BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ellis and Mahon (1977) menjelaskan bahwa energi panas bumi merupakan energi yang tersimpan dalam air panas ataupun uap panas pada kondisi geologi tertentu yang terletak beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Nicholson (1993) menjelaskan bahwa temperatur, permeabilitas dan tipe fluida hidrotermal merupakan parameter penting dalam sistem panas bumi. Sistem panas bumi yang baik untuk dikembangkan memiliki temperatur tinggi sebesar > 180 °C, permeabilitas besar dan fluida netral. Studi alterasi hidrotermal dilakukan untuk mengetahui nilai temperatur, permeabilitas dan tipe fluida hidrotermal ketika kumpulan mineral hidrotermal terbentuk. Hasil studi alterasi hidrotermal dibandingkan dengan data pemboran, data geokimia dan temperatur pengukuran langsung sehingga diketahui dinamika sistem panas bumi. Studi alterasi hidrotermal dapat dilakukan melalui metode petrografi dan difraksi sinar X (X-Ray Diffraction/XRD). Metode difraksi sinar X memiliki keunggulan dapat
mengidentifikasi berbagai jenis mineral dalam suatu batuan terutama jenis mineral lempung yang sulit diidentifikasi melalui metode petrografi.
Salah satu lapangan panas bumi di Indonesia yang memiliki potensi untuk
dikembangkan adalah lapangan panas bumi Beta, Ambon. Lapangan panas bumi
Beta terletak di Pulau Ambon, Provinsi Maluku dengan potensi sebesar 100 MW
2
(Kementerian ESDM, 2012). Pengembangan lapangan panas bumi tersebut harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik masyarakat Ambon. Ambon memiliki daya listrik sebesar 54 MW dengan beban puncak energi listrik sebesar 50 MW. Pemenuhan energi listrik Ambon saat ini bergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di mana ketersediaan bahan bakar minyak semakin terbatas. Kebutuhan energi listrik Ambon meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Pemadaman listrik sering terjadi di Ambon karena kebutuhan energi listrik yang besar sementara beberapa mesin diesel rusak sehingga beban puncak energi listrik semakin meningkat. Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Energi listrik dari PLTP memiliki keunggulan karena bersifat indigenous atau dapat dimanfaatkan di tempat, ramah lingkungan, bersifat terbarukan dan berkelanjutan.
Pemboran sumur Beta-01 lapangan panas bumi Beta dilakukan pada
Desember 2010 hingga kedalaman
932,65mKU. Studi geologi permukaan, alterasi
hidrotermal, geokimia mata air panas, geotermometer, hidrogeologi dan geofisika
lapangan panas bumi Beta dilakukan PT. PLN (Persero). Studi alterasi hidrotermal
bawah permukaan yang dilakukan PT. PLN (Persero) berupa analisis megaskopis
inti bor dan serbuk bor, petrografi, difraksi sinar X dan inklusi fluida. Analisis
petrografi dilakukan pada 13 sampel, analisis difraksi sinar X dilakukan pada 4
sampel dan analisis inklusi fluida dilakukan pada 2 sampel. Analisis difraksi sinar
X dilakukan pada sampel kedalaman 624 mKU, 730 mKU, 779 mKU A dan 779
mKU B. Analisis 4 sampel difraksi sinar X tersebut belum mewakili kedalaman
sumur sehingga diperlukan analisis sampel yang mewakili keseluruhan kedalaman sehingga didapatkan informasi yang lebih akurat dan detail. Informasi mineral alterasi hidrotermal bawah permukaan yang rinci dapat digunakan untuk prognosis pemboran sumur selanjutnya. Prognosis pemboran disiapkan untuk strategi pemboran dan mitigasi masalah pemboran selanjutnya.
I.2 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mineral hidrotermal terutama mineral lempung.
Tujuan penelitian ini adalah menginterpretasi temperatur, permeabilitas dan tipe fluida panas bumi pada sistem saat pembentukan kumpulan mineral alterasi hidrotermal terutama mineral lempung.
I.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai metode difraksi sinar X untuk studi alterasi hidrotermal. Studi alterasi hidrotermal bawah permukaan sumur Beta-01 dapat digunakan untuk melengkapi informasi yang sudah ada. Informasi tersebut dapat digunakan dalam pengembangan lapangan panas bumi Beta dan prognosis pemboran selanjutnya.
I.4 Informasi Daerah Penelitian
Daerah penelitian berada di daerah Tulehu dan Suli, Kecamatan Salahutu,
Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Pulau Ambon. Daerah penelitian
4
merupakan lapangan panas bumi seluas 1339 ha yang berada pada koordinat 416676-428653 mT dan 9597528-9609629 mU. Lokasi sumur Beta-01 berada pada koordinat 422468 mT dan 9601183 mU (Gambar I.1). Sumur Beta-01 merupakan sumur pemboran pertama di Pulau Ambon.
I.5 Ruang Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi:
1. Identifikasi mineral hidrotermal terutama mineral lempung dengan metode difraksi sinar X. Metode difraksi sinar X yang dilakukan meliputi analisis sampel bulk dan preparat mineral lempung. Analisis preparat mineral lempung dilakukan dengan perlakuan air dried, glikolasi dan pemanasan.
2. Integrasi hasil analisis difraksi sinar X dengan:
a. Kajian kondisi geologi permukaan melalui studi pustaka
b. Deskripsi inti bor dan serbuk bor yang meliputi karakteristik litologi, mineralogi primer, mineralogi sekunder dan urat hidrotermal
c. Data sekunder berupa data petrografi, inklusi fluida, geokimia mata air panas dan temperatur Horner
3. Hasil penelitian dibandingkan dengan lapangan panas bumi lain dengan
tatanan geologi yang mirip
5
Gambar I.1. Peta indeks lapangan panas bumi Beta . Lapangan panas bumi Beta terletak di Pulau Ambon.
6
I.6 Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilakukan pada bulan Juni 2014 dan berlangsung selama sembilan bulan. Tahapan penelitian meliputi tahap pendahuluan (perumusan masalah, studi pustaka dan penyusunan hipotesis), pengambilan data primer, integrasi data dan interpretasi serta tahap pelaporan. Rincian waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel I.1.
Tabel I.1. Waktu penelitian