• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam belajar ekonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan metode pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam belajar ekonomi."

Copied!
299
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

BELAJAR EKONOMI

Studi Kasus pada siswa-siswi kelas XII jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem

Maria Magdalena Eno Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi, dan prestasi belajar siswa dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan motivasi dan hasil belajar Ekonomi siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII Program studi Penjualan SMK Sanjaya Pakem dengan jumlah siswa 23 orang.

Untuk mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan analisis statistik yaitu Uji t (T-Test).

(2)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE STUDENTS' LEARNING MOTIVATION AND RESULT IN

STUDYING ECONOMICS

A Case Study of the students of the twelfth grade of Sanjaya Vocational School in Pakem

Maria Magdalena Eno Sanata Dharma University

2011

The aim of this classroom action research is to find out whether there are any different motivations and achievements of the students using STAD cooperative learning in improving students' motivation and result in studying Economics. This learning model is implemented in Economics. The subjects of this research are 23 students of the twelfth grade majoring in trading in Sanjaya vocational school Pakem.

To identify the difference between students’ motivation and the studying result before and after the implementation of STAD cooperative learning model statistic analysis, which is called as T-Test, is used.

(3)

i

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

COOPERATIVE

LEARNING

TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISION

(STAD)

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BELAJAR

EKONOMI.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Maria Magdalena Eno NIM: 061334047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan sepenuh hati kupersembahkan skripsiku ini dalam rasa syukur yang terdalam kepada Allah Bapaku dan Bundaku Maria yang mencintaiku tanpa

batas dan yang selalu setia mendampingi setiap langkah hidupku melalui : Kongregasi FdCC (Figlia Della Carita Canossiana) yang telah menjadi tanah dimana

aku tumbuh dan berkembang dalam kasih persaudaraan, Para susterku yang terkasih di dalam Provinsi Divine Mercy, Keluargaku yang memberi perhatian, dukungan dan mencintaiku, serta semua sahabat, teman dan para dosen yang mendukungku melalui doa dan

(7)

v

MOTTO

“ Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya“ 

(1 Tesalonika 5 : 24)

     

The love of God  Consecrates us 

Unites us  And Sends us forth 

(Constitutions, Canossian Daughters of Charity) 

   

“Permata tak akan diasah tanpa gesekan, begitu pula manusia, tak ada yang 

sempurna tanpa cobaan“ 

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,14 April 2011 Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Magdalena Eno

Nomor Mahasiswa : 061334047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENERAPAN

METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BELAJAR EKONOMI.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 14 April 2011 Yang menyatakan

(10)

viii ABSTRAK

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

BELAJAR EKONOMI

Studi Kasus pada siswa-siswi kelas XII jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem

Maria Magdalena Eno Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi, dan prestasi belajar siswa dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan motivasi dan hasil belajar Ekonomi siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII Program studi Penjualan SMK Sanjaya Pakem dengan jumlah siswa 23 orang.

Untuk mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan analisis statistik yaitu Uji t (T-Test).

(11)

ix ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE STUDENTS' LEARNING MOTIVATION AND RESULT IN

STUDYING ECONOMICS

A Case Study of the students of the twelfth grade of Sanjaya Vocational School in Pakem

Maria Magdalena Eno Sanata Dharma University

2011

The aim of this classroom action research is to find out whether there are any different motivations and achievements of the students using STAD cooperative learning in improving students' motivation and result in studying Economics. This learning model is implemented in Economics. The subjects of this research are 23 students of the twelfth grade majoring in trading in Sanjaya vocational school Pakem.

To identify the difference between students’ motivation and the studying result before and after the implementation of STAD cooperative learning model statistic analysis, which is called as T-Test, is used.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan atas semua rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa penulis rasakan lewat perhatian, dukungan, cinta dan kebaikan banyak orang terlebih mereka yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, materi untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dari lubuk hati yang terdalam penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung dan dengan caranya masing-masing telah membantu penulis: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah mendidik, membimbing sekaligus mendukung penulis selama belajar sampai tersusunnya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memahami situasi penulis dan telah berkenan mendampingi, meluangkan waktu, tenaga, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih pak semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha dan karya bapak.

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

(13)

xi

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tentunya telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Bapak Wawik dan Ibu Aris selaku staf sekretariat PAK yang siap sedia melayani dan membantu urusan administrasi selama penulis kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Dra. S. Sri Utami selaku Kepala Sekolah SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMK Sanjaya Pakem.

11. Ibu Y. Rini Kusuma, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Ekonomi yang telah berkorban menyediakan waktu dan membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

12. Para siswa-siswi SMK Sanjaya Pakem yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.

13. Madre Iolanda Vezzoli, pemimpin Provinsial Divine Mercy, Indonesia yang telah memberi dukungan, perhatian, doa-doa, dan cinta selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma hingga penyelesaian skripsi ini.

14. Sr. Laurentina Ferreira, FdCC beserta para suster Canossian di komunitas Yogyakarta yang telah mendukung dengan sepenuh hati melalui cinta, perhatian, pengorbanan, doa-doa dan dengan masing-masing cara telah mendukung dan membantu penulis selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini, khususnya disaat-saat sulit yang dialami penulis.

15. Para suster Canossian di Provinsi Indonesia, dan Provinsi lain yang mendukung dengan doa dan perhatian demi selesainya skripsi ini.

(14)

xii

17. Semua teman-teman Prodi PAK angkatan 2006, Deta, Eris, Suci, Pristi, Wati, Rara, Mela, Dwi Setyawati, Siska, Tio, Wahyu, Yosafat, Johan, Beni, Iren, Galih, Agil, dan semua teman lain yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah bersama-sama berjuang dalam persaudaraan dan persahabatan yang menyenangkan untuk mendukung dan maju bersama hingga terselesaikannya skripsi ini.

18. Untuk semua sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang mendukungku dari jauh dengan perhatian, cinta dan doa-doa mereka.

Tulisan dalam karya ini disadari penulis masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai demi membantu perkembangan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

(16)

xiv BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian Tindakan Kelas ... 9

B. Model Pembelajaran cooperatif Learning ... 18

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29

D. Motivasi Belajar ... 34

E. Prestasi Belajar ... 39

F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 43

G. Kerangka Berpikir ... 44

H. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 47

H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMK Sanjaya Pakem ... 66

B. Visi dan Misi SMP SMK Sanjaya Pakem ... 67

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 69

D. Struktur Organisasi SMK Sanjaya Pakem ... 73

E. Sumber Daya Manusia SMK Sanjaya Pakem ... 74

F. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 79

G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK Sanjaya Pakem ... 80

(17)

xv BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian ... 84

1. Siklus I ... 96

2. Siklus II... 122

B. Analisis Data ... 141

1. Uji Normalitas Data ... 141

a. Motivasi ... 141

b. Hasil Belajar ... 141

2. Uji Homogenitas Data ... 143

a. Motivasi ... 143

b. Hasil Belajar ... 143

C. Pengujian Hipotesis ... 145

1. Motivasi ... 145

2. Hasil Belajar ... 147

D. Pembahasan 1. Siklus I ... 151

2. Siklus II ... 157

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 164

B. Keterbatasan Penelitian ... 165

C. Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 169

(18)

xvi

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 86

Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 88

Tabel 5.3 Tabel Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Tindakan ... 89

Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 91

Tabel 5.5 Hasil Belajar Siswa Sebelum Implentasi Tindakan ... 95

Tabel 5.6 Daftar Pembagian Kelompok ... 98

Tabel 5.7 Tabel Lembar Penilaian Kelompok ... 99

Tabel 5.8 Hasil observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Siklus I) ... 105

Tabel 5.9 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran Hasil (Siklus I) ... 108

Tabel 5.10 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Hasil (Siklus I) ... 110

Tabel 5.11 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 112

(19)

xvii

Tabel 5.13 Hasil Tes Belajar Siswa Sesudah Implementas Tindakan ... 115

Tabel 5.14 Rekap Hasil Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Implementasi Tindakan ... 116

Tabel 5.15 Kesan Guru terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 117

Tabel 5.16 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 120

Tabel 5.17 Hasil observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 128

Tabel 5.18 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran Hasil (Siklus II) ... 130

Tabel 5.19 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 132

Tabel 5.20 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1I ... 135

Tabel 5.21 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Siklus I dan siklus II ... 136

Tabel 5.22 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ... 136

Tabel 5.23 Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 137

Tabel 5.24 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 139

Tabel 5.25 Hasil Pengujian Normalitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus I) ... 141

Tabel 5.26 Hasil Pengujian Normalitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus II) ... 143

Tabel 5.27 Hasil Pengujian Homogenitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus I) ... 144

Tabel 5.28 Hasil Pengujian Homogenitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus II) ... 145

Tabel 5.29 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa (Siklus I) .... 153

(20)

xviii

Tabel 5.31 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa

(Siklus I dan Siklus II) ... 159 Tabel 5.32 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 161 Tabel 5.33 Hasil Analisis Motivasi dan hasil Belajar Siswa

pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 162

(21)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas………..15 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi SMK Sanjaya Pakem………...73

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 171 Lampiran 2 Lembar Observasi ... 180 Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 192 Lampiran 4 Format Lembar Nilai Kelompok ... 195 Lampiran 5 Daftar Pembagian Kelompok ... 198 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) ... 200 Lampiran 7 Handout ... 219 Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus I,Siklus II dan Kunci Jawaban ... 234 Lampiran 9 Tabulasi data Motivasi dan Prestasi ... 242 Lampiran 10 Deskripsi, Motivasi, Homogenitas, dan Pengujian

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu

berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam

menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum

menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode dan media

pembelajaran yang tepat untuk mendukung kegiatan proses

pembelajaran. Cara-cara tersebut juga menyebabkan siswa memiliki motivasi

yang rendah dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap hasil belajar

siswa.

Menurut Uno (2007:1), motivasi adalah dorongan dasar yang

menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri

seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan

dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu motivasi dalam belajar dapat

diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang

siswa untuk belajar.

Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor

yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang

motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik.

Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan

belajar ke arah yang lebih positif.

(24)

Pandangan ini sesuai dengan pendapat Hawley (Prayitno, 1989:3): “Siswa

yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak

dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam

belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi

yang tinggi”.

A1 Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses

belajar mengajar yang berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa

untuk terlibat secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di

kalangan siswa. Masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan

keterampilan memadai dalam memilih serta menggunakan berbagai

metode pembelajaran yang dapat mengembangkan iklim pembelajaran

yang kondusif bagi siswa. Bahkan banyak dari antara guru yang tidak

memiliki kurikulum tertulis yang akan menjadi pedoman dasar dalam

pemilihan metode pembelajaran (http://steventumiwa.blog.com/2009/04/2

3/ptk-stad/).

Metode mengajar guru masih secara konvensional. Proses belajar

mengajar ekonomi masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa.

Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan

pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang

digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa

belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan

pembelajaran. Siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)

(25)

maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian

kompetensi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung

pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang

padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah.

Berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 14 September 2009

di kelas X dan XI IPS SMA Stella Duce I Yogyakarta, dan observasi

penulis pada tanggal 28 Januari 2010 di kelas X dan XI Penjualan SMK

Sanjaya Pakem sebagai subyek penelitian penulis, pada umumnya guru

belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat

menumbuhkan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Metode yang dipakai guru adalah metode

ceramah dan tanya jawab sehingga siswa cepat bosan dan kurang

termotivasi dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat dilihat bahwa selama

pembelajaran ada siswa yang tidur-tiduran, berbicara dengan teman semeja

selama kegiatan pembelajaran. Siswa hanya menjawab pertanyaan kalau

diajukan oleh guru terhadap mereka secara pribadi. Dengan semikian dapat

disimpulkan bahwa metode dan media pembelajaran yang guru pakai

selama ini kurang memberikan perubahan pada diri siswa.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu

metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara

menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh

siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran

(26)

guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa

dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran

ekonomi.

Ada beberapa metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa

adalah metode pembelajaran kooperatif, misalnya: Role Play, Jigsaw, STAD,

dan TGT. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan

proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama

kelompok.

Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan

memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai

konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok

bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa

keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran

kooperatif ini, yaitu: siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus,

menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya

kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan kemampuan

siswa.

Penulis menduga bahwa motivasi dan hasil belajar siswa sangat

dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan

menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang

tepat dan tidak variatif, yang ditemukan penulis dalam pengamatan di Kelas

X dan XI Penjualan SMK Sanjaya Pakem dan pengamatan di kelas X dan

(27)

ceramah dan presentasi dalam mengajar sehingga para siswa kurang terlibat

dalam proses pembelajaran di kelas. Meskipun tidak ada yang salah dengan

penggunaan metode tersebut, akan tetapi metode tersebut dalam situasi

tertentu tidak tepat.

Dari uraian di atas, permasalahan pokoknya adalah bagaimana guru

memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk

melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Guru mungkin sudah

merasa bahwa cara mengajarnya sudah baik, namun dari pihak siswa,

kurang ada pengertian dan pemahaman yang lebih sehingga terjadi

kesalahan konsep antara pemahaman guru yang mengajar berdasarkan target

dengan misi pendidikan yang mengacu pada pembekalan pengetahuan serta

keterampilan kepada siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan

bermasyarakat (Somantri, 2000).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka upaya peningkatan motivasi

belajar serta kualitas proses belajar mengajar merupakan suatu kebutuhan

yang sangat mendesak untuk dilakukan. Ada berbagai metode pembelajaran

yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun penulis

memilih strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division) karena akan memberdayakan para siswa untuk meningkatkan motivasi

belajar dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Adapun

proses pembelajaran menggunakan tipe STAD yaitu setelah guru menjelaskan

(28)

anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan

perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang

dan rendah. Setelah itu guru akan memberikan pertanyaan untuk di

diskusikan dalam kelompok dan anggota yang tahu menjelaskan kepada

anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

Berdasarkan pada uraian latar belakang maka penulis mengambil judul

"Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Ekonomi”.

B. Batasan Masalah

Metode yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa cukup

bervariasi jumlahnya. Akan tetapi tidak semua metode pembelajaran tersebut

diteliti pada penelitian ini. Peneliti hanya akan membahas tentang

penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division(STAD).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang dan batasan masalah

maka rumusan masalah yang akan diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini

(29)

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan tujuan

penelitian yang akan dicapai yaitu:

1. Mengetahui apakah ada peningkatkan motivasi belajar siswa melalui

penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD).

2. Mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD).

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

usaha meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar,

dan dapat memberikan gambaran kepada sekolah bahwa penggunaan

berbagai model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting

(30)

2. Bagi Siswa

Peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh

guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan

berpengaruh pada motivasi belajar serta kualitas dalam aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Selain itu siswa juga lebih

berkembang dalam sikap kepedulian dan tanggung jawab sosialnya.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan

menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam kehidupan

praktek belajar mengajar yang sesungguhnya dan sebagai bekal untuk

terjun di dunia pendidikan serta untuk mencapai pemecahan masalah

yang ada pada perumusan masalah.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan

khususnya yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat

(31)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian (PTK) penelitian tindakan kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK), berasal dari terjemahan bahasa

inggris Classroom Action Research (CSR). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) PTK merupakan gabungan definisi dari tiga kata "penelitian,

tindakan dan kelas".

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan suatu mutu atau minat pada suatu bidang tertentu.

b. Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja di lakukan dengan

tujuan tertentu yang dalam pelaksanannya berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama, tempat

sama, menerima pelajaran yang sama, dari seorang guru yang sama.

Menurut Bogdan dan Biklen (1996), (dalam T. Sarkim, 2008:2)

merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai suatu aktivitas

pengumpulan informasi secara sistematis yang; dirancang untuk

membawa perubahan.

Dari pengertian ketiga isi dalam PTK tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan

terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja

diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas yang sama.

 

(32)

Di dalam buku Action Research Principles and practice menurut Mc. Niff (1992:1) memandang PTK

sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.

Menurut buku pedoman penelitian tindakan kelas yang dikeluarkan oleh

Diknas mengutip pandangan Kemmis (dalam buku Pedoman Penelitian

Tindakan Kelas: 6) menyatakan bahwa:

Action research is a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices ore carried out.

Ungkapan di atas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan sebuah bentuk inkuiri yang bersifat reflektif yang dilakukan

oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk pendidikan dengan maksud

untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktek-praktek

sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktek-praktek

tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran.

Sedangkan menurut Raka (1998:5) mendefinisikan PTK sebagai

bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan

untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman tindakan-tindakan

yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran

(33)

Menurut Wijaya (2009:9) pengertian Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara

merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara

kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai

guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Sedangkan menurut Susilo (2007:16) PTK merupakan suatu

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan

memberikan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik

dan proses belajar mengajar.

Dari beberapa pengertian PTK tersebut dapat ditarik suatu

kesimpulan yang dimaksud dengan PTK adalah suatu penelitian yang

dilakukan oleh guru secara kolaboratif di kelas tempatnya mengajar untuk

meningkatkan kinerja dan memperbaiki proses belajar mengajar.

2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas memiliki perbedaan dengan jenis penelitian

yang lain. Beberapa karakteristik umum yang membedakan penelitian

tindakan kelas dengan penelitian lain menurut Raka (1998:6) adalah:

a. An inquiry on practice within

Kegiatan PTK ditimbulkan oleh masalah-masalah praktis yang terjadi pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Permasalahan yang menjadi fokus PTK adalah permasalahan yang kontekstual dan spesifik dengan tujuan untuk memperbaiki masalah-masalah yang dihadapi pada proses pembelajaran sekarang.

(34)

c. A reflective practice

Refleksi yang berkelanjutan ini merupakan ciri khusus dari penelitian tindakan kelas. Proses penelitian dan hasil penelitian akan direfleksikan secara terus menerus guna melihat apakah ada kemunduran, peningkatan, kekurangefektifan dan sebagainya yang dapat digunakan untuk perbaikan siklus kegiatan berikutnya.

3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins dalam buku pedoman penelitian tindakan kelas

yang dikeluarkan oleh Diknas ada enam dasar prinsip penelitian tindakan

kelas (Hopkins, 1993: 57-61):

a. Tugas guru dan dosen yang utama adalah menyelenggarakan pembela

jaran yang baik dan berkualitas.

Upaya penelitian tindakan yang dilakukan guru dan dosen bertujuan

untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada. Ketika penerapan

penelitian tindakan dilakukan kemungkinan tidak ditemukannnya

pemecahan masalah akan muncul namun guru tidak boleh berhenti.

Pemecahan masalah harus tetap dicari dengan menggunakan alternatif

lain.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang

tidak menuntun kekhususan waktu maupun penggunaan metode

penelitian.

Penelitian tindakan tidak boleh mengganggu proses pembelajaran,

sehingga pelaksanaanya menyesuaikan dengan pembelajaran.

Tahap-tahap penelitian dilakukan bersamaan dengan proses

(35)

1) Penelitian harus diselengggarakan dengan bersandar pada alur dan

kaidah ilmiah. Penelitian dimulai dengan menganalisis

permasalahan yang ada di dalam kelas. Dari permasalahan yang

tersebut dicari penyebabnya dan kemungkinan cara-cara

pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur penelitian yang

berlaku.

2) Masalah penelitian adalah masalah-masalah yang riil.

Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian tindakan

adalah masalah–masalah yang timbul dalam proses pembelajaran

secara nyata.

3) Konsistensi sikap dan kepedulian untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sangatlah

diperlukan, sehingga penelitian tindakan tidak boleh dijalankan

sambil lalu. Perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh

harus diperhatikan.

4) Masalah penelitian tidak hanya dibatasi di ruang kelas tetapi dapat

dilakukan diluar kelas. Masalah yang diangkat dalam penelitian

tindakan tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat masalah

diluar kelas misalnya mengenai masalah sistem pendidikan.

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan

(36)

4. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki beberapa alur

atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,

pengamatan, dan refleksi, (Arikunto, 2008:17-20)

a. Planning

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.

b. Acting

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat.

c. Observing

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

d. Reflecting

(37)

Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian tindakan

kelas.

Gambar 2.1

5. Syarat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto (2008:23-24) ada beberapa syarat yang harus

diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas:

a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya

(38)

c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya. d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak

dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.

e. Penelitian harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dibandingkan dengan rencana yang ada.

f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.

6. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat bagi peneliti, dalam

hal ini khususnya adalah guru selaku pelaku penelitian. Menurut

Wijaya (http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2010/05/22/pen

elitian-tindakan-kelas/) secara umum manfaat PTK adalah:

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas

Masalah-masalah yang ada di kelas seperti kondisi kelas yang kurang kondusif untuk pembelajaran, menurunnya minat siswa dalam pembelajaran, dan sebagainya dapat diatasi dengan penelitian tindakan kelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

b. Menumbuhkan kebiasaan menulis

Melalui PTK guru akan terbiasa untuk menulis. Hal ini penting karena guru-guru sekarang ini lebih dituntut untuk membuat banyak karya tulis.

c. Menumbuhkan budaya meneliti

Budaya meneliti dari pihak guru pada waktu-waktu yang lalu dirasakan masih minim. Dengan adanya PTK ini diharapkan guru termotivasi untuk meneliti dari hal yang paling sederhana yaitu kelas di mana mereka mengajar.

d. Menggali ide baru

(39)

e. Melatih pemikiran ilmiah

Guru diharapkan dapat berpikir secara ilmiah untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di kelas.

Dalam hal ini masalah yang diangkat haruslah masalah yang berkaitan dengan pembelajaran bukan masalah yang lain. Langkah untuk menemukan masalah dengan melakukan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan dilanjutkan dengan menganalisis, dan merumuskan masalah, merencanakan PTK dalam bentuk perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

f. Mengembangkan keterampilan

Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku guru, peserta didik, peningkatan atau perbaikan kualitas pembelajaran, dan mengubah kerangka pelaksanaan pembelajaran guru di kelas.

Jadi, dapat disimpulkan PTK bermaksud untuk mengembangkan keterampilan guru mengenai pendekatan dalam pembelajaran.

7. Instrumen Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Reed dan Bergemen (1992) seperti dikutip dalam buku

Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (22), instrumen yang diperlukan

dalam penelitian tindakan kelas sejalan adalah:

a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)

Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.

b. Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)

Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas.

c. Pengamatan Perilaku siswa (observing students)

Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.

d. Wawancara

Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi.

Wawancara dapat dilakukan kepada guru dan siswa. Metode

(40)

B. Model Pembelajaran Cooperative Learning

1. Pengertian Cooperative Learning

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial (Ibrahim,dkk 2000:7).  

Pembelajaran cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau strategi pembelajaran di mana siswa belajar bersama

dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain

dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.  

Menurut Solihatin (2005:4-5): Cooperatif learning lebih dari

sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka yang bisa menimbulkan persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok.

Definisi lain:

Cooperatif learning is a succejirl teaching strategy in wich small team, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activitiesto improve the understanding of the subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping team mates learn, an atmosphere of achievement. (http: llwvw. ed.gov).

Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa belajar

kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil

di mana para siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda,

menggunakan beragam aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman

(41)

bertanggung jawab pada diri sendiri

 

melainkan membantu teman satu

team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta

 

keberhasilan bersama.

Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W.

Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa:

Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of its has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to .face promotive interaction and processing

(reflection on how well the team is fiznctioning and how to fiznction even better.(http.llwww.co operation.org)

Dalam definisi ini terkandung pemahaman bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan relasi-kerjasama dalam satu kelompok siswa yang

menuntut suatu kesalingtergantungan yang positif (rasa kebersamaan)

antar anggota. Masing-masing anggota merasa bertanggung jawab

terhadap kelompok sehingga harus belajar dan menyumbangkan gagasan.

Selain itu diperlukan keterampilan hubungan antar pribadi (komunikasi,

keberhasilan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, dan penyelesaian

konflik) dan tatap muka langsung dalam berinteraksi serta kesediaan

untuk terus mengupayakan agar interaksi dan aktivitas kelompok menjadi

lebih baik lagi.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam

(42)

a. meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

b. penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

c. mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006:17) unsur-unsur

pembelajaran kooperatif yaitu:

a. siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bawa mereka "sehidup sepenanggungan bersama".

b. siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

c. siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. siswa belajar sebagai pemimpin dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

4. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Wina Sanjaya (2006:242-244) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran

yang menggunakan model kooperatif :

a. Pembelajaran secara team.

Pembelajaran secara team diharapkan agar semua anggota kelompok

mampu bekerja sama Dan saling membantu untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Kelompok harus terdiri atas anggota yang memiliki

kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang

(43)

Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertukar pengalaman,

dapat saling membantu dan menerima, sehingga setiap anggota dapat

memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

Empat fungsi pokok manajemen kooperatif :

1) Fungsi perencanaan

Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik,

agar proses belajar dapat berjalan secara efektif.

2) Fungsi pelaksanaan.

Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan.

3) Fungsi organisasi

Pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama, oleh sebab

itu perlu adanya pembagian tugas dan tanggung jawab setiap

anggota kelompok.

4) Fungsi control.

Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif perlu ditentukan

kriteria keberhasilannya.

c. Kemauan untuk bekerja sama.

Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya kemauan untuk bekerja

sama, bukan saja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap

(44)

membantu. Misalnya: anggota kelompok yang pintar membantu

yang kurang pintar.

d. Keterampilan bekerja sama.

Setelah memiliki kemampuan untuk mau dan mampu berinteraksi

kelompoknya. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan

mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada

keberhasilan kelompok bekerja sama, siswa perlu didorong dan

berkomunikasi dengan anggota ide. 

5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Stahl (1994) ada beberapa prinsip dasar yang harus

dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif:

a. Ketergantungan yang bersifat positif

Untuk mengondisikan terjadinya interdependensi di antara siswa

dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan

materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan

mungkin untuk melakukan hal itu dalam kelompoknya.

Guru harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas

kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan

mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan

dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini

memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada

(45)

b. Interaksi yang bersifat terbuka

Interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam

mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Suasana belajar seperti ini akan membantu menumbuhkan sikap

ketergantungan yang positif di kalangan siswa untuk memperoleh

keberhasilan dalam belajarnya.

c. Tanggung jawab individu

Salah satu dasar penggunaan cooperative learning dalam

pembelajaran adalah bahwa keberhasilan belajar akan lebih

mungkin dicapai secara lebih baik apabila dilakukan secara

bersama-sama. Keberhasilan dalam belajar im dipengaruhi oleh

kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa

yang telah dipelajari kepada siswa lainnya.

d. Kelompok bersifat heterogen

Keanggotaan dalam kelompok harus bersifat heterogen sehingga

interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai

karakter siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan

tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral, bagi siswa untuk

mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya

dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

e. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif .

Dalam interaksi dengan siswa lainnya dalam kelompok tidak begitu

(46)

anggota lainnya. Dalam kelompok siswa harus belajar bagaimana

meningkatkan kemampuan interaksinya dengan memimpin,

berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah

dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.

f. Tindak lanjut

Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan tugas dan

pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisa bagaimana penampilan dan

hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya. Setiap siswa dalam

kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam

mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya.

(http://mutadi.files.wordpress.com/2010/02/model-pembelajaran.

doc).

6. Sintaks Pembelajaran Model Kooperatif (http://www.ed.gov).

Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam kegiatan

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran

dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa

belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa

dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan

guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas

bersama mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi

presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau mengevaluasi tentang apa

yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap

(47)

Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit

perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang

dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya.

Tabel 2.1

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.

Fase 2 bekerja dan belajar

Fase 5 Evaluasi

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar clan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi l:asil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil berjanya

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

7. Manfaat pembelajaraan kooperatif

Widanarto (2006:17) mengemukakan manfaat pembelajaran

kooperatif:

a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.

(48)

c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif, sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain.

d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik, sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

8. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995;71-144) memperkenalkan lima variasi model

pembelajaran cooperatif learning sebagai berikut: a. Student Teams Achievment Division (STAD)

Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan

anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru

menyajikan pelajaran sementara siswa bekerja didalam tim untuk

memastikan bahwa semua anggota telah menguasai pelajaran

tersebut. Kemudian pengajar mengadakan kuis.

b. Teams Games Turnamen (TGT)

Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota

tim lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka.

Skor tersebut diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk

diakumulasikan.

Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan

pelajaran yang dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa

(49)

c. Jigsaw

Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang secara

heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan

untuk membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang

ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari

bagian yang diberikan itu. Kelompok siswa yang sedang

mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka bergantian

mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil diskusinya

di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota

kelompok atas kajian di kelompok ahli.

Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab

yang sudah dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh

terhadap penjelasan teman satu kelompok mereka. Setelah selesai

pertemuan dan diskusi dikelompok asal siswa diberikan kuis secara

individu tentang materi ajar.

d. Think Pair Share

Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam

kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh kooperatif

(50)

1) Tahap 1: Thinking (berpikir)

Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban

secara mandiri untuk beberapa saat.

2) Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk

mendiskusikan apa yang dibahas pada tahap 1.

3) Tahap 3: Sharing Padatahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah

mereka bicarakan.

e. Numbered Head Together

Numbered Head Together merupakan model pembelajaran kooperatif yang sejenis dengan Think Pair Share. Sebagai ganti dalam struktur bertanya guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:

1) Tahap Penomoran: Guru membagi kelas dalam beberapa

kelompok dan setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang.

Masing-masing anggota diberi momor 1 sampai 5.

2) Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan

pada siswa.

3) Tahap Berpikir Bersama: Siswa menyatukaii pendapatnya

terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam

(51)

4) Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu,

kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan

mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

C. Model Pembelajaran cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)

1. Pengertian Student Teams Achievment Division (STAD)

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana

dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif

dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif

yang efektif.

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah

namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

Student Teams Achievement Division (STAD). STAD terdiri dari lima komponen utama (Slavin, 1995:71) yaitu presentasi oleh guru, kerja tim,

kuis, perbaikan skor individual, dan penghargaan kerja tim.

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya dari

Universitas Jhon Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana (http:www.damandiri.or.id/detail.php?id

=238). Peneliti tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran

(52)

kooperatif yang paling sederhana dan juga karena tipe pembelajaran ini

merupakan sebuah model yang baik bagi seorang guru yang baru

mengetahui dan mengenal pendekatan kooperatif (Slavin, 1995:71)

Adapun proses pembelajaran menggunakan tipe STAD yaitu setelah

guru menjelaskan materi pokok, siswa dalam kelas tertentu dipecah

menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus

heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,

memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat

pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan

kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan

pelajaran melalui tutorial, kuis atau melakukan diskusi.

Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi

kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor

perkembangan ini tidak berdasarkan kepada skor mutlak siswa tetapi

berdasarkan kepada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang

lain.

Setiap Minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara

lain diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi. Siswa yang mendapat skor

perkembangan tinggi atau siswa yang mendapat skor sempurna pada

kuis-kuis itu bahkan seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dapat

(53)

2. Teknik Pembagian tim/kelompok STAD

Slavin (1995:74-75) memberikan cara untuk membentuk kelompok

STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai berikut:

a. Bagilah selembar kertas yang akan diisi oleh siswa sebagai hasil

rangkuman kerja kelompok.

b. Berilah ranking terhadap kertas kerja tim, kertas kerja siswa secara

individual atau raport tersebut. Ranking tersebut harus dari ranking

yang terbaik sampai ranking yang terendah. Pemberian ranking

berdasarkan nilai tes/ulangan adalah cara yang terbaik, berdasarkan

angka (grade) juga cara yang baik, namun pemberian ranking

berdasarkan pendapat dan penilaian guru secara pribadi adalah

merupakan cara yang paling baik.

c. Bagilah kelas kedalam kelompok-kelompok. Setiap tim terdiri dari 4

orang. Jika jumlah siswa tidak bisa dibagi 4 maka akan terdapat tim

yang jumlah anggotanya 5 orang. Misalnya disuatu kelas terdapat 32

siswa maka guru harus membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan

masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Jika disuatu kelas

terdapat 30 siswa maka akan terbentuk 7 kelompok. 5 kelompok yang

masing-masing anggotanya berjumlah 5 orang.

d. Anggota kelompok harus seimbang antara siswa yang berkemampuan

(54)

Jika jumlah siswa 24 maka akan terdapat 6 kelompok maka guru dapat

menggunakan huruf A-F untuk membagi siswa yang berkemauan

tinggi, sedang dan rendah agar seimbang dalam setiap kelompoknya.

Tabel 2.2 Pembagian Kelompok

Kelompok Siswa Ranking Tim

(55)

3. Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran (STAD)

Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai

menjelaskan kepada anggota lain sampai mengerti.

Langkah-langkah:

a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen

(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku,dll.).

b. Guru menyajikan pelajaran.

c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota

kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya,

sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat

menjawab kuis tidak boleh saling membantu.

e. Memberi evaluasi.

f. Penutup.

4. Kelebihan dan kelemahan model Pembelajaran STAD

Kelebihan:

a. seluruh siswa menjadi lebih siap.

b. melatih kerjasama dengan baik.

Kekurangan:

a. anggota kelompok semua mengalami kesulitan.

(56)

D. Motivasi Belajar 1. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti

yang dikatakan Sartain dalam bukunya psycchologi understanding of

human behavior: Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu

tujuan atau perangsang (Purwanto, 1984:64).

Dalam bahasa Latin, kata motivum menunjukkan bahwa ada alasan tentang mengapa sesuatu itu bergerak. Motivasi adalah sesuatu yang paling

penting dalam belajar. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu

energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai suatu

yang mengarahkan aktivitas siswa mencapai tujuan belajar. Thomas L.

Good dan Jere B. Brophy yang dikutip oleh Prayitno (1989:10)

mengatakan bahwa motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan

memperkuat tingkah laku. Menurut Mc Donald yang dikutip oleh

Sardiman (2007:73) motivasi adalah merupakan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” yang didahului

(57)

Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald ini mengandung tiga

elemen penting yaitu:

a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.

Perkembangan motivasi akan mengalami beberapa perubahan energi

di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme

manusia.

b) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang.

Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirancang karena adanya tujuan.

2. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2007:75) motivasi dalam belajar dapat diartikan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan

belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang

bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non

intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,

sehingga siswa merasa senang dan semangat dalam belajar. Siswa yang

memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan

(58)

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi dalam belajar sangat diperlukan. Hasil belajar akan

menjadi optimal apabila didukung oleh motivasi.

Makin tepat motivasi yang diberikan maka akan semakin berhasil pula

pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha

belajar bagi para siswa.

4. Jenis-jenis Motivasi

Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif

dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Motif intrinsik

Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan ransangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, atau sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif

terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4):

1)Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang

berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.

2)Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan

kegiatan dalam pendidikannya.

3)Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun yang akademis.

4)Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5)Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada

(59)

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan

cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada

siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,

pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung.

Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno,

2007:10): (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya

dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan

cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya

kegiatan menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar

yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar

dengan baik.

5. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat walaupun

seringkali mengalami kegagalan akan terus berusaha dengan

meningkatkan motivasi belajarnya sehingga tidak akan mengalami

kegagalan untuk kesekian kalinya. Siswa yang memiliki motivasi tinggi

memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Imron, 1998:88): (a) tekun dalam

menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu

(60)

(c) tidak cepat puas dengan prestasi yang diperoleh; (d) menunjukkan

minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar; (e) lebih

suka bekerja sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain; (f) tidak

cepat bosan denga tugas-tugas rutin; (g) tidak mudah melepaskan apa

yang diyakini; (h) senang mencari dan memecahkan masalah.

6. Usaha untuk Meningkatkan Motivasi

Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa (Irawan, 1995:82) adalah: (a) setiap proses belajar harus dibuat

aktif; (b) terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa

bekerja keras; (c) siswa harus tahu apa yang dikerjakan dan bagaimana

mereka harus mengetahui bagaimana tujuan telah tercapai; (d)

memperhatikan kondisi fisik siswa; (e) memberi rasa aman; (f)

menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka; (g) mengatur

pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasa senang.

7. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran

Widanarto (2006:27) mengungkapkan nilai-nilai motivasi dalam

pembelajaran:

a) motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya suatu proses pembelajaran.

b) pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang di sesuaikan dengan kebutuhan, dan minat yang ada pada siswa.

Gambar

     Gambar 2.1
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Pembagian Kelompok
   Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

sustainability in our three pillars of energy resources, energy services and energy infrastructure, also carries out the roles of mentor to communities and steward of

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan berpikir Matematika

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak