• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI RESOLUSI KONFLIK SENGKETA TANAH ADAT OLEH PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI ( STUDI KASUS : SENGKETA LAHAN ANTARA SUKU ANAK DALAM (SAD) DAN PT. ASIATIC PERSADA DI KABUPATEN BATANG HARI, JAMBI )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SKRIPSI RESOLUSI KONFLIK SENGKETA TANAH ADAT OLEH PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI ( STUDI KASUS : SENGKETA LAHAN ANTARA SUKU ANAK DALAM (SAD) DAN PT. ASIATIC PERSADA DI KABUPATEN BATANG HARI, JAMBI )"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RESOLUSI KONFLIK SENGKETA TANAH ADAT

OLEH PEMERINTAH KABUPATEN BATANG HARI

( STUDI KASUS : SENGKETA LAHAN ANTARA SUKU ANAK DALAM

(SAD) DAN

PT. ASIATIC PERSADA DI KABUPATEN BATANG HARI, JAMBI )

OLEH :

WIDA LARAS SATTY WIBISONO

201010050311079

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah yang di limpahkan oleh

kehadirat Allah SWT, tuhan semesta alam yang telah melimpahkan segala rahmat

serta karunia yang tiada henti hingga penulis dapat menyelesaikan pentusunan

penelitian sekripsi yang berjudul

“Resolusi Konflik Sengketa Tanah Adat Oleh

Pemerintah Kabupaten Batanghari (Studi Kasus: Sengketa Tanah Antara Suku

Anak Dalam (SAD) dan PT. Asiatik Persada di Kabupaten Batanghari, Jambi)”.

Penulisan sekripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik di Universitas

Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan, motivasi dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala

hormat dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak

terhingga kepada :

1.

Allah SWT, hanya dengan ridho-Nya maka skripsi ini bisa terselesaikan

dengan baik.

2.

Drs. Muhajir effendi, M.A.P selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang

3.

Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan FISIP Hevi Kurnia Hardini, MA.

Gov selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

4.

Bapak Dr. Wahyudi, M.Si dan Bapak Yana S.Hijri, M.IP yang telah

membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu skripsi saya

5.

Seluruh dosen Ilmu Pemerintahan yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu. Terima kasih untuk keikhlasan dan ketulusan bapak / ibu dosen

dalam berbagi ilmu dengan kami.

6.

Kedua orang tuaku Bapak dan Ibu,

(7)

Terimakasih telah memberiku dukungan moril maupun materil,

memberiku semangat, perhatian dan kasih sayang yang berlimpah.

Terimakasih banget bapak ibu.

7.

Kakak dan adekku…Thank’s for your spirit

8.

Buat kesayanganku Mr. F. Irfandi yang selalu ada di setiap aku

membutuhkan. Terima kasih atas semangat, motivasi dan kasih sayangmu

yang kamu berikan selama ini. I will always love you… Yo Te Amo

9.

Seluruh anggota The cenil’s centil, my best friend’s..

Beb Cipuuddd, Mama Oppi (nyinyut), Dedeg Lydia, Beb Itty (pitty) dan

Beb Novel, thank you udah kasih support buat cepet – cepet lulus…

10. Bapak dan Ibu serta warga Suku Anak Dalam (SAD) yang membantu

memudahkan skripsi saya

Penulis yakin skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna, sehingga

masukkan dan kritikan akan selalu penulis harapkan untuk memperbaikki skripsi ini.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul …..………...……….……… i

Lembar Persetujuan ..………...……… ii

Lembar Pengesahan ………..………. iii

Lembar Pernyataan ………..….. iv

Berita Acara Bimbingan ………...…….. v

Kata Pengantar ………..………… vi

Abstraksi ………...……… viii

Abstract .……….……… x

Daftar Isi ……… xii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ……… 1

B.

Rumusan Masalah ………. 16

C.

Tujuan Penelitian ………...……… 16

D.

Manfaat Penelitian ………...…………. 16

E.

Kajian Pustaka ………...……… 18

F.

Metode Penelitian ………..……… 20

G.

Sumber Data ………..……… 23

H.

Teknik Analisa Data ..……….………... 24

I.

Uji Keabsahan Data ………..….……… 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Teori Resolusi Konflik ..……….………....29

1.

De-eskalasi Konflik ..……….………. 29

2.

Interview Kemanusiaan Dan Negosiasi Politik ……….. 30

3.

Problem- Solving Approach ………... 31

4.

Peace-Building ……… 32

B.

Konflik Agraria ..……….………... 41

(9)

D.

Peraturan Bupati Batanghari nomor 244 Tahun 2010 ………... 45

BAB III PROFIL KABUPATEN BATANGHARI Dan PT. ASIATIK PERSADA

A.

Kabupaten Batanghari .……….………... 51

1.

Kondisi Geografis ..……….………... 51

2.

Keadaan Topografis ..……….……….. 52

3.

Keadaan Demografis ..……….……… 53

1.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ……….... 53

2.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ……….. 54

3.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ………... 55

4.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis ………...… 56

5.

Komposisi Penduduk Berdasarkan Prasarana Pendidikan ……….... 57

B.

Potensi Sumber Daya Alam ..……….……….... 58

a)

Potensi Tanaman Pangan ………. 58

b)

Pertanian Tanaman Kebun dan Hutan ………. 59

c)

Peternakan ……….... 62

C.

Profil Pemerintah Daerah Kabupaten Batanghari ..……….…... 63

D.

Deskripsi Umum PT. Asiatik Persada ..……….……… 65

BAB IV PEMBAHASAN

A.

Kronologi Masalah Sengketa Tanah Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)

dan PT. Asiatik Persada ……….………... 72

B.

Proses Resolusi Konflik Sengketa Tanah Masyarakat Suku Anak Dalam

(SAD) dan PT. Asiatik Persada ……….………... 89

1.

Proses Administrasi Lahan Konflik ……….……….... 89

2.

Proses Arbitrase Konflik Agraria dalam Bentuk Tim Terpadu ………... 93

3.

Proses Mediasi Oleh Pemerintah Kabupaten Batanghari ………... 99

C.

Kendala-Kendala Dalam Resolusi Konflik Sengketa Tanah Masyarakat Suku

Anak Dalam (SAD) dan PT. Asiatik Persada ………... 108

(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, James E. 2006.

Public Policy Making: An Introduction

. Boston: Houghton

Mifflin. 1996

februari 2013, pukul 3:42

Burton, John. Conflict: Resolution and Provention, (London: MacMillan Press, 1990,

hlm: 88-90

Clark, Samuel. 2004.

Bukan Sekedar Persoalan Kepemilikan, Sepuluh Studi Kasus

Konflik Tanah dan Sumber Daya Alam dari Jawa dan Flores

, Jakarta: Bank

Dunia.

Clark, Samuel. 2004. Bukan Sekedar Persoalan Kepemilikan, Sepuluh Studi Kasus

Konflik Tanah dan Sumber Daya Alam dari Jawa dan Flores, Jakarta: Bank

Dunia.

Creswell. W. John.

Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed

,

Pustaka Pelajar, Celeban Timur, Yogyakarta Dirjen Dikti Depdiknas.

Gulo,W.2002.

Metode Penelitian, Gramedia widiasarana Indonesia.

Jakarta

Gunawan Wiradi (2001): “Reforma Agraria. Tuntutan Bagi Pemenuhan Hak-Hak

Asasi Manusia”. Makalah dalam Konperensi Nasional Pembaruan Agraria,

diselenggarakan oleh KOMNAS HAM, 17 – 20 April, 2001.

Gunawan Wiradi Artikel, Hlm 2. 1996

kantor Yayasan Community Alliance on Pulp and Paper Advocacy (CAPPA)

(12)

Laporan Penelitian, Konflik Tanah Adat Suku Anak Dalam Kabupaten Batang Hari,

3

0 September, 2008

Lexey,Moleong. 2001.

Meteologi Penelitian Kualitatif

, Remaja Rosdakaria, Bandung

Loescher, Gil dan Dowty, Alan. “Refugee Flows as Grounds for International

Action”. International Security, Vol.2, No.1 (Summer 1996); Widjajanto,

Andi. “Kelemahan Internal Aksi Kemanusiaan PBB”, Kompas, Selasa, 19

September (2000a);Widjajanto, Andi. “EtikaPerang dan Resolusi Konflik”,

Global: Jurnal Politik Internasional, Vol.1, No.6 September2000

M aria S.W Sumardjono Pokok-Pokok Pikiran mengenai Penyelesaian Konflik Agraria,

hlm 57, 2006

Maswadi. Ra’uf . 2000.

Konsensus Politik : Sebuah Penjajagan Teoritis

. Jakarta :

M iall, Hugh. (et .al.). Resolusi Damai Konflik Kont emporer: M enyelesaikan,

M encegah, M elola dan M engubah Konlik Bersumber Polit ik, Sosial, Agama

dan Ras, t erj. Tri BudhiSast rio. Jakart a: PT Raja Grafindo Persada, 2000. hlm.

302-344

Musta'in

.

2006.

Hukum Dan Politik Agrarian

, universitas terbuka, Karunia, Jakarta.

Nasikun. 1999. Perkembangan Konflik Pertanahan di Pedesaan Dalam era

Pembangunan Indonesia, Bandung: Primaco Akademika

(13)

Sejumlah Pilihan Negosiator. Jakarta: International IDEA, 2000, hlm.

135-283

Rekaman Konflik Agraria 2013, per sektor. Grafis: Konsorsium Pembaruan Agraria

S.W Sumardjono, 2006

. Pokok-Pokok Pikiran mengenai Penyelesaian Konflik

Agraria

Salahudin. 2002. Setawar Sedingin, Sebuah Model Resolusi Konflik masyarakat Adat

Bengkulu. Yogyakarta

Soeharto, Irawan. 2002.

Metode Social. Bandung

Surianingrat, 1988,

Mengenal Ilmu Pemerintahan

, Aksara Baru, Jakarta

Syarif, Alza. 2014.

Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus

Pertanahan

, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta

Wirawan, konflik dan manajemen konflik, teori, Aplikasi, Dan Penelitian, Salemba

Himanika, 2010. Hlm:182

Wirawan, konflik dan manajemen konflik.Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Salemba

Humanika, 2010.. Hlm: 177

Zartman, William I. dan Touval, Saadia. “International Mediation in the Post-Cold

War Era” dalam Crocker, Chester A (et.al) (eds.). Managing Global Chaos:

Sources of and Responses to International Conflict (Washington, D.C.: USIP

Press, 1996).

(14)

Resolusi Konflik

” terdapat di

http://www.sicripps.ohio.edu/news/cmdd/artikelefhtm.

diakses tanggal 20 Januari 2013, pukul : 12.30

Arsyad, Idham. (2012). Terkuburnya Keadilan Agraria Bagi Rakyat Melalui

Reformasi Agraria, Laporan Akhir Tahun Konsorsium Pembaharuan Agraria

2012.

(http://www.sapa.or.id/laporan-program/126-mitra-sapa/805-laporan-akhir-tahun-2012-konsorsium-pembaruan-agraria.html, diakses 22 januari

2014)

Artikel, ratusan warga Suku Anak Dalam (SAD) kembali duduki Kantor Gubernur.

http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20131002/ratusan-warga-sad-113-kembali-duduki-kantor-gubernur-jambi.html#ixzz2pFsUf400

, diakses 25

februari 2013, pukul 3:42

Data Konflik Agraria PT. Asiatik Persada dan masyarakat Suku Anak Dalam (SAD),

Dokumen Tim Terpadu Kabupaten Batanghari

Data Konflik Agraria PT. Asiatik Persada dan Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD),

Dokumen Tim Terpadu Kabupaten Batanghari

Data konflik PT. Asiatik Persada dan masyarakat Suku Anak Dalam (SAD),

Dokumen Tim terpadu Kabupaten Batanghari

Data konflik PT. Asiatik Persada dan Masyarakat Suku Anak Dalam, Dokumen Tim

Terpadu Kabupaten Batanghari

Data rapat BPN Kabupaten Batanghari, dokumen Konflik PT. Asitaik Persada dengan

Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD), Pada Tanggal 15 April 2013, di Kantor

PT. Asiatik Persada

(15)

Dinas Kehutanan Kabupaten Batanghari, Dokumen Konflik Agraria PT. Asiatik

Persada dan Masyarakata Suku Anak Dalam (SAD), Tim Terpadu Kabupaten

Batanghari.

Galtung, Johan. 1960.

Violence, War, and Their Impact On Visible and Invisible

Effects of Violence

dalam http://www.dadalos.org diakses tanggal 12 maret

2014, pukul 1:08

Gubernur, berhentilah melindungi PT Asiatic Persada.

Error! Hyperlink reference

not valid. , diakses pada 30 desember 2013, pukul: 1:00

Gubernur, berhentilah melindungi PT Asiatic Persada.

Error! Hyperlink reference

not valid., diakses pada 30 desember 2013, pukul: 1:00

Hasil

Hearing

antara masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) dan Gubernur Jambi,

Dokumen Tim Terpadu Kabupaten Batanghari.

Hasil Rapat koordinasi penyelesaian permasalahan PT. Asiatak Persada dengan

Masyarakat SAD, Pada hari Senin, 26 Maret 2012, diruang Utama Kantor

Gubernur Provinsi Jambi, Jam: 10.00 s./d Selesai.

Hasil rapat Koordinasi penyelesaian permasalahan PT. Asiatik Persada dengan

Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD), pada senin 26 Maret 2012, diruang

Utama kantor Gubernur Jambi, Jam 10.00 S/d selesai.

http://news.liputan6.com/read/439235/kekerasan-akibat-konflik-agraria-meningkat

http://tinyurl.com/oul2pe4

Petition of the Suku Anak Dalam Batin Sembilan

:

RSPO,

berhentilah melindungi Wilmar!

October 2013

(16)

Hukum konflik agraria, sumber:www.wordpress.com, diakses 13 maret 2014,

pukul: 09:56

Jurnal Agraria, Resolusi Konflik Pertanahan Berdasarkan Pranata Adat, Tahun 2008,

Jambi: Yayasan Caffaa

Jurnal

KPA:

http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20131029/tujuh-alasan-izin-hgu-pt-asiatic-persada-harus-dicabut.html#ixzz2mU7dJ2dT

, diakses pada,

6 januari 2014.

Menteri Kehutanan RI, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 667/Krta-II/1992,

Dokumen Konflik PT. Asiatik Persada Dan Masyarakat Suku Anak Dalam

(SAD) Tim Terpadu Kabupaten Batanghari.

Perkembangan Penyelesaian konflik PT. Asiatik Persada dengan Masyarakat Suku

Anak Dalam (SAD), Disampaikan oleh Bupati Batanghari pada pelaksanaan

Pertemuan koordinasi penanggulangan Gangguan Usaha Perekebunan.

SK Bupati nomor: 800/0919/SPT/2010, dokumen Tim Terpadu Kabupaten

Batanghari

Suku Anak Dalam : PT. Asiatic Persada [WILMAR Grup] Berdiri Di Atas Tanah

Kami.

http://serikat-tani-nasional.blogspot.com/2008/09/suku-anak-dalam-pt-asiatic-persada.html. diakses 12 Januari 2014

, pukul, 21:09

(17)

Surat BPN RI, Nomor : 3602/25.2/X/2012, tentang permasalahan tanah antara

Kelompok Suku Anak Dalam (SAD) dan PT. Asiatik Persada, dokumen

Lembaga Swadaya Masyarakt Peduli Bangsa.

Surat tembusan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Batanghari. Dokumen Tim Terpadu

Kabupaten Batanghari

TRIBUNNEWS.COM.Ketergantungan Suku Anak Dalam (SDA) Picu Konflik

Agraria Meninggi, diakses.26 Desember 2013 14:40 WIB.

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persoalan konflik pertanahan seakan tidak pernah usai dari Indonesia,

pada masa Reformasi pergantian dari Rezim Orde baru ke Reformasi

menyisakan problem pertanahan yang mengakibatkan tuntutan warga yang

merasa dirampas haknya. Era Reformasi yang sedang berkembang di

masyarakat , serta konsep Desentralisasi (otonomi daerah) yang dicanangkan

sejak tumbangnya Rezim Orde baru menjadi dimungkinkan penyelesaian

sengketa hukum dilakukan dengan cara non litigasi, sebab penyelesaian ini

sebetulnya adalah alternatif penyelesaian yang lebih cepat, singkat dan

dengan biaya murah, serta menjamin jalan konpromi terhadap pihak-pihak

yang bersengketa.

Pada Era Reformasi permasalahan yang berkaitan dengan persoalan

agraria beberapa kebijakan pemerintah yang kontroversi pada era reformasi ini

menuai protes dari berbagai pihak. Banyaknya sengketa agraria yang terjadi

menunjukkan belum terlindunginya hak rakyat atas tanah. Terjadinya

peningkatan kemiskinan adalah ciri dari masyarakat agraris di Indonesia/

akibat benang kusut masalah agraria sepanjang sejarah pertanahan.

Pada Era saat ini di periode kepemimpinan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) masalah konflik pertanah dan agraria belum juga

terselesaikan, seperti yang terjadi selama lima tahun terakhir ini ( Tahun 2009

(19)

2

jika dibandingkan 2009. Pada tahun 2012 terdapat 173 kasus konflik agraria di

sejumlah daerah, konflik agraria tersebut melibatkan luas lahan sengketa

mencapai 866.676 hektare. Perebutan lahan itu melibatkan 112.854 kepala

keluarga.

Konflik agraria sudah menjadi masalah yang berkepanjangan dan

belum terselesaikan dengan baik sampai saat ini, terdapat sepuluh besar

provinsi dengan konflik terbesar agraria diantaranya, Sumatera utara

(10,84%), Jawa Timur (10,57%), Jawa Barat (8,94%), Riau (8,67%), Sumatera

Selatan (26 kasus), Jambi (5,96%), DKI Jakarta (5,69%), Jawa Tengah

(4,61%), Sulawesi Tengah (3,52%), dan Lampung (2,98%)1. Kesepuluh Provinsi yang tercatatat ini memiliki jumlah konflik agraria dengan rata-rata

yang lebih dari 3%, dengan jumlah kasus yang ditimbulkan cukup tinggi.

Luas area konflik agraria dan jumlah Kepala Keluarga yang menjadi

korban dalam masalah agraria ini menunjukan peningkatan dari tahun

ketahun, pada tahun 2009 - tahun 2013 luas area konflik agraria meningkat

tajam, pada tahun 2009 jumlah terdapat 24 kasus konflik agraria dengan luas

area sengketa tanah mencapai 328.497,86 Ha, lalu pada tahun 2013 meningkat

menjadi 1.281.660.09 hektar (Ha) luas area konflik. Seperti yang tertera pada

Garfik.1 dibawah ini.

1

Laporan akhir tahun 2013 Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

(20)
[image:20.612.145.529.129.255.2]

3

Grafik 1. Luasan Areal Konflik Agraria dan Jumlah Kepala Keluarga

Sumber : Grafis Konsorsium Pembaruan Agraria

Pada Grafik diatas pada memperlihatkan jumlah luasan areal konflik

agraria dari tahun ke tahun dilihat mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2013

mengalami peningkatan yang yang sangat cepat. Pada 2009 ada 24 kasus

dengan luas lahan seluas 328.497,86 Ha, dan 84 kriminal dan kekerasan, serta

5,835 KK yang tergusur dan 4 orang meninggal dunia.pada tahun 2010

mencapai 535,197 hektar, dengan jumlah 106 konflik agraria di berbagai

wilayah Indonesia serta melibatkan 517,159 KK. Pda tahun 2011, jumlah

konflik agraria meningkat menjadi 163 konflik, meski luas lahan yang

disengketakan sedikit lebih kecil, yaitu 472.048,44 hektar. Sementara pada

tahun 2012, jumlah konflik agraria meningkat lagi menjadi 198 konflik

dengan luas lahan yang semakin besar, yaitu 963.411,2 hektar. Pada tahun

2013 luas lahan konflik agrarian mencapai 1.281.660.09 hektar (Ha).

Data dari KPA ini menunjukkan selama Indonesia memasukin periode

pemerintahan Presiden SBY semakin meninggkat kasus konflik agraria dan

makin mempertegas posisi Presiden tidak untuk rakyat tetapi pengusaha skala

(21)

4

Konflik agraria juga terjadi di kawasan ekspansi perkebunan sawit seperti di

Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah hingga Lampung. Keadaan

ini memperlihatkan, ekspansi perkebunan, pertambangan skala besar

bersamaan dengan perampasan tanah yang dikelola masyarakat. Ini

menunjukan konflik agraria terjadi akibat kebijakan agraria masa kolonial

hingga orde baru sebagian besar menjadi PTPN belum terselesaikan. Masih

menyisakan konflik yang belum terselesaikan, seperti Sumatera Utara dan

Jawa2.

Data konflik agraria sepanjang tahun 2009 sampai tahun 2013

mencapai peningkatan yang sangat tinggi, seperti dijelaskan pada grafik.1

luasan area konflik dan jumlah kepala keluarga yang terlibat dalam konflik

tersebut. Tabel dibawah ini menunjukan jumlah kepala keluarga yang terlibat

dalam konflik dan yang menjadi korban dalam konflik tersebut, dengan

jumlah area konflik yang sangat luas dan meningkat setiap tahun maka

berdampak pula kepada masyarakat sekitar yang berada disekitar kawan

sengketa hingga mereka menjadi korban pengusuran, tindakan kriminal,

[image:21.612.142.463.573.624.2]

bahkan korban meninggal dunia3.

Table 1. Data Konflik Agraria tahun 2009-2013

Tahun KK Tergusur Kirminal/ Korban

2009 5.835 84/4 korban

2010 21.367 106/5 korban

2

TRIBUNNEWS.COM. Ketergantungan Suku Anak Dalam (SDA) Picu Konflik Agraria Meninggi, diakses.26 Desember 2013 14:40 WIB.

3

(22)

5

2011 273.888 120/18 korban

2012 116.435 76/3 korban

2013 383 239/181 korban

2014 Belum Ada

Sumber : Grafis Konsorsium Pembaruan Agraria

Tabel data diatas menunjukan akibat dari konflik agraria yang

berlangsung selama ini, dari Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA)

meningkatnya konflik agraria ini dikarenakan sengketa lahan dan distribusi

lahan yang tidak adil ini membuat jumlah kepala keluarga petani hilang,

karena terlalu banyaknya konflik yang terjadi secara tidak langsung membuat

kemiskinan dan kelaparan akan melebar, semua ini disebabkan karena tidak

adanya keberpihakan pemerintah terhadap petani dan masyarakat.

Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) juga mencatat sepanjang

tahun 2012 terjadi 173 kasus konflik agraria di sejumlah daerah, akibat konflik

tersebut sebanyak 3 orang petani tewas, 25 terluka tembak, 44 orang luka-luka

biasa, dan 131 petani ditahan. Konflik agraria tersebut melibatkan luas lahan

sengketa mencapai 866.676 hektare. Perebutan lahan itu melibatkan 112.854

kepala keluarga berhadapan dengan negara, militer, pihak swasta, dan

lain-lain. Sebanyak sembilan kasus konflik agraria melibatkan institusi militer.

Sebanyak 6 kasus sengketa agraria di sektor pertambangan dan terbanyak 37

kasus sektor pertanian.4

Lebih jauh lagi Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) pada tahun

2013 jumlah konflik agraria kini menjadi 369 atau meningkat sebanyak

4

Konflik-Agraria-Meningkat-Kemiskinan-Menghebat.

[image:22.612.148.464.107.170.2]
(23)

6

86,36%, korban dari konflik agraria ini sebanyak 21 orang meninggal dunia,

30 orang tertembak, 130 mengalami penganiayaan dan sebanyak 239 warga

ditahan. Sepanjang 2013, KPA mencatat 369 konflik agraria dengan luasan

lahan mencapai 1.281.660.09 hektar melibatkan 139.874 keluarga.

Konflik agraria setiap tahunnya mencapai peningkatan yang cukup

cepat, dengan jumlah luasan area tanah yang pasti ikut meluas dan korban

yang ditimbulkan semakin banyak seperti yang dijelaskan pada Grafik 1 dan

tabel 1. Konflik agraria yang terjadi mencangkup beberapa sektor yang sangat

berpengaruh diantaranya sektor perkebunan, pertambangan, pesisir/kelautan,

infrastruktur, kehutanan, dan lain-lain. Pada grafik dibawah ini menunjukan

jumlah kenaikan konflik agraria pada setiap sektor, grafik dengan warna hijau

tua menunjukan pada sector kehutanan, warna merah maron untuk

pertambangan, hijau muda untuk pesisir/kelautan, ungu untuk sector

[image:23.612.140.501.496.674.2]

infrastruktur, dan biru untuk kehutanan.

Grafik 2. Jumlah Konflik Agraria Dari Beberapa Sektor

(24)

7

Grafik diatas menunjukan jumlah konflik perkebunan di peringkat

teratas dengan 180 kasus (48,78%), disusul infrastruktur 105 kasus (28,46%),

pertambangan 38 (10,3%), kehutanan 31 (8,4%), pesisir kelautan 9 (2,44%)

dan lain-lain 6 kasus (1,63%). Jadi, setiap hari terjadi lebih dari satu konflik

agraria melibatkan 383 keluarga atau 1.532 jiwa dengan luasan wilayah sekiar

3.512 hektar. Sektor kehutanan, area konflik agraria terluas sekitar 545.258

hektar disusul perkebunan 527.939,27 hektar dan pertambangan 197.365,90

hektar. Dibandingkan tahun 2012 pada tahun selanjutnya, ada peningkatan

areal konflik 318.248,89 atau naik 33,03 persen. Dari sisi jumlah kasus naik

198 atau 86,36 persen.

Melihat data diatas, dapat disimpulkan bahwa konflik agraria ini

benar-benar sangat memprihatinkan dan wajib hukumnya untuk ditindak

lanjuti oleh pemerintah bahkan dari waktu ke waktu, masalah pertanahan

makin parah dan memprihatinkan5. Kehutanan adalah sektor agraris yang arealnya paling luas, pertanian/perkebunan sendiri terjadi di areal seluas

527.939,27 ha dan disusul oleh pertambangan sebesar 197.365,9 ha. Dengan

luas dan jumlah kasus konflik agraria sebanyak itu, tak heran kalau rumah

tangga petani kian lama kian menyusur. Orang-orang di pedesaan tidak lagi

tertarik untuk menggarap sektor pertanian, perkebunan, dan sebagainya.

Konflik agraria dan distribusi lahan yang tidak adil ini membuat jumlah kepala

keluarga petani hilang, secara tidak langsung kemiskinan dan kelaparan akan

5

Laporan_Akhir_Tahun_2013_Warisan_Buruk_Agraria_SBY,

(25)

8

melebar, meningkatnya konflik agraria ini dikarenakan tidak adanya

keberpihakan pemerintah terhadap petani.

Adapun di Provinsi Jambi tercatat 13 konflik lahan di Provinsi Jambi

selama 2011 sebagaimana laporan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Komunitas Konservasi Indonesia Warsi Jambi yang di dominasi sengketa

antara masyarakat dengan perusahaan. Direktur Komunitas Konservasi

Indonesia (KKI) konflik lahan atau agraria dipicu pengelolaan sumber daya

alam yang terfokus pada pemegang modal besar. kasus agraria di Jambi juga

sudah berlangsung lama tanpa ada penyelesaian6.

Pada kasus-kasus tersebut terjadi menyebar di beberapa daerah di

Provinsi Jambi seperti di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat,

Merangin, Tebo dan Kabupaten Bungo, Jumlahnya mencapai ribuan hektare

yang disengketakan. Korbannya justru lebih banyak pada masyarakat atau

petani baik korban secara fisik maupun materi, Berdasarkan data resmi

Pemerintah provinsi Jambi saat ini terdapat 24 kasus agraria antara masyarakat

dengan perusahaan sawit, serta empat kasus masyarakat dengan perusahaan

pengelola Hak Tanaman Industri (HTI)7.

Masalah konflik sengketa lahan yang terjadi di kabupaten Batang Hari

ini sudah berlangsung selama 25 tahun antara Suku Anak Dalam (SAD) dan

PT Asiatic Persada, dalam ijin HGU PT. Asiatic Persada disebutkan adanya

lahan perladangan, pemukiman, belukar milik rakyat seluas 3.550 Ha, namun

6

Laporan Akhir Tahun KPA, http://www.mongabay.co.id/2013/12/22/konflik-agraria-2013-meningkat-21-warga-tewas-30-tertembak/, diakses tanggal : January 21, 2014, jam 10:05:33 7

(26)

9

selama ini lahan tersebut diklaim oleh pihak perusahaan dan keberadaan PT

Asiatic Persada tidak begitu memberikan manfaat bagi masyarakat Suku Anak

Dalam (SAD) yang berdiam diwilayah tersebut, justru kesengsaraan yang

terjadi. Keberadaannya PT. Asiatik Persada pun dinilai telah mengambil tiga

kampung milik Suku Anak Dalam, meliputi Kampung Pinang tinggi, Padang

salak, dan Tanah menang. PT Asiatic Persada juga telah merambah kawasan

hutan produksi, luasnya hanya 192 hektare bukan 800 hektare yang hasil

hutannya diandalkan oleh masyarakat SAD untuk memenuhi kebutuhan

mereka sehari-hari. Tetapi sejak adanya PT. Asiatik Persada masyarakat tidak

dapat lagi mengambil hasil hutan, mereka malah dituduh mengambil dan

mencuri di hutan milik PT. Asiatik Persada8.

PT Asiatic Persada merupakan perusahaan yang beroperasi sejak tahun

1986 dengan luas Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 20.000 Ha sesuai dengan

SK pencadangan tanah yang diberikan oleh Gubernur Jambi Kepada PT.

BDU. Perusahaan ini beroperasi diwilayah Kabupaten Batanghari dan

Kabupaten Muaro Jambi. Keberadaan perusahaan kelapa sawit ini telah

memberikan dampak pada suku adat (Suku Anak Dalam / SAD).

PT Asiatic Persada telah merambah sedikitnya 800 hektare kawasan

hutan lindung terbatas di kawasan Desa Bungku. Pada tanggal 9 sampai 11

Agustus 2011 terjadi kekerasan di Wilayah Dusun Sungai Beruang, sekitar 80

Kepala Keluarga (KK) kehilangan rumah tempat tinggal karena di gusur oleh

8

(27)

10

Brimob, dan 1 orang tertembak peluru karet. “Konflik yang berakhir

kekerasan kemudian menghasilkan perundingan yang difasilitasi oleh tim

CAO-Bank Dunia bersama dengan Tim dari Pemerintah Propinsi Jambi, di

istilahkan dengan Jomet”9. Namun perundingan mengalami kegagalan karena ketika perundingan hampir sampai pada pencapaian kesepakatan, PT Asiatik

Persada beralih management dari Willmar ke PT AMS Ganda Group. Situasi

ini kemudian berdampak pada berubahnya pola penyelesaian konflik di tubuh

PT Asiatik Persada.

Asal mula konflik sengketa lahan ini berawal dari Pencadangan Tanah

sesuai SK Gubernur Jambi No. 188.4/599/1985, yang mencadangkan tanah

seluas 40.000 Ha untuk perkebunan sawit PT. Bangun Desa Utama (BDU).

Surat Keputusan Gubernur tersebut di tindak lanjuti dengan Surat Keputusan

Mendagri No.SK.46/HGU/DA/1986 Tanggal 1 September 1986 tentang

Pemberian HGU kepada PT. BDU seluas 20.000 Ha yang terletak di

Kecamatan. Muaro Bulian, Kabupaten. Batang Hari, Izin HGU itu berlaku

sampai dengan 31 Desember 202110. Dengan mengantongi izin tersebut, pihak perusahaan menggusur tiga dusun, Tanah Menang, Pinang Tinggi dan Padang

Salak, wilayah Sungai Bahar Jumlah SAD berdasarkan hasil verfikasi

Pemerintah Kabupaten Batanghari, sebanyak 1.900-an jiwa, yang tersebar di

tiga kampung tersebut. Perampasan tanah ini disertai dengan pelanggaran

HAM, membuat kehidupan SAD sangat memprihatinkan.

9

Koran Independent Jambi. 2011, Hlm. 7 10

(28)

11

Demi memperjuangkan hak-hak mereka sebagai masyrakat yang

tertindas, para masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) melakukan penyampaian

aspirasi dan protes mereka melalui demontrasi yang dilakukan oleh

kelompok-kelompok SAD, “Senin, 30 September 2013, ratusan warga Suku Anak Dalam

(SAD) kembali menggelar aksi pendudukan di kantor Gubernur Jambi,

Mereka menuntut tanah ulayat mereka seluas 3550 ha segera dikembalikan.11” tetapi demontrasi yang dilakukan oleh SAD kepada PT. Asiatik Persada ini

tidak dihiraukan malah mereka diberi janji-janji kosong, mediasi dan

perundingan yang digagas oleh Jomet pun dibuat seolah tak bernyali oleh

pemerintah. “Dari pantauan kontributor BO di lokasi aksi, jumlah massa aksi

kali lebih banyak ketimbang sebelumnya. Kedati begitu, tak satupun pejabat

di Kantor Gubernur Jambi yang keluar menemui dan merespon aspirasi warga

SAD”12. Pemerintah seperti tunduk pada PT Asiatic Persada, padahal perusahaan ini jelas bermasalah, tak hanya soal konflik dengan Suku Anak

Dalam (SAD), tapi juga HGU yang tidak jelas luasannya berapa, ditambah

lagi perusahaan ini sudah berganti kepemilikan sebanyak 4 kali sepanjang

Tahun 2001-2013 dan pergantian kepemilikan ini tak sedikitpun meminta

persetujuan pemerintah, kita sudah dibohongi dan dirugikan oleh investor

yang menanam investasinya di PT Asiatic Persada.

11

Koran Tribun Jambi, 28 April 2012 ,Seribu Petani Demo Tuntut Cabut HGU Asiatik 12

(29)

12

Pemerintah Provinsi Jambi seakan-akan tidak peduli atas konflik yang

tengah terjadi selama ini, dengan adanya pemberontakan dan protes yang

dilakukan oleh Suku Anak Dalam (SAD) seharusnya pemerintah lebih

memperhatikan dan mendengarkan apa yang diingikan oleh masyrakatnya.

Kasus ini merupakan bukti bahwa pemerintah telah melakukan pembiaran dan

penelantaran. Jika pemerintah serius dan memiliki itikad baik mereka bisa

mengevaluasi izin HGU PT Asiatic. Pemerintah selalu mengelak bahwa

mereka tertipu dan tak pernah diberitahu jika perusahaan itu berpindah-pindah

tangan, tidak hanya pemerintah yang bertanggung jawab tetapi juga pihak

swasta punya tanggung jawab yang lebih. Perjanjian internasional pada

prinsipnya pihak swasta harus menghormati dan melindungi hak asasi

manusia. Perusahaan besar seperti Willmar ini yang 30% hasil produknya

dijual ke pasar Eropa serta Willmar menjadi salah satu anggota RSPO Group.

Tetapi sebuah fakta yang memilukan, dimana Pemerintah Provinsi Jambi

seakan acuh tak acuh terhadap kasus ini, pemerintah seperti tak bernyali

menghadapi PT Asiatic Persada, padahal secara wewenang dan tanggung

jawab, pemerintah harus melindungi dan memberikan rasa aman untuk

rakyatnya. Pemerintah Provinsi Jambi seakan menutup telingga dan mata

mereka dengan apa yang terjadi, Gubernur harusnya segera memperingatkan

PT Asiatic Persada untuk tidak mengabaikan perundingan yang telah

menghasilkan kesepakatan-kesepakatan penting, karena mengabaikan

perundingan dengan beralih pada Tim Terpadu ditingkat Kabupaten jelas telah

(30)

13

dikeluarkan oleh Gubernur, dan setiap kali hampir berujung kesepakatan

dengan pola kemitraan selalu saja perusahaan itu beralih kepemilikan, dan

setiap ganti kepemilikan pihak Pemerintah Jambi tidak mengetahui,

seharusnya dengan adanya pelanggaran dan konflik yang sudah berlangsung

sejak lama ini pemerintah lebih memperhatikan13.

Dalam menyelesaikan kasus sengketa ini dengan membuat koperasi

kemitraan yang di usulkan oleh PT. Asiatik Persada, tetapi semua kesepakatan

yang dibuat oleh PT Asiatik Persada dengan Mayarakat Suku Anak Dalam

gugur dan tidak berjalan dikarenakan PT.Asitik Persada berusaha lari dari

tanggung jawab dengan mengalihkan kepemilikan manajemen perusahaan

secara diam-diam dari PT. Asitic Persada kepada PT. Agro Mandiri Semesta14. Pada akhir 2012, BPN RI mengeluarkan SK bahwa sengketa lahan

SAD bagian dari permasalahan yang harus diselesaikan BPN secara nasional.

Selanjutnya, pada 7 MEI 2013, Pemerintah Provinsi Jambi mengeluarkan

surat yang ditanda tangani Sekda Provinsi Jambi, yang isinya memerintahkan

PT Asiatik Persada mengembalikan tanah adat seluas 3550 ha kepada

masyarakat SAD 113. Pada saat itu, mengeluarkan ultimatum bahwa

Pemerintah Provinsi Jambi memberikan waktu tiga bulan kepada PT. Asiatik

Persada untuk menindak lanjuti surat tersebut15.

13 Artikel, Gubernur, berhentilah melindungi PT Asiatic Persada. 3 Desember 2013. 14

Tujuh Alasan Izin HGU PT. Asiatic Persada Harus Dicabut,

http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20131029/tujuh-alasan-izin-hgu-pt-asiatic-persada-harus-dicabut.html#ixzz2mU7t3MX6, diakses: December 11, 2013, pukul, 2:24:13

15

(31)

14

PT Asiatik Persada adalah perusahaan yang bergerak dibidang

perkebunan sawit dan pabrik pengolahan kelapa sawit yang bernaung dalam

Willmar Group. Berdirinya PT. Asiatik Persada iini Berawal dari SK dari

Menteri Kehutanan memberi pelepasan kawasan hutan seluas 27.252 Ha dari

40.000 Ha lahan pencadangan Gubernur Jambi, lalu HGU seluas 20.000 Ha

direalisasikan menjadi milik PT. BDU. PT Asiatic Persada merupakan

perusahaan yang paling sering berganti kepemilikan, di Tahun 2001 sampai

Tahun 2006 perusahaan ini dikuasai oleh perusahaan dari Inggris yaitu

CDC-Pacrim, lalu Tahun 2006-2007 dikuasai oleh Cargill dari Amerika, dan tahun

2008-2012 giliran Wilmar Group yang berbasis di Singapura menguasai PT

Asiatic Persada, dan terakhir awal Tahun 2013, PT Asiatik Persada dikuasai

oleh PT AMS (Agro Mandiri Semseta) Ganda Group. kemudian perusahaan

CDC-Pacrim Inggris di tahun 2000 menjadi pemegang saham mayoritas, lalu

pada tahun 2006 pemegang saham mayoritas berpindah lagi keperusahaan

Cargill Amerika Serikat, dan di tahun 2010 saham mayoritas dibeli Willmar

Group Malaysia. Sedangkan sisanya 7.150 Ha jatuh ketangan PT. Maju

Perkasa Sawit (MPS) dan PT. Jammer Tulen, keduanya anak perusahaan

Willmar Group.

Pengalihan saham PT Asiatic Persada kepada pihak lain yang

dilakukan oleh Wilmar tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan masyarakat

(32)

15

pelanggaran pada P&C RSPO dan Kode Etik Anggota RSPO16. Jika RPSO tidak mengambil tindakan dengan memberikan sanksi kepada WILMAR atas

ketidak terbukaan dan niat buruk WILMAR dalam kasus ini, maka ini akan

membahayakan akuntabilitas dan legitimasi RSPO dalam upaya mendorong

produksi sawit yang benar-benar berkelanjutan. Keputusan pengalihan

kepemilikan PT.Asiatik Persada tersebut telah mengkhianati hasil keputusan

tiga pihak, yakni Lembaga Negara, PT. Asiatic Persada, dan Suku Anak

Dalam.

Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) merupakan masyarakat adat

yang keberadaan masih ada dan diakui, terlebih lagi hal ini diketahui

berdasarkan Surat Keterangan dari BC Mantri Politik. Surat Keterangan dari

Mantri Politic Menara Tembesi di buat di hadapan Gez En Accord Muara

Tembesi, di saksikan Penghulu Dusun Singkawang dan Pasirah Pemayung

Ulu, menerangkan wilayah perkampungan masyarakat Suku Anak Dalam

Dusun Pinang Tinggi, Padang Salak dan Tanah Menang wilayah Sungai

Bahar. Surat ini di kuatkan dengan surat sebelumnya yaitu Surat Resident

Palembang No: 211 Tanggal 4 September 1930 dan Nomor: 233 Tanggal 25

Oktober 192717.

Konflik sengketa tanah antara masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)

dengan PT.Asiatik Persada belum juga mendapatkan titik terang dalam

16

RSPO berhentilah melindungi Willmar, http://www. tinyurl.com/oul2pe, diakses 4 Oktober , tahun 2013, Pukul.2:43

17

(33)

16

penyelesaiannya, oleh sebab itu pemerintah Provinsi Jambi melakukan

Resolusi Konflik dalam melakukan penyelesain sengketa lahan ini.

Sehingga kini penyelesain konflik PT Asiatic Persada melalui Tim

Terpadu di Kabupaten Batang Hari yang dibuat sesuai dengan Peraturan

Bupati Nomor 12 Tahun 2010, SK Bupati Nomor 244 Tahun 2010, SK Bupati

Nomor 347 Tahun 2012 dan, SK Bupati Nomor 158 Tahun 2013. Tim

Terpadu ini bertugas menanggani gangguan keamanan dalam wilayah Batang

Hari, dengan adanya Tim Terpadu ini melakukan beberapa kali pertemuan

dengan PT. Asiatik Persada dan Suku Anak Dalam (SAD) guna memberikan

solusi penyelesaian masalah sengketa lahan ini, tetapi sejak di bentuknya Tim

Terpadu ini belum juga dapat menyelesaikan masalah sengketa lahan ini18.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penyelesaian sengketa lahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana resolusi konflik tanah adat oleh Pemerintah Kabupaten

Batang Hari dalam sengketa lahan antara Suku Anak Dalam (SAD)

dan PT. Asiatic Persada ?

2. Kendala–kendala apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten

Batang Hari dalam resolusi konflik tanah adat oleh pemerintah dalam

18

Surat Terbuka Warga Suku Anak Dalam (SAD) Untuk Keadilan Agraria,

(34)

17

sengketa lahan antara Suku Anak Dalam (SAD) dan PT. Asiatic

Persada ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini antara lain :

1. Mendeskripsikan dan Menjelaskan peran Pemerintah Kabupaten

Batang Hari dalam resolusi konflik tanah adat dalam sengketa lahan

antara Suku Anak Dalam (SAD) dan PT. Asiatic Persada.

2. Memahami Kendala–kendala apa saja yang dihadapi oleh Pemerintah

Kabupaten Batang Hari dalam resolusi konflik tanah adat dalam

sengketa lahan antara Suku Anak Dalam (SAD) dan PT. Asiatic

Persada.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Akademis

Manfaat penelitian ini secara Akademis atau keilmuan yaitu,

diharapkan nantinya akan memberikan suatu kontribusi, hasil-hasil

penelitian harus dirasakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,

seperti mata kuliah “Hukum Agraria” yang ditempuh pada semester 5,

Manfaat yang diperoleh dari penelitian dapat bersifat langsung.

2. Manfaat Praktik

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan memberikan

jalan terbaik untuk kesemua pihak, baik pihak pemerintahan, suku

anak dalam (SAD), dan PT. Asiatik Persada. Penelitian ini bukan

(35)

18

lebih ingin mengetahui bagaimana peran pemerintah terhadap

masyarakat yang memiliki hak istimewa dan mendapatkan hak

tersebut sesuai dengan seharusnya.

Konflik sengketa lahan ini telah berlangsung sangat lama dan

belum ada juga jalan keluar yang baik untuk ke dua pihak, diharapkan

dengan penelitian ini pemerintah lebih memikirkan bagaimana

seharusnya kebijakan itu bisa sampai kepada sasaran dan bisa

melakukan kewajibanya sebagai pelindung bagi masyarakatnya. Suku

anak dalam (SAD) adalah suatu masyarakat yang selalu dipandang

sebelah mata oleh pemerintah pusat ataupun daerah seharusnya para

suku asli seperti SAD ini lebih diberikan perhatian dan perlindungan

yang lebih karena selain mereka masyarakat yang menjaga dan

melindungi daerah tersebut mereka juga menjaga kebudayaan yang

selama ini telah ada, apabila pemerintah tidak menjaga dan

memberikan hak mereka dengan baik maka akan hilang suatu budaya

dan kekayaan alam milik kita ini secara pelan-pelan.

Manfaat penelitian ini bagi suku anak dalam (SAD) bisa

mendapatkan hak nya sebagai masyarakat yang berada dibawah

Undang-undang tentang hak ulayat atau hak istimewa bagi

masyarakat atau suatu suku adat asli. Seharusnya dengan adanya

Undang-Undang tersebut masyarakat lebih bisa memperjuangkan apa

yang seharusnya mereka dapatkan dan pertahankan. Apabila melihat

(36)

19

memihak kepada masyarakat yang seharusnya mereka lebih

diperhatikan malah mendapatkan perlakuan sebaliknya.

E. KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini peniliti menggunakan teori-teori dari beberapa ilmuan,

sebagai sumber analisis data membantu dalam kedepannya diantaranya teori

resolusi konflik.

a. Teori Resolusi Konflik

Penanganan konflik adalah persoalan kebiasaan dan pilihan. “Setiap

pilihan resolusi konflik yang diambil seharusnya selalu

mempertimbangkan kesuaian budaya dan lingkungan dimana resolusi itu

dipergunakan, sehingga dapat menghindari hambatan-hambatan kultural

dan struktur sosial”19.

Lebih lanjut resolusi konflik sebagai bidang spesialis tersendiri berakar

dan berkembang di negara-negara Barat, tetapi bidang ini seringkali

memperoleh kritik, karena penyelesaian konflik yang didasarkan pada

nilai-nilai internasionalisme justru seringkali gagal memahami konflik

baru sebenarnya adalah produk sampingan dampak westernisasi atau

internasionalisasi liberal diberbagai belahan dunia.

“salah satu sarana yang paling efektif untuk berkomunikasi dengan

massa yang tengah berkonflik adalah dengan menggunakan

saluran-saluran pengaruh informal tradisional dan pemimpin-pemimpin

setempat”20.

19

Salahudin. Setawar Sedingin, Sebuah Model Resolusi Konflik Masyarakat Adat Bengkulu. Studi Kasus Penyelesaian Konflik Nelayan di Kota Bengkulu, Yogyakarta. 2002, Hlm: 55

20

(37)

20

“Konflik sosial (termasuk konflik politik) adalah sebuah fenomena sosial

penting yang memerlukan penyelesaian konflik (conflict resolution).

Konflik sosial juga merupakan fenomena yang mempengaruhi pembuatan

keputusan. Semakin hebat konflik, semakin sulit membuat keputusan yang

mengikat semua”.21

b. Kerangka Penelitian

Resolusi konflik tanah adat oleh Pemerintah Kabupaten Batang

Hari dalam sengketa lahan antara Suku Anak Dalam (SAD) dan PT.

Asiatic Persada menunjukan peranan pemerintah secara mendalam dalam

membela masyarakat pribumi dalam mendapatkan hak-nya. Konflik

agraria banyak terjadi dan setiap tahun mengalami peningkatan dan belum

ada yang terselesaikan sepenuhnya.

Skema : Kerangka Penelitian

Sumber: Analisa Penulis

Keterangan :

: Melakukan

: Kepada

Sumber : Analisa Peneliti

Penelitian ini dilakukan untuk memlihat sejauh mana peran

pemerintah (Tim Terpadu) dalam menyelesaikan masalah sengketa tanah

antara PT. Asiatik Persada dengan Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) yang

21

Prof. DR. Maswadi Rauf. 2002

Tim Terpadu (Pemerintah Kabupaten Batanghari)

 Administrasi

 Arbitrase

 Mediasi

Suku Anak

(38)

21

telah berlangsung selama bertahun-tahun dan belum mendapatkan jalan keluar

untuk masalah tersebut.

F. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan dengan

alasan karena pendekatan kualitatif adalah metode yang lebih menekankan

pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada

melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini

lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ),

yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif

yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari

masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi

tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian

kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini agar dapat memunculkan

suatu temuan atau pengembangan kajian masalah dan memberikan

informasi tentang kebijakan pemerintah terhadap konflik tanah adat ini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus, Pada

penelitian kualitatif, terdapat obyek penelitian yang harus dipandang

secara khusus, agar hasil penelitiannya mampu menggali substansi

terperinci dan menyeluruh dibalik fakta. Obyek penelitian yang demikian,

yang disebut sebagai kasus, harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem

(39)

22

tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode yang tepat

untuk untuk dapat mengungkapkan mengapa dan bagaimana bagian,

komponen, atau unit tersebut saling berkaitan untuk membentuk fungsi.

Metoda tersebut harus mampu menggali fakta dari berbagai sumber data,

menganalisis dan menginterpretasikannya untuk mengangkat substansi

mendasar yang terdapat dibalik kasus yang diteliti. Metoda penelitian

tersebut adalah metoda penelitian studi kasus.

Studi kasus menggunakan berbagai sumber data untuk

mengungkapkan fakta dibalik kasus yang diteliti. Keragaman sumber data

dimaksudkan untuk mencapai validitas dan realibilitas data, sehingga hasil

penelitian dapat diyakini kebenarannya. Fakta dicapai melalui pengkajian

keterhubungan bukti-bukti dari beberapa sumber data sekaligus, yaitu

dokumen, rekaman, observasi, wawancara terbuka, wawancara terfokus,

wawancara terstruktur dan survey lapangan. Disamping fakta yang

mendukung proposisi, fakta yang bertentangan terhadap proposisi juga

diperhatikan, untuk menghasilkan keseimbangan analisis, sehingga

obyektivitas hasil penelitian dapat terjaga.

2. Fokus Penitian

Fokus penelitian merupakan pemusatan konsentrasi terhadap tujuan

penelitian yang sedang dilakukan. Fokus penelitian harus diungkapkan

secara eksplisit untuk mempermudah peneliti sebelum melaksanakan

(40)

23

Fokus penilitian ini lebih ditujukan kepada pemerintah jambi dalam

penanganan kasus sengketa lahan ini, dengan terbentuknya Tim Terpadu.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Bungku, Kec. Bajubang, Kabupaten

Batang Hari, Jambi. Berada di kawasan PT. Asiatik Persada dan

Perkampungan masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Kelompok 113 tiga

dusun (Tanah Menang, Pinang Tinggi, Padang Salak) yang berada di areal

HGU PT. Asiatic Persada Subyek Penelitian.

4. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian22. Masyarakat dan responden lainya adalah sebagai subyek yang mampu

memberikan informasi dan data seluas-luasnya, maka dalam penelitian ini

peniliti sangat berhati-hati dalam menentukan informasi agar didapatkan

informasi dan data yang falid dan lengkap.

Peneliti telah menetapkan beberapa informan penelitian yang

dipandang dapat memberikan pengalaman dan informasi yang

seluas-luasnya terutama berhubungan dengan kebijakan pemerintah terhadap

sengketa lahan. Subyek penelitian ini yaitu 4 narasumber,:

1. Ketua Tim Terpadu, Bupati Batang Hari, Bpk. H. Abdul Fattah,

SH

22

(41)

24

2. Sekretaris Tim Terpadu Kakan Kesbang dan Politik Batang Hari,

Bpk. Farizal, SH.MH

3. PT. Asiatik Persada, dan

4. Masyarakat sekitar yang terkena Dampak

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua sumber data yaitu :

a. Kata-kata dan tindakan

Kata-kata dan tindakan masyarakat (narasumber) yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Pengamatan maupun

wawancara dengan subyek yang dianggap dapat memberi informasi

tentang data yang dimaksud dalam penelitian.

b. Sumber Data tertulis

Sekalipun dikatakan bahwa sumber data dari luar kata-kata dan

tindakan merupakan sumber data kedua, tetapi hal ini tidak dapat

diabaikan, termasuk dalam sumber data tertulis adalah buku, majalah

ilmiah, arsip, jurnal, dokumen resmi, dan karya ilmiah.

Untuk memperoleh data yang valid, sumber data berupa :

1. Sumber data primer

Sumber data primer berupa data kata-kata dan tindakan tetang:

a) Kebijakan pemerintah atas sengketa lahan yang sudah

berlangsung sejak lama

b) Data tentang dampak yang terjadi setelah adanya kebijakan

(42)

25

c) Dokumen berupa catatan hasil dari kebijakan yang telah

dilakukan atau diterapkan, melalui teknik dokumentasi ini

bertujuan untuk memproleh data otentik dari pihak pertama.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh dari buku, bahan referensi dan

hasil kajian yang semuanya mendukung atau memperkaya sumber

data primer. Penelitian ini mencari informasi dari

tokoh-masyarakat, dan stake holder .

6. Teknik Pengumpulan Data

Pada prinsipnya pengumpulan data empiric diawali dengan memahami

setting, dalam hal ini peneliti masuk sebagai bagian dari subyek

penelitian. Penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data berupa

pengamatan, wawancara (interview), dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

a. Wawancara

Teknik wawancara mendalam dan terstruktur dengan menggunakan

pedoman wawancara yang merupakan suatu pengumpulan data secara

langsung dengan narasumber/informan dengan maksud mendapatkan

gambaran lengkap tentang masalah yang diteliti. Penelitian ini

diperlukan informan yang dianggap memahami masalah yang ada, oleh

sebab itu peneliti sebelum melakukan wawancara perlu menentukan

informan kunci. Informan kunci adalah tokoh masyarakat, kepala suku

(43)

26

masalah yang diteliti. Teknik wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak atu lebih yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai.

b. Observasi

Teknik observasi juga merupakan teknik penelitian melalui penjajakan

lapangan berusaha mengenal segala unsur lingkungan social, fisik dan

keadaan alam, sedangkan yang dimaksud dengan penilaian keadaan

lapangan adalah untuk menialai keadaan, situasi, latar dan konteksnya

lebih spesifik lagi observasi dikatakan sebagai penilitian dengan cara

pengindraan yaitu mengamati.

Dalam penelitian ini proses observasi adalah mengamati tentang segala

sesuatu yang dapat mendukung permasalahan penelitian tentang

penyelesaian konflik sengketa tanah adat oleh pemerintah antara Suku

Anak Dalam dan PT. Asiatik Persada.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan penelusuran dokumen-dokumen resmi

dalam menjajaki sumber tertulis, sehingga memperkaya data

disamping itu dapat membantu peneliti dalam menganalisa.

G. Teknik Analisa Data

Dalam rangka mencapai hasil penelitian, data yang dikumpulkan perlu

dianalisis. Analisis data merupakan tahap yang sangat menentukan dalam

keseluruhan proses penelitian. Analisis yang menyangkut kekuatan

(44)

27

merupakan bagian dari penelitian, dengan melakukan analisa data dapat

memberikan arti yang berguna dalam memecahkan masalah.

Teknik menganalisa data adalah proses mengatur urutan data,

pengorganisasian ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar,

sehingga dapat ditemukan tema yang dirumuskan. Data yang terkumpul

terdiri dari catatan lapangan, interview, gambar, foto dan dokumen berupa,

laporan, biografi, artikel, kemudian direduksi dan diolah untuk

memperoleh kesimpulan informasi tersebut. Proses analisis data dimualai

dengan menelaah keseluruhan data yang tersedia dari berbagai sumber

kemudian dilakukan reduksi data (mengformulasikan teori kedalam

seperangkap konsep) yang dilakukan dengan membuat rangkuman inti

dalam penelitian tersebut. Penelitian ini dianalisis secara normatif melalui

studi literatur dan hasil analisis kualitatif dalam bentuk deskripsi atau

uraian.

H. Uji Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.

pelaksanaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas sejumlah kriteria

tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu Derajat Kepercayaaan

(Credibelity), Keteralihan (Transferability), Kebergantungan

(Dependability), dan Kepastian (Confirmability).

a) Derajat kepercayaan (Credibility)

Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya.

(45)

28

detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif,

membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check. Cara

memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:

 Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut.

 Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan

dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk

mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta

denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

b) Keteralihan (Transferability)

Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada

situasi yang lain. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk

menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat

keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti

harus melakukan penelitian kecil untuk memastiksn usaha verifikasi

tersebut.

c) Kebergantungan (Dependability)

Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada tingkat

konsistensi peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan

menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk

menarik kesimpulan.

(46)

29

Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan

kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang

dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini

dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang

tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan

Gambar

Grafik 1. Luasan  Areal Konflik Agraria dan Jumlah Kepala Keluarga
Table 1. Data Konflik Agraria tahun 2009-2013
Tabel data diatas menunjukan akibat dari konflik agraria yang
Grafik 2. Jumlah Konflik Agraria Dari Beberapa Sektor

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan, serta karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara senam lansia dengan kekambuhan nyeri sendi pada lansia penderita arthritis. Berdasarkan

Zona pemanfaatan merupakan bagian taman nasional yang letak, kondisi, dan potensi alamnya dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa

Pada perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang berorientasi pada pelayanan pelanggannya atau konsumen, perusahaan harus senantiasa memperhatikan komunikasi dengan

Dari hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis capaian kinerja sasaran dan indikator sasaran Pemerintah Kabupaten Tebo Tahun 2015 yang dijelaskan pada pembahasan

 Panteisme : Panteisme, berasal dari kata pan (seluruh) dan teisme (paham ketuhanan), suatu kepercayaan bahwa Tuhan berada dalam segala sesuatu, dan bahwa segala sesuatu adalah

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah melimpahkan rahmat, berkat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian