• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA PADA KABUPATEN DI SEKITAR WILAYAH DANAU TOBA UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA PADA KABUPATEN DI SEKITAR WILAYAH DANAU TOBA UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA PADA KABUPATEN DI SEKITAR WILAYAH DANAU TOBA

UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI DAERAH

OLEH NICO BONI

140501111

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA PADA KABUPATEN DI SEKITAR WILAYAH DANAU TOBA UNTUK MENINGKATKAN

EKONOMI DAERAH

Sektor pariwisata saat ini telah menjadi salah satu industri terbesar dan terkuat di dunia dalam menyumbang pemasukan pendapatan terhadap perekonomian masyarakat dan negara. Kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan pariwisata di daerah.

Kabupaten-kabupaten ini merupakan salah satu daerah yang mempunyai banyak obyek wisata dan menjadi destinasi wisata di Provinsi Sumatera Utara. Danau Toba adalah salah satu tempat pariwisata yang cukup populer di Sumatera Utara yang memiliki pesona alam yang indah.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui indeks daya saing pariwisata dengan menganalisis faktor-faktor daya saing pariwisata. Untuk mengukur daya saing industri pariwisata dapat menggunakan indikator diantaranya Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiveness Indicator (PCI), Infrastructure Development Indicator (IDI), Environtment Indicator (EI), Technology Advancement Indicaor (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI) dan Social Development Indicator (SDI). Penelitian ini menggunakan data sekunder. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menghitung indeks daya saing pariwisata.

Berdasarkan hasil analisis indikator daya saing pariwisata di kabupaten sekitar wilayah Danau Toba dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 sampai 2016 Kabupaten Dairi unggul dalam posisi daya saing pariwisata dengan tiga indikator yaitu Human Tourism Indicator (HTI), Environment Indicator (EI), Human Resources Indicator (HRI). Kabupaten Samosir unggul dalam dua indikator yaitu Technology Advancement Indicator (TAI) dan Openness Indicator (OI).

Kabupaten Simalungun unggul dalam dua indikator yaitu Price Competitiveness Indicator (PCI) dan Infrastructure Development Indicator (IDI). Kabupaten Toba Samosir hanya unggul di indikator Social Development Indicator (SDI) dan Kabupaten Tapanuli Utara tidak unggul dalam indikator apapun.

Kata Kunci : Pariwisata, Daya Saing, Kabupaten disekitar Danau Toba, Indeks Daya Saing Pariwisata.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF COMPETITIVENESS TOURISM INDUSTRY IN DISTRICT AROUND LAKE TOBA REGION TO IMPROVE REGIONAL ECONOMY

The tourism sector has now become one of the largest and strongest industries in the world in contributing income to the economy of society and the country. Districts around the Lake Toba region have enormous potential in the development of tourism in the region. These regencies are one area that has many tourism objects and is a tourist destination in North Sumatra Province. Lake Toba is one of the popular tourism spots in North Sumatra which has beautiful natural charm.

The purpose of this study is to find out the tourism competitiveness index by analyzing the factors of tourism competitiveness. To measure the competitiveness of the tourism industry can use indicators such as Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiveness Indicator (PCI), Infrastructure Development Indicator (IDI), Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicaor (TAI), Human Resources Indicators (HRI) , Openess Indicator (OI) and Social Development Indicator (SDI). This study uses secondary data. This type of research is quantitative descriptive. The analytical method used in this study is to calculate the tourism competitiveness index.

Based on the analysis of tourism competitiveness indicators in the districts around Lake Toba, it can be seen that in 2012 to 2016 Dairi Regency excelled in the position of tourism competitiveness with three indicators, namely the Human Tourism Indicator (HTI), Environment Indicator (EI), Human Resources Indicator ( HRI). Samosir Regency is superior in two indicators, namely Technology Advancement Indicator (TAI) and Openness Indicator (OI).

Simalungun Regency excels in two indicators, namely Price Competitiveness Indicator (PCI) and Infrastructure Development Indicator (IDI). Toba Samosir Regency is only superior in the Social Development Indicator (SDI) indicator and North Tapanuli District is not superior in any indicator.

Keywords: Tourism, Competitiveness, districts around Lake Toba, Tourism Competitiveness Index.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Pada Kabupaten Di Sekitar Wilayah Danau Toba Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah”. Penulisan Tugas akhir ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu dalam penulisan tugas akhir skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulisi ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua Orang Lamhot P Simamora dan Rotua M Silalahi dan kepada keluarga saya.

2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan tugas akhir skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan serta saran kepada penulis.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si sebagai Dosen Pembanding I, dan Bapak Walad Altsani HR, SE, M.Ec sebagai Dosen Pembanding II atas saran dan kritik dalam penulisan tugas akhir skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mengajar serta memberikan ilmu kepada penulis.

7. Seluruh staff Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam penyelesaian administrasi yang dibutuhkan oleh penulis selama ini.

8. Kepada Adik penulis William P Simamora dan Mambo A Simamora yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Kepada Maktua Tiurlan Silalahi sebagai keluarga yang memberi dukungan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

10. Kepada Mega Sani Munthe yang selalu memberikan motivasi serta semangat dan membantu penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

11. Kepada sahabat penulis Laura Samosir dan Kasfillah Dzakiri yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis.

12. Kepada teman dekat penulis : eser, dicky, silvie, angie, dhio, ira, ical, indah, dani, dika, annahl, amel, danil, novi, dika, juanda, darma, jonathan, erika, joyce, lilov, rika, anfriska, dadan, inov, ziyad.

13. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman Program Studi

(8)

14. Terima kasih untuk pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan tidak bisa disebukan satu persatu, terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan penulisan skripsi ini. Agar skripsi ini dapat diterima dan berguna untuk menambah pengetahuan pembaca. Akhir kata penulis, mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Terima kasih.

Medan, Oktober 2018

Nico Boni 140501111

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Daya Saing ... 10

2.2 Industri Pariwisata ... 13

2.3 Daya Saing Pariwisata ... 15

2.3.1 Competitiveness Monitor ... 16

2.4 Kontribusi Pariwisata Terhadap Perekonomian ... 18

2.5 Pariwisata Dari Sisi Permintaan ... 19

2.6 Pariwisata Dari Sisi Penawaran ... 20

2.7 Prasarana Dan Sarana Pariwisata ... 21

2.8 Penelitian Terdahulu ... 23

2.9 Kerangka Konseptual ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 27

3.2 Batasan Operasional ... 27

3.3 Definisi Operasional ... 27

3.4 Populasi dan Sampel... 31

3.5 Jenis Data ... 34

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.7 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum per Kabupaten 4.1.1 Kabupaten Dairi ... 38

(10)

4.1.1.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di

Kabupaten Dairi ... 40

4.1.2 Kabupaten Samosir ... 43

4.1.2.2 Kependudukan Kabupaten Samosir ... 45

4.1.2.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Samosir ... 47

4.1.3 Kabupaten Simalungun ... 49

4.1.3.1 Kondisi Geografis Kabupaten Simalungun ... 49

4.1.3.2 Kependudukan Kabupaten Simalungun ... 51

4.1.3.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Simalungun ... 52

4.1.4 Kabupaten Tapanuli Utara ... 56

4.1.4.1 Kondisi Geografis Kabupaten Tapanuli Utara ... 56

4.1.4.2 Kependudukan Kabupaten Tapanuli Utara ... 59

4.1.4.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Tapanuli Utara ... 61

4.1.5 Kabupaten Toba Samosir ... 65

4.1.5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Toba Samosir ... 65

4.1.5.2 Kependudukan Kabupaten Toba Samosir ... 68

4.1.5.3 Potensi Dan Perkembangan Pariwisata Di Kabupaten Toba Samosir ... 68

4.2 Analisis Data Dan Pembahasan ... 72

4.2.1 Indeks Pariwisata ... 83

4.2.2 Indeks Komposit ... 85

4.2.3 Indeks Daya Saing Pariwisata ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Pengunjung Objek Wisata di Wilayah Sekitar

Danau Toba Pada Tahun 2016 ... 5

1.2 Jumlah Sarana Dan Prasarana Pariwisata di Wilayah Sekitar Danau Toba Tahun 2016 ... 7

2.1 Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata ... 15

2.2 Penelitian Terdahulu... 24

3.1 Parameter,Sumberdaya Dan Kegunaan ... 28

3.2 Populasi dan Sampel Tujuh Kabupaten Wilayah Sekitar Danau Toba Pada Tahun 2016 ... 33

4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Dairi (2012-2016) ... 40

4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Samosir (2012-2016) ... 45

4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan ... 52

4.4 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata Kabupaten Dairi periode 2012-2016 ... 74

4.5 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata Kabupaten Samosir periode 2012-2016 ... 74

4.6 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata Kabupaten Simalungun periode 2012-2016 ... 75

4.7 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara periode 2012-2016 ... 75

4.8 Perkembangan Indikator Daya Saing Pariwisata Kabupaten Toba Samosir periode 2012-2016 ... 76

4.9 Indeks Pariwisata per Kabupaten Tahun 2012-2016 ... 84

4.10 Hasil Indeks Komposit per Kabupaten sekitar Danau Toba ... 86

4.11 Hasil Indeks Daya Saing Pariwisata di Kabupaten sekitar Danau Toba ... 87

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Kabupaten Dairi 2 Kabupaten Samosir 3 Kabupaten Simalungun 4 Kabupaten Tapanuli Utara 5 Kabupaten Toba Samosir

6 Indeks Komposit per Kabupaten

7 Indeks Daya Saing Pariwisata per Kabupaten

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Industri pariwisata merupakan salah satu industri penting bagi Gross Domestic Product (GDP) suatu negara dan sebagai penyokong dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal inilah yang menyebabkan daerah berlomba-lomba untuk memperkenalkan potensi pariwisata yang dimilikinya sehingga dapat menarik kunjungan wisata (turis) baik lokal maupun mancanegara. Berkembangnya sektor ini akan membawa dampak yang cukup besar pada industri-industri yang terkait seperti hotel, rumah makan, biro perjalanan dan UKM di daerah-daerah kunjungan wisata karena dapat memproduksi dan menjual barang-barang cendramata.

Industri parawisata merupakan penghasil devisa negara yang sangat menguntungkan. Hal ini juga dijelaskan oleh berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa industri pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama meyangkut kegiatan sosial dan ekonomi.

Sehingga berkaitan dengan kehidupan manusia yang serba ingin tahu mengenai sesuatu. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan daerah, yaitu dengan mengoptimalkan potensi dalam industri parawisata. Kegiatan pariwisata tersebut dijadikan industri yang penting sehingga pemerintah berusaha mempersiapkan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan dari rasa ingin tahu manusia akan informasi dan pengetahuan.

(15)

Saat ini sektor industri pariwisata juga menjadi perhatian pemerintah untuk dikembangkan karena merupakan sektor yang memiliki kesempatan untuk meningkatan pendapatan nasional dan pendapatan daerah. Industri pariwisata juga memberikan pendapatan bagi pemerintah melalui pajak akomodasi dan rumah makan, pajak bandara, pajak penjualan, pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya. Disamping itu, sektor indusri pariwisata juga mendorong investasi pada infrastruktur di daerah kunjungan wisata seperti pengembangan bandara, jalan, sistem drainase, pemeliharaan museum, monumen, kawasan wisata dan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan.

Berkembangnya sektor industri pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertanian, perternakan, perkebunan, kerajinan rakyat, dan lain sebagainya. Industri pariwisata tersebut mampu menghasilkan devisa dan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk menyerap tenaga kerja sehinga dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.

Perkembangan perekonomian Indonesia pada saat ini sangat berkembang akibat adanya dorongan dari sektor industri pariwisata, dapat dilihat sektor pariwisata dalam penerimaan devisa negara yaitu setelah minyak dan gas bumi serta kelapa sawit. Berdasarkan data statistik per Januari s.d. Desember 2015 menunjukan capaian pembangunan pariwisata Indonesia mampu melampaui target yang telah ditentukan. Hal ini dibuktikan oleh kunjungan wisatawan mancanegara yang meningkat menjadi 10,4 juta orang dari target 2015 sebesar 10

(16)

juta orang. Sementara itu jumlah perjalanan wisatawan nusantara telah mencapai 255 juta perjalanan dengan total pengeluaran sebesar Rp 224,68 Triliun dan diperkirakan jumlah penyerapan tenaga kerja mencapai 11,3 juta orang.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, di Indonesia ada sembilan provinsi yang merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara yaitu Bali sekitar lebih dari 3,7 juta lalu ada DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan dan Sumatra Selatan. BPS juga menegaskan sekitar 59%

wisatawan mancanegara ke Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis.

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang paling sering dikunjungi oleh para turis karna memiliki sumber daya alam yang berlimpah.

Provinsi ini memiliki 33 kabupaten/kota yang hampir di setiap kabupaten/kota memiliki panorama alam yang membuat rasa kagum apabila kita mengunjungi objek wisata tersebut. Tempat pariwisata yang paling sering di promosikan yaitu Danau Toba, Tangkahan, Bukit Simarjarunjung dan Berastagi. Namun, masih banyak lagi potensi alam yang berada di Sumatra Utara yang perlu di kembangkan lebih baik lagi. Misalkan, Air Terjun Sipiso Piso di kabupaten Karo, Air Terjun Dua Warna di Sibolangit, Air Soda di Tarutung dan Pantai Lumban Bul-Bul di Toba Samosir, serta daerah-daerah lainnya.

Dari banyaknya potensi pariwisata yang berada di Provinsi Sumatra Utara peneliti tertarik untuk melihat potensi dan perkembangan patiwisata yang sangat terkenal di Sumatera Utara yaitu daerah kawasan wisata Danau Toba. Kawasan

(17)

daerah pariwisata Danau Toba merupakan tempat wisata ciri khas pariwisata provinsi Sumatera Utara, dimana tempat pariwisata ini menjadi sektor andalan dalam bidang pariwisata di provinsi Sumatera Utara. Dikarenakan daerah wisata Danau Toba dikelilingi oleh tujuh kabupaten/kota yaitu Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Karo, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir yang beberapa dari Kabupaten/kota tersebut adalah kabupaten/kota terbesar yang berada di daerah Sumatera Utara.

Peneliti tertarik untuk melihat potensi dan perkembangan dari tujuh kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba. Dari tujuh kabupaten tersebut kabupaten yang memiliki objek wisata terbanyak yaitu Kabupaten Samosir sebanyak 75 objek wisata, disusul kabupaten Simalungun sebanyak 73 objek wisata, Kabupaten Humbang Hasundutan 48 objek wisata, Kabupaten Tapanuli Utara 34 objek wisata, Kabupaten Dairi 29 objek wisata, Kabupaten Toba Samosir sebanyak 27 objek wisata dan yang terakhir Kabupaten Karo 20 objek wisata. Kabupaten Samosir adalah kabupaten yang terletak di tengah-tengah daerah Danau Toba. Dari banyaknya objek wisata yang ada di sekitaran objek wisata Danau Toba. Berikut jumlah pengunjung yang ada dari masing-masing kabupaten pada tahun 2016. Bisa dilihat pada Tabel 1.1.

(18)

Tabel 1.1

Jumlah Pengunjung Objek Wisata di Wilayah Sekitar Danau Toba Pada Tahun 2016

Kabupaten

Jumlah Pengunjung

Jumlah Wisatawan Wisatawan

Nusantara

Wisatawan Mancanegara

Dairi 126.866 0 126.866

Humbang Hasundutan

- - -

Karo - - -

Samosir 154.905 35.823 190.728

Simalungun 305.832 9.058 314.890

Tapanuli Utara 128.110 1.703 129.813

Toba Samosir 102.766 11.828 114.594

Jumlah Wisatawan

818.479 58.412 876.891

Sumber : Badan Pusat Statistik

Berdasarkan Tabel 1.1, diketahui bahwa perkembangan jumlah kunjungan turis yang berkunjung ke daerah tujuan wisata Danau Toba berdasarkan lima kabupaten menurut tabel diatas berjumlah 876.891 orang. Dengan jumlah wisatawan terbanyak berada di Kabupaten Simalungun yang berjumlah 314.890 orang. Setelah itu disusul dengan Kabupaten Samosir yang berjumlah 190.728, Kabupaten Tapanuli Utara yang berjumlah 129.813, Kabupaten Dairi yang berjumlah 126.866, Kabupaten Toba Samosir berjumlah 114.594, dan terdapat dua Kabupaten yang data wisatawannya tidak tercamtum di Badan Pusat Statistik kabupaten tersebut, yaitu Kabupaten Humbang Haundutan dan Kabupaten Karo.

Melihat dari tabel diatas jumlah kunjungan wisatawan nusantara sangat

(19)

nusantara yang terbanyak berada di Kabupaten Simalungun yang berjumlah 305.832. Sementara jumlah wisatawan paling sedikit berada di Kabupaten Toba Samosir yang berjumlah 102.766. Dan sisanya Kabupaten Dairi memiliki jumlah wisatawan nusantara 126.866, di Kabupaten Samosir berjumlah 154.905 dan di kabupaten Tapanuli Utara yang berjumlah 128.110.

Wisatawan mancanegara sangat diperlukan untuk membangun potensi dan pengembangan pariwisata di daerah kawasan Danau Toba. Namum berdasarkan tabel diatas minat wisatawan mancanegara masih sangat sedikit bahkan masih ada kabupaten yang tidak adanya wisatawan mancanegara yang berkunjung di kabupaten tersebut seperti di Kabupaten Dairi. Kabupaten Dairi tidak memiliki sama sekali wisatawan mancanegara, berbanding terbalik dengan Kabupaten Samosir yang memiliki jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 35.823 orang.

Menurut pandangan peneliti hal ini terjadi karena wisatawan mancanegara mengetahui bahwa Danau Toba identik dengan Pulau Samosir dikarenakan Palau Samosir terletak di tengah-tengah Danau Toba sehingga wisatawan mancanegara yang datang hanya memiliki satu tujuan yaitu Kabupaten Samosir.

Salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan adalah sarana dan prasarana pariwisata yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah.

Dimana semua fasilitas tersebut dapat digunakan sebagai pelayanan untuk kepuasan kebutuhan wisatawan yang berimplikasi pada pertumbuhan dan perkembangan pariwisata itu sendiri. Sarana dan prasarana pariwisata di kabupaten wilayah sekitar Danau Toba dapat dilihat pada Tabel 1.2

(20)

Tabel 1.2

Jumlah Sarana dan Prasarana Pariwisata di Wilayah Sekitar Danau Toba Tahun 2016

Uraian Kabupaten

Dairi Humbang Hasundutan

Karo Samosi r

Simalungun Tapanuli Utara

Toba Samosi

r Hotel

berbintang

0 - 10 3 9 1 0

Hotel non berbintang

22 - 64 38 38 21 26

Jumlah Hotel

22 - 74 41 47 22 26

Sumber : Badan Pusat Statistik

Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah hotel berbintang dan non berbintang di kawasan daerah tujuan wisata Danau Toba sebanyak 232 hotel dengan jumlah hotel berbintang berjumlah 23 hotel yang terletak sebanyak 10 hotel di Kabupaten Karo, 3 hotel di Kabupaten Samosir, 9 hotel di Kabupaten Simalungun dan 1 hotel di Kabupaten Tapanuli Utara dan 2 kabupaten lainnya tidak memiliki hotel berbintang. Sedangkan di Kabupaten Humbang Hasundutan peneliti tidak mendapatkan data tentang jumlah hotel terkait.

Sementara itu jumlah hotel non berbintang berjumlah 209 hotel. Dengan jumlah hotel non berbintang di Kabupaten Dairi berjumlah 22 hotel, Kabupaten Karo berjumlah 64 hotel, Kabupaten Samosir berjumlah 38 hotel, Kabupaten Simalungun berjumlah 28 hotel, Kabupaten Tapanuli Utara berjumlah 21 hotel dan kabupaten Toba Samosir berjumlah 26 hotel.

Dari banyaknya hotel dan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke objek wisata Danau Toba berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar karena dapat memberikan kontribusi terhadap pedapatan asli daerah masing- masing. Sumbangan PAD dari indusri pariwisata di Danau Toba diharapkan lebih

(21)

pembangunan dimana diharapkan agar nilai daya tarik semakin tinggi, amenitas lebih tersedia, aksesibilitas agar tidak terbatas, dukungan sumber daya manusia semakin meningkat, tata kelola destinasi mulai dirintis dan agar terjadi pertumbuhan pasar. Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memegang peranan penting dalam penerimaan daerah masing-masing setiap kabupaten, untuk itu perlu adanya pengembangan industri pariwisata baik itu objek wisata atau fasilitas pendukung lainnya dengan berpedoman meningkatkan perekonomian daerah.

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian masing-masing kabupaten juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui retribusi daerah, pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan.

Dengan melihat kondisi dan faktor-faktor apa saja yang mendukung pariwisata di masing-masing kabupaten, diharapkan pemerintah mampu memanfaatkan potensi yang ada dan menetapkan strategi kebijakan yang efektif dan efisien agar pariwisata di wilayah sekitar Danau Toba dapat terus meningkat dan mampu berdaya saing. Oleh karena itu perlu studi untuk menganalisi daya saing sektor pariwisata di wilayah sekitar Danau Toba yaitu di Kabupaten Dairi, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Karo, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir.

Berdasarkan kajian diatas, maka penulis tertarik meneliti tentang “Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Pada Kabupaten Di Sekitar Wilayah Danau Toba Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah”

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan paparan dari latar belakang diatas serta untuk memperjelas obyek penelitian, maka penulis membatasi dan merumuskan pokok masalah yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Indeks Daya Saing Pariwisata pada kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba Tahun 2012-2016?

2. Bagaimana perbandingan Indeks Daya Saing Pariwisata pada Kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba Tahun 2012-2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis Indeks Daya Saing Pariwisata pada Kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba Tahun 2012-2016.

2. Untuk membandingkan Indeks Daya Saing Pariwisata pada Kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba Tahun 2012-2016.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan refrensi untuk menambah pengetahuan tentang kondisi daya saing industri pariwisata pada kabupaten disekitar wilayah Danau Toba.

2. Sebagai bahan pertimbangan oleh pengelola obyek wisata dan merumuskan kebijakan-kebijakan pengelolaan obyek wisata pada kabupaten disekitar wilayah Danau Toba.

3. Sebagai referensi untuk penelitian-penelitian sejenis tentang

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Daya Saing

Daya saing sering diidentikkan dengan produktivitas (tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit input yang digunakan). Peningkatan produktivitas meliputi peningkatan jumlah input fisik (modal dan tenaga kerja), peningkatan kualitas input yang digunakan dan peningkatan teknologi. Pendekatan yang sering digunakan untuk mengukur daya saing dilihat beberapa indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, ada juga keunggulan absolut.

Pada awalnya, dalam hal perdagangan, setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional apabila melakukan spesialisasi pada produk yang mempunyai efisiensi produksi lebih baik dari negara lain dan melakukan perdagangan internasional dengan negara lain yang mempunyai kemampuan spesialisasi pada produk yang tidak dapat diproduksi di negara tersebut secara efisien. Secara umum, teori absolut advantage (keunggulan mutlak) ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara lain:

a) Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.

b) Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.

c) Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.

d) Biaya transport ditiadakan.

Dengan kata lain, keunggulan absolut adalah keuntungan yang dimiliki oleh suatu negara atau daerah atas negara atau daerah lain dalam memproduksi suatu produk disebabkan oleh adanya keunggulan atau kelebihan yang dimilikinya

(24)

yang tidak dimiliki oleh negara atau daerah lain tersebut misalnya karena faktor tenaga kerja yang melimpah, murah dan sumber daya alam.

Sementara itu, teori comparative advantage (keunggulan komparatif) dikemukakan lebih mendalam lagi tentang keunggulan tiap negara atau daerah.

Dalam teori Ricardo tersebut membuktikan bahwa apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif, maka kedua negara tersebut akan beruntung. Dalam ekonomi regional, keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Dengan kata lain, Tarigan (2005) menyebutkan bahwa keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah.

Namun keunggulan komparatif ini memiliki keterbatasan sebagai suatu konsep statis berdasarkan kepemilikan faktor produksi yang diasumsikan memberikan tingkat pengembalian yang semakin menurun dan tingkat teknologi yang sama antar negara. Selain itu, peran pemerintah dalam peningkatan daya saing tidak dijadikan pertimbangan.

Dari keterbatasan-keterbatasan tersebut kemudian memunculkan pemikiran baru tentang keunggulan kompetitif yang dapat didefinisikan sebagai suatu komoditi atau sektor ekonomi terbentuk dengan kinerja yang dimilikinya, sehingga dapat unggul dari komoditi atau sektor ekonomi lainnya. Menurut

(25)

Sumihardjo (2008) keunggulan kompetitif adalah merujuk pada kemampuan sebuah industri untuk memformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu posisi yang menguntungkan berkaitan dengan perusahaan lainnya.

Keunggulan kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan sebuah industri pesaingnya.

Konsep keunggulan kompetitif pertama kali dikembangkan oleh Porter (1990) dengan empat faktor utama yang menentukan daya saing yaitu kondisi faktor, kondisi permintaan, industri pendukung dan terkait, serta kondisi strategi, struktur perusahaan dan persaingan. Selain keempat faktor tersebut, ada dua faktor yang memengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu peran pemerintah dan peran kesempatan. Secara bersama-sama, faktor-faktor tersebut membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing yang disebut Porter’s Diamond Theory.

Lebih lanjut, daya saing menurut Porter (1995) dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi. Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan- perbedaan dengan lainnya. Selanjutunya Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut:

1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri

(26)

2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat

3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.

Sementara dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, dinyatakan bahwa daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna.

Kemampuan yang dimaksud adalah:

a) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya

b) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya c) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti

d) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Dengan menggunakan kinerja atau melihat indikator tertentu sebagai acuan, maka dapat diukur tingkat kuat lemahnya daya saing.

2.2 Industri Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Gomang, 2003). Istilah industri pariwisata (Tourism Industry) lebih banyak bertujuan memberikan daya tarik agar pariwisata dapat dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi perekonomian suatu negara, terutama pada negara-negara sedang berkembang. Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggambarkan pariwisata secara konkret, dengan

(27)

demikian dapat memberikan pengertian yang lebih jelas (Yoeti, 2008). Industri pariwisata berbeda dengan industri manufaktur. Industri wisata tidak berdiri sendiri seperti industri semen, garmen, atau industri sepatu. Melainkan lebih bersifat tidak berwujud (intangible), sehingga industri pariwisata sering disebut sebagai industri tanpa cerobong asap (smokeless industry).

Industri wisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata (Freyer, 1993) dalam Damanik & Webber. Industri pariwisata dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu:

1. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dll. Secara faktual hotel menjadi pihak paling utama yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, kemudian diikuti oleh biro perjalanan.

2. Pelaku tidak langsung, yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produk - produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan sebagainya.

Batasan pariwisata sebagai industri, seperti dijelaskan oleh Yoeti (2008), dimana kelompok perusahaan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan bila datang berkunjung pada suatu tempat wisata. Tanpa bantuan kelompok perusahaan ini, wisatawan tidak akan memeroleh kenyamanan (comfortable), keamanan (security), dan kepuasan (satisfaction) dalam mencari

(28)

kesenangan yang diinginkan. Perusahaan-perusahaan dimaksudkan dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata

No Jenis Perusahaan Fungsi dan Tugasnya

1 Tour operator / Wholesaler Memberi informasi/advis/paket wisata 2 Maskapai Penerbangan Menyediakan seats dan baggages services 3 Angkutan Pariwisata Melayani transfer service dari dan ke airport 4 Akomodasi Hotel, Motel, Inn, dll Menyediakan kamar, laundry, dll 5 Restoran dan sejenisnya Menyediakan makanan dan minuman 6 Impresariat, Amusement, dll Menyediakan atraksi wisata dan hiburan 7 Lokal tour operator Menyelenggarakan city-sighseeing & tours 8 Shopping Center/Mall, dll Menyediakan cenderamata dan oleh-oleh 9 Bank/Money Changer Melayani penukaran valuta asing 10 Retail Servis Bermacam-macam keperluan wisatawan Sumber: Yoeti, 2008

2.3 Daya Saing Pariwisata

Konsep daya saing pariwisata bukan hanya terkait dengan sektor ekonomi, tetapi juga terkait langsung dengan aspek sosial dan budaya. Daya saing pariwisata yang didalamnya termasuk industri pariwisata merupakan faktor pendorong pembangunan ekonomi bagi suatu negara. Destinasi pariwisata telah dikembangkan dalam level industri, di mana pengelolaan destinasi melibatkan

(29)

berbagai aspek sektor dalam level domestik maupun internasional. Hughes (1993) menyatakan Bahwa daya saing terkait dengan efisiensi dan market shares melalui perdagangan internasional. Daya saing, khususnya dalam pariwisata dirancang untuk meningkatkan pendapatan negara dalam jangka panjang melalui efek-efek multiplier.

Daya saing pariwisata juga merupakan kemampuan menyampaikan potensi dan pelayanan wisata kepada wisatawan lebih baik daripada destinasi yang ditawarkan ditempat lain. Seperti Dwyer (2000) yang menyatakan Pengukuran variabel daya saing pariwisata seperti jumlah pengunjung, market share, pengeluaran oleh wisatawan, ketersediaan pekerjaan, nilai tambah bagi industri pariwisata hingga variabel pendukung seperti ketersediaan unsur budaya dan kualitas pengalaman berwisata. Daya saing pariwisata adalah sebuah konsep umum yang mencakup perbedaan harga ditambah dengan pergerakan nilai tukar, tingkat produktivitas berbagai komponen industri pariwisata dan faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi daya tarik atau destinasi.

2.3.1 Competitiveness Monitor

Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing.

Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization, 2008):

(30)

1. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah destinasi.

2. Price Competitiveness Indicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya.

3. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih.

4. Environtment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya.

5. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi.

6. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menunjukkan kualitas Sumber Daya Manusia daerah destinasi tersebut dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis yang berkunjung ke daerah tersebut.

(31)

7. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Hal ini dilihat dari jumlah wisatawan internasional yang datang berkunjung.

8. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Dilihat dari lamanya masa tinggal turis disuatu daerah wisata.

2.4 Kontribusi Pariwisata Terhadap Perekonomian

Rahayu (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pariwisata merupakan suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai macam aspek yang penting, aspek tersebut diantaranya yaitu aspek sosiologis, aspek psikologis, aspek ekonomis, aspek ekologis, dan aspek-aspek yang lainnya. Diantara sekian banyak aspek tersebut, aspek yang mendapat perhatian yang paling besar dan hampir merupakan satusatunya aspek yang dianggap sangat penting adalah aspek ekonomisnya.

Bahkan sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian dunia. Sektor pariwisata telah menjadi pilar ekonomi bagi masing- masing di dunia. Pengeluaran wisatawan untuk keperluan akomodasi, makanan, minuman, belanja, transportasi, dan hiburan merupakan pemasukan bagi devisa suatu negara.

Pengembangan pariwisata harus tetap dilakukan dan ditingkatkan agar sektor pariwisata menjadi kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan untuk terus

(32)

memperbesar devisa atau pendapatan asli daerah, membuka lapangan kerja dan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat setempat. Pengembangan tersebut akan berhasil dengan baik apabila masyarakat ikut berperan secara aktif. Dengan peran masyarakat tersebut, maka mereka akan merasakan keuntungan-keuntungan apa yang akan diperoleh.

Menurut Hutabarat dalam Rahayu (2006), peranan pariwisata antara lain, pertama, yaitu sebagai penghasil devisa negara; kedua, peranan sosial yaitu sebagai penciptaan lapangan pekerjaan; ketiga, peranan budaya yaitu memperkenalkan kebudayaan dan kesenian. Yoeti (2005) menyebutkan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian daerah lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Memberikan kesempatan kerja dengan terbukanya lapangan pekerjaan 2. Meningkatkan pendapatan daerah melalui Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB).

3. Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi daerah.

4. Memberikan efek multiplier dalam perekonomian Daerah Tujuan Wisata (DTW).

2.5 Pariwisata dari Sisi Permintaan

Menurut Yoeti (2008), permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan tabungan relatif cukup). Sedangkan yang dimaksudkan dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik Wisata (DTW) tertentu.

(33)

World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Tentu saja pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan itu sendiri (konsumen), serta pemerintah dan swasta dalam rangka investasi dan promosi wisata.

2.6 Pariwisata dari Sisi Penawaran

Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun yang potensial.

Penawaran dalam pariwisata menunjukkan suatu atraksi wisata alamiah dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi suatu kawasan wisata (Gomang, 2003). Menurut Heriawan (2004), sektor inti dari pariwisata mencakup: hotel, restoran, transportasi domestik dan lokal, industri kerajinan (souvenir), jasa hiburan, rekreasi dan budaya, serta biro perjalanan (paket tour).

Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri dari triple A, yang terdiri dari:

1. Atraksi

Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, seperti Danau Kelimutu atau Gunung Bromo, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi

(34)

Perambanan, adat-istiadat masyarakat seperti pasar Terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata.

Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Moda transportasi layak ditawarkan adalah angkutan penumpang tersebut berangkat dan tiba tepat waktu di Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).

3. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan.

Bank, pertukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam unsur ini.

2.7 Prasarana dan SaranaWisata

Agar suatu obyek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu obyek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana obyek wisata tersebut.

Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung dari

(35)

pengembangan obyek wisata. Menurut Yoeti (1996), mengatakan: “Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beranekaragam”.

Prasarana tersebut antara lain:

1. Perhubungan: jalan raya, rel kereta api, pelabuhan udara dan laut 2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih

3. Sistem komunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi 4. Pelayanan kesehatan baik itu puskesmas maupun rumah sakit

5. Pelayanan keamanan baik itu pos satpam penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan di sekitar obyek wisata

6. Pelayananwisatawan baik berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu wisata

7. Pom bensin 8. Dan lain-lain

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung danhidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan (Yoeti, 1996). Sarana kepariwisataan tersebut adalah:

a) Perusahaan akomodasi: hotel, losmen, bungalow

b) Perusahaan transportasi: pengangkutan udara, laut atau kereta api dan bus yang melayani khusus pariwisata saja.

(36)

c) Rumah makan, restaurant, depot atau warung-warung yang berada di sekitar obyek wisata dan memang mencari mata pencaharian berdasarkan pengunjung dari obyek wisata tersebut

d) Toko-toko penjual cinderamata khas dari obyek wisata tersebut yang notabene mendapat penghasilan hanya dari penjualan barang-barang cinderamata khas obyek tersebut.

e) Dan lain-lain

Dalam pengembangan sebuah obyek wisata sarana dan prasarana tersebut harus dilaksanakan sebaik mungkin karena apabila suatu obyek wisata dapat membuat wisatawan untuk berkunjung dan betah untuk melakukan wisata disana maka akan menyedot banyak pengunjung yang kelak akan berguna juga untuk peningkatan ekonomi baik untuk komunitas di sekitar obyek wisata tersebut maupun pemerintah daerah.

2.8 Penelitian Terdahulu

Berkaitan dengan penelitian ini ada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti lain sebelumnya yang permasalahannya hampir sama dengan penelitian yang dilakukan sekarang, diantaranya dapat dilihat pada tabel 2.2

(37)

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti (tahun) Judul Hasil Penelitian

1 Valentino Panjaitan (2016)

Analisis Indikator Daya Saing Industri

Pariwisata Di Kabupaten Samosir

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing pariwisata pada kedelapan indikator variabel IDI

(Infrastructure

Development Indicator) menunjukan nilai daya saing rendah, sedangkan indikator lainnya

memiliki daya saing tinggi

2 Rebecca Christina Putri (2014)

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Jepara Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata dari kedelapan indikator penentu daya saing

menunjukkan kemampuan daya saing yang rendah, sehingga dikatakan daya saing pariwisata di Kabupaten Jepara tergolong rendah.

3 Ackory Natalia Malau (2016)

Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Di Kabupaten Samosir

Hasil analisis

menunjukkan bahwa daya saing industri pariwisata Kabupaten Samosir dari kedelapan indikator penentu daya saing

menunjukkan kemampuan daya saing yanglebih baik dibandingkan Kabupaten Simalungun tetapi masih tergolong rendah.

4 Trisnawati (2007) Analisis Daya Saing Industri Pariwisaa Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah (kajian perbandingan

Dayasaing industri pariwisata Surakarta secara menyeluruh lebih rendah dibandingkan Yogyakarta. Indikator-

(38)

antara Surakarta dengan Yogyakarta)

menunjukkan bahwa pariwisata Yogyakarta lebih unggul.

5 Angga Muhammad Arief

Pamungkas(2018)

Analisis Daya Saing Pariwisata Di

Kabupaten Simalungun Untuk Meningkatkan Ekonomi Daerah

Berdasarkan hasil analisis posisi daya saing

pariwisata Kabupaten Simalungun tidak terlalu baik jika di bandingkan dengan Kabupaten Samosir, indeks daya saing pariwisata yang unggul di Kabupaten Simalungun hanya unggul dalam beberapa indikator penentu daya saing yaitu Infrastructure

Development Indicator (IDI), Environment Indicator (EI),

Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI) sehingga dapat dikatakan daya saing pariwisata Kabupaten Simalungun tergolong rendah.

2.9 Kerangka Konseptual

Penentuan variabel daya saing industri pariwisata Kabupaten sekitar wilayah Danau Toba disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan dari penelitian ini.

Analisis perkembangan daya saing industri pariwisata penting untuk dilakukan.

Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan potensi pariwisata yang juga dapat memperlihatkan sejauh mana pemerintah maupun swasta memaksimalkan potensi yang ada. Selain itu, untuk menentukan daya saing industri pariwisata

(39)

menggunakan analisis Competitiveness Monitor yang memperhatikan kedelapan indikator dari WWTC dan melakukan penghitungan sesuasi dengan seluruh indikator daya saing.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dari gambar diatas terlihat bahwa, dalam menentukan Indeks Daya Saing Industri Pariwisata terlebih dahulu mencari jumlah dari Daya Saing yang memperhatikan kedelapan indikator.

Daya Saing

Indeks Pariwisata

Indeks Komposit

Indeks Daya Saing Parawisata

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Penelitian ini menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.

3.2 Batasan Operasional

Adapun batasan operasional yang terdapat dalam penelitian ini menggacu pada variabel Competitiveness Monitor (Human Tourism Indicator (HTI), Price Competitiviness Indicator (PCI), Infratructure Development Indicator (IDI), Environment Indicator (EI), Technology Advancement Indicator (TAI), Human Resources Indicator (HRI), Openess Indicator (OI) dan Social Development Indicator (SDI)) dari setiap kabupaten yang di teliti pada tahun 2016.

3.3 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini menggunakan variabel daya saing. Daya saing industri pariwisata di lima Kabupaten sekitar wilayah Danau Toba ini di ukur melalui tersedianya potensi-potensi yang dimiliki daerah tersebut baik potensi alam, budaya dan agama. Dapat dilihat pada Tabel 3.1 Parameter, Sumber data dan Kegunaan kedelapan indikator, indikator ini diadopsi dari penelitian Ackory Natalia Malau (2016). Kedelapan indikator yang digunakan dalam analisis penentuan daya saing penelitian ini adalah :

(41)

Tabel 3.1

Parameter, Sumber Data dan Kegunaan

Parameter Sumber Data Kegunaan

Human Tourism Indicator (HTI)

1. Jumlah Turis 2. Jumlah Penduduk

Menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis

Price

Competitiveness Indicator(PCI)

1. Jumlah Wisatawan Mancanegara

2. Rata-rata Tarif Hotel 3. Rata-rata Masa

Tinggal Turis

Harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata

Infrastructure Development Indicator (IDI)

1. Panjang Jalan Beraspal 2. Panjang Jalan

Berkualitas Baik

Menunjukkan

perkembangan jalan raya, perbaikan fasilitas sanitasi dan peningkatan akses penduduk terhadap fasilitas air bersih

Environment Indicator (EI)

1. Jumlah Penduduk 2. Luas Daerah

Menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam

mememilihara lingkungannya Technology

Advancement Indicator (TAI)

1. Penggunaan Jaringan Internet

2. Jumlah Penduduk

Menunjukkan

perkembangan infrastruktur dan teknologi modern Human

Resources Indicator (HRI)

1. Jumlah penduduk yang bebas buta huruf 2. Jumlah Penduduk

Yang Berpendidikan SD,SMP,SMA, Diploma Dan Sarjana

Kualitas SDM di daerah destinasi

Openess Indicator (OI)

1. Jumlah Wisatawan Mancanegara 2. Total PAD

Tingkat keterbukaan destinasi terhadap

perdagangan internasional dan turis internasional Social

Development Indicator (SDI)

1. Lama Rata-rata Tinggal Turis

Menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis

berwisata

(42)

a. Human Tourism Indicator (HTI)

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Pengukuran yang digunakan adalah Tourism Participation Index (TPI) yaitu rasio antara jumlah aktivitas turis (datang dan pergi) dengan jumlah penduduk daerah destinasi. Dalam penelitian ini, ukuran yang digunakan adalah TPI, dengan rumus:

𝑇𝑃𝐼 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑢𝑟𝑖𝑠 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛

b. Price Competitiveness Indicator (PCI)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata seperti biaya akomodasi, travel, sewa kendaraan dan sebagainya. Pengukuran yang digunakan untuk menghitung PCI adalah Purchasing Power Parity (PPP). Proksi yang digunakan untuk mengukur PPP adalah rata-rata tarif minimum hotel yang merupakan hotel worldwide. Sehingga rumus yang digunakan untuk menghitung PPP adalah:

𝑃𝑃𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 × 𝑅𝑎𝑡𝑎

− 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑎𝑟𝑖𝑓 𝐻𝑜𝑡𝑒𝑙 × 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑀𝑎𝑠𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙

c. Infrastructure Development Indicator (IDI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur yang disebabkan oleh kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata.

(43)

infrastruktur yang baik dapat menarik minat wisatawan untuk datang.

Begitu pula sebaliknya, kedatangan wisatawan dapat meningkatkan pendapatan pemerintah daerah sehingga dapat meningkatkan kualitas infrastruktur yang dimiliki. Panjang jalan beraspal dan kualitas jalan menjadi proksi bagi indikator ini.

IDI =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 × 100 d. Environment Indicator (EI)

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan adalah indeks emisi CO2 dan indeks kepadatan penduduk (rasio antara jumlah penduduk dengan luas daerah). Sementara pengukuran pada indeks emisi CO2 tidak terdapat data maka yang digunakan untuk menghitung EI adalah indeks kepadatan penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat membantu pemerintah untuk sadar akan lingkungan di sekitarnya.

𝐸𝐼 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 e. Technology Advancement Indicator (TAI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan meluasnya penggunaan internet, mobile telephone dan ekspor produk-produk berteknologi tinggi. Pengukuran yang digunakan adalah Jaringan Internet (rasio penggunaan Jaringan Internet dengan jumlah penduduk)

𝑇𝐴𝐼 =𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝐽𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑒𝑡 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛

(44)

f. Human Resources Indicator (HRI)

Indikator ini menujukkan kualitas sumber daya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.

Pengukuran HRI menggunakan indek pendidikan yang terdiri dari rasio penduduk yang bebas buta huruf dan rasio penduduk yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana.

𝐻𝑅𝐼 = 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑠 𝐵𝑢𝑡𝑎 𝐻𝑢𝑟𝑢𝑓 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝐷, 𝑆𝑀𝑃, 𝑆𝑀𝐴, 𝐷𝑖𝑝𝑙𝑜𝑚𝑎 𝐷𝑎𝑛

𝑆𝑎𝑟𝑗𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛

g. Openess Indicator (OI)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Pengukurannya menggunakan rasio jumlah wisatawan mancanegara dengan total PAD.

𝑂𝐼 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝐴𝐷 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛

h. Social Development Indicator (SDI)

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah lama rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam satu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan

(45)

Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. 2005 : 79). Yang termasuk sempel pada penelitian ini adalah Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir dikarenakan tidak tersediannya data di dua Kabupaten lain yaitu Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Karo.

Berikut tabel yang menunjukan indikator daya saing industri pariwisata terhadap kabupaten disikitar Danau Toba.

(46)

Tabel 3.2

Populasi dan Sampel Tujuh Kabupaten Wilayah Sekitar Danau Toba Pada Tahun 2016

No Indikator

Kabupaten Dairi Humbang

Hasundutan Karo Samosir Simalungun Tapanuli utara

Toba Samosir

1 HTI

A -

B

2 PCI

C -

D - -

E - -

3 IDI

F

G

4 EI

A

H

5 TAI

I - -

B

6 HRI

J - -

K -

7 OI

C -

L

8 SDI E - -

Sumber : Badan Pusat Statistik (setiap Kabupaten)

Keterangan sebagai berukut : (A) adalah Jumlah Turis.

(B) adalah Jumlah Penduduk.

(C) adalah Jumlah Wisatawan Mancanegara.

(D) adalah Rata-rata Tarif Hotel.

(47)

(F) adalah Panjang Jalan Beraspal.

(G) adalah Panjang Jalan Berkualitas Baik.

(H) adalah Luas Daerah.

(I) adalah Penggunaan Jaringan Internet.

(J) adalah Jumlah Penduduk yang Bebas Buta Huruf.

(K) adalah Jumlah Penduduk yang Berpendidikan SD, SMP, SMA, Diploma dan Sarjana.

(L) adalah Total PAD.

Dari Tabel 3.2 terdapat beberapa simbol yaitu simbol () dan simbol (-).

Simbol () menandakan bahwa tersedianya data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik sebaliknya, apabila keterangan simbol (-) maka data tidak tersedia di Badan Pusat Statistik. Dari Tabel 3.2 peneliti hanya dapat meneliti lima kabupaten yaitu Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir di karenakan hanya kelima kabupaten tersebut yang memiliki data yang lengkap.

3.5 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis daya saing merupakan data sekunder tahun 2012-2016. Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai dinas pemerintahan Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dari setiap

(48)

Kabupaten yang diteliti. Selain itu, data juga diperoleh dari literatur yang ada di internet.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan realistis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu merupakan satu cara untuk memperoleh data dengan cara membaca literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dalam studi kepustakaan ini data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Daerah, dan Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya dari setiap Kabupaten yang diteliti.

3.7 Metode Analisis Data

Tujuan penelitian pada poin pertama dapat dilihat dengan cara penelitian ini melakukan penghitungan index daya saing pariwisata dengan memasukkan seluruh indikator daya saing dari World Travel and Tourism Council (WWTC) sebanyak 8 indikator dan mengkhususkan pada setiap Kabupaten yang diteliti.

Analisis penentuan daya saing ini penting dilakukan untuk memberikan gambaran posisi daya saing pariwisata di daerah wisata Danau Toba. Dalam penelitian ini tahapan analisis yang dilakukan adalah :

2. Menghitung indeks pariwisata dari kedelapan indikator-indikator pembentuk indeks daya saing yang dikemukakan di atas segala formula

Normalisasi (

𝑋

𝐼𝐶) = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Uji Validitas Pengaruh Balanced Scorecard Terhadap Kinerja Manajerial

Menurut Kridalaksana (2001:117) mengatakan bahwa konjungsi adalah partikel yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan

Penggunaan metode pembelajaran yang digunakan dalam setiap sekolah berbeda-beda, namun dalam penelitian ini mengedepankan pendekatan saintifik khususnya dalam meningkatkan sains

The research aims to find out whether clinico- pathologic factors and examination of the expres- sion of caspase-3 before administration of neoad- juvant chemotherapy could be used as

Kemampuan koneksi matematika dalam hal ini terdiri atas 6 indikator yaitu terdapat enam indikator kemampuan koneksi matematika antara lain (1) mencari hubungan berbagai

Hasil penelitian diperoleh bahwa (1) penyelesaian soal cerita dengan menggunakan langkah Polya berdasarkan model pembelajaran Problem Based Learning mencapai ketuntasan

Dalam pembahasan ini, kita asumsikan bahwa torsi akan memutarkan ujung kanan batang searah jarum jam apabila dilihat dari kanan (Gambar 3-20a) sehingga tegangan geser

[r]