprotkan tidak mempengaruhi petak percobaan lain yang memiliki perlakukan berbeda. Dalam memperoleh produksi yang tinggi pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan penggunaaan pupuk organik. Penyediaan unsur hara terutama nitrogen (N), pospof (P), dan kalium (K) dalam tanah secara optimal bagi tanaman dapat meningkatkan produksi tanaman.

Disamping upaya penyediaan unsur hara perlu juga dilakukan pemilihan jenis

hijauan unggul yang cocok dan responsif terhadap pemupukan (Sajiminetal., 2001).

(21)

Rumput Brachiaria humidicola

Brachiaria humidicola juga disebut dengan Brachiaria dictyoneura,

dengan nama umum rumput Koronovia atau rumput Creeping Signal.

Brachiaria humidicola merupakan rumput tahunan yang memilikiperkembangan vegetatif dengan stolon yang begitu cepat sehingga bila ditanam dilapang akan segera membentuk hamparan, memiliki warna bunga ungu atau ungukecoklatan, helai daun berwarna hijau terang dan berbentuk gepeng dengan lebar 5-6cm dan panjang 12-25 cm. Panjang mulai 7-12 cm dan batang yang berkembangdapat mencapai tinggi 20-60 cm, mulai terdiri dari 3-5 tandan dengan panjangtandan 2-5 cm. Panjang spikilet kira-kira 5 mm, sedangkan panjang floret 4 mm.Daunnya

tidak berbulu dan umumnya menggulung untuk menahan penguapan air (Jayadi, 1991).

Tanaman ini tahan kekeringan dan cukup tahan genangan, tahan terhadappenggembalaan berat dan mempunyai ketahanan tinggi terhadap invasi gulma. Selainitu tanaman ini juga tahan terhadap tanah yang mengandung Al

tinggi dan sangatresponsif terhadap pemupukan nitrogen yang tinggi (Skerman dan Riveros, 1990).

Penanaman rumput Brachiaria humidicola dalam jarak yang terlalu rapat dapat menghalangi pertumbuhan rumput ataupun legum yang ditanam bersamanya. Ketika legum ditanam sebelum rumput ini, legum dapat menekan pertumbuhan rumput (Bogdan, 1977). Nugroho (2002) melaporkan bahwa Brachiaria humidicola lebih kompetitif daripada alang-alang. Hal ini karena rumput ini bersifat stolonifer dapat membentuk anakan yang banyak sehingga dapat membentuk rumpun yang lebih lebat. Setiap buku yang bersinggungan

(22)

dengan tanah dapat mengeluarkan akar dan timbul anakan. Komposisi zat makanan rumput Brachiaria humidicola muda berdasarkanpersentase dari bahan kering mengandung protein kasar (PK) 5,1%; serat kasar (SK)37,4%; abu 9,8%

dan BETN 46,1%, sedangkan yang sudah berbunga atau dewasamengandung protein kasar (PK) 8-10%; serat kasar (SK) 35,5%; abu 14,7% danBETN sebesar 39,9%. Rumput ini memiliki kandungan TDN55% (Vendramini et al., 2008).

Rumput Digitaria milanjiana

Rumput Digitaria milanjiana merupakan tanaman tahunan yang bervariasi, berstolon, (kadang-kadang berizoma atau berumpun dengan batang berongga tegak setinggi sampai 150 cm pada saat masak, dan helai daun sepanjang 40 cm dan lebar 1,3 cm; bunga memiliki 3-12 tandan(kadang-kadang 2 dan sampai 18), panjang 8-25 cm sekitar 2 juta biji/kg.

Tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma dan membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Ditanam untuk padang gembala permanen dan sebagai lapisan penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma.

Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman pangan. Rumput ini dapat bertahan hidup dibawah kondisi kesuburan sedang, tetapi tumbuh baik dengan pemupukan. Sangat tahan penggembalaan dan pemotongan. Palatabilitas yang sangat baik dan menyebabkan daya tahan hidup yang rendah pada kondisi penggembalaan berat. Komposisi zat makanan rumput Digitaria milanjiana PK sekitar 8-12%, dan rata-rata kecernaan BK pada umur 4- 8 minggu sekitar 64-67%. KecernaanBK pada hay sekitar 55%. Daun hijau mengandung N 2,11%, P 0,28%, S 0,16% dan Ca 0,84% (Bogdan, 1977).

(23)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan terhitung mulai dari bulan Juni sampai November 2017.

Bahan dan Alat Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah urine ternak babi sebanyak 10 liter, hijauan yang digunakan yaitu rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana dengan bahan tanam berupa pols (sobekan rumpun) atau bagian batang dengan akar, startermenggunakan EM4 (effective microorganism 4) sebanyak 120 ml, gula merah sebanyak 0,5 kg sebagai bahan makanan bakteri pada proses fermentasi, campuran rempah (lengkuas, kunyit, temulawak, jahe, kencur) masing-masing 1ons yang digunakan sebagai penghilang bau urine ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama.

Alat

Peralatan yang diperlukan meliputi drum jerigen plastik volum 18 alat liter sebagai wadah pembuatan pupuk organik cair yang disertai dengan kain penutup drum untuk masuknya udara melalui pori kain dan tali/pengunci drum, gayung volume 1 liter, pisau untuk menghaluskan gula merah, blender digunakan untuk menghaluskan rempah-rempah, pengaduk untuk membolak-balikkan olahan fermentasi, timbangan untuk menimbang berat basah dan berat kering hijauan, gunting untuk memotong hijauan, cangkul untuk membersihkan lahan, penggaris

(24)

untuk mengukur tinggi tanaman, alat tulis untuk mencatat data penelitian, kalkulator dalam menghitung data dan amplop sebagai tempat hijauan pada saat pemanenan selama penelitian.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah secara eksperimental dengan Racangan Petak Terpisah (Split Plot Design) diulang 4 kali.

Petakan utama adalah jenis rumput (R) terdiri atas:

R1 = Brachiaria humidicola R2 = Digitaria milanjiana

Anakan petak adalah dosis pupuk organik cair (P) terdiri atas:

P0 = Tanpa pupuk (kontrol)

P1 = Pupuk fermentasi urine dosis 100 cc/500 ml air/plot tanaman P2 = Pupuk fermentasi urine dosis 150 cc/750 ml air/plot tanaman P3 = Pupuk fermentasi urine dosis 200 cc/1000 ml air/plot tanaman P4 = Pupuk fermentasi urine dosis 250 cc/1250 ml air/plot tanaman Model rancangan yang digunakan adalah:

Yijk= μ + αi + βj+ (αβ)ij ik + ϵ i = 1, 2, 3,…………,a j = 1,2,3...,u

ijk

Keterangan:

Yijk = Pengamatan pada taraf ke-i faktor A, taraf ke-j faktor B dan pada kombinasi ke-k

μ = Rataan Umum αi

βj = Pengaruh taraf ke-j dari faktor B

= Pengaruh taraf ke-i dari faktor A

(αβ)ij

δik = Pengaruh acak untuk petak utama

= Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dengan taraf ke-j faktor B

εijk = Pengaruh acak untuk anakan petak

(25)

Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urine Babi

Pembuatan pupuk organik cair dari urine babi (sebanyak 10 liter) menggunakan bahan starter EM4 sebanyak 120 ml, gula merah 0,5 kg dan campuran rempah sebanyak 0,5 kg sedangkan alat yang digunakan adalah drum jerigen plastik volume 18 liter sebagai wadah fermentasi. Prosedur pembuatannya adalah sebagi berikut:

Sumber: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP) (2012) dengan pengubahan jenis urnie yang digunakan

Masukkan urine yang akan difermentasi ke dalam drum jerigen plastik (volum 18 liter).

Ambil dan masukkan ± 500 ml urine ke dalam gayung, masukkan EM4 dan gula lalu diaduk sampai larut.

Larutan EM4 masuk ke dalam drum plastik yang telah berisi urine (10 liter).

Aduk larutan urine sehingga larutan EM4 tercampur dan larut dengan sempurna.

Tutup drum plastik dan biarkan fermentasi berlangsung.

Setelah 24 jam, buka tutup drum dan aduk setiap hari selama 5-10 menit. Pembukaan drum hanya sekali.

Setelahnya ditutup rapat.

Pada hari ke-14 atau 2 minggu pupuk organik cair dari urine babi siap digunakan.

(26)

Pengolahan Lahan

Pada prinsipnya pengolahan lahan sama seperti persiapan untuk penanaman rumput lainnya. Lahan yang ada diolah 1-2 kali dengan pencangkulan

tergantung keadaan lahan dengan kedalaman 20-30 cm dan diratakan (Soergiri et al., 1982). Pengolahan lahan dilakukan dengan cara mekanis yaitu

dengan menggunakan alat pembersih lahan yang diawali dengan membersihkan lahan dari gulma.

Sebelum melakukan penelitian dilakukan analisis tanah. Analisis tanah (uji tanah) bertujuan untuk mengukur kadar hara dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk yang efisien, rasional dan menguntungkan. Tanah yang diambil adalah bagian tanah atas tanah (top soil) dengan kedalaman 20 cm.

Setalah dilakukan pengambilan tanah secara random dibeberapa titik, tanah dicampurkan dan diambil 1 kg tanahsebagai sampel tanah kemudian dilakukan analisa tanah di laboratorium.

Lahan yang telah diolah menjadi gembur, diukur lahan sesuai dengan luasan lokasi penelitian (± 400 m2

Pemupukan

). Lahan dibagi menjadi petak-petak kecil sebanyak 40 petakan yang setiap petakan terdiri dari 25 tanaman dengan ukuran 1x1 m dengan paret drainase antar petak 0,5 m sebagai saluran air dan jarak antar ulangan 1 m.

Pemupukan pertama dilakukan pada waktu pengolahan (perataan) lahan yang sebelumnya telah dilakukannya analisis tanah. Setelah lahan gembur dan bersih dari gulma, maka dilakukan pemupukan yang sesuai dengan perlakukan.

Pupuk organi cair fermentasi urine babi diberikan masing-masing ke plot sesuai

(27)

dengan perlakuan setiap 4 minggu sekali sebanyak 3 kali. Pengaplikasian dilakukan pada sore hari untuk menghindar tingginya penguapan.

Penanaman

Penelitian ini menggunakan 5 taraf dosis perlakuan dan diulang sebanyak

3 kali. Perlakuan dosis pupuk cair urine babi (kontrol, 100, 150, 200 dan 250 cc/liter air/plot tanaman). Jenis rumput yang digunakan yaitu: Brachiaria

humidicola serta Digitaria milanjianadan diulang sebanyak 3 kali. Setelah lahan tersedia,maka selanjutnya menanam Brachiaria humidicola serta Digitaria milanjianadengan jarak tanam 20x20 cm.

Pemeliharaan Rumput

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman dan penyiangan. Penyiraman tanaman dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari terutama bila tidak ada hujan agar air tersedia lebih lama tersedia dalam tanah dan menghindari kelayuan.

Penyiangan dilakukan dengan membuang gulma disekitar tanaman tumbuh yang dapat menimbulkan persaingan dalam hal perolehan air, hara dan cahaya matahari.

Trimming

Trimming pada saat penanaman berumur 21 hari dengan cara memotong bagan atas tanaman dengan tinggi 10 cm di atas permukaan tanah, yang dimaksudkan untuk menyeragamkan pertumbuhan dan merupakan data produksi awal. Pertumbuhan setelah pemangkasan ini dianggap sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan (Hanafi et al., 2005).

(28)

Pemanenan

Pemanenan dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval pemotongan 4 minggu.Tinggi pemotongan rumput 10 cm diatas permukaan tanah. Pemanenan dilakukan untuk menghitungproduksi segar dan produksi bahan kering.

Parameter yang Diamati

Pelaksanaan pengamatan dilakukan terhadap:

1. Tinggi Tanaman

Dilakukan dengan cara melakukan pengukuran pada tanaman utama dilakukan mulai umur 4 minggu setelah tanam. Peng sampai tegak ukuran dimulai dari permukaan tanak sampai ujung daun tertinggi dengan cara menegakkann selu ruh daun keatas sampai tegak lurus.

2. Produksi Bahan Segar

Dilakukan dengan menimbang atau tanpa dilakukan pengeringan pada hasil pemotongan yang dilakukan pada setiap perlakuan dan dikonvensikan ke produksi/ha. Penimbangan produksi bahan segar dilakukan setiap 4 minggu sekali.

3. Produksi Bahan Kering

Berat kering Rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana diperoleh dari setiap perlakuan hasil penimbangan berat segar. Diukur dengan mengambil 250 gram bahan segar dan dikering ovenkan dengan suhu 600C selama 24 jam selanjutnya ditimbang berat kering setiap rumput. Selanjutnya diambil sampel untuk mengetahui berat kering tanaman pada oven 1050C.

Kemudian dikonversikan kedalam berat kering untuk mengetahui produksi berat kering dengan rumus:

(29)

% BK=BK suhu 600 x BK suhu 1050

Berat segar x 100%

Kombinasi dalam perlakuan penelitian adalah:

U1 U2 U3

R1 R2 R2 R1 R1 R2

P0 P4 P2 P3 P1 P4

P2 P1 P4 P0 P3 P2

P3 P0 P1 P2 P0 P0

P4 P2 P3 P4 P2 P3

P1 P3 P0 P1 P4 P1

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Hasil penelitian pemanfaatan fermentasi urine babi sebagai pupuk organik cair terhadap tinggi tanamanBrachiaria humidicola danDigitaria milanjianadapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel3. Rataan tinggi tanaman (cm) Brachiaria humidicola danDigitaria milanjiana

Rumput Perlakuan

Rataan

P0 P1 P2 P3 P4

R1 64.66 79.55 93.67 99.00 114.33 90.24B

R2 81.11 99.45 107.89 120.22 138.00 109.33 Rataan

A

72.89D 89.5C 100.78B 109.61B 126.17A

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda ke arah garis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05)

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair urine babi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanamanBrachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana.Semakin tinggi penggunan pupuk organik cair unrie babi fermentasi semakin tinggi pertumbuhan tanaman yang dihasilkan terhadap kedua jenis rumput. Pada uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan dapat diketahui bahwa tinggi tanaman pada perlakuan P4 (250 ml/plot) menunjukkan data tertinggi dengan rataan 126,17 cm.

Terlihat dari tabel bahwa rumput Digitaria milanjiana memiliki respon penyerapan pupuk yang lebik cepat dibandingkan dengan rumput Brachiaria humidicola, dimana dapat dilihat rataan pertumbuhan tinggi tanaman untuk Digitaria milanjiana sebesar 109,33 cm dan Brachiaria humidicola sebesar 90,24 cm.Digitaria milanjiana merupakan jenis rumput yang dapat bertahan hidup dibawah kondisi kesuburan sedang, tetapi tumbuh baik dengan pemupukan dan sangat tahan penggembalaan dan pemotongan.

(31)

Perbedaan tinggi tanaman setiap rumput disebabkan oleh pemberian unsur hara antar perlakuan sehingga terjadinya perbedaan tinggi setiap tanaman.

Berdasarkan hasildari tabel diketahui bahwa perlakuan P0 menghasilkan tinggi tanaman dengan rataan 72,89 cm yang nyata lebih rendah dibandingkan pada perlakuan (P1, P2, P3 dan P4). Hal ini dikarenakan adanya pemberian pupuk yang secara otomatis meningkatkan pertumbuhan dari hijauan lebih baik jika dibandingkan dengan hijauan tanpa pemberian pupuk (P0). Hal ini sesuai dengan pernyataan Madjid et al. (2011) yang menyatakan bahwa pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik maupun anorganik yang bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun ke tanaman akan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan dapat meningat pertumbuhan tanaman. Pementan (2009) menyatakan urine adalah zat-zat yang disekresikan melalui ginjal yang didalamnya terdapat zat makanan yang telah dicerna, diserap dan bahkan telah dimetabolisme oleh sel-sel tubuh kemudian dikeluarkan melalui ginjal dan saluran urine. Urine mempunyai

zat pengatur tumbuh dan mempunyai sifat penolak hama atau penyakit.

Samekto (2008) menambahkan tanaman membutuhkan unsur hara atau nutrisi selama pertumbuhannya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Hardjowigeno (2007) juga menambahkan tujuan pemberian pupuk agar tanaman dapat berproduksi dengan meningkat atau mencapai titik optimal, menambah dan mempertahankan kesuburan tanah.

Produksi Bahan Segar

Hasil penelitian pemanfaatan fermentasi urine babi sebagai pupuk organik cair terhadap produksi bahan segarBrachiaria humidicola dan Digitaria milanjianadapat dilihat pada tabel berikut ini.

(32)

Tabel4. Rataan prosuksi bahan segar (g/plot) Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana

Rumput Perlakuan

Rataan

P0 P1 P2 P3 P4

R1 123.48 165.58 191.36 223.99 248.66 190.62B R2 216.64 231.53 263.58 295.28 342.22 269.85 Rataan

A

170.06D 198.56DC 227.47C 259.64B 295.44A

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda ke arah garis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05)

Analisis data statistika menunjukkan bahwa produksi bahan segar Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana pada dosis pupuk yang berbeda sangat nyata. Pada tabel dapat diketahui bahwa produksi bahan segar pada rumput Brachiaria humdicola dan Digitaria milanjiana paling tinggi adalah P4 dengan nilai rataan 295,44 g dengan produksi bahan segar dengan penggunaaan dosis spupuk memberikan respon lebih baik pada rumput Digitaria milanjiana dengan rataan 269,85 g sedangkan pada rumput Brachiaria humidicola nilai rataannya 190,62 g.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair fermentasi urine babi memberikan peningkatan produksi bahan segar terhadap kedua jenis rumput. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap pemberian dosis pupuk. Semakin tinggi pupuk organik yang diberikan terjadinya peningkatan pula terhadap produksinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sajimin et al. (2001) yang menyatakan bahwa memperoleh tproduksi tinggi pasa lahan tingkat kesuburannya rendah dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik.

Menurut Soesantie (2014) pupuk cair menyediakan nitrogen dan unsur mineral lainnya yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, seperti halnya pupuk nitrogen kimia yang dapat terlihat dengan ciri fisik dari tanaman tersebut.

Hardjowigeno (2007) menambahkan bahwa pupuk organik cair dapat

(33)

menambahunsur hara pada tanah yang berkurang akibat beberapa hal, seperti erosi. Urine ternak memiliki kandungan K lima kali lebih banyak dan kandungan N dua sampai tiga kali lebih banyak daripada unsur N dalam kotoran padat.

Produksi Bahan Kering

Hasil penelitian pemanfaatan fermentasi urine babi sebagai pupuk organik cair terhadap produksi bahan kering Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjianadapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Rataan prosuksi bahan kering (g/plot) Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana

Rumput Perlakuan

Rataan

P0 P1 P2 P3 P4

R1 40.33 41.28 41.99 43.23 44.25 42,22A

R2 42.89 43.25 43.63 44.06 44.71 43.71

Rataan

A

41.61B 42.27B 42.81AB 43.65AB 44.48A

Keterangan : Superskrip dengan huruf kecil yang berbeda ke arah garis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05)

Analisis data statistika menunjukkan bahwa produksi bahan kering Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana pada dosis pupuk yang berbeda nyata. Pada tabel dapat diketahui bahwa produksi bahan kering pada rumput Brachiaria humdicola dan Digitaria milanjiana paling tinggi adalah P4 dengan nilai rataan 44.48 g dan terendah pada P0 dengan nilai rataan 41,61 g.

Berdasarkan hasil dilihat terjadi penigkatan produksi bahan kering seiring peningkatan dosis pupuk yang diberikan. Semakin tinggi pemberian pupuk maka produksi bahan kering yang dihasilkan semakin tinggi. Produksi bahan kering sejalan dengan produksi bahan segar. Hal ini dikarenakan produksi bahan kering dipengaruhi oleh hasil dari produksi bahan segar.

Peningkatan produksi bahan kering dari kedua jenis rumput ini dikarenakan pemberian pupuk organik cair dari ternak babi. Perbedaan hasil

(34)

produksi segar dikarenakan adanya perbedaan pH tanah dan kandungan unsur hara pada setiap perlakuan. Penambahan persediaan unsur hara dibutuhkan tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanamannya (Dewi et al., 2005) dan didukung oleh pernyataan Foth (1988), yang menyatakankesuburan tanaman ditentukan oleh ketersediaan unsur hara tanah.Semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman harus tersedia agar diperoleh tingkat pertumbuhan yang baik dan produksi yang tinggi.

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian memperlihatkan pemberian pupuk organik cair fermentasi urine babi memberikan peningkatan terhadap produktivitas hijuan (tinggi tanaman, produksi bahan segar dan produksi bahan kering) terhadap rumput Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana dengan dosis pemberian pupuk sebesar 250 ml/plot. Pupuk organik cair ini memberikan respon yang lebih baik terhadap rumput Digitaria milanjiana dibandingkan Brachiaria humidicola.

Saran

Disarankan untuk meningkatkan produksi hijauan pakan ternak dapat menggunakan pupuk organik cair seperti urinebabi fermentasi dengan dosis 250 ml/plot.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, R. Sutrisna, dan Muhtarudin. 2014. Potensi Hijauan sebagai Pakan Ruminansia di Kecamatan Bumi Agung Kabupaten Lampung Timur.

Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Aritonang, D. 1993. Pencemaran dan Pengolahan Usaha Ternak Babi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Bogan, A. V. 1977. Tropical Pasture and Fodder Plants. Series, Longman, London: Tropical Agroculture. P. 475

Ditjen PKH. 2016. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012-2016. Jakarta (Indonesia): Direktorat Jendral Peternakan dn Kesehatan Hewan.

Fauzi, L. 2011. Pedoman Penataan Usaha Budidaya Babi Ramah Lingkungan.

Jakarta.

Fidaustkubh. 2009. Pencemaran Lingkungan oleh Peternakan Babi dan Upaya Penanggulangannya.

Gordeyasemas, I.K., R. Hartanto, danW. D. Prastiwi. 2007. Proyeksi Daya Dukung Pakan Limbah Tanaman Pangan Untuk Ternak Ruminansia di Jawa Tengah. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. Journal Of The Indonesian Tropical Animal Agriculture, 32 (4): 23-29.

Hanafi, N.D., S.Umar dan I. Bahari. 2005. Pengaruh Tingkat Naungan pada Berbagai Pastura Campuran terhadap Produksi Hijauan. Jurnal Agribsnis Peternakan Vol. 1 (3).Universitas Sumatera Utara, Medan.

Hannayuri. 2011. Pembuatan Pupuk Cair dari Urine Sapi.

Hardjowigeno, H. S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. 288 hal.

Hendarto, E dan Suwarno, 2005. Forage as a Post For The Environmental Construction of Ruminant Livestock Farming. Paper presented at The International Seminar Of EnvironmentConstruction. 2nd International Seminar and Workshop on Ecological ArchitectureandEnvironment in The Tropics. LMB Center of Education. Soegijapranata Catholic University.

Semarang. Februari 2005

Higa, T. andG. N. Wididana. 1994. Tanya Jawab Teknologi Effective Micriirganisme. Indonesian Kyusei Nature Farming Societies (IKNFS) dan PT.Songgolangit Persada. Jakarta.

(37)

Husen, E., R.D. M. Simanungkalit, R. Saraswati dan Irawan. 2007.

Characterization and quality assessment of Indonesian commercial biofertilizers. Indonesian Journal of Agricultural Science 8(1): 31-38.

Johnson. 1976. The Health of Pigs. Longman Scientific and Tehnical. England.

Judoamidjojo, M., A. D Abdul dan G. S. Endang. 1992. Teknologi Fermentasi.

Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta: Rajawali Press.

Kartadisastra. H. R. 2001. Penyediaan dan Pengolaan Pakan Ternak Ruminansia.

Kanisius. Yogyakarta.

Peraturan Mentri Pertanian, 2009. Permentan No. 28/SR.130/5/2009. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik. Jakarta.

Phrimantoro, 2002. http://www. Kopas.com/Kompas Cetak/ 020/ 10 jatim/ Urin 28. Html.

Pond, W. G. dan J. H. Wanner. 1974. Swine Production i Temperature and Tropical Enviromnets. W. H. Freeman and Company. San Fransisco.

Disitasi dari Jurnal Ilmu Ternak, 2010, Vol, 10. No 2, 95-100 oleh Sauland Sinaga.

Rahman. 1989. Teknologi Tepat Guna Instan. Yogyakarta. Kanisius.

Rinekso K. B., E. Sutrisno, dan S. Sumiyati. 2011.Studi Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Fermentasi Urine Sapi (Ferisa) dengan Variasi Lokasi Peternakan yang Berbeda. Universitas Diponegoro. Semarang.

Sajimin, I. P. Kompiang, Supriyati dan N. P. Suratmini. 2001. Pengunaan Biofertilizer untuk Peningkatan Produktivitas Hijauan Pakan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum cv Afrika) pada Lahan Marjinal Jawa Barat. Media Peternakan, 24 (2) : 46-50.

Samekto, R. 2008. Pemupukan. Citra Aji Parama. Yogyakarta. 60 hal.

Setiawan, A.I. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Skerman, P. J. dan F. Riveros. 1990. Tropical Grasses. Food and AgricultureOrganization of The United Nation.

Soegiri, H. S., Ilyas dan Damayanti. 1982. Mengenal Beberapa Makanan Ternak Daerah Tropis. Direktorat Biro Produksi Peternakan Departemen Pertanian.

Jakarta.

Soesantie, R. 2014 Pupuk Hayati. Dasar Agronomi: Teknik Budidaya. Bogor.

(38)

Susetya, D. 2013. Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman.

Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Syekhfani. 2000. Arti Penting Bahan Organik Bagi Kesuburan Tanah. Konggres Idan Semiloka Nasional. MAPORINA. Batu, Malang. Hal. 18.

Vendramini, J., U. Inyang, B. Sellers, L.E. Sollenberger, and M. Silveira.

2008.Mulato (Brachiaria sp). Institute of Food and Agricultural Sciences,University of Florida.

Wanatabe, S. 1996. Animal Production Environment: Present Sitiation and Issues.

In Parthmership for Sustainable Livvestock Production and Human Walfare.

Proc, The 8th APP Annual Science Congress. Oct 13-18, 1996. Japanese Society of Zootechnical Science. Tokyo.

Winarto, S. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

(39)

LAMPIRAN

1. Rataan tinggi tanaman (cm)

Rumput Perlakuan Ulangan

Total Rataan

1 2 3

R1 P0 65.33 67.33 61.33 193.99 64.66

P1 82 78.33 78.33 238.66 79.55

P2 96 102.33 82.67 281 93.67

P3 93 106 98 297 99.00

P4 138.67 107.33 97 343 114.33

R2 P0 81.67 78.33 83.33 243.33 81.11

P1 104.67 106.67 87 298.34 99.45

P2 108.33 109.33 106 323.66 107.89

P3 120.33 119.33 121 360.66 120.22

P4 136.67 135.33 142 414 138.00

Total 1026.67 1010.31 956.66 2993.64

Rataan 102.667 101.031 95.666 99.79

2. Rataan produksi bahan segar (g/plot)

Rumput Perlakuan Ulangan

Total Rataan

1 2 3

R1 P0 117.19 114.79 138.45 370.43 123.48

P1 162.1 139.94 194.7 496.74 165.58

P2 207.87 186.79 179.42 574.08 191.36

P3 233.15 204.57 234.25 671.97 223.99

P4 265.25 238.73 241.99 745.97 248.66

R2 P0 243.84 177.6 228.49 649.93 216.64

P1 231.03 244.86 218.7 694.59 231.53

P2 248.99 273.62 268.14 790.75 263.58

P3 295.41 324.87 265.55 885.83 295.28

P4 308.86 334.59 383.2 1026.65 342.22

Total 2313.69 2240.36 2352.89 6906.94

Rataan 231.369 224.036 235.289 230.23

3. Rataan produksi bahan kering (g/plot)

Rumput Perlakuan Ulangan

Total Rataan

1 2 3

R1 P0 39.33 41.65 40.00 120.98 40.33

P1 40.91 39.45 43.48 123.84 41.28

P2 42.86 41.48 41.62 125.96 41.99

P3 44.26 43.05 42.52 129.83 43.28

P4 44.11 46.75 42.18 133.04 44.35

R2 P0 41.03 43.29 44.36 128.68 42.89

P1 44.79 43.36 41.60 129.75 43.25

P2 42.12 43.53 45.23 130.88 43.63

P3 41.85 45.49 44.85 132.19 44.06

P4 45.26 45.41 43.47 134.14 44.71

Total 426.52 433.46 429.31 1289.29

Rataan 42.652 43.346 42.931 42.98

*R1 = Brachiaria humidicola

(40)

Lampiran. Analisis ragam dan uji Duncan pemanfataan fermentasi urine babi sebagai pupuk organik cair terhadap tinggi tanaman Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana

The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values rumput 2 1 2

dosispupuk 5 0 100 150 200 250 kelompok 3 1 2 3

Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 12935.17315 995.01332 13.77 <.0001 Error 16 1156.27653 72.26728

Corrected Total 29 14091.44968

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.917945 8.519077 8.501017 99.78800

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

rumput 1 2733.019853 2733.019853 37.82 <.0001 kelompok 2 268.245740 134.122870 1.86 0.1884 kelompok(rumput) 2 111.811927 55.905963 0.77 0.4779 dosispupuk 4 9736.847280 2434.211820 33.68 <.0001 rumput*dosispupuk 4 85.248347 21.312087 0.29 0.8770

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

rumput 1 2733.019853 2733.019853 37.82 <.0001 kelompok 2 268.245740 134.122870 1.86 0.1884 kelompok(rumput) 2 111.811927 55.905963 0.77 0.4779 dosispupuk 4 9736.847280 2434.211820 33.68 <.0001 rumput*dosispupuk 4 85.248347 21.312087 0.29 0.8770

Tests of Hypotheses Using the Type III MS for kelompok(rumput) as an Error Term Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F rumput 1 2733.019853 2733.019853 48.89 0.0198 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 2 Error Mean Square 55.90596

Number of Means 2 Critical Range 11.75

Means with the same letter are not significantly different.

(41)

Duncan Grouping Mean N rumput A 109.333 15 2 B 90.243 15 1 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 72.26728

Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 10.40 10.91 11.23 11.44

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosispupuk A 126.167 6 250

B 109.610 6 200 B

B 100.777 6 150 C 89.500 6 100 D 72.887 6 0

(42)

Lampiran. Analisis ragam dan uji Duncan pemanfataan fermentasi urine babi sebagai pupuk organik cair terhadap produksi bahan segar Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana

The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values rumput 2 1 2

dosispupuk 5 0 100 150 200 250 kelompok 3 1 2 3

Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 108147.5152 8319.0396 14.12 <.0001 Error 16 9429.3439 589.3340

Corrected Total 29 117576.8591

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.919803 10.54427 24.27620 230.2313

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

rumput 1 47089.16245 47089.16245 79.90 <.0001 kelompok 2 652.56433 326.28216 0.55 0.5855 kelompok(rumput) 2 886.74717 443.37358 0.75 0.4872 dosispupuk 4 58486.84985 14621.71246 24.81 <.0001 rumput*dosispupuk 4 1032.19145 258.04786 0.44 0.7794

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

rumput 1 47089.16245 47089.16245 79.90 <.0001 kelompok 2 652.56433 326.28216 0.55 0.5855 kelompok(rumput) 2 886.74717 443.37358 0.75 0.4872 dosispupuk 4 58486.84985 14621.71246 24.81 <.0001 rumput*dosispupuk 4 1032.19145 258.04786 0.44 0.7794

Tests of Hypotheses Using the Type III MS for kelompok(rumput) as an Error Term Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F rumput 1 47089.16245 47089.16245 106.21 0.0093 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 2 Error Mean Square 443.3736

Number of Means 2 Critical Range 33.08

Means with the same letter are not significantly different.

(43)

Duncan Grouping Mean N rumput A 269.850 15 2 B 190.613 15 1 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 16 Error Mean Square 589.334

Number of Means 2 3 4 5 Critical Range 29.71 31.16 32.06 32.68

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N dosispupuk A 295.44 6 250 B 259.63 6 200

C 227.47 6 150 C

D C 198.56 6 100 D

D 170.06 6 0

(44)

Lampiran. Analisis ragam dan uji Duncan pemanfataan fermentasi urine babi sebagai pupuk organik cair terhadap produksi bahan kering Brachiaria humidicola dan Digitaria milanjiana

The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values rumput 2 1 2

dosispupuk 5 0 100 150 200 250 kelompok 3 1 2 3

Number of Observations Read 30 Number of Observations Used 30 The GLM Procedure

Dependent Variable: respon

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 13 58.3038833 4.4849141 1.56 0.1969 Error 16 45.9090133 2.8693133

Corrected Total 29 104.2128967

R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.559469 3.942094 1.693905 42.96967

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

rumput 1 16.41320333 16.41320333 5.72 0.0294 kelompok 2 2.57140667 1.28570333 0.45 0.6466 kelompok(rumput) 2 2.01304667 1.00652333 0.35 0.7094 dosispupuk 4 32.33208000 8.08302000 2.82 0.0605 rumput*dosispupuk 4 4.97414667 1.24353667 0.43 0.7825

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

rumput 1 16.41320333 16.41320333 5.72 0.0294 kelompok 2 2.57140667 1.28570333 0.45 0.6466 kelompok(rumput) 2 2.01304667 1.00652333 0.35 0.7094 dosispupuk 4 32.33208000 8.08302000 2.82 0.0605 rumput*dosispupuk 4 4.97414667 1.24353667 0.43 0.7825

Tests of Hypotheses Using the Type III MS for kelompok(rumput) as an Error Term Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F rumput 1 16.41320333 16.41320333 16.31 0.0562 The GLM Procedure

Duncan's Multiple Range Test for respon

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 2 Error Mean Square 1.006523

Number of Means 2 Critical Range 1.576

Means with the same letter are not significantly different.

Referensi

Dokumen terkait

SMK NU Manba’ul Falah Banyuwangi, dengan kategori sedang dalam Komunikasi Interpersonal merupakan sisi yang positif namun harus dapat lebih ditingkatkan kembali dengan cara

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Table 2: Immunization schedule, 2016 Vaccine Age of administraion.

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah akan diperoleh pandangan bahwa penggunaan media permainan monopoli dalam pembelajaran akuntansi dapat membantu guru

Dari hasil analisis korelasi di atas menunjukkan Di Kecamatan Karang Tengah (Daerah dengan nilai ekskresi iodium urin tinggi) diperoleh hanya terdapat satu

Kegiatan penanaman mangrove di Desa Pasir Putih dan Desa Tukak Kabupaten Bangka Selatan, sebagai upaya untuk rehabilitasi kawasan pasca penambangan timah

Padahal Nabi Sulaiman tidak mengamalkan sihir yang menyebabkan kekufuran itu, akan tetapi puak Syaitan itulah yang kafir (dengan amalan sihirnya) kerana merekalah yang mengajarkan

Na + dikenal sebagai unsur tambahan untuk beberapa jenis tanaman, pengaruh Na + akan sangat besar bila pasokan K + bagi tanaman tidak mencukupi, unsur ini