• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru Fisika SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Guru Fisika SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Bercirikan Keterampilan Proses Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

DI SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa Oleh:

Kemala Suryansari

*

Guru Fisika SMA Negeri 1 Sungguminasa Abstrak

Penelitian tindakana ini bertujuan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bercirikan keterampilan proses melalui model pembelajaran berdasaran masalah di SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Masalah penelitian adalah “ Apakah dengan mengimplementasikan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bercirikan keterampilan proses kelas X Semester 1 tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.?

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian tindakan yang diperoleh dengan mengimplementasikan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat memperbaiki kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bercirikan keterampilan proses sebesar 60 persen.

Kata Kunci : keterampilan proses, model pembelajaran berdasarkan masalah 1. Pendahuluan

Salah satu kendala dalam pengembangan kompetensi selama ini adalah pem- belajaran yang hanya mengandalkan peningkatan kognitif, kurang memperhatikan unsur pendukung lainnya, yaitu : kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotor. Dalam pengembangan kompetensi dalam belajar ketiga kemampuan ini harus dikembangkan secara proporsional.

Oleh karena itu, Departemen Pendidikan Nasional melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu mengambil kebijakan dengan merevisi kurikulum 2004 disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Pada KTSP ini, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien. Di dalam KTSP yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa tujuan pendidikan fisika adalah agar siswa dapat: 1) melakukan kegiatan ilmiah (latihan keterampilan proses), melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya dengan melalui kegiatan eksperimen, dan sebagainya; 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dan mengembangkan pemikiran original,

(2)

rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba; dan 3) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai pengaruh strategi asesmen portofolio terhadap keterampilan proses Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa ditemukan bahwa keterampilan proses siswa kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa tahun pelajaran 2005/2006 termasuk dalam kategori sedang (Tawil, 2006).

Fakta ini tidak boleh diabaikan, karena pada implementasi kurikulum yang manapun, keterampilan proses merupakan muatan utama dalam indikator hasil belajar mata pelajaran sains, termasuk fisika. Kesulitan yang terjadi pada siswa harus segera dicarikan tindakan pemecahannya. Salah satu pilihan tindakan untuk memperbaiki kesulitan siswa dalam mengimplementasikan keterampilan proses adalah diterapkannya pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM). PBM diterjemahkan dari Problem Based Instruction (PBI).

Model PBM memberik kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam latihan keterampilan-keterampilan olah pikir (mind on) seperti : mengindentifikasi dan merumuskan masalah, melakukan pengamatan (observasi), merumuskan hipotesis , merancang percobaan, memprediksi, mengorganisasi dan menafsirkan data, dan membuat simpulan. PBM dalam implementasinya juga melibatkan siswa ke dalam aktivitas fisik (latihan keterampilan tangan, hand on), melalui kegiatan penyelidikan (melakukan percobaan) (Ibrahim & Nur, 2000).

Materi pokok gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik terkait langsung

dengan masalah-masalah dilingkungan siswa, misalnya gelombang air, gelombang pada

tali, gelombang radio, gelombang TV dan lain-lain sebagainya. Latihan memecahkan

masalah merupakan salah satu tuntutan teori konstruktivis. Implementasi model PBM

pada materi pokok gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik dengan

mengajak siswa menelaah permasalahan dalam kehidupan nyata, berpikir, dan bertindak

untuk memecahkan masalah itu. Dengan melibatkan kelompok siswa dalam kegiatan

penyelidikan, yang mengandung latihan keterampilan proses kognitif maupun

(3)

psikomotorik diharapkan dapat memperbaiki kesulitan siswa dalam menggunakan keterampilan proses kognitifnya (mind on).

Evaluasi dan refleksi penerapan model PBM itu harus dilakukan pada setiap akhir sikulus (Natawidjaya,1997). Evaluasi dan refleksi, salah satunya didasarkan kepada tes materi pokok yang dikembangkan berbasis keterampilan proses. Evaluasi dan refleksi siklus pertama guna melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus kedua, demikian seterusnya. Dengan demikian dapat digambarkan bagaimana perubahan kemampuan proses kognitif siswa dari siklus ke siklus.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi masalah “ Apakah dengan mengimplementasikan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bercirikan keterampilan proses kelas X Semester 1 tahun ajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.?

Tindakan yang Dipilih

Untuk memecahkan masalah yang dikemukakan di atas, maka tindakan yang dipilih oleh peneliti adalah mengimplementasikan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) selama pelaksanaan proses pembelajaran materi fisika di kelas X Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Model PBM ini dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan olah pikir (mind on), dan latihan keterampilan tangan (hand on).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan sola bercirikan keterampilan proses melalui implementasian model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada siswa kelas X Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa

Ruang Lingkup

Ruang lingkup daripada penelitian ini adalah mengimplementasikan model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan

(4)

soal bercirikan keterampilan proses kelas X Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan setelah mengimplementasikan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah selama proses pembelajaran fisika adalah dapat memperbaiki keterampilan proses siswa minimal sebesar 60%.

2. Kajian Pustaka

Hakekat Belajar Mengajar Fisika a. Hakekat Belajar

Menurut Hudoyo (1998) ”Seseorang dikatakan belajar apabila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terdapat suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.” Beberapa prinsip-prinsip belajar, diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Belajar merupakan proses perubahan tingkah ini sebagai hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri:

a) Perubahan tersebut merupakan sesuatu yang disadari, yakni yang belajar menyadari terjadinya perubah-an atau merasakan adanya perubahan dalam dirinya.

b) perubahan tersebut bersifat kontinu dan fungsional, yakni perubahan yang terjadi pada individu ber-langsung secara terus menerus, dinamis dan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar selanjutnya.

c) perubahan yang diakibatkan oleh belajar mempunyai tujuan yang terarah, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai dan terarah untuk mencapai tujuan itu.

2) Belajar sebagai suatu perubahan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain, belajar itu sendiri adalah proses dan bukan tujuan.

3) Belajar merupakan pengalaman, yakni rangkaian interaksi individu dengan

kehidupan individu. Hasil belajar individu akan merupakan pengalaman

(5)

yang lingkungannya. Proses dan hasil belajar akan mewarnai dan mempengaruhi menyebabkan terjadinya proses belajar selanjutnya.

Berdasar dari pengertian dan prinsip belajar tersebut di atas, maka dapat di- simpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dialami individu, terjadi secara sadar, bersifat kontinu, dinamis, positif, dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu yang merupakan hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dalam lingkungannya.

b. Hakekat Mengajar

Mengajar pada hakekatnya adalah upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dalam hal ini mencakup bagaimana mengatur dan mengorganisir lingkungan yang ada di sekitar siswa hingga menimbulkan minta dan motivasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

Mengajar dapat pula diartikan sebagai proses pemberian bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam proses belajarnya. Pengertian belajar, khususnua di negara-negara maju sangat menekankan pada keaktifan siswa yang sedang belajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator selama pembelajaran berlangsung, sehingga kesempatan siswa untuk berbuat dan berkembang lebih banyak.

Berdasarkan dengan pengertian mengajar tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa mengajar pada dasarnya untuk melihat bagaimana proses belajar berjalan tidak hanya sekedar menuntun siswa untuk menerima semua yang disampaikan oleh guru, mengajar berarti pula memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari, bertanya, bernalar, dan bahkan berdebat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu proses dalam mengupayakan agar kegiatan atau aktivitas siswa lebih optimal, mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pelajaran di kelas, tetapi merupakan proses pembelajaran siswa.

Keterampilan Proses

Dalam melatih keterampilan proses sekaligus dikembangkan sikap-sikap yang

dikehendaki seperti kreatif, kerja sama, bertanggungjawab dan berdisiplin sesuai

dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

(6)

Dengan demikian, pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa (Usman,2005). Beberapa kemampuan atau keterampilan yang terdapat dalam asesmen proses yang antara lain sebagai berikut.

a. Mengamati, yaitu keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan dengan indera.

b. Menggolongkan (mengklasifikasi), yaitu keterampilan menggolongkan benda, kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggo- longan perlu ditinjau persamaan dan perbedaan antara benda, kenyataan, atau konsep sebagai dasar penggolongan.

c. Menafsirkan (menginterpretasi), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa benda, kenyataan, peristiwa, konsep, atau informasi yang telah dikum-pulkan melalui pengamatan, penghitungan, penelitian, atau eksperimen.

d. Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atau kecenderung-an atau pola tertentu atau hubungan antar data atau informasi.

e. Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan, diperkuat, dikembangkan, atau dihayati.

f. Merancang penelitian, yaitu keterampilan yang penting karena menentukan behasil-tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih karena selama ini pada umumnya kurang perhatian dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah atau objek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian.

g. Mengkomunikasikan, yaitu keterampilan menyampaikan perolehan atau hasil

belajar kepada orang lain dalam bentuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau

penampilan.

(7)

Penjabaran keterampilan proses dalam bentuk kemampuan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Keterampilan Proses dalam Bentuk Kemampuan

Kemampuan Keterampilan

1. Mengamati Melihat, mendengarkan, merasa, meraba, membaur, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca 2. Menggolongkan

(mengkasifikasi)

Mencari persamaan, menyamakan, membedakan, mem- bandingkan, mengontraskan, mencari dasar peng- golongan.

3. Menginterpretasi- kan

Menaksirkan, memberi arti, mengartikan, memposisi- kan mencari hubungan ruang-waktu, menemukan pola, menarik simpulan, menggeneralisasikan.

4. Memprediksi Mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antara data atau informasi.

5. Menerapkan Menggunakan (informasi, simpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai, atau keterampilan dalam situasi), menghitung, menentukan variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan, konsep pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat model).

6. Merencanakan Penelitian

Menentukan masalah/objek yang akan diteliti menentu- kan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup peneltian, menentukan sumber data/informasi, menen- tukan secara analisis, menentukan langkah pengumpul- an data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepusta- kaan, menentukan cara penelitian.

7. Melaksanakan Penelitian

Melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan penelitian yang telah dibuat.

8. Mengkomunikasi- kan

Berdiskusi, mendeklamasikan, bertanya, merenungkan, mengarang, meragakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan)

Untuk mengakses keterampilan proses dapat digunakan cara nontes atau

cara tes tertulis. Perolehan keterampilan proses melalui cara nontes digunakan

lembar pengamatan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara bertahap, misalnya

dalam satu kali pengamatan cukup dilakukan terhadap lima orang siswa, begitu

seterus-nya sampai seluruh siswa mendapat giliran. Hal ini dilakukan pada waktu

siswa sedang belajar. Dalam menentukan atau membuat lembar pengamatan ada

dua yang perlu diperhatikan, yakni: 1) menentukan keterampilan yang akan

diamati, dan 2) membuat kriteria penskoran untuk masing-masing keterampilan.

(8)

Dalam penentuan skor dari setiap kegiatan siswa, digunakan kriteria- kriteria (rubrik). Beberapa kriteria-kriteria penskoran dalam kegiatan keterampilan proses atau kegiatan ilmiah (Ibrahim, 2005; Usman, M (2005); Nur, 2000; Johnson, David, Johnson, Roger T (2002); Hibbard, M.K (1995), Lim, Lida (1997).

Tabel 2.2. Kriteria Kemampuan Mengamati (Observasi)

No Kriteria

1 Menggunakan bermacam-macam alat indera 2 Banyak segi atau ciri yang diperhatikan

3 Bisa memiliki sendiri informasi yang relevan dengan masalah yang dihadapi

Tabel 2.3. Kriteria Dalam Membuat Tabel Data

No Kriteria

1 Tabel data mencamtumkan data yang tepat.

2 Tersedia judul yang tepat untuk tabel data.

3 Informasi dalam kolom-kolom tabel dan terorganisir dan terlabel dengan tepat.

4 Satuan-satuan pengukuran untuk semua variabel terindikasi dengan jelas.

5 Data untuk variabel manipulasi dan respon ditunjukkan dengan jelas.

6 Data memiliki nomor gambar yang tepat.

7 Keakuratan data tepat untuk mengukur peralatan atau instrumen yang sedang digunakan.

8 Data ulangan pada masing-masing tingkat variabel manipulasi diperhatikan dengan jelas.

9 Tabel data rapi dan dapat dipresentasikan.

Tabel 2.4. Kriteria Membuat Pertanyaan

No Kriteria

1 Pertanyaan termasuk dalam kategori ingatan.

2 Pertanyaan termasuk dalam kategori pemahaman.

3 Pertanyaan termasuk dalam kategori penerapan.

4 Pertanyaan termasuk dalam kategori analisis.

5 Pertanyaan termasuk dalam kategori sintesis.

6 Pertanyaan termasuk dalam kategori evaluasi.

(9)

Tabel 2.5. Kriteria Perumusan Masalah

No Kriteria

1 Masalah yang dirumuskan dengan kalimat tanya sederhana.

2 Masalah yang dirumuskan dengan variabel yang jelas (variabel manipulasi dan variabel respon).

3 Masalah yang dirumuskan muncul secara logis dari hasil pengamatan.

4 Masalah yang dirumuskan merupakan analisis dari hasil pengamatan.

5 Masalah yang dirumuskan ke arah ke pengamatan selanjutnya.

6 Masalah yang dirumuskan menuntun ke prediksi yang masuk akal.

Tabel 2.6. Kriteria Perumusan Hipotesis

No Kriteria

1 Rumusan hipotesis berupa prediksi yang dapat diuji dan merupakan kalimat pernyataan.

2 Rumusan hipotesis dapat dijadikan dasar eksperimen.

3 Rumusan hipotesis pernyataannya jelas yang diikuti dengan prediksi yang berhubungan dengan variabel manipulasi (perubahan eksperimen apa) terhadap variabel respon (bagaimana mereka berpikir tentang respon).

4 Ramusan hipotesis dan prediksi berasal dari pengamatan.

Tabel 2.7. Kriteria Menggambar Grafik

No Kriteria

1 Kesesuaian tipe grafik yang digunakan.

2 Ketepatan titik awal dan interval yang digunakan setiap sumbu.

3 Ketepatan skala yang digunakan pada setiap sumbu bergantung pada jarak data pada sumbu.

4 Ada judul utama grafik yang memperjelas keadaan hubungan diantara sumbu.

5 Sumbu terlabel dengan jelas.

6 Variabel manipulasi diletakkan pada sumbu X dan variabel respon diletak- kan pada sumbu Y.

7 Data diplot dengan akurat.

8 Kecenderungan atau kekurangan ditunjukkan pada grafik.

9 Kecenderungan atau kekurangan ditunjukkan pada grafik.

10 Warna, susunan, label, atau ciri lain digunakan untuk membuat grafik agar lebih mudah dibaca.

11 Jika perlu, diberikan kata kunci.

12 Grafik rapi dan dapat dipresentasikan.

(10)

Tabel 2.8. Kriteria Merancang Eksperimen

No Kriteria

1 Simpulan merupakan interpretasi data pengukuran.

2 Simpulan memuat variabel manipulasi, dan variabel respon.

3 Simpulan menunjukkan hubungan variabel manipulasi dan variabel respon dengan jelas.

4 Simpulan singkat.

Tabel 2.9. Kriteria Membuat Simpulan Berdasarkan Grafik

No Kriteria

1 Rancangan percobaan/eksperimen yang dibuat dapat menguji prediksi.

2 Rancangan percobaan/eksperimen memungkinkan variabel manipulasi dapat dikontrol dan diukur secara tepat.

3 Rancangan percobaan/eksperimen memungkinkan variabel respon dapat diukur dengan tepat.

4 Rancangan percobaan/eksperimen memasukkan pengontrolan variabel.

Tabel 2.10. Kriteria Membuat Prediksi

No Kriteria

1 Prediksi dilakukan sesuai dengan data 2 Prediksi menggunakan prosedur

3 Prediksi yang dilakukan akurat dan seksama.

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)

a. Teori Belajar Konstruktivis-kognitif (Piaget & Vygostky)

1) Sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata (Dewey & kelas Demokrasi).

2) Pembelajaran di sekolah seharusnya bermanfaat dan tidak abstrak.

3) Rasa ingin tahu memotivasi seseorang untuk secara aktif membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang mereka hayati (Piaget).

4) Semua tahap perkembangan seseorang perlu memahami lingkungan mereka, memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori-teori yang menjelaskan lingkungan itu.

5) Pedagogi yang baik harus melibatkan pemberian kesempatan kepada

pebelajar dengan situasi di mana dia itu mandiri melakukan eksperimen

(11)

dalam arti yang paling luas seperti mencoba segala sesuatu untuk melihat apa yang terjadi, memanipulasi tanda-tanda, melakukan pertanyaan dari menemukan sendiri jawabannya.

6) Perkembangan intelektual terjadi pada saat seseorang berhadapan dengan pengalaman baru yang menantang dan ketika mereka berusaha memecahkan masalah yang dimunculkan oleh pengalaman ini (Vygostsky).

7) Interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual seseorang (Vygostky).

8) Psikologi kognitif, fokus pembelajaran pada apa yang dipikirkan pebelajar ketika melakukan kegiatan.

b. Ide Vygotsky tentang Zone of Proximal Development (ZPD)

1) Istilah yang diberikan untuk daerah antara tingkat perkembangan aktual (TPA) dan tingkat perkembangan potensial pebelajar (TPP).

2) Bila pebelajar dibimbing (scaffolding) maka dia akan mampu men-capai tingkat perkembangan potensialnya, sementara kalau belajar sendiri hanya mencapai tingkat perkembangan aktualnya.

3) Pebelajara diberikan masalah tidak terlalu mudah & tidak terlalu sulit, tetapi berada diantara ZPD-nya.

c. Bruner tentang Pembelajaran Penemuan & Scaffolding (1977)

1) Memperkenalkan belajar penemuan (discovery

learning)

yang menekankan pada masalah akademik, dimana guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan pebelajar sebagai subjek yang aktif belajar.

2) Melibatkan berpikir intuitif/intuisi, karena setiap disiplin ilmu pengetahuan mempunyai konsep-konsep, prinsip dan prosedur yang harus dipahami.

d. Kapan PBM Digunakan?

1) Bila mengajarkan keterampilan berpikir & keterampilan memecahkan masalah otentik,

2) Bila melatih pemodelan peranan orang dewasa,

(12)

3) Bila melatih pebelajar menjadi pebelajar yang otonom (mandiri), Ciri Pembelajar Mandiri (Self Regulated Learning),

1) Mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya,

2) Mampu melatih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya,

3) Memonitor keefektifan strategi tersebut, dan

4) Termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan.

e. Ciri-Ciri PBM

1) Mengorientasikan pebelajar kepada masalah otentik, 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin,

3) Penyelidikan otentik,

4) Menghasilkan produknya/karya memamerkannya.

f. Sintak PBM

1) Orientasi pembelajar kepada masalah otentik, 2) Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar, 3) Membimbing penyelidikan individu/kelompok, 4) Mengembangkan & menyajikan hasil karya,

5) Menganalisis & mengevaluasi proses pemecahan masalah.

g. Penyelidikan Kelompok/Individu

1) Melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan-hasilnya deskripsi tentang sesuatu,

2) Melakukan eksperimen untuk memecahkan masalah-hasilnya penjelasan tentang sesuatu (teori).

h. Bagaimana peran guru dalam PBM?

1) Mengajukan masalah otentik/mengorganisasikan pebelajar kepada masalah,

2) Memfasilitasi/ membimbing penyelidikan ( pengamatan / eksperimen) 3) Memfasilitasi dialog antara pebelajar,

4) Mendukung belajar pebelajar.

(13)

Kerangka Berpikir

Pencapaian hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika, salah satu faktor yang mempengaruhi usaha untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar adalah bagaimana menyajikan materi pelajaran yang otentik, sehingga materi pelajaran tidak menjadi asing bagi siswa.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menekankan kegiatan pembelajaran sebagai suatu proses yang harus dialami oleh siswa, dimana siswa tidak hanya sekedar tahu apa yang dipelajari tetapi juga menekankan pada bagaimana siswa harus belajar. Hal ini berarti siswa dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan itu, inovasi pembelajaran fisika di kelas diharapkan mengutamakan keterlibatan aktif siswa secara langsung dalam kegiatan pembelajaran untuk mengkonstruk sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan teman dan interaksi terhadap lingkungannya baik melalui pengamatan maupun kegiatan eksperimen.

Pada KTSP, orientasi pembelajaran diharapkan: 1) harus berpusat pada siswa, karena pada hakekatnya siswalah yang belajar dan proses belajar itu adalah proses aktif;

2) pembelajaran bersifat top-down, dimulai dari masalah yang otentik. Dengan memecahkan masalah itu siswa akan belajar dua hal sekaligus, yaitu pertama siswa menemukan jawaban terhadap masalahnya dan yang kedua siswa tahu bagaimana proses/cara memecahkan masalah. Dalam belajar seperti ini siswa sekaligus menguasai dua hal yaitu proses (keterampilan proses) dan konten (isi) pelajarannya. Gagne mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang paling tinggi.

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) merupakan salah satu alternatif untuk memenuhi harapan di atas.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut di atas, maka

hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Dengan

mengimplementasikan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, maka dapat mengatasi

(14)

3 . Metode Penelitian

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

Subjek penelitiannya berjumlah 40 orang siswa kelas X Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010.

3.2 Rencana Tindakan

Prosedur penelitiaan tindakan kelas dirancang atas dua siklus, yaitu : 1. Siklus pertama berlangsung sebanyak empat kali pertemuan.

2. Siklus kedua berlangsung sebanyak empat kali pertemuan.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.

1) Menelaah KTSP SMA/MA kelas X topik suhu.

2) Membuat perangkat pembelajaran topik gelombang mekanik yang terdiri dari (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan (3) Buku Siswa (BS).

3) Membuat instrumen penelitian, yakni tes keterampilan proses Menetapkan model pembelajaran yang diterapkan di kelas, yakni model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM),

4) Melakukan ujicoba kelas terbatas sebagai simulasi keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas,

5) Melakukan revisi perangkat pembelajaran berdasarkan dari kegiatan simulasi.

b. Tahap Tindakan

Melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model PBM.

Adapun langkah-langkah pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut.

(15)

1) Melaksanakan proses pembelajaran pada materi suhu di kelas sesuai dengan skenario model PBM, yakni (1) orientasi siswa kepada masalah otentik, (2) mengorganisasi siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individual/kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya (presentasi), dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2) Memberikan tugas kinerja fisika yang otentik :

a) Tugas individu, yakni melakukan kegiatan observasi (pengamatan), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan jenis variabel.

b) Tugas kelompok, yakni melaksanakan eksperimen, melakukan diskusi kelas, dan menyimpulkan hasil kinerja.

3) Memberikan ”umpan balik” segera berdasarkan hasil asesmen kinerja siswa,

4) Melaksanakan uji kompetensi pada setiap pertemuan.

c. Tahap Observasi

Pada tahap observasi dilakukan tes kemampuan keterampilan proses siswa selama mengikuti pembelajaran.

d. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilakukan beberapa kegiatan antara lain.

1) Mengorganisasikan data hasil tes, dan data hasil observasi a) Memeriksa dan memberi skor tes keterampilan proses siswa

b) Mentabulasi data hasil keterampilan proses dan data hasil observasi ke dalam tabel.

2) Menganalisis data hasil tes, dan data hasil observasi 3) Menyimpulkan hasil analisis

Hasil analisis digunakan untuk menentukan perencanaan tindakan

berikutnya.

(16)

2. Siklus II

Kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua tidak jauh berbeda dengan siklus pertama, hanya beberapa tambahan kegiatan yang diperoleh berdasarkan dari hasil refleksi siklus I. Kegiatan pada siklus ke II adalah sebagai berikut.

a. Tahap Perencanaan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut.

1) Menelaah KTSP SMA/MA kelas X topik Kalor.

2) Membuat perangkat pembelajaran topik kalor yang terdiri dari (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Lembar Kegiatan Siswa (LKS), (3) Buku Siswa (BS).

3) Membuat instrumen penelitian tes keterampilan proses

4) Membuat perencanaan kegiatan scaffolding, dan perencanaan pelaksanaan diskusi kelas.

5) Menetapkan model pembelajaran yang diterapkan di kelas, yakni model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM),

6) Menambah waktu pelaksanaan uji kompetensi, dengan mengurangi waktu pembentukan kelompok.

3. Tahap Tindakan

Deskripsi model tindakan yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut.

a. Melaksanakan proses pembelajaran materi Kalor di kelas sesuai dengan skenario model pembelajaran berdasarkan masalah, yakni yakni: 1) orientasi siswa kepada masalah otentik, 2) mengorganisasi siswa untuk belajar, 3) membimbing penyelidikan individual/kelompok, 4) meng- embangkan dan menyajikan hasil karya (presentasi), 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

b. Memberikan tugas kinerja fisika yang otentik :

1) Tugas individu, yakni siswa melakukan kegiatan observasi

(pengamatan), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

menentukan jenis variabel.

(17)

2) Tugas kelompok, yakni siswa melaksanakan eksperimen, melakukan diskusi kelas, dan menyimpulkan hasil kinerja.

3) Memberikan scafolding kepada siswa yang membutuhkan bantuan c. Memberikan ”umpan balik” segera berdasarkan hasil asesmen kinerja

siswa,

d. Melaksanakan uji kompetensi pada setiap pertemuan, dengan menambah waktu ujian sekitar 30 menit.

4. Tahap Observasi

Pada tahap observasi dilakukan tes formatif berupa uji kompetensi. Hasil ini menunjukkan kemampuan keterampilan proses siswa selama mengikuti pembelajaran.

5. Tahap Refleksi

Pada tahap refleksi dilakukan beberapa kegiatan antara lain.

1) Mengorganisasikan data hasil tes, dan data hasil observasi a) Memeriksa dan memberi skor tes keterampilan proses siswa.

b) Mentabulasi data hasil keterampilan proses ke dalam tabel.

2) Menganalisis data hasil tes, dan data hasil observasi Menganalisis data hasil tes keterampilan proses 3) Menyimpulkan hasil analisis

Hasil analisis digunakan untuk menentukan perencanaan tindakan berikutnya.

3.3 Pengumpulan Data 3.1 Sumber Data

Sumber data penelitian tindakan ini adalah siswa kelas kelas X Semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa.

3.2. Jenis Data

Jenis data yang diperoleh dari sumber data yaitu:1) data kualitatif berupa data hasil observasi; dan data kuantitatif berupa skor hasil keterampilan proses.

3.3. Cara Pengumpulan Data

Langkah yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini

adalah data hasil belajar keterampilan proses diperoleh dengan mengguanakan tes

(18)

keterampilan proses. Data ini diperoleh saat siswa melakukan observasi/

pengamatan pada suatu objek.

3.4 Analisa Data

Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik, yakni statistik deskriptif. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bercirikan keterampilan proses adalah peningkatan jumlah persentase siswa yang menguasai keterampilan proses dan keterampilan psikomotor sebesar 60 persen.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Deskripsi Hasil Tindakan

1. Siklus I dan Siklus II

Persentase jumlah siswa dalam kelas yang menjawab benar terhadap setiap komponen keterampilan proses pada siklus satu, dan siklus dua disajikan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1.

PERESENTASE JUMLAH SISWA BENAR DALAM MENG-IMPLEMEN- TASIKAN SETIAP KOMPONEN KETERAMPILAN PROSES PADA SETIAP SIKLUS

No Komponen Keterampilan Proses Persentase Siswa Benar

Persentase kenaikan Siklus I Siklus II

1 Merumuskan masalah 32,5 97,5 66,7

2 Merumuskan tujuan percobaan 27,5 95,0 71,1 3 Mengindentifikasi variabel percobaan 40,0 92,5 56,8

4 Merumuskan hipotesis 32,5 80,0 59,4

5 Merumuskan prediksi 30,0 75,0 60,0

6 Membaca data dan membuat 25,0 87,5 71,4

Interpretasi

7 Menarik kesimpulan 25,0 95,0 73,7

4.2. Deskripsi Model Tindakan 1. Siklus I

Deskripsi model tindakan yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai berikut.

(19)

a. Melaksanakan proses pembelajaran materi Suhu di kelas sesuai dengan skenario model PBM, yakni: 1) orientasi siswa kepada masalah otentik; 2) mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) pembimbing penyelidikan individual/kelompok; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya (presentasi); 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

b. Memberikan tugas kinerja fisika yang otentik: a) tugas individu, yakni melakukan kegiatan observasi (pengamatan), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan jenis variabel; 2) tugas kelompok, yakni melaksanakan eksperimen, melakukan diskusi kelas, dan menyimpulkan hasil kinerja; 3) memberikan ”umpan balik” segera berdasarkan hasil asesmen kinerja siswa.

c. Melaksanakan uji kompetensi pada setiap pertemuan, 2. Siklus II

Deskripsi model tindakan yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai

berikut: 1) melaksanakan proses pembelajaran materi Kalor di kelas sesuai

dengan skenario model PBM, yakni a) orientasi siswa kepada masalah otentik, b)

mengorganisasi siswa untuk belajar, b) pembimbing penyelidikan

individual/kelompok, c) mengembangkan dan menyajikan hasil karya (prsentasi),

d) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah; 2) memberikan

tugas kinerja fisika yang otentik: a) tugas individu, yakni siswa melakukan

kegiatan observasi (pengamatan), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,

menentukan jenis variabel; b) tugas kelompok, yakni siswa melaksanakan

eksperimen, melakukan diskusi kelas, dan menyimpulkan hasil kinerja; c)

(20)

memberikan ”umpan balik” segera berdasarkan hasil asesmen kinerja siswa; 4) melaksanakan uji kompetensi pada setiap pertemuan, dengan menambah waktu ujian sekitar 30 menit.

4.3. Pembahasan Penelitian

Berdasarkan dari hasil analisis pada siklus satu dan siklus dua, ditemukan bahwa:

1. Secara umum skor keterampilan proses, keterampilan psikomotor, serta keterampilan sosial siswa mengalami kenaikan yang berarti setelah diimplementasikan model pembelajaran berdasarkan masalah.

2. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan merumuskan masalah meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 66,7 persen.

3. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan merumuskan tujuan meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 71,1 persen.

4. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan mengidentifikasi variabel percobaan meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 56,8 persen.

5. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan merumuskan hipotesis meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 59,4 persen.

6. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan merumuskan prediksi meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 60,0 persen.

7. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan membaca data dan membuat interpretasi meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 71,4 persen.

8. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan keterampilan menarik kesimpulan meningkat dari siklus satu ke siklus dua sekitar 73,7 persen.

Dari tujuh analisis deskriptif di atas nampak ada dua komponen keterampilan proses yang belum mencapai indikator keberhasilan tindakan, yakni mengidentifikasi variabel percobaan, dan merumuskan hipotesis masing-masing di bawah 60 persen.

Hal itu adalah fenomena logis, karena adanya pemahaman pada siswa hipotesis

adalah jawab atas rumusan masalah. Ketika siswa melakukan kesalahan dalam

(21)

merumuskan masalah, dan penentuan jenis variabel, maka akan diikuti kesalahan dalam merumuskan hipotesis.

Keterampilan proses kognitif merumuskan masalah dan merumuskan prediksi walau sudah memenuhi indikator ketercapaian tindakan nampaknya masih memerlukan perbaikan. Masih adanya siswa yang belum konsisten dalam keterampilan kognitif itu diduga karena belum mantap dalam mengklasifikasi dan mendefinisikan macam-macam variabel percobaan. Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah bahwa keberhasilan siswa dalam mengimplementasikan keterampilan proses tidak hanya tergantung kepada adanya latihan semata, dipengaruhi juga kompleksitas materi ajar.

Validatas hipotesis itu masih memerlukan verifikasi dari hasil pengamatan yang lain. Data pengamatan lain dapat saja bersumber kepada kinerja guru. Apakah kinerja guru dalam pembelajaran latihan keterampilan proses sudah berjalan sesuai dengan kinerja yang ditetapkan. Apakah elemen-elemen kinerja guru seperti : motivasi siswa, membimbing kegiatan penyelidikan siswa, dan membantu siswa dalam mengimplementasikan komponen-komponen keterampilan proses sudah dilaksanakan dengan frekuensi dan kualitas yang baik. Intensitas perhatian siswa terhadap presentasi yang disampaikan teman dari kelompok atau teman lain dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk merefleksi atas kesalahan yang pernah dilakukan dan menguatkan atas apa yang pernah dipahami.

Hipotesis bahwa dalam keberhasilan siswa dalam mengimplementasikan

keterampilan proses dipengaruhi oleh kompleksitas materi ajar, dapat saja

dilemahkan bila ditemukan bukti sebagai berikut (dicatat dari hasil pengamatan pada

pembelajaran siklus kedua):1) guru kurang intensif dalam mengeksplorasi kinerja

siswa dalam sintak-sintak yang memerlukan bantuan guru, seperti mengorganisasi

dan menginterpretasikan data; 2) kurangnya intensitas guru dalam memandu siswa

mengoragnisasi dan menginterpretasi data ternyata selaras dengan apa yang terjadi

pada siswa.

(22)

5. Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan dari hasil temuan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran berdasar masalah dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal bercirikan keterampilan proses.

2. Persentase siswa yang berhasil mengimplementasikan komponen keterampilan proses masih ada yang belum mencapai kriteria indikator pencapaian tindakan.

3. Keterampilan proses tidak cukup dilatihkan dengan dua siklus pembelajaran.

Saran/Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan simpulan yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran/rekomendasi sebaga berikut.

1. Latihan keterampilan proses harus dijadikan bagian integral dalam perancangan pembelajaran setiap materi ajar.

2. Latihan-latihan mengimplementasi keterampilan proses harus dieksplisitkan baik pada dimensi kelompok kecil maupun kelompok besar.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran. Direktorat Jenderal Dasar dan

Menengah. Jakarta.

Hibbard, Michael, K. (1995). Performance Assessment in the Science Classroom. New York : Glencoe Mc Graw-Hill.

Hudoyo, H (1998). Pengembangan Kurikulum Fisika dan Pelaksanaan Di Depan Kelas.

Surabaya : Usaha Nasional.

Ibrahim, M., & Nur (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah.. Surabaya : Unesa University Press.

Ibrahim, M. (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya : Unesa University Press.

Johnson, Elaine B. (2002a). Contextual Teaching and Learning: What it is and Why it’s

here to Stay. California : Corwin Press. Inc.

Lim, Lida. (1997). Assesmen Student Work. New Jersey : Prentice Hall, Inc.,.

Nur, M. (2000). Buku Panduan Keterampilan Proses dan Hakikat Sains. Surabaya : UNESA-University Press.

Nur, M. (2005b). Asesmen Autentik. Makalah yang disampaikan pada kegiatan Pelatihan

(23)

Asesmen dalam Pembelajaran yang dilaksanakan Jurusan Biologi UNESA melalui kegiatan SP4 yang diselenggarakan di PSMS UNESA tanggal 22 s.d 26 Agustus 2005. Jurusan Biologi Universitas Negeri Surabaya.

Suraprata, S., Hatta, M. (2004). Penilaian Portofolio Implementasi Kurikulum 2004.

Bandung : Pt. Remaja Rosdakarya Bandung.

Surapto, N. (2006). Implementasi Pembelajaran Berdasarkan Masalah di SMA dalam Pokok Bahasan Fluida Dinamis Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika. Tesis. Magister Pendidikan. Universitas Negeri Surabya.

Usman, M. Uzer. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tawil. (2006). Pengaruh Strategi Asesmen Portofolio Terhadap Keterampilan Pproses

Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa . Makalah

Komprehensip tidak dipublikasikan.

Referensi

Dokumen terkait

terciptanya identitas destinasi pariwisata Kabupaten Garut yang berkelanjutan dengan mempertahankan dan meningkatkan karakteristik nilai daya saing KSPK Perkotaan Garut,

Tidak hanya sebagai alat komunikasi untuk masyarakat yang berkebutuhan khusus (tuna rungu wicara), aplikasi ini juga mengajari masyarakat yang tidak berkebutuhan khusus

menjelaskan bahwa pengalihan aset- aset dengan jual beli tersebut di atas memang.. dilakukan Tergugat I atas dasar itikad tidak baik, sebab dilakukan saat

Apakah Persepsi Manfaat berpengaruh signifikan terhadap niat untuk menggunakan Mobile Banking pada nasabah BRI di Surabaya. 1.4

A. Pada tingkat SMP, peserta didik sudah memasuki tahap perkembangan intelektual operasi formal. Hal ini menurut teori belajar .... Teori belajar bermakna, Ausuble C. Di dalam

Berdasarkan hasil analisis kebenaran konsep yang telah dilakukan terdapat sembilan konsep yang dinyatakan salah secara keilmuan pada objek penelitian, kesembilan

Langkah-langkah dan teknik pengujian fungsi hasil lilitan ulang dipahami dengan penuh rasa ingin tahu. Langkah-langkah dan teknik menguji fungsi hasil liitan ulang dilaksanakan

Pemimpin kelompok membuka kegiatan bimbingan kelompok dengan mengucapkan salam dan terimakasih kepada seluruh siswa atas waktu dan kesediaannya berkumpul untuk