• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN NN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN NN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA PASIEN NN.

L (18 TH) DENGAN KASUS KEBIASAAN MENGUNYAH SATU SISI DI PUSKESMAS KELURAHAN RAWA BUNGA

JATINEGARA JAKARTA TIMUR

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Bandung

Disusun Oleh : TUTI

NIM : P17325116054

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN KEPERAWATAN GIGI 2019

(2)

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI PADA PASIEN NN. L DENGAN KEBIASAAN MENGUNYAH SATU SISI DI

PUSKESMAS KELURAHAN RAWA BUNGA JATINEGARA JAKARTA TIMUR

Telah disetujui dan dilaksanakan pada Hari….. Tanggal….. Bulan….. Tahun 2019

Menyetujui, Dosen Pembimbing

drg. Neneng Nurjanah, M.Kes NIP. 196607041993032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

Tri Widyastuti, SKM. M. Epid NIP. 196706121988032001

(3)

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI PADA PASIEN NN. L DENGAN KEBIASAAN MENGUNYAH SATU SISI DI

PUSKESMAS KELURAHAN RAWA BUNGA JATINEGARA JAKARTA TIMUR

Diujikan Pada Hari….. Tanggal….. Bulan….. Tahun 2019

Penguji 1 Penguji 2

Drg. Eliza Herijulianti, M.Pd Deru Marah laut, S.Si.T.

NIP. 1958071019860320001 NIP. 197510161994031001

Penguji 3

drg. Neneng Nurjanah, M.Kes NIP. 196607041993032002

(4)

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI PADA PASIEN NN. L DENGAN KEBIASAAN MENGUNYAH SATU SISI DI PUSKESMAS KELURAHAN

RAWA BUNGA JATINEGARA JAKARTA TIMUR

Tuti

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung ABSTRAK

Kebiasaan di didalam rongga mulut (oral habits) ada dua yaitu oral habits fisiologis dan oral habits non fisiologis. Oral habits non fisiologis biasa disebut dengan kebiasaan buruk (bad habits). Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan adalah kebiasaan mengunyah makanan di satu sisi, hal ini disebabkan karena gigi di salah satu sisi terasa sakit atau tidak nyaman apabila digunakan untuk mengunyah makanan atau bisa juga karena sudah menjadi kebiasaan.

Mengunyah satu sisi dapat mengakibatkan adanya penumpukan plak, sehingga terjadi penyakit gigi dan mulut (karang gigi, gingivitis, periodontitis) dan kelainan temporomandibular. Tujuan laporan kasus ini adalah agar mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan gigi dan mulut pada pasien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

Karya tulis ilmiah ini berupa laporan kasus dengan konsep asuhan keperawatan gigi yang berupa pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Didalam laporan ini pun menjelaskan mengenai penyebab dan akibat mengunyah satu sisi pada pasien Nn. L. Penyebab Nn. L mengunyah satu sisi adalah adanya lubang di gigi 46 KMP Vital disertai Periodontitis, gigi tersebut terasa sakit jika makanan masuk atau tersentuh lidah. Akibat mengunyah satu sisi pasien Nn. L mengalami penyakit gigi dan mulut seperti karang gigi, gingivitis dan periodontitis dan gigi 47 berlubang.

Pada pasien Nn. L telah dilakukan implementasi berupa memberikan rujukan untuk gigi 46 KMP Vital disertai Periodontitis, karang gigi telah dibersihkan, diberikan penyuluhan, dan gigi 47 ditambal .

Hasil evaluasi yang telah dilakukan pasien Nn. L yaitu gigi 46 KMP Vital disertai Periodontitis rujukan sudah dilaksanakan, sehingga saat ini sudah tidak ada keluhan, untuk karang gigi pasien merasa nyaman karena telah dibersihkan, dan gusi telah sehat kembali. Saat ini pasien sudah membiasakan diri mengunyah dua sisi.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Gigi, Mengunyah Satu Sisi, Karang Gigi, Gingivitis, Periodontitis, karies gigi.

(5)

DENTAL NURSING IN NN PATIENTS. L WITH

THE HABIT OF CHEWING ONE SIDE IN PUSKESMAS KELURAHAN RAWA BUNGA JATINEGARA JAKARTA TIMUR

Tuti

Dental Nursing Department, Bandung Health Polytechnic

ABSTRACT

Habits inside the oral cavity (oral habits) are two, namely oral physiological habits and oral non physiological habits. Non-physiological oral habits are usually called bad habits. One bad habit that is often done is the habit of chewing food on one side, this is because the teeth on one side are painful or uncomfortable when used to chew food or it can be because it has become a habit.

Chewing on one side can cause plaque buildup, resulting in tooth and mouth disease (tartar, gingivitis, periodontitis) and temporomandibular abnormalities.

The purpose of this case report is to find out a general description of dental and oral nursing care for Ms. L with a case of chewing on one side.

This scientific paper is in the form of a case report with the concept of dental nursing care in the form of assessment, diagnosis, planning, implementation, and evaluation. In this report also explains the causes and consequences chew on one side of the patient Ms. L. Cause Ms. L chewing one side is the presence of a hole in the 46 KMP tooth Vital with periodontitis, the tooth is painful if the food enters or is touched by the tongue. As a result of chewing one side of the patient Ms. L has dental and oral diseases such as tartar, gingivitis and periodontitis and hollow teeth.

In the patient Ms. L has been implemented in the form of providing referrals for 46 KMP teeth Vital with periodontitis, tartar has been cleaned, given counseling, and 47 teeth patched.

The results of evaluations conducted by Ms. L, which is 46 KMP Vital with reference to Periodontitis, has been carried out, so that now there are no complaints, for the tartar the patient feels comfortable because it has been cleaned, and the gums are healthy again. Now the patient is accustomed to chewing on two sides

Keywords: Dental Nursing Care, Single-sided Chewing, Tartar, Gingivitis, Periodontitis, Dental caries.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa tercurahkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gigi Pada Pasien Nn. L Dengan Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi Di Puskesmas Kecamatan Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur”.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah mengizinkan memahami ilmu Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

2. Dr. Ir. H. Osman Syarier, MKM selaku direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

3. Tri Widyastuti, SKM, M.Epid selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi.

4. drg. Neneng Nurjanah,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang selalu memberikan saran, gagasan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Drg. Eliza Herijulianti, M.Pd. selaku Dosen penguji I yang banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis.

6. Bapak Deru Marah Laut, S.Si.T selaku dosen penguji II yang banyak memberikan masukan serta saran kepada penulis.

(7)

ii

7. Ibu Nia Kurnia, SKM, selaku pelaksana harian Jasus Ladokgi TNI-AL R.E Marthadinata sehingga terlaksananya kelas Jasus Ladokgi.

8. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung yang telah banyak memberikan ilmu selama masa perkuliahan.

9. Suami tercinta dan anak-anak (Fajar dan Putri) yang selalu mendukung, memberikan semangat dan setia menemani dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Kedua Orang Tua atas segala Do’a yang selalu diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Drg. Susi Dianty selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Rawabunga atas bantuannya dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Teman-teman sejawat di Puskesmas Kelurahan Rawabunga yang selalu memberikan semangat dan dukungannya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

13. Seluruh rekan-rekan Mahaasiswa Jurusan Keperawatan Gigi angkatan 22 yang saling membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

14. Semua pihak yang telah memberikan gagasan dan dukungan dalam penuliasan Karya Tulis Ilmiah ini

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merasa masih banyak kekurangan kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak

(8)

sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandung, Mei 2019

Penulis

(9)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGUJIAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iv

DAFTAR TABEL……….. vii

DAFTAR LAMPIRAN……….. viii

BAB 1 PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……….... 7

A. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut ……… 7

1. Definisi ...……….. 7

2. Konsep proses asuhan keperawatan gigi ... 7

B. Kebiasaan Buruk ...……….... 10

C. Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi ………... 11

1. Definisi ………... 11

2. Penyebab………... 11

(10)

3. Akibat ... 12

4. Tanda-Tanda ... 13

5. Pencegahan ... 18

6. Perawatan ... 18

D. Sop Tindakan Perawatan Terhadap Karies Mencapai Email ….. 25

BAB 3 LAPORAN KASUS………. 27

A. Pengkajian……… 27

1. Identitas Pasien ... 27

2. Keluhan Pasien ... 28

3. Riwayat Kesehatan Umum ... 29

4. Riwayat Kesehatan Gigi ... 29

5. Pemeriksaan Extra Oral ... 30

6. Pemeriksaan Intra Oral ... 30

B. Diagnosa………... 32

C. Perencanaan………... 33

D. SOP Penambalan GIC Di Puskesmas Kelurahan Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur ……….. 34

BAB 4 PENATALAKSANAAN PELAYANAN ASKEP GIGI DAN MULUT ... 37

BAB 5 KESEIMPULAN DAN SARAN………... 41

(11)

x

DAFTAR PUSTAKA ………. 43

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Riwat Kesehatan Umum ………..……….. 26

Tabel Riwat Kesehatan Gigi ……… 27

Tabel Indek Kebersihan Mulut DI ……… 29

Tabel Indek Kebersihan Mulut CI ………... 29

Tabel Diagnosa Asuhan Gigi dan Mulut ………. 31

Tabel Perencanaan Intervensi Keperawatan………..………... 33

Tabel Implementasi dan Evaluasi ……… 40

(13)

8

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Gambar Kalkulus dan gigi sebelum dilakukan tindakan Lampiran 2 : Gambar Kalkulus dan gigi sesudah dilakukan tindakan s Lampiran 3 : Surat Rujukan

(15)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi (Potter dan Patricia, 1997).

Pelayanan asuhan merupakan suatu program atau kegiatan yang dilakukan secara terencana yang mempunyai hasil tertentu pada suatu kelompok tertentu. Pelayanan asuhan diberikan secara langsung kepada klien/pasien untuk memenuhi kebutuhan klien/pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Dalam pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut, asuhan dilaksanakan secara paripurna, artinya semua masalah kesehatan gigi dan mulut yang dialami klien/pasien dapat diselesaikan dengan tuntas.

Dalam mengaplikasikan asuhan kesehatan kepada klien/pasien, kebutuhan dasar manusia tersebut dapat digunakan untuk memahami hubungan antara kebutuhan klien/pasien terhadap kebutuhan keperawatan. Meskipun setiap orang mempunyai sifat yang berbeda-

(16)

2

beda, tetapi setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama.

Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.

Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai kondisi sehat maka kebersihan diri harus kita perhatikan (Notoatmodjo, 2003).

Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, sebab gigi geligi memiliki pengaruh yang penting dalam perilaku manusia sehari-hari. Tak hanya berkaitan dengan perilaku sehari-hari gigi juga berkaitan dengan kesehatan tubuh, terutama dalam proses pengunyahan makanan. Gigi yang terawat dengan baik akan sangat membantu dalam proses penghalusan makanan (Bakri. I, 2015).

Kebanyakan masalah kesehatan gigi dan mulut disebabkan oleh plak. Plak bisa menyebabkan terjadinya radang gusi dan jaringan periodontal lebih dalam. Apabila poses peradangan berlanjut, maka jaringan periodontal ini lama-kelamaan akan rusak sehingga akan kehilangan fungsinya sebagai penopang gigi. Gigi tersebut akan goyang sehingga lama-kelamaan bisa lepas dari tempatnya (Megananda, DKK, 2009).

Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan pelayanan asuhan yang terencana, diikuti dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan di bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana

(17)

3

untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada individu, kelompok, dan masyarakat (PERMENKES RI, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan tahun 2002 menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan yang telah tersedia di masyarakat. Selain itu faktor jarak juga mempengaruhi pemanfaatan fasilitas kesehatan tersebut.

Faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut, dimana perilaku dirumuskan sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara berbagai faktor, yang salah satu di antara faktor tersebut adalah pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Kebiasaan merupakan suatu pola perilaku yang diulangi dan pada umumnya merupakan suatu tahap perkembangan yang normal.

Kebiasaan yang terjadi di dalam rongga mulut (oral habits) diklasifikasikan menjadi dua, yaitu oral habits fisiologis dan non fisiologis. Oral habits fisiologis merupakan kebiasaan normal manusia

seperti bernafas lewat hidung, mengunyah, berbicara, dan menelan. Oral habits non fisiologis merupakan kebiasaan abnormal manusia yang

menimbulkan tekanan kecenderungan yang menetap dan diulang secara terus menerus sehingga biasa disebut bad habits. Contohnya: menghisap jempol (thumb sucking), menghisap dot (pacifier sucking), pemberian susu botol (bottle feeding), menjulurkan lidah (tongue placing pressure on teeth), menggigit kuku (nail biting), bernafas melalui mulut (mouth

(18)

4

breathing), bruksisme (bruxism) dan menggigit bibir (lip sucking) (Iqbal,

2015).

Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan adalah mengunyah makanan disatu sisi, hal ini disebabkan karena gigi di salah satu sisi terasa sakit atau tidak nyaman apabila digunakan untuk mengunyah makanan atau bisa juga karena sudah menjadi kebiasaan (Megananda, DKK, 2009).

Kebiasaan mengunyah pada satu sisi geraham memang tidak mempengaruhi pertumbuhan gigi, namun akan mempengaruhi perkembangan rahang. Bagian yang sering berfungsi akan memicu perkembangan rahang, sedangkan bagian yang dibiarkan pasif menjadi tidak begitu berkembang (Megananda, DKK, 2009).

Kebiasaan buruk dalam mengunyah satu sisi, yang dilakukan dalam jangka waktu lama adalah salah satu dari sekian banyak faktor yang sering dikaitkan dengan kelainan sendi rahang (Temporomandibular Joint). Dampak dari kelainan ini bermacam-macam, karena faktor

pemicunya juga bervariasi. Keluhan utama pasien yang mengalami kelainan temporomandibular joint umumnya adalah sakit kepala yang tidak jelas penyebabnya, sakit di depan telinga, atau terdengar bunyi

“klik” (biasa disebut clicking) pada saat membuka atau menutup mulut.

Pasien juga sering mengeluhkan rasa lelah pada otot pipi atau sulit membuka mulut (Ariyanti, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Kristina (2010) mengenai

(19)

5

Gigi Pada Pasien di Klinik Jurusan Kesehatan Gigi Bandung, dari 32 responden mempunyai beberapa alasan mengunyah satu sisi, terdapat 14 responden mengunyah satu sisi dikarenakan kebiasaan sejak kecil, 9 responden beralasan gigi sebelah terasa linu, adapula 5 responden mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi dikarenakan gigi disebelahnya terasa sakit jika dipakai mengunyah, dan 4 responden mengunyah satu sisi dikarenakan gigi di sebelahnya sudah dicabut.

(Kristina, 2010)

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan gigi dan mulut untuk mengatasi masalah pada pasien Nn. L dengan kebiasaan mengunyah satu sisi. Penulis ingin mempelajari lebih jauh mengenai penyebab dan akibat kebiasaan mengunyah satu sisi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumuskan masalah yang akan dikaji adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan gigi pada pasien Nn.

L dengan kebiasaan mengunyah satu sisi di Puskesmas Kelurahan Rawa Bunga Jatinegara Jakarta Timur?”.

(20)

6

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran yang komprehensif tentang asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L (18 th) dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada pasien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

b. Menegakkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

c. Menyususn perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

d. Melaksanakan implementasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

e. Mengevaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

f. Mendokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

D. Manfaat Penelitian

1. Kepentingan Keilmuan

Karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien Nn. L dengan kasus kebiasaan mengunyah satu sisi.

(21)

7

2. Kepentingan Praktis

Karya tulis ini diinformasikan ke masyarakat umum guna menambah pengetahuan tentang dampak mengunyah satu sisi.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut 1. Definisi

Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah pelayanan asuhan yang terencana, diikuti dalam kurun waktu tertentu secara berkesinambungan di bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada individu, kelompok, dan masyarakat (PERMENKES RI, 2016).

2. Konsep proses asuhan keperawatan gigi

Proses asuhan keperawatan gigi meliputi empat kegiatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan gigi, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Ke-empat proses tersebut dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka perawatan kesehatan gigi secara holistik. Tujuannya untuk:

a. Menyediakan kerangka kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien dalam perawatan gigi dan mulut.

b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dapat dikurangi, dihilangkan dan atau dicegah oleh perawat gigi (Wilkins, 2005).

Proses keperawatan gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis keperawatan gigi menunjukkan bahwa seorang

(23)

9

memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek pelayanan asuhan keperawatan gigi yang meliputi empat kegiatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan gigi, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Wartonah, 2006).

a. Pengkajian

Pengkajian adalah seni mengumpulkan dan menganalisis data-data subjektif maupun objektif dari klien dan mengarahkan penilaian kepada kebutuhan manusia dari klien dan hal-hal yang dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan tersebut yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

Pengkajian klien meliputi pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, data pribadi, riwayat sosioetnokultural, pemeriksaan intra oral dan extra oral, analisis serta pengambilan keputusan berdasarkan hal-hal yang ditemukan selama pemeriksaan (Dahlan, 2008).

b. Diagnosa keperawatan gigi

Diagnosa keperawatan gigi adalah kesimpulan pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi. Diagnosa keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan tindakan keperawatan gigi selanjutnya. Ketika diagnosa keperawatan gigi telah valid, maka hal tersebut merupakan faktor utama yang dapat membantu klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai kondisi

(24)

10

yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan) keperawatan gigi yang layak (Dahlan, 2008).

c. Perencanaan

Perencanaan adalah tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan (diimplementasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien mencapai pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Perencanaan merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan menguji penilaian klinis dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada dasarnya perencanaan merupakan kesempatan untuk mengintegrasi keputusan-keputusan yang mendukung pencapaian tujuan dengan baik (Dahlan, 2008).

d. Implementasi

Implementasi adalah tindakan pelaksaan perencanaan keperawatan gigi yang telah dirancang dengan khusus untuk memenuhi kebutuhan klien yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Implementasi termasuk tindakan yang dilaksanakan oleh perawat gigi, klien atau direncanakan lain dalam rangka mencapai tujuan klien, setiap tindakan ditampilkan (dilaksanakan) dan hasilnya dicatat dalam catatan klien (medical record) (Dahlan, 2008).

e. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan data klien setelah selesai

(25)

11

pengkajian awal untuk menentukan ada atau tidaknya kemajuan (perubahan) klien atau tercapai tidaknya tujuan perawatan. Fase evaluasi harus menghasilkan informasi tentang tujuan klien yang telah dicapai atau perlu diperbaiki (Dahlan, 2008).

B. Kebiasaan Buruk

Kebiasaan menjadi faktor penting penyebab dan berkembangnya penyakit periodontal. Sering kali, kebiasaan dilakukan tanpa disadari yang ternyata dapat merusak atau membahayakan bagian rongga mulutnya.

Kebiasaan dalam rongga mulut dapat berpengaruh kepada jaringan keras (gigi, tulang alveolar), jaringan pendukung gigi (gingival, ligamentum periodontal) maupun mukosa mulut lainnya (lidah, bibir, pipi, palatum, dan lain-lain) (Putri MH, 2012).

Kebiasaan yang secara signifikan dapat menyebabkan penyakit periodontal. Diklasifikasikan oleh Sorin sebagai berikut :

1. Kebiasaan akibat neorosis atau stres emosional seperti, menggigit bibir, menggigit pipi, yang dapat mengarah menjadi posisi mandibular yang ekstrafungsi: menggigit-gigit tusuk gigi diantara gigi, mendorong lidah, menggigit-gigit kuku, menggigit-gigit pinsil, dan kebiasaan parafungsional seperti, bruksisme, clenching, dan lain-lain.

2. Kebiasaan akibat pekerjaan (occupational habits), seperti menggigit atau menahan paku di mulut seperti yang dilakukan oleh tukang sepatu, tukang kayu, tukang meubeul, dan sebagainnya, pemangkas rambut yang membuka jepit rambut dengan giginya.

(26)

12

Kebiasaan lainnya, seperti merokok, mengunyah sirih atau tembakau, menyikat gigi yang terlalu keras dalam arah vertikal maupun horizontal, bernafas melalui mulut, mengunyah satu sisi rahang, minum susu dalam botol yang dibawa tidur, memakai perhiasan yang ditusuk dibibir, lidah, menghisap jari, dan sebagainya (Putri MH, 2012).

C. Kebiasaan Mengunyah Satu Sisi 1. Definisi

Kebiasaan merupakan suatu pola perilaku yang diulangi dan pada umumnya merupakan suatu tahap perkembangan yang normal (Iqbal, 2015). Mengunyah adalah hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah dimana terdapat kontak sebesar-besarnya antara gigi-gigi tersebut.

Oklusi normal ialah hubungan yang harmonis antara gigi-gigi di rahang yang sama dan gigi-gigi di rahang yang berlainan dimana dalam kontak yang sebesar-besaran. Oklusi normal merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan yang baik dari alat pengunyah dan meliputi hal yang kompleks.

2. Penyebab

Ada orang-orang yang memiliki kebiasaan mengunyah makanan hanya disatu sisi saja, mungkin di sisi kanan atau di sisi kiri. Kebiasaan ini disebabkan karena gigi disalah satu sisi terasa sakit atau tidak nyaman apabila dipakai makan. Bisa juga hanya karena sudah menjadi kebiasaan dari sejak kecil sehingga jika makan di kedua sisi malah terasa sangat tidak nyaman untuk mengunyah ( Aryati.S, 2007).

(27)

13

Kebiasaan mengunyah satu sisi dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut karena gigi akan kehilangan fungsinya sebagai self cleansing. Kunyahan akan memproduksi air liur pada mulut, air liur ini secara alamiah akan melawan kuman yang ada di mulut. Mengunyah satu sisi dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan gigi dan mulut karena karang gigi dapat terbentuk apabila sederet gigi tidak berfungsi atau tidak digunakan. Gigi yang tidak digunakan menjadi sasaran penumpukan plak karena air ludah dan gerakan otot pipi ketika mengunyah tidak bisa menjangkau daerah tersebut (Machfoedz, 2005).

3. Akibat

Akibat kebiasaan mengunyah satu sisi tidak dihilangkan perlahan- lahan dan dibiarkan terlalu lama, dapat mengakibatkan timbulnya masalah atau kelainan pada sendi rahang, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan beban pengunyahan. Selain itu biasanya gigi disisi yang berlawanan hampir tidak pernah digunakan untuk mengunyah akan tampak lebih kotor dan banyak karang gigi karena proses pengunyahan itu sendiri juga memiliki kemampuan membersihkan gigi (Aryati.S, 2007).

a. Karang Gigi

Karang gigi dapat timbul bila seseorang mengunyah pada satu sisi saja sehingga pada sisi yang tidak digunakan

(28)

14

mengunyah biasanya mengalami penimbunan plak kemudian menjadi karang gigi. Terbentuknya karang gigi bisa terjadi pada setiap orang, dan proses terbentuknya tidak dapat kita hindari namun dapat kita kurangi.

Ada beberapa cara untuk mengurangi karang gigi diantaranya:

1) Dengan rajin menjaga kebersihan gigi yaitu dengan cara menyikat gigi minimal dua kali sehari secara benar dimana semua bagian gigi tersikat bersih. Dan juga jangan lupa menggosok gusi dengan lembut perlahan-lahan. Untuk gusi rahang atas, gerakan sikat gigi dari atas ke bawah, dan untuk gusi rahang bagian bawah gerakan sikat gigi dari bawah keatas. Hal ini dapat menghalangi terbentuknya karang gigi.

2) Rajin kontrol ke klinik gigi minimal setiap 6 bulan sekali untuk membersihkan karang gigi. Karena hanya dengan alat- alat kedokteran gigi saja karang gigi dapat dibersihkan.

Karang gigi tidak dapat hilang bila hanya dengan menggosok gigi atau berkumur dengan obat kumur.

Untuk menghilangkan dental plak dan kalkulus perlu dilakukan scalling atau root planning, yang merupakan terapi periodontal konvensional atau non-surgikal. Prosedur scalling menghilangkan plak, kalkulus, dan noda di permukaan gigi maupun akarnya. Prosedur lain adalah root planing, terapi khusus untuk menghilangkann cementum dan permukaan dentin yang ditumbuhi kalkulus, mikroorganisme,

(29)

15

sebagai deep cleaning, dan dilakukan dengan peralatan khusus seperti ultrasonic scaler.

b. Gingivitis

Karang gigi merupakan penyebab sebagian besar kasus gusi mudah berdarah atau gingivitis. Adanya karang gigi membuat gusi pada leher gigi tertekan dan meradang. Gingivitis terjadi karena akumulasi plak. Akumulasi plak terjadi karena kurangnya kebersihan gigi dan mulut, hal ini dikarenakan mempunyai kebiasaan mengunyah satu sisi saja. Pengunyahan dapat menyebabkan produksi saliva meningkat. Salah satu fungsi saliva yakni mempunyai self cleansing (Sudarmono, 2010).

Cara mencegah terjadinya gingivitis, diantaranya:

1) Menggosok gigi 2-3 kali sehari disertai membersihkan gusi dan jaringan di dalam rongga mulut.

2) Membersihkan sisa-sisa makanan yang berada diantara gigi dengan benang gigi (dental floss) akan mengurangi kemungkinan kerusakan pada gusi. Jangan menggunakan tusuk gigi untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan karena benda ini menyebabkan trauma fisik pada jaringan gusi.

3) Secara berkala karang gigi harus dibersihkan agar tidak menumpuk dan kerusakan gusi dapat dihindari. Perbaiki nutrisi dengan banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan

(30)

16

yang berserat akan memperkuat dan menyehatkan gusi (Sudarmono, 2010).

c. Periodontitis

Periodontitis selalu diawali oleh gingivitis. Periodontitis adalah inflamasi yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke apikal, kehilangan perlekatan dan puncak alveolar. Pada pemeriksaan klinis terdapat peningkatan kedalaman probing, pendarahan saat probing, dapat juga ditemukan kemerahan dan pembengkakkan gingiva (Fedi PF, 2004).

Karena penyebab utamanya adalah bakteri yang terdapat pada plak, maka pencegahan penyakit periodontal bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan mulut, rutin menyikat gigi, flossing, dan perawatan scalling minimal 6 bulan sekali.

Ada juga beberapa hal yang harus kamu lakukan untuk menghindari penyakit periodontal diantaranya :

1) Menghentikan kebiasaan merokok.

2) Memperbaiki susunan gigi yang berantakan dengan perawatan kawat gigi.

3) Atasi kondisi stres yang bisa menurunkan kekebalan tubuh.

4) Hidup sehat dan makan-makanan yang bergizi agar terhindar dari berbagai penyakit yang bisa meningkatkan resiko terjadinya penyakit gusi (Megananda, DKK, 2009).

(31)

17

d. Kelainan Temporomandibular Joint ( TMJ )

Sendi temporomandibular atau temporomandibular joint merupakan sendi yang paling kompleks, sendi ini membuka dan menutup seperti sebuah engsel dan bergeser ke depan, ke arah belakang, dan dari sisi yang satu ke sisi yang lainnya. Selama proses pengunyahan, sendi ini menopang sejumlah besar tekanan. Sendi ini memiliki sebuah kartilago (tulang rawan) khusus yang disebut cakram, berfungsi untuk mencegah gesekan antara tulang rahang bawah dan tulang tengkorak (Aryanti. S, 2007).

Umumnya pasien yang bermasalah dengan temporomandibular joint mulai merasakan keluhan sakit setelah bertahun-tahun. Kemudian keluhan lainnya bisa karena benturan di kepala, wajah, atau leher. Walaupun sakit kepala merupakan gejala berbagai penyakit, namun sakit kepala juga sering terjadi pada pasien temporomandibular joint. Keluhan lainnya adalah bunyi pada sendi. Sendi yang “lompat”, sakit waktu mengunyah atau menguap. Termasuk kebiasaan menggeretakkan gigi, sakit leher, dan bahu, gigi yang aus, gigi yang tidak berkontak saat mengunyah, kekakuan pada sendi rahang sehingga sulit membuka dan tutup mulut.

Masalah temporomandibular joint merupakan masalah multifaktorial. Secara umum, temporomandibular joint dapat disebabkan oleh faktor bawaan dari lahir atau diperoleh semasa

(32)

18

hidup yang merupakan bawaan sejak lahir berupa anomali atau kelainan sendi secara anatomis.

Hal ini biasanya timbul keluhan setelah dewasa.

Kehilangan gigi, posisi gigi yang tidak baik dan kebiasaan mengunyah di satu sisi menyebabkan posisi gigitan dalam mulut menjadi tidak stabil, akhirnya akan memberi hambatan pada pergerakkan rahang bawah saat berfungsi. Hambatan gerak yang terus-menerus terjadi dalam waktu lama akan mengakibatkan rusaknya struktur gigi, rusaknya tulang pendukung atau perubahan posisi sendi temporomandibular joint (Pratiwi, 2009).

Ada beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelainan sendi temporomandibular :

1) Penekanan pada bagian samping wajah atau memasukkan jari tangan ke dalam telinga penderita dan dengan hati-hati menekan ke arah depan pada saat penderita membuka dan menutup rahangnya.

2) Perabaan pada otot-otot yang digunakan untuk mengunyah, untuk menentukan adanya nyeri atau nyeri tumpul dan untuk menentukan apakah rahang menggeser ketika penderita mengigit.

3) Menggunakan teknik rontgen

Melakukan antogram jika diduga terjadi kelainan letak cakram. Walaupun sangat jarang, bisa dilakukan MRI atau Ct

(33)

19

respons terhadap pengobatan yang telah dilakukan. Kadang digunakan elektromiografi untuk menganalisis aktivitas otot, selain itu untuk memantau pengobatan dan menegakkan diagnosis. Sebanyak 8% penderita membaik dalam waktu 6 bulan tanpa pengobatan (Aryanti. S, 2007).

4. Tanda–Tanda

Mengunyah makanan dengan satu sisi mulut menyebabkan otot tebal dan kuat hanya di satu sisi tersebut. Otot muka di sisi kanan dan kiri menjadi asimetris. Mengunyah makanan dengan dua sisi mulut juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Mengunyah sendiri memiliki sifat self cleansing. Air liur di mulut akan banyak keluar saat kita mengunyah dan air liur ini menstabilkan kondisi flora normal rongga mulut, bila hanya mengunyah di satu sisi saja maka yang akan bersih satu sisi tersebut, sedangkan sisi yang lain beresiko lebih banyak timbul plak atau karang gigi (Aryanti. S, 2007).

5. Pencegahan

Berdasarkan penyebab seseorang mengunyah satu sisi, maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Karies

Menurut Putri dkk, tahun 2012, Program pencegahan karies merupakan proses yang kompleks dan melibatkan beragam factor- faktor yang tidak berkaitan. Tujuan utama program pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah bakteri kariogenik.

(34)

20

1) Pemajanan Fluoride

Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan kesehatan struktur gigi terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangatlah penting, terutama sekali dalam pencegahan karies.

2) Pola Makan

Makanan bersukrosa memiliki dua efek yang sangat merugikan. Pertama, seringnya asupan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi menimbulkan kolonisasi Streptococcus mutans, meningkatkan potensi karies pada plak. Kedua, plak lama yang sering terkena sukrosa dengan cepat termetabolisme menjadi asam organik, menimbulkan penurunan pH plak yang drastis. Perubahan kecil pada pola makan, seperti mengganti konsumsi makanan ringan dengan yang bebas gula lebih dapat diterima pasien daripada perubahan yang drastis.

3) Kebersihan Mulut

Permukaan gigi yang bebas plak tidak busuk.

Pembersihan harian plak dengan penggunaan benang gigi (flossing), menyikat gigi, dan penggunaan obat kumur adalah usaha terbaik untuk mencegah karies dan penyakit periodontal.

Ada beberapa cara pengukuran kebersihan mulut, namun pengukuran yang paling akurat adalah dengan menggunakan

(35)

21

pengukuran Hygiene Index (HI). Menurut Putri (2012) pengukuran ini merupakan pengukuran yang paling akurat karena penilaian plak dilakukan pada seluruh gigi dan mencakup 4 permukaan yaitu mesial, facial, distal dan lingual. Jika pada permukaan yang diperiksa ditemui plak maka diberi tanda (+) dan apabila pada permukaan tidak ditemukan plak maka diberi tanda (-).

Skor HI ditentukan dengan membagi jumlah nilai permukaan gigi yang bebas plak dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa, dinyatakan dalam presentase permukaan yang bersih.

HI=

4) Sealant pada lubang dan retakan

Sealent adalah upaya pencegahan yang efektif bagi karies.

Indikasi penggunaan sealent adalah:

a) Mencegah karies pada gigi yang baru berlubang.

b) Menahan pertumbuhan karies.

(36)

22

c) Mencegah pertumbuhan bakteri odontopatogenik pada gigi retak yang ditambal.

d) Mencegah infeksi ditempat lainnya.

b. Perilaku

Perilaku sehat healthy life style merupakan perilaku orang yang sehat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Oleh sebab itu perilaku ini secara rinci mencakup tindakan atau perilaku untuk mencegah dari sakit, kecelakaan dan masalah kesehatan lain (preventif) dan meningkatkan derajat kesehatannya (promotif), yakni perilaku-perilaku yang terkait dengan peningkatan kesehatan.

6. Perawatan

Perawatan atau intervensi asuhan keperawatan gigi dan mulut pada pasien dengan kebiasaan mengunyah satu sisi terdiri dari beberapa rangkaian intervensi.

a. Mengatasi Karies

Jenis perawatan pun dapat dilakukan secara bervariasi, tergantung tahap kerusakan yang terjadi. Jika karies mencapai email dan dentin, maka dilakukan penambalan. Sedangkan struktur gigi yang rusak dibuang dengan pengeboran, dan setelah lubang bersih kemudian dimasukkan bahan tambal.

Sedangkan untuk karies mencapai pulpa, perlu dilakukan perawatan saluran akar. Tahap perawatan saluran akar yaitu

(37)

23

mengangkat sel saraf yang telah terinfeksi dan membersihkan salurannya lalu mengisinya dengan bahan pengisi saluran akar.

Tindakan ini kemudian dilanjutkan dengan pembuatan restorasi pada bagian mahkota sesuai besar kerusakan yang terjadi.

Pembuatan mahkota tiruan (jacket crown) dapat dilakukan jika kerusakan cukup besar yang meliputi sebagian besar permukaan gigi.

Pada intinya, jika struktur gigi sehat yang tersisa setelah pengeboran tidak cukup, bahan tambal tidak dapat bertahan melekat pada gigi. Pencabutan gigi adalah tindakan terakhir apabila kerusakan yang terjadi terlalu besar dan struktur gigi yang tersisa tidak dapat direstorasi lagi (Pratiwi, 2009).

b. Mengubah Perilaku

Di dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan sangat diperlukan usaha-usaha konkret dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga:

1) Menggunakan Kekuatan/Kekuasaan atau Dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti yang diharapkan. .

(38)

24

2) Pemberian Informasi

Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara- cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya guna meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.

Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).

3) Diskusi Partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya.

Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga, bahkan merupakan referensi perilaku orang lain. Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang

(39)

25

baik dalam rangka memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.

Ada beberapa pendapat lain mengenai pembentukkan perilaku :

a) Menurut teori conditioning perilaku dapat dibentuk dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan. Waktu yang diperlukan untuk mengubah atau belajar sebuah perilaku baru hingga akhirnya manusia nyaman dan tertanam sebagai sebuah kebiasaan adalah 21 hari. Langkah perubahan perilaku terdiri atas tiga tahap. Tujuh hari pertama adalah tahapan menanamkan pengetahuan untuk mempengaruhi pola pikir. Tujuh hari kedua adalah tahapan internalisasi untuk menjadikan suatu perilaku yang telah diketahui sebagai pola sikap atau kebiasaan. Dan, tujuh hari terakhir merupakan tahapan untuk mengubah pola sikap menjadi baru (Machfoedz, 2007)

b) Menurut teori model perilaku dapat dibentuk melalui model atau mencontohkan. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (Social Learning Theory) atau Observational Theory yang dikemukakan oleh Bandura (Machfoedz, 2007).

c) Menurut teori pengertian perilaku dapat dibentuk melalui pengertian. Hasil pengertian kohler dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight. (Machfoedz, 2007).

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bila kita tindak lanjutin permasalahan yang terjadi di antrian ini adalah di antrian ini adalah bagaimana bagaimana kita bisa menemukan suatu nilai atau suatu waktu yang

Siswa dapat memilah-milah gambar yang termasuk alat TIK dan yang bukan alat TIK serta mengelompokkan alat-alat komunikasi yang informasinya untuk mendengar, menonton,...

Dari penelitian Penelitian rancang bangun alat penyortir minuman kaleng dengan kamera dan deteksi warna telah dilakukan di ketahui bahwa Cahaya sangat

Untuk diagram fasa dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.6 kesetimbangan fasa tembaga dimana pada diagram ini dapat dilihat temperature terbentuknya fasa cairan, fasa α dan

Dari data return ters ebut dapat ditentukan parameter parameter lain yang akan digunakan untuk perhitungan harga ops i As ia. Analis is Has il

Keempat dokumen tersebut paling lambat diunggah tanggal 29 Oktober 2018, dan hanya dokumen tersebut yang akan dijadikan sebagai bahan presentasi pada babak final, sehingga peserta

Diperkuat dengan keluarnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial maka fungsi Badan koordinasi Survei dan Pemetaan

Usahatani yang tidak efisien secara alokatif dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1) Harga tanaman menghasilkan untuk setiap batangnya