• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan panjang gelombang yang paling sensitif pada detektor HPLC jenis spectroflow 757 untuk pengukuran choromphornical palmilat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan panjang gelombang yang paling sensitif pada detektor HPLC jenis spectroflow 757 untuk pengukuran choromphornical palmilat."

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG YANG PALING SENSITIF PADA

DETEKTOR HPLC JENIS SPECTROFLOW 757 UNTUK PENGUKURAN

CHOROMPHORNICOL PALMILAT

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) adalah alat ukur konsentrasi suatu unsur dalam suatu sampel, menggunakan prinsip chromatography cairan yang akan dideteksi oleh suatu detektor. Sama seperti alat–alat pada umumnya, pengukuran dengan HPLC tidak lepas dari gangguan input lain yang tidak diinginkan, misalnya serapan oleh unsur lain yang tidak ingin diukur.

(2)

ABSTRACT

THE DETERMINATION OF THE MOST SENSITIVE WAVELENGTH OF

HPLC SPECTROFLOW 757 DETECTOR FOR CHOROMPHORNICOL

PALMILAT MEASUREMENT

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) is a tool for measuring the concentration of substance in a sample using the principle of liquid chromatography by certain detector. Just like any other tools, HPLC measurement cannot avoid other input distraction such as the absorbtion of redundant substance.

(3)

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG YANG PALING

SENSITIF PADA DETEKTOR HPLC JENIS SPECTROFLOW 757

UNTUK PENGUKURAN CHOROMPHORNICOL PALMILAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains ( S.Si )

Program Studi Fisika

Oleh :

Virgita Darmawati

NIM : 023214009

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

Kupersembahkan kepada :

JESUS KRISTUS yang selalu menjadikan semuanya indah pada waktunya, tanpa-MU diriku sungguh tak berharga.

Alm. Mama yang telah mengajarkanku banyak hal, I love you, mom.

Papa, Mama Valeria dan Papa Roberto yang tersayang terima kasih atas cinta, doa dan segala ajarannya.

Ungkapan rasa hormat, bakti dan terimakasihku

Kakak-kakakku tercinta yang telah memberikan kasih, cinta dan segala yang mereka miliki.

(7)

You need not worry about the future, because

GOD will provide us if we work hard everyday.

Cosí risplenda la vostra luce davanti agli

oumini, perché vedano le vostre opere buone

e rendano gloria al vostro Padre che é nei

cieli (Matteo 5:16)

Tidaklah cukup hanya dengan pemikiran yang baik.

Yang lebih pokok adalah menerapkannya dengan

(8)
(9)

INTISARI

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG YANG PALING SENSITIF PADA

DETEKTOR HPLC JENIS SPECTROFLOW 757 UNTUK PENGUKURAN

CHOROMPHORNICOL PALMILAT

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) adalah alat ukur konsentrasi suatu unsur dalam suatu sampel, menggunakan prinsip chromatography

cairan yang akan dideteksi oleh suatu detektor. Sama seperti alat–alat pada

umumnya, pengukuran dengan HPLC tidak lepas dari gangguan input lain yang

tidak diinginkan, misalnya serapan oleh unsur lain yang tidak ingin diukur.

Telah dilakukan optimalisasi alat detektor HPLC jenis Spectroflow 757.

Detektor ini bekerja dengan prinsip penyerapan cahaya oleh suatu unsur.

Optimalisasi dilakukan dengan membandingkan keluaran detektor saat tidak diberi

bahan penyerap dan saat diberi bahan penyerap berupa sampel yang dialirkan.

Sampel yang diujikan adalah Choromphornicol Palmilat dengan berbagai konsentrasi. Didapatkan posisi optimal untuk pengukuran Choromphornicol Palmilat yaitu pada panjang gelombang 280 nm dengan nilai sensitivitas 0.0106 (mg/l)-1. Adapun dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa alat detektor HPLC jenis

Spectroflow 757 dan pompa jenis Spectroflow 400 dapat difungsikan sebagaimana

(10)

ABSTRACT

THE DETERMINATION OF THE MOST SENSITIVE WAVELENGTH OF

HPLC SPECTROFLOW 757 DETECTOR FOR CHOROMPHORNICOL

PALMILAT MEASUREMENT

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) is a tool for measuring the concentration of substance in a sample using the principle of liquid

chromatography by certain detector. Just like any other tools, HPLC measurement

cannot avoid other input distraction such as the absorbtion of redundant substance.

Spectroflow 757, HPLC detector has been optimalized. This kind of

detector works as the principle of ray absorbtion from any substance. The proses of

optimizing is done by comparing the detector output when it is given and not given

the absorbent into a flowing sample. The sample which is used to be tested is

Choromphornicol Palmilat for varied concentration. The optimal position gained

from the test of Choromphornicol Palmilat is on the wavelength of 280 nm with the

sensitivity up to 0.0106 (mg/l)-1. From the research, it is found that the Spectroflow

757 HPLC detector and Spectroflow 400 pump can be functioned as any other

(11)

PRAKATA

Syukur kepada Allah Bapa atas segala anugerah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul " Penentuan panjang gelombang yang paling

sensitif pada detektor HPLC jenis Spectroflow 757 untuk pengukuran

Choromphornicol Palmilat ".

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulis

tidak pernah bekerja sendirian. Dalam banyak hal, penulis telah nendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Universitas Sanata Dharma bersama semua yang ada di dalamnya. Di sinilah

penulis memperoleh kesempatan indah untuk tumbuh, berkembang, menjadi

dewasa, dan belajar tentang “hidup”.

2. Bapak Ir. Ign. Aris Dwiatmoko, M.Sc.. selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu pengetahuan Alam, terima kasih buat bantuan dan dukungannya.

3. Bapak Dr. Ign. Edi Santosa MS, selaku Dosen Pembimbing skripsi dan

pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan, masukan baik

berupa saran dan kritik, serta selalu sabar selama penulis melakukan penelitian

dan menyelesaikan naskah skripsi ini.

4. Ibu Ir. Sri Agustini M.Si selaku Kepala program studi Fisika yang telah

meluangkan waktu dan memberikan masukan serta saran yang sangat bermanfaat

bagi penulis.

5. Bapak Dr. Agung Bambang Setyo Utomo, SU. yang telah berkenan meluangkan

waktu untuk menguji penulis serta memberikan masukan yang sangat berharga

(12)

6. Mas Obim terimakasih buat bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian.

7. Bapak Prapto terima kasih atas bantuan dan masukan yang diberikan selama

penulis melaksanakan penelitian.

8. Keluarga besar Kompudu–Kalaena, Keluarga Besar Martano terima kasih atas

dukungannya dan bantuannya selama ini.

9. Keluarga besar Komunitas Sant’Egidio terima kasih atas dukungannya selama

ini.

10.Ibu Lusia, Bapak Prasetyadi, Ibu Wiwiek, Bapak Tukijo, Mba Tika terima kasih

atas dorongan dan semangat yang diberikan selama ini.

11.Mba Heny, makasih buat semuanya. You are my best sister in Jogja.

12. Lori ndut, Papi Tri, Ridwan ucup, Iman, Adet, Mba Debora, Mba Asri, Mas

Hari, Mas Mamat, Mas Kristofer, terima kasih atas kerja barengnya selama ini.

Semua terasa menyenangkan dan indah bersama kalian.

13.Semua teman–teman Fisika 2002, Hanik, Ima maap, Kia indun, Erni laus, Yuda

sgwon, Adit mbek, Cemplu inke, Dandung, Ratna, Frida, Dian, Ook, Basil,

terima kasih selama ini bisa bersama kalian. Meskipun kita minim, tapi kita

adalah orang–orang terpilih.

14.Teman-teman kostku, Lisna, Mba depot, Mba Ulil albab, Detha, Ningnong,

Dewi, Ma’e, Rus, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

15.Buat orang-orang yang dekat dihati tapi jauh dimata, teman-teman kusta di

sagan, adik-adik prayan, anak-anak panti asuhan sayap ibu, teman-teman jalanan

di Condong catur, terima kasih karena telah mengajari apa arti hidup, dan

(13)

16.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis menerima masukan, saran atau kritikan yang dapat

memperkaya tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat memberi sumbangan kecil bagi

ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Juni 2007

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

INTISARI

ABSTRACT PRAKATA

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

Halaman

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 3

C. Batasan masalah ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

(15)

BAB II. DASAR TEORI ... 6

A. Teori Atom ... 6

B. Teori Molekul ... 11

C. HPLC (High Pressure Liquid Chromatrography) ... 13

D. Hukum Beer Lambert ... 16

BAB III. EKSPERIMEN ... 19

A. Alat dan Bahan ... 19

1. Alat-alat ... 2. Bahan-bahan ... 19 21 B. Metode Eksperimen ... 21

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Hasil ... 27

B. Pembahasan ... 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 42

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

36 Tabel 1. Tabel hubungan absorbansi terhadap konsentrasi Choromphornicol

Palmilat (mg/l) pada panjang gelombang 280 nm

Tabel 2. Tabel hubungan absorbansi terhadap konsentrasi Choromphornicol

Palmilat (mg/l) pada panjang gelombang 520 nm

(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. A. Proses deeksitasi, elektron pindah dari lintasan 3 ke lintasan 1

B. Proses deeksitasi, elektron pindah dari lintasan 1 ke lintasan 2 ... 10

Gambar 2. Skema tingkat energi molekul dengan tingkat elektronik, vibrasi dan rotasi ... 12

Gambar 3. Skema bagian dari monokromator [Waters Associates, 1981] ... 16

Gambar 4. Atom–atom penyerap ... 17

Gambar 5. Skema percobaan ... 20

Gambar 6. Grafik hubungan antara Tegangan (Volt) dan Panjang gelombang (nm) saat fase gerak dialirkan ... 30

Gambar 7. Grafik hubungan antara Tegangan (volt) dan Panjang gelombang (nm) untuk sampel Choromphornicol Palmilat dengan konsentrasi 25,47 mg/l .. 31

Gambar 8. Grafik hubungan antara Tegangan (volt) dan Panjang gelombang (nm) untuk sampel Choromphornicol Palmilat dengan konsentrasi 18,84 mg/l .. 32

Gambar 9. Grafik hubungan antara Tegangan (volt) dan Panjang gelombang (nm) untuk sampel Choromphornicol Palmilat dengan konsentrasi 12,23 mg/l.. 33

(18)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pengukuran adalah salah satu hal yang sangat penting dan sering

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengukuran ada dua hal yang

sangat penting yaitu: input dan output, akan tetapi input hasil pengukuran

yang diperoleh, tidak jarang diwarnai dengan ketidaktepatan yang disebabkan

oleh adanya interferensi atau gangguan. Untuk menghindari ketidaktepatan

pada hasil pengukuran, gangguan harus dieliminasi [Doebelin, 1983].

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) adalah alat ukur

konsentrasi molekul dalam suatu sampel. Alat HPLC ini menggunakan prinsip

chromatography cairan yang akan dideteksi oleh suatu detektor dimana

sampel yang dialirkan akan dideteksi sesuai dengan panjang gelombangnya.

Chromatography adalah teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas

perbedaan distribusi dari komponen–komponen campuran tersebut diantara

dua fase, yaitu fase diam (padat/cair) dan fase bergerak (cair/gas).

Mekanisme kerja detektor ada bermacam-macam, salah satunya adalah

efek penyerapan cahaya oleh suatu bahan. Sumber cahaya memancarkan

cahaya pada berbagai panjang gelombang. Masing-masing panjang gelombang

mempunyai intensitas tertentu yang kemudian diarahkan pada bahan

penyerap. Besar nilai intensitas akan berubah karena terjadi penyerapan oleh

bahan penyerap. Besarnya nilai penyerapan, tergantung pada bahan penyerap

(19)

2

yang diteliti. Idealnya didalam alat HPLC diperlukan detektor yang baik yaitu

detektor yang mendeteksi sampel dengan sensitivitas yang memadai. Detektor

tersebut hanya mendeteksi molekul-molekul yang akan diukur konsentrasinya.

Molekul-molekul tersebut telah dipisahkan dengan teknik chromatography

pada kolom HPLC secara tunggal atau satu persatu, agar kualitas dan kuantitas

dari sampel yang diteliti hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Namun

karena dalam suatu sampel terdapat lebih dari satu jenis molekul maka ada

kemungkinan serapan molekul-molekul unsur lain yang tidak dikehendaki. Ini

juga disebabkan karena tingkat resolusi atau kemampuan untuk memisahkan

cairan pada kolom kurang sempurna dan adanya faktor lain yang

mempengaruhi sehingga detektor tersebut tidak dapat bekerja secara optimal

pada daerah panjang gelombang yang sudah tentukan.

Untuk mengatasinya, akan dilakukan penelitian lebih lanjut bagaimana

suatu detektor akan bekerja secara sensitif pada jangkauan panjang gelombang

yang diberikan. Jika jangkauan panjang gelombang yang diberikan diputar

secara manual, maka tidak efisien dan akan terjadi kekeliruan dalam

pembacaan panjang gelombang. Untuk itu akan dibuat sistem pemutar panjang

gelombang yang bekerja secara otomatis dan tepat. Dari semua jangkauan

panjang gelombang, ada salah satu panjang gelombang yang paling sensitif

untuk pengukuran salah satu sampel. Sensitif jika besar nilai sensitivitasnya

tinggi. Maka dilakukan kalibrasi atau pengaruh besar konsentrasi terhadap

nilai penyerapan, sehingga dapat diuji cobakan dengan pengukuran besar

(20)

3

pembanding. Adapun detektor HPLC yang digunakan adalah Spectroflow 757,

detektor ini bekerja berdasarkan efek penyerapan cahaya oleh suatu molekul

penyerap.

Tulisan ini berisikan teori atom, teori molekul, hukum Beer-Lambert,

dan teori yang terkait dengan prinsip kerja HPLC secara keseluruhan,

metodologi penelitian, hasil eksperimen, analisa data dan kesimpulan. Juga

disertakan lampiran untuk melengkapi semua uraian tersebut didalam tulisan

ini.

B. Permasalahan

1. Bagaimana sensitivitas dari detector HPLC jenis Spectroflow 757 untuk

setiap panjang gelombang yang diberikan (240 nm s.d 700 nm)?

2. Pada panjang gelombang berapa terdapat keadaaan sensitivitas detektor

yang optimal pada HPLC dalam pengukuran Choromphornicol Palmilat?

C. Batasan masalah

Penentuan sensitivitas detektor terbesar pada panjang gelombang

untuk detektor HPLC jenis Spectroflow 757, yang diuji cobakan pada pengukuran

(21)

4

D. Manfaat penelitian

Memberikan sumbangan ilmiah sebagai informasi mengenai posisi

panjang gelombang yang paling sensitif untuk mengukur konsentrasi sampel yang

mengandung Choromphornicol Palmilat, agar kualitas dan kuantitas dari sampel

yang diteliti hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

E. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah di atas, dapat diuraikan tujuan yang akan

dicapai adalah :

1. Mendapatkan sensitivitas detektor HPLC Spectroflow 400 untuk setiap

panjang gelombang yang diberikan (240 nm s.d 700 nm).

2. Mendapatkan panjang gelombang dengan nilai sensitivitas terbesar pada

detektor HPLC dalam pengukuran Choromphornicol Palmilat.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan dituliskan dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, dan tujuan

(22)

5

BAB II Dasar Teori

Bab ini menguraikan tentang teori atom, teori molekul, detektor

Spectroflow 400, dan teori yang terkait dengan prinsip kerja HPLC

secara keseluruhan.

BAB III Eksperimen

Bab ini menguraikan tentang alat dan bahan yang digunakan,

prosedur, metode dalam bereksperimen.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan dari

eksperimen yang dilakukan.

BAB V Penutup

(23)

BAB II

DASAR TEORI

A. Teori Atom

Pada tahun 1898 J.J. Thomson mengusulkan bahwa atom merupakan

bola bermuatan positif serbasama yang mengandung elektron. Model ini gugur

pada tahun 1911 saat Rutherford mengemukakan bahwa atom terdiri dari inti

dan elektron, dimana inti bermuatan positif dan elektron bermuatan negatif

yang mengelilingi inti [Halliday-Resnick, 1990]. Elektron yang bergerak mengelilingi inti akan mengalami gaya coulomb Fc pada elektron akibat

adanya inti dipusat lingkaran. Gaya coulomb ini diimbangi oleh gaya

sentrifugal Fs yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dengan gaya

(24)

7

sehingga kelajuan elektron adalah

m

Energi total elektron adalah jumlahan dari energi kinetik K dan energi

potensialnya V.

= sehingga persamaan (2.3) menjadi :

r

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.2) ke dalam persamaan (2.4)

diperoleh:

Elektron yang bergerak mengelilingi inti merupakan partikel

bermuatan yang bergerak dipercepat. Hal ini akan menyebabkan elektron

(25)

8

lama kelamaan elektron akan kehilangan tenaganya dan elektron menuju inti.

Elektron yang menuju inti kemudian bersatu dengan inti tersebut. Namun teori

ini tidak sesuai dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Rutherford

sendiri.

Pada tahun 1913 Niels Bohr mengemukakan bahwa setiap elektron

bergerak dalam suatu orbit tertutup dan bahwa tidak ada energi yang

dilepaskan dan diambil sewaktu elektron masih berada dalam orbitnya.

Dengan momentum sudutnya sama dengan kelipatan bulat dari ћ.

h n r

mn = ... (2.7)

dimana : n = bilangan kuantum utama (1,2,3...)

rn = jari-jari lintasan elektron pada bilangan kuantum ke -n

Sehingga

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.2) ke dalam persamaan (2.8),

diperoleh nilai jari-jari yang diperkenankan untuk lintasan elektron yaitu:

(26)

9

Dengan persamaan (2.6) dapat diketahui energi elektron pada lintasan dengan

jari-jari rn adalah :

Sehingga didapatkan :

Elektron-elektron yang berputar mengelilingi inti, berada pada

kedudukan tertentu dengan tingkat energi yang tertentu pula. Semakin jauh

kedudukan elektron terhadap inti, tingkat energinya semakin tinggi.

Pada gambar 1 terlihat bahwa elektron dapat berpindah dari suatu

tingkat energi ke tingkat energi yang lain. Perpindahan elektron dari tingkat

energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi disebut sebagai eksitasi.

Untuk melakukan eksitasi, elektron membutuhkan atau menyerap energi dari

luar yang sesuai dengan energi pada beda tingkat tenaga tersebut. Sedangkan

perpindahan elektron dari tingkat energi yang tinggi ke tingkat energi yang

lebih rendah disebut sebagai deeksitasi. Saat melakukan deeksitasi, elektron

memancarkan energi yang berupa foton secara terus menerus sehingga

mengalami pengurangan tenaga elektron dan elektron akan berpindah dari

(27)

10

Gambar 1. A. Proses deeksitasi, elektron pindah dari lintasan 3 ke lintasan 1 B. Proses eksitasi, elektron pindah dari lintasan 1 ke lintasan 2

Dalam proses deeksitasi, energi yang dipancarkan oleh elektron berupa

energi foton yang mempunyai frekuensi ν dengan besar energi adalah:

ΔΕ= hν ... (2.13)

dimana

ΔE = energi foton = Tingkat energi awal – Tingkat energi akhir

v = frekuensi foton

nf = bilangan kuantum utama akhir

Semakin jauh elektron terdeeksitasi, semakin besar energi yang

dipancarkan atau semakin besar energi yang dibawa oleh foton, demikian pula

(28)

11

Karena ν = λ

c

, maka persamaan (2.16) menjadi:

B. Teori Molekul

Molekul terdiri dari kelompok atom yang tergabung menjadi satu

akibat saling mengikat. Molekul memiliki beberapa tingkat energi yaitu

tingkat energi elektronik, tingkat energi vibrasi dan tingkat energi rotasi. Dari

masing-masing tingkat energi elektronik, ada beberapa kemungkinan tingkat

energi vibrasi dan dari masing-masing tingkat energi vibrasi terdapat beberapa

kemungkinan tingkat energi rotasi. Energi rotasi dan vibrasi dalam sebuah

molekul ditimbulkan oleh gerak inti atomiknya. Elektron yang berada lebih

dekat dengan inti lebih terikat kuat atau memiliki energi yang lebih besar.

Molekul akan menyerap foton dari suatu sumber cahaya, apabila

energi foton merupakan selisih dari tingkat energi akhir dan tingkat energi

awal. Elektron molekul dapat tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan keadaan dasar molekul. Ketika molekul tereksitasi ke

tingkat energi yang lebih tinggi maka memungkinkan adanya transisi

elektronik, transisi vibrasi dan transisi rotasi [Beiser, 1989].

Transisi elektronik melibatkan radiasi bagian cahaya tampak atau

(29)

12

Gambar 2

Skema tingkat energi molekul dengan tingkat elektronik, vibrasi dan rotasi

[Svanberg, 1992]

Untuk melakukan transisi elektronik molekul membutuhkan energi

yang besar. Yaitu membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang kecil,

frekuensi besar, pada daerah ultraviolet (cahaya tampak).

Sedangkan untuk melakukan transisi vibrasi, dan rotasi molekul

membutuhkan energi yang lebih kecil dibandingkan transisi elektronik, yaitu

energi dari cahaya dengan panjang gelombang besar pada daerah cahaya

tampak.

Syarat dasar yang harus dipenuhi untuk melakukan transisi vibrasi

adalah [Harris, 1995] :

ΔV = ± 1 ... (2.18)

(30)

13

C. High Pressure Liquid Chromatography (HPLC)

HPLC adalah alat untuk analisis kualitatif dan kuantitatif suatu sampel,

atau dengan kata lain HPLC digunakan untuk mencari besar konsentrasi suatu

zat. Secara teoritis, alat HPLC menggunakan teknik pemisahan cairan di

dalam kolom dengan tekanan tinggi dari pompa. Oleh karena itu teknik ini

dikenal dengan nama “High Pressure Liquid Chromatography”

Istilah chromatography sekarang meliputi berbagai teknik pemisahan

yang didasarkan atas partisipasi dari sampel diantara fase gerak (zat cair atau

gas) dan fase diam (zat cair atau zat padat). Berdasarkan fase gerak yang

digunakan, chromatography dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu

gas chromatography dan liquid chromatography. Pemisahan terjadi karena

molekul sampel tertahan oleh fase diam atau dibawa oleh fase gerak

tergantung dari afinitas senyawa tersebut terhadap kedua fase ini.

Desain dari unit HPLC mirip dengan GC. HPLC terdiri dari pompa,

kolom tempat memisahkan molekul satu dengan molekul yang lain dan

detektor. Secara umum fase gerak yang bebas gas dipompa dengan tekanan

tinggi ke dalam kolom. Pada awalnya fase gerak dialirkan masuk menuju

pompa dan dibawa menuju kolom kemudian diteruskan menuju detektor.

Sampel diinjeksikan atau dialirkan masuk menuju pompa, kemudian

dilarutkan oleh fase gerak, yang kemudian dibawa ke dalam kolom dimana

(31)

14

Untuk analisa sampel diperlukan detektor yang sensitif, yaitu detektor yang

memiliki nilai sensitivitas yang besar. Adapun berbagai jenis detektor yang

digunakan untuk HPLC adalah: refractive index detector, ultraviolet detector, lambda max detector, radioactivity detector, flame ionization detector, dan sebagainya.

Salah satu jenis detektor HPLC adalah Spectroflow 757, yang dipakai

pada eksperimen ini. Spectrolow 757 dirancang untuk aplikasi HPLC yang

mampu mendeteksi ultraviolet dengan panjang gelombang antara 190 nm s.d

700 nm dengan 2 sumber lampu deuterium dan tungsten [Waters Associates. 1981]. Mekanisme kerja detektor ini berdasarkan pada efek penyerapan

cahaya oleh molekul penyerap. Detektor ini berfungsi mengubah cahaya

menjadi besaran yang terukur yaitu tegangan sebagai besarnya nilai

penyerapan.

Model detector Spectroflow 757 terdiri dari dua sistem utama yaitu

optik dan elektrik. Komponen elektrik adalah bagian pendukung untuk

menjalankan alat HPLC. Komponen yang berhubungan dengan bagian optik

salah satunya adalah monokromator.

Monokromator terdiri dari celah masuk dan keluar, cermin penyejajar,

kisi difraksi dan cermin pemfokus. Fungsi monokromator adalah untuk

menguraikan radiasi polikromatis menjadi radiasi monokromatis dan memilih

panjang gelombang berkas radiasi yang mengenai detektor [Skoog dkk, 1994]. Sumber cahaya yang dipancarkan masuk melewati celah. Setelah

(32)

15

cermin tersebut berkas cahaya dipantulkan dan disejajarkan menuju kisi

difraksi. Kisi difraksi kemudian mendifraksikan berkas cahaya yang masuk ke

cermin pemfokus. Dalam hal ini cahaya yang terurai sesuai dengan panjang

gelombangnya oleh kisi. Kemudian berkas cahaya difokuskan ke celah keluar.

Untuk memilih panjang gelombang yang akan di fokuskan menuju celah

keluar, kisi difraksi bisa diputar.

Cahaya dalam bentuk foton dengan panjang gelombang tertentu yang

keluar dari monokromator akan mengenai tabung pengganda foton dan akan

melepaskan elektron-elektron dari permukaan fotokatoda. Elektron-elektron

ini dipercepat oleh dinoda pertama menuju permukaannya. Elektron yang

menyentuh permukaan dinoda pertama melepaskan beberapa elektron

sekunder, sehingga jumlah elektronnya bertambah. Elektron-elektron ini

kemudian dipercepat oleh dinoda kedua menuju kepermukaannya dan

melepaskan beberapa elektron sekunder lagi. Demikian seterusnya sehingga

jumlah elektronnya terus bertambah dan berlipat ganda. Akhirnya

elektron-elektron ini terkumpul di anoda, kemudian diperkuat oleh amplifier yang

menghasilkan arus listrik yang ditampilkan dalam besaran berupa tegangan.

Detektor HPLC jenis Spectroflow 757 bekerja dengan melihat

bagaimana cahaya diserap oleh suatu konsentrasi molekul penyerap yang

(33)

16

Gambar 3

Skema bagian dari monokromator [Waters Associates. 1981]

D. Hukum Beer Lambert atau Hukum Beer

Apabila cahaya melewati suatu bahan, maka sebagian dari cahaya

tersebut akan diteruskan, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan diserap

oleh bahan tersebut. Karena cahaya yang dipantulkan sangat kecil maka

diabaikan.

Menurut Hukum Beer dan Lambert, serapan cahaya oleh atom

sebanding dengan konsentrasi penyerap [Bax, 2004].

A = ε c l ...(2.20) dengan Α= absorbansi

c = konsentrasi molekul penyerap

(34)

17

Pada penjabaran teori di atas, penyerapan energi yang dilakukan oleh

molekul mengakibatkan jumlah foton yang berasal dari sumber radiasi

berkurang. Jika jumlah foton berkurang maka intensitas juga berkurang.

Misalnya, sebelum melewati molekul intensitasnya adalah I maka setelah

melewati molekul intensitasnya menjadi I.

0

Gambar 4 Atom-atom penyerap

Dari sini dapat diketahui seberapa besar serapan cahaya yang dilakukan oleh

atom atau molekul yaitu,

I = intensitas cahaya sebelum melewati molekul penyerap 0

I = intensitas cahaya setelah melewati molekul penyerap

Dari (2.20) dan (2.21) diperoleh

(35)

18

Untuk mengetahui nilai , maka nilai l dan ε harus dibuat tetap. ε merupakan

fungsi dari panjang gelombang atau dipengaruhi oleh panjang gelombang.

c

ε = f (λ)... (2.23)

Supaya nilai ε tetap maka panjang gelombangnya harus tetap atau merupakan

(36)

BAB III

EKSPERIMEN

A. A. Alat dan Bahan

1. Alat-alat:

a. Satu unit HPLC

Bagian-bagian pokok HPLC yang digunakan adalah sebagai berikut:

- Pompa HPLC

Pompa HPLC yang digunakan adalah jenis SF 400

SPECTROFLOW. Pada pompa inilah sampel dialirkan dan

dipompa masuk.

- Kolom

Kolom HPLC yang digunakan adalah seri CPTM spher C18.

- Detektor

Detektor ini digunakan untuk mengubah cahaya menjadi besaran

fisika/listrik. Detektor yang digunakan adalah SPECTROFLOW

757 yang memiliki sumber lampu Deuterium (190 nm – 380 nm)(standar)) dan Tungsten (380 nm – 800 nm)(optional)).

- Perekam dan penampil data

Untuk merekam dan menampilkan data digunakan komputer.

(37)

20

- Pengatur posisi panjang gelombang

Motor pada recorder BD 41 Kipp Zonen digunakan untuk

memutar knob panjang gelombang dengan kecepatan putar 0.2

mm/s.

Sampel

Pompa Spectroflow 400

Detector Spectrolow 757

Pembuangan

Komputer

Kolom Pemutar Panjang gelombang

Gambar 5 Skema percobaan

Pada gambar 5, terlihat skema percobaan yang telah

dilakukan. Pada alat HPLC percobaan dilakukan dengan menyuntikan

atau mengalirkan sampel yang akan terlarut didalam fase gerak ke dalam

pompa (Spectroflow 400). Sampel kemudian dipompa masuk ke dalam

kolom (CPTM spher C18). Kolom berfungsi untuk memisahkan molekul

yang satu dari yang lainnya. Sampel tersebut kemudian menuju ke

detektor (Spectroflow 757), yang mendeteksi sampel untuk semua

jangkauan panjang gelombang dari 240 nm s.d 700 nm dan kemudian

ditampilkan oleh komputer. Jangkauan panjang gelombang diatur

dengan memakai motor pada recorder BD 41 Kipp Zonen. Sampel yang

sudah dideteksi dengan sendirinya akan mengalir menuju pembuangan.

(38)

21

sampel yang dialirkan, dimana cahaya yang diserap berasal dari sumber

cahaya. Data yang akan terbaca adalah nilai tegangan dan waktu yang

digunakan untuk mendeteksi. Besarnya nilai tegangan, menunjukan

besarnya nilai absorbansi.

b. Perangkat penyiapan larutan

Untuk membuat larutan baik itu fase gerak/solvent ataupun sampel,

digunakan alat-alat berupa pipet, gelas ukur, labu takar, refrigerator

ultrasonics UR 275, membrane filters PTFE (Polypropylene backed)

0.5 μm diameter 47 mm, neraca digital dan pompa vakum.

2. Bahan-bahan

a. Methanol

Methanol berfungsi sebagai fase gerak dan pelarut.

b. Choromphornicol Palmilat

Choromphornicol Palmilat berfungsi sebagai sampel yang akan di ujikan.

B. Metode Eksperimen

1. Rancangan sistem pengatur panjang gelombang

Dalam eksperimen ini dilakukan pengukuran penyerapan untuk

masing-masing keadaan dengan jangkauan panjang gelombang

antara 240 nm s.d 700 nm. Untuk itu jika panjang gelombang diputar

secara manual, maka tidak efisien dan akan terjadi kekeliruan dalam

(39)

22

konstan. Untuk itu dibuat sistem untuk mengatur panjang gelombang

yang bekerja secara otomatis dan tepat. Pemutar yang dipakai adalah

motor yang disertai roda gigi pada recorder. Roda gigi inilah yang

dihubungkan ke knob pengatur panjang gelombang dengan

menggunakan tali. Tali pemutar ini dibuat dari pinggiran kertas

recorder yang berlubang dengan lebar ±1cm yang dilapisi dengan

isolasi diseluruh bagian kertas berlubang tersebut. Jika motor

dihidupkan dengan kecepatan sesuai yang diinginkan pemakai

misalnya 0,2 mm/s, maka knob panjang gelombang akan berputar

otomatis mengikuti kecepatan motor tersebut sehingga pembacaan

pada panjang gelombang bisa lebih teliti. Supaya tidak slip dalam

berputar, knob panjang gelombang diberi pipa yang dilapisi karet

ban dan tali pemutar dibuat lebih pendek sehingga jaraknya dengan

knob panjang gelombang tidak terlalu jauh.

2. Penyiapan fase gerak / solvent

a. Sebelum fase gerak (Methanol) dimasukan ke dalam wadah yang akan digunakan, maka harus dipastikan bahwa wadah

dalam keadaan bersih. Jika perlu wadah di bilas lagi dengan

methanol, yaitu fase gerak/solvent yang akan digunakan agar tidak ada input lain yang diinginkan.

b. Fase gerak (Methanol) yang akan di injeksikan ke dalam pompa harus bebas dari apapun termasuk gelembung udara, maka di

(40)

23

udara dengan memakai refrigerator ultrasonics UR 275 selama

waktu dimana tidak ada lagi gelembung udara terkandung

didalam fase gerak yang akan dialirkan.

3. Penyiapan fase gerak dan sampel

Input dari pompa jenis SF 400 SPECTROFLOW memiliki

input atau masukan dimana sampel disatukan dengan fase

gerak/solvent. Untuk itu Choromphornicol Palmilat dilarutkan dalam fase gerak/solvent yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam

hal ini ±1 liter.

Berikut adalah rincian pembuatan sampel yang mengandung

Choromphornicol Palmilat

- Choromphornicol Palmilat ditimbang dengan menggunakan neraca digital sebanyak 25,47 mg dan 205,72 mg yang

dilarutkan dengan methanol sebanyak 1 liter. Penyaringan dilakukan dengan pompa vakum dan membrane filters PTFE

(Polypropylene backed) 0.5 μm diameter 47 mm. Dalam

eksperimen ini larutan Choromphornicol Palmilat dengan konsentrasi 25,47 mg/l dan 205,72 mg/l dianggap sebagai larutan

induk.

- Untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi yang berbeda,

digunakan rumus:

(41)

24

Dimana C1 = konsentrasi larutan induk (mg/l)

V1 = volume larutan induk yang diambil (l)

C2 = konsentrasi larutan yang diinginkan (mg/l)

V2 = volume larutan induk yang dicari (l)

Pada sampel juga dilakukan degassing untuk menghilangkan

gelembung udara dengan memakai refrigerator ultrasonics UR 275.

4. Pengukuran

Dalam eksperimen ini dilakukan pengukuran penyerapan

cahaya saat diberi fase gerak/solvent dan saat diberi bahan penyerap

berupa sampel. Pada awalnya harus diketahui karakteristik detektor

mula-mula. Nilai tegangan keluaran sebanding dengan besar nilai

penyerapan. Untuk itu pada gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4, Besarnya

nilai penyerapan ditunjukkan dengan nilai tegangan keluaran.

Output dari HPLC dipengaruhi oleh fase gerak/solvent dimana

sudah pasti akan terjadi penyerapan oleh fase gerak, maka dilakukan

pendeteksian perubahan besarnya penyerapan saat fase gerak

dialirkan masuk ke dalam alat HPLC ditunjukkan pada gambar 4.1.

Pada eksperimen ini, digunakan sampel Choromphornicol Palmilat yang dilarutkan dalam methanol dengan besar konsentrasi yang berbeda. Besar konsentrasi sampel yang berbeda diberikan

dengan maksud dapat dilihat perbandingan perubahan yang terjadi

(42)

25

dibandingkan besarnya nilai penyerapan saat diberi sampel dan tidak

diberi sampel.

Pada semua pengukuran ini panjang gelombang di jalankan

mulai dari 240 nm s.d 700 nm.

5. Penentuan panjang gelombang yang paling sensitif pada detektor HPLC dengan jenis SPEKTROFLOW 757 untuk mengukur besar konsentrasi Choromphornicol Palmilat

Pengukuran besarnya penyerapan ditinjau untuk semua

panjang gelombang yang dijalankan. Setelah dilakukan pengukuran

besarnya penyerapan awal dan pengukuran besarnya penyerapan saat

diberi fase gerak/methanol serta saat sampel dialirkan dengan berbagai konsentrasi, maka akan terlihat perbedaan besar penyerapan

yang terjadi pada panjang gelombang-panjang gelombang tertentu.

Dilakukan pengukuran besar nilai sensitivitas pada beberapa

nilai panjang gelombang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai

sensitivitas terbesar pada posisi panjang gelombang. Pengukuran

dilakukan dengan melakukan kalibrasi atau dengan mengukur besar

nilai penyerapan sampel untuk konsentrasi yang berbeda. Data dalam

pengukuran sampel Choromphornicol Palmilat untuk konsentrasi yang berbeda, dapat menentukan besar nilai sensitivitas pada posisi

panjang gelombang yang diujikan yaitu dengan menggunakan grafik

(43)

26

adalah nilai yang diperoleh dari besarnya nilai penyerapan untuk

setiap satu satuan konsentrasi.

Penentuan posisi panjang gelombang yang sensitif untuk

pengukuran sampel Choromphornicol Palmilat, ditentukan dengan melihat keadaan dimana penyerapan terjadi lebih besar dengan nilai

sensitivitas terbesar.

Grafik yang didapatkan dari semua eksperimen yang

dilakukan adalah grafik hubungan antara Tegangan (volt) dengan

Panjang gelombang (nm) saat diberi fase gerak, grafik hubungan

antara Tegangan (volt) dengan Panjang gelombang (nm) saat diberi

sampel dengan konsentrasi yang berbeda dan grafik kalibrasi untuk

mengetahui nilai sensitivitas pada beberapa panjang gelombang.

Grafik kalibrasi digunakan untuk menentukan besar nilai konsentrasi

yang diujikan. Grafik kalibrasi adalah grafik hubungan antara

besarnya penyerapan untuk masing-masing konsentrasi pada satu

panjang gelombang yang ditentukan. Besarnya nilai tegangan

menunjukan besarnya nilai absorbansi atau besarnya penyerapan

yang terjadi.

(44)

BAB IV

HASIL EKSPERIMEN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) adalah alat ukur konsentrasi suatu unsur dalam suatu sampel. Dalam optimalisasi detektor

HPLC jenis Spectroflow 757 dilakukan pengukuran besarnya penyerapan

terhadap semua panjang gelombang dengan jangkauan 240 nm s.d 700 nm

dengan set alat tetap yaitu :

1). Detector Spectroflow 757

• Filter rise time : 1 s

2). Pompa Spectroflow 400

• Pressure limit : Lower : 000 Bar

Upper : 100 Bar

• Flow rate : 1.00 ml/s

3). Waktu pengambilan tiap satu data : 0.03 s

Output yang terbaca adalah nilai tegangan, dimana besarnya nilai tegangan

menunjukan besarnya nilai penyerapan. Pengukuran output atau besarnya

penyerapan dari masing–masing keadaan yaitu sebagai berikut :

• Pengukuran besar penyerapan saat diberi fase gerak/solvent

Pengukuran besar penyerapan ini dilakukan saat fase gerak/methanol

dialirkan dan dipompa masuk menuju detektor dan dideteksi oleh detektor.

Karena ada bahan penyerap yang masuk dan terdeteksi oleh sumber

(45)

28

cahaya yang memancar untuk setiap panjang gelombang maka besar

penyerapan akan bertambah. Bertambahnya nilai penyerapan menunjukan

bahwa telah terjadi penyerapan oleh fase gerak/methanol yang mengalir masuk ke dalam detektor. Data yang didapatkan ditampilkan pada gambar

6

• Pengukuran besar penyerapan saat diberi sampel

Pada pompa Spectroflow 400, sampel yang akan diujikan sudah dilarutkan

dalam fase gerak dalam hal ini methanol. Pengukuran besar penyerapan ini dilakukan saat sampel dialirkan dan dipompa masuk ke dalam detektor.

Telah dilakukan pengukuran untuk sampel Choromphornicol Palmilat

dengan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran ini dilakukan agar dapat

terlihat secara jelas pada panjang gelombang berapa, sampel terukur secara

maksimal. Hasil pengukuran ditampilkan pada gambar 7, gambar 8 dan

gambar 9.

• Pengukuran besar konsentrasi sampel Choromphornicol Palmilat

Untuk dapat mengukur besar suatu konsentrasi, maka di lakukan

pengukuran sampel dengan konsentrasi yang berbeda pada panjang

gelombang tertentu. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya

penyerapan untuk setiap konsentrasi yang berbeda sehingga dapat

diketahui besarnya nilai sensitivitas saat pengukuran sampel

(46)

29

maka dapat diketahui nilai konsentrasi sampel yang akan di ujikan. Hasil

ditampilkan pada gambar 10 untuk panjang gelombang yang berbeda yaitu

(47)

30

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 640 660 680 700 Panjang gelombang (nm)

Teg

a

nga

n (

v

o

lt

)

Gambar 6

(48)

31

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 640 660 680 700 Panjang gelombang (nm)

Teg

a

nga

n (

v

o

lt

)

Gambar 7

(49)

32

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 640 660 680 700 Panjang gelombang (nm)

Teg

a

nga

n (

v

o

lt

)

Gambar 8

(50)

33

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2

240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 580 600 620 640 660 680 700 Panjang gelombang (nm)

Teg

a

ng

an(

v

ol

t)

Gambar 9

(51)

34

Dengan membandingkan hasil yang didapatkan dalam pengukuran

besarnya penyerapan dengan jangkauan panjang gelombang 240 nm s.d 700

nm, maka besarnya penyerapan oleh suatu bahan yang diberikan akan

diketahui. Bahan penyerap disini berupa fase gerak/methanol dan sampel dengan besar konsentrasi yang bervariasi. Dapat teramati bahwa pola besar

penyerapan pada panjang gelombang tertentu mengalami perubahan. Pada

gambar 7, 8 dan 9 penyerapan sampel yang paling besar terlihat pada panjang

gelombang 280 nm. Besarnya nilai tegangan yang bertambah menunjukan

perubahan besar nilai penyerapan yang terjadi dalam tiap konsentrasi.

Setiap alat tentu mempunyai sifat atau karakteristik tersendiri yang

tergantung dari prinsip kerjanya. Untuk detektor HPLC jenis Spectroflow 757

dengan prinsip kerja penyerapan cahaya oleh suatu bahan, juga mempunyai

sensitivitas tersendiri.

Telah dilakukan pengukuran sampel Choromphornicol Palmilat

dengan konsentrasi yang berbeda. Pengukuran ini bermaksud untuk

mengetahui pada panjang gelombang berapa sampel terukur dengan sensitif.

Dari nilai penyerapan untuk setiap konsentrasi sampel Choromphornicol Palmilat akan diperoleh grafik hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi. Grafik hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi pada

umumnya akan mengikuti persamaan garis lurus. Dan dari grafik tersebut

(52)

35

Nilai sensitivitas adalah nilai yang didapatkan dari besarnya nilai

penyerapan untuk tiap satu satuan konsentrasi. Sensitivitas diperoleh dari

kemiringan (slope) grafik kalibrasi antara absorbansi terhadap konsentrasi. Pengukuran ini dilakukan pada beberapa panjang gelombang untuk

membandingkan nilai sensitivitasnya dan menentukan posisi panjang

gelombang dengan nilai sensitivitas terbesar untuk pengukuran konsentrasi

sampel Choromphornicol Palmilat.

Hubungan antara absorbansi dan besar konsentrasi sampel akan linear

mengikuti persamaan garis lurus jika faktor lainnya konstan. Sesuai dengan

hukum Beer’s yaitu A = ε c l (pada persamaan (2.20)), dimana untuk mendapatkan besar nilai konsentrasi sampel, besar nilai koefisien penyerap

dan panjang radiasi penyerap harus konstan. Besarnya nilai konsentrasi akan

berbanding lurus dengan besar nilai penyerapan. Besar dari nilai koefisien

penyerap dipengaruhi oleh panjang gelombang (persamaan (2.23)), sehingga

besar panjang gelombang harus bernilai tetap saat dilakukan pengukuran besar

nilai penyerapan. Nilai koefisien penyerap sebanding dengan nilai sensitivitas

dari grafik hubungan antara absorbansi dan besar konsentrasi, dinyatakan

dalam fungsi:

A = s.C ……….(4.1)

(53)

36

Tabel 1. Tabel hubungan absorbansi terhadap konsentrasi Choromphornicol Palmilat (mg/l) pada panjang gelombang 280nm

No Besar kosentrasi larutan Choromphornicol Palmilat (mg/l) Absorbansi

1 0 0 ± 0,001

2 13,72 0,120 ± 0,001

3 27,43 0,250 ± 0,001

4 41,14 0,400 ± 0,001

5 54,86 0,570 ± 0,001

6 68,57 0,720 ± 0,001

Tabel 1 menunjukkan nilai absorbansi yang diperoleh pada

pengukuran Choromphornicol Palmilat dengan konsentrasi yang berbeda. Dari tabel 1 juga terlihat bahwa semakin besar konsentrasi maka absorbansi

juga akan semakin besar. Absorbansi disini dihitung pada tempat dimana

sampel terukur dengan sensitif yang terlihat dari bertambahnya nilai tegangan

yang paling besar antara jangkauan panjang gelombang 240 nm s.d 700 nm

dalam hal ini pada panjang gelombang 280 nm. Juga dilakukan pengukuran

yang sama pada panjang gelombang 400 nm dan 520 nm.

Tabel 2. Tabel hubungan absorbansi terhadap konsentrasi Choromphornicol Palmilat (mg/l) pada panjang gelombang 520nm

No Besar konsentrasi larutan Choromphornicol Palmilat (mg/l) Absorbansi

1 0 0 ± 0,001

2 13,72 0.010 ± 0,001

3 27,43 0,030 ± 0,001

4 41,14 0,050 ± 0,001

5 54,86 0,040 ± 0,001

(54)

37

Grafik hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi Choromphornicol Palmilat (mg/l) pada

panjang gelombang 280 nm (♦), 400 nm (■) dan 520 nm (▲)

Dengan menggunakan rumus pada persamaan (4.1) maka diperoleh

nilai sensitivitas sebesar 0,0106 (mg/l)-1 untuk pengukuran pada panjang

gelombang 280 nm. Juga telah dilakukan pengukuran besar absorbansi dengan

konsentrasi yang berbeda pada panjang gelombang yang lain yaitu 400 nm.

Dengan nilai sensitivitas nol, menunjukkan bahwa sampel tidak terserap pada

panjang gelombang 400 nm. Pengukuran juga dilakukan pada panjang

gelombang 520 nm. Pada panjang gelombang 520 nm diperoleh nilai

sensitivitas sebesar 0,0006 (mg/l)-1. Hasil dari pengukuran absorbansi yang

diperoleh pada panjang gelombang 400 nm dan 520 nm dapat terlihat pada

gambar 4.5 bahwa pengukuran pada panjang gelombang tersebut tidaklah

(55)

38

Hasil pengukuran sampel Choromphornicol Palmilat yang paling sensitif dengan nilai sensitivitas terbesar diperoleh saat pengukuran dilakukan

pada panjang gelombang 280 nm. Gambar 10 ini digunakan untuk mengukur

konsentrasi suatu sampel.

Telah dilakukan pengukuran sampel Choromphornicol Palmilat, pada panjang gelombang 280 nm. Pada pengukuran sampel tersebut didapatkan

besarnya nilai penyerapan adalah 0.300 ± 0.020. Besar nilai penyerapan yang

didapatkan disubstitusikan kedalam persamaan grafik gambar 10 yaitu A =

0.0106C - 0.021 sehingga diperoleh konsentrasi sampel Choromphornicol Palmilat sebesar 30.283 mg/l. Besar konsentrasi sampel yang diujikan yaitu 30,858 mg/l mendekati saat sampel diujikan pada panjang gelombang 280 nm

yaitu sebesar 30,283 mg/l. Maka disimpulkan bahwa panjang gelombang 280

nm dianggap paling tepat untuk pengukuran sampel Choromphornicol Palmilat. Pengukuran besar konsentrasi sampel Choromphornicol Palmilat

tidak dapat diukur pada panjang gelombang 400 nm dan 520 nm, karena

penyerapan sampel Choromphornicol Palmilat tidak maksimal.

A. Pembahasan

Tiap alat, sudah pasti memiliki karakteristiknya sendiri. Begitupun alat

detektor HPLC jenis Spectroflow 757. Detektor ini menggunakan prinsip

penyerapan cahaya oleh suatu bahan, sehingga karakteristik detektor

(56)

39

panjang gelombang detektor. Keluaran dari detektor ini berupa tegangan,

dimana besarnya nilai tegangan menunjukan besarnya nilai penyerapan.

Besar penyerapan awal dari detektor akan berubah pada posisi panjang

gelombang tertentu jika ada bahan penyerap yang melewati detektor tersebut.

Pada perubahan besar penyerapan dari detektor inilah, dapat diketahui posisi

panjang gelombang yang sensitif dalam pengukuran dan besar absorbansi tiap

unsur yang diukur. Sehingga untuk lebih lanjutnya dapat ditentukan panjang

gelombang untuk pengukuran besar konsentrasi suatu unsur.

Dari analisa grafik saat diberikan fase gerak/methanol (gambar 6) dan saat diberikan sampel berupa Choromphornicol Palmilat dengan konsentrasi yang berbeda pada gambar 7, 8 ,9 dan grafik kalibrasi gambar 10, diketahui

bahwa panjang gelombang yang paling tepat untuk mengukur kadar

Choromphornicol Palmilat adalah pada posisi panjang gelombang 280 nm untuk detektor Spectrolow 757.

Pengukuran besar nilai konsentrasi suatu sampel diperoleh dengan

melakukan kalibrasi. Dari besar kemiringan grafik diketahui posisi panjang

gelombang yang tepat untuk melakukan pengukuran. Besar nilai sensitivitas

tertinggi dari grafik fungsi linear menyatakan posisi panjang gelombang yang

terbaik dalam pengukuran sampel tersebut. Penetapan suatu besar panjang

gelombang dilakukan agar sampel yang akan diujicobakan terukur dengan

maksimal. Panjang gelombang 280 nm dianggap paling tepat untuk

(57)

40

penyerapan sampel. Pengukuran besar konsentrasi sampel Choromphornicol Palmilat tidak dapat diukur pada panjang gelombang tersebut. Pemilihan panjang gelombang dilakukan dengan melihat perubahan besarnya penyerapan

yang terjadi pada keseluruhan panjang gelombang dimana diambil yang paling

sensitif dengan nilai sensitivitas tertinggi saat pengukuran sampel

Choromphornicol Palmilat.

Suatu alat pada umumnya, menginginkan nilai sensitivitas yang tinggi.

Sensitivitas adalah nilai absorbansi untuk tiap satu satuan kosentrasi dalam

suatu sampel. Besar nilai sensitivitas diperoleh dari gradien persamaan garis

linear hubungan antara absorbansi dan konsentrasi sampel.

Sensitivitas yang baik diperoleh jika nilai penyerapan sesuai untuk tiap

satu satuan konsentrasi. Input yang besar akan menghasilkan output yang

besar demikian pula sebaliknya. Linearitas dari instrumen dapat tergantung

dari kondisi alat dan sampel yang akan digunakan. Misalnya pengukuran

sampel yang tidak cocok dengan detektor yang mendeteksi yang menyebabkan

penurunan penyerapan.

Adanya cahaya yang masuk dan yang tidak diinginkan baik dari luar

maupun dari dalam sumber juga akan memberi sumbangan penyimpangan

linearitas. Sampel yang masih berada pada kolom juga mempengaruhi output

yang ada untuk pengukuran sampel berikutnya. Oleh karena itu, saat alat

dioperasikan harus diupayakan tidak adanya sumbangan dari luar. Hal–hal di

atas yang mempengaruhi linearitas juga otomatis mempengaruhi nilai

(58)

41

Dalam suatu alat pada umumnya, diinginkan bahwa apa yang akan

diukur itulah yang harus terukur. Tetapi kadang ada input yang tidak

diinginkan ikut terukur bersama input yang akan diukur. Hasil yang baik jika

(59)

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan karakteristik detector

HPLC jenis Spectrolow 757. Karakteristik detektor didapatkan dalam bentuk

pola/gambar besarnya nilai penyerapan saat fase gerak/methanol pada jangkauan

panjang gelombang dari 240 nm s.d 700 nm. Dilakukan juga pengukuran besar

penyerapan saat sampel diujikan. Nilai tegangan menunjukan besarnya nilai

penyerapan.

Alat HPLC dapat digunakan untuk pengukuran konsentrasi molekul dalam

suatu sampel. Dari hasil eksperimen untuk mengukur konsentrasi sampel yang

mengandung Choromphornicol Palmilat dapat diperoleh hasil yang optimum, bila

digunakan panjang gelombang 280 nm dengan nilai sensitivitas 0,0106 (mg/l)-1.

B. SARAN

Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut dengan memakai detektor

Spectroflow 757 dan pompa Spectroflow 400 dilakukan dengan memakai sampel

yang berbeda yang berupa gabungan dari beberapa molekul. Dan memperhatikan

dengan cermat posisi panjang gelombang yang digunakan juga hal lainnya yang

mempengaruhi alat HPLC bekerja.

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, 1988, Fisika kuantum, Jakarta : P2LPTK

Bax, D., 2004, Atomik Absorption Spectrometry (I), Yogyakarta: Analytical

Laboratory Sanata Dharma University.

Beiser, A., 1982, Konsep Fisika Modern, 4th.Ed, Jakarta: Erlangga.

Doebelin, E. O., 1983, Measurement System Application and Design, 4th.Ed,

McGraw Hill.

Halliday B. dan R., 1990, Fisika Modern, 3rd.Ed, Jakarta: Erlangga

Harris, C. D. 1995,Quantitative Chemical Analysis, 4th.Ed., New

York:W.H.Freeman and Company

Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia Press

Jakarta.

Krane, K. S., 1992, Fisika Modern, Jakarta : Universitas Indonesia.

NN, 1981, Spectroflow 757, USA manual book: Waters associates.

Skoog, A D. 1985, Principles of instrumental Analysis, 3rd.Ed., New York:HRW

International Editions.

Svanberg S., 1992, Atomic and molecular Spectroscopy, 2nd.Ed, Springer.

Gambar

Tabel 2. Tabel hubungan absorbansi terhadap konsentrasi Choromphornicol
Gambar 1.  A. Proses deeksitasi, elektron pindah dari lintasan 3 ke lintasan 1
Gambar 2  Skema tingkat energi molekul dengan tingkat elektronik, vibrasi dan rotasi
Gambar 3 Waters Associates
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil karakterisasi untuk daya serap terhadap metilen biru diperoleh arang aktif terbaik adalah arang yang diaktivasi dengan aktivator Na 2 CO 3 5%... JOM FMIPA

Dalam akad ij ᾱrah ‘alᾱ al-‘amal harus dengan jelas para pihak menyepakati bentuk jasa yang akan dilakukan, termasuk penjelasan spesifikasi pekerjaan bila itu

Menyampaikan hasil pembentukan tim kerja Tugas Menyelesaikan masalah tentang pembentukan tim kerja Observasi Mengamati kegiatan/aktivitas siswa secara individu dan dalam

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kebisingan di perempatan sebelah Banjar Lantang bejuh, Sesetan tida melebihi Nilai Ambang Batas menurut Kepmenaker No.. Jadi

 Strategi produk baru menghubungkan proses pengembangan produk dengan tujuan dari departemen pemasaran, unit bisnis dan korporasi. Strategi produk baru harus sejalan dengan

Jadi yang dimaksud dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam di Desa Pagumenganmas Karangdadap Pekalongan adalah suatu penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan

Penelitian ini bertujuan supaya peneliti dan pembaca mengetahui penafsiran Alquran Surah Al-Qiyamah ayat 4 dalam kitab Tafsir Ilmi Kementrian Agama RI yang dibantu oleh

Para peserta Kuliah Kerja Nyata UIN Alauddin Makassar angkatan 55 menggunakan metode intervensi sosial dalam melakukan pendekatan kepada warga masyarakat di Desa