• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I. PERMASALAHAN I.1. Masalah

Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang penting, misalnya sebagai sarana untuk memuji Tuhan, menyatakan iman kepada Tuhan, mengucap syukur, menyatakan tekad, menyatakan kebesaran Tuhan kepada orang lain. Nyanyian itu sendiri tidak terlepas dari musik karena nyanyian tanpa musik akan menjadi sebuah nyanyian yang hambar. Musik mempunyai kekuatan tersendiri dalam ibadah Kristen.1 Kekuatan musik dalam sebuah ibadah terletak dalam kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan untuk mengobarkan semangat. Dengan irama musik yang cepat, dinamis, maka orang yang mendengarkan atau menyanyikan sebuah lagu dengan iringan musik jenis ini, akan dipengaruhi keadaan emosionalnya menjadi semangat, bersukacita.

Demikian juga dengan irama yang lambat, orang akan dapat merasakan suasana yang teduh, khidmat.

Musik gerejawi mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan budaya. Musik gerejawi yang biasanya hanya memakai organ saja, mulai mengalami perkembangannya.

Di GKI Klaten, musik yang pertama kali digunakan ialah dengan menggunakan organ.

Corak musik yang dihasilkan dengan penggunaan organ ialah musik yang khidmat, yang mendayu-dayu. Kemudian mulai digunakan alat musik yang lain, seperti piano, gitar, dan band. Nyanyian yang semula hanya Kidung Jemaat dan Nyanyian Kidung Baru bertambah dengan adanya nyanyian pop gerejawi. Bahkan ada kecenderungan, generasi muda di GKI Klaten, khususnya anggota jemaat kategori remaja kurang mengenal nyanyian-nyanyian dalam Kidung Jemaat dan Nyanyian Kidung Baru. Perubahan tersebut membuat anggota jemaat perlu menentukan sikapnya terhadap nyanyian gerejawi. Sikap yang dapat muncul antara lain tetap bertahan pada nyanyian tradisional gerejawi, dan sebaliknya meninggalkan nyanyian tradisional gerejawi atau dengan kata lain memilih nyanyian pop gerejawi. Kedua sikap tersebut muncul di jemaat GKI Klaten. Ada anggota jemaat yang tetap bertahan pada nyanyian tradisional gerejawi, tetapi ada juga anggota jemaat yang

1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

(2)

lebih memilih nyanyian pop gerejawi sehingga mereka membentuk persekutuan sendiri yang bernama Persekutuan Doa Hujan Akhir. Persekutuan Doa Hujan Akhir merupakan sebuah persekutuan yang berada di luar program kerja GKI Klaten.

Perbedaan tipe ibadah Kebaktian Umum dengan Kebaktian Remaja menyebabkan penggunaan nyanyian gerejawi yang berbeda. Kebaktian Umum menggunakan tipe ibadah liturgikal dengan nyanyian tradisional gerejawi, sedangkan Kebaktian Remaja menggunakan tipe ibadah non-liturgi dengan nyanyian pop gerejawi. Ketika anggota jemaat dari Kebaktian Remaja sudah cukup umur untuk pindah ke Kebaktian Umum, penggunaan tipe ibadah dan nyanyian yang berbeda dapat membuat anggota jemaat tersebut mengalami keterasingan dalam Kebaktian Umum.

Jikalau dalam Kebaktian Umum digunakan nyanyian tradisional gerejawi, maka ada kemungkinan anggota jemaat yang menyukai nyanyian pop gerejawi berpindah ke gereja lain atau membentuk persekutuan sendiri. Sebaliknya juga demikian, jikalau dalam Kebaktian Umum digunakan nyanyian pop gerejawi, maka anggota jemaat yang menyukai nyanyian tradisional gerejawi kemungkinan akan protes atau tidak mau datang ke kebaktian lagi. Komisi Musik GKI Klaten telah melakukan beberapa cara untuk membuat jembatan antara nyanyian tradisional gerejawi dengan nyanyian pop gerejawi. Yang pertama, dibentuk kebaktian di hari Sabtu. Tetapi karena kurangnya pengelolaan, maka kebaktian hari Sabtu berhenti. Yang kedua, pada kebaktian sore, jam. 17.00 WIB, mulai digunakan instrumen musik selain organ, yaitu band, gitar dengan piano, keyboard.

Biasanya pemakaian musik ini dilakukan sebulan sekali.

Anggota jemaat GKI Klaten yang terlibat secara signifikan dalam penentuan sikap terhadap nyanyian gerejawi ialah anggota jemaat remaja dan anggota jemaat dewasa. Yang dimaksud dengan anggota jemaat remaja ialah anggota jemaat yang mengikuti Kebaktian Remaja. Sedangkan, anggota jemaat dewasa ialah anggota jemaat yang aktif mengikuti Kebaktian Umum. Dikatakan aktif bila minimal tiga kali dalam sebulan mengikuti kebaktian.

Anggota jemaat dewasa terbiasa terdidik dalam nyanyian tradisional gerejawi, dan proses pendidikan tersebut berlangsung lama sehingga mengakar dalam diri. Sedangkan anggota

(3)

jemaat remaja GKI Klaten tidak terlalu terbiasa dengan nyanyian tradisional gerejawi. Di dalam setiap Kebaktian Remaja, nyanyian-nyanyian yang digunakan ialah nyanyian pop gerejawi. Nyanyian pop adalah sebuah nyanyian yang enak didengar, kata-katanya mudah dimengerti. Biasanya melodi-melodinya adalah melodi-melodi yang sederhana dan yang mudah dipelajari. Perbedaan nyanyian antara anggota jemaat dewasa dan anggota jemaat remaja dapat menimbulkan masalah. Permasalahan yang dapat timbul bagi anggota jemaat remaja ialah mereka dapat tidak mengetahui bentuk ibadah liturgikal dan nyanyian tradisional gerejawi yang menjadi ciri-ciri ibadah gereja tradisional. Mereka kurang mengenal gerejanya sendiri. Ketika mereka telah cukup umur untuk lepas dari Kebaktian Remaja, mereka kemudian berpindah ke Kebaktian Umum. Suasana Kebaktian Umum berbeda dengan suasana Kebaktian Remaja. Perbedaan suasana dapat mengakibatkan perasaan asing. Perasaan asing ini jika dibiarkan akan dapat menyebabkan mereka memilih suasana peribadahan lain yang terdapat di gereja lain, yang sama dengan suasana Kebaktian Remaja yang biasa mereka ikuti. Jika permasalahan ini tidak diperhatikan, maka bisa saja GKI Klaten akan kehilangan generasi. Generasi yang hilang ialah anggota jemaat remaja saat ini. Jika nyanyian pop gerejawi dipergunakan dalam kebaktian, maka ada indikasi bahwa anggota jemaat dewasa tidak setuju karena ada anggapan perusakan tradisi gereja.

1.2. Rumusan Masalah

Penyusun merumuskan permasalahan di atas dengan membuat beberapa pertanyaan, yaitu : 1.2.1. Apa pandangan anggota jemaat dewasa GKI Klaten terhadap nyanyian tradisional

gerejawi dan nyanyian pop gerejawi ?

1.2.2. Apa pandangan anggota jemaat remaja GKI Klaten terhadap nyanyian tradisional gerejawi dan nyanyian pop gerejawi ?

1.3. Judul

Setelah memahami permasalahan di atas, maka pembahasan akan diberi judul :

” PENGGUNAAN NYANYIAN GEREJAWI BAIK TRADISIONAL MAUPUN POP

DI GKI KLATEN ”

(4)

1.4. Tujuan Penulisan

Melalui tulisan ini, penyusun ingin mengetahui sikap anggota jemaat GKI Klaten terhadap nyanyian gerejawi, mengapa nyanyian tradisional gerejawi masih dipergunakan di Kebaktian Umum, dan mengapa nyanyian pop gerejawi dipergunakan di Kebaktian Remaja.

II. METODE PENYUSUNAN 2.1. Metode Penyusunan

Untuk dapat mengetahui sikap anggota jemaat GKI Klaten terhadap nyanyian gerejawi, maka penyusun akan menggunakan metode penelitian penjajakan.

2.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode penjajakan melalui penyebaran angket dengan menggunakan purposif sampling. Samplingnya ialah anggota jemaat GKI Klaten yang diklasifikasikan menurut tujuan penyusunan, yaitu anggota jemaat dewasa dan anggota jemaat remaja. Purposif Samplingnya adalah 31 anggota jemaat yang mengikuti Kebaktian Umum dan 30 anggota jemaat yang mengikuti Kebaktian Remaja. Anggota jemaat yang mengikuti Kebaktian Umum merupakan perwakilan dari pengurus kelompok 1-8 (8 orang), anggota paduan suara (3 orang), majelis (4 orang), pengurus Komisi Musik (4 orang), pengurus Komisi Dewasa (3 orang), anggota jemaat (6 orang), dan guru Sekolah Minggu (3 orang).

Sedangkan 30 orang yang mengikuti Kebaktian Remaja terdiri dari 15 orang pengurus Komisi Remaja tahun kerja 2004-2005, dan 15 orang anggota jemaat non- pengurus Komisi Remaja GKI Klaten.

III. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut : 3.1. BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang permasalahan, perumusan masalah, judul yang dipakai, tujuan dari penyusunan, metode penyusunan, dan sistematika pembahasan.

(5)

3.2. BAB II. MUSIK GEREJA

Bab II berisi teori tentang ibadah dan teori tentang musik gereja. Teori ibadah terdiri dari apakah ibadah Kristen itu, tipe-tipe ibadah, titik temu ibadah dengan musik, porsi nyanyian dalam ibadah. Sedangkan teori musik gerejawi berisi tentang pengertian musik gereja, komponen musik, isi musik gereja, nyanyian tradisional gerejawi, dan nyanyian pop gerejawi.

3.3. BAB III. NYANYIAN GEREJAWI DI GKI KLATEN

Bab III berisi tentang hasil penjajakan mengenai pandangan anggota jemaat GKI Klaten terhadap nyanyian tradisional gerejawi dan nyanyian pop gerejawi. Bab III juga berisi kesimpulan dan permasalahan yang terjadi di GKI Klaten.

3.4. BAB IV. TINJAUAN TEOLOGIS

Bab ini berisi tinjauan teologis atas permasalahan seputar musik gerejawi di GKI Klaten. Dalam bab ini, penyusun akan mencari alternatif pemecahan dengan berefleksi akan suatu perikop tertentu dalam Alkitab.

3.5. BAB V. PENUTUP

Bab V berisi kesimpulan akan sikap jemaat GKI Klaten terhadap nyanyian tradisional gerejawi maupun nyanyian pop gerejawi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian secara umum : (1) untuk mengidentifikasi karakteristik individu penerima manfaat, (2) untuk menganalisis hubungan antara karakteristik

Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Sedangkan

Analisis RFLP sering digunakan untuk mendeteksi lokasi genetik dalam kromosom yang menyandikan penyakit yang diturunkan (Orita et al., 1989) ataupun untuk mendeteksi keragaman

Nilai Aktiva Bersih pada akhir Hari Bursa yang bersangkutan, setelah penyelesaian pembukuan Reksa Dana dilaksanakan, tetapi tanpa memperhitungkan peningkatan

Santrock (2011) menuliskan beberapa strategi yang dapat menolong anak yang berada dalam kondisi ekonomi tingkat bawah, yaitu dengan meningkatkan kemampuan berpikir dan

Kode 4 (empat) merupakan kondisi dimana di desa tersebut terdapat SD sederajat dengan ketersediaan SD sederajat terhadap penduduk desa lebih dari atau sama dengan

Dilain pihak, suatu batuan reservoir juga dapat bertindak sebagai lapisan penyalur aliran minyak dan gas bumi dari tempat minyak bumi tersebut keluar dari

Dengan diketahuinya melanoma yang jarang pada medulla spinalis adalah sangat penting dan lesi ini harus dipertimbangkan ketika MRI menggambarkan suatu tumor medulla spinali,