• Tidak ada hasil yang ditemukan

: GKI Jatimurni Jl. Raya Rambutan Rt. 003 Rw.02 Kel. Jatimurni Kec. Pondok Melati. Kota Bekasi : WORKSHOP PEMUSIK GEREJAWI (ONSITE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan ": GKI Jatimurni Jl. Raya Rambutan Rt. 003 Rw.02 Kel. Jatimurni Kec. Pondok Melati. Kota Bekasi : WORKSHOP PEMUSIK GEREJAWI (ONSITE)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Nomor : 128A/MJ/GKI-JM/VIII/2021 Jatimurni, 26 Agustus 2021 Lampiran : -

Perihal : Permohonan sebagai pembicara Webinar

Kepada Yth

Pdt. Rahel S.H. Daulay, Th. M Dosen Liturgi dan Musik Gereja STFT Jakarta

Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,

Kami Gereja Kristen Indonesia Jatimurni, Bekasi bermaksud mengadakan Webinar bagi pelayan pemandu Lagu dan pemusik di gereja kami dengan tujuan agar dapat meingkatkan kemampuan pemusik dan mencari bibit - bibit baru sebagai pemandu lagu dan pemusik dengan jadwal sebagai berikut :

Hari/Tanggal : Minggu, 17 Oktober 2021 Waktu : 16.00 WIB

Tempat : GKI Jatimurni

Jl. Raya Rambutan Rt. 003 Rw.02 Kel. Jatimurni Kec. Pondok Melati.

Kota Bekasi – 17431

Tema : WORKSHOP PEMUSIK GEREJAWI (ONSITE)

Untuk itu kami meminta kesediaan Pdt. Rahel S.H. Daulay, Th. M agar bisa menjadi pembicara dalam Webinar pemandu dan pemusik gerejawi tersebut. Demikian surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Tuhan Yesus memberkati

Majelis Jemaat GKI Jatimurni

Pnt. Prabham W.Pratipodyo Pnt. Gusti Ayu Hana Kusrini Ketua Sekretaris 1

Tembusan :

(3)

1 Pelatihan Pelayan Musik Ibadah, GKI Jatimurni, 28 Agustus 2021.

“Melayani dengan Ucapan Syukur”

Pdt. Rahel Daulay, Th.M.

Tulisan ini akan dimulai dengan teks Alkitab 2 Timotius 1:9 “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan “panggilan kudus”, bukan berdasarkan perbuatan kita,

melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman. Dari teks ini kita diajak untuk mengakui bahwa pelayanan musik yang sedang atau akan dijalani bukan semata-mata karena pilihan kita, tetapi Allah sendiri yang memanggil kita dengan panggilan kudus. Ketika hal itu kita yakini, maka ekspresi yang keluar hendaknya adalah ekspresi ucapan syukur sebab kita diberikan sebuah posisi menjadi rekan kerja Allah dalam karya keselamatan di dunia.

Namun kenyataan di lapangan, harus diakui bahwa melayani bukan hal yang selalu menyenangkan dan dibanggakan. Melayani harus rela melakukan banyak pengorbanan.

Bayangkan seorang pelayan restoran, dia tidak hanya dituntut trampil untuk melakukan pekerjaannya tetapi juga harus lapang dada ketika ada pelanggan/pembeli yang tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Setiap pelayan, termasuk pelayan musik pasti punya segudang cerita dan pengalaman yang berhubungan dengan ini.

Pelayanan musik adalah salah satu pelayanan gerejawi yang boleh dibilang menarik. Salah satu alasannya karena musik dekat dengan manusia. Gereja juga merupakan institusi yang bernyanyi dari sejak mulanya sampai sekarang. Bahkan bernyanyi disebut sebagai DNA orang Kristen (gereja). Bernyanyi selalu melibatkan sisi kemanusiaan, mulai dari nafas, detak, irama, ruang produksi suara. Dengan demikian bisa disimpulkan, tidak ada manusia yang tidak bisa bernyanyi. Selama dia diciptakan sebagai manusia, dengan segala

kelengkapan dan kekurangannya, dia adalah mahkluk yang bisa bernyanyi.

Ironisnya dalam pengalaman saya di mengajar dan memberi pelatihan, tidak jarang saya berjumpa dengan orang-orang yang mengatakan tidak bisa bernyanyi. Saya mengasumsikan orang ini tentu sedang mengacu pada konsep penyanyi yang memiliki suara memukau dengan musikalitas yang mengagumkan. Sebelum kita masuk ke dalam konsep yang sudah jauh ini, kita perlu terlebih dahulu memahami konsep sederhana dari pemazmur tentang bernyanyi. Bernyanyi adalah tindakan manusiawi yang disenangi Allah. Dengan bernyanyi kita melibatkan semua anggota tubuh yang telah dirangkai dengan baik oleh Allah dalam tubuh kita, mulai dari mulut, kepala, kaki, hidung, mata, perut, paru-paru, rongga

pernafasan, dan lain-lain. Brian Wren, seorang himnolog, mengatakan bernyanyi adalah sebuah tindakan corporeal: a body-experience.1

1 Brian Wren, Praying Twice: The Music and Words of Congregational Song (Louisville, KY:

Westminster John Knox Press, 2000), 85.

(4)

Suatu ketika saya sedang duduk di bangku jemaat mengikuti ibadah minggu di sebuah gereja. Seperti biasa bagian yang paling saya nikmati adalah nyanyian jemaat. Saya selalu menikmati ketika suara saya menyatu dengan suara orang lain dan menggema di dalam gedung gereja. Momen seperti ini selalu saya tunggu-tunggu di setiap ibadah minggu. Kala itu, ketika sedang bernyanyi saya tersadar bahwa di samping saya duduk seorang yang punya suara yang sangat ‘mengagumkan’. Bukan sedang sarkas, tetapi suaranya betul-betul membuat saya merinding sekalipun tidak ada satu nada pun yang tepat yang dia nyanyikan.

Yang membuat saya merinding adalah bagian ketika suara dan jiwa kami menyatu dan menaikkan pujian kepada Allah. Pada saat itu, sebagai seorang pengajar musik gereja, saya belajar sesuatu. Keindahan musik bukan tentang notasi dan teori, tetapi terletak pada jiwa yang membunyikannya.

Bernyanyi, secara teknik, juga bukan sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Modal dasarnya sudah ada dalam setiap orang. Jika ada keseriusan untuk berlatih serta membuka pikiran untuk memahami apa yang dinyanyikan maka kita pun bisa bernyanyi dengan baik. Paling tidak, sebagai manusia (umat) ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menghidupi sebuah nyanyian:

1. Sing with a good enthusiasm (Bernyanyilah dengan antusiasme yang baik).

Selain daripada bernyanyi dengan pemahaman, bernyanyi dengan antusias yang dipimpin oleh Roh akan lebih memaksimalkan fungsi dari nyanyian tersebut.

Nyanyian menjadi terasa natural, mengikuti natur jemaat yang menyanyikannya.

John Wesley membuat 7 arahan bernyanyi bagi jemaat Methodist, dan bagian terakhir ia mengatakan bahwa di atas semua hal (teknik bernyanyi) bernyanyilah dengan Roh. Pandanglah Tuhan dalam setiap kata yang engkau nyanyikan.

Senangkan Tuhan melebihi dirimu sendiri. Jangan terbuai dengan musik tetapi tetaplah terarah kepada Tuhan.2 Sebagai seorang teolog sekaligus himnolog, Wesley ingin mengatakan bahwa dalam bernyanyi mudah sekali kita terjebak ke dalam subjektifitas pribadi dan melakukan apa yang menurut saya nikmat untuk didengar dan dinyanyikan. Oleh sebab itu, dia pun menekankan supaya umat perlu berhati- hati dan selalu arahkan hati dan pikiran kepada Tuhan ketika bernyanyi.

2. Sing with a good understanding (Bernyanyilah dengan pemahaman yang baik).

Pemahaman yang baik akan sebuah nyanyian menolong kita untuk mampu

mengapresiasi nyanyian tersebut, baik dari segi sejarah, bentuk lagu, bahkan isi dari syairnya.3 Secara khusus untuk nyanyian yang digunakan dalam ibadah jemaat.

Pemahaman yang baik dan benar akan menolong baik para pemimpin nyanyian, pemusik begitu juga dengan jemaat mampu menyanyikan sebuah lagu dengan baik.

Apa saja yang perlu dipahami dalam sebuah nyanyian:

2 United Methodist Hymnal (Nashville: The United Methodist Publishing House, 1989), vii.

3 Harry Eskew dan Hugh T. McElrath, Sing With Understanding (Tennessee: Church Street Press, 1995), ix.

(5)

3 a. Syair; Kita perlu memahami kandungan teologi yang ada di dalam syair dan ayat

Alkitab yang menjadi dasar jika syair tersebut disadur dari Alkitab. Hal ini

menolong kita untuk dapat menempatkan nyanyian dengan tepat dalam sebuah peribadahan. Bentuk sebuah nyanyian pun perlu dipahami. Dari sekian banyak bentuk nyanyian yang kita warisi saat ini, bentuk seperti apa yang tepat untuk digunakan sesuai dengan konteks jemaat kita masing-masing, strophic (nyanyian dengan beberapa bait) atau cyclic (nyanyian yang berulang-ulang). Masing- masing bentuk ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Nyanyian berbait akan menolong kita untuk mendapatkan banyak pesan dalam sebuah lagu, sementara bentuk yang berulang-ulang memiliki sedikit pesan namun cenderung lebih mudah untuk diingat. Mempelajari karakter syair dan musik dari abad ke abad mulai dari Nyanyian Gregorian (Ab.6), Himne Reformasi (Ab. 15), Himne Inggris (Ab. 17), Himne Amerika (Ab.18), Himne modern (Ab.19-20), akan sangat memperkaya kita.

b. Musik; Ini merupakan media yang menghantar syair agar dapat dipahami. Oleh sebab itu, jika media mengalami kendala maka kemungkinan besar syair tidak tersampaikan dengan baik atau dengan kata lain nyanyian tidak dapat

dihidupkan. Hal apa saja yang perlu dipahami dalam musik? Musik tidak hanya melibatkan mood (rasa) tetapi juga melibatkan mind (pikiran). Bagi pemandu dan pengiring nyanyian, hal yang mendasar untuk memahami musik dalam sebuah nyanyian adalah notasi, ritme, birama, nada dasar, serta tanda baca musik yang terdapat dalam sebuah nyanyian (tidak banyak tapi sering diabaikan). Cara bernyanyi yang baik dan benar juga perlu diketahui, yang paling dasar adalah teknik pernafasan dan menempatkan suara. #Latihan.

c. Genre/Gaya; Untuk mendorong jemaat bernyanyi dengan baik, maka nyanyian perlu diberikan gaya yang tepat untuk menggairahkan. Ada beberapa genre yang terdapat dalam nyanyian jemaat, antara lain: Hymns (nyanyian tradisional gerejawi) Chorus (Nyanyian lirik singkat dan sering diulang); Rounds (Nyanyian canon); Refrains (nyanyian yang memadukan bait dan chorus yang dapat diulang-ulang).4 Mulai abad 20 hingga sekarang, mulai bermunculan genre lain seperti etnis, yang didorong oleh semangat inkulturasi dalam ibadah. Himne dengan gaya musik etnis mulai bermuculan, termasuk juga di Indonesia.

Pelengkap Kidung Jemaat dan Kidung Keesaan banyak memuat nyanyian dengan musik etnis Indonesia, Sound the Bamboo memuat nyanyian dengan musik etnis Asia.

3. Sing with a good interpretation (Bernyanyilah dengan interpretasi yang baik).

Menginterpretasi sebuah nyanyian adalah kemampuan untuk mendalami nyanyian baik dari sisi syair maupun lagu. Interpretasi akan menolong umat dalam bernyanyi.

Umat perlu mendapat gambaran umum tentang syair secara keseluruhan dan bagaimana syair tersebut berinteraksi dengan lagu, termasuk istilah-istilah yang digunakan serta gaya bahasa yang dipakai.5 Sebagai contoh dalam menentukan

4 Wren, Praying Twice, 100-103.

5 Wren, Praying Twice, 170.

(6)

tempo sebuah lagu. Tempo atau cepat-lambatnya sebuah lagu dinyanyikan sangat bergantung kepada interpretasi terhadap syair dan lagu tersebut. Natur manusiawi dalam bernyanyi akan menuntun kita pada penentuan tempo yang tepat. Maka dari sinilah kemudian lahir gairah bernyanyi (contoh: KK 77/KJ 26 ‘Mampirlah Dengar Doaku’).

Cerita/narasi dapat mendukung seseorang memiliki interpretasi dalam bernyanyi. Cerita ini bisa saja datang dari pengalaman langsung pencipta nyanyian (personal story) ataupun bisa juga datang dari cerita si penyanyi (local story). Untuk mengetahui personal story dari pencipta nyanyian dapat kita temukan dari tulisan/wawancara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman ini menolong kita menyelami nyanyian dan bisa dengan mudah menginterpretasikan musiknya. Sedangkan untuk local story menyesuaikan dengan konteks pengguna nyanyian. Narasi ini dapat dibangun menyesuaikan dengan pesan atau misi yang ingin disampaikan. Narasi seperti ini penting untuk menggerakkan jiwa penyanyi. #I Love To Tell The Story (KJ 427 ‘Kusuka Menuturkan’); Kate Hankey

Cara mengajarkan Nyanyian baru kepada jemaat, menurut Brian Wren6:

Pengajar nyanyian yang baik adalah yang dapat terlihat jelas oleh umat o Yakinlah pada suara Anda sebagai alat untuk mengajarkan nyanyian.

o Percayalah bahwa orang lain juga dapat bernyanyi seperti Anda, dan yakinkan hal itu pada mereka.

o Ajarkan nyanyian sebelum ibadah, bukan ketika ibadah berlangsung.

o Perkenalkan nyanyian baru dengan antusias, jangan dengan rasa bersalah.

o Sebelum mengajarkan nyanyian baru kepada umat, pelajarilah melodi dengan telinga dan hati.

o Ajarkan melodi dengan jelas.

o Biarkan umat melihat Anda menyanyikan melodi dan bukan sekadar membaca partitur.

o Gunakan suara alami Anda dan tunjukkan bahwa Anda suka dengan nyanyian tersebut dan ingin membagikannya kepada yang lain.

Kesimpulan

Bernyanyi bersama di gereja mungkin menjadi kerinduan kita semua di tengah situasi pandemic Covid-19 saat ini. Saat ini kita belum bisa menerapkan seperti yang dahulu kita lakukan, akan tetapi semangat bernyanyi itu tidak boleh sampai hilang dari jiwa kita.

Nyanyian/Musik tidak dibatasi oleh media, sebab sejatinya nyanyian lahir dan hinggap di jiwa manusia bagaimanapun ia disajikan. Sebagaimana nyanyian dapat memulihkan jiwa kita yang kering, nyanyian pun dapat menjadi pemulih bagi orang lain. Tetaplah bernyanyi dan jangan pernah jauhkan telingamu dari nyanyian.

Pujilah Tuhan, Hai Jiwaku! Haleluya.

6 Wren, Praying Twice, 124-125.

(7)

5 Daftar Pustaka

Eskew, Harry dan Hugh T. McElrath. 1995. Sing With Understanding. Tennessee: Church Street Press.

The United Methodist Church. 1989. The United Methodist Hymnal. Tennessee: The United Methodist Publishing House.

Wren, Brian. 2000. Praying Twice. Kentucky: Westminster John Knox Press.

(8)

Laporan Kegiatan sebagai Pembicara pada

“Webinar bagi Pemandu dan Pemusik Gereja”

1. Webinar bagi Pemandu dan Pemusik Gereja diselenggarakan oleh Gereja Kristen Indonesia Jati Murni, Bekasi.

2. Saya membawakan materi yang berjudul “Melayani dengan Ucapan Syukur” pada tanggal 28 Agustus 2021, pkl. 15:00-17:00.

3. Pelatihan Pemusik dan Pemandu ini dilaksanakan secara daring dengan mediasi Zoom.

4. Sesi yang saya bawakan diikuti oleh sekitar 30 orang. Peserta sebagian besar adalah pemusik, pemandu nyanyian jemaat, dan anggota majelis yang secara aktif melayani dalam bidang liturgi dan musik di gereja GKI Jati Murni.

5. Terlampir adalah makalah dan sertifikat dari GKI Jati Murni.

Jakarta, 28 Agustus 2021

Rahel Daulay, Th.M.

Referensi

Dokumen terkait

Dari sekian banyak bentuk nyanyian yang kita warisi saat ini, bentuk seperti apa yang tepat untuk digunakan sesuai dengan konteks jemaat kita masing-masing, strophic (nyanyian

Jl Am Sadri kel Tuah Karya Kec Tampan Jl depan UIN (SD SMP Al Izhar Panam) Kec Tampan Jl pelita Ujung Rt 08 rw 04 kel sidomulyo barat kec tampan V - 235 | Rencana Kerja

KARANGANYAR RT/RW 003/005 KEL MUGARSARI KEC TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA..

Majelis Jemaat pada persidangan hari Sabtu tanggal 07 Mei 2022 memutuskan, Kebaktian sekolah Minggu pada tanggal 29 Mei 2022, pukul 09.00 WIB akan dilaksanakan secara Onsite

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Identifikasi Jenis Mangrove yang

Faktor Penghambat Program Jadwal Kegiatan tidak sesuai pelaksanaan sehingga serapan belanja dan kinerja sangat rendah Rekomendasi Bappeda. Predikat kinerja

Jikalau dalam Kebaktian Umum digunakan nyanyian tradisional gerejawi, maka ada kemungkinan anggota jemaat yang menyukai nyanyian pop gerejawi berpindah ke gereja lain atau

yang diterima oleh server melalui socket.accept() yeng dilewatkan melalui konstruktor ProcesClient, koneksi bertype boolean dimana akan di set true