Pengaruh Pengalaman Auditor, Keahlian Profesional, dan Gender terhadap Pendeteksian Kecurangan yang Dimoderasi oleh Skeptisisme
Profesional
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung) The Influence of Auditor Experience, Professional Expertise, and Gender on the
Detection of Moderate Cheating Skepticism of Professionals (Empirical Study at Public Accounting Firm in Bandung)
1Aldi Rizki Herdiansyah, 2Edi Sukarmanto, 3Mey Maemunah
1,2,3
Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No.1 bandung 40116
email: 1[email protected], 2[email protected] [email protected]
Abstract. The purpose of this study is to determine the effect of the auditor's experience on fraud detection, the influence of professional expertise on fraud detection, gender influence on fraud detection, and the influence of auditor experience, professional and gender expertise on fraud detection with professional skepticism as moderation. This research was conducted at Public Accountant Office of Bandung with quantitative descriptive research method and verification. Data source used primary data source. The data collection tektik used is a questionnaire. The technique of determining the sample in this research is purposive sampling. Hypothesis testing used is multiple linear regression analysis. The results of the research indicate that (1) the auditor's experience has an effect on the fraud detection, (2) the professional skill influences the fraud detection, (3) the gender affects fraud detection, and (4) the auditor's experience, professional expertise, and gender jointly A high influence on the detection of fraud with professional skepticism as moderation at the Public Accounting Firm in Bandung. Suggestions for future researchers are expected to be able to develop research by adding other variables that are not discussed in this study and subsequent researchers should expand and increase the object under study by using different respondents.
Keywords : Experience, professional skills, gender, fraud detection, professional skepticism.
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengalamam auditor terhadap pendeteksian kecurangan, pengaruh keahlian profesional terhadap pendeteksian kecurangan, pengaruh gender terhadap pendeteksian kecurangan, dan pengaruh pengalaman auditor, keahlian profesional dan gender terhadap pendeteksian kecurangan dengan skeptisisme profesional sebagai moderasi. Penelitian ini dilakukan di Kantor Akuntan Publik kota Bandung dengan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan verifikatif. Sumber data yang digunakan sumber data primer. Adapun tektik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling.
Pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menujukkan bahwa (1) pengalaman auditor berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, (2) keahlian profesional berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, (3) gender berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, dan (4) pengalaman auditor, keahlian profesional, dan gender secara bersama-sama memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pendeteksian kecurangan dengan skeptisisme profesional sebagai moderasi pada Kantor Akuntan Publik di kota Bandung. Saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian dengan menambahkan variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini dan peneliti selanjutnya sebaiknya memperluas dan menambah objek yang diteliti dengan menggunakan responden yang berbeda.
Kata kunci : Pengalaman , keahlian profesional, gender, pendeteksian kecurangan, skeptisisme profesional.
A. Pendahuluan
Pernyataan Standar Auditing (PSA) nomor 70 tahun 2004 menyatakan bahwa audit dilakukan untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai salah saji material dalam laporan keuangan, baik itu berupa kekeliruan (errors) ataupun kecurangan (fraud). Kekeliruan dilakukan dengan tidak sengaja sedangkan kecurangan
dilakukan dengan sengaja. Kecurangan merupakan tindakan merugikan yang disengaja dirancang untuk menipu atau menyesatkan pihak lain dan dapat mengakibatkan salah saji material yang merupakan subyek dari audit (Arens dan Loebecke, 2000;
AICPA,2002).
Kecurangan merupakan masalah klasik yang sudah banyak terjadi baik di dunia usaha maupun di pemerintahan serta dapat dilakukan siapapun. Menurut SAS 99 tahun 2002, kecurangan terjadi disebabkan oleh 3 faktor yang disebut sebagai fraud triangle diantaranya pressure, Opportunity, dan Rasionalization. Belakangan ini, dalam profesi akuntan publik menjadi sorotan masyarakat yang disebabkan karena kegagalannya dalam mendeteksi kecurangan yang ada dalam suatu laporan keuangan.
Kegagalan auditor tersebut dalam mendeteksi kecurangan dapat dilihat dan dibuktikan dengan adanya beberapa kasus keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti perusahaan Enron, WorldCom, Global Crossing, Tyco, dll.
Kasus Enron contohnya yang sudah banyak orang ketahui, karena di dalam kasus ini auditor melakukan manipulasi data laporan keuangan dengan mencatat keuntungan yang lebih tinggi sebesar US$ 600 juta. Tidak hanya di Amerika, kasus kecurangan juga banyak terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, yaitu adanya kasus kecurangan yang dilakukan oleh PT. Kimia Farma dan PT. Bank Lippo (tahun 2002) serta juga kasus kecurangan yang dilakukan oleh individu (employee fraud), yaitu kasus Citibank yang dilakukan oleh Malinda Dee yang bernilai Rp. 44 miliar (tahun 2012).
Atas keadaan atau kondisi tersebut, maka peran Auditor (Akuntan Publik) menjadi sangat penting dalam mendeteksi kecurangan. Agar tujuan pendeteksian kecurangan oleh auditor dapat tercapai secara efektif, maka auditor harus mempunyai kinerja yang baik dalam pendeteksian kecurangan, diantaranya melaksanakan tugas dengan keahlian dan teknis yang cukup sebagai auditor.
Pengalaman auditor merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi (Asih,2006). Pengalaman merupakan hal yang terpenting dalam mendeteksi kecurangan bagi auditor. Pengalaman yang dimiliki oleh auditor akan membantunya dalam meningkatkan keahliannya.
Faktor lain yang mempengaruhi pendeteksian kecurangan yaitu keahlian profesional. Keahlian profesiaonal auditor merupakan keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya dengan menerapkan standar baku dalam profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah diterapkan (Matondang, 2010). Auditor yang memiliki keahlian profesional yang meliputi tentang fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman memiliki kemampuan untuk dapat mendeteksi kecurangan, keahlian profesional yang memadai sebagai seorang auditor akan menyakinkan klien bahwa auditor bersangkutan sanggup menunaikan jasa audit dengan baik (Pangestika, Taufik dan Silfi, 2014).
Disamping pengalaman auditor dan keahlian profesional, gender juga dapat mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Menurut Webster’s New World Disctionary (2008) menyatakan bahwa gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara pria dan wanita dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. Dalam pendeteksian kecurangan pria dan wanita memiliki perbedaan yaitu dalam segi emosinal dan kemampuan membaca orang lain, wanita cenderung akan melihat sisi emosinal dari klien dalam pendeteksian kecurangan untuk mendapatkan informasi dan dari isyarat nonverval dari klien, tidak demikian dengan pria yang tidak terlalu memperhatikan
isyarat nonverbal. Selain dari itu, auditor wanita akan lebih teliti dalam menginvestigasi informasi dan bukti-bukti dalam mendeteksi kecurangan dibandingkan auditor pria (Robbins, 2006 dalam sabrina dan januati, 2012).
Dalam penelitian ini tidak hanya meneliti pengalaman auditor, keahlian profesional dan gender terhadap pendeteksian kecurangan, namun ditambahkan dengan skeptisisme profesional sebagai variabel pemoderasi. Menurut Gusti dan Ali (2008) Skeptisisme profesional merupakan suatu sikap auditor yang mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara kritis . Seorang auditor yang memiliki sikap skeptisisme profesional akan menerapkan sikap skeptisnya hanya sebatas melaksanakan tugas profesinya saja dalam mendeteksi kecurangan, tanpa sepenuhnya menjadi skeptis.
Selanjutnya, tujuan dalam penelitian ini diuraikan dalam pokok-pokok sebagai berikut :
1. Apakah pengalamam auditor berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan ? 2. Apakah keahlian profesional berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan ? 3. Apakah gender berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan ?
4. Bagaimana pengaruh pengalaman auditor, keahlian profesional dan gender terhadap pendeteksian kecurangan dengan skeptisisme profesional sebagai moderasi?
B. Tinjauan Pustaka Pengalaman Auditor
Dari berbagai pendapat ahli (Kusumastuti, 2008 dan Suraida, 2005), maka diperoleh bahwa pengalaman auditor adalah suatu proses pembelajaran dan pertambahan potensi yang dimikili auditor yang akan lebih mudah mengetahui berbagai masalah yang ada dalam mendeteksi kesalahan ataupun kecurangan.
Sedangkan menurut Asih (2006) Pengalaman adalah suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. Auditor dapat dikatakan berpengalaman jika sudah melakukan pekerjaannya berulang-ulang. Asih (2006) mengungkapkan bahwa pengalaman auditor dapat diukur oleh beberapa faktor yaitu 1.) lamanya kerja, 2.) kemampuan kerja, 3.) intensitas tugas dan pengembangan karir.
Keahlian Profesional
Menurut Matodang (2010 keahlian profesional adalah suatu keterampilan tertentu untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya dengan menerapkan standar baku dalam profesinya untuk memecahkan suatu masalah yang timbul dari lingkungan.
Keahlian profesional merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor, karena seorang auditor yang memiliki keahlian profesional aan dapat mengatasi berbagai masalah dengan mengunakan keahliannya. Menurut Lekatompessy (2003) keahlian profesional dapat diukur dengan dua aspek, yaitu 1.) aspek skruktural dan 2.) aspek sikap.
Gender
Dari berbagai ahli (Puspitawati,2012; Nobelius, 2012;dan Women’s Studies
Encyclopedia dalam Yendrawati,2000), dapat diperoleh bahwa gender adalah pengelompokan karakteristik yang tampak antara pria dan wanita berdasarkan perbedaan yang dilihat dari perilaku, peran dan fungsi yang dimilikinya terbentuk secara alamiah dari proses sosial dan budaya.
Pada penelitian ini Gender diukur dengan dimensi jenis kelamin. Jenis kelamin disini dimana laki-laki dan wanita memiliki perbedaan dari segi mental, kesabaran, ketelitian, ketekunan dan pola pikir. Perbedaan gender ini melekat pada cara pandang kita, sehingga kita sering lupa seakan-akan hal itu merupakan sesuatu yang permanen dan abadi sebagaimana permanen dan abadinya ciri biologis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki (Puspitawati,2012).
Pendeteksian Kecurangan
Menurut Kumaat (2011:156) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindakan kecurangan, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit).
Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator keurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan investigasi. Ramaraya (2008) mengemukakan bahwa pendeteksian kecurangan terbagi menjadi beberapa dimensi yaitu memahami struktur pengendalian internal (SPI), karakteristik kecurangan, lingkungan audit, metode audit, bentuk kecurangan, kemudahan akses, dan uji dokumen.
Skeptisisme Profesional
Secara khusus dalam audit, Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) (2011:230) menjelaskan bahwa skeptisisme profesional adalah sikap yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi bukti audit secara kritis.
Skeptisismep profesional perlu dimiliki oleh seorang auditor karena skeptiseme merupakan sikap yang mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara kritis. Waluyo (2008) mengemukakan bahwa skeptisisme profesional terbagi menjadi beberapa dimensi yaitu pikiran kritis, profesional, cermat dalam pemeriksaan laporan keuangan klien, pemahaman terhadap bukti audit dan kepercayaan diri.
C. Metode Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pengalaman auditor, keahlian profesional, gender dan pendeteksian kecurangan. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dan verifikatif. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer.
Adapun tektik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu purposive sampling. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik di wilayah Bandung yang berjumlah 10 Kantor Akuntan Publik di Bandung. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 40 orang responden.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengujian Hipotesis
Tabel 1. Hasil Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) PA KP GDR PA*SP KP*SP GDR*SP SP
23.559 .109 .536 -1.365 .022 -.016 .050 -.725
2.517 .050 .074 .0334 .009 .003 .013 .217
.132 .543 -.654 1.065 -.888 1.220 -.707
9.362 2.185 7.201 -4.084 2.488 -6.159 3.761 -3.333
.000 .036 .000 .000 .018 .000 .001 .002 a. Dependent Variabel : Y
Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa persamaan regresi berganda untuk data penelitian yang digunakan ini adalah sebagai berikut:
Y = 23.559 + 0,109 PA + 0,536 KP – 1,365 GDR - 0,725 (SP) + 0,022 (PA*SP)- 0,016 (KP*SP) + 0,050 (GDR*SP)
Dimana:
SP = Skeptisisme Profesional
Y = Pendeteksian Kecurangan
α = Konstanta
β1,β2,β3,β4,β5,β6 = Koefisien regresi
PA = Pengalaman Auditor
KP = Keahlian profesional
GDR = Gender
(PA*SP) = Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional
(KP*SP) = Keahlian profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional
(GDR*SP) = Gender dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional
ε = Error
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut:
α = 23,559 Artinya jika variabel Pengalaman Auditor (PA), Keahlian profesional (KP), Gender (GDR), Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (PA*SP), Keahlian profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (KP*SP) dan Gender dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (GDR*SP), bernilai nol (0), maka variabel Pendeteksian Kecurangan (Y) akan bernilai 23.559 satuan.
β1= 0,109 Artinya jika Pengalaman Auditor (PA) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel Pendeteksian Kecurangan (Y) akan meningkat sebesar 0,109 satuan.
β2= 0,536 Artinya jika Keahlian profesional (KP) meningkat sebesar satu satuan dan variabel lainnya konstan, maka variabel Pendeteksian Kecurangan (Y) akan meningkat sebesar 0,536 satuan.
β3= -1,365 Artinya jika Gender (Auditor wanita lebih teliti dibandingkan laki-laki) menurun, maka Pendeteksian Kecurangan (Y) akan menurun sebesar 1,365 satuan.
β4= 0,022 jika Pengalaman Auditor dimoderasi Skeptisisme Profesional (PA*SP) terbukti signifikan dalam mempengaruhi Pendeteksian Kecurangan dengan sig 0,018. Prediksi koefisien 0,022 menunjukkan moderasi memberikan pengaruh positif, artinya Skeptisisme Profesional meningkatkan Pengalaman Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan.
β5= -0,016 jika Keahlian profesional dimoderasi Skeptisisme Profesional (KP*SP) terbukti signifikan dalam mempengaruhi Pendeteksian Kecurangan dengan sig 0,000. Prediksi koefisien -0,016 menunjukkan moderasi memberikan pengaruh negatif, artinya Skeptisisme Profesional mengurangi Keahlian profesional terhadap Pendeteksian Kecurangan.
β6= 0,050 jika Gender dimoderasi Skeptisisme Profesional (GDR*SP) terbukti signifikan dalam mempengaruhi Pendeteksian Kecurangan dengan sig 0,001. Prediksi koefisien 0,050 menunjukkan moderasi memberikan pengaruh positif artinya Skeptisisme Profesional meningkatkan Gender terhadap Pendeteksian Kecurangan.
Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Determinasi Simultan
Dengan demikian maka diperoleh nilai KD sebesar 96,1% yang menunjukkan arti bahwa Pengalaman Auditor (PA), Keahlian profesional (KP), Gender (GDR), Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (PA*SP), Keahlian profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (KP*SP) dan Gender dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (GDR*SP) memberikan pengaruh simultan (bersama-sama) sebesar 96,1% terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
Sedangkan sisanya sebesar 3,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penulis.
Tabel 3. Pengujian Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 1561.466 4 223.067 113.359 ,000a
Residual 62.969 35 1.968
Total 1624.435 39
a. Predictors: (Constant), SP, GDR, KP ,SP, KP*SP, GDR*SP, PA*SP b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan output di atas diketahui nilai Fhitung sebesar 113,359 dengan p-
Model Summaryb
.980 .961 .953 1.40278
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Dependent Variable: Y b.
value (sig) 0,000. Dengan α=0,05 serta derajat kebebasan df pembilang (n1) = 5-1=4, df penyebut (n2) = 40 - 5 = 35 maka di dapat Ftabel sebesar 2,64 . Dikarenakan nilai Fhitung > Ftabel (113,359 > 2,64) maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya variabel Pengalaman Auditor (PA), Keahlian profesional (KP), Gender (GDR), Skeptisisme Profesional (SP), Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (PA*SP), Keahlian profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (KP*SP) dan Gender dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (GDR*SP) secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
Tabel 5. Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) PA KP GDR PA*SP KP*SP GDR*SP SP
23.559 .109 .536 -1.365 .022 -.016 .050 -.725
2.517 .050 .074 .0334 .009 .003 .013 .217
.132 .543 -.654 1.065 -.888 1.220 -.707
9.362 2.185 7.201 -4.084 2.488 -6.159 3.761 -3.333
.000 .036 .000 .000 .018 .000 .001 .002 a. Dependent Variabel : Y
Berdasarkan hasil uji hipotesis statistik t dapat disimpulkan bahwa masing- masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:
1. hasil perhitungan diperoleh thitung Pengalaman Auditor (PA) sebesar 2,185 dengan ttabel 2,030 karena nilai thitung 2,185 > ttabel 2,030 dan tingkat signifikansi 0,036 < 0,05. Sehingga, H1 diterima yang artinya Pengalaman Auditor (PA) berpengaruh terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
2. hasil perhitungan diperoleh thitung Keahlian profesional (KP) sebesar 7,201 dengan ttabel 2,030 karena nilai thitung 7,201 > ttabel 2,030 dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga, H2 diterima yang artinya Keahlian profesional (KP) berpengaruh terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
3. hasil perhitungan diperoleh t hitung Gender (GDR) sebesar -4,084 dengan t tabel - 2,030 karena nilai thitung -4,084 > ttabel -2,030 dan tingkat signifikansi 0,000 <
0,05. Sehingga, H1 diterima yang artinya Gender (GDR) berpengaruh terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
4. hasil perhitungan diperoleh t hitung Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (PA*SP) sebesar 2,488 dengan t tabel 2,030 karena nilai t hitung 2,488 > t tabel 2,030 dan tingkat signifikansi 0,018 < 0,05. Sehingga, H1 diterima yang artinya Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (PA*SP) berpengaruh terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
5. hasil perhitungan diperoleh thitung Keahlian Profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (KP*SP) sebesar -6,159 dengan ttabel -2,030 karena nilai t hitung -6,159 > t tabel -2,030 dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Sehingga, H1 diterima yang artinya Keahlian Profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (KP*SP) berpengaruh terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
6. hasil perhitungan diperoleh thitung Gender dimoderasi dengan Skeptisisme
Profesional (GDR*SP) sebesar 3,761 dengan ttabel 2,030 karena nilai t hitung 3,761 > t tabel 2,030 dan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05. Sehingga, H1 diterima yang artinya Gender dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (GDR*SP) berpengaruh terhadap Pendeteksian Kecurangan (Y).
Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Hasil pengujian hipotesis yang pertama dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan dengan total pengaruh sebesar 11,5%. Kemudian hasil dari analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa semakin berpengalamannya auditor maka akan semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelaskan temuan audit artinya semakin banyak pengalaman auditor maka tingkat pendeteksian kecurangan semakin tinggi.
Hal ini didukung dengan pengujian sebelumnya yang menyatakan bahwa uji hipotesis pengalaman auditor terhadap pendeteksian kecurangan yaitu diterima. Jadi terdapat pengaruh pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan.
Pengaruh Keahlian Profesional Terhadap Pendeteksian kecurangan
Hasil pengujian hipotesis yang kedua dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan dengan total pengaruh sebesar 45,8%. Kemudian hasil dari analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa auditor memiliki keahlian profesional yang tinggi maka akan dapat membantu dalam menemukan adanya kesalahan yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. Hal ini didukung dengan pengujian sebelumnya yang menyatakan bahwa uji hipotesis keahlian profeional terhadap pendeteksian kecurangan yaitu diterima. Jadi terdapat pengaruh keahlian profesional terhadap pendeteksian kecurangan.
Pengaruh Gender Terhadap Pendeteksian kecurangan
Hasil pengujian hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini menunjukkan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian kecurangan dengan total pengaruh yang negatif sebesar 29,9%. Kemudian hasil dari analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa kelibatan perbedaan gender dalam pelaksanaan tugas audit yang tinggi maka tingkat pendeteksian kecurangan akan semakin tinggi.. Hal ini didukung dengan pengujian sebelumnya yang menyatakan bahwa uji hipotesis gender terhadap pendeteksian kecurangan yaitu diterima. Jadi terdapat pengaruh gender terhadap pendeteksian kecurangan.
Skeptisisme Profesional Memoderasi Pengalaman, Keahlian Profesional, dan Gender Terhadap Pendeteksian kecurangan
Berdasarkan pengujian sebelumnya menyatakan bahwa uji hipotesis Pengalaman Auditor dimoderasi Skeptisisme Profesional (PA*SP) yaitu diterima (H4.1) artinya Pengalaman Auditor dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (PA*SP) berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan (Y).
Berdasarkan pengujian sebelumnya menyatakan bahwa uji hipotesis Keahlian Profesional dimoderasi Skeptisisme Profesional (PA*SP) yaitu diterima (H4.2) artinya Keahlian Profesional dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (KP*SP) berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan(Y).
Berdasarkan pengujian sebelumnya menyatakan bahwa uji hipotesis Pengalaman Auditor dimoderasi Skeptisisme Profesional (PA*SP) yaitu diterima (H4.3) artinya Gender dimoderasi dengan Skeptisisme Profesional (GDR*SP)
berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan(Y).
Maka pengalaman auditor, keahlian profesional, dan gender secara bersama- sama (simultan) memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pendeteksian kecurangan dengan skeptisisme profesional sebagai moderasi, karena skeptisisme profesional dapat mempengaruhi (memperkuat) pengalaman auditor, keahlian profesional, dan gender terhadap pendeteksian kecurangan.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka pada bagian akhir penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, dimana semakin banyak pengalaman yang dimiliki seorang auditor maka tingkat pendeteksian kecurangan semakin tinggi.
2. Keahlian profesional berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, dimana semakin tinggi keahlian profesional seorang auditor maka akan semakin tinggi juga pendeteksian kecurangan sehingga dalam pendeteksian kecurangan dapat dideteksi sedini mungkin.
3. Gender berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan, dimana auditor wanita memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan auditor laki-laki dalam pendeteksian kecurangan.
4. Pengalaman auditor, keahlian profesional, dan gender secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang tinggi terhadap pendeteksian kecurangan dengan skeptisisme profesional sebagai moderasi, karena skeptisisme profesional dapat mempengaruhi (memperkuat) pengalaman auditor, keahlian profesional, dan gender terhadap pendeteksian kecurangan.
Daftar Pustaka
Adnyani, Atmadja dan Herrawari. 2004. Pengaruh Skeptisme Profesional Auditor, Independensi, dan Pengalaman Auditor Terhadap Tanggungjawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan dan Kekeliruan Laporan keuangan. e-journal Akuntansi. Universitas Pendidikan Ganesha. Bali. Vol.2No.1
Agustina, Fanni. 2014. Pengaruh Pengalaman Kerja, Gender, Jenjang Jabatan, Kesadaran Etis, dan Independensi Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Anggriawan, Eko Ferry. 2014. Pengaruh pengaalaman Kerja, Skeptisisme Profrsional dan Tekanan Waktu Anggaran Terhadap Kemampun Auditor dalam Mendeteksi Fraud. Jurnal Nominal. Vol.3, No.2.
Asih, Dwi Annaning Tyas, 2006. Pengaruh Pengalaman Terhadap Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta,.
Ikatan Akuntansi Indonesia 2001. Standar Auditing Seksi 316: Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan. Standar Profesional Akuntan Publik.IAI-JAP. Jakarta : Salemba-Empat.
Kartikarini, Nurrahmah dan Sugiarto. 2016. Pengaruh Gender, Keahlian, dan Skeptisisme Profesional terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan (Studi pada Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia).Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung.
Kusumastuti, Rika Dewi. 2008. Pengaruh Pengalaman, Komitmen Profesional Etika
Organisasi, dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis Auditor.
Skripsi. Jakarta :Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Lekatompessy, J.E, Hubungan Profesional dengan konsekuensinya : Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja, Prestasi Keja dan Keinginan Bepindah (Studi empiris di lingkungan akuntan publik). Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.5, April, hlm 69-84.
Matondang, Jordan, 2010. Pengaruh Pengalaman Audit, Independsi, Dan Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan Pendeteksian Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan. Skripsi. Univestias Islam Negeri. Jakarta.
Ramaraya, Tri. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Banjarmasin. Vol.10, No.1 (hal.23-33).
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman, Risiko Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor Dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Waluyo, Agung. 2005. Skeptisisme profesional Auditor dalam Pendeteksian Kecurangan. Jurnal Akuntansi .
Wardhani, Fatima Nurita, 2014. Pengaruh Komponen Keahlian Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan. Skripsi. Semarang : Universitas Dipenogoro.