• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN

2015/2016

Merita Kusuma, Anna Fauziah2, Rani Refianti3 STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Reciprocal Teaching Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model Reciprocal Teaching signifikan sudah tuntas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa di kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model Reciprocal Teaching. Jenis penelitian ini adalah Eksperimen Semu. Populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau yang berjumlah 230 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, dan terpilih sebagai sampel adalah siswa kelas VIII.5 dengan jumlah 38 siswa. Pengumpulan data yang digunakan dengan tes yang berbentuk uraian.

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t untuk tes akhir pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔(4,33) >

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙(1,688) dengan rata-rata nilai tes akhir siswa sebesar 80,32 dan presentasi siswa yang tuntas sebesar 86,84 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau setelah penerapan model Reciprocal Teaching secara signifikan tuntas.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Reciprocal Teaching PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.

Pembelajaran matematika perlu dikembangkan karena pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya terbatas pada memberikan pengetahuan

(2)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

matematika kepada siswa tetapi juga mengembangkan kemampuan intelektual siswa untuk dapat menggunakan pengetahuan matematika yang dimiliki tersebut sehingga terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar belajar dengan baik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar.

Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Menurut Tirtarahardja (2005:16), pendidikan mempunyai peran penting sebagai wahana untuk menghantarkan manusia mencapai kebahagiaan yaitu dengan jalan membantu mereka meningkatkan kualitas hubungannya dengan sesamanya, lingkungannya, dan tuhannya. Dalam kegiatan belajar mengajar, matematika dianggap merupakan pelajaran yang cukup sulit, hal ini disebabkan karena kurangnya pengembangan saat proses belajar mengajar berlangsung dimana siswa hanya mendengar serta kurangnya guru dalam mengembangkan materi yang diajarkan.

Dengan adanya permasalahan yang terjadi guru matematika perlu memahami dan mengembangkan berbagai keterampilan dalam memberikan pelajaran matematika. Tujuannya antara lain agar guru dapat menyusun program pengajaran matematika yang dapat membangkitkan motivasi kepada siswa agar mereka dapat belajar dengan giat dan benar-benar ikut dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan hasil dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 7 Lubuklinggau bahwa siswa dalam pembelajaran matematika selama ini kurang aktif. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar siswa masih rendah. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 7 Lubuklinggau, peneliti mendapatkan keterangan bahwa masih banyak siswa yang kurang mampu menyelesaikan soal-soal mengenai operasi bentuk aljabar. Dari 230 siswa, yang mendapat nilai mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) hanya 109 siswa (48%) dan 121 siswa (52%) yang belum tuntas. Sedangkan nilai KKM yang ditetapkan yaitu 75.

Dengan observasi tersebut terlihat bahwa rendahnya hasil belajar siswa itu diakibatkan karena pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional atau tanpa adanya variasi. Akibatnya siswa menjadi pasif dan merasa bosan untuk mengikuti pelajaran tersebut, sehingga apabila proses belajar mengajar seperti ini terus menerus terjadi maka kemungkinan besar akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Dari permasalahan di atas untuk memotivasi hasil belajar siswa yang rendah dalam mata pelajaran matematika yaitu dengan menggunakan model

(3)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

pembelajaran yang bervariasi dan membuat proses belajar tersebut tidak membosankan. Salah satunya menggunakan model pembelajaran reciprocal teaching. Menurut Suyatno (2009:64) Reciprocal Teaching merupakan model pengajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan, yang mana keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah.

Trianto (2007:173) menyatakan bahwa Reciprocal Teaching terutama dikembangkan untuk membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan mandiri di kelas.

Melalui Reciprocal Teaching siswa diajarkan empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi. Reciprocal Teaching merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca. Melalui model reciprocal teaching siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman atau memantau pemahamannya sendiri. Siswa juga diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal, sehingga hasil yang diperoleh tidak mudah dilupakan. Hasil penelitian Herman dan Irwan (2014:13) menemukan bahwa terdapat perbedaan secara berarti antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model Reciprocal Teaching dengan yang diajarkan dengan model konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada aspek rata-rata hasil belajar matematika tingkat pemahaman dan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan model reciprocal teaching pada pelajaran matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklingau tahun pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model reciprocal teaching.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: (1) Bagi Siswa, dapat meningkatkan motivasi dalam proses belajar dan lebih aktif dalam belajar, dapat melatih dalam berinteraksi dengan siswa lain untuk saling bertukar pikiran dalam memahami materi pelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar, (2)Bagi guru, dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa model Reciprocal Teaching dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan dan memperbaiki sistem Pembelajaran dikelas, (3) Bagi sekolah, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi lebih baik, (4) Bagi peneliti, dapat memperoleh

(4)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

pengalaman dan pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

DASAR TEORI

Berikut ini adalah beberapa deskripsi teori yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa teori yang digunakan dalan penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran adalah suatu pola atau kerangka dalam pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

2. Reciprocal Teaching adalah suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan keterampilannya sendiri melalui empat strategi metakognitif, yaitu perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan prediksi.

3. Hasil belajar adalah perubahan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.

4. Tuntas adalah tingkat ketercapaian kompetensi setelah siswa mengikuti pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa dikatakan tuntas apabila nilai rata- rata hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimen Semu, Menurut Arikunto (2010:123) Eksperimen semu yaitu eksperimen yang tidak sebenarnya, karena eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan–peraturan tertentu. Dengan menggunakan Control group pre-test-post-test design, Desain eksperimen yang digunakan berbentuk pre-test and post-test group design yang dapat digambarkan sebagai berikut :

A. 𝐎𝟏 X 𝐎𝟐 Keterangan :

A = Sampel Acak O1 = Pre-test O2 = Post-test

X = Pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching.

Populasi penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016. Sebagai sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII.5.

(5)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes.

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar matematika siswa. Tes dilakukan sebanyak dua kali pada kelas, yaitu tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai pelajaran yang disampaikan, dengan mengetahui kemampuan awal siswa ini, guru akan dapat menentukan cara penyampaian pelajaran yang akan di tempuhnya nanti. Sedangkan tes akhir digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai setelah berakhirnya penyampaian pelajaran. Teknik tes ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching. Tes yang digunakan berbentuk uraian. Tes yang digunakan berbentuk essai yang terdiri dari 6 soal dengan materi Operasi Bentuk Aljabar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam proses penelitian yang dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau ini peneliti menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dan dilaksanakan pada operasi bentuk aljabar. Jumlah pertemuan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian satu pertemuan sebagai pre-test di awal penelitian, tiga pertemuan proses pembelajaran menggunakan model Reciprocal teaching, dan satu pertemuan sebagai pelaksanaan post-test di akhir pertemuan pembelajaran.

Deskripsi Statistik Hasil Penelitian Pre-test

Pada pertemuan pertama dilakukan tes kemampuan awal (pre-test), pre- test ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi operasi bentuk aljabar. Kemampuan awal tersebut menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru.

Sebelum dilaksanakan Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Tabel 3

Rekapitulasi data hasil Pre-test

No Kelas N 𝑥̅ S

1 VIII.5 38 23,29 9,94

(6)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75 dalam pre- test ini sebanyak 0 siswa (0%) dan yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 38 siswa (100%). Nilai yang tertinggi adalah 54,00.

Post-test

Rekapitulasi data hasil post-test dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4

Rekapitulasi Data hasil Post-test

No Kelas N 𝑥̅ S

1 VIII.5 38 80,32 7,55

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM (75) dalam post-test ini sebanyak 33 siswa atau (86,84%) dan nilainya yang kurang dari KKM (belum tuntas) sebanyak 5 siswa atau (13,16%). Nilai tertinggi 95,00 dan yang terendah 62,00. Rata-rata (X̅) nilai secara keseluruhan sebesar 80,32. Jadi secara deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan akhir siswa setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model reciprocal teaching dapat dikatakan tuntas, karena nilai rata-ratanya lebih dari KKM yaitu lebih dari atau sama dengan 75 (X ̅ ≥ 75).

Untuk lebih jelanya lagi dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 1: Skor rata-rata hasil Pre-test dan Post-test

0 5 10 15 20 25 30 35

Nilai Rata-Rata

Pre-Test Post-Test

(7)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Analisis Inferensial Data Pre-test

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Rekapitulasi hasil uji normalitas data pre-test dapat dilihat pada tabel 5:

Tabel 5

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test

No Tes 𝑿 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝟐 𝑿 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍𝟐 Kesimpulan

1 Pre-test 8,47 11,07 Normal

Berdasarkan tabel 5 pada tabel pre-test di dapat 𝜒2 hitung = 8,47 dan 𝜒2tabel

= 11,07 selanjutnya 𝜒2 hitung dibandingkan dengan 𝜒2 tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 dimana n adalah banyaknya kelas interval. Jika 𝜒2 hitung

< 𝜒2 tabel, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal dan dalam hal lainnya data tidak bedistribusi normal. Nilai 𝜒2 hitung dengan α = 5% dan dk = 5 adalah 11,07 dengan demikian 𝜒2 hitung < 𝜒2 tabel (8,47 < 11,07) maka data dapat dikatakan berdistribusi normal.

Tabel 6

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-Test

No Tes 𝑿 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝟐 𝑿 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍𝟐 Kesimpulan

1 Post-test 6,49 11,07 Normal

Sedangkan pada tabel 6 post-test di dapat 𝜒2 hitung = 6,49 dan 𝜒2 tabel = 11,07 dengan cara membandingkan 𝜒2 hitung dan 𝜒2 tabel seperti langkah di atas maka didapat 𝜒2 hitung < 𝜒2 tabel (6,49 < 11,07) maka data dapat dikatakan berdistribusi normal.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan model Reciprocal Teaching secara signifikan tuntas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa setelah penerapan model Reciprocal Teaching secara signifikan tuntas.

Untuk lebih jelas, nilai pre-test dan post-test dapat dilihat pada tabel 5 dan tabel 6. Setelah dilakukan perbandingan hasil pre-test dan post-test maka

(8)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

dapat diketahui bahwa adanya peningkatan nilai yang diperoleh siswa setelah materi yang diajarkan dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. Pada pre-test, siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM (KKM≥75) sebanyak 0 siswa (0%) dan nilainya yang kurang dari KKM sebanyak 38 siswa (100%), nilai yang tertinggi adalah 54,00 dan yang terendah adalah 8,00.

Berdasarkan perhitungan dari data pre-test diperoleh X̅ = 8,61, secara deskriptif dapat dikatakan bahwa hasil pre-test siswa sebelum penerapan model Reciprocal Teaching belum tuntas. Hal ini bisa terjadi karena materi operasi bentuk aljabar belum pernah dipelajari oleh siswa.

Setelah penyampaian materi dengan model Reciprocal Teaching diadakan post-test. Jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM (KKM ≥ 75) dalam post-test ini sebanyak 33 siswa (86,84%) dan nilainya yang kurang dari KKM adalah sebanyak 5 siswa (13,16%). Nilai yang tertinggi 95,00 dan yang terendah 62,00. Rata-rata (X̅) nilai secara keseluruhan dari hasil post-test berdasarkan perhitungan X̅ = 80,32, S = 7,55 dan 𝜒2 hitung = 6,49, 𝜒2tabel 11,07 sehingga 𝜒2 hitung < 𝜒2 tabel yaitu 𝜒2 hitung (6,49) < 𝜒2 tabel (11,07), maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Besar 𝑡hitung = (4,33) dan 𝑡tabel = (1,688) dengan taraf kepercayaan α = 0,05 dan dk = n – 1. Karena 𝑡 hitung (4,33)

> 𝑡tabel (1,688) maka hipotesis diterima artinya materi pelajaran operasi bentuk aljabar secara signifikan tuntas.

Sebelum menerapkan model Reciprocal Teaching, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar yang terdiri dari 4 – 5 orang campuran siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dalam pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching ini, siswa terlibat dalam pembelajaran karena siswa bekerja dalam kelompok, salah satu anggota kelompok bertindak sebagai guru dan menyusun rencana bagaimana menyampaikan materi kepada temannya.

Kebanyakan dari para siswa mempunyai pengalaman yang berbeda ketika berbicara dihadapan teman dan guru. Menjelaskan materi dan menjawab pertanyaan menambahkan pendalaman siswa mengenai pemahaman model Reciprocal Teaching pada materi operasi bentuk aljabar.

Aktivitas kelompok pada pertemuan pertama dalam pembelajaran matematika dengan model Reciprocal Teaching mengalami kesulitan dan menemukan beberapa hambatan. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap empat macam strategi belajar model Reciprocal Teaching dalam pokok bahasan operasi bentuk aljabar yaitu merangkum, membuat pertanyaan, klarifikasi, dan prediksi. Setelah siswa membaca bahan ajar yang telah diberikan, siswa

(9)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

mengalami kesulitan pada saat membuat pertanyaan sendiri sekaligus menjawabnya.

Kemampuan siswa dalam mengklarifikasi atau menjelaskan kembali materi ajar masih kurang hal ini terlihat dari cara siswa yang belum bisa menjelaskan maksud operasi bentuk aljabar dengan menggunakan bahasanya sendiri dan menerapkannya ke contoh kehidupan sehari-hari. Siswa yang ditunjuk untuk menjadi “guru-siswa” masih malu-malu untuk menjadi guru bagi teman-temannya. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa berbicara di hadapan teman dan guru pada saat anggota kelompok lain mengajukan pertanyaan, “guru-siswa” mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Karena kemampuan siswa yang berperan sebagai guru dalam memprediksi pertanyaan yang akan diajukan oleh kelompok lain belum baik.

Setelah siswa mendiskusikan bahan ajar yang telah diberikan guru dan mengerjakan beberapa soal latihan, siswa diminta untuk menyimpulkan materi.

Dengan bimbingan guru, siswa memahami operasi penjumlahan dan pengurangan bentuk aljabar, menemukan ide pokok dari materi ajar tersebut.

Karena masih memerlukan banyak bimbingan dan arahan dari guru dalam menerapkan model Reciprocal Teaching maka pada pertemuan pertama, kesempatan siswa yang menjadi guru belum maksimal hanya satu kelompok yang mendapat giliran untuk menjadi “guru-siswa”.

Aktifitas kelompok pada pertemuan kedua sudah mulai meningkat, siswa mulai bisa menyesuaikan pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching tersebut. Dengan bimbingan yang dilakukan oleh guru, siswa mulai bisa membuat pertanyaan sendiri sekaligus menjawabnya. Kemampuan siswa dalam memahami materi ajar mulai membaik. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang memahami penekanan konsep atau ide pokok dari materi ajar yang dipelajari yaitu operasi bentuk aljabar. Siswa yang ditunjuk untuk menjadi “guru-siswa”, mulai berani untuk menjelaskan atau menyampaikan materi di hadapan teman dan guru. Siswa sudah mulai berani mengajukan pertanyaan, mengomentari pendapat siswa lain. Diskusi yang terjadi dapat berjalan dengan baik karena siswa yang ditunjuk untuk menjadi “guru-siswa” sudah bisa menguasai/memimpin jalannya diskusi. Umpan balik/rangsangan yang diberikan oleh guru sudah dapat diterima oleh siswa

dengan baik.

Aktifitas kelompok pada pertemuan ketiga semakin meningkat karena siswa sudah terbiasa dengan model Reciprocal Teaching tersebut, siswa mulai tertarik pada model Reciprocal Teaching. Dengan diterapkan model Reciprocal

(10)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Teaching, siswa mulai merasa senang belajar karena siswa termotivasi dalam belajar, siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan temannya sendiri. Siswa sudah bisa mengevaluasi sendiri sejauh mana pemahamannya terhadap materi dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching memberikan beberapa manfaat yaitu sebagai berikut : (a) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa, karena selama proses pembelajaran siswa mengajukan pertanyaan, mengomentari jawaban teman yang lain. (b) Memberikan motivasi karena siswa aktif mencari tahu informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan sendiri sehingga relevan dengan kebutuhan mereka sendiri. (c) Meningkatkan prestasi dan hasil belajar siswa.

Selama kegiatan belajar mengajar siswa membuat rangkuman, sehingga siswa dilatih untuk menemukan ide pokok di dalam bahan bacaan dan ini merupakan keterampilan penting untuk belajar. (d) Dengan berdiskusi siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengar gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan atau pemahamannya sendiri.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 setelah penerapan pembelajaran matematika dengan model Reciprocal Teaching secara signifikan tuntas. Rata-rata post-test (kemampuan akhir) siswa sebesar 80,32 dan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar (86,84%).

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 7 Lubuklinggau pada kelas VIII dan telah mencapai hasil penelitian yang diinginkan, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Melalui model pembelajaran ini, siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam belajar terutama dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok untuk bekerja bersama-sama dan tetap semangat dalam kegiatan belajar sehingga hasil belajar dapat tercapai dengan baik.

2. Melalui model pembelajaran ini dapat dijadikan masukan bagi guru dalam menerapkan model Reciprocal Teaching pada pembelajaran matematika

(11)

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik.

3. Sebagai masukan bagi sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Herman, Atiqah & Irwan. 2014. Penerapan Model Reciprocal Teaching Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 26 Padang. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol.3 No.1 (hal.13-17).

Ngalimun.2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo.

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

RinekaCipta..

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suherman, S.1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusumah.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana Pustaka.

Tirtarahardja, Umar. & Sulo, S. L. La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi kontruktivisme.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Bentuk kesalahan afiks yang sering muncul pada penggunaan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia oleh etnik Arab di Kelurahan Semanggi Surakarta meliputi:

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Pemerintah Kabupaten

Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

Tujuan utama dari analisis kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seseorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan dalam

Epilepsi atau penyakit ayan merupakan manifestasi klinis berupa muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak berupa serangan kejang berulang.. Lepasnya

Then, after analyzed Dorine’s characters the writer tries to analyze what are the moral messages can be taken from the characters of Dorine by applying significant theories..

Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-angan untuk

Tujuan mengalokasikan total biaya bersama adalah untuk membantu pihak manajemen dalam mengetahui harga pokok produk yang sebenarnya dan laba perusahaan dari setiap produk yang