viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
BELAJAR EKONOMI
Studi Kasus pada siswa-siswi kelas XII jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem
Maria Magdalena Eno Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi, dan prestasi belajar siswa dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan motivasi dan hasil belajar Ekonomi siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII Program studi Penjualan SMK Sanjaya Pakem dengan jumlah siswa 23 orang.
Untuk mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan analisis statistik yaitu Uji t (T-Test).
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE STUDENTS' LEARNING MOTIVATION AND RESULT IN
STUDYING ECONOMICS
A Case Study of the students of the twelfth grade of Sanjaya Vocational School in Pakem
Maria Magdalena Eno Sanata Dharma University
2011
The aim of this classroom action research is to find out whether there are any different motivations and achievements of the students using STAD cooperative learning in improving students' motivation and result in studying Economics. This learning model is implemented in Economics. The subjects of this research are 23 students of the twelfth grade majoring in trading in Sanjaya vocational school Pakem.
To identify the difference between students’ motivation and the studying result before and after the implementation of STAD cooperative learning model statistic analysis, which is called as T-Test, is used.
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN
COOPERATIVE
LEARNING
TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT
DIVISION
(STAD)
UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BELAJAR
EKONOMI.
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Maria Magdalena Eno NIM: 061334047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan sepenuh hati kupersembahkan skripsiku ini dalam rasa syukur yang terdalam kepada Allah Bapaku dan Bundaku Maria yang mencintaiku tanpa
batas dan yang selalu setia mendampingi setiap langkah hidupku melalui : Kongregasi FdCC (Figlia Della Carita Canossiana) yang telah menjadi tanah dimana
aku tumbuh dan berkembang dalam kasih persaudaraan, Para susterku yang terkasih di dalam Provinsi Divine Mercy, Keluargaku yang memberi perhatian, dukungan dan mencintaiku, serta semua sahabat, teman dan para dosen yang mendukungku melalui doa dan
v
MOTTO
“ Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya“
(1 Tesalonika 5 : 24)
The love of God Consecrates us
Unites us And Sends us forth
(Constitutions, Canossian Daughters of Charity)
“Permata tak akan diasah tanpa gesekan, begitu pula manusia, tak ada yang
sempurna tanpa cobaan“
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,14 April 2011 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Maria Magdalena Eno
Nomor Mahasiswa : 061334047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENERAPAN
METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE
STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BELAJAR EKONOMI.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 14 April 2011 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
BELAJAR EKONOMI
Studi Kasus pada siswa-siswi kelas XII jurusan Penjualan SMK Sanjaya Pakem
Maria Magdalena Eno Universitas Sanata Dharma
2011
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi, dan prestasi belajar siswa dengan mengggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada peningkatan motivasi dan hasil belajar Ekonomi siswa. Penerapan model pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XII Program studi Penjualan SMK Sanjaya Pakem dengan jumlah siswa 23 orang.
Untuk mengetahui perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan analisis statistik yaitu Uji t (T-Test).
ix ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TYPE TO IMPROVE STUDENTS' LEARNING MOTIVATION AND RESULT IN
STUDYING ECONOMICS
A Case Study of the students of the twelfth grade of Sanjaya Vocational School in Pakem
Maria Magdalena Eno Sanata Dharma University
2011
The aim of this classroom action research is to find out whether there are any different motivations and achievements of the students using STAD cooperative learning in improving students' motivation and result in studying Economics. This learning model is implemented in Economics. The subjects of this research are 23 students of the twelfth grade majoring in trading in Sanjaya vocational school Pakem.
To identify the difference between students’ motivation and the studying result before and after the implementation of STAD cooperative learning model statistic analysis, which is called as T-Test, is used.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan atas semua rahmat dan kasih-Nya yang senantiasa penulis rasakan lewat perhatian, dukungan, cinta dan kebaikan banyak orang terlebih mereka yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga, materi untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini dari lubuk hati yang terdalam penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada mereka yang secara langsung maupun tidak langsung dan dengan caranya masing-masing telah membantu penulis: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah mendidik, membimbing sekaligus mendukung penulis selama belajar sampai tersusunnya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Bambang Purnomo, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang memahami situasi penulis dan telah berkenan mendampingi, meluangkan waktu, tenaga, dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih pak semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha dan karya bapak.
5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. Selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji, membimbing, memberi kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
xi
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Akuntansi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tentunya telah banyak membantu dan membimbing penulis selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
9. Bapak Wawik dan Ibu Aris selaku staf sekretariat PAK yang siap sedia melayani dan membantu urusan administrasi selama penulis kuliah hingga penyusunan skripsi ini.
10. Ibu Dra. S. Sri Utami selaku Kepala Sekolah SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMK Sanjaya Pakem.
11. Ibu Y. Rini Kusuma, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Ekonomi yang telah berkorban menyediakan waktu dan membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.
12. Para siswa-siswi SMK Sanjaya Pakem yang telah bersedia bekerja sama dalam penelitian skripsi ini.
13. Madre Iolanda Vezzoli, pemimpin Provinsial Divine Mercy, Indonesia yang telah memberi dukungan, perhatian, doa-doa, dan cinta selama penulis kuliah di Universitas Sanata Dharma hingga penyelesaian skripsi ini.
14. Sr. Laurentina Ferreira, FdCC beserta para suster Canossian di komunitas Yogyakarta yang telah mendukung dengan sepenuh hati melalui cinta, perhatian, pengorbanan, doa-doa dan dengan masing-masing cara telah mendukung dan membantu penulis selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini, khususnya disaat-saat sulit yang dialami penulis.
15. Para suster Canossian di Provinsi Indonesia, dan Provinsi lain yang mendukung dengan doa dan perhatian demi selesainya skripsi ini.
xii
17. Semua teman-teman Prodi PAK angkatan 2006, Deta, Eris, Suci, Pristi, Wati, Rara, Mela, Dwi Setyawati, Siska, Tio, Wahyu, Yosafat, Johan, Beni, Iren, Galih, Agil, dan semua teman lain yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah bersama-sama berjuang dalam persaudaraan dan persahabatan yang menyenangkan untuk mendukung dan maju bersama hingga terselesaikannya skripsi ini.
18. Untuk semua sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang mendukungku dari jauh dengan perhatian, cinta dan doa-doa mereka.
Tulisan dalam karya ini disadari penulis masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai demi membantu perkembangan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
xiv BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Tindakan Kelas ... 9
B. Model Pembelajaran cooperatif Learning ... 18
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 29
D. Motivasi Belajar ... 34
E. Prestasi Belajar ... 39
F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 43
G. Kerangka Berpikir ... 44
H. Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian ... 47
H. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 60
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMK Sanjaya Pakem ... 66
B. Visi dan Misi SMP SMK Sanjaya Pakem ... 67
C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMK Sanjaya Pakem ... 69
D. Struktur Organisasi SMK Sanjaya Pakem ... 73
E. Sumber Daya Manusia SMK Sanjaya Pakem ... 74
F. Siswa SMK Sanjaya Pakem ... 79
G. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMK Sanjaya Pakem ... 80
xv BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian ... 84
1. Siklus I ... 96
2. Siklus II... 122
B. Analisis Data ... 141
1. Uji Normalitas Data ... 141
a. Motivasi ... 141
b. Hasil Belajar ... 141
2. Uji Homogenitas Data ... 143
a. Motivasi ... 143
b. Hasil Belajar ... 143
C. Pengujian Hipotesis ... 145
1. Motivasi ... 145
2. Hasil Belajar ... 147
D. Pembahasan 1. Siklus I ... 151
2. Siklus II ... 157
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 164
B. Keterbatasan Penelitian ... 165
C. Saran ... 166
DAFTAR PUSTAKA ... 169
xvi
Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 86
Tabel 5.2 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 88
Tabel 5.3 Tabel Analisis Motivasi Belajar Siswa Sebelum Tindakan ... 89
Tabel 5.4 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran ... 91
Tabel 5.5 Hasil Belajar Siswa Sebelum Implentasi Tindakan ... 95
Tabel 5.6 Daftar Pembagian Kelompok ... 98
Tabel 5.7 Tabel Lembar Penilaian Kelompok ... 99
Tabel 5.8 Hasil observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Siklus I) ... 105
Tabel 5.9 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran Hasil (Siklus I) ... 108
Tabel 5.10 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran Hasil (Siklus I) ... 110
Tabel 5.11 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1 ... 112
xvii
Tabel 5.13 Hasil Tes Belajar Siswa Sesudah Implementas Tindakan ... 115
Tabel 5.14 Rekap Hasil Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Implementasi Tindakan ... 116
Tabel 5.15 Kesan Guru terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 117
Tabel 5.16 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 120
Tabel 5.17 Hasil observasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 128
Tabel 5.18 Hasil Observasi Kondisi Kelas dalam Proses Pembelajaran Hasil (Siklus II) ... 130
Tabel 5.19 Hasil Observasi Kegiatan Siswa dalam Proses Pembelajaran (Siklus II) ... 132
Tabel 5.20 Deskripsi Motivasi Belajar Siswa pada Siklus 1I ... 135
Tabel 5.21 Rekap Hasil Kuesioner Motivasi Siklus I dan siklus II ... 136
Tabel 5.22 Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II ... 136
Tabel 5.23 Rekap Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 137
Tabel 5.24 Refleksi Siswa Terhadap Perangkat dan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 139
Tabel 5.25 Hasil Pengujian Normalitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus I) ... 141
Tabel 5.26 Hasil Pengujian Normalitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus II) ... 143
Tabel 5.27 Hasil Pengujian Homogenitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus I) ... 144
Tabel 5.28 Hasil Pengujian Homogenitas Data Motivasi dan Prestasi Belajar (Siklus II) ... 145
Tabel 5.29 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa (Siklus I) .... 153
xviii
Tabel 5.31 Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Belajar Siswa
(Siklus I dan Siklus II) ... 159 Tabel 5.32 Hasil Analisis Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 161 Tabel 5.33 Hasil Analisis Motivasi dan hasil Belajar Siswa
pada Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 162
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas………..15 Gambar 4.1 : Struktur Organisasi SMK Sanjaya Pakem………...73
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 171 Lampiran 2 Lembar Observasi ... 180 Lampiran 3 Pedoman Wawancara ... 192 Lampiran 4 Format Lembar Nilai Kelompok ... 195 Lampiran 5 Daftar Pembagian Kelompok ... 198 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) ... 200 Lampiran 7 Handout ... 219 Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus I,Siklus II dan Kunci Jawaban ... 234 Lampiran 9 Tabulasi data Motivasi dan Prestasi ... 242 Lampiran 10 Deskripsi, Motivasi, Homogenitas, dan Pengujian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar di sekolah dituntut mampu
berperan aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dalam
menjalankan tugasnya tersebut, sayangnya banyak guru belum
menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan metode dan media
pembelajaran yang tepat untuk mendukung kegiatan proses
pembelajaran. Cara-cara tersebut juga menyebabkan siswa memiliki motivasi
yang rendah dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap hasil belajar
siswa.
Menurut Uno (2007:1), motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu motivasi dalam belajar dapat
diartikan sebagai kekuatan atau daya penggerak yang mendorong diri seorang
siswa untuk belajar.
Dalam proses belajar mengajar, motivasi merupakan salah satu faktor
yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang
motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik.
Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan
belajar ke arah yang lebih positif.
Pandangan ini sesuai dengan pendapat Hawley (Prayitno, 1989:3): “Siswa
yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak
dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam
belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi
yang tinggi”.
A1 Muchtar (1991) dalam penelitiannya menemukan bahwa proses
belajar mengajar yang berlangsung dewasa ini tidak merangsang siswa
untuk terlibat secara aktif dan belum menumbuhkan budaya belajar di
kalangan siswa. Masih banyak guru yang belum memiliki kemampuan dan
keterampilan memadai dalam memilih serta menggunakan berbagai
metode pembelajaran yang dapat mengembangkan iklim pembelajaran
yang kondusif bagi siswa. Bahkan banyak dari antara guru yang tidak
memiliki kurikulum tertulis yang akan menjadi pedoman dasar dalam
pemilihan metode pembelajaran (http://steventumiwa.blog.com/2009/04/2
3/ptk-stad/).
Metode mengajar guru masih secara konvensional. Proses belajar
mengajar ekonomi masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa.
Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan
pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang
digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa
belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan
pembelajaran. Siswa yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian
kompetensi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung
pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang
padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil observasi penulis pada tanggal 14 September 2009
di kelas X dan XI IPS SMA Stella Duce I Yogyakarta, dan observasi
penulis pada tanggal 28 Januari 2010 di kelas X dan XI Penjualan SMK
Sanjaya Pakem sebagai subyek penelitian penulis, pada umumnya guru
belum menggunakan metode dan media pembelajaran yang dapat
menumbuhkan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Metode yang dipakai guru adalah metode
ceramah dan tanya jawab sehingga siswa cepat bosan dan kurang
termotivasi dalam mengikuti pelajaran, hal ini dapat dilihat bahwa selama
pembelajaran ada siswa yang tidur-tiduran, berbicara dengan teman semeja
selama kegiatan pembelajaran. Siswa hanya menjawab pertanyaan kalau
diajukan oleh guru terhadap mereka secara pribadi. Dengan semikian dapat
disimpulkan bahwa metode dan media pembelajaran yang guru pakai
selama ini kurang memberikan perubahan pada diri siswa.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu
metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara
menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh
siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran
guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa
dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran
ekonomi.
Ada beberapa metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa
adalah metode pembelajaran kooperatif, misalnya: Role Play, Jigsaw, STAD,
dan TGT. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan
proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama
kelompok.
Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan
memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai
konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok
bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa
keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran
kooperatif ini, yaitu: siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus,
menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya
kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan kemampuan
siswa.
Penulis menduga bahwa motivasi dan hasil belajar siswa sangat
dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan
menggunakan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang kurang
tepat dan tidak variatif, yang ditemukan penulis dalam pengamatan di Kelas
X dan XI Penjualan SMK Sanjaya Pakem dan pengamatan di kelas X dan
ceramah dan presentasi dalam mengajar sehingga para siswa kurang terlibat
dalam proses pembelajaran di kelas. Meskipun tidak ada yang salah dengan
penggunaan metode tersebut, akan tetapi metode tersebut dalam situasi
tertentu tidak tepat.
Dari uraian di atas, permasalahan pokoknya adalah bagaimana guru
memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Guru mungkin sudah
merasa bahwa cara mengajarnya sudah baik, namun dari pihak siswa,
kurang ada pengertian dan pemahaman yang lebih sehingga terjadi
kesalahan konsep antara pemahaman guru yang mengajar berdasarkan target
dengan misi pendidikan yang mengacu pada pembekalan pengetahuan serta
keterampilan kepada siswa sebagai bekal dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat (Somantri, 2000).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka upaya peningkatan motivasi
belajar serta kualitas proses belajar mengajar merupakan suatu kebutuhan
yang sangat mendesak untuk dilakukan. Ada berbagai metode pembelajaran
yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, namun penulis
memilih strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe STAD (Student Teams Achievement Division) karena akan memberdayakan para siswa untuk meningkatkan motivasi
belajar dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Adapun
proses pembelajaran menggunakan tipe STAD yaitu setelah guru menjelaskan
anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan
perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah. Setelah itu guru akan memberikan pertanyaan untuk di
diskusikan dalam kelompok dan anggota yang tahu menjelaskan kepada
anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
Berdasarkan pada uraian latar belakang maka penulis mengambil judul
"Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa dalam Belajar Ekonomi”.
B. Batasan Masalah
Metode yang dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa cukup
bervariasi jumlahnya. Akan tetapi tidak semua metode pembelajaran tersebut
diteliti pada penelitian ini. Peneliti hanya akan membahas tentang
penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division(STAD).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang dan batasan masalah
maka rumusan masalah yang akan diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division(STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan tujuan
penelitian yang akan dicapai yaitu:
1. Mengetahui apakah ada peningkatkan motivasi belajar siswa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
2. Mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division
(STAD).
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
usaha meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar,
dan dapat memberikan gambaran kepada sekolah bahwa penggunaan
berbagai model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting
2. Bagi Siswa
Peningkatan kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran oleh
guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan
berpengaruh pada motivasi belajar serta kualitas dalam aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Selain itu siswa juga lebih
berkembang dalam sikap kepedulian dan tanggung jawab sosialnya.
3. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan
menerapkan ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam kehidupan
praktek belajar mengajar yang sesungguhnya dan sebagai bekal untuk
terjun di dunia pendidikan serta untuk mencapai pemecahan masalah
yang ada pada perumusan masalah.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan
khususnya yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Tindakan Kelas
1. Pengertian (PTK) penelitian tindakan kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK), berasal dari terjemahan bahasa
inggris Classroom Action Research (CSR). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:3) PTK merupakan gabungan definisi dari tiga kata "penelitian,
tindakan dan kelas".
a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti untuk meningkatkan suatu mutu atau minat pada suatu bidang tertentu.
b. Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja di lakukan dengan
tujuan tertentu yang dalam pelaksanannya berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu sama, tempat
sama, menerima pelajaran yang sama, dari seorang guru yang sama.
Menurut Bogdan dan Biklen (1996), (dalam T. Sarkim, 2008:2)
merumuskan penelitian tindakan kelas sebagai suatu aktivitas
pengumpulan informasi secara sistematis yang; dirancang untuk
membawa perubahan.
Dari pengertian ketiga isi dalam PTK tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan
terhadap suatu kegiatan pembelajaran berupa tindakan yang sengaja
diadakan dan terjadi di dalam suatu kelas yang sama.
Di dalam buku Action Research Principles and practice menurut Mc. Niff (1992:1) memandang PTK
sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Menurut buku pedoman penelitian tindakan kelas yang dikeluarkan oleh
Diknas mengutip pandangan Kemmis (dalam buku Pedoman Penelitian
Tindakan Kelas: 6) menyatakan bahwa:
Action research is a form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or educational practices, (b) their understanding of these practices, and (c) the situations in which practices ore carried out.
Ungkapan di atas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan sebuah bentuk inkuiri yang bersifat reflektif yang dilakukan
oleh partisipan dalam situasi sosial termasuk pendidikan dengan maksud
untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari (a) praktek-praktek
sosial maupun kependidikan, (b) pemahaman terhadap praktek-praktek
tersebut, dan (c) situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran.
Sedangkan menurut Raka (1998:5) mendefinisikan PTK sebagai
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantapan rasional dan tindakan-tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman tindakan-tindakan
yang dilakukan, dan memperbaiki kondisi di mana praktek pembelajaran
Menurut Wijaya (2009:9) pengertian Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Sedangkan menurut Susilo (2007:16) PTK merupakan suatu
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan
memberikan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik
dan proses belajar mengajar.
Dari beberapa pengertian PTK tersebut dapat ditarik suatu
kesimpulan yang dimaksud dengan PTK adalah suatu penelitian yang
dilakukan oleh guru secara kolaboratif di kelas tempatnya mengajar untuk
meningkatkan kinerja dan memperbaiki proses belajar mengajar.
2. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas memiliki perbedaan dengan jenis penelitian
yang lain. Beberapa karakteristik umum yang membedakan penelitian
tindakan kelas dengan penelitian lain menurut Raka (1998:6) adalah:
a. An inquiry on practice within
Kegiatan PTK ditimbulkan oleh masalah-masalah praktis yang terjadi pada pelaksanaan tugas sehari-hari. Permasalahan yang menjadi fokus PTK adalah permasalahan yang kontekstual dan spesifik dengan tujuan untuk memperbaiki masalah-masalah yang dihadapi pada proses pembelajaran sekarang.
c. A reflective practice
Refleksi yang berkelanjutan ini merupakan ciri khusus dari penelitian tindakan kelas. Proses penelitian dan hasil penelitian akan direfleksikan secara terus menerus guna melihat apakah ada kemunduran, peningkatan, kekurangefektifan dan sebagainya yang dapat digunakan untuk perbaikan siklus kegiatan berikutnya.
3. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Hopkins dalam buku pedoman penelitian tindakan kelas
yang dikeluarkan oleh Diknas ada enam dasar prinsip penelitian tindakan
kelas (Hopkins, 1993: 57-61):
a. Tugas guru dan dosen yang utama adalah menyelenggarakan pembela
jaran yang baik dan berkualitas.
Upaya penelitian tindakan yang dilakukan guru dan dosen bertujuan
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada. Ketika penerapan
penelitian tindakan dilakukan kemungkinan tidak ditemukannnya
pemecahan masalah akan muncul namun guru tidak boleh berhenti.
Pemecahan masalah harus tetap dicari dengan menggunakan alternatif
lain.
b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang
tidak menuntun kekhususan waktu maupun penggunaan metode
penelitian.
Penelitian tindakan tidak boleh mengganggu proses pembelajaran,
sehingga pelaksanaanya menyesuaikan dengan pembelajaran.
Tahap-tahap penelitian dilakukan bersamaan dengan proses
1) Penelitian harus diselengggarakan dengan bersandar pada alur dan
kaidah ilmiah. Penelitian dimulai dengan menganalisis
permasalahan yang ada di dalam kelas. Dari permasalahan yang
tersebut dicari penyebabnya dan kemungkinan cara-cara
pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur penelitian yang
berlaku.
2) Masalah penelitian adalah masalah-masalah yang riil.
Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian tindakan
adalah masalah–masalah yang timbul dalam proses pembelajaran
secara nyata.
3) Konsistensi sikap dan kepedulian untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Motivasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sangatlah
diperlukan, sehingga penelitian tindakan tidak boleh dijalankan
sambil lalu. Perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh
harus diperhatikan.
4) Masalah penelitian tidak hanya dibatasi di ruang kelas tetapi dapat
dilakukan diluar kelas. Masalah yang diangkat dalam penelitian
tindakan tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat masalah
diluar kelas misalnya mengenai masalah sistem pendidikan.
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan
4. Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Secara garis besar penelitian tindakan kelas memiliki beberapa alur
atau tahap yaitu, menyusun rencana tindakan, pelaksanaan tindakan,
pengamatan, dan refleksi, (Arikunto, 2008:17-20)
a. Planning
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang melakukan pengamatan proses jalannya tindakan.
b. Acting
Tahap ke-2 dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan rencana yang telah dirancang. Hal yang perlu diingat adalah guru harus menaati apa yang telah direncanakan, berlaku wajar, dan tidak boleh dibuat-buat.
c. Observing
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
d. Reflecting
Berikut ini merupakan gambar mengenai tahap-tahap penelitian tindakan
kelas.
Gambar 2.1
5. Syarat Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Arikunto (2008:23-24) ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan dalam penelitian tindakan kelas:
a. Penelitian tindakan kelas harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Penelitian tindakan kelas oleh guru menuntut dilakukannya
c. Penelitian tindakan harus dilaksanakan sekurang-kurangnya dalam dua siklus. Hal ini bertujuan agar kekurangan-kekurangan pada siklus pertama dapat diperbaiki dalam siklus kedua, begitu pula seterusnya. d. Penelitian tindakan terjadi secara wajar. Dalam hal ini PTK tidak
dilakukan dengan mengubah aturan dan jadwal yang sudah ada, dan tidak merugikan siswa.
e. Penelitian harus benar-benar disadari oleh peneliti maupun pihak yang menjadi pelaku. Hal ini bertujuan agar pihak-pihak yang terkait dapat mengungkapkan kelebihan dan kekurangan yang telah dilakukan dibandingkan dengan rencana yang ada.
f. Penelitian tindakan harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan. Jadi, dalam PTK siswa benar-benar ikut berperan dalam penelitian bukan hanya guru.
6. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas memberikan manfaat bagi peneliti, dalam
hal ini khususnya adalah guru selaku pelaku penelitian. Menurut
Wijaya (http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2010/05/22/pen
elitian-tindakan-kelas/) secara umum manfaat PTK adalah:
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas
Masalah-masalah yang ada di kelas seperti kondisi kelas yang kurang kondusif untuk pembelajaran, menurunnya minat siswa dalam pembelajaran, dan sebagainya dapat diatasi dengan penelitian tindakan kelas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
b. Menumbuhkan kebiasaan menulis
Melalui PTK guru akan terbiasa untuk menulis. Hal ini penting karena guru-guru sekarang ini lebih dituntut untuk membuat banyak karya tulis.
c. Menumbuhkan budaya meneliti
Budaya meneliti dari pihak guru pada waktu-waktu yang lalu dirasakan masih minim. Dengan adanya PTK ini diharapkan guru termotivasi untuk meneliti dari hal yang paling sederhana yaitu kelas di mana mereka mengajar.
d. Menggali ide baru
e. Melatih pemikiran ilmiah
Guru diharapkan dapat berpikir secara ilmiah untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di kelas.
Dalam hal ini masalah yang diangkat haruslah masalah yang berkaitan dengan pembelajaran bukan masalah yang lain. Langkah untuk menemukan masalah dengan melakukan pengamatan. Setelah melakukan pengamatan dilanjutkan dengan menganalisis, dan merumuskan masalah, merencanakan PTK dalam bentuk perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
f. Mengembangkan keterampilan
Tujuan utama PTK adalah mengubah perilaku guru, peserta didik, peningkatan atau perbaikan kualitas pembelajaran, dan mengubah kerangka pelaksanaan pembelajaran guru di kelas.
Jadi, dapat disimpulkan PTK bermaksud untuk mengembangkan keterampilan guru mengenai pendekatan dalam pembelajaran.
7. Instrumen Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Reed dan Bergemen (1992) seperti dikutip dalam buku
Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (22), instrumen yang diperlukan
dalam penelitian tindakan kelas sejalan adalah:
a. Pengamatan terhadap perilaku guru (observing teacher)
Instrumen observasi terhadap perilaku guru salah satunya adalah catatan anekdotal. Catatan anekdotal memfokuskan hal-hal spesifik yang terjadi dalam kelas. Catatan anekdotal terhadap perilaku guru ini berisikan bagaimana guru menjalankan proses pembelajaran di dalam kelas.
b. Pengamatan terhadap kelas (observing classrooms)
Observasi terhadap kelas dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal kelas yang meliputi deskripsi tentang lingkungan fisik kelas, tata letaknya dan manajemen kelas.
c. Pengamatan Perilaku siswa (observing students)
Observasi terhadap siswa dapat menggunakan instrumen observasi anekdotal perilaku siswa. Masing-masing individu dapat diamati secara individual maupun kelompok pada saat sebelum, saat berlangsung dan sesudah penelitian tindakan kelas.
d. Wawancara
Wawancara digunakan untuk melengkapi data hasil observasi.
Wawancara dapat dilakukan kepada guru dan siswa. Metode
B. Model Pembelajaran Cooperative Learning
1. Pengertian Cooperative Learning
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial (Ibrahim,dkk 2000:7).
Pembelajaran cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau strategi pembelajaran di mana siswa belajar bersama
dengan kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Menurut Solihatin (2005:4-5): Cooperatif learning lebih dari
sekedar belajar kelompok atau kelompok kerja karena belajar dalam model cooperative learning harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka yang bisa menimbulkan persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individual dan sumbangsih dari anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok.
Definisi lain:
Cooperatif learning is a succejirl teaching strategy in wich small team, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activitiesto improve the understanding of the subject. Each members of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping team mates learn, an atmosphere of achievement. (http: llwvw. ed.gov).
Pada definisi tersebut terkandung pengertian bahwa belajar
kooperatif merupakan strategi belajar dengan kelompok-kelompok kecil
di mana para siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda,
menggunakan beragam aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman
bertanggung jawab pada diri sendiri
melainkan membantu teman satu
team yang lain dalam belajar, sehingga tercipta
keberhasilan bersama.
Definisi lain dikemukakan oleh Roger T. Johnson dan David W.
Johnson (http://www.co_operation.org), bahwa:
Cooperative learning is a relationship in a group of students that requires positive interdependence (a sense of sink or swim together), individual accountability (each of its has to contribute and learn), interpersonal skills (communication, fruit, leadership, decision making, and conflict resolution), face to .face promotive interaction and processing
(reflection on how well the team is fiznctioning and how to fiznction even better.(http.llwww.co operation.org)
Dalam definisi ini terkandung pemahaman bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan relasi-kerjasama dalam satu kelompok siswa yang
menuntut suatu kesalingtergantungan yang positif (rasa kebersamaan)
antar anggota. Masing-masing anggota merasa bertanggung jawab
terhadap kelompok sehingga harus belajar dan menyumbangkan gagasan.
Selain itu diperlukan keterampilan hubungan antar pribadi (komunikasi,
keberhasilan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, dan penyelesaian
konflik) dan tatap muka langsung dalam berinteraksi serta kesediaan
untuk terus mengupayakan agar interaksi dan aktivitas kelompok menjadi
lebih baik lagi.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidak tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam
a. meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
b. penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
c. mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.
3. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Muslimin Ibrahim (dalam Widanarto, 2006:17) unsur-unsur
pembelajaran kooperatif yaitu:
a. siswa dalam kelompoknya harus beranggapan bawa mereka "sehidup sepenanggungan bersama".
b. siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.
c. siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. siswa haruslah membagi tugas dan tanggungjawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e. siswa belajar sebagai pemimpin dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
4. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2006:242-244) mengungkapkan ciri-ciri pembelajaran
yang menggunakan model kooperatif :
a. Pembelajaran secara team.
Pembelajaran secara team diharapkan agar semua anggota kelompok
mampu bekerja sama Dan saling membantu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kelompok harus terdiri atas anggota yang memiliki
kemampuan akademis, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang
Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota dapat bertukar pengalaman,
dapat saling membantu dan menerima, sehingga setiap anggota dapat
memberikan kontribusi untuk keberhasilan kelompok.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Empat fungsi pokok manajemen kooperatif :
1) Fungsi perencanaan
Pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang baik,
agar proses belajar dapat berjalan secara efektif.
2) Fungsi pelaksanaan.
Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan.
3) Fungsi organisasi
Pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama, oleh sebab
itu perlu adanya pembagian tugas dan tanggung jawab setiap
anggota kelompok.
4) Fungsi control.
Dalam fungsi ini, pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteria keberhasilannya.
c. Kemauan untuk bekerja sama.
Pembelajaran kooperatif memerlukan adanya kemauan untuk bekerja
sama, bukan saja dalam pembagian tugas dan tanggung jawab setiap
membantu. Misalnya: anggota kelompok yang pintar membantu
yang kurang pintar.
d. Keterampilan bekerja sama.
Setelah memiliki kemampuan untuk mau dan mampu berinteraksi
kelompoknya. Sehingga setiap siswa dapat menyampaikan
mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada
keberhasilan kelompok bekerja sama, siswa perlu didorong dan
berkomunikasi dengan anggota ide.
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Stahl (1994) ada beberapa prinsip dasar yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif:
a. Ketergantungan yang bersifat positif
Untuk mengondisikan terjadinya interdependensi di antara siswa
dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan
materi dan tugas-tugas pelajaran sehingga siswa memahami dan
mungkin untuk melakukan hal itu dalam kelompoknya.
Guru harus merancang struktur kelompok dan tugas-tugas
kelompok yang memungkinkan setiap siswa untuk belajar dan
mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan
dan kemampuan memahami materi pelajaran. Kondisi belajar ini
memungkinkan siswa untuk merasa tergantung secara positif pada
b. Interaksi yang bersifat terbuka
Interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam
mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Suasana belajar seperti ini akan membantu menumbuhkan sikap
ketergantungan yang positif di kalangan siswa untuk memperoleh
keberhasilan dalam belajarnya.
c. Tanggung jawab individu
Salah satu dasar penggunaan cooperative learning dalam
pembelajaran adalah bahwa keberhasilan belajar akan lebih
mungkin dicapai secara lebih baik apabila dilakukan secara
bersama-sama. Keberhasilan dalam belajar im dipengaruhi oleh
kemampuan individu siswa dalam menerima dan memberi apa
yang telah dipelajari kepada siswa lainnya.
d. Kelompok bersifat heterogen
Keanggotaan dalam kelompok harus bersifat heterogen sehingga
interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai
karakter siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar seperti itu akan
tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral, bagi siswa untuk
mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya
dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.
e. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif .
Dalam interaksi dengan siswa lainnya dalam kelompok tidak begitu
anggota lainnya. Dalam kelompok siswa harus belajar bagaimana
meningkatkan kemampuan interaksinya dengan memimpin,
berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah
dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.
f. Tindak lanjut
Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisa bagaimana penampilan dan
hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya. Setiap siswa dalam
kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam
mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilannya.
(http://mutadi.files.wordpress.com/2010/02/model-pembelajaran.
doc).
6. Sintaks Pembelajaran Model Kooperatif (http://www.ed.gov).
Terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam kegiatan
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Pelajaran
dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi siswa
belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, selanjutnya siswa
dikelompokkan dalam tim-tim belajar. Pada tahap ini diikuti bimbingan
guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas
bersama mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif meliputi
presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau mengevaluasi tentang apa
yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap
Ada enam tahapan pada pembelajaran kooperatif. Namun ada sedikit
perbedaan pada langkah-langkahnya tergantung dari pendekatan yang
dipergunakan dalam proses kegiatan pembelajarannya.
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
Fase 2 bekerja dan belajar
Fase 5 Evaluasi
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar clan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi l:asil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil berjanya
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
7. Manfaat pembelajaraan kooperatif
Widanarto (2006:17) mengemukakan manfaat pembelajaran
kooperatif:
a. Meningkatkan kemampuan untuk bekerjasama dan bersosialisasi.
c. Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, harga diri dan sikap perilaku yang positif, sehingga siswa tahu kedudukannya dan belajar untuk menghargai satu sama lain.
d. Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik, sehingga membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
8. Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995;71-144) memperkenalkan lima variasi model
pembelajaran cooperatif learning sebagai berikut: a. Student Teams Achievment Division (STAD)
Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,
dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan
anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru
menyajikan pelajaran sementara siswa bekerja didalam tim untuk
memastikan bahwa semua anggota telah menguasai pelajaran
tersebut. Kemudian pengajar mengadakan kuis.
b. Teams Games Turnamen (TGT)
Dalam TGT siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota
tim lain untuk memperoleh tambahan point pada skor tim mereka.
Skor tersebut diperoleh dari sumbangan setiap siswa untuk
diakumulasikan.
Permainan disusun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
pelajaran yang dirancang untuk mengetahui pemahaman siswa
c. Jigsaw
Siswa dibagi berkelompok dengan jumlah anggota 5-6 orang secara
heterogen. Setiap anggota kelompok masing-masing ditugaskan
untuk membaca sub bab yang berbeda-beda sesuai dengan yang
ditugaskan oleh guru dan bertanggung jawab untuk mempelajari
bagian yang diberikan itu. Kelompok siswa yang sedang
mempelajari sub bab ini disebut sebagai kelompok ahli. Setelah itu para siswa kembali ke kelompok asal mereka bergantian
mengajarkan kepada teman sekelompoknya tentang hasil diskusinya
di kelompok ahli. Demikian dilakukan oleh semua anggota
kelompok atas kajian di kelompok ahli.
Satu-satunya cara siswa dapat belajar sub bab lain selain sub bab
yang sudah dipelajari adalah mendengarkan secara sungguh-sungguh
terhadap penjelasan teman satu kelompok mereka. Setelah selesai
pertemuan dan diskusi dikelompok asal siswa diberikan kuis secara
individu tentang materi ajar.
d. Think Pair Share
Tipe ini dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam
kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dicirikan oleh kooperatif
1) Tahap 1: Thinking (berpikir)
Guru memberikan pertanyaan dan siswa memikirkan jawaban
secara mandiri untuk beberapa saat.
2) Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa yang lain untuk
mendiskusikan apa yang dibahas pada tahap 1.
3) Tahap 3: Sharing Padatahap ini guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
mereka bicarakan.
e. Numbered Head Together
Numbered Head Together merupakan model pembelajaran kooperatif yang sejenis dengan Think Pair Share. Sebagai ganti dalam struktur bertanya guru melakukan 4 tahap sebagai berikut:
1) Tahap Penomoran: Guru membagi kelas dalam beberapa
kelompok dan setiap kelompok memilki anggota 3-5 orang.
Masing-masing anggota diberi momor 1 sampai 5.
2) Tahap Mengajukan Pertanyaan: Guru mengajukan pertanyaan
pada siswa.
3) Tahap Berpikir Bersama: Siswa menyatukaii pendapatnya
terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota dalam
4) Tahap Menjawab: Guru memanggil suatu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangan dan
mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
C. Model Pembelajaran cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
1. Pengertian Student Teams Achievment Division (STAD)
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana
dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif
dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif
yang efektif.
Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah
namun terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang akan diteliti pada penelitian ini adalah
Student Teams Achievement Division (STAD). STAD terdiri dari lima komponen utama (Slavin, 1995:71) yaitu presentasi oleh guru, kerja tim,
kuis, perbaikan skor individual, dan penghargaan kerja tim.
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya dari
Universitas Jhon Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana (http:www.damandiri.or.id/detail.php?id
=238). Peneliti tertarik untuk menggunakan metode pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan juga karena tipe pembelajaran ini
merupakan sebuah model yang baik bagi seorang guru yang baru
mengetahui dan mengenal pendekatan kooperatif (Slavin, 1995:71)
Adapun proses pembelajaran menggunakan tipe STAD yaitu setelah
guru menjelaskan materi pokok, siswa dalam kelas tertentu dipecah
menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok harus
heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku,
memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan
pelajaran melalui tutorial, kuis atau melakukan diskusi.
Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi
kuis. Kuis itu diskor dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor
perkembangan ini tidak berdasarkan kepada skor mutlak siswa tetapi
berdasarkan kepada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang
lain.
Setiap Minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara
lain diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi. Siswa yang mendapat skor
perkembangan tinggi atau siswa yang mendapat skor sempurna pada
kuis-kuis itu bahkan seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dapat
2. Teknik Pembagian tim/kelompok STAD
Slavin (1995:74-75) memberikan cara untuk membentuk kelompok
STAD (Student Teams Achievment Division) sebagai berikut:
a. Bagilah selembar kertas yang akan diisi oleh siswa sebagai hasil
rangkuman kerja kelompok.
b. Berilah ranking terhadap kertas kerja tim, kertas kerja siswa secara
individual atau raport tersebut. Ranking tersebut harus dari ranking
yang terbaik sampai ranking yang terendah. Pemberian ranking
berdasarkan nilai tes/ulangan adalah cara yang terbaik, berdasarkan
angka (grade) juga cara yang baik, namun pemberian ranking
berdasarkan pendapat dan penilaian guru secara pribadi adalah
merupakan cara yang paling baik.
c. Bagilah kelas kedalam kelompok-kelompok. Setiap tim terdiri dari 4
orang. Jika jumlah siswa tidak bisa dibagi 4 maka akan terdapat tim
yang jumlah anggotanya 5 orang. Misalnya disuatu kelas terdapat 32
siswa maka guru harus membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan
masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Jika disuatu kelas
terdapat 30 siswa maka akan terbentuk 7 kelompok. 5 kelompok yang
masing-masing anggotanya berjumlah 5 orang.
d. Anggota kelompok harus seimbang antara siswa yang berkemampuan
Jika jumlah siswa 24 maka akan terdapat 6 kelompok maka guru dapat
menggunakan huruf A-F untuk membagi siswa yang berkemauan
tinggi, sedang dan rendah agar seimbang dalam setiap kelompoknya.
Tabel 2.2 Pembagian Kelompok
Kelompok Siswa Ranking Tim
3. Langkah langkah pelaksanaan Model Pembelajaran (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai
menjelaskan kepada anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku,dll.).
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya,
sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat
menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
e. Memberi evaluasi.
f. Penutup.
4. Kelebihan dan kelemahan model Pembelajaran STAD
Kelebihan:
a. seluruh siswa menjadi lebih siap.
b. melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
a. anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
D. Motivasi Belajar 1. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Seperti
yang dikatakan Sartain dalam bukunya psycchologi understanding of
human behavior: Motif adalah suatu pernyataan yang kompleks dalam suatu organism yang mengarahkan tingkah laku atau perbuatan ke suatu
tujuan atau perangsang (Purwanto, 1984:64).
Dalam bahasa Latin, kata motivum menunjukkan bahwa ada alasan tentang mengapa sesuatu itu bergerak. Motivasi adalah sesuatu yang paling
penting dalam belajar. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu
energi yang menggerakkan siswa untuk belajar tetapi juga sebagai suatu
yang mengarahkan aktivitas siswa mencapai tujuan belajar. Thomas L.
Good dan Jere B. Brophy yang dikutip oleh Prayitno (1989:10)
mengatakan bahwa motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan
memperkuat tingkah laku. Menurut Mc Donald yang dikutip oleh
Sardiman (2007:73) motivasi adalah merupakan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” yang didahului
Dari pengertian yang dikemukakan Mc Donald ini mengandung tiga
elemen penting yaitu:
a) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
Perkembangan motivasi akan mengalami beberapa perubahan energi
di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme
manusia.
b) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan
kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c) Motivasi akan dirancang karena adanya tujuan.
2. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2007:75) motivasi dalam belajar dapat diartikan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang
bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
sehingga siswa merasa senang dan semangat dalam belajar. Siswa yang
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
3. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi dalam belajar sangat diperlukan. Hasil belajar akan
menjadi optimal apabila didukung oleh motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan maka akan semakin berhasil pula
pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa.
4. Jenis-jenis Motivasi
Menurut Uno (2007:4) dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Motif intrinsik
Motif intrinsik timbulnya tidak memerlukan ransangan dari luar karena memang telah ada dalam diri individu sendiri, atau sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. Motif intrinsik dapat ditimbulkan dengan menumbuhkan dan mengembangkan minat terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada saat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
b. Motif ekstrinsik
Motif ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang pendidikan terdapat minat yang positif
terhadap kegiatan pendidikan yang timbul karena melihat manfaatnya. Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain (Uno, 2007:4):
1)Pendidik memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang
berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.
2)Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan
kegiatan dalam pendidikannya.
3)Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi maupun yang akademis.
4)Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. 5)Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan
cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung.
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Uno,
2007:10): (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan
cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya
kegiatan menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar
yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar
dengan baik.
5. Ciri-ciri Orang yang Termotivasi
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat walaupun
seringkali mengalami kegagalan akan terus berusaha dengan
meningkatkan motivasi belajarnya sehingga tidak akan mengalami
kegagalan untuk kesekian kalinya. Siswa yang memiliki motivasi tinggi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Imron, 1998:88): (a) tekun dalam
menghadapi tugas atau dapat bekerja secara terus menerus dalam waktu
(c) tidak cepat puas dengan prestasi yang diperoleh; (d) menunjukkan
minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah belajar; (e) lebih
suka bekerja sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain; (f) tidak
cepat bosan denga tugas-tugas rutin; (g) tidak mudah melepaskan apa
yang diyakini; (h) senang mencari dan memecahkan masalah.
6. Usaha untuk Meningkatkan Motivasi
Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa (Irawan, 1995:82) adalah: (a) setiap proses belajar harus dibuat
aktif; (b) terapkan modifikasi tingkah laku untuk membantu siswa
bekerja keras; (c) siswa harus tahu apa yang dikerjakan dan bagaimana
mereka harus mengetahui bagaimana tujuan telah tercapai; (d)
memperhatikan kondisi fisik siswa; (e) memberi rasa aman; (f)
menunjukkan bahwa guru memperhatikan mereka; (g) mengatur
pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa merasa senang.
7. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran
Widanarto (2006:27) mengungkapkan nilai-nilai motivasi dalam
pembelajaran:
a) motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya suatu proses pembelajaran.
b) pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang di sesuaikan dengan kebutuhan, dan minat yang ada pada siswa.