• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKURASI METODE CONCORDANCE BERDASARKAN PANJANG TES DAN UKURAN SAMPEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKURASI METODE CONCORDANCE BERDASARKAN PANJANG TES DAN UKURAN SAMPEL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Bina Manfaat Ilmu; Jurnal Pendidikan || Vol. 01, No. 01, Desember 2017

AKURASI METODE CONCORDANCE

BERDASARKAN PANJANG TES DAN UKURAN SAMPEL

Oleh: Imbuh Yuwono Pusdiklat BMKG Jakarta Perum Harapan Elok Babelan Bekasi

[email protected]

Abstract: This research was aimed to examine the accuracy of concordance method on linear method, and equipercentile method. The accuracy of those two concordance methods is revealed through the average score of the root mean square deviation (RMSD) base on test length of 20 or 30 and sample size of 100 and 150. This research used two sets of test instrument, namely the Final Examination of Chemistry, in which each was developed by SMPN 223 Jakarta Timur and SMPN 196 Jakarta Timur. Both of these two sets of test instrument were developed based on different construct on its indicator. The method used was an experimental method. Random Sampling with replacement technique with 20 replication was used. Research hypotheses were tested by using analysis of twoway anova (ANAVA). The study concluded that: (1) there was difference in the average score of the RMSD between the linear methods and equipercentile method when viewed statistically and no difference in the average score of the RMSD between sample size, and (2) viewed empirically, the difference of the average score of the RMSD of the three concordance methods was not large on test length 20 or 30 and sample size 100 or 150. The average score of RMSD when perceived by the linear method is 0,749; 0,747; 0,825; 0,809, and when perceived by the equipercentile methodis is 1,051; 0,965; 1,105; 1,103 (sequence on test length 20 or 30 and sample size 100 or 150). This indicated that linear method was more accurate compared to equipercentile method.

Keywords: accuracy, concordance method, linear method, equipercentile method

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti akurasi metode concordance antara metode linier, dan metode ekipersentil. Akurasi kedua metode concordance tersebut dilihat melalui nilai rerata dari deviasi akar kuadrat rata- rata (RMSD) pada panjang tes 20 dan 30 berdasarkan ukuran sampel 100 dan 150. Penelitian ini menggunakan dua perangkat tes, yaitu perangkat tes Ulangan Akhir Semester mata pelajaran matematika yang dikembangkan oleh dua sekolah yang ber¬beda, yaitu SMPN 223 Jakarta dan SMPN 196 Jakarta. Kedua perangkat tes tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi yang berbeda pada indikatornya. Metode yang digunakan adalah eksperimen. Pengambilan sampel dilakukan melalui metode acak berulang dengan pengembalian dengan 20 replikasi. Hipotesis penelitian diuji dengan analisis varian (ANAVA) dua jalan.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) secara statistika terdapat perbedaan nilai rerata RMSD antara metode linier, dan metode ekipersentil dan tidak ada perbedaan pada ukuran sampel, serta (2) secara empirik, perbedaan nilai rerata RMSD dari kedua metode concordance tersebut tidak besar, pada panjang tes 20

(2)

dan 30 serta sampel 100 dan 150, metode ekipersentil mempunyai nilai RMSD lebih besar dari metode linier. Rerata RMSD dengan metode linear adalah 0,749;

0,747; 0,825; 0,809, dan dengan ekipersentil adalah 1,051; 0,965; 1,105; 1,103 berurutan pada panjang tes 20 atau 30 dan sampel 100 atau 150 Hal ini menunjukkan bahwa metode linier lebih akurat dibandingkan metode metode ekipersentil.

Kata kunci: akurasi, metode concordance, metode linier, metode ekipersentil

Dalam dunia pendidikan, kita sering dihadapkan pada beberapa tes berbeda, yang sekornya perlu diperbandingkan. Perbedaan tes yang dimaksud dapat dibagi menjadi tiga yaitu: yang pertama adalah tes mata pelajaran tertentu yang diberikan dengan paket soal yang berbeda, dan kedua adalah tes-tes mata pelajaran yang dibuat oleh lembaga atau sekolah berlainan, atau yang ketiga yaitu tes-tes yang memang berbeda mata pelajaran

Sekor tes digunakan sebagai salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan kepada seseorang atau program, misalnya: keputusan untuk penerimaan, kelulusan, kenaikan kelas, dan syarat untuk sertifikasi profesi, atau digunakan sebagai salah satu standar penilaian dalam evaluasi program. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan dengan membandingkan antara sekor hasil pengukuran dan kriteria sekor yang ditetapkan.

Pemberian tes yang berbeda tersebut, menimbulkan tuntutan tentang keadilan tes.

Karakteristik beberapa tes dipertanyakan, baik tingkat kesukaran atau daya bedanya, karena sekor tertentu di satu tes akan berbeda nilainya pada tes lain, jika keduanya langsung diperbandingkan maka akan sangat merugikan peserta tes yang mendapat tes lebih sulit atau sebaliknya, dan sekor tes akan digunakan sebagai laporan hasil belajar yang menggambarkan kemajuan peserta didik, serta dapat menentukan kelanjutan pendidikannya. Demikian pula untuk pemantauan mutu pendidikan antar sekolah atau daerah menggunakan sekor hasil belajar, namun kenyataan menunjukkan bahwa komponen pendidikannya tidak merata di setiap sekolah.

Penyetaraan dilakukan untuk mengatasi hal ini, sesuai dengan jenis perbedaan atau hubungan antar tesnya. Jika tes-tes tersebut adalah paket tes yang secara statistik dan konseptual dapat saling menggantikan (interchangeable), maka penyetaraan dapat diketahui dengan equating, jika sama distribusinya dan mengukur konstruk yang sama, namun tidak dapat saling menggantikan karena tes-tes berasal dari kisi-kisi yang berbeda, maka hu¬bungan¬ antar tes disebut dengan concordance, dan jika kondisi untuk equating dan concordance tidak terpenuhi, digunakan prediksi skor harapan dengan regresi (Neil J.

Dorans, 2004)

Secara lebih mendalam, sebagian besar ahli setuju bahwa ada lima syarat hubungan antar sekor pada tes-tes, yaitu: 1) Sama konstruk, keduanya mengukur karakteristik yang sama seperti: sama-sama mengukur variabel laten, kemampuan atau keahlian; 2) Reliabilitasnya setara: 3) Simetris, sehingga dapat ditransformasi terbalik (invertible); 4) Setara, bahwa tidak ada masalah jika peserta tes ingin memilih tes yang mana saja; 5) Populasinya invarian, walaupun peserta tes berasal dari berbagai tempat tidak akan menjadi masalah, transformasinya sama. Untuk syarat ketiga dan kelima adalah sejalan dengan tujuan hubungan sekor dengan equating (Nancy S. Peterson, 2008; Neil J.Dorans, 2004)

Penyetaraan concordance pada teori tes klasik dengan metode linear, dan metode equipercentille telah digunakan untuk tes UAS mata pelajaran IPA SMP/MTs yang dibangun

(3)

Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan MGMP dalam wilayah kerja kabupaten/kota di Yogyakarta. Hal yang sama dengan teori tes modern untuk tes yang berbeda konstruksi soal akibat perbedaan kisi-kisi karena dibuat oleh beberapa tim berbeda, seperti: tes try out matematika antar sekolah dalam kota (rayon) hasil dari tim MGMP matematika di Jakarta.

Agar metode concordance yang digunakan lebih akurat diperlukan rancangan atau desain concordance. Rancangan penyetaraan (equating design) sama dengan concordance design yang didefinisikan sebagai rencana pengumpulan data yang diperlukan dalam penyetaraan antar tes, namun pada concordance tidak ada butir bersama/jangkar (common/anchor item) yang dapat ditempuh untuk melakukan concordance pada dua perangkat tes, yaitu dengan pendekatan teori tes klasik dan teori respons butir. Berdasarkan teori tes klasik, ada 3 metode yang dapat digunakan, yakni metode linier, metode paralel linier, dan metode ekipersentil sedangakan dengan menggunakan teori respons butir, ada 4 metode yang dapat ditempuh, yakni metode regresi, metode rerata dan sigma, metode tegar dan sigma, dan metode kurva karakteristik (Heri Retnawati dan Kana Hidayati, 2010;

Hambleton, R. K., dan H. Swaminathan,1885; Dali S. Naga, 2013).

Concordance dapat menghasilkan informasi yang akurat jika kemampuan siswa dapat terukur dengan baik, semakin tinggi akurasi berarti semakin kecil kesalahan dalam pengukuran maupun kesalahan metode concordance. Dikenal dua macam kesalahan atau kekeliruan dalam penyetaraan yaitu kekeliruan acak, dan kekeliruan sistematik. Kekeliruan acak atau kekeliruan sampel adalah perbedaan antara keadaan sebenarnya yang ada pada populasi yang disebabkan hasil ukuran pada sampel tersebut hanya merupakan salah satu dari sekian banyak kemungkinan hasil pencuplikan berulang-ulang dari suatu populasi, kesalahan sampel disebut kesalahan pengukuran standar (standard error). Adapun kesalahan sistematis biasanya terjadi pada kesalahan memilih atau menerapkan cara pengumpulan data (equating design). Makin kecil kesalahan sampel maka makin stabil pengukuran tersebut, sehingga metode concordance akan semakin akurat.

Selain pemilihan sampel, panjang tes juga berpengaruh pada validitas, reliabilitas, dan keakuratan metode equating dengan teori responsi butir. Makin banyak butir tes maka makin tinggi koefisien validitas dan reliabilitasnya. Penetapan panjang tes berdasarkan karakteristik butir dan kebutuhan waktu penyelesaian tes, di sekolah biasanya menggunakan 20 sampai 50 butir pada satu tes mata pelajaran tertentu. Maka jumlah atau banyaknya butir soal yang tepat dalam penyusunan tes akan mengurangi kesalahan pengukuran. Panjang tes berpengaruh pada validitas dan reliabilitas, makin banyak butir tes maka makin tinggi koefisien validitas dan reliabilitasnya, demikian pula dengan jumlah sampel. Panjang tes dan jumlah sampel juga berpengaruh pada reliabilitas dan keakuratan metode penyetaraan (equating) dengan teori response butir (Ade Lyana, 2016; Dali S. Naga, 2013; Anne R. Fitzpatrick dan WM. Yen, 2001)

Metode yang sering digunakan untuk mengestimasi besarnya kesalahan pengukuran adalah root mean square error (RMSE) atau biasa disebut root mean square difference (RMSD). Rumusan RMSE atau RMSD mengukur perbedaan antara nilai yang diharapkan atau diprediksi dengan nilai hasil pengamatan. Rerata RMSD menunjukkan akurasi penyetaraan, dimana rata-rata RMSD yang kecil menunjukkan tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada rata-rata RMSD yang besar. Rerata RMSD didapat dengan menjumlahkan nilai RMSD dari sampel dibagi jumlah sampel yang disetarakan. Akurasi relatif penyetaraan adalah perbandingan rerata RMSD suatu metode penyetaraan dengan metode penyetaraan yang lainnya (Tumilisar, A.J.V, 2006)

(4)

Musyawarah guru mata pelajaran pada setiap sekolah di Jakarta Timur, terutama sekolah menengah secara mandiri merakit tesnya sampai setingkat ulangan akhir semester (UAS), sehingga terjadi keraguan terhadap penilaian (laporan) program tes hasil belajar yang dibuat guru atau sekolah tersebut, dan seiring dengan semakin terlihat kesadaran pendidik dan peserta didik tentang keadilan tes, maka penyesuaian skala sekor atau penyetaraan, khususnya metode concordance pada sekor UAS pada tiap sekolah harus dilakukan, terutama pada mata pelajaran matematika yang tidak hanya menuntut siswa untuk menguasai sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta saja, namun pemahaman konsep yang kuat, proses penemuan dan pemecahan masalah juga sangat diperlukan. Sehingga diharapkan sekor hasil tes mata pelajaran dianggap sukar ini adalah murni mengukur kemampuan siswa secara individu. Di kotamadya Jakarta Timur, penyetaraan sekor hasil UAS tidak dilakukan, yang ada adalah analisis taraf sukar butir. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan akurasi concordance dengan metode linear, dan metode equipercentille berdasarkan panjang tes dan ukuran sampel tertentu setelah sekor disetarakan.

A. METODE PENELITIAN

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini ada tiga, pertama adalah metode concordance yang terdiri atas metode linier, dan metode ekipersentil, kedua panjang tes, dan ketiga ukuran sampel, sedangkan variabel terikatnya adalah RMSD. Desain dibagi dua berdasarkan panjang tes karena asumsi antara panjang tes dan ukuran sampel tidak mungkin terjasi interaksi.

Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 223 Jakarta Timur dan siswa kelas VII SMPN 196 Jakarta Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak berulang dengan pengembalian (random sampling with replacement).

Instrumen dalam penelitian ini meng¬gu¬nakan dua instrumen tes ulangan akhir semester (UAS) mata pelajaran matematika yang dikembangkan oleh dua sekolah yang berbeda berdasarkan kisi-kisi yang berbeda pada indikatornya. Dari hasil ujicoba diambil 34 butir soal valid dari 40 soal ujicoba dari instrumen tes UAS matematika SMPN 223, dan diambil 32 butir soal valid dari 40 soal dari instrumen tes UAS matematika SMPN 196. Reliabilitas instrumen tes kimia I memiliki koefisien 0,784, sedangkan reliabilitas instrumen tes kimia II memiliki koefisien 0,760, sehingga kedua instrumen tes kimia tersebut dinyatakan reliabel.

Teknis analisis data meliputi analisis deskriptif, uji persyaratan analisis, dan analisis inferensial. Sebelum dilakukan analisis inferensial untuk pengujian hipotesis penelitian terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sedangkan analisis data infe-rensial adalah untuk menguji hipotesis menggunakan Analisis Varian (ANAVA) Dua Jalan. Untuk mengetahui signifikansi perbedaan dari masing-masing kelompok perlakukan dilakukan uji lanjut menggunakan Uji T.

B. HASIL PENELITIAN

Nilai rerata RMSD dari kedua metode concordance dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Nilai rerata RMSD dari Kedua Metode Concordance;

(5)

Meyode Concordance

RMSD

Panjang tes 20 Panjang tes 30 Sampel

100

Sampel 150

Sampel 100

Sampel 150 Linier 0.749 0.747 0.825 0.809 Ekipersentil 1.051 0.965 1.105 1.103

Pada tabel 1, perbedaan nilai rerata RMSD antara kedua metode concordance tidak terlalu besar. Nilai rerata RMSD terkecil pada kedua metode terdapat pada metode linier panjang tes 20 sampel 150 sebesar 0,747 disusul nilai rerata RMSD pada metode ekipersentil panjang tes 30 sebesar 0,965.

Analisis varians dilakukan pada nilai RMSD yang dihasilkan dari ketiga metode concordance, yaitu metode linier, dan metode ekipersentil, masing-masing sebanyak 20 replikasi. Dalam penelitian ini diajukan delapan hipotesis penelitian yang perlu diuji secara empirik, yaitu hipotesis yang membandingkan nilai RMSD dengan metode linier dan nilai RMSD dengan metode ekipersentil, serta nilai RMSD dengan metode linier dan metode ekipersentil berdasarkan ukuran sampel 100 dan 150 pada panjang te 20 dan 30. Hipotesis dalam penelitian ini secara inferensial dapat diuji dengan Analisis Varian (ANAVA) dua jalan dengan pendekatan statistik parametrik karena prasyarat normalitas dan homogenitas terpenuhi. Ringkasan hasil perhitungan analisis data Uji ANAVA dua jalan dapat dilihat pada tabel 2 dan 2.

Tabel 2. Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalan α=0,05 pada Pada Panjang Tes 20

Sumber

Varians JK Db RJK Fhit Ftabel

α=0,05

Sampel 0.039 1 0.039 0.881 3.967

Metode 1.353 1 1.353 30.714 3.967

Dalam 3.347 76 0.044

Total 4.774 78

Tabel 3. Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalan α=0,05 pada Pada Panjang Tes 30

Sumber

Varians JK Db RJK Fhit Ftabel

α=0,05

Baris 0.002 1 0.002 0.045 3.967

Kolom 1.651 1 1.651 47.798 3.967

Dalam 2.625 76 0.035

Total 4.278 78

Pada tabel 1 dan 2, pada ukuran sampel Fhitung < Ftabel sehingga H0 diterima atau tidak ada perbedaan rerata RMSD antar sampel, pada metode concordance Fhitung < Ftabel sehingga H0 ditolak atau ada perbedaan rerata RMSD antar metode.

(6)

Tabel 4. Kesimpulan Hasil Uji Lanjut

Hipotesis statistik t Sig Kesimpulan H0: µMeqP20S100 ≤ µMlinP20S100

H1: µMeqP20S100 > µMlinP20S100 - 4,600 0,000 Tolak H0

µMeqP20S100 >

µMlinP20S100

H0: µMeqP20S150 ≤ µMlinP20S150

H1: µMeqP20S150 > µMlinP20S150 - 3,250 0,002 Tolak H0

µMeqP20S150 >

µMlinP20S150

H0: µMeqP30S100 ≤ µMlinP30S100

H1: µMeqP30S100 > µMlinP30S100 - 4,835 0,000 Tolak H0

µMeqP30S100 >

µMlinP30S100

H0: µMeqP30S150 ≤ µMeqP30S150

H1: µMeqP30S150 > µMeqP30S150 - 4,939 0,000 Tolak H0

µMeqP30S150 >

µMeqP30S150

Uji lanjut menunjukkan bahwa pada panjang tes 20 dan 30 serta sampel 100 dan 150, metode ekipersentil mempunyai nilai RMSD lebih besar dari metode linier.

C. PEMBAHASAN

Perangkat tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran kimia yang dikembangkan oleh dua sekolah yang berbeda, yaitu SMPN 223 Jakarta Timur dan SMPN 196 Jakarta Timur, melalui MGMP/MKKS di sekolah masing-masing. Kedua perangkat tes tersebut disusun berdasarkan kisi-kisi yang berbeda pada indikatornya. Sebelum digunakan untuk penelitian, kedua perangkat tes ini sebelumnya telah diujicobakan terle-bih dahulu di sekolah lain. Kemudian, butir-butir yang valid digunakan sebagai instru¬men tes pada pene¬litian ini.

Sekor perolehan hasil tes siswa menun¬jukkan bahwa rerata hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada SMPN 223 lebih rendah dibandingkan dengan SMPN 196.

Hal tersebut diperkuat oleh hasil konversi skor dengan kedua metode concordance. Hasil konversi sekor dari SPN 223 ke SMPN 196 (X ke Y) dengan menggunakan metode linier, dan metode ekipersentil, menunjukkan bahwa nilai rerata hasil konversi sekornya menjadi lebih rendah dibandingkan nilai asli hasil tesnya. Jadi, nilai siswa di SMPN 223 akan lebih rendah jika dibawa ke SMPN 196, begitupun sebaliknya.

Nilai rerata RMSD tersebut menunjukkan akurasi pengukuran dari meto-de concordance yang digunakan. Akurasi pengukuran merupakan ketepatan atau kedekatan hasil pengukuran dengan nilai yang sebenarnya atau nilai yang dianggap benar, ditandai dengan rendahnya kesalahan dalam pengukuran (standard error). Rerata RMSD yang kecil menunjukkan akurasi yang lebih tinggi daripada rerata RMSD yang besar.

Pada tabel 1 menunjukkan secara empirik, perbedaan nilai rerata RMSD antara kedua metode concordance tidak terlalu besar Nilai rerata RMSD terkecil pada kedua metode terdapat pada metode linier panjang tes 20 sampel 150 sebesar 0,747 disusul nilai rerata RMSD pada metode ekipersentil panjang tes 30 sebesar 0,965. Pada tabel 4, uji lanjut menunjukkan bahwa pada panjang tes 20 dan 30 serta sampel 100 dan 150, metode ekipersentil mempunyai nilai RMSD lebih besar dari metode linier. Nilai RMSD yang kecil menunjukkan akurasi yang tinggi, begitu pun sebaliknya nilai RMSD yang besar menunjukkan akurasi yang lebih rendah. Walaupun perbedaan nilai rerata RMSD dari kedua metode concordance tidak terlalu besar, hasil penelitian menunjukkan bahwa metode inier lebih akurat dibandingkan dengan metode ekipersentil.

Berdasarkan hal tersebut, asumsi awal mengenai metode linier memiliki akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode concordance yang lain terpenuhi karena

(7)

mempunyai sensitifitas lebih merata pada sekor sekor bawah tengah dan atas. Hal ini disebabkan karena kedua sekor tes responden pada penelitian ini memiliki distribusi skor yang berbeda, distribusi tersebut terkait dengan rerata dan simpangan bakunya. Sedangkan metode ekipersentil cukup baik digunakan, jika distribusi skor pada kedua tesnya sama. Hal ini menyebabkan konversi skor menggunakan metode ekipersentil menunjukkan akurasi yang lebih rendah dibandingkan metode linier.

D. KESIMPULAN

Akurasi pengukuran merupakan ketepatan atau kedekatan hasil peng¬ukuran dengan nilai yang sebenarnya atau nilai yang dianggap benar, ditandai dengan rendahnya kesalahan dalam pengukuran (standard error). Rerata RMSD yang kecil menunjukkan akurasi yang lebih tinggi daripada rerata RMSD yang besar.

Perbedaan yang tidak terlalu besar di antara nilai rerata RMSD dari metode linier, dan metode ekipersentil, namun untuk melakukan penyetaraan dapat memilih metode linier.

DAFTAR PUSTAKA

A.J.V, T. (2006). Akurasi Relatif Penyetaraan Skor Tes untuk Sampel Berukuran 300 dan Metode Penyetaraan dan Teknik Penghalusan. Jurnal Pendidikan Penabur, No.06/V/Juni, 4.

Ade Lyana, Keakurasian Penyetaraan Vertikal dengan Metode Ekipersentil berdasarkan Panjang Tes dan Ukuran Sampel (Jakarta: Tesis UNJ, 2016), hh. 42-43.

Anne R. Fitzpatrick dan WM. Yen "The Effects of Test Length and Sample Size on the Reliability and Equating of Tests Composed of Constructed-Response Items ". Journal Applied Psychological Measurement, 2001.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bintarawati, D. (2012). Akurasi Metode Concordance. Jurnal Evaluasi Pendidikan, 107-117.

Borich, T. K. (2003). Educational Testing And Measurement. New York: Jhon Wiley & Son, Inc.

Dali S. Naga. Teori Sekor Pada Pengukuran Mental (Jakarta: PT. Nagarani Citryasa, 2013), h.

350.

Djaali dan Pudji Muljono. (2008). Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PY.

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dorans, N. J. (Juli 2004). Equating, Concordance, and Expectation. Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 28 No. 4, 227-246.

Hambleton, R. K., dan H. Swaminathan, Item Response Theory: Principles and Applications (Boston: Kluwer Academic Publisher, 1985), h. 123.

Hambleton, R. K., dan H. Swaminathan. (1985). Item Response Theory: Principles and Applications. Boston: Kluwer Academic.

Heri Retnawati dan Kana Hidayat. (2012). Perbandingan Metode Concordance Berdasarkan Teori Tes Klasik. Jurnal FMIPA UNY.

Heri Retnawati dan Kana Hidayati, "Perbandingan Metode Concordance Berdasarkan Teori Tes Klasik". Jurnal FMIPA UNY, 2010., hh. 1-17.

Kolen, M. (Juli 2004). Linking Assessment: Concept and History. Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 28 No. 4, 219-226.

Linda Crocker dan James Algina. (2008). Introduction to Classical and Modern Test Theory.

Ohio: Cengage Learning.

(8)

Livingston, S. A. (2014). Equating Testing Score: without IRT. Ohio: Educational Testing Service.

Lyana, A. (2016). Keakurasian Penyetaraan Vertikal dengan Metode Ekipersentil berdasarkan Panjang Tes dan Ukuran Sampel. Jakarta: Pascasarjana UNJ.

M.J. Kolen dan R.L. Brennan. (2004). Test Equating Scaling and Linking: Methods and Practices. New York: Springer.

Mary Pommerich dan Neil J. Dorans. (2004). Linking Scores Via Concordance: Introduction to The Special Issue. Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 28 No. 4, 216- 218.

Mary Pommerich, BA Hanson, D Harris, dan JA Sconing. (Juli 2004). Issues on Conducting Between Distinct Test. Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 28 No. 4, 247-273.

MJ Kolen dan RL Brennan. (1995). Test Equating Method and Practices. New York: Springer.

Naga, D. S. (1992). Pengantar Yeori Sekor. Jakarta: Gunadarma.

Naga, D. S. (2013). Teori Sekor Pada Pengukuran Mental. Jakarta: PT. Nagarani Citrayasa.

Nancy S. Peterson. "A discussion of Population Invarians in Equating". Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 32 No. 1, Januari 2008. hh. 98-101.

Neil J. Dorans. "Equating, Concordance, and Expectation". Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 28 No. 4, July 2004. pp. 227-246.

Nooree Huh, dan Won Chan Lee. (2009). The Effect of Different Factors on Group Invariance in Concordace Context with a Single Group Design. Iowa: CASMA Research.

Peterson, N. S. (2008). A discussion of Population Invarians in Equating. Journal Applied Psychological Measurement, Vol. 32 No. 1, 98-101.

Ping Yin, R. L. (2009). Concordance Between ACT and ITED Score From Different populations.

Journal Applied Psychological Measurement, 274-289.

R.K. Hambleton, H. Swaminathan dan H.J Roger. (1991). Fundamentals of Items Respon Theory. Newsbury Park: Sage.

Rahayu, W. (April 2015). Accuracy of Parameter Estimation and Concordance Method Based on Item Response Theory. American Journal of Educational Research, Vol. 3, No. 5, 552-555.

Rijanto, T. (2012). Pengaruh Metode Dan Ukuran Sampel Terhadap Variansi Sekor Hasil Penyetaraan. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. No.1.Th.16, 170.

Setiawan, N. (2005). Teknik Sampling. Jakarta: Depdiknas.

Sugeng. (2010). Sugeng, “Penyetaran Vertikal Model Parsial Soal Matematika SMP. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, No 2, Th.14, 289-308.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Depdikbas.

Tumilisar, A.J.V. "Akurasi Relatif Penyetaraan Skor Tes untuk Sampel Berukuran 300 ditinjau dari Metode Penyetaraan dan Teknik Penghalusan". Jurnal Pendidikan Penabur, No.06/V/Juni 2006, h. 4.

Gambar

Tabel 2. Hasil Perhitungan ANAVA Dua Jalan α=0,05  pada Pada Panjang Tes 20
Tabel 4. Kesimpulan Hasil Uji Lanjut

Referensi

Dokumen terkait

Kenaikan tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks Sektor Pertanian sebesar 0,08 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 0,31

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang variabel penelitian yaitu permainan eksplorasi bermain air dalam pengembangan sosial emosional anak usia

Penyebaran lodoh pada fase ini relatif cepat, fungi patogen menyebar dalam jaringan khususnya pada akar, sehingga semai sengon yang masih sukulen menjadi rebah,

Penulis yakin dan percaya bahwa karena berkat dan penyertaanNya maka penulis dimampukan untuk dapat menyelesaikan Penulisan Hukum/Skripsi yang disusun dalam rangka memenuhi

bottom-up dan partisipatif untuk komunitas buruh, tani, nelayan, dan kaum marginal di perkotaan maupun pedesaan; 3) Mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk

Dengan demikian, ketahanan rata-rata terhadap serangan penyakit layu bakteri Mutan 6 dan BM/IC//IC-172-1 berturut-turut adalah sedikit dan jauh lebih tahan dari kedua

STUDI PRAKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGENAI ASPEK SAINS, TEKNOLOGI DAN REKAYASA PADA KONTEKS DIODA PEMANCAR CAHAYA ORGANIK.. STUDI PRAKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS