• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan model pembelajarn berbasis masalah terhadap tingkat kesadaran akan nilai globalisasi pada mata pelajaran PKn kelas IV SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan model pembelajarn berbasis masalah terhadap tingkat kesadaran akan nilai globalisasi pada mata pelajaran PKn kelas IV SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Lakshita, Elsa Serafina Mayang. (2013). Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Tingkat Kesadaran Akan Nilai Globalisasi Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci : Mata pelajaran PKn, Model Pembelajaran Masalah, Nilai Globalisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai globalisasi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental tipe non-equivalent control design. Subjek penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri Sinduadi (Kelompok kontrol) dan siswa kelas IVA SD Kanisius Kadirojo sebagai kelas eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi kuesioner untuk pretest dan posttest. Pengumpulan data ini kemudian diolah menggunakan program SPSS 18 for Windows dengan menggunakan tahap untuk kedua kelompok tersebut yakni: 1) uji homogenitas skor pretest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, 2) uji perbandingan skor pretest ke posttest.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalahberpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesadaran akan nilai globalisasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) adalah 0,477 atau > 0,05 maka H 0 diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan

(2)

ABSTRACT

Lakshita, Elsa Serafina Mayang. 2013. The Effect of Using Problem-Based

Learning To Level of Awareness of The Value of Globalization on The Subjects of PKnAtSD Kanisius Kadirojo Yogyakarta Grade IV . Yogyakarta: Sanata Dharma University.

Keywords: PKn, problem-based learning model, globalization value

This research is intended to discover the increase of globalization awareness using problem based-learning model toward students at SD Kanisius Kadirojo grade IV year 2012/2013.

The research that used was non-equivalent control design experimental research. The subject of this research was the students of SD Negeri Sinduadi grade IV (controled group) and the students of SD Kanisius Kadirojo grade IV as the experimental class. The data was collected by giving pre-test and post-test in form of questionnaire. The data was processed by using SPSS 18 for Windows program by using two steps; (1) pre-test score of homogeneity test between controled group and experimental group, (2) comparison test from pre-test to post-test.

The result of this research evidances that problem-based learning model influented to the increase of globalization awareness significantly. This result of this research could be proved using the value of sig. (2-tailed) was 0,477 or > 0,05 so H0 was accepted and H1 was rejected. It means that there was no

(3)

i

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP TINGKAT KESADARAN AKAN NILAI

GLOBALISASI PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Elsa Serafina Mayang Lakshita

NIM : 091134040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini Penulis persembahkan kepada :

1. Bunda Maria dan Tuhan Yesus karena telah memberikan kasih karunia

didalam hidup ini

2. Bapak dan Mama yang selalu memberikan semangat dan dukungan

kepada saya sampai saat ini.

3. Adik-adik yang telah mendukung saya selama ini.

4. Untuk teman spesialku yang memberikan bantuan dan semangat.

(7)

v

MOTTO

Keberhasilan bukan diukur dengan apa yang sudah Anda capai, melainkan dengan

tantangan yang Anda hadapi dan keteguhan hati Anda untuk menjalani perjuangan

mengatasi berbagai rintangan.

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagai layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 November 2013

Penulis,

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Elsa Serafina Mayang Lakshita

NIM : 091134040

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP TINGKAT KESADARAN AKAN NILAI

GLOBALISASI PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2012/2013

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 November 2013

Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Lakshita, Elsa Serafina Mayang. (2013). Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Tingkat Kesadaran Akan Nilai Globalisasi Pada Mata Pelajaran PKn Kelas IV SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2012/2013. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci : Mata pelajaran PKn, Model Pembelajaran Masalah, Nilai Globalisasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kesadaran akan nilai globalisasi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental tipe non-equivalent control design. Subjek penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri Sinduadi (Kelompok kontrol) dan siswa kelas IVA SD Kanisius Kadirojo sebagai kelas eksperimen. Pengumpulan data dilakukan dengan memberi kuesioner untuk pretest dan posttest. Pengumpulan data ini kemudian diolah menggunakan program SPSS 18 for Windows dengan menggunakan tahap untuk kedua kelompok tersebut yakni: 1) uji homogenitas skor pretest antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, 2) uji perbandingan skor pretest ke posttest.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kesadaran akan nilai globalisasi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan harga sig. (2-tailed) adalah 0,477 atau > 0,05 maka H 0 diterima dan Hi ditolak. Artinya tidak ada perbedaan

(11)

ix ABSTRACT

Lakshita, Elsa Serafina Mayang. 2013. The Effect of Using Problem-Based

Learning To Level of Awareness of The Value of Globalization on The Subjects of PKn At SD Kanisius Kadirojo Yogyakarta Grade IV. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

Keywords: PKn, problem-based learning model, globalization value

This research is intended to discover the increase of globalization awareness using problem based-learning model toward students at SD Kanisius Kadirojo grade IV year 2012/2013.

The research that used was non-equivalent control design experimental research. The subject of this research was the students of SD Negeri Sinduadi grade IV (controled group) and the students of SD Kanisius Kadirojo grade IV as the experimental class. The data was collected by giving pre-test and post-test in form of questionnaire. The data was processed by using SPSS 18 for Windows program by using two steps; (1) pre-test score of homogeneity test between controled group and experimental group, (2) comparison test from pre-test to post-test.

The result of this research evidances that problem-based learning model influented to the increase of globalization awareness significantly. This result of this research could be proved using the value of sig. (2-tailed) was 0,477 or > 0,05 so H0 was accepted and H1 was rejected. It means that there was no

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia yang

telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN MODEL

PEMBELAJARAN BERBASISMASALAH TERHADAP TINGKAT

KESADARAN AKAN NILAI GLOBALISASI PADA MATA PELAJARAN

PKn KELAS IV SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2012/2013

ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai dengan

baik dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST ., M.A., selaku Ketua Program

studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing dan membantu sehingga karya ilmiah ini dapat selesai.

4. Elisabeth Desiana Mayasari, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing II

yang telah membimbing, membantu dengan sabar dan memberikan

dukungan penulis sehingga karya ilmiah ini dapat selesai.

5. Theresia Yunia S., S.Pd., M.Hum., sebagai dosen III yang telah

memberikan saran dan masukan untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Th. Supartinah, selaku kepala SDK Kadirojo yang telah memberikan ijin

dalam melakukan penelitian di SDK Kadirojo.

7. St. Padmonohadi, selaku guru mitra SD penelitian yang sudah banyak

membantu sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8. Siswa kelas IV SD Kanisius Kadirojo yang telah mau bekerja sama

(13)

xi

9. Bapak, Mama, Adik-adik dan saudara yang mendukung dalam segala

bentuk dan selalu memotivasi dalam mengerjakan karya ilmiah ini

sehingga karya ilmiah ini dapat selesai.

10.Teman-teman satu kelompok payung PKn (Brigitta, Chatarina, Desi, Putri,

Vitalis, Ima, Nia dan Nila) yang banyak membantu dalam melaksanakan

penelitian dan memberikan dukungan dalam mengerjakan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam

penulis karya ilmiah ini. Namun, penulis berharap karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang akan melakukan

penelitian ilmiah.

(14)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... .. vii

ABSTRAK ... viii

(15)

xiii

2.1.3.1 Pengertian PBM ... 14

2.1.3.2 Karakteristik PBM ... 15

2.1.3.3 Langkah PBM ... 17

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ... 19

2.1.4.1 Pengertian PKn ... 19

2.1.4.2 Tujuan PKn ... 21

2.1.4.3 Ruang Lingkup PKn ... 21

2.1.4.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di SD ... . 22

2.2Materi Globalisasi SD ... 23

2.2.1 Pengertian Globalisasi ... 23

2.2.2 Proses Globalisasi ... 24

2.2.3 Tanda dan Ciri Globalisasi ... 24

2.2.4 Pengaruh Globalisasi di Lingkungan ... 25

2.2.5 Pengaruh Globalisasi Positif dan Negatif ... 27

2.2.6 Upaya Penanggulangi Globalisasi ... 27

2.2.7 Sikap Menghadapi Globalisasi ... 28

2.3Hasil Penelitian Sebelumnya ... 29

3.4 Langkah-Langkah Penelitian ... 36

(16)

xiv

3.8.2 Uji Statistik ... 49

3.8.2.1 Uji Homogenitas Skor Pretest ... 49

3.8.2.2 Uji Perbedaan Skor Pretest Dan Posttest ... 49

3.8.2.3 Uji Perbandingan Selisih Skor Posttest ke Pretest ... 50

BAB IV ... 51

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Peningkatan Penggunaan Model PBM terhadap Kesadaran siswa ... 51

4.1.2 Uji Normalitas Data ... 52

4.1.3 Uji Homogenitas Skor Pretest Antara Kelompok Kontrol dan Eksperimen .... 54

4.1.4 Uji Perbandingan Skor Pretest ke Posttest ... 55

4.2 Pembahasan... 59

BAB V ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1Kesimpulan ... 62

5.2Keterbatasan Penelitian ... 63

5.3Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Langkah-langkah PBM ... 17

Tabel 2. Pengaruh Perlakuan ... 34

Tabel 3. Jadwal Penelitian ... 36

Tabel 4. Penjabaran Indikator ... 43

Tabel 5. Kisi-kisi Indstrumen Kuesioner ... 44

Tabel 6. Validitas Instrumen ... 45

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 46

Tabel 8. Kriteria Koefisien Reliabilitas. ... 47

Tabel 9. Reliabilitas ... 47

Tabel 10. Hasil Uji Normalitas ... 53

Tabel 11. Perbandingan Skor pretest ... 55

Tabel 12. Perbandingan Skor Pretest ke Postest ... 57

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Variabel dependent dan variabel independent ... 39

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus Kelompok Eksperimen ... 68

Lampiran 2 : RPP Kelompok Eksperimen ... 73

Lampiran 3 : Kuesioner ... 83

Lampiran 4 : Analisis SPSS ... 87

Lampiran 5 : Uji Validitas ... 89

Lampiran 6 : Uji Reliabilitas ... 90

Lampiran 7 : Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 91

Lampiran 8 : Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 93

Lampiran 9 : Lembar Kuesioner Validitas Siswa ... 95

Lampiran 10 : Lembar Kuesioner Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 97

Lampiran 11 : Lembar Kuesioner Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen .. 99

Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa ... 103

Lampiran 13 : Refleksi Siswa Setelah mengikuti Pembelajaran ... 107

Lampiran 14 : Foto-Foto Penelitian ... 109

Lampiran 15 : Surat Izin Penelitian ... 111

Lampiran 16 : Surat Keterangan Penelitian ... 112

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada BAB I ini akan dikemukakan latar belakang penelitian, rumusan

masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

1.1Latar Belakang Penelitian

Sardiman (dalam Rukiyati, 2008:203) pendidikan adalah suatu proses

secara sadar dan terencana untuk membelajarkan peserta didik dan masyarakat

dalam rangka membangun watak dan peradaban manusia yang bermartabat.

Dengan pendidikan diharapkan ketercapaian tujuan pendidikan. Siswoyo

(2011:28) tujuan pendidikan adalah “untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab. Agar tercipta pendidikan yang ideal,

setiap peserta didik memiliki kesadaran karena kesadaran memungkinkan siswa

memiliki nilai untuk menyusun rencana dengan sengaja, mempertimbangkan sisi

postif dan negatif suatu situasi sebelum mengambil tindakan atau membiarkan

keadaan mereda sendiri, dan lebih selektif dalam menentukan arah untuk meraih

tujuan (Given, 2007:213).

Pada kenyataannya di era globalisasi ini, kesadaran akan nilai yang

termuat dalam Pancasila khususnya mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

dalam proses pembelajaran di SD sangat kurang, contohnya dalam bidanggaya

hidup, makanan, pakaian dan komunikasi berkembang cukup pesat. Di bidang

(21)

dapat berkomunikasi lancar dengan orang tuanya tetapi orang tua kurang memberi

arahan yang baik kepada anaknya sehingga ditemukan adanya kasus tentang

gambar/video mesum ditemukan di handphone sehingga dapat merusak moral

penerus bangsa. Di bidang makanan di tandai dengan berbagai jenis makanan

instan seperti makanan ringan yang diproduksi oleh pabrik yang bentuk dan

kemasannya menarik dan juga beredar luas mie instan, pizza, dan nugget. Dari

segi kesehatan, makanan cepat saji mempunyai efek yang kurang baik dalam

kesehatan manusia apabila dikonsumsi secara berlebihan. Diharapkan sekolah dan

orang tua memberikan bimbingan untuk menuntun perkembangan kepribadian

siswa dalam menumbuhkan kesadaran siswa dalam nilai-nilai yang terkandung di

dalam Pancasila (Sukmadinata, 2007:29)

Disisi lain dalam pembelajaran di kelas guru kurang berinovasi dalam

memberikan pengajaran kepada peserta didiknya, guru menggunakan metode

tradisional yaitu metode ceramah, dengan metode ceramah beberapa siswa yang

tidak memperhatikan penjelasan guru, beberapa siswa juga ribut sendiri dengan

teman sebangkunya dan membicarakan di luar materi pelajaran, dan hanya

terdapat beberapa siswa yang serius mendengarkan penjelasan guru. Oleh sebab

itu pada proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan kurang adanya

partisipasi dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa. Siswa cenderung

diam dan kurang aktif dalam menerima penjelasan guru sehingga siswa belum

tentu memahami dan mengerti tentang penjelasan guru, guru kurang memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keberanian

mengemukakan pendapat dan aktif dalam pembelajaran. Guru dituntut dapat

(22)

aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajar. Pembelajaran hendaknya

divariasikan dengan menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif

sehingga siswa merasa gembira mengikuti pembelajaran, siswa dapat

berpartisipasi secara aktif dan terdorong memiliki rasa ingin tahu ketika

pembelajaran berlangsung. Salah satu model pembelajaran inovatif yang

digunakan dalam pembelajaran dikelas adalah model pembelajaran berbasis

masalah (PBM). Model pembelajaran berbasis masalah adalah model

pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai bahan

pembelajaran siswa. Siswa diharapkan mampu menemukan pemecahan masalah

dalam proses belajar. Pembelajaran berbasis masalah dapat merangsang siswa

untuk berpikir kritis dalam menghadapi masalah dan siswa dapat menemukan

solusi yang tepat yang terjadi pada kehidupan nyata yang terdapat pada

pembelajaran yang berlangsung di kelas (Rusman, 2011 : 229).

Menurut Wiharyanto (2008:6) pendidikan kewarganegaraan dapat

menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan

perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa. Wahana (2004:84)

hakekat dari pembelajaran PKn adalah nilai dan moral. Sebagai pendidikan nilai,

pembelajaran PKn akan membantu siswa dalam mengembangkan kesadaran siswa

akan nilai-nilai yang termuat dalam hal pembelajaran PKn itu sendiri terkait

dengan hal yang dipelajari. Nilai merupakan kualitas yang memiliki daya tarik

serta dasar bagi tindakan manusia serta untuk mendorong manusia untuk

mewujudkannya, karena nilai memiliki kesesuaian dengan kecenderungan kodrat

manusia. Nilai moral merupakan penilai terhadap tindakan yang umumnya

(23)

Oleh karena itu diperlukan kesadaran dan menyikapi globalisasi dengan selektif,

siswa diharapkan bisa mampu merefleksikan diri kemudian menarik kesimpulan

terhadap nilai-nilai yang bisa dipetik sesuai dengan nilai pancasila sesuai dengan

kehidupan sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti merumuskan ke masalah, sebagai

berikut:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat

berpengaruh pada tingkat kesadaran siswa akan nilai globalisasi

terhadap siswa kelas IV SD K Kadirojo Tahun ajaran 2012/2013?

2. Apakah kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah memiliki kesadaran akan nilai globalisasi yang lebih

tinggi daripada menggunakan metode ceramah?

1.3 Definisi Operasional

1. Kesadaran

Kesadaran adalah suatu kesadaran diri atas perbuatannya, mampu memilih

dan memilah mana yang baik dan buruk kemudian mampu

merefleksikannya.

2. Nilai

Nilai adalah dengan adanya kesadaran dan setelah direfleksikan, maka

akan terwujud nilai. Kemudian nilai diusahakan, nilai yang baik harus

(24)

3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang

menyajikan realita tentang masalah yang ada, kemudian siswa berpikir

kritis untuk mencari solusi, dan siswa menentukan sikap terhadap masalah

tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh tingkat kesadaran peningkatan kesadaran siswa akan

nilai globalisasi, setelah mengikuti pembelajaran PKn dengan model

pembelajaran berbasis masalah kelas IV SD K Kadirojo Tahun Ajaran

2012 / 2013.

2. Mengetahui apakah kelompok eksperimen yang menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah memiliki kesadaran akan nilai globalisasi

lebih yang tinggi daripada menggunakan pembelajaran dengan metode

ceramah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Penelitian inimerupakan pengalaman baru dalam melakukan

penelitian eksperimen pada mata pelajaran PKn yang dapat dikembangkan

dan menerapkannya dalam mengajar di kelas serta sebagai alternatif

(25)

2. Bagi guru

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu memberikan variasi model

pengajaran yang dapat meningkatkan pembelajaran yang lebih menarik

dan menjadikan suasana yang kondusif khususnya pelajaran PKn.

3. Bagi sekolah

Laporan ini dapat menambah wawasan untuk para pendidik tentang

model pembelajaran dan menambah referensi perpustakaan di sekolah.

4. Bagi siswa

Penelitian ini mempunyai manfaat agar siswa dapat terlibat aktif dalam

proses pembelajaran, meningkatkan siswa dalam berpikir kritis dan

mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran

(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini membahaskajian pustaka, hasil penelitian terdahulu, kerangka

berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Kesadaran

Kesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke – an yang

berarti insyaf; yakin; merasa; tahu dan mengerti; 1. Keinsyafan; keadaan

mengerti: ~ akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil;

2. Hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2008 :765).

Given (2007:213) kesadaran berarti memahami beragam perasaan, pikiran,

hasrat, tindakan, reaksi, dan secara sadar memanipulasi. Tanpa kesadaran, akan

merespon dunia di dalam dan diluar eksistensi kita dengan refleks otomatis,

hampir sama seperti perut kita ketika mencerna makanan tanpa arahan dari kita.

Dengan kata lain, akan berlaku seperti ubur-ubur saat berenang tanpa berpikir di

lautan kehidupan. Kesadaran memungkinkan memiliki niat untuk menyusun

rencana dengan sengaja, mempertimbangkan sisi positif dan negatif suatu situasi

sebelum mengambil tindakan untuk mencapai tujuan.

Suhatman (2009:46) kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh

manusia dan tidak ada pada ciptaan yang lain. Kesadaran yang dimiliki oleh

manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia

(27)

dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap

realitas. Kesadaran yang dimiliki manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama,

masa silam, dan kemungkinan masa depannya.

Suhatman (2009:67) kesadaran sangat diperlukan dalam pengembangan

pribadi intektual siswa dalam kehidupan sekarang dan maupun kemudian hari.

Kesadaran kritis dan berpikir kritis dapat dibangun melalui pendidikan di sekolah

dan secara khusus melalui kegiatan belajar dan pembelajaran. Untuk

menumbuhkan kesadaran kritis serta berpikir kritis siswa dengan menempatkan

siswa sebagai subjek, maka hal-hal berikut perlu diperhatikan guru sebagai

berikut :

1. Pembelajaran dikelas harus berubah dari berpusat kepada kepada guru

menjadi berpusat kepada siswa.

2. Guru berperan sebagai fasilitator untuk melayani siswa dalam

membelajarkan siswa dan membuat siswa mengalami serta menyukai

belajar. Untuk itu guru senantiasa belajar terus menerus mengaktualisasi

diri, memperluas dan memperdalam pengetahuan agar efektif dalam

memfasilitasi siswa dalam belajar.

3. Mengajar dengan mengembangkan metode dialogis dalam diskusi,

memberi kesempatan pada siswa, memberi kesempatan pada siswa untuk

berpikir dan mengendapkan pengetahuannya, memberi kesempatan untuk

bertanya, berdebat, bereksplorasi untuk menemukan suatu pemahaman

yang baru.

4. Dalam membelajarkan siswa maka pembelajaran dibuat semenarik

(28)

demikian merangsang otak untuk dapat menerima

pengetahuan/pemahaman baru lebih cepat.

5. Membuat perencanaan, persiapkan dengan media yang dapat membantu

siswa dalam mengalami belajar, menemukan dan merumuskan sendiri

pengetahuannya.

6. Guru berperan sebagai agen perubahan dengan berani mengubah

paradigma berpikirnya yaitu menjauhkan diri dari ketakutan dan

keengganan mengubah cara mengajarnya yang tidak selektif serta bersikap

terbuka.

7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam berpikir,

berpendapat dan mengekspresikan diri dalam suasana belajar yang

terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu, multinilai,

multikebenaran, diperbolehkan salah, menerapkan metode ilmiah. Guru

tidak menggurui karena guru dan siswa setara.

8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman konsep yang kuat

bukan sekedar menghafal, mampu untuk mencerna pengetahuan dengan

mendalam, memiliki cara berpikir kritis menghadapi masalah-masalah

sehari-hari dalam kehidupan. Pembelajaran dengan membangun kesadaran

kritis akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah memahami

beragam perasaan, pikiran, hasrat, tindakan, reaksi, dan secara sadar

memanipulasi. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami

realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Sehingga

(29)

mempertimbangkan sisi positif dan negatif suatu situasi sebelum mengambil

tindakan untuk mencapai tujuan. Kesadaran yang dimiliki manusia kesadaran

dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Guru

mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kesadaran kritis siswa

membentuk pola pemahaman konsep yang kuat bukan sekedar menghafal, mampu

untuk mencerna pengetahuan dengan mendalam, memiliki cara berpikir kritis

menghadapi masalah-masalah sehari-hari dalam kehidupan. Pembelajaran dengan

membangun kesadaran kritis akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu.

2.1.2 Nilai

2.1.2.1 Pengertian Nilai

Syarbaini (2011:33) nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah,

memperkaya batin, dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai

bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan

perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu

wujud kebudayaan, di samping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan,

konsep, ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai.

Rukiyati (2008:59) nilai dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang

artinya “keberhargaan” (worth) atau kebaikan (goodness). Disamping itu juga

menunjukkan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam

menilai atau melakukan penilaian. Nilai pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas

yang melekat pada suatu objek. Jadi, bukan objek itu sendiri yang dinamakan nilai

tetapi sesuatu itu yang mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang

(30)

Nilai suatu sifat atau kualitas yang membuat sesuatu berharga, layak

diinginkan atau dikehendaki, dipuji, dihormati dan dijunjung tinggi pantas dicari,

diupayakan dan cita-citakan perwujudannya, merupakan pemandu dan pengarah

hidup kita sebagai manusia. Berdasarkan sistem nilai yang kita miliki dan kita

anut, kita memberikan arah, tujuan dan makna pada diri dan keseluruhan hidup

kita. Dengan kata lain, berdasar sistem nilai yang kita memiliki dan dalam

kenyataan kita hayati, akhirnya kita membentuk identitas diri kita sebagai

manusia dan bahkan menentukan nasib keabadian kita (Wahana, 2004:5).

Dapat disimpulkan nilai adalah bersumber pada budi yang dipakai,

diperlukan, mendorong dan mengarahkan segala sikap, tingkah laku dan

perbuatannya. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu

wujud kebudayaan, di samping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan,

konsep, ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai.

Dengan kata lain, berdasar sistem nilai yang kita memiliki dan dalam kenyataan

kita hayati, akhirnya kita membentuk identitas diri kita sebagai manusia dan

bahkan menentukan nasib keabadian kita.

2.1.2.2 Jenis – Jenis Nilai

Dalam kaitannya dengan penjabarannya, nilai dapat dikelompokkan ada

tiga macam, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis (Syarbaini,

2011:35-36) yaitu :

1. Nilai dasar

Setiap nilai memiliki nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari, atau

(31)

karena menyangkut kenyataan objektif dari segala sesuatu. Contohnya hakikat

Tuhan, manusia, atau makhluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan

hakikat Tuhan, maka nilai dasar itu bersifat mutlak, karena Tuhan adalah kausa

prima (penyebab pertama), dan segala sesuatu yang diciptakan berasal dari

kehendak Tuhan. Nilai dasar itu juga berkaitan dengan hakikat manusia, maka

nilai-nilai tersebut harus bersumber kepada hakikat kemanusiaan itu dijabarkan

dalam norma hukum yang dapat diistilahkan dengan hak dasar (hak asasi

manusia).

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai

dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut

belum memiliki formasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkret.

Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam

kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan

tetapi, jika nilai instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi atau Negara,

maka nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi

yang bersumber pada nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai

instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental

dalam kehidupan lebih nyata. Nilai praksis merupakan pelaksanaan secara nyata

dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai

penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh

(32)

Dapat disimpulkan dari jenis-jenis nilai bahwa nilai dasar, nilai

instrumental dan nilai praksis saling berkaitan karena Nilai dasar itu berkaitan

dengan hakikat manusia, maka nilai-nilai tersebut harus bersumber kepada hakikat

kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma hukum yang dapat diistilahkan dengan

hak dasar (hak asasi manusia). Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi

pedoman pelaksanaan dari nilai dasar sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai

instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar. Nilai praksis

merupakan pelaksanaan secara nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai instrumental.

Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai instrumental,

maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut.

2.1.2.3 Pendidikan Nilai

Menurut Suparno (dalam Rahmanto, 2005:92) pendidikan nilai dapat

disebut pendidikan budi pekerti, asal budi pekerti dimengerti secara lebih luas,

bukan sekedar nilai sopan santun. Pendidikan nilai ini terutama harus berisi

tentang penghargaan pada nilai kemanusiaan, penghargaan atas hak asasi manusia,

penghargaan pada perbedaan, kemampuan hidup dalam perbedaan, persaudaraan,

sopan santun, demokrasi, kejujuran, tanggung jawab, keadilan, daya juang,

kerohanian dan kelestarian alam. Secara umum nilai-nilai itu akan membangun

keselarasan hidup kita, baik dengan Tuhan, dengan sesama, dan dengan alam

semesta tempat hidup kita.

Sastrapratedja (dalam Karwardi, 1993:3) pendidikan nilai ialah penanaman

dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pendidikan nilai tidak harus

(33)

dari seluruh usaha pendidikan. Pendidikan tidak hanya mau mengembangkan

ilmu, ketrampilan, teknologi, tetapi juga ingin mengembangkan aspek-aspek

lainnya: kepribadian, etik moral dan lain-lain, yang kesemuannya dapat disebut

pendidikan nilai.

Dapat disimpulkan pendidikan nilai dapat disebut pendidikan budi pekerti,

asal budi pekerti dimengerti secara lebih luas, bukan sekedar nilai sopan santun.

Penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang. Pendidikan tidak

hanya mau mengembangkan ilmu, ketrampilan, teknologi, tetapi juga ingin

mengembangkan aspek-aspek lainnya: kepribadian, etik moral dan lain-lain, yang

kesemuanya dapat disebut pendidikan nilai.

2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Masalah

Dewey (dalam Tritanto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah

interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa

bantuan dan masalah, sedangkan sitem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan

itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,

dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang

diperoleh dari lingkungan akan menjadikan kepadanya bahan dan materi guna

memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.

Hudoyo (dalam Rusman, 2011:245) dalam belajar masalah, masalah yang

disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah tidak perlu berupa penyelesaian

(34)

diselesaikan. Aspek yang disajikan tentu saja hal-hal yang sesuai dengan

pengalaman dalam kehidupan siswa, sehingga masalah yang ditimbulkan menjadi

masalah yang kontekstual. Pembelajaran melalui pembelajaran berbasis masalah

merupakan rangkaian pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat

memperdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu

menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari.

Menurut Ratumanan (dalam Tritanto, 2009:92), belajar berdasarkan

masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi

dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial

dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun komplek.

Dapat disimpulkan pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian

pendekatan kegiatan belajar yang diharapkan dapat memperdayakan siswa untuk

menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap

permasalahan dalam hidupnya dikemudian hari. Pembelajaran ini membantu

siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun

pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini

cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun komplek.

2.1.3.2 Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Rusman (2011:232) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah

sebagai berikut :

(35)

b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata

yang tidak terstruktur;

c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda artinya memperoleh

pandangan yang bervariasi dalam menanggapi masalah;

d) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar;

e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama artinya mengarahkan diri

pada masalah yang dihadapi;

f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM;

g) Belajar adalah kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;

h) Pengembangan ketrampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan;

i) Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar; dan

j) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses

(36)

2.1.3.3 Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Ibrahim, Nur dan Ismail (dalam Rusman, 2011:243)

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Fase Langkah-langkah PBM Tingkah Laku Guru

1. Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

2. Mengorganisir siswa dalam

belajar

Membantu siswa dalam mendefinisikan dan

mengorganisir tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3.

Membimbing penyelidikan individual maupun

kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mengadakan penjelasan dan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka membagi berbagi tugas dengan temannya.

5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang digunakan.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah (PBM)

a. Kelebihan

Sanjaya (2006:218-219) kelebihan pembelajaran berbasis masalah

adalah sebagai berikut :

1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk

lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi

(37)

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran

siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana

mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah

dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab

dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping itu juga

dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik

terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6) Melalui pemecahan masalah bisa mempertimbangkan kepada

siswa bahwa setiap mata pelajaran dasarnya merupakan cara

berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa bukan

hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai

siswa karena dapat menjadikan siswa berpikir kritis, mandiri dan

mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa

untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka

untuk menyesuaikan dan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa

untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam

(38)

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk

terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir.

b. Kelemahan

Menurut Sanjaya (2011:219) kelemahan pembelajaran berbasis

masalah adalah :

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki

kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan,

maka mereka akan merasa malas untuk mencoba.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pembelajaran

berbasis masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Wiharyanto (2008:6) pendidikan kewarganegaraan untuk menumbuhkan

wawasan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta

tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa. Di berbagai negara juga

dikembangkan materi pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku

warganegaranya. Oleh karena itu, Pendidikan kewarganegaraan dapat disejajarkan

dengan Civics Education yang diberikan di berbagai negara. Pendidikan

Kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner,

karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan ini

(39)

Sumarsono (2001:6-7) pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha

untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan negara serta Pendidikan

Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat

diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Melalui

pendidikan kewarganegaraan, warga negara Kesatuan Republik Indonesia

diharapkan mampu: memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah

yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan

dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam

Pembukaan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan

membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab dari peserta didik.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pendidikan kewarganegaraan

salah satu mata pelajaran yang mempunyai tujuan untuk menumbuhkan wawasan

dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang

bersendikan kebudayaan bangsa.membekali peserta didik dengan pengetahuan

dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dan

negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga

negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara Kesatuan Republik

(40)

2.1.4.2 Tujuan PKn

Wiharyanto (2008:5) tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah:

1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk

bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku untuk

cinta tanah air.

2. Menumbuhkankembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa

dan bernegara pada diri peserta didik, sehingga terbentuk daya tangkal

sebagai ketahanan nasional.

3. Peserta didik dapat menerapakan nilai-nilai luhur Pancasila dalam

menciptakan ketahanan nasional, serta

4. Peserta didik mampu menuangkan pemikiran berdasarkan nilai-nilai

Pancasila dalam menganalisa permasalahan hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

2.1.4.3 Ruang Lingkup Mata pelajaran PKn

Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut

(Fathurrohman dan Wuri 2011: 8-9):

1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,

keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif

terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan.

2. Kebutuhan Warga negara, meliputi: Hak dan Kewajiban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional

(41)

3. Pancasila, meliputi : Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,

proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Pengalaman nilai-nilai

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka

4. Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiaban anak, hak dan

kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional

HAM, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM.

5. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga,

tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dalam masyarakat,

peraturan-peraturan daerah,norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

6. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi Kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,

hubungan dasar Negara dan konstitusi.

7. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan

system politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional

dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

2.1.4.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di SD

Standar kompetensi yang digunakan adalah 4.Menunjukkan sikap terhadap

(42)

sederhana pengaruh globalisasi di lingkungan, dan 4.3 Menentukan sikap terhadap

pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya.

2.2 Materi Globalisasi

2.2.1 Pengertian Globalisasi

Menurut Syarbaini (2011:190), globalisasi merupakan suatu proses untuk

meletakkan dunia di bawah satu unit yang sama tanpa dibatasi oleh kedudukan

geografi suatu negara. Melalui proses ini dunia tidak lagi mempunyai perbatasan

dengan ruang udara dan terbuka luas untuk dimasuki oleh berbagai informasi

yang disalurkan melalui media komunikasi, seperti internet, media elektronik dan

teknologi cyber. Perkembangan ini memungkinkan hubungan antara sebuah

negara dengan negara lain dan hubungan sesama manusia dilakukan secara

singkat.

Bestari (2008:79) mengemukakan kata "globalisasi" diambil dari kata

globeyang artinya bola bumi tiruan atau dunia tiruan. Kemudian, kata globe

menjadi global, yang berarti universal atau keseluruhan yang saling berkaitan.

Jadi, globalisasi adalah proses menyatunya warga dunia secara umum dan

menyeluruh menjadi kelompok masyarakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan globalisasi adalah proses menyatunya

warga dunia secara umum dan menyeluruh menjadi kelompok masyarakat.

Melalui proses ini dunia tidak lagi mempunyai perbatasan dengan ruang udara dan

terbuka luas untuk dimasuki oleh berbagai informasi yang disalurkan melalui

(43)

memungkinkan hubungan antara sebuah negara dengan negara lain dan hubungan

sesama manusia dilakukan secara singkat.

2.2.2 Proses Globalisasi

Robertson (dalam Syarbaini, 2011:191) ada empat unsur yang

menyebabkan proses globalisasi, yaitu sebagai berikut :

a. Individu yang menimbulkan individualisasi.

b. Masyarakat nasional, yaitu menimbulkan pembentukan masyarakat

sebagai negara bangsa yang modern.

c. Sistem masyarakat internasional, saling ketergantungan antarbangsa dalam

berbagai pengaturan.

d. Kemanusiaan, yang menimbulkan humanisasi yang tidak membedakan

ras, kelas, dan gender dalam kaitan dengan kesempatan hak setiap

manusia.

2.2.3 Tanda-Tanda dan Ciri-Ciri Globalisasi

Menurut Nugraha (2012:61), tanda-tanda globalisasi dapat dilihat dari hal

hal berikut ini :

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Komunikasi yang semakin canggih.

c. Transportasi antarnegara semakin mudah.

(44)

Ciri-ciri yang menandakan berkembangnya globalisasi sebagai berikut :

a. Adanya sikap ketergantungan suatu negara dengan negara lain, seperti

ketergantungan dalam bidang ekonomi.

b. Adanya persamaan masalah yang dihadapi oleh negara-negara di dunia,

seperti pemanasan global, krisis dunia dan lain sebagainya.

c. Berkembangnya teknologi yang mampu meniadakan batas-batas geografis

suatu negara.

d. Meningkatkan proses interaksi kultural melalui perkembangan media

massa terutama televisi, film, musik dan berita.

2.2.4 Pengaruh Globalisasi di Lingkungan Sekitar

Nugraha (2012:61-62), budaya asing yang masuk ke Indonesia dapat

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari

dan dapat dilihat dari hal-hal berikut ini :

a. Gaya Hidup

Masyarakat cenderung memilih menerapkan gaya hidup modern

daripada gaya hidup tradisional. Alasan mengapa masyarakat memilih

gaya hidup modern adalah karena semuanya serba mudah, cepat, dan

ekonomis. Gencarnya iklan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk

memiliki suatu barang mutakhir. Orang berlomba-lomba memiliki barang

baru guna meningkatkan gengsi.

b. Makanan

Perubahan sosial akibat globalisasi, ditandai dengan berbagai jenis

(45)

membuat dan memasaknya. Contoh makanan yang ada karena globalisasi:

pizza, spagheti, burger, hot dog, hamburger, sushi, steak, dan donat.

Contoh minuman: Sprite, Fanta dll.

c. Pakaian

Masyarakat di negara berkembang biasanya suka meniru

perkembangan model dari negara maju, sehingga mendorong industri

pakaian berkembang pesat. Contoh : baju jas yang merupakan budaya

bangsa barat sudah digunakan oleh sebagian masyarakat kita pada

acara-acara resmi atau resepsi. Begitu pula dengan celana jeans dan Tshirt.

Masyarakat kita sudah terbiasa menggunakannya dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Komunikasi

Komunikasi juga merupakan contoh pengaruh dari globalisasi.

Komunikasi adalah suatu hubungan seseorang dengan orang lain.

Komunikasi dapat dilakukan dengan dua orang atau lebih. Dahulu

komunikasi antara wilayah menggunakan jasa pos yaitu surat yang

sampainya bisa mencapai satu sampai dua hari, kemudian berkembang

dengan telepon rumah. Namun, sekarang ini di era globalisasi jika akan

berkomunikasi baik satu arah maupun dua arah dengan orang lain yang

berbeda wilayah sangat mudah, cepat, dan murah. Sarana yang digunakan

misalnya teleponkabel, telepon seluler, internet, e-mail. Dengan adanya

alat komunikasi yang canggih kita dapat melakukan hubungan dengan

(46)

2.2.5 Pengaruh Globalisasi dilihat dari segi positif dan segi negatif

Dewi (2008:45), dari segi positif diantaranya sebagai berikut ini:

a. Kemajuan di bidang komunikasi dan transportasi.

b. Meningkatnya perekonomian masyarakat dalam suatu negara.

c. Meluasnya pasar untuk produk dalam negeri.

d. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih

baik.

e. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi.

Sedangkan segi negatifnya dari adanya globalisasi antara lain:

a. Gaya hidup bebas, narkoba, dan kekerasan menjadi mudah masuk dalam

kehidupan masyarakat Indonesia.

b. Masyarakat cenderung mementingkan diri sendiri.

c. Karena banyaknya barang yang dijual, maka masyarakat menjadi

konsumtif.

2.2.6 Upaya Penanggulangan Globalisasi

Nugraha (2012:62), untuk mengatasi pengaruh globalisasi diperlukan

upaya-upaya untuk menanggulanginya. Adapun upaya penanggulangan

globalisasi dapat diterapkan di berbagai lingkungan kehidupan, yaitu sebagai

berikut.

a. Lingkungan Keluarga

Untuk mencegah masuknya pengaruh negatif globalisasi dapat

dilakukan melalui keluarga dengan cara meningkatkan peran orang tua.

(47)

menerapkan aturan yang tegas pada setiap keluarga tanpa mengurangi

kasih sayang, memberi keteladanan, dan berusaha menciptakan

komunikasi yang baik antar anggota keluarga.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah perlu menekankan pelajaran budi pekerti serta

pengetahuan tentang globalisasi. Dengan demikian, siswa tidak terjerumus

dalam perilaku negatif akibat globalisasi. Untuk itu, peranan orang tua,

guru, serta siswa sangat diperlukan.

c. Lingkungan Masyarakat dan lingkungan keagamaan

Peran tokoh masyarakat dan agama sangat diperlukan dan

diharapkan mampu menjadi contoh bagi umat atau anggota masyarakat.

Nasehat atau saran-saran yang diberikan tokoh masyarakat atau agama

akan mampu mempengaruhi pola kehidupan masyarakat.

d. Lingkungan Pemerintahan dan Negara

Pemerintah merupakan salah satu lembaga yang berwenang

mengeluarkan peraturan atau hukum. Misalnya, peraturan yang melarang

merokok ditempat umum, larangan minum-minuman keras. Mewujudkan

pemerintah dapat melakukannya melalui lembaga peradilan, kepolisian.

2.2.7 Menentukan Sikap dalam Menghadapi Pengaruh Globalisasi

Ada beberapa sikap yang harus dimiliki masyarakat Indonesia dalam

menghadapi pengaruh globalisasi (Nugraha 2012:63) sebagai berikut :

(48)

b) Mempertebal keimanan dan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

c) Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri.

d) Mencintai kebudayaan bangsa sendiri daripada kebudayaan asing.

e) Melestarikan budaya bangsa baik seni maupun adat istiadat.

2.3 Hasil Penelitian yang sebelumnya

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan beberapa hasil penelitian

yang relevan.

1. Puspitasari (2012) melakukan penelitian yang “Peningkatan minat dan

prestasi belajar IPS tentang permasalahan sosial melalui model

pembelajaran berbasis masalah pada siswa kelas IV SDN Plaosan 1 Mlati

Semester Genap Tahun pelajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah dapat

meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Plaosan 1 Semester

genap tahun pelajaran 2011/2012 dan untuk mengetahui apakah model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas IV SDN Plaosan 1 Semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Hasil

dari penelitian adalah menunjukkan bahwa penerapan model PBM dapat

meningkatkan minat belajar pada siswa kelas IV SDN Plaosan 1 dari 71%

menjadi 90%. Penerapan model dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas IV SD N Plaosan 1 pada kondisi awal adalah 28,57%. Pada siklus 1

presentase siswa yang mencapai KKM (60) adalah 71,43% dan pada siklus

(49)

2. Prihatini (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan minat dan prestasi belajar sejarah melalui pembelajaran berbasis masalah pada

siswa kelas XI IPS-1 SMA N 1 Minggir tahun ajaran 2011/2012”. Penelitian ini bertujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan

peningkatan minat belajar sejarah siswa setelah mengikuti model

Pembelajaran Berbasis Masalah. (2) mendeskripsikan peningkatan prestasi

belajar sejarah siswa setelah mengikuti model Pembelajaran Berbasis

Masalah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan (1)

Terdapat peningkatan minat belajar sejarah setelah penerapan

Pembelajaran Berbasis Masalah sebesar 1,97%, dari keadaan awal minat

belajar dengan skor rata-rata mencapai 189,45 (78,94%) menjadi 229,91

(80,91%) pada keadaan akhir. (2) Terdapat peningkatan prestasi belajar

sejarah setelah penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah baik dari nilai

rata-rata maupun tingkat ketuntasan belajar. Dari segi nilai rata-rata terjadi

peningkatan dari keadaan awal 54,86, pada siklus 1 menjadi 67,04 dan

pada siklus II 74. Dari segi ketuntasan meningkatkan sebesar 27,27%,

dimana tingkat ketuntasan belajar siswa pada keadaan awal sebesar

27,27% (6 siswa), sedangkan pada siklus I siswa yang tuntas mencapai

59,09% (13 siswa), pada siklus II meningkat menjadi 86,36% (19 siswa).

Kesimpulan dari penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan minat dan prestasi

belajar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pengaruh model PBM

(50)

penggunaan model PBM berpengaruh terhadap kesadaran siswa akan nilai

globalisasi dan seberapa besar pengaruh dari model yang digunakan dalam

penelitian terkait dengan apa yang dipelajari.

2.4 Kerangka Berpikir

Dalam era globalisasi, kesadaran sangat penting untuk memilih dan

memilah dalam menggunakan segala bentuk informasi dan perkembangan jaman.

Kesadaran muncul melalui refleksi dan pembelajaran yang bermakna di dalam

kehidupan sehari-hari. Kenyataan yang terjadi, kesadaran akan nilai yang

terkandung dalam Pancasila sangat sulit dijumpai pada pelajar, terutama di era

globalisasi saat ini perkembangan zaman membuat siswa melakukan segalanya

semakin dipermudah, contohnya dalam bidang transportasi, teknologi, makanan,

minuman, pakaian dan gaya hidup berkembang sangat pesat. Hal ini seharusnya

diperlukan kesadaran dan kerjasama dari beberapa pihak yang terkait, contohnya

orangtua, guru, dan siswa. Proses pembelajaran yang penting dan bermakna

seharusnya dimulai dari pembelajaran yang menyajikan permasalahan yang ada

dilingkungan sekitar. Hal ini dapat mengasah kemampuan siswa menganggapi

setiap permasalahan dan realita yang ada. Pembelajaran berbasis masalah (PBM)

merupakan pembelajaran yang mengacu pada setiap permasalahan atau realita

yang ada, kemudian siswa diharapkan mencari pemecahan permasalahan tersebut

dan bagaimana menyikapi setiap permasalah yang ada. Dengan demikian

membuka pemikiran siswa untuk berpikir kritis dalam setiap permasalahan yang

(51)

Pembelajaraan PKn tentang globalisasi di kelas IV akan sangat menarik

apabila siswa mengalami pembelajaran itu sendiri dan mendapat pengalaman

tentang nilai yang dapat dipetik dari setiap permasalahan, maka dari itu metode

PBM baik digunakan dalam penelitian ini. Pengaruh globalisasi memang sangat

beragam dan meliputi banyak aspek, contohnya gaya hidup, komunikasi,

transportasi, teknologi, makanan dan minuman. Peningkatan kualitas belajar

siswa, yang ditandai dengan peningkatan partisipasi siswa dalam belajar,

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kesadaran siswa akan nilai terkait

dengan materi globalisasi. Usaha peningkatan kualitas belajar siswa tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah (PBM) siswa

dapat bekerjasama dalam kelompok untuk memecahkan masalah serta

merefleksikan permasalahan dan menyadari akan nilai globalisasi.

2.5 Hipotesis Statistik

2.4.1 Penggunaan model PBM berpengaruh secara signifikan terhadap

peningkatan kesadaran siswa akan nilai globalisasi kelas IV SD Kanisius

Kadirojo Tahun Ajaran 2012/2013. Hi diterima H0 ditolak.

2.4.2 Penggunaan model PBM pada kelompok eksperimen memiliki

kesadaran akan nilai globalisasi lebih tinggi dari pada kelompok kontrol

(52)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab III ini akan diuraikan tentang jenis penelitian, populasi dan

sampel, jadwal pengambilan data, rencana tindakan, variabel penelitian, definisi

operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas dan

realiabilitas, dan teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental

jenis quasi-experimental design (Sugiyono, 2010:114) dengan tipe non-equivalent

control group design (Sugiyono, 2010:116). Penelitian ini mengambil dua yang

tidak dipilih secara random atau acak yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Penelitian Eksperimen ini bisa disebut kuasi karena bukan merupakan

eksperimen murni tetapi tetap seperti murni, seolah-olah murni (Sukmadinata,

2008:207). Pada awal kedua kelompok tersebut diberi pretest agar dapat

mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok serta untuk mengetahui

adanya atau tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Kemudian kelompok pertama (kelas eksperimen/kelas VI SD K Kadirojo)

diberi perlakuan atau treatment yaitu menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (PBM). Kelompok kedua ( kelas kontrol/kelas VI SD N Sinduadi 1) tidak

diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBM).

Setelah itu diberi perlakuan menggunakan posttets pada masing-masing

(53)

treatment yang telah dilakukan pada kelas eksperimen. Menghitung selisih antara

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara: ( O2-O1)-(O4-O3).

Desain penelitian jenis ini digambarkan dengan gambar berikut ini

Tabel 2. Pengaruh Perlakuan

Keterangan :

X1 = Perlakuan atau treatment penerapan menggunakan metode ceramah

X2 = Perlakuan atau treatment penerapan menggunakan model

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

O1 = Rerata pretest kelompok eksperimen

O2= Rerata posttest kelompok eksperimen

O3 = Rerata pretest kelompok kontrol

O4 = Rerata posttest kelompok kontrol

3.2 Populasi dan Sampel

Sugiyono (2010:297) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD di DIY

yang memperoleh pembelajaran PKn tentang globalisasi.

O1 X1 O2

(54)

Sugiyono (2010:297), mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari

populasi tertentu. Sampel penelitian ini ada dua kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD K Kadirojo beralamatkan di Kadirojo,

Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta sebagai kelas eksperimen.

Untuk kelas kontrol dilaksanakan di SD N Sinduadi 1 beralamatkan di

Jalan Magelang km 06 Karang anyar no 59.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah senua siswa kelas IV SD K Kadirojo yang

berjumlah 43 siswa sebagai kelas eksperimen. Sedangkan kelas kontrol

adalah SD N Sinduadi dengan jumlah 31 siswa.

3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah peningkatan kesadaran akan nilai globalisasi mata

pelajaran Pkn pada Standar Kompetensi (SK) 4. Menunjukkan sikap terhadap

globalisasi di lingkungan dan Kompetensi Dasar (KD) 4.1 memberikan

contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya dan KD 4.3

menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di

lingkunganya. Pembelajaran ini diikuti oleh seluruh siswa kelas IV SD K

(55)

3.3 Jadwal Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Februari – Juli 2013. Berikut adalah susunan jadwal kegiatan yang telah dibuat peneliti dalam melakukan

penelitian :

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan, masing masing

pertemuan 3jp. Pada pertemuan I akan menerangkan pengertian globalisasi,

proses globalisasi, tanda-tanda dan ciri-ciri Globalisasi, pengaruh globalisasi di

lingkungan sekitar dan menyajikan permasalahan. Pertemuan II siswa membawa

artikel globalisasi, membahas upaya penanggulangan globalisasi, menentukan

sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi dan mencari permasalahan yang

Gambar

Gambar 2. Perbandingan skor pretest  keposttestkelompok kontrol dan eksperimen ............
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Tabel 2.  Pengaruh Perlakuan
Tabel 3 : Jadwal Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rangkaian kegiatan PPL dimulai sejak mahasiswa masih berada di kampus sampai di sekolah tempat praktik. Sebelum mahasiswa melaksanakan kegiatan PPL, tentunya harus

[r]

Kira-kira 30% pasien yang memakai obat ini mengalami pembesaran gusi, dimana Siti Salmiah : Gingivitis Pada Anak (Gingivitis Kronis, Gingivitis Yang Dipengaruhi Obat-Obatan

Kelas Users digunakan untuk menyimpan seluruh data users , kelas BiayaDokter akan menyimpan data biaya dokter, kelas KuotaJamkes akan menyimpan data kuota jaminan

Penelitian yang telah dilakukan Lam (2012) pada sekolah di Mauritius bertujuan untuk mengetahui peran self efficacy dalam perilaku penemuan informasi siswa SMA di

Dengan demikian, melalui proses pendidikan yang memanusiakan manusia melalui pembinaan kemampuan berfikir ilmiah, sentuhan hati yang beretika, dan pengembangan kejernihan jiwa

[r]