• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Pengawasan Pemilu 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hasil Pengawasan Pemilu 2014"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil

Pengawasan Pemilu 2014

Evaluasi dan Pemberian Penghargaan Pemilu 2014 KPU RI

Hotel Ecovention Ecopark Ancol.

Rabu, 17 Desember 2014 Oleh :

Dr. Muhammad S.IP.,MS.i (Ketua Bawaslu RI)

(2)

Pengantar :

Pemilu 2014, secara umum mengalami kemajuan dibeberapa aspek dibandingkan pemilu sebelumnya,yaitu antara lain ;

1) kesiapan kerangka hukum yang lebih awal terbentuk,

2) kesiapan kelembagaan penyelenggara pemilu yang lebih baik terutama karena tersedianya kerangka hukum undang-undang penyelenggara Pemilu yang telah ditetapkan 3 tahun sebelum Pemilu,

3) kinerja kelembagaan penyelenggara pemilu yang lebih transparan dan menjamin aksesibilitas publik,

4) serta semakin meningkatnya tingkat kesadaran politik dan hukum peserta pemilu dan masyarakat.

Meskipun secara umum terjadi perbaikan kualitas penyelenggaraan Pemilu, namun masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan terutama menyangkut aspek teknis penyelenggaraan Pemilu, performa penyelenggara Pemilu, kinerja penegakan hukum Pemilu, serta kepatuhan peserta pemilu dan masyarakat

(3)

Dalam melaksanakan mandat UU Nomor 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, Bawaslu telah melakukan:

1. Mengidentifikasi dan memetakan potensi rawan tahapan pemilu

2. Menyusun standar Pengawasan Pemilu, khususnya dari sisi teknis berupa panduan/juklak juknis pengawasan setiap tahapan

3. Melakukan pengendalian dan supervisi pelaksanaan pengawasan

4. Melakukan pengawasan pelaksanaan tahapan secara nasional

5. Meneruskan hasil pengawasan dan menyampaikan

rekomendasi hasil pelaksanaan pengawasan kepada pihak- pihak terkait.

(4)

Indeks kerawanan pemilu :

Dalam rangka upaya pencegahan

pelanggaran pemilu, Bawaslu telah membuat peta rawan melalui penyusunan indek

Kerawanan Pemilu dan sistem peringatan dini (early warning system)

hasilnya digunakan untuk menyiapkan

manajemen peringatan dini terhadap adanya kerawanan tersebut baik terhadap pengawas pemilu di daerah maupun terhadap

setakholder pemilu lainnya.

(5)

Indeks kerawanan pemilu (lanjutan):

Pada pemilu 2014 (legislatif dan persiden) ini, Indek kerawanan pemilu (IKP) suatu daerah diformulasikan berdasarkan tiga (3) aspek indikator pengukuran, yaitu :

1. Aspek Dampak Elektoral, mengukur besarnya potensi berpindahnya kursi jika indikasi suara fiktif dimanfaatkan oleh calon lain.

2. Aspek akses pengawasan, yaitu mengukur kemudahan terhadap akses pengawasan dengan menggunakan data PODES 2011

3. Aspek potensi money politik yang diukur dengan

menggunakan variabel kesejahteraan/kemiskinan sebagai sebuah pendekatan, dengan pemikiran bahwa semakin miskin semakin mudah menerima uang pengganti suara

(6)

Indeks kerawanan pemilu (lanjutan):

Dengan adanya Indek kerawanan pemilu (IKP), Bawaslu memiliki langkah-langkah antisipatif terhadap kemungkinan atas kerawanan pemilu tersebut.

Data IKP menjadi input dalam melakukan pengawasan setiap tahapan pemilu,

terutama pada tahapan kampanye, distribusi logistik, pemungutan dan

penghitungan suara serta rekapitulasi

suara.

(7)

pemilu legislatif

Tahapan pendaftaran dan penetapan peserta pemilu :

problem teknis verifikasi administrasi dan faktual calon peserta pemilu dari partai politik yang menyebabkan keluarnya rekomendasi perbaikan dan verifikasi ulang atas calon peserta pemilu.

Kurangnya pengakuan dari KPU yang cenderung mengabaikan rekomendasi dan keputusan Bawaslu atas permohonan sengketa Tata Usaha Negara, mengakibatkan Bawaslu RI menempuh jalur laporan dugaan pelanggaran kode etik kepada KPU terkait dengan “pengabaian” KPU terhadap rekomendasi dan keputusan Bawaslu RI.

(8)

pendaftaran dan penetapan peserta pemilu (lanjutan) :

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh partai politik untuk ditetapkan sebagai peserta pemilu adalah memiliki

kepengurusan di 50% (lima puluh persen) jumlah kecamatan di kabupaten/kota yang bersangkutan. Ketentuan ini (pasal 8, uu no 8 tahun 2012) merupakan acuan dasar dan utama untuk menentukan eligibilitas parpol untuk menjadi peserta pemilu.

Namun, ketentuan pasal 8 ini tidak diterjemahkan secara utuh oleh pasal 15 yang merupakan pengaturan tentang jenis-jenis dokumen yang harus didaftarkan sebagai bukti keterpenuhan persyaratan. Hal ini menjadi sumber permasalahan hukum, karena pasal 15 yang seharusnya mencantumkan seluruh dokumen pendukung/bukti keterpenuhan persyaratan sebagaimana diatur pasal 8, tetapi ternyata Pasal ini tidak memasukkan salah satu bukti dokumen struktur kepengurusan partai di tingkat kecamatan dalam pasal 15 huruf b.

(9)

Tahapan pendaftaran pemilih :

upaya KPU dalam membangun sistem pemutakhiran data pemilih secara tertib,

transparan, dan akuntabel, melalui penerapan system teknologi informasi (Sidalih) serta

pembukaan akses kepada masyarakat untuk melakukan pengecheckan secara online

belum mampu mengikis ghost voters.

Peran pemerintah sebagai pemasok input data, dan juga fasilitasi pemerintah dalam penyediaan dana pemilu dinilai turut

berkontribusi dalam menciptakan

kesemrawutan dalam pengelolaan DPT.

(10)

Pendaftaran pemilih (lanjutan):

Hasil pengawasan Bawaslu dan jajarannya banyak

menemukan ketidakakuratan data pemilih di daftar pemilih yang telah disusun oleh PPS secara berjejang hingga

ditetapkan di tingkat KPU RI.

Melalui berbagai metode pengawasan baik melalui audit dokumen, yang dikombinasikan dengan list to voters audit, maupun pengawasan langsung menghasilkan temuan

dugaan pelanggaran yang mencapai 913 temuan dan 74 laporan pelanggaran.

Di samping itu, hasil pengawasan ini juga menemukan banyaknya ketidakakuratan data pemilih yang

mengharuskan Bawaslu untuk mengeluarkan beberapa rekomendasi penundaan penetapan daftar pemilih dan perbaikan daftar pemilih. Hal ini menyebabkan proses ini kurang dapat berjalan sebagaimana yang dijadwalkan

(terjadi penundaan. perubahan dan perbaikan penetapan DPT hingga 3 kali)

(11)

Tahapan Pencalonan

anggota DPR, DPD dan DPRD :

secara umum terdapat permasalahan menyangkut ketelitian, ketegasan policy, serta transparansi proses verifikasi data persyaratan calon yang dilakukan oleh KPU.

Ketidakkonsistenan KPU dalam menerapkan peraturan perundang – undangan hingga ke petunjuk teknis,

mengakibatkan petugas verifikator tidak secara ketat menerapkan aturan karena adanya berbagai

kelonggaran yang berasal dari kebijakan internal KPU. Hal ini pada akhirnya menyebabkan buruknya kualitas

dokumen persyaratan administrasi bakal calon Anggota DPR.

Di sisi lain terdapat permasalahan di tingkat peserta pemilu, dimana kualitas dokumen kelengkapan

administrasi Bakal Calon Anggota DPR, untuk seluruh Partai Politik dianggap masih buruk.

(12)

Tahapan kampanye :

Penyelenggaraan tahapan kampanye secara umum berjalan lancar.

Namun terdapat beberapa permasalahan baik dalam aspek penyelenggaraan tahapan

kampanye maupun hambatan dalam

penyelenggaraan pengawasan kampanye.

permasalahan tersebut meliputi tidak sinkronnya jadwal kampanye rapat umum antara yang

disusun oleh KPU pusat dengan yang disusun

pada KPU Provinsi maupun kabupaten/kota yang

berdampak pada pemenuhan unsur fairness bagi

seluruh peserta pemilu yang tidak terpenuhi,

(13)

Tahapan kampanye :

masih maraknya penggunaan fasilitas negara antara lain dalam bentuk penggunaan dana bantuan social untuk kampanye, hingga

penggunaan kendaraan-kendaraan dinas untuk kampanye,

komunikasi dan koordinasi antar penyelenggara pemilu yakni KPU dan Pengawas Pemilu juga

masih belum optimal, padahal komunikasi ini mejadi salah satu kunci utama keberhasilan penyelenggaraan dan pengawasan kegiatan kampanye pemilu.

Dalam proses pengawasan tahapan ini, Bawaslu menemukan 3454 dugaan pelanggaran, dan

menerima 373 laporan dugaan pelanggaran

kampanye

(14)

Dana kampanye :

Terkait dana kampanye, telah ada terobosan penting yaitu meliputi: a) pengaturan tentang laporan dana kampanye secara periodik, b)

pengkategorian sumbangan dari keluarga calon sebagai sumbangan pihak ketiga, dan c)

publikasi laporan dana kampanye melalui website KPU.

Terobosan ini patut diapresiasi karena bermaksud mendorong transparansi yang lebih baik.

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa

permasalahan yang ditemukan dalam proses

pengawasan oleh Bawaslu.

(15)

Dana kampanye (lanjutan) :

Permasalahan tersebut diaataranya; problematika di tingkat peraturan teknis pelaporan dana kampanye yang kurang jelas, multi-tafsir, dan bentuk-bentuk formulir laporan yang kurang mencerminkan akuntabilitas laporan dana

kampanye. di sisi lain terdapat problematika di tingkat peserta Pemilu menyangkut kepatuhan dan akuntabilitas laporan.

contoh kecenderungan ini antara lain, partai dalam

menyerahkan laporan dana kampanye cenderung pada batas akhir waktu dalam menyerahkan laporan dana

kampanye tahp II yakni tanggal 2 Maret 2014 meskipun jangka waktu sudah dibuka sejak 11 januari 2013.

Pembukaan rekening khusus yang semestinya dilakukan sejak masa kampanye pasca 3 hari ditetapkan sebagai peserta pemilu, namun ternyata baru dilakukan menjelang akhir tahun 2013 contoh di salah satu parpol di labuhan batu, sumut baru bulan Desember 2013.

(16)

Dana Bansos :

Belanja Bansos memiliki potensi disalahgunakan untuk

kampanye para Menteri yang menjadi calon anggota DPR , DPD dan DPRD Tahun 2014.

Beberapa modus :

Pada saat pemberian/Penyerahan Bansos diikuti dengan pemasangan atribut Partai politik peserta Pemilu;

Bansos diberikan kepada basis pendukung Partai politik peserta Pemilu (Parpol dari Menteri);

Acara serah terima Bansos bersamaan dengan kegiatan Partai politik peserta Pemilu;

Pada saat menjelang hari H Pemilu, intensitas

penyelenggaraan kegiatan Kementerian dan perjalanan dinas meningkat pada lokasi Dapil-Dapil Menteri yang bersangkutan;

Pada saat menjelang hari H Pemilu, intensitas peninjauan lokasi dan peninjauan bantuan meningkat pada lokasi Dapil- Dapil Menteri yang bersangkutan.

(17)

Dana Bansos (lanjutan) :

Hasil pengawasan :

Alokasi anggaran Bansos mengalami kenaikan sangat signifikan pada tahun 2013 dan 2014,

khususnya di Dapil para Menteri yang memiliki alokasi dana bansos. Kondisi ini menjadi rawan dugaan

penyalahgunaan dana Bansos untuk kepentingan kampanye Pemilu, karena tahun 2013 adalah tahun persiapan Pemilu dan 2014 adalah tahun Pemilu;

Bawaslu kesulitan untuk memperoleh akses data- data Pokmas penerima alokasi Bansos sehingga muncul dugaan hal ini sengaja ditutupi oleh pihak- pihak yang berkepentingan yang berniat

menyalahgunakan alokasi dana bansos tersebut;

(18)

Dana Bansos (lanjutan) :

Berdasarkan hasil audit dan investigasi yang dilakukan, Bawaslu tidak menemukan adanya penjelasan kajian akademis atau dokumen

perencanaan yang menjelaskan alasan kenaikan signifikan di dapil-dapil para menteri yang memiliki alokasi dana bansos tersebut;

Tidak semua Kementerian memiliki alokasi dana

bansos, tetapi banyak bantuan-bantuan lain berupa program dan kegiatan yang rawan disalahgunakan yang kemudian sering dilakukan di dapil-dapil

menteri tersebut seperti kegiatan rapat-rapat yang

intensitas nya menjadi tinggi pada saat hari-hari

menjelang pemungutan suara;

(19)

Tahapan pengadaan Logistik :

Pada aspek penyiapan logistic pemilu, hasil pengawasan

Bawaslu menunjukkan masih adanya masalah dalam 3 aspek baik di ranah pengadaan, produksi dan distribusi yang

bedampak pada PSU dan PSL.

pertama aksesibilitas untuk pengawasan, dimana KPU maupun perusahaan pelaksana proyek belum sepenuhnya membuka akses produksi dan distribusi untuk kepentingan pengawasan.

Kedua, aspek transparansi. Perusahaan tidak sepenuhnya terbuka akses dalam proses produksi dan distribusi

Ketiga aspek akuntabilitas hasil pekerjaan, masih terdapat

permasalahan terutama dalam produksi surat suara, formulir dan tinta, yang kualitas maupun jumlahnya banyak yang tidak sesuai dengan ketentuan. Di samping itu dalam pembuatan surat suara terdapat persoalan lain yang terimbas dari kekisruhan daftar pemilih.

Problem dalam penyusunan daftar pemilih membuat proses pengadaan surat suara menjadi rumit dan menghadapi

ketidakpastian terutama menyangkut jumlah surat suara yang akan dicetak oleh perusahaan.

(20)

Tahapan Pemungutan- penghitungan suara :

Pada tahapan ini, terlihat upaya KPU dalam

mengembangkan inisiatif instrument transparansi dalam penghitungan suara melalui upload scan C1 yang membuka ruang bagi masyarakat untuk turut terlibat mengawasi dan memeriksa akurasi hasil penghitungan suara.

Namun demikian, masih ditemukan munculnya

permasalahan klasik antara lain kesalahan distribusi surat suara, keterlambatan penyelenggaraan

pemungutan suara di beberapa daerah, serta kinerja beberapa penyelenggara pemungutan suara di daerah yang kurang sesuai dengan prosedur.

(21)

Pemungutan dan penghitungan suara (lanjutan):

Sementara problematika lainnya yang ditemukan selama pengawasan adalah masih maraknya

pelanggaran pemilu, berupa manipulasi perolehan suara, penggunaan sisa surat suara untuk dicoblos guna menambah perolehan suara peserta pemilu tertentu, politik uang, dan mobilisasi pemilih.

Setidaknya ada 190 temuan dugaan pelanggaran

dihasilkan dari proses pengawasan terhadap tahapan ini, dimana jumlah temuan ini tidak sebanyak temuan pada tahapan lainnya karena Bawaslu dan

jajarannya lebih banyak mengoptimalkan kerja-kerja pencegahan dan pemberian respon cepat terhadap potensi pelanggaran yang muncul.

(22)

Rekapitulasi perolehan suara :

pelaksanaan tahapan ini diwarnai berbagai keberatan dari peserta Pemilu, dan juga Pengawas Pemilu.

Permasalahan utama yang menjadi pemicunya adalah kesesuaian data pemilih dan pengguna hak pilih terutama yang masuk dalam kategori pemilih khusus tambahan,

perbedaan dalam perhitungan dan rekapitulasi perolehan suara, serta sikap KPU dalam merespon keberatan saksi dan pengawas pemilu yang dalam beberapa kasus kurang

memadai.

Berbagai permasalahan ini mengharuskan Bawaslu untuk mengambil beberapa tindakan penting antara lain :

mengeluarkan rekomendasi rekapitulasi ulang di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota, hingga penghitungan suara ulang di beberapa TPS. Di tingkat pusat saja, Bawaslu RI mengeluarkan 17 rekomendasi kepada KPU RI.

(23)

Pemilu luar negeri :

hasil pengawasan Bawaslu RI dan jajaran Panwas Luar Negeri menunjukkaan masih eksisnya beberapa problematika klasik yakni buruknya kualitas daftar pemilih, keterlambatan distribusi surat suara, serta pemungutan suara melalui dropbox.

Persoalan daftar pemilih terjadi hampir merata di 29 negara yang diawasi oleh Panwas LN, yang secara umum disebabkan oleh kualitas data mentah WNI di luar negeri yang kurang

memadai.

Problematika distribusi logistik pemilu menjadi masalah penting terutama di Negara-negara yang lebih banyak menggunakan metode pemberian suara melalui pos seperti di Negara-

negara Eropa dan Amerika, dimana keterlambatan ini

berimplikasi kepada keterlambatan pengiriman surat suara kepada pemilih melalui pos.

Permasalahan dalam pemungutan suara menggunakan

dropbox lebih banyak didominasi oleh persoalan prosedural yang kurang dipatuhi, termasuk dalam penentuan zonasi wilayah yang akan menggunakan drop box.

(24)

Pemilu presiden & Wakil Presiden :

Tahapan pendaftaran dan penetapan calon peserta pemilu :

Calon peserta pemilu hanya 2 pasangan calon. Meskipun secara hukum tidak

bermasalah, namun secara politik berpotensi meningkatkan fragmentasi politik karena

kekuatan politik terkristalisasi hanya dalam 2 kubu.

Indikasi ini cukup terlihat dalam pelaksanaan

tahapan kampanye dan rekapitulasi suara.

(25)

Pendaftaran pemilih :

Pelaksanaan tahapan penyusunan daftar pemilih,sistem pemutakhiran data pemilih berbasis IT (Sidalih) semakin mengalami perbaikan yang signifikan, mengingat bahwa daftar pemilih dalam Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD menjadi data dasar yang dimutakhirkan. Namun demikian belum mampu mengikis masalah ghost voters, kelengkapan administrasi pemilih.

Hasil pengawasan Bawaslu dan jajarannya banyak

menemukan ketidakakuratan data pemilih di daftar pemilih yang telah disusun oleh PPS secara berjejang hingga

ditetapkan di tingkat KPU RI.

Melalui berbagai metode pengawasan baik melalui audit dokumen, yang dikombinasikan dengan list to voters audit,

maupun pengawasan langsung menghasilkan temuan dugaan pelanggaran.Pengawasan ini juga menemukan banyaknya

ketidakakuratan data pemilih (“fraud”) yang mengharuskan Bawaslu untuk mengeluarkan beberapa rekomendasi

perbaikan daftar pemilih.

(26)

Kampanye :

Penyelenggaraan tahapan kampanye pilpres, diwarnai oleh fenomena maraknya kampanye hitam baik melalui media cetak maupun media elektronik terutama media sosial.

Keterbatasan peraturan perundang-undangan dalam menjangkau pelaku kampanye tidak resmi, dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk melakukan kampanye secara tidak sehat dan bahkan cenderung memicu disitegritas.

kampanye di media penyiaran juga berjalan dengan mengabaikan ketentuan hukum dan bahkan cenderung mengabaikan hak-hak publik untuk mendapatkan informasi yang layak dan berimbang.

Adanya Konglomerasi media yang dipadu dengan

keberpihakan politik pemilik media serta ditambah dengan lemahnya kerangka hukum, menyebabkan tersisihnya hak publik tersebut.

(27)

Dana Kampanye :

Terkait dana kampanye, meskipun secara prosedural peserta pemilu telah

menyampaikan laporan dana kampanye yang dipergunakan, namun laporan tersebut belum mampu mencerminkan fakta penerimaan dan belanja kampanye yang secara kasat mata dapat dibaca oleh publik.

Perangkat hukum pelaporan dana kampanye yang disusun oleh KPU belum mampu

mendorong terwujudnya laporan dana

kampanye yang akuntabel.

(28)

Pemungutan dan

penghitungan suara :

penyelenggaraan tahapan pemungutan dan

penghitungan suara, KPU masih mempertahankan instrument transparansi dalam penghitungan suara dengan upload scan C1, telah mampu membuka ruang bagi masyarakat untuk turut terlibat mengawasi dan memeriksa akurasi hasil penghitungan suara.

Problematika yang ditemukan dalam tahapan

pemungutan dan penghitungan suara masih sama dengan pemilu legislatif yaitu ; masih maraknya

pelanggaran pemilu n berupa manipulasi perolehan

suara, penggunaan sisa surat suara untuk dicoblos guna menambah perolehan suara peserta pemilu tertentu, ketidaknetralan petugas dan adanya mobilisasi pemilih.

(29)

Rekapitulasi perolehan suara :

Dalam penyelenggaraan tahapan rekapitulasi perolehan suara, diwarnai oleh berbagai keberatan dari peserta Pemilu, dan juga Pengawas Pemilu.

Permasalahan utama yang menjadi pemicunya adalah kesesuaian data pemilih dan pengguna hak pilih terutama yang masuk dalam kategori pemilih khusus tambahan

(DPKTb), perbedaan dalam perhitungan dan rekapitulasi perolehan suara, serta sikap KPU dalam merespon

keberatan saksi dan pengawas pemilu yang dalam beberapa kasus terlihat kurang memadai.

Walk outnya pasangan calon Prabowo-Hatta karena

merasa ‘belum’ diakomodasi keberatannya oleh KPU atas masalah-masalah tersebut

Bawaslu telah mengeluarkan rekomendasi setiap terjadi permasalahan dan telah ditindaklanjuti oleh KPU

(30)

Pilpres di Luar negeri :

Hasil pengawasan Bawaslu RI dan jajaran Panwas Luar Negeri menunjukkaan masih eksisnya beberapa problematika terkait buruknya kualitas daftar

pemilih, keterlambatan distribusi surat suara, serta pemungutan suara melalui dropbox.

Persoalan daftar pemilih terjadi hampir merata di 29

negara yang diawasi oleh Panwas LN, yang secara

umum disebabkan oleh kualitas data mentah WNI di

luar negeri yang kurang memadai.

(31)

Catatan rekomendasi :

perlunya untuk mereview system pendaftaran pemilih dari periodic voter registrationsystems menjadi

continuous voter registration systems, untuk

mengefisienkan proses pendataan pemilih di masa mendatang.

Penerapan periodic voter registration systems ini perlu diikuti dengan pemberian kewenangan secara

penuh kepada KPU untuk melakukan pemeliharaan

data pemilih secara berkesinambungan.

(32)

Catatan rekomendasi (lanjutan) :

Hendaknya seluruh instansi Pemerintah yang berhubungan dengan data kependudukan diwajibkan untuk melaporkan perkembangan data kependudukan yang dimilikinya secara regular kepada KPU.

Untuk meminimalisir potensi masalah dalam pelaksanaan pleno rekapitulasi, sebaiknya pelaksanaan pleno rekapitulasi hanya

dilakukan di tingkat KPU Kab/Kota, KPU

Provinsi dan KPU.

(33)

Catatan rekomendasi (lanjutan) :

perlunya perbaikan system penegakan hukum pemilu dengan mengkaji ulang efektifitas

penggunaan pendekatan penghukuman secara pidana terhadap pelanggaran pemilu dan

mempertimbangkan penggunaan pendekatan penghukuman secara administrative,

perbaikan system rekapitulasi suara dengan merumuskan pola rekapitulasi yang lebih

sederhana dan efisien.

(34)

Catatan rekomendasi (lanjutan) :

Terkait dengan manajemen penyelenggaraan Pemilu, agar KPU meningkatkan transparansi dan aksessibilitas data dan informasi, meningkatkan sosialisasi yang

massif dan berulang-ulang kepada seluruh peserta pemilu dan masyarakat.

terkait dengan peningkatan kinerja pengawasan pemilu, mencakup perlu pengawas pemilu

mengembangkan berbagai metode pengawasan

yang lebih kreatif dan sesuai dengan kebutuhan untuk mengawasi tahapan pemilu, meningkatkan program- program peningkatan kapasitas pengawasan pemilu, serta mengoptimalkan kerja sama pengawasan

dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait.

(35)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian isolasi mikroba dari alam, yaitu dari air isi ulang, apusan kulit tangan, dan apusan lidah dengan menggunakan media yang spesifik (MSA dan MCA), dapat

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat diketahui tingkat pemahaman mahasiswa Akuntansi Universitas Narotama terhadap Kode

8.4.2 Menentukan teknik dan bentuk instrumen penilaian hasil belajar yang tepat dan sesuai untuk materi pelajaran yang diampu, baik untuk ranah sikap, pengetahuan maupun

Setelah dihasilkan LKS berbasis pendekatan saintifik yang menggunakan model discovery learning pada materi Penurunan tekanan uap dan kenaikan titik didih larutan yang telah

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

1) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001:2000 menujukan bahwa kebijakan,

Penelitian lain juga di lakukan oleh Donel tahun 2011, menhasilkan aplikasi objek wisata yang ada di kabupaten Kuantan Sangingi, aplikasi yang di bangun dengan

Sebelum Perlakuan Diberikan: Menyiapkan instrumen berupa skala kontrol diri dalam menggunakan internet , dan menyiapkan media yang diperlukan saat pemberian