i
PENGARUH LATIHAN SINGLE MULTIPLE JUMP DAN DOUBLE MULTIPLE JUMP TERHADAP HASIL TENDANGAN JAUH DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA PADA SISWA EKSTRAKURIKULER
SEPAKBOLA SMA NEGERI 8 SEMARANG TAHUN 2006 / 2007
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
Nama : Dwi Aristia Dinata NIM : 6301402013 Program Studi : S1
Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas : Ilmu Keolahragaan
ii
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu 1) Apakah ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006 / 2007 ? 2) Apakah ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Tahun 2006 / 2007 ? 3) Manakah yang lebih baik antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006 / 2007 ? Tujuan penelitian ini untuk 1) Mengetahui pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, 2) Mengetahui pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, 3) Mengetahui bentuk latihan yang lebih baik antara latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007 ?
Sampel yang digunakan adalah siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA Negeri 8 Semarang sebanyak 30 anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Dengan memberikan tes awal (Pre Test) dengan hasil yang kemudian di matching dengan metode A-B – B-A. Setelah di matching akan didapatkan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen I yang diberi latihan loncat satu tungkai kanan-kiri dan kelompok eksperimen II yang diberi latihan loncat satu tungkai kanan-kanan kiri-kiri. Kedua kelompok ini diberi perlakuan selama 14 kali pertemuan diakhiri dengan tes akhir (Post Test). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola M – S, pengolahan data menggunakan statistik dengan rumus t test pendek dengan taraf signifikan 5 % dan derajad kebebasan (db) 14.
Hasil perhitungan statistik diperoleh Mean tes awal kelompok eksperimen I = 29,44 ; Mean tes awal kelompok eksperimen II = 29,43 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen I = 35,33 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen II = 33,64 ; t hitung lebih besar daripada t tabel (2,827 > 2,145), dan data perbedaan mean kelompok eksperimen I ternyata lebih besar dari mean kelompok eksperimen II yaitu (35,33 > 33, 64).
iii
iv
skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Semarang, Februari 2007
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Kriswantoro, M.Pd Drs. M. Nasution, M. Kes NIP. 131671212 NIP. 131876219
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga
v
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Panitia Sekretaris
Drs. Sutardji, MS Drs. Wahadi, M.Pd
NIP. 130523506 NIP. 131571551
Dewan Penguji
1. Drs. Tohar, M.Pd NIP. 130340642
2. Drs. Kriswantoro, M.Pd NIP. 131671212
vi 11).
Skripsi ini saya persembahkan untuk : Ayahanda YF. Setyo yang telah mendukungku sepenuh hati Almarhum ibuku Yohana Ariani Lidya Serra
vii menyelesaikan skripsi ini.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Jurusan Kepelatihan Olahraga UNNES Semarang
2. Dekan FIK UNNES yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Kriswantoro, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
5. Drs. M. Nasution, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen FIK UNNES Semarang yang telah membimbing saya selama kuliah.
viii penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat pada semua pihak. Amien.
Semarang, Februari 2007
ix
HALAMAN PERSETUJUAN ... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Alasan Pemilihan Judul... 1
B. Permasalahan... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Penegasan Istilah ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 13
A. Landasan Teori ... 13
1. Latihan Plyometric ... 13
1.1 Single Multiple Jump... 14
1.2 Double Multiple Jump ... 16
2. Tendangan Jauh Dalam Sepak Bola... 18
3. Tinjauan Ilmu Anatomi ... 25
3.1 Single Multiple Jump dan Double Multiple Jump... 26
3.2 Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam ... 26
B Hipotesis... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
x
1. Tes Tendangan Jauh ... 33
2. Program Latihan... 34
C. Metode Pengumpulan Data ... 35
D. Metode Analisis Data ... 36
E. Langkah-Langkah Penelitian ... 39
1. Tahap Persiapan ... 39
2. Tes Awal ... 39
3. Pelaksanaan Latihan... 40
4. Tes Akhir... 49
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45
A. Hasil Penelitian ... 45
B. Pembahasan... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
A. Simpulan ... 51
B. Saran ... 52
xi
Gambar 2 a Single Multiple Jump ... 15
Gambar 2 b Double Multiple Jump... 17
Gambar 3 a Bagian Kaki yang Digunakan untuk Menendang ... 19
Gambar 3 b Letak Kaki Tumpu ... 21
Gambar 3 c Kaki yang Menendang ... 21
Gambar 3 d Sikap Badan Menendang... 22
Gambar 3 e Bagian Bola yang Ditendang ... 23
Gambar 3 f Menendang Bola dengan Ancang-Ancang... 23
Gambar 4 Pengaruh Sudut Elevasi ... 25
Gambar 5 a Otot-Otot Paha Kanan dan Pelvis, Pandangan Anterior... 27
Gambar 5 b Otot-Otot Paha Kanan dan Pelvis, Pandangan Posterior... 28
Gambar 5 c Otot-Otot Superfisial dari Tungkai Kanan, Pandangan Anterior dan Posterior ... 29
Gambar 6 a Tes Tendangan Jauh ... 34
xii
xiii
Lampiran 3 Pengurutan Hasil Tes Awal... 56
Lampiran 4 Hasil Tes Awal yang di-Matching ... 57
Lampiran 5 Hasil Tes Awal Tendangan Jauh Kelompok Eksperimen I dan Kelompok Eksperimen II... 58
Lampiran 6 Hasil Tes Akhir ... 59
Lampiran 7 Perhitungan Statistik ... 60
Lampiran 8 Jadwal latihan... 62
Lampiran 9 Program Latihan ... 63
Lampiran 10 Daftar Petugas Pengambil Data ... 68
Lampiran 11 Daftar Nilai-Nilai t Taraf Signifikan... 69
Lampiran 12 Surat Usul Penetapan Pembimbing... 70
Lampiran 13 Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 71
Lampiran 14 Permohonan Ijin Penelitian Dinas Pendidikan... 72
Lampiran 15 Surat Ijin Penelitian Kepala Dinas Pendidikan ... 73
Lampiran 16 Permohonan Ijin Penelitian SMA N 8 ... 74
Lampiran 17 Surat Peminjaman Alat ... 75
Lampiran 18 Surat Keterangan Penelitian... 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari
oleh sebagian besar manusia yang ada di bumi ini. Sepakbola digemari oleh semua
lapisan masyarakat baik dari tingkat daerah, nasional, dan internasional, dari usia
anak-anak, dewasa hingga orang tua, mereka senang memainkan sendiri atau sebagai
penonton. Dewasa ini permainan sepakbola tidak sekedar dilakukan untuk tujuan
rekreasi dan pengisi waktu luang akan tetapi dituntut suatu prestasi yang optimal.
Prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan yang direncanakan
dengan sistematis dan dilakukan secara terus menerus disertai pengawasan dan
bimbingan pelatih yang profesional.
Seiring perkembangan zaman maka sepakbola juga mengalami perubahan
terutama terlihat sekali pada peraturan pertandingan, perlengkapan lapangan,
kelengkapan pemain, perwasitan, dan organisasi sepakbola. Kesemuanya itu
bertujuan agar sepakbola lebih bisa dinikmati, digemari dan menjadi suatu suguhan.
Bagi pemain sendiri di lapangan pemain lebih aman dan terlindungi dalam
mengekspresikan kemampuannya dalam mengolah bola. Walaupun begitu tetap saja
sering terjadi suatu accident yang mengakibatkan pemain cidera sehingga harus
keluar dari pertandingan bahkan ada yang menjalani operasi dan harus beristirahat
Sepakbola adalah cabang olahraga permainan yang dilakukan secara beregu
atau tim yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang, maka
suatu tim yang dikatakan baik, tangguh dan kuat adalah kesebelasan yang terdiri dari
pemain-pemain yang mampu melakukan permainan tim yang kompak artinya
mempunyai kerjasama tim yang baik. Oleh karena itu diperlukan pemain-pemain
yang mempunyai ketrampilan teknik-teknik dasar sepakbola yang baik sehingga
dapat memainkan bola dalam posisi dan situasi yang tepat dan cepat artinya tidak
membuang-buang energi dan waktu.
Sebagai anggota kesebelasan tiap pemain membawa peranan rangkap. Pemain
sepakbola harus memenuhi syarat baik sebagai individu maupun sebagai anggota
kesebelasan. Artinya sebagai individu seorang pemain harus dapat menguasai teknik
bersepakbola dan sebagai anggota kesebelasan dengan kemampuan dan
kemahirannya itu pemain harus dapat bermain bersama-sama membentuk suatu
kesebelasan.
Berkenaan sifat kepribadian masing-masing pemain yang pasti berbeda dan
tidak tetap pula maka mutlak perlu para pemain harus berlatih agar kerjasama antar
pemain dapat selalu terjalin seerat-eratnya. Belajar bermain sepakbola seyogyanya
dilakukan sejak masih anak-anak yaitu sejak anak dapat menendang bola dan tahu
bermain sepakbola. Beberapa alasan dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Adanya cukup waktu pembentukan fisik seorang pemain memenuhi syarat yang
2. Adanya cukup waktu pembentukan jiwa seorang pemain memenuhi syarat yang
dibutuhkan.
3. Adanya cukup waktu dan kesempatan belajar mencapai prestasi
setinggi-tingginya. Dengan waktu dan kesempatan belajar yang lebih longgar mungkin
sekali pemain bibit yang masih anak-anak itu kelak pada usia sekitar dua puluh
tujuh tahun sudah dapat menjadi sepakbolawan kampiun. Sebaliknya, lebih
sempit waktu dan kesempatan bertumbuh dan belajar kemungkinan itu pasti
lebih kecil pula (Djawad, 1976 : 1)
Tujuan permainan sepakbola adalah pemain memasukkan bola
sebanyak-banyaknya ke gawang lawannya dan berusaha menjaga gawangnya sendiri agar tidak
kemasukan (Sucipto, 1999 : 7). Sehingga untuk dapat melakukan semuanya itu
menendang adalah teknik dasar yang paling dominan agar bola secepat mungkin
berada di depan gawang lawan. Dalam permainan sepakbola ada prinsip teknik
menendang bola yang harus diketahui yaitu : a) Kaki tumpu, b) Kaki yang
menendang, c) Bagian bola yang ditendang, d) Sikap badan, e) Sikap badan
(Sukatamsi, 1984 : 45).
Macam-macam teknik-teknik dasar sepakbola terdiri dari teknik tanpa bola dan
teknik dengan bola. Teknik tanpa bola yaitu gerakan-gerakan yang dilakukan tanpa
bola, yang terdiri dari : a) Lari cepat dan mengubah arah, b) Melompat atau meloncat,
c) Gerak tipu tanpa bola yaitu gerak tipu dengan badan, d) Gerakan-gerakan khusus
untuk penjaga gawang. Teknik dengan bola yaitu semua gerakan-gerakan dengan
mengontrol bola), c) Menggiring bola, d) Menyundul bola, e) Melempar bola, f)
Gerak tipu dengan bola, g) Merampas atau merebut bola, h) Teknik-teknik khusus
penjaga gawang (Sukatamsi, 1984 : 34).
Menendang adalah teknik dasar yang paling dominan dalam permainan
sepakbola dari beberapa teknik dasar yang ada, dikarenakan kemampuan menendang
bola dengan baik dan benar dapat dipergunakan untuk tujuan : “Memberi operan
kepada teman, menembak bola kearah mulut gawang lawan, untuk membuat gol
kemenangan, membersih atau menyapu bola di daerah pertahanan (belakang)
langsung ke depan (biasa dilakukan oleh para pemain belakang untuk mematahkan
serangan lawan), dan untuk melakukan bermacam-macam tendangan khususnya yaitu
tendangan bebas, tendangan sudut dan tendangan hukuman atau penalty” (Sukatamsi
1984 : 48).
Menendang dalam permainan sepakbola adalah suatu usaha untuk
memindahkan bola dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kaki. Menendang
dalam penelitian ini adalah melakukan tendangan bola jarak jauh melambung
menggunakan punggung kaki bagian dalam sejauh-jauhnya. Untuk menghasilkan
tendangan yang maksimal selain dibutuhkan penguasaan teknik yang baik,
kemampuan fisik juga ikut berperan karena hasil tendangan yang baik selain
didapatkan dari penguasaan teknik yang baik juga kondisi fisik yang baik pula.
Latihan fisik adalah latihan yang bertujuan untuk menguatkan kondisi fisik.
daya tahan, kelenturan, kelincahan, kecepatan, daya ledak, stamina, koordinasi gerak
(Tohar, 2002 : 2).
Usaha untuk meningkatkan prestasi, latihan harus berpedoman pada teori dan
prinsip latihan yang benar dan sudah diterima secara universal. Tanpa berpedoman
pada teori dan prinsip latihan, latihan seringkali menjurus ke mala pelatih
(mal-practice) dan latihan yang tidak sistematis-metodis sehingga peningkatan
prestasi tidak akan tercapai. Beberapa prinsip latihan yang paling penting untuk
dijadikan pedoman untuk meningkatkan prestasi dan performa dalam olahraga adalah
: Pemanasan tubuh, Metode latihan, Berfikir positif, Prinsip beban lebih, Intensitas
latihan (Tohar, 2002 : 4).
Prinsip Beban Lebih atau overload principle adalah prinsip latihan yang
menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat. Atlet harus selalu
berusaha untuk berlatih dengan beban yang lebih berat daripada yang mampu dia
lakukan pada saat itu. Setiap bentuk latihan baik latihan untuk ketrampilan fisik,
teknik, taktik dan mental sekalipun harus berpedoman dengan prinsip beban lebih.
Jika beban latihan terlalu ringan di bawah kemampuan berapa lama latihan itu akan
dilakukan dan selalu mengulang-ulang latihan hasilnya tidak akan meningkatkan
prestasi. Akan tetapi yang perlu diperhatikan adalah beban latihan harus lebih berat
tetapi dalam batas kemampuan untuk mengatasi. Bila beban terlalu berat prestasinya
juga tidak akan berkembang dengan baik. Selain itu perlu dipertimbangkan dalam
type approach atau tangga. Gambar 1 adalah ilustrasi grafis tentang bagaimana
melakukan penambahan beban dengan menggunakan sistem tangga tersebut.
Setiap garis vertikal menunjukkan perubahan (penambahan beban) sedangkan
garis horisontal adalah tahap adaptasi terhadap beban yang baru dinaikkan. Beban
latihan pada 3 anak tangga (cycle) pertama, ditingkatkan secara bertahap. Pada cycle
ke 4 diturunkan (tahap unloading phase) yang bermaksud untuk memberi kesempatan
pada organisme tubuh untuk melakukan regenerasi (proses pertumbuhan kembali
bagian-bagian tubuh yang rusak atau hilang). Maksud dan tujuan regenerasi di sini
adalah atlet dapat mengumpulkan tenaga atau mengakumulasi cadangan-cadangan
fisiologis maupun psikologis untuk persiapan beban latihan yang lebih berat lagi di
anak-anak tangga ke 7 dan 8 dan seterusnya.
12
11
8 10
7 9
6
3 5
2 4
1
Gambar 1
Hasil tendangan yang baik selain didapatkan dari penguasaan teknik yang baik
juga dipengaruhi oleh kondisi fisik yang baik pula, salah satunya adalah daya ledak.
Dalam hal ini daya ledak yang dimaksud adalah daya ledak otot tungkai, untuk
mendapatkan daya ledak otot tungkai dapat diperoleh dengan bermacam-macam
latihan salah satunya adalah latihan loncat. Sedangkan bentuk latihan loncat itu
sendiri terdiri dari bermacam-macam variasi loncatan, latihan loncatan dilakukan
dengan koordinasi gerakan yang berirama serta kombinasi gerakan.
Latihan meloncat yang bertumpu pada satu kaki dimana loncatan yang
dilakukan dengan pola gerakan satu kaki yang biasa dikenal dengan gerakan
bounding. Dengan awalan melakukan kekuatan dorongan diusahakan dengan satu
kaki dan pendaratan sama dengan menggunakan satu kaki, tindakan ini biasa disebut
denganb hop (lompatan). Mengikuti pendaratannya tumit dilipat ke arah pantat diikuti
oleh rencana gerakan maju yang cepat pada paha terhadap tempat pendaratan.
Pendaratan ini sangat aktif dan dilakukan sangat cepat serta siap untuk memulai
lompatan lain sesegera mungkin.
Sedangkan loncatan bisa terdiri dari single atau bermacam-macam lompatan
dalam koordinasi gerakan kaki dan lengan yang berirama, aktifitas-aktifitas terakhir
bisa disusun dalam bermacam-macam kombinasi dari kaki kiri (L) dan kanan (R) :
L – L – R – R – L – R – L – L – R – R dan seterusnya (Bompa, 1994 : 79). Dalam
permainan sepakbola dituntut panguasaan teknik dasar yang baik dan benar salah satu
teknik dasar yang harus dikuasai dan vital oleh seorang pemain sepak bola adalah
Menendang bola adalah suatu usaha untuk memindahkan bola dari satu tempat
ke tempat lain dengan menggunakan kaki atau bagian kaki, seorang pemain sepak
bola yang tidak dapat menguasai teknik menendang bola dengan baik, maka tidak
akan mungkin menjadi pesepak bola yang handal dan baik. Kesebelasan yang baik
adalah suatu kesebelasan yang semua pemainnya menguasai teknik menendang bola
dengan baik, cermat, tepat pada sasaran baik sasaran pada teman yang jauh maupun
sasaran pada gawang lawan untuk mencetak gol.
Berdasarkan uraian yang tertulis di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian mengenai :
”
Pengaruh Latihan Single Multiple Jump Dan Double MultipleJump Terhadap Hasil Tendangan Jauh dalam Permainan Sepakbola Pada Siswa
Ekstrakurikuler Sepakbola SMA Negeri 8 Semarang Tahun 2006 / 2007”.
Adapun alasan lain yang mendukung dalam penelitian ini adalah :
1. Latihan single dan double multiple jump merupakan unsur penunjang untuk
meningkatkan daya ledak otot tungkai yang akan digunakan untuk menendang
bola.
2. Komponen pendukung hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola salah
satunya adalah daya ledak otot tungkai
B. Permasalahan
1. Apakah ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan
2. Apakah ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan
jauh dalam permainan sepakbola SMA N 8 Semarang ?
3. Manakah yang lebih baik antara latihan single multiple jump dan double
multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola SMA
N 8 Semarang ?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan selalu mempunyai tujuan, agar memperoleh
gambaran yang jelas serta bermanfaat bagi yang menggunakannya. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan
jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.
2. Mengetahui pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan
jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.
3. Mengetahui bentuk latihan yang lebih baik antara single multiple jump dan
double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola
pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang
D. Penegasan Istilah
1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang
ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 1989 :
664). Pengertian pengaruh dalam penelitian ini adalah akibat yang timbul dari hasil
berlatih loncat satu tungkai kanan-kiri dan kanan-kanan kiri-kiri untuk memperoleh
hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola.
2. Latihan
Latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara
berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihan kian bertambah (Tohar, 2002
: 1). Dalam penelitian ini latihan adalah suatu bentuk perlakuan untuk memperoleh
hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola dengan latihan loncat satu tungkai.
3. Single Multiple Jump dan Double Multiple Jump.
Jump adalah loncat yaitu lompat dengan kedua atau keempat kaki bersama
(Depdikbud, 1989 : 531). Ada dua cara meloncat yaitu meloncat tanpa ancang-ancang
dan meloncat dengan ancang-ancang. Tungkai adalah seluruh kaki dari pangkal paha
ke bawah (Depdikbud, 1989 : 973).
Loncat satu tungkai adalah suatu loncatan yang bertumpu pada satu tungkai
kaki baik kaki kanan atau kaki kiri. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
loncat satu tungkai adalah meloncat dengan koordinasi gerakan kaki dan lengan yang
berirama, dengan kombinasi gerakan kaki kanan-kiri. Dalam penelitian ini latihan
Single multiple jump adalah satu lompatan yang berkali-kali, di dalam penelitian
ini yang dimaksud adalah suatu lompatan yang dilakukan dengan menggunakan satu
tungkai yang bergantian dan dilakukan berkali-kali. Untuk lebih jelasnya teknik
loncatan ini dimulai dari sikap awal berdiri kaki kiri ditekuk ke belakang sedikit.
Gerakan : mendorong dengan kaki kiri berlawanan dengan tanah, mendorong lutut
kaki kanan ke atas arah dada, dan ke depan untuk mendapatkan jarak. Mendarat
dengan kaki kanan dan segera pantulkan. Arahkan lutut kiri ke atas kemudian ke
depan, lanjutkan dengan melayang di udara. Lanjutkan dengan kaki berganti-ganti
(Bompa, 1994 : 83).
Double multiple jump adalah lompatan dobel atau dua kali (lipat) yang
berkali-kali, di dalam penelitian ini yang dimaksud adalah suatu lompatan yang dilakukan
dengan menggunakan satu tungkai dengan teknik lompatan dobel atau dua kali yang
bergantian dan dilakukan berkali-kali. Untuk lebih jelasnya teknik loncatan ini
dimulai dari sikap awal berdiri dengan gerakan awal pada kaki kiri, mendorong kaki
kanan ke atas, paha horizontal, lengan selaras dengan kaki dan mendarat pada kaki
kiri, kaki kanan lebih direndahkan ke tanah dengan melakukan gerakan yang aktif dan
mendorong paha kiri ke atas. Dilanjutkan dengan gerakan yang sama secara konstan
4. Tendangan Jauh
Tendangan berasal dari kata tendang yang artinya menyepak atau mendepak
(dengan kaki) (Depdikbud, 1989 : 927). Pengertian tendangan dalam penelitian ini
adalah memindahkan bola dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
punggung kaki bagian dalam melalui passing melambung sejauh-jauhnya.
E. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi yang
menggunakan. Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumbangan bagi guru pendidikan jasmani dan olahraga dalam memilih
dan menerapkan bentuk latihan loncat yang efektif untuk mencapai keberhasilan
dalam mengajar sepakbola.
2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi pengembangan ilmu untuk membantu
pelatih maupun guru pendidikan jasmani dan olahraga untuk menerapkan
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Dasar pemikiran yang jelas dari tinjauan penelitian yang akan dilaksanakan agar
dapat tercapai dengan baik maka diperlukan landasan teori yang mendukung dari
penelitian tersebut.
1. Latihan Plyometric
Latihan plyometric diklasifikasikan pada kategori-kategori sebagai berikut :
latihan bertumpu pada satu kaki, bertumpu pada dua kaki, lompatan jatuh/bereaksi,
latihan ”bantingan”, latihan-latihan tubuh bagian atas (pangkal lengan) ,permainan
beranting dan sederhana (Bompa, 1994 : 77).
Saat menampilkan plyometric, tubuh bagian atas harus dijaga tetap vertikal dan
dilemaskan, atau diayunkan ke atas bersama untuk mengangkat pusat gaya berat, atau
diayunkan sekali pada saat koordinasi dengan gerakan-gerakan kaki. Dengan cara ini,
lengan akan selalu seimbang dan dengan demikian mengimbangi gerakan kaki,
menghasilkan gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik (Bompa, 1994 : 77).
Loncat satu tungkai yang bertumpu pada satu kaki biasa dikenal dengan latihan
bounding. Pada gerakan awal loncatan (kekuatan dorongan) diusahakan dengan satu
kaki dan pendaratan sama menggunakan satu kaki, tindakan ini disebut sebagai hop
Sedangkan loncatan bisa terdiri dari single atau bermacam-macam lompatan
dalam koordinasi gerakan kaki dan lengan yang berirama, aktifitas-aktifitas terakhir
bisa disusun dalam bermacam-macam kombinasi dari kaki kiri (L) dan kanan (R) :
L – L – R – R – L – R – L – L – R – R dan seterusnya. Seringkali selama lompatan
atau melompat, perubahan kecepatan horisontal dapat dibuat menjadi pengangkatan
vertikal, atau sebagian besar keadaan yang luas menjadi gerakan maju dan mendatar
yang berirama dimana reaksi kecepatan adalah tujuannya (Bompa, 1994 : 79).
Selama program latihan plyometrics ini menyebabkan adaptasi jaringan ikat
sendi, urat, dan otot dengan meningkatkan beban latihan secara progresif. Sebagai
tambahan untuk olahraga yang membutuhkannya, kumpulan otot juga diperbesar
sedikit demi sedikit. Lingkup penekanan dan metode pembangunan tubuh yang
dimodifikasi dapat menjadi metode latihan utama untuk digunakan. Beban harus
disubmaksimalkan (65% - 80%) tergantung pada jadwal kompetisi dan klasifikasi
atlet, masa di fase ini dapat dimana saja antara 4 – 12 minggu. Bagi atlet yang
berpengalaman 4 – 5 minggu akan mencukupi (Bompa, 1994 : 61). Dalam penelitian
ini latihan dilakukan selama 14 kali pertemuan yang dilaksanakan tiga kali dalam satu
minggu, sehingga hasil latihan sudah dapat terlihat.
1.1 Single Multiple Jump
Altenate Leg Bound
SP : standing, left foot slightly bag, M : Push with the left leg against the ground,
distance. Land on right foot, and immediately rebound, driving the left knee
upward-forward. Continue alternating take-off leg (Bompa, 1994 : 83)
Lompatan Kaki Yang Berselang-seling
Posisi permulaan : berdiri, kaki kiri mundur ke belakang sedikit. Gerakan :
mendorong dengan kaki kiri berlawanan dengan tanah, mendorong lutut kanan ke
atas arah ke dada, dan ke depan dalam rangka mencapai jarak. Mendarat dengan kaki
kanan dan segera melompat kembali, mendorong lutut kiri ke atas depan. Lanjutkan,
permulaan kaki berganti-ganti. (Dapat dilihat pada gambar 2 b).
Gambar 2 a
Single Multiple Jump (Altenate Leg Bound) (Bompa : 1994 : 83)
Gerakan single multiple jump merupakan gerakan melompat dengan satu kaki
sebagai tumpuan baik kaki kanan atau kiri. Dalam hal ini lompatan yang dilakukan
berselang-seling. Gerakan dimulai dari kaki kiri sebagai awalan tumpuan tolakan
dengan kaki kanan yang bersiap untuk melakukan gerakan selanjutnya yaitu
melangkah ke depan untuk bergantian sebagai kaki tumpuan, selanjutnya dengan
mendorong kaki kanan ke atas ke arah dada untuk mendapatkan jarak langkah ke
depan dan bersiap untuk gerakan selanjutnya yaitu melangkah ke depan. Gerakan
selanjutnya kaki kanan berganti sebagai kaki tumpuan lompatan dengan kaki kiri
yang bersiap untuk melakukan gerakan selanjutnya yaitu melangkah ke depan dengan
gerakan mendorong ke atas ke arah dada dengan tujuan untuk mendapatkan langkah
ke depan dan bersiap dengan gerakan selanjutnya melangkah ke depan. Gerakan ini
dilakukan diikuti dengan gerakan lengan yang selaras dengan kaki dan dilakukan
dengan gerakan yang sama secara konstan berganti-ganti kaki dan lengan, lompatan
ini dilakukan dengan jarak kurang lebih 25 sampai 30 meter.
1.2 Double Multiple Jump
Single Leg Hop
SP : Standing. M: Drive right leg up, and then reach forward to gain distance. Land
on the same foot, continue the hops, while the left leg is held in stationary position
throughout the exercise. Note that the arms are gathered together before landing, and
swung upward-forward as the explosive take-off is performed (Bompa : 1994 : 84).
Lompatan Satu Kaki
Posisi permulaan : berdiri. Gerakan : mendorong kaki kanan ke atas dan kemudian
melanjutkan lompatan, saat kaki kiri dipertahankan dengan posisi yang tetap pada
seluruh latihan. Catatan bahwa lengan dihimpun bersama sebelum mendarat, dan
diayun ke atas-depan seperti pemberangkatan yang siap ditampilkan. (Dapat dilihat
pada gambar 2 b).
Gambar 2 b
Double Multiple Jump (Single Leg Hop) (Bompa : 1994 : 84)
Gerakan double multiple jump merupakan gerakan melompat dengan satu kaki
sebagai tumpuan baik kaki kanan atau kiri dengan gerakan lompatan ganda
(kanan-kanan kiri-kiri). Dalam hal ini lompatan yang dilakukan adalah gerakan melompat
dengan kaki yang bergantian yaitu kanan-kanan kiri-kiri yang berselang-seling
dengan lompatan ganda. Gerakan dimulai dari kaki kiri sebagai awalan tumpuan
tolakan dan gerakan lanjutan kaki kiri sebagai tumpuan berikutnya dengan diikuti
air diteruskan dengan gerakan kaki kanan yang sedikit rendah dan aktif mengayun
guna membantu kaki kiri untuk mendapatkan jarak lompatan.
Pada saat bersamaan paha kaki kiri didorong ke atas untuk melakukan lompatan
dan sebagai kaki tumpuan berikutnya. Dilanjutkan gerakan berikutnya kaki kanan
bergantian melangkah ke depan dan menjadi tumpuan dengan diikuti gerakan lengan
yang selaras dengan kaki. Gerakan ini dilanjutkan dengan gerakan yang sama secara
konstan dan berganti-ganti kaki dan lengan dan lompatan ini dilakukan dengan jarak
kurang lebih 25 sampai 30 meter.
2. Tendangan Jauh dalam Sepak Bola
Dalam penelitian ini teknik tendangan yang digunakan untuk melakukan tes
awal dan tes akhir tendangan jauh yaitu menendang dengan punggung kaki bagian
dalam. Macam-macam tendangan dalam permainan sepakbola yang harus diketahui
dan dikuasai oleh seorang pemain sepakbola :
1. Atas dasar bagian mana dari kaki yang digunakan untuk menendang bola
dengan : kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian luar, kura-kura kaki penuh,
ujung jari, kura-kura kaki sebelah dalam, tumit (Sukatamsi, 1984:47) (lihat
gambar 3 a)
2. Atas dasar kegunaan atau fungsi dari tendangan :
a) Untuk memberikan operan bola kepada teman
b) Untuk menembakkan bola ke arah mulut gawang lawan, untuk membuat
c) Untuk membersihkan atau menyapu bola di daerah pertahanan (belakang)
langsung ke depan
d) Untuk melakukan bermacam-macam tendangan khusus yaitu untuk
tendangan bebas, tendangan sudut, tendangan hukuman (pinalti)
(Sukatamsi, 1984 : 48).
Gambar 3 a
Bagian kaki yang digunakan untuk menendang (Sukatamsi, 1984 : 47)
3. Atas dasar tinggi rendahnya lambungan bola
a) Tendangan bola rendah, bola menggukir datar di atas permukaan tanah
sampai setinggi lutut
b) Tendangan bola melambung lurus atau melambung sedang, bola
c) Tendangan bola melambung tinggi, bola melambung paling rendah
setinggi kepala (Sukatamsi, 1984 : 48).
4. Atas dasar arah putaran dan jalannya bola
a) Tendangan lurus (langsung)
b) Tendangan melengkung (slice) (Sukatamsi, 1984 : 48).
Untuk dapat melakukan tendangan jauh dalam sepak bola dengan hasil yang
maksimal, disamping membutuhkan kekuatan juga memerlukan penguasaan teknik
menendang yang baik. Untuk dapat menghasilkan tendangan jauh yang baik, lebih
tepat apabila menggunakan punggung kaki bagian dalam, karena akan menghasilkan
lintasan bola yang melambung dan jauh. Teknik-teknik tendangan dengan punggung
kaki bagian dalam adalah :
a) Letak Kaki Tumpu
Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada saat persiapan
menendang dan merupakan titik berat badan. Posisi kaki tumpu akan menentukan
arah lintasan bola. Posisi atau letak kaki tumpu yang baik untuk melakukan
tendangan dengan menggunakan punggung kaki bagian dalam adalah kaki tumpu
diletakkan di samping belakang bola antara 25 cm - 30 cm, arah kaki tumpu membuat
sudut 400 dengan garis lurus arah bola (Lihat gambar 3 b)
b) Kaki Yang Menendang
Kaki yang menendang diangakat ke belakang, kemudian diayunkan ke depan
tengah-tengah di bawah bola. Gerak kaki yang menendang dilanjutkan ke depan (gerak
lanjutan ke depan) (Lihat gambar 3 c).
Gambar 3 b Letak kaki tumpu
Menendang dengan punggung kaki bagian dalam (Sukatamsi, 1984 : 118)
Gambar 3 c Kaki yang menendang
c) Sikap Badan
Pada waktu kaki yang menendang bola diayunkan ke belakang, badan condong
ke depan. Pada waktu menendang bola karena posisi kaki tumpu berada di samping
belakang bola, sikap badan condong ke belakang. Kedua lengan terbuka ke samping
badan untuk menjaga keseimbangan. Karena kaki tumpu berada di samping bola
maka panggul berada di atas bola, sikap badan sedikit condong ke depan (Lihat
Gambar 3 d).
d) Pandangan Mata
Pada waktu menendang bola, arah pandangan mata pada bola kemudian pada
arah sasaran.
Gambar 3 d Sikap Badan
e) Bagian Bola yang Ditendang
Tepat di tengah bawah bola, bola akan melambung tinggi (Lihat gambar 3 e ).
f) Menendang Bola dengan Ancang-Ancang
Bola dalam keadaan berhenti, pemain berdiri 3 – 5 langkah di belakang samping
bola, sehingga letak pemain membuat sudut kurang lebih 400 dengan garis lurus arah
sasaran bola (Lihat gambar 3 f ).
Gambar 3 e
Bagian bola yang ditendang (Sukatamsi, 1984 : 118)
Gambar 3 f
Menendang bola dengan ancang-ancang (Sukatamsi, 1984 : 119)
Kegunaan menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam :
a) Untuk operan jarak jauh, untuk operan melambung atas (tinggi).
b) Untuk tendangan tepat ke mulut gawang.
c) Untuk tendangan bola melambung.
d) Untuk tendangan kombinasi dengan gerakan lain (Sukatamsi, 1984 : 116).
Demikian halnya untuk mencari jarak atau hasil tendangan bola dengan
pengaruh sudut elevasi, yaitu dengan suatu percobaan sederhana selang karet
penyiraman kebun dapat dilihat lintasan pancuran airnya jika mulut selang diarahkan
pada sudut yang besarnya berbeda-beda. Pada sudut 00 dengan garis vertikal tidak ada
garis horisontalnya, yang ada seluruhnya kecepatan vertikalnya. Diantara sudut 00
dan 900, akan terlihat bahwa pada sudut yang berbeda akan terjadi lintasan gerak air
yang berbeda pula.
Ada suatu pola hubungan antara sudut elevasi, jarak vertikal dan jarak
horisontal dari lintasan geraknya. Dalam gambar 10 terlihat bahwa lintasan A dan
lintasan B merupakan jarak horisontal yang paling kecil meskipun jarak horisontalnya
sama, tapi jarak vertikalnya sangat berbeda. Sudut elevasi untuk A merupakan
penyiku dari sudut elevasi untuk B. Sudut evaluasi untuk A adalah 200 dan sudut
elevasi untuk B adalah 700, demikian juga C dan D. Sudut untuk C adalah 600 dan
sudut elevasi untuk D adalah 300, dua sudut yang paling menyiku satu sama lain akan
menghasilkan jarak horisontal yang sama, tetapi jarak vertikal dari sudut yang lebih
besar akan selalu lebih besar. Hubungan ini sedemikian rupa sehingga makin besar
dari lintasan geraknya. Pada lintasan E sudut elevasi adalah 450, sudut dengan
komponen vertikal yang sama dengan komponen horisontalnya.
Dengan sudut elevasi 450 akan dihasilkan waktu maksimal di udara dan
kecepatan horisontal maksimal. Oleh karenanya, secara teoritis untuk menendang
bola merupakan sudut optimal untuk menghasilkan jarak horisontal terbesar. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar berikut ini.
B 700
D 600
E 450
C 300
A 200
200 700 300 600 450
Gambar 4
Pengaruh sudut Elevasi Pada Jarak Horisontal danVertikal (Soedarminto, 1991 : 92)
3 Tinjauan Ilmu Anatomi
Pada dasarnya gerakan menendang bola dan gerakan single multiple jump dan
double multiple jump apabila ditinjau dari ilmu anatomi sama, yaitu sama-sama
melibatkan anggota gerak tubuh bagian bawah yaitu kerangka dan otot anggota tubuh
bagian bawah yang digunakan yaitu otot-otot dan tulang-tulang yang terlibat dalam
gerakan latihan single multiple jump dan double multiple jump serta untuk
menendang bola menggunakan punggung kaki bagian dalam akan diuraikan sebagai
berikut :
3.1 Single Multiple Jump dan Double Multiple Jump
Dari dua bentuk latihan single multiple jump dan double multiple jump, secara
gerak kinesiology dan anatomis otot-otot pada tungkai yang terlibat langsung dalam
latihan di atas pada perinsipnya sama.
Gerak flexsi paha (flexion of the thigh) otot yang berperan yaitu : otot sartorius,
illiacus dan gracialis.
Gerakan extensi paha atau melururskan paha (extention of the thigh) otot yang
berperan yaitu : biceps femoris, semitendinosus (kelompok hamstring) dan juga
gluteus maksimus dan minimus (the gluteals).
Gerak extensi lutut (extention of the knee) otot yang berperan yaitu : otot rectus
femoris, fastus lateralis, vastus medialis dan intermedius (kelompok guadriceps)
Gerakan flexsi pada lutut dan kaki. (flexsion of the knee and foot). Otot yang berperan
yaitu : gastrocnemius. Untuk lebih lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5 a, b, dan c.
3.2 Menendang Bola dengan Punggung Kaki Bagian Dalam
Semua gerakan yang dilakukan oleh manusia melibatkan kombinasi gerakan
beberapa otot. Kontraksi otot akan menimbulkan suatu gerakan menurut letak dan
gerakan apa saja yang dilakukan manusia. Gerakan uyunan kaki menendang bola
otot tergantung pada seberapa besar tenaga dan kekuatan yang digunakan untuk kerja
tersebut.
Gambar 5 a
Otot-otot paha kanan dan pelvis, pandangan anterior dan posterior (H. Syaifudin, 1994 : 45 )
Gerakan tungkai bawah saat menendang bola termasuk dalam gerakan rotasi
angular, karena tungkai bawah berputar pada sendi panggul. Gerakan rotasi atau
angular terjadi bila objek bergerak pada lintasan lingkaran mengelilingi satu titik
tetap. Jarak yang ditempuh bisa berupa busur kecil/lingkaran penuh kebanyakan
lintasannya berbentuk suatu busur lingkaran. Otot yang terlibat dalam kegiatan
menendang bola yaitu otot tensor fasialata, otot abductor paha, otot gluteus
maxsimus, otot vastus lateralis, otot sartorius, otot fibialis anterior, otot rextus
femoris, otot gastroxnemius, otot proneus longus, otot soleus, otot extensor digitorum
longus, otot abductor, otot paha medial, otot paha lateral (Soedarminto, 1991 : 118).
Untuk lebih lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5 a, b, dan c.
Gambar 5 b
Gambar 5 c
Otot-otot superfisial dari tungkai kanan, pandangan anterior dan posterior (H. Syaifudin, 1994 : 47)
B. Hipotesis
Berdasar kajian pada landasan teori di atas serta berdasarkan kelebihan dan
kanan-kanan kiri-kiri terhadap hasil tendangan jauh pada permainan sepakbola maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Ada pengaruh latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam
permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola
SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.
2. Ada pengaruh latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam
permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola
SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.
3. Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double
multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian sebagai mana kita kenal sekarang, memberikan
garis-garis yang cermat dan mengajukan syarat-syarat yang benar, maksudnya adalah untuk
menjaga agar pengetahuan yang dicapai dalam suatu penelitian dapat mempunyai
harga ilmiah yang setinggi-tingginya. Sehingga dalam suatu penelitain metodologi
penelitian berbobot atau tidaknya suatu penelitian tergantung pada
pertanggungjawaban dari metodologi penelitiannya. Penggunaan metodologi dalam
suatu penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian serta dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Agar dalam penelitian dapat memperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan apa
yang penulis harapkan, maka pada bab ini akan diuraikan tentang metodologi
penelitian yang meliputi : a) Metode penentuan obyek penelitian, b) instrument
penelitian, c) metode pengumpulan data, d) metode analisis data, e) langkah-langkah
penelitian, f) faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian dan cara mengatasinya.
A. Metode Penentuan obyek penelitian
Ada tiga hal yang dibahas dalam penentuan obyek penelitian yaitu :
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 :
115). Dari pengertian tersebut yang dimaksud dengan populasi dalam
SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, semua orang laki-laki yang berjumlah
72 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diselidiki (Suharsimi Arikunto, 1998
: 117). Yang dimaksud sampel dalam penelitian ini adalah sebagian individu
yang mempunyai sifat sama untuk diselidiki dan dapat mewakili seluruh
populasi. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan purposive sample,
artinya pengambilan subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah
tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai
dengan pertimbangan peneliti sendiri segingga dapat mewakili populasi
(Suharsimi Arikunto, 1998 : 128). Dalam penelitian ini sampel yang diambil
adalah siswa kelas dua yang aktif mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N
8 Semarang Tahun 2006/2007 sebanyak 30 orang.
3. Variabel
Yang dimaksud variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998 : 99). Dalam penelitian ini
variabel yang dimaksud adalah :
a. Variabel bebas yang terdiri dari :
1. Latihan single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam
2. Latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam
permainan sepakbola.
b. Variabel terikat yaitu jauhnya hasil tendangan pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepakbola.
B. Instrumen Penelitian
1. Tes Tendangan Jauh
Instrumen Tes Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
melakukan tendangan sejauh-jauhnya. Tes menendang ini akan diuraikan sebagai
berikut. Setiap siswa (obyek) menendang bola dalam keadaan diam sebanyak 3 kali
sejauh mungkin dan hasil tendangan yang terjauh yang akan diambil. Jauhnya
tendangan akan diukur dari titik dimana bola dalam keadaan diam sebelum ditendang
sampai pada titik jatuhnya bola setelah bola ditendang. Tes menendang jauh ini akan
dipergunakan untuk melakukan tes awal dan tes akhir (lihat gambar 7 a)
Instrumen yang digunakan adalah tes kemampuan tendangan lambung dari M.
Barrow, P.E.D yang mempunyai tujuan untuk mengukur kemampuan tendangan
lambung pemain sepak bola. Pelaksanaan tes kemampuan tendangan dari M. Barrow,
P.E.D yaitu siswa melakukan tendangan lambung ke dalam lapangan tes lambung,
dimulai dari batas bola diam yang berada pada garis tepi. Untuk mengukur tendangan
lambung dari batas bola tendang sampai bola jatuh pertama kali di tanah, lalu diukur
dalam satuan meter. Dalam tes tendangan lambung ini anak diberi kesempatan tiga
kali dan kemudian diambil nilai yang terbaik. Untuk lebih lanjut dapat dilihat
Gambar 7 a Tes Tendangan Jauh (Penelitian Lapangan)
0 15 m 20 m 25 m 30 m
Gambar 7 b
Lapangan Tes Tendangan Lambung
(M. Barrow, P. E. D, dalam Aris Setiawan 2004 : Perbandingan Hasil Tendangan Bola antara Tungkai Panjang dan Tungkai Pendek pada Pemain Sepak Bola Senior
Klub Perseba Bangsri Jepara Tahun 2004 )
2. Program Latihan
Program latihan dalam penelitian ini hanya dilakukan selama 14 kali pertemuan
kali, 10 kali, 12 kali, sampai 26 kali, sedangkan jumlah setnya tetap setiap pertemuan
yaitu 3 set. Untuk lebih jelas program latihan dapat dilihat pada lampiran 9 hal 63.
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu kegiatan untuk meneliti sesuatu gejala
yang dinamakan latihan atau perlakuan. Dasar penggunaan metode eksperimen
adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan terhadap
subyek dan diakhiri dengan tes untuk menguji kebenarannya.
Berdasarkan uraian di atas, untuk penelitian ini menggunakan metode
eksperimen, pada pola yang digunakan adalah Matching Subject Design yang
selanjutnya disebut dengan pola M – S. Subject matching sudah tentu sekaligus group
matcing, karena hakekatnya subject metching adalah sedemikian rupa sehingga
pemisahan-pemisahan pasangan-pasangan subyek (pair of subjects) masing-masing
ke grup eksperimen dan grup kontrol secara otomatis akan menyeimbangkan kedua
grup itu (Sutrisno Hadi, 2004 : 511).
Eksperimen dengan pola matching by subject desgn pada prinsipnya ada tiga
cara pairing yaitu : 1. Nominal Pairing, 2. Ordinal pairing, 3. Combinednominal and
ordinal pairing (Sutrisno Hadi, 2004 : 512). Dalam penelitian ini untuk
menyeimbangkan kedua kelompok tersebut dengan cara subject matching ordinal
pairing, yaitu subyek yang hasilnya setingkat, kemudian anggota-anggota tiap pasang
dipisah yang seorang ke grup eksperimen dan seorang lagi ke grup kontrol (Sutrisno
eksperimen I dan grup eksperimen II, maka grup kontrol diganti dengan grup
eksperimen II dan grup eksperimen diganti dengan grup eksperimen I.
Untuk memperoleh data-data yang sesuai peneliti menggunakan metode
eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu kegiatan untuk meneliti sesuatu gejala
yang dinamakan latihan atau perlakuan. Dasar penggunaan metode eksperimen
adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan terhadap
subyek dan diakhiri dengan tes untuk menguji kebenarannya.
D. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data statistik.
Data-data yang diperoleh selanjutnya akan dimasukkan tabel, yaitu tabel perhitungan
statistik sebagai berikut.
Tabel 1
PERSIAPAN PERHITUNGAN STATISTIK No. Pasangan
Subyek
Xa Xb D
(Xa - Xb)
d (D – MD)
d2
1 2 3 4 5 6 7
1. 2. 3. 4. 5. dst
ΣN ΣXa ΣXb ΣD Σd Σd2 Keterangan :
Xb : Hasil tes akhir kelompok eksperimen I
Xa : Hasil tes akhir kelompok eksperimen II
d : Deviasi perbedaan
d2 : Kuadrat dari deviasi perbedaan
ΣN : Jumlah pasangan subyek
Cara pengisian kolom:
1. Catat nomor-nomor subyek pada kolom (1)
2. Pasangan subyek pada kolom (2)
3. Nilai kelompok eksperimen II pada kolom (3)
4. Nilai kelompok eksperimen I pada kolom (4)
5. Selisih nilai Xb dan Xa pada kolom (5)
6. Selisih antara D dan mean perbedaan pada kolom (6)
7. Kuadrat dari deviasi mean perbedaan pada kolom (7)
Untuk menganalisis data selanjutnya dapat digunakan rumus t-tes sebagai berikut:
(
1)
2
− Σ =
N N
d MD t
N D MD=Σ
Dan harus diketahui bahwa :
Σd = Xa – Xb Σd = 0
Keterangan :
MD = Mean perbedaan
Σd2 = Jumlah kuadrat dari deviasi perbedaan mean
Uji hipotesis kerja I yang menyatakan “Ada pengaruh latihan single multiple
jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007” dan Uji
hipotesis kerja II yang menyatakan “Ada pengaruh latihan double multiple jump
terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007” diubah menjadi
hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh latihan single multiple jump dan
double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepak bola pada
siswa ekstra kurikuler sepak bola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007. Diuji
dengan taraf signifikan 5 % dan (db) = 14
Uji hipotesis kerja III yang menyatakan “Ada perbedaan pengaruh hasil antara
latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh
dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola
SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007”. Hasilnya digunakan membedakan mean
kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Kemudian hasil uji hipotesis
kerja I dan II terbukti kebenarannya. Perhitungan statistik selengkapnya dapat dilihat
E. Langkah – Langkah Penelitian
1. Tahap Persiapan
Setelah mendapat surat ijin penelitian dari FIK, peneliti menghadap kepala
sekolah SMA N 8 Semarang untuk meminta ijin mengadakan penelitian dengan
melampirkan surat ijin penelitian dari DINAS PENDIDIKAN kota Semarang di
sekolah tersebut. Setelah mendapat ijin peneliti menghubungi guru pembina
ekstrakurikuler sepakbola untuk meminta ijin tentang penggunaan siswanya sebagai
subyek penelitian. Setelah didata, penulis mengambil sampel semua siswa kelas dua
yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola sebanyak 30 siswa
2. Tes Awal
Tes awal dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2006 mulai pukul 15.00 WIB
sampai selesai di lapangan sepakbola PGSD UNNES Karang Anyar Ngaliyan
Semarang. Tujuan diadakan tes awal ini adalah untuk mengetahui kemampuan awal
siswa ekstra kurikuler sepakbola dalam melakukan tendangan jauh sebelum diberi
perlakuan. Dalam pelaksanaan tes awal penulis dibantu oleh 10 orang yang
sebelumnya telah diberi penjelasan tes awal tersebut. Sedangkan alat yang digunakan
dalam pelaksanaan tes awal ini yaitu 3 buah bola, meteran, kapur, cone, alat tulis.
Sebelum melakukan tes awal, anak diberi penjelasan mengenai jalannya tes
awal tersebut. Langkah-langkah pelaksanaan tes awal adalah sebagai berikut :
a. Setiap testee didipanggil satu-persatu menurut nomor tes masing-masing.
c. Testee melakukan tendangan menggunakan awalan, bola dalam keadaan diam
dan menendang sejauh-jauhnya sebanyak 3 kali tendangan.
d. Nilai yang diambil adalah hasil dari tendangan yang terjauh.
Dari tes awal ini, sampel yang berjumlah 30 orang dipasang-pasangkan menjadi
15 pasang. Kemudian membagi sampel menjadi dua kelompok, yang kemudian diberi
nama kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II. Setelah terbentuk 2
kelompok, kemudian diadakan undian untuk menentukan bentuk latihan dari
masing-masing kelompok. Selanjutnya kedua kelompok diberi perlakuan, kelompok
eksperimen I diberi perlakuan latihan. single multiple jump dan kelompok eksperimen
II diberi perlakuan untuk latihan double multiple jump.
3. Pelaksanaan Latihan
Latihan adalah suatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan
berulang-ulang dan yang kian hari jumlah beban latihan kian bertambah (Tohar, 2002 : 1).
Pada prinsipnya latihan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil
tendangan jauh dalam permainan sepakbola, dengan latihan loncat satu tungkai,
dengan demikian diterapkan frekuensi latihan 3 kali satu minggu sebanyak 14 kali
pertemuan. Setiap pertemuan beban latihan ditambah dalam jumlah repetisinya mulai
dari 8 kali, 10 kali, 12 kali, sampai 26 kali, sedangkan jumlah setnya tetap setiap
pertemuan yaitu 3 set.
Latihan awal dimulai dari 8 kali karena 80% dari kemampuan maksimal dari 10
kali loncatan dengan jarak kurang lebih 25 meter sampai 30 meter. Tetapi dalam
pertemuan, dikarenakan selama 14 kali pertemuan itu dianggap sudah cukup
memberikan perubahan, sehingga peneliti mencoba mengambil tes akhir setelah
latihan yang dilaksanakan selama 4 minggu sesuai dengan batas waktu minimal
latihan menurut (Bompa, 1994 : 61)
Latihan ini dimulai pukul 15.00 WIB sampai selesai. Kegiatan ini meliputi tiga
bagian pokok yaitu :
a. Pemanasan atau Warming Up
Pemanasan tubuh atau warming-up itu penting dilakukan sebelum berlatih,
tujuan pamanasan ialah untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ
tubuh, guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Selain itu juga untuk
menghindari diri dari kemungkinan cidera, meningkatkan metabolisme tubuh,
mengkoordinasikan gerakan yang mulus, menyesuaikan diri organ tubuh untuk
bekerja lebih berat, dan kesiapan mental agar kian meningkat. Pemanasan yang
dilakukan dalam latihan ini meliputi : lari keliling lapangan, stretching, latihan
kekuatan dan peregangan.
b. Latihan Inti
Latihan inti di sini adalah bentuk latihan yang diteliti untuk dibandingkan.
Bentuk latihan yang dilakukan adalah latihan single multiple jump terhadap
hasil tendangan jauh untuk kelompok eksperimen I, dan latihan double multiple
c. Pelemasan atau Cooling Down
Pelemasan ini ditujukan untuk memulihkan tubuh ke kondisi sebelum latihan,
sehingga ketegangan-ketegangan otot akan berkurang secara berangsur-angsur
ke keadaan semula agar tidak ada keluhan sakit setelah latihan.Selain pelemasan
atau penenangan yang merupakan aktivitas tubuh, penulis mengadakan koreksi
secara klasikal dan secara individual tentang latihan yang telah dilakukan.
4. Tes Akhir
Setelah menjalani latihan selama 4 minggu dengan 14 kali pertemuan, peneliti
mencoba mengambil tes data akhir dan hasil dari tes tersebut sudah menunjukkan
terjadinya perubahan hasil tendangan jauh, sehingga hasil tes tersebut peneliti ambil.
Pada tanggal 14 Agustus 2006 dijadikan tes akhir oleh peneliti, tes akhir yang
dilakukan dalam penelitian ini sama dengan yang dilakukan pada tes awal dengan
tujuan untuk mengetahui hasil yang dicapai oleh tiap-tiap anak dari masing-masing
kelompok setelah melakukan latihan.
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian dan cara mengatasi
Walaupun dalam penelitian telah diusahakan terhindar dari adanya kesalahan,
namun diluar kemampuan peneliti dapat terjadi hal-hal yang mempengaruhi hasil
penelitian. Oleh karena itu penulis akan mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi dan usaha untuk mengatasinya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Faktor kesungguhan hati
Kesungguhan hati dalam melakukan dari tiap-tiap sampel tidak sama sehingga
tiap-tiap anak bersungguh-sunguh dalam melakukan latihan, cara yang ditempuh
adalah dengan mengawasi dan mengontrol subyek dalam melakukan latihan.
b. Faktor pemberian materi
Pemberian materi latihan mempunyai peran besar dalam usaha mencapai hasil
yang baik. Usaha yang ditempuh agar menyampaikan materi latihan kepada anak
dapat diterima dengan baik adalah sebelum latihan dimulai anak diberi petunjuk
secara lisan, setelah itu didemonstrasikan dengan baik agar subyek yang merasa
belum jelas diberi kesempatan untuk bertanya karena dalam pelaksanaan masih ada
kesalahan yang terjadi.
c. Faktor kegiatan anak di luar sekolahan
Selama berlangsung penelitian, kegiatan anak diluar latihan sangat sulit diatasi.
Untuk mengatasi hal itu penulis memberi pengertian kepada anak agar tidak
melakukan kegiatan-kegiatan yang sama diluar penelitian. Hal ini bertujuan untuk
menghidari adanya perbedaan porsi latihan.
d. Faktor kemampuan anak
Setiap anak mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam menangkap
penjelasan dan demonstrasi latihan sehingga kemungkinan melakukan kesalahan
masih ada. Untuk itu selalu diadakan koreksi secara keseluruhan setelah anak
e. Faktor kebosanan
Karena setiap kali pertemuan melakukan latihan loncat saja, jelas ini akan
menimbulkan kebosanan. Untuk mengatasi hal itu, pada saat latihan diberi fariasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Setelah mengadakan penelitian lapangan dari siswa ekstrakurikuler sepakbola
SMA N 8 Semarang diperoleh hasil data yang kemudian akan di masukkan dalam
perhitungan statistik sebagai berikut : N = 15 ; ΣXa = 504,60 ; ΣXb = 530 ; ΣD =
- 25,4 ; Σd = 0,00 ; Σd2 = 75,07 ; MD = -1,69 ; t = 2,827. Mean tes awal kelompok
eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) = 29,44 ; Mean tes awal
kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) = 29,43 ;
Mean tes akhir kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump)
= 35,33 ; Mean tes akhir kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double
multiple jump) = 33,64.
Setelah memperoleh data dari hasil tes akhir dari masing-masing kelompok
eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) dan kelompok eksperimen
II (kelompok eksperimen double multiple jump), maka selanjutnya hasil tersebut
dimasukkan ke dalam persiapan perhitungan statistik. Dari hasil perhitungan tersebut
didapatkan hasil t – hitung sebesar 2,826592 dibulatkan menjadi 2,827. Setelah dicari
nilat t dalam tabel dengan derajat kebebasan (db) 14 dan taraf signifikansi 5 % maka
diperoleh nilai t dalam tabel sebesar 2,145. Sehingga dapat diketahui nilai t hitung
TABEL 2
HASIL PERHITUNGAN THITUNG DAN TTABEL
THITUNG TTABEL HASIL Keterangan
2,827 2,145 2,827 > 2,145 Signifikan
Keterangan :
Db : 14
Taraf Signifikan : 5 %
N (Pasangan Subyek) : 30
Ternyata hasil t hitung lebih besar dari t tabel, berarti hipotesis yang
menyatakan ada pengaruh latihan single multiple jump dan double multiple jump
terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, ditolak. Oleh
sebab itu hipotesis kerja yang menyatakan ada perbedaan pengaruh hasil antara
latihan single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh
dalam permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola
SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007, diterima.
Kemudian untuk mengetahui latihan mana yang lebih baik hasilnya dapat
dilihat dari besarnya nilai mean tes akhir dari masing-masing kelompok, adapun
hasil mean tes akhir dari masing-masing, mean kelompok eksperimen I (kelompok
eksperimen single multiple jump) = 35,33 dan mean untuk kelompok eksperimen II
TABEL 3
PERHITUNGAN MEAN
Kelompok Eksperimen Post – Test Hasil
Eksperimen I
Eksperimen II
35,33
33,64
35,33 > 33, 64 atau M EI > M EII
Berdasarkan hasil antara mean tes akhir kelompok eksperimen I (kelompok
eksperimen single multiple jump) sebesar 35,33 dan kelompok eksperimen II
(kelompok eksperimen double multiple jump) sebesar 33,64. Dengan demikian maka
bentuk latihan single multiple jump lebih baik hasilnya daripada bentuk latihan
double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun
2006/2007.
B. Pembahasan
Hasil tes awal yang dilakukan pada 10 Juli 2006 yang diiukuti oleh 30 orang
yaitu siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang dalam hal
ini dijadikan sampel penelitian, setelah melaksanakan tes awal tendangan jauh
didapatkan hasil sebagai berikut : Mean kelompok eksperimen I (kelompok
eksperimen single multiple jump) = 29,44 dan Mean kelompok eksperimen II
(kelompok eksperimen double multiple jump) = 29,43.
Setelah mendapatkan perlakuan latihan single multiple jump dan double
Agustus 2006 yaitu tes yang sama dengan tes awal yaitu tes tendangan jauh dengan
hasil : Mean kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) =
35,33 dan Mean kelompok eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple
jump) = 33,64. Dari hasil ini didapatkan peningkatan hasil tendangan jauh dari
kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single multiple jump) dan kelompok
eksperimen II (kelompok eksperimen double multiple jump) terbukti dari peningkatan
mean yang didapatkan yaitu : kelompok eksperimen I (kelompok eksperimen single
multiple jump) dari 29,44 menjadi 35,33 dan kelompok eksperimen II (kelompok
eksperimen single multiple jump) dari 29,43 menjadi 33,64.
Dengan terbukti hipotesis kerja I yang menyatakan ” Ada pengaruh latihan
single multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun
2006/2007” dan hipotesis kerja II yang menyatakan ” Ada pengaruh latihan double
multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa
yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007”
Dan hipotesis kerja II yang menyatakan ”Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan
single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam
permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N
8 Semarang Tahun 2006/2007”.
Dilihat dari analisis gerakan, kedua bentuk latihan tersebut di atas adalah sama,
yaitu adanya kontraksi pada otot dimana akan terjadi perubahan panjang otot dan
yaitu loncatan ke depan. Pada kedua latihan tersebut terjadi pendekatan otot dan
pemanjangan otot, dengan demikian kedua latihan tersebut di atas dapat digunakan
untuk meningkatkan kekuatan tungkai sehingga berpengaruh terhadap hasil
tendangan jauh dalam permainan sepakbola.
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini telah terbukti kebenarannya dengan
adanya perubahan hasil tendangan setelah dilakukan pada saat tes akhir dilihat dari
peningkatan mean kedua kelompok eksperimen. Dengan adanya peningkatan hasil
tandangan ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang cukup berarti dari latihan
single multiple jump dan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam
permainan sepakbola pada siswa yang mengikuti ekstrakurikuler SMA N 8 Semarang
Tahun 2006/2007. Dan berdasarkan hasil yang ada ternyata kelompok eksperimen I
yang mendapatkan latihan single multiple jump lebih berpengaruh daripada kelompok
eksperimen II yang mendapatkan latihan double multiple jump terhadap hasil
tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti
ekstra kurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang Tahun 2006/2007.
Hal ini dibuktikan dengan besarnya selisih hasil tendangan dari tes awal dan tes
akhir yang dengan hasil kelompok eksperimen I lebih besar daripada kelompok
eksperimen II. Hal ini dikarenakan latihan single multiple jump memiliki beban yang
lebih berat dibandingkan latihan double multiple jump. Hal itu bisa terjadi karena
latihan single multiple jump lebih menyeluruh pengaruhnya pada tungkai, baik
tungkai bagian atas dan tungkai bagian bawah dikarenakan latihan single multiple
Sebaliknya latihan double multiple jump berpangaruh, tetapi lebih pada tungkai
bagian bawah dikarenakan tolakan tungkai lebih cenderung melakukan gerakan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Ada pengaruh hasil latihan single multiple jump terbukti dengan adanya
peningkatan terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada
siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang
Tahun 2006/2007.
2. Ada pengaruh hasil latihan double multiple jump terbukti dengan adanya
peningkatan terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan sepakbola pada
siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang
Tahun 2006/2007.
3. Ada perbedaan pengaruh hasil antara latihan single multiple jump dan double
multiple jump tebukti dengan perbedaan hasil mean tes akhir antara kelompok
eksperimen I yang mendapatkan latihan single multiple jump lebih baik
daripada hasil mean tes akhir kelompok eksperimen II yang mendapatkan
latihan double multiple jump terhadap hasil tendangan jauh dalam permainan
sepakbola pada siswa kelas dua yang mengikuti ekstrakurikuler SMA N 8
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran
sebagai berikut :
1. Untuk pembina dan pelatih ekstrakurikuler sepakbola SMA N 8 Semarang
dalam usaha meningkatkan hasil tendangan jauh pada siswa ekstrakurikuler
sepakbola SMA N 8 Semarang dianjurkan untuk menggunakan latihan daya
ledak otot tungkai dengan latihan plyometrik yang salah satunya single multiple
jump.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan perbandingan bagi peneliti muda
atau mahasiswa apabila akan mengadakan penelitian yang sejenis dengan