• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESELAMATAN ANGKUTAN BUS DI KABUPATEN GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KESELAMATAN ANGKUTAN BUS DI KABUPATEN GARUT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1217

KESELAMATAN ANGKUTAN BUS DI KABUPATEN GARUT

Ida Farida

Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil UNPAr Sekolah Tinggi Teknologi Garut

Jl. Merdeka No.30 Bandung

Jl. Mayor Syamsu No 1 Tarogong Kidul Garut idafarida@sttgarut.ac.id

Wimpy Santosa

Universitas Katolik Parahyangan Bandung Jl. Merdeka No. 30 Bandung

wimpy@unpar.ac.id

Abstract

Transportation movement requires adequate facilities. Government regulations ensure safety through RUNK and the Road Safety Decade Action Plan. The purpose of the study was to know the involvement of vehicles and the causes of bus traffic accidents. The methodology used is the qualitative approach, with road traffic accident data for 5 years from Garut Police, linked with long term target of road safety. The object of research is public bus transportation in Garut. The results showed motorbike resulted in the highest traffic accident equal to 71.3%, and bus transportation by 3.5%. In achieving the 20% RUNK target in 2011-2015, the decrease of a fatal accident in Garut is 67.6%. Conclusion obtained the number of accidents year 2013-2015 has increased 54.6%, decrease from 2015-2017 by 69%. Human factors influence the cause of the dominant accidents.

Target in fatal decline can be achieved, but the safety of the bus remains a concern, so as not to trigger the possibility of increased accidents. So that the implementation of public transport safety management system needs to be developed to minimize accidents.

Keywords: traffic safety, traffic accidents, bus transportation, fatal accidents.

Abstrak

Pergerakan transportasi memerlukan sarana yang memadai. Peraturan pemerintah menjamin keselamatan melalui RUNK dan Rencana Aksi Dekade Keselamatan Jalan. Tujuan studi mengetahui ketelibatan kendaraan dan penyebab kecelakaan lalu lintas angkutan bus. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan data kecelakaan lalu lintas jalan selama 5 tahun dari pihak kepolisian Garut, dihubungkan dengan target jangka panjang penyelenggaraan keselamatan jalan. Objek penelitian adalah angkutan publik bus di Garut. Hasil menunjukkan sepeda motor mengakibatkan kecelakaan lalu lintas tertinggi sebesar 71,3%, dan angkutan bus sebesar 3,5%. Dalam pencapaian target RUNK 20% di tahun 2011-2015, penurunan kecelakaan fatal di Garut sebesar 67,6%. Simpulan didapatkan jumlah kecelakaan tahun 2013-2015 mengalami peningkatan 54,6%, penurunan dari tahun 2015-2017 sebesar 69%. Penyebab kecelakaan dominan dipengaruhi faktor manusia. Target dalam penurunan fatal mampu dicapai, namun keselamatan bus tetap menjadi perhatian, agar tidak memicu kemungkinan naiknya kecelakaan. Sehingga penerapan sistem manajemen keselamatan angkutan umum perlu dikembangkan untuk meminimalisir kecelakaan.

Kata kunci: keselamatan lau lintas, kecelakaan lalu lintas, angkutan bus, kecelakaan fatal

(2)

1218 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keselamatan lalu lintas jalan saat ini menjadi suatu hal yang sangat penting dan strategis, karena melibatkan unsur keselamatan jiwa manusia. Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2016 sebanyak 64 kejadian kecelakaan lalu lintas jalan (Saputra, 2017). Menindaklanjuti permasalahan keselamatan dan kecelakaan lalu lintas tersebut Pemerintah mengeluarkan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK 2011-2035) dan ditindaklanjuti dengan Instruksi Presiden RI Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan Dunia 2011-2020. Target program RUNK, di antaranya, adalah menurunkan tingkat kematian korban kecelakaan lalu lintas hingga 80%, dengan 7 arah pencapaian di tahun 2035 yang dihubungkan dengan 5 pilar keselamatan jalan dalam Dekade Aksi Keselamatan.

Salah satu sasaran Dekade Aksi Keselamatan adalah keselamatan transportasi publik. Transportasi publik adalah salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif, merupakan layanan transportasi bersama, dan termasuk angkutan umum perkotaan dan angkutan umum antar kota (Janić, 2017). Sehingga jalur transportasi publik/ bus berperan penting dalam menyediakan layanan transportasi umum perkotaan (Shen, 2014).

Sarana transportasi angkutan bus di Garut bertujuan untuk memfasilitasi warga Garut atau pun warga luar Garut untuk bepergian ke luar kota ataupun lintas provinsi menggunakan jasa tranportasi bus. Angkutan bus yang ada terdiri dari berbagai perusahaan pelaku bisnis, yang bersaing ketat dalam mencari penumpang, sehingga faktor keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penumpang kurang mendapat perhatian. Dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan angkutan bus, maka pada tahun 2012 tahun KNKT merekomendasikan penanganan keselamatan lalu lintas jalan kepada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. Rekomendasi tersebut mencakup pelaksanaan pengujian berkala kendaraan bermotor sesuai ketentuan yang berlaku lulus uji

(3)

1219

(kir), memeriksa kembali kendaraan terutama angkutan umum, memberikan pembinaan terhadap awak mobil bus tentang keamanan, keselamatan, kesehatan, dan disiplin berlalulintas, memperhatikan serta meningkatkan sistem perawatan berkala dan perbaikan terhadap kendaraan bermotor yang dioperasikan dengan menugaskan pegawai yang memiliki kompetensi terkait (KNKT, 2012).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keterlibatan kendaraan dan penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas angkutan bus. Studi ini difokuskan pada tinjauan tingkat keselamatan angkutan bus di Kabupaten Garut.

Manfaat studi ini, secara khusus adalah berupa tinjauan kecelakaan yang terjadi pada angkutan bus diKabupaten Garut. Selain itu agar dihasilkan masukan bagi pihak pemangku kebijakan atas pelaksanaan transportasi publik khususnya angkutan bus.

Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Metoda ini melakukan observasi, wawancara, pengumpulan data kecelakaan lalu lintas jalan selama 5 tahun (2013-2017) dari kepolisian Garut, dan mengumpulkan informasi mengenai beberapa masalah yang terkait dengan keselamatan penggunaan angkutan bus yang melayani perjalanan antar kota.

Objek penelitian yang digunakan adalah survei dengan sampel transportasi publik pada jenis kendaraan mobil bus (otobis, microbus, dan minibus) yang teregister di Kabupaten Garut. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kabupaten Garut tahun 2015, jumlah mobil bus yang terdaftar beroperasi adalah sebanyak 1.052 unit.

(4)

1220 Tinjauan Pustaka

Merujuk Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda. Mengingat besarnya kerugian yang diakibatkannya, kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang membutuhkan penanganan serius.

Keselamatan jalan sangat penting di setiap negara karena mempengaruhi dimensi ekonomi dan sosial pembangunan berkelanjutan (Cioca & Ivascu, 2017).

Beberapa masalah utama keselamatan transportasi jalan adalah masih tingginya angka kecelakaan, tingginya pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya sepeda motor, belum adanya budaya keselamatan jalan, penanganan kecelakaan transportasi yang bersifat reaktif, belum dioptimalkan pemanfaatan teknologi untuk mengantisipasi gangguan eksternal terhadap keamanan transportasi, dan belum adanya Dewan Keselamatan Transportasi Jalan.

Untuk memastikan bahwa seluruh aspek dalam penyelenggaraan keselamatan jalan tertangani secara baik, maka disusun Rencana Aksi Dekade Keselamatan Jalan. Rangkaian kerangka kerja terbagi dalam 5 pilar, yaitu manajemen keselamatan jalan, jalan dan mobilitas yang berkeselamatan, kendaraan yang berkeselamatan, pengguna jalan yang berkeselamatan, dan tanggap darurat pascakecelakaan. Keselamatan angkutan publik, terdapat pada pilar III, tetang kendaraan yang berkeselamatan yang berfokus pada Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum.

Sesuai dengan Undang Undang Nomor. 22 Tahun 2009 bahwa upaya peningkatan keselamatan jalan yaitu melalui manajemen dan rekayasa lalu lintas yang dilaksanakan untuk mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Keselamatan jalan salah satunya dipengaruhi oleh pergerakan lalu lintas bus dengan ukuran bus yang cukup besar membuat jarak pandang menjadi terhalang (Haryati, 2017). Oleh karena itu, tinjauan keselamatan angkutan bus diharapkan dapat mengurangi potensi kecelakaan yang terjadi.

(5)

1221

Target jangka panjang penyelenggaraan keselamatan jalan Indonesia akan dicapai secara inkremental. Pencapaian dibuat menjadi target 5 tahunan yang dijabarkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Target Penurunan Tingkat Fatalitas

Periode Sasaran

2010 (baseline) 0%

2011-2015 20%

2016-2020 50%

2021-2025 65%

2026-2030 75%

2031-2035 80%

Sumber: Bappenas, 2012

Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh tiga faktor yang berbeda, yaitu manusia, kendaraan, serta kondisi jalan dan lingkungan (Soehodho, 2016). Salah satu faktor penyebab tingginya jumlah kecelakaan lalu lintas jalan adalah pertumbuhan kepemilikan kendaraan, terutama kepemilikan kendaraan sepeda motor (Sugiyanto, dkk, 2014). Pertambahan volume kendaraan setiap tahunnya yang tidak sesuai daya tampung jalan seiring dengan bertambah parahnya kemacetan membuat pengendara cenderung melakukan pelanggaran lalu lintas jalan, yang berpotensi terjadinya kecelakaan (Hidayati dan Hendrati, 2016).

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingginya jumlah kecelakaan adalah faktor manusia, di antaranya karena rendahnya tingkat kedisiplinan dari pengguna jalan dalam berlalulintas. Perilaku merupakan respon manusia (faktor internal) akibat adanya stimulus dari luar (faktor eksternal). Perilaku terbagi dalam tiga domain yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan (Hidayati & Hendrati, 2016).

Selain itu, dengan buruknya pertumbuhan infrastruktur jalan (rangsangan jalan yang berkurang), transportasi umum yang buruk, dan fenomena buruk kepemilikan dan penggunaan sepeda motor, juga merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam keselamatan jalan. Faktor lain yang diduga penyebab kenaikan kecelakaan lalu lintas adalah layanan transportasi umum. Bentuk angkutan umum yang paling umum di sebagian besar kota di Indonesia adalah bus, yang sistemnya berkisar dari kecil hingga besar. Namun pelayanan bus sering kali tidak dapat diandalkan, tidak nyaman, dan berbahaya (Wright, 2015).

(6)

1222

Transportasi publik (angkutan massal) adalah sistem transportasi yang dirancang untuk memindahkan orang dengan jumlah besar keberbagai tujuan (Eysenbach, 2011). Secara umum, kota-kota dibagi menurut jenis angkutannya berupa angkutan individu dan angkutan massal, angkutan masal di kota kecil pada umumnya memakai angkutan bus.

Menurut Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2017, Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, bus adalah kendaraan bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih dari 8 orang termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 kilogram. Bus terdiri dari beberapa daerah operasional, yaitu antar kota, antar provinsi, dan antar pulau. Bus berupa angkutan publik, sebagai bagian dari sistem transportasi perkotaan. Bus merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat kota dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam melayani transportasi perkotaan yang memberi kemudahan bagi masyarakat untuk melaksanakan aktifitasnya di semua lokasi yang berbeda dan tersebar di wilayah.

Peranan bus sebagai angkutan publik sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Angkutan penumpang bus yang aman, selamat, dan tertib merupakan bagian penting dan sebagai tujuan utama dalam penyelenggaraan angkutan. Agar bus dapat melayani sesuai yang diharapkan, maka diperlukan pengemudi angkutan umum yang berkeselamatan, peningkatan pendidikan dan sosialisasi keselamatan transportasi darat, peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya keselamatan jalan (Ditjen Perhub, 2017). Salah satu penanggulangan yang dilakukan adalah memperbaiki transportasi publik yang ditujukan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas.

Seperti halnya yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 bahwa perusahaan angkutan umum wajib membuat, melaksanakan, dan menyempurnakan sistem manajemen keselamatan dengan berpedoman pada rencana umum keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017, Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum.

(7)

1223

Kualitas keselamatan dalam berkendara didukung oleh faktor manusia, kendaraan yang memadai, dan lingkungan yang aman. Faktor manusia meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan kompetensi/ pengalaman mengemudi. Salah satunya adalah kompetensi pengemudi, sesuai dengan Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum yang mampu memberikan pelayanan yang baik diperlukan adanya standar kopmetensi bagi pengemudi angkutan umum.

Faktor kendaraan di antaranya kondisi internal, yaitu perawatan pada rem, kondisi ban, kaca spion, lampu utama, lampu sein, sabuk pengaman, klakson, kaca kendaraan. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah pengujian kendaraan bermotor (Rifal, 2015). Langkah tersebut sesuai dengan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 bahwa kendaraan bermotor, kereta gandengan, dan kereta tempelan yang di impor, dibuat, dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di jalan wajib dilakukan pengujian.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 bahwa pengujian dilakukan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan, menjaga kelestarian lingkungan, dan pelayanan umum. Manfaat yang diharapkan dari pengujian kendaraan tersebut, antara lain untuk mencegah dan atau memperkecil terjadinya kecelakaan, gangguan lingkungan sekitar, dan kerusakan berat. Upaya yang dilakukan dengan melakukan pengujian berkala kendaraan bermotor, dengan masa berlaku uji berkala selama 6 bulan.

DATA DAN PEMBAHASAN

Jumlah kecelakaan lalu lintas jalan di Kabupaten Garut per tahun dapat dilihat pada Gambar 1. Jumlah kecelakaan yang terjadi dari tahun 2013 sampai tahun 2015 mengalami peningkatan. Peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebesar 60,5%, dari tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 14,2%. Pada tahun 2015 sampai tahun 2017 terjadi penurunan dari tahun 2015 sampai 2016 penurunan sebesar 10,7% dan dari tahun 2016 sampai tahun 2017 penurunan sebesar 2,6%.

(8)

1224 Sumber: Satlantas Polres Garut, 2018

Gambar 1 Jumlah dan Proporsi Tren Kecelakaan Lalu Lintas selama 5 Tahun

Total kecelakaan lalu lintas jalan di Kabupaten Garut (2013-2017) mencapai 2.099 kasus, dengan jumlah kecelakaan tertinggi pada tahun 2015 mencapai 524 kasus dan terendah pada tahun 2013 yaitu 286 kasus. Berdasarkan data tersebut jumlah kecelakaan di Garut dari tahun 2015 sampai tahun 2017 mengalami tren penurunan jumlah kecelakaan.

Kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya faktor kendaraan. Keterlibatan kendaraaan terhadap kecelakaan lalu lintas jalan dapat dilihat berdasarkan jumlah kejadian. Keterlibatan kendaraan tertinggi, yaitu pada kendaraan sepeda motor, jumlah kecelakaan tertinggi sebesar 728 kecelakaan pada tahun 2016. Khususnya angkutan bus, jumlah kecelakaan bus tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 32 kendaraan. Data tahunan kecelakaan lalu lintas jalan selama 5 tahun di Kabupaten Garut berdasarkan kendaraan yang terlibat dapat dilihat pada Gambar 2.

60,5%

14,2%

10,7%

(9)

1225 Sumber: Satlantas Polres Garut, 2018

Gambar 2 Jumlah Kecelakaan Berdasarkan Kendaraan Yang Terlibat

Tabel 2 merupakan perkembangan jumlah kecelakaan lalu lintas pada kendaraan yang terlibat. Proporsi kecelakaan akibat sepeda motor selama 5 tahun adalah 7,3%, dan khusunya angkutan publik bus adalah 3,5%, nilai tersebut mencerminkan angka yang cukup besar, karena bus merupakan sarana transportasi umum dengan membawa penumpang dalam jumlah yang lebih banyak dari pada kendaraan pribadi.

Tabel 2 Proporsi Keterlibatan Kendaraan pada Kecelakaan Lalu Lintas Terhadap Total Kendaraan

Kendaraan Tahun Jumlah Proporsi

Terlibat 2013 2014 2015 2016 2017 (unit) (%)

Sepeda Motor (SM) 330 555 660 728 423 2.696 71,3

Kend. Penumpang (KP) 123 152 172 96 66 609 16,1

Kend. Barang (KB) 47 105 111 24 53 340 9,0

Bus 27 32 29 26 17 131 3,5

Kend. Khusus (KK) 0 2 2 1 1 6 0,2

Total 527 846 974 875 560 3.782 100

Sumber: Satlantas Polres Garut, 2018

2013 2014 2015 2016 2017

Tahun

Sepeda Motor 330 555 660 728 423

Kend. penumpang 123 152 172 96 66

Kend. Barang 47 105 111 24 53

Bus 27 32 29 26 17

Kend. Khusus 0 2 2 1 1

330

555

660

728

423

123 152 172

96 66

47

105 111

24 53

27 0 32 2 29 2 26 1 17 1

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Jumlah Kecelakaan

(10)

1226

Proporsi kecelakaan bus terhadap total kendaraan yang terlibat tiap tahunnya mengalami penurunan dari tahun 2013 (5,1%) sampai tahun 2015 (3,0%), meskipun dari tahun 2015 sampai tahun 2017 tidak mengalami perubahan yaitu pada nilai 3,0%, seperti yang tertera pada Tabel 3. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kecelakaan angkutan publik bus di Garut diindikasikan sudah mulai ditangani.

Tabel 3 Proporsi Keterlibatan Kendaraan pada Kecelakaan Terhadap Total Kendaraan

Kendaraan Tahun

Terlibat 2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %

SM 330 62.6 555 65.6 660 67.8 728 83.2 423 75.5

KP 123 23.3 152 18.0 172 17.7 96 11.0 66 11.8

KB 47 8.9 105 12.4 111 11.4 24 2.7 53 9.5

Bus 27 5.1 32 3.8 29 3.0 26 3.0 17 3.0

KK 0 0 2 0.2 2 0.2 1 0.1 1 0.2

Total 527 100 846 100 974 100 875 100 560 100

Sumber: Satlantas Polres Garut, 2018

Penanganan kecelakaan kendaraan angkutan publik tetap perlu ditangani dan dievaluasi, sehingga dapat meminimalkan kecelakaan fatal dan berulang.

Penyebab terjadinya kecelakaan bus di antaranya pemotongan biaya operasional untuk mengurangi biaya operasional sehingga usaha angkutan tetap bertahan, minimnya pemeliharaan dan perbaikan armada, kurangnya biaya pengawasan awak kendaraan, serta masih menggunakan sistem setoran, sehingga menggabaikan aspek keselamatan dan menimbulkan permasalahan. Beberapa permasalahan pada angkutan publik yang menjadi faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan dapat dilihat pada Tabel 4.

(11)

1227

Tabel 4 Permasalahan Angkutan Publik dan Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

No. Faktor Masalah Dampak

1 Manusia - Kurangnya Kompetensi pengemudi

- Rendahnya disiplin pengemudi

- Kurangnya ketegasan aparat terhadap pelanggaran

1. Tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas 2. Tidak terampil dalam mengemudi 3. Mengemudi dengan kecepatan tinggi 4. Kurang antisipasi/ pengendalian sikap 5. Ceroboh

6. Emosi 7. Kelelahan 8. Mengantuk

9. Konsumsi obat dan alkohol 10. Rebutan penumpang

11. Pelanggaran aturan lalu lintas

12. Tidak menggunakan sabuk pengaman 13. Penggunaan handphone

14. Berhenti sembarangan 15. Pelanggaran izin trayek 2 Sarana/

Kendaraan

- Kurangnya perawatan teknis - Belum adanya standarisasi

suku cadang kendaraan - Tidak dilakukan uji berkala - Penggunaan bus dengan

jumlah penumpang yang melebihi daya angkut

1. Pengoperasian armada tidak laik jalan 2. Kendaraan tidak stabil dan tidak

berfungsi dengan baik

3. Penggunaan suku cadang imitasi 4. KIR armada yang tidak berlaku 5. Muatan berlebih

3 Prasarana - Belum adanya penanganan di daerah rawan kecelakaan - Akses keluar masuk

kendaraan yang tidak terkontrol

- Rambu lalu lintas yang tidak memadai

- Manajemen persahaan dan keselamatan perusahaan buruk/ tidak ada

1. Jalan rusak, licin, berlubang 2. Tanpa lampu dan marka/ rambu 3. Manajemen lalu lintas tidak tertib 4. Layanan angutan tidak terjadwal

4 Fisik dan lingkungan

- Kondisi ruas jalan dengan geometrik jalan dengan tikungan, tanjakan, dan turunan tajam

- Tanpa marka/ rambu - Kurangnya pemeliharaan

jalan

- Kondisi lalu lintas

bercampur untuk semua jenis moda transportasi

- Cuaca

1. Tikungan, tanjakan, dan turunan tajam 2. Berkabut, mendung, hujan

3. Banyaknya halangan pandangan 4. Pencemaran lingkungan

Penyebab kecelakaan di dominasi oleh faktor manusia, terdapat 15 point dampak dari permaslahan yang menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas jalan. Oleh sebab itu perlu penanganan, sehingga dapat di ukur dan di evaluasi.

(12)

1228

Untuk mengukur dan mengevaluasi keberhasilan kinerja keselamatan jalan, dikaitkan dengan program RUNK Jalan. Salah satu target RUNK Jalan adalah penurunan per 5 tahunan sebesar 20% pada tahun 2015, dengan menggunakan indikator tingkat fatalitas per 10.000 kendaraan (Bappenas, 2012). Jumlah kendaraan yang diuji oleh Dinas Perhubungan Kab. Garut tahun 2011 sebanyak 12.714 unit kendaraan yang terdiri dari kendaraan umum sebanyak 3.406 unit dan untuk kendaraan bukan umum sebanyak 9.037 unit (BPS Kabupaten Garut, 2012), sedangkan di tahun 2015 adalah 14.581 unit, termasuk 1.208 bus (BPS Kabupaten Garut, 2015). Jumlah kecelakaan lalu lintas fatal di tahun 2011 sebanyak 145 jiwa dan di tahun 2015 sebanyak 98 jiwa, didapatkan penurunan kecelakaan fatal sebesar 67.6% untuk semua jenis kendaraan. Dengan demikian maka Garut mampu melebihi target per 5 tahunan Dekade Aksi Keselamatan Jalan.

KESIMPULAN

Jumlah kecelakaan tertinggi terjadi tahun 2015 sebesar 524 kejadian. Jumlah kecelakaan Lalu lintas di Garut dari tahun 2013 sampai tahun 2017 telah mengalami penurunan, di tahun 2017 sebesar 69%. Keterlibatan kendaraan yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas terdapat pada kendaraan sepeda motor sebesar 71.3%, begitupun yang terjadi pada kecelakaan angkutan bus dengan nilai 3.5%. Meskipun di dominasi sepeda motor, namun keselamatan angkutan umum, terutama bus juga perlu menjadi perhatian. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa permasalahan angkutan bus di Garut, sehingga menyebabkan kecelakaan dan dapat memicu naiknya kecelakaan angkutan bus. Faktor penyebab yang sangat berpengaruh terhadap kecelakaan lalu lintas jalan di dominasi oleh faktor manusia.

Dalam usaha tercapainya keselamatan dalam angkutan bus, untuk meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas, maka perlu adanya jaminan ketertiban administrasi, kesiapan pengemudi, dan kelaikan jalan kendaraan/ sarana. Stategi yang dapat dilakukan adalah penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum, yaitu melakukan pemeriksaan angkutan publik di terminal dan pool, pengawasan melalui pengamatan, audit dan inspeksi, perbaikan dan pemeliharaan infrastruktur sarana dan prasarana, serta peningkatan pengawasan penegakan hukum di

(13)

1229

lapangan. Implementasi yang bisa dilaksanakan di antaranya dengan melakukan uji kelayakan kendaraan, kewajiban perusahaan membuat dan melaksanakan sistem manajemen keselamatan angkutan umum, pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran, perizinan angkutan orang diperketat. Selain itu perlu ditunjang pula dengan perbaikan kondisi geometrik jalan dan lingkungan yang memerlukan profesionalisme dan dukungan dari berbagai pihak di antaranya pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dengan terjalin kerjasama antara pihak yang terkait dengan pengemudidan pengguna jalan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Sekolah Tinggi Teknologi Garut dan Universitas Katolik Parhyangan yang secara inspiratif mendukung publikasi artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. (2012). Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) 2011-2035. Jakarta: Republik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2012). Garut Dalam Angka 2012. Garut:

BPS Kabupaten Garut.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut. (2015). Garut Dalam Angka 2015. Garut: BPS Kabupaten Garut.

Cioca, L.-I. and Ivascu, L. (2017). "Risk Indicators and Road Accident Analysis for the Period 2012–2016,". EISSN 2071-1050. MDPI AG, Basel, Switzerland

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. (2017). Gambaran Umum Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Umum (Bus dan Truck). Jakarta: Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Eysenbach, D. (2011). "Public transportation" green energy: an a-to-z guide. Ed. Oaks:

Mulvaney, D. and Robbins P. Thousand Oaks, CA.: SAGE Publications. Inc.

Hidayati, A. dan Hendrati, Y. L. 2016. Analisis Risiko Kecelakaan Lalu Lintas Berdasar Pengetahuan, Penggunaan Jalur, dan Kecepatan Berkendara.

Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, 275–287. Universitas Airlangga.

Surabaya.

Janić, D. T. (2017). Public Transportation Systems. Elsevier, pp. 387-493.

(14)

1230

Komite Nasional Keselamatan Transportasi. (2012). Laporan Investigasi dan Penelitian Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bogor Jawa Barat: Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang Undang Republik Indonesia nomor 22 Lalu Lintas dan Angkutan Jalan . Jakarta: Departemen Perhubungan.

Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Nomor 26 Tahun 2017, Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek. Jakarta.

Pemerintah Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017, Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Angkutan Umum. Jakarta.

Rifal, C. D. A. (2015). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengemudi Bus (Studi Pada Bus P.O. Jember Indah).

Universitas Jember. Jember.

Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Garut. (2018). Data Kecelakaan di Garut Tahun 2014-2017.

Garut: Kepolisian Resor Garut.

Shen, L. W. (2014). Discrete Hopfield neural networks (DHNN) for Evaluation Service Quality of public Transit. International Journal of Multimedia and Ubiquitous Engineering.

Soehodho, S. (2016). Public Transportation Development and Traffic Accident Prevention in Indonesia. IATSS (Intrernational Association of Traffic and Safety Sciences.

Sugiyanto, G. Mulyono B., Santi, Y.M., (2014). Karakteristik Kecelakaan Lalu Lintas dan Lokasi Black Spot di Kab.Cilacap. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 12 Hal. 259-266. Purbalingga.

Wright, L. (2015). Lingkungan dan Infrastruktur Proyek Sektor: “Advis Kebijakan Transportasi”

Angkutan Bus Cepat, Transportasi Berkelanjutan: Panduan Bagi Pembuat Kebijakan di Kota-kota Berkembang. germany: Verlagsgesellschaft mbH.

Referensi

Dokumen terkait

Proses perubahan konseptual terjadi melalui akomodasi kognitif dan pembelajaran untuk perubahan konseptual ini terutama melibatkan penggalian konsep awal siswa

System operasi open source berdeda dengan system operasi close source, system operasi open source hidupnya bergantung pada pengembang karena system operasi ini

Hal ini dapat diartikan bahwa kekuatan transversa plat resin akrilik heat cured yang direndam dalam 0,4% eugenol minyak kayu manis menunjukkan perbedaan yang

sosiologi, siswa, dan guru teman sejawat variasi gaya mengajar guru dalam meningkatkan minat belajar siswa sudah cukup baik, hal ini terbukti dari hasil tiga kali

Menurut penuturan juru kunci dari makam Mbah Djomotersebut, bahwa beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah peristiwa yakni keluarnya ikan gabus dari makam Mbah Djomopada saat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan

Perhitungan perkiraan risiko kegagalan (Rf) yang dilakukan pada mesin injeksi plastik ini bertujuan untuk mengetahui risiko yang harus diterima perusahaan yang dikarenakan

Hal ini dijelaskan dalam jurnal yang ditulis Margarita Isoraite, (Isoraite, 2016) dikatakan bahwa setiap elemen dari bauran pemasaran sangat penting dan dibutuhkan oleh