• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang Menggunakan Pendekatan CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancangan Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang Menggunakan Pendekatan CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Rancangan Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang Menggunakan Pendekatan CPTED

(Crime Prevention Through Environmental Design)

Hafizh Bagaskoro

Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung Email: hafizhbagaskoro@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penggunaan area transportasi terutama terminal bus sebagai penunjang transportasi antarkota dan antarprovinsi memiliki pandangan negatif di mata masyarakat yang menggunakan jasa transportasi bus. Hal ini disebabkan seringnya terjadi kriminalitas di terminal. Perilaku tindak kriminal terjadi akibat adanya kesempatan pada ruang yang mendukung pengguna melakukan tindak kejahatan. Faktor yang mendukung tindak kriminal antara lain ruang negatif, ruang yang memiliki sudut tak terlihat, koridor dengan tingkat cahaya yang rendah, jarak tempat duduk yang terlalu rapat dan saling membelakangi pada ruang tunggu, kurangnya perawatan pada bangunan, dan elemen lanskap yang menyebabkan blind corner. Dengan fungsi terminal sebagai bangunan transportasi publik, maka dibutuhkan keamanan bagi penggunanya. Oleh karena itu, dibutuhkan konsep desain yang dapat mencegah resiko terjadinya tindak kriminalitas pada terminal. Dalam mengatasi hal tersebut, diterapkan prinsip pendekatan CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design).

Kata kunci: Terminal bus, CPTED

ABSTRACT

The use of transportation areas, especially bus terminals as supporting transportation between cities and provinces, has a negative view in the eyes of people who use bus transportation services. This is due to frequent crime at the terminal. Criminal conduct that occurs due to opportunities in spaces that support people to commit crimes. Factors that support criminal acts include negative space, spaces that have invisible angles, corridors with low light levels, distance of seats that are too tight and back to back in the waiting room, lack of maintenance in buildings, and elements landscapes which causing blind corner. With the function of the terminal as a building for public transportation, security is needed for its users. Therefore, a design concept is needed that can prevent the risk of criminal acts in the terminal. In overcoming this, the principle of CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design) is applied.

Keywords: Bus station, CPTED

(2)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transit Oriented Development merupakan perencanaan terkait transportasi di Kota Bandung. Untuk mengembangkan TOD juga dilakukan pembangunan fasilitas campuran seperti pembangunan perumahan, perkantoran, perdagangan, dan/ atau fasilitas lainnya yang diintegrasikan ke dalam lingkungan ramah pejalan kaki dan terletak dalam jarak setengah mil dari lokasi transportasi publik yang berkualitas. Tahun 2017 Terminal Bus Leuwipanjang direncanakan akan direnovasi total seiring dengan diberlakukannya Transit Oriented Development (TOD) atau manajemen lalu lintas. Selain itu terminal ini menjadi salah satu titik terminal monorel atau Mass Rapid Transit (MRT) yang terpadu dengan pusat perbelanjaan dan apartemen [1].

Penggunaan area transportasi terutama terminal bus sebagai penunjang transportasi antarkota dan antarprovinsi memiliki pandangan negatif di mata masyarakat yang menggunakan jasa transportasi bus. Hal ini disebabkan seringnya terjadi kriminalitas di terminal. Perilaku tindak kriminal yang terjadi akibat adanya kesempatan pada ruang yang mendukung orang melakukan tindak kejahatan. Faktor yang mendukung tindak kriminal antara lain ruang negatif, ruang yang memiliki sudut tak terlihat, koridor dengan tingkat cahaya yang rendah, jarak tempat duduk yang terlalu rapat dan saling membelakangi pada ruang tunggu, kurangnya perawatan pada bangunan, dan elemen lanskap yang dapat menghalangi pandangan. Dengan fungsi terminal sebagai bangunan transportasi publik, maka dibutuhkan rasa kenyamanan akan keamanan bagi penggunanya, sehingga dibutuhkan konsep desain yang dapat mencegah resiko terjadinya tindak kriminalitas. Dalam mengatasi hal tersebut, maka diterapkan prinsip pendekatan CPTED (Crime Prevention Through Environment Design).

1.2 Tujuan Proyek

Tujuan umum proyek yang ingin dicapai melalui rancangan pengembangan Terminal Bus Leuwipanjang Bandung, yaitu mengembangkan area transportasi berupa terminal bus terpadu, menyediakan sarana yang nyaman bagi penumpang, serta mendukung pembangunan Transit Oriented Development (TOD), sedangkan tujuan khusus proyek yaitu merencanakan rancangan terminal bus yang memberi keamanan pengguna terkait pencegahan terjadinya perilaku tindak kriminal menggunakan 4 prinsip CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design) meliputi Natural Surveillance, Natural Access Control, Teritorial Reinforcement, serta Maintenance and Management, dengan tujuan mengurangi tindak kejahatan yang mungkin dapat terjadi terkait desain bangunan dan lingkungannya.

1.3 Misi Proyek

Mengembangkan Terminal Bus Leuwipanjang menjadi lebih baik dengan mencegah tindak kriminal menggunakan pendekatan CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design).

2. EKSPLORASI DAN METODE RANCANGAN

2.1 Pendekatan Perancangan

Metode pendekatan perancangan yang digunakan dalam merancang Terminal Bus Leuwipanjang ini adalah dengan mengedepankan keamanan terhadap pengguna terminal dan meminimalkan adanya kesempatan tindak kriminal yang terjadi pada terminal. Meminimaslisir kesempatan tindak kriminal di terminal dapat dilakukan dengan menerapkan 4 prinsip dalam konsep CPTED.

Menurut Crime Prevention Through Environmental Design General Guidelines for Designing Safer Comunities (Pauls et. al., 2000) konsep utama dalam mendesain bangunan yang berbasis CPTED yaitu Natural Surveillance (pengawasan alami), Natural Access Control (kontrol akses alami), Territorial Reinforcement (penguasaan teritori), serta Maintenance and Management (perawatan dan menejemen) [2].

CPTED bertujuan untuk mengurangi kesempatan untuk kejahatan yang mungkin terjadi terkait desain bangunan dan lingkunganya. Pada buku Defensible Space karangan Oscar Newman tertulis all defensible space programs have a common purpose: They restructure the physical layout of communities to allow residents to control the areas around their home [3]. Dapat dijelaskan bahwa

(3)

dengan rancangan terminal bus yaitu dalam meminimalisir atau mencegah kesempatan kriminal dengan cara merekonstruksi tatanan fisik dan saling mengontrol antarpengguna.

Tema perancangan yang diterapkan pada Terminal Bus Leuwipanjang ini adalah pererapan CPTED (Crime Prevention Through Environmental Design) pada bangunan.

2.2 Gubahan Massa

Konsep masa berawal dari 3 titik aktifitas di dalam terminal bus yaitu datang, turun, dan berangkat, kemudian setiap masa dihubungkan oleh konektor berupa skybridge.

Bentuk massa yang diambil berbentuk persegi panjang yang ditempatkan pada tengah tapak, karena dari penatan dan bentuk masa tidak menghasilkan area yang menjebak, sehingga area- area dapat mudah terawasi secara alami.

Nomor 1 terdapat tiga massa bangunan yang berawal dari tiga titik aktifitas yaitu kedatangan, keberangkatan, dan area umum.

Nomor 2 adanya penambahan massa subtraktif pada bangunan berfungsi sebagai skybridge, konektor antarbangunan.

Nomor 3 dibentuk subtraktif pada bagian atas massa bangunan (atap).

Nomor 4 penambahan bidang transparan pada bangunan untuk meningkatkan pengawasan alami (Natural Surveillance) terhadap aktifitas yang terjadi di dalam dan luar bangunan sehingga dapat meminimalisir kesempatan adanya tindak kriminal.

Gambar 1. Konsep gubahan massa 1

Gambar 2. Konsep gubahan massa 2

Gambar 3. Konsep gubahan massa 3

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Elaborasi Tema

Tabel 1. Elaborasi Te ma

Terminal Bus Terpadu Leuwipanjang CPTED Means Terminal bus terpadu yang terletak di

Leuwipanjang Bandung merupakan fasilitas umum berupa bangunan yang memfasilitasi layanan transportasi terpadu meliputi bus, TMB, dan angkutan umum.

Merupakan desain pada bangunan dan lingkungannya sebagai antisipasi terhadap tindak kriminal

Problem Tidak adanya zona 1 khusus bertiket, kurangnya ruang dalam menampung pengguna di terminal, sirkulasi yang membingungkan, terjadinya

penumpukan kendaraan dalam terminal, serta tidak adanya fasilitas loket tiket.

Terminal Leuwipanjang tidak mempunyai kejelasan zona 1 dan 2 dalam terminal, banyak ruang-ruang yang kurang terawat sehingga menimbulkan kesan tak terawasi, sehingga pengguna merasa tidak nyaman bila melewati ruang tersebut.

Bangunan

keberangkatan Bangunan keberangkatan

Bangunan keberangkatan

Bangunan kedatangan Bangunan

keberangkatan

Bangunan kedatang an

Area

transparan Area pengawasan

Bangunan umum Bangunan umum

Bangunan umum Substraktif

Skybridge

(4)

Facts Terminal Bus Leuwipanjang merupakan salah satu dari 2 terminal besar di Bandung, Terminal Bus Leuwipanjang merupakan terminal tipe A yang akan direncanakan menjadi terminal bus tipe B.

CPTED dapat menciptakan bangunan yang dapat meminimalisir kesempatan tindak kriminal terjadi. Dengan adanya konsep ini maka pengguna terminal akan merasa aman dalam menjalankan aktivitas di terminal.

Needs Redesain Terminal Bus Terpadu tipe B sesuai perencanaan terminal sekaligus sebagai solusi dari permasalahan yang ada.

Dalam mewujudkan konsep CPTED dibutuhkan 4 pendekatan yaitu Natural Surveillance, Natural Access Control, Territorial Reinforcement, serta Maintenance & Management.

Goals Merancang terminal dengan umur proyek sampai tahun 2035 disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas pengguna terminal.

Menerapkan konsep CPTED agar kondisi terminal dapat meminimalisir terjadinya tindak kriminal.

3.2 Konsep Zoning

Tabel 2. Zoning

Zona terminal pada tapak secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu zona privat dan publik. Kedua zona dipisahkan oleh bangunan agar zona privat tidak dapat dimasuki oleh pengguna yang tidak berkepentingan, serta menghindari aktifitas pengunjung di dalam area tersebut. Fungsi bangunan selain sebagai pemisah antara zona publik dan privat juga untuk tempat mengontrol aktifitas yang terjadi.

Gambar 4. Konsep zoning tapak

Plaza merupakan zona publik yang terletak di depan Jalan Soekarno Hatta.

Plaza ini terdiri dari vegetasi dan perkerasan paving block yang memiliki pola mengarahkan langsung ke entrance bangunan, hal tersebut direncanakan karena jalur menuju entrance menjadi mudah ditebak. Karena hal tersebut maka plaza memiliki konsep CPTED yaitu prinsip Natural Access Control.

Gambar 5. Konsep zona plaza

Entrance

Pola plaza langsung diarahkan menuju entrance (predictable route)

(5)

Gambar 6. Konsep zona parkir

Parkir diletakkan di depan bangunan umum agar mudah diakses dan terlihat oleh pengunjung yang akan parkir, serta ketika dalam kondisi parkir pemilik kendaraan dapat langsung mengawasi dari dalam bangunan.

Gambar 7. Konsep zona bangunan

Bangunan yang bersifat umun menghadap Jalan Soekarno Hatta karena pada jalan tersebut banyak kendaraan yang melewatinya.

Bangunan tersebut ditempatkan di area tersebut agar memisahkan antara zona keberangkatan dan zona luar (zona parkir umum dan plaza).

Gambar 8. Konsep zona keberangkatan

Area keberangkatan ditempatkan di zona itu karena menjadi titik kumpul yang selalu dilewati oleh pengunjung baik dari bangunan umum dan bangunan kedatangan.

Gambar 9. Konsep zona kedatangan

Bangunan kedatangan diletakkan dekat dengan Jalan Leuwipanjang karena dari jalan tersebut banyak kendaran yang masuk ke dalam terminal. Zona bangunan kedatangan diapit oleh zona sirkulasi Bus AKDP dan nonbus AKDP.

Gambar 10. Konsep zona Bus AKDP

Zona sirkulasi Bus AKDP bersifat privat, kemudian disamarkan oleh bangunan dan vegetasi agar zona tersebut tidak terlihat dan pengunjung tidak tertarik menuju jalur Bus AKDP. Dengan demikian pengunjung dibuat untuk berada dalam bangunan dan aktifitas sirkulasi bus tidak terganggu.

Masuk bus AKDP Keluar bus

AKDP

vegetasi

Bangunan

Bangunan keberangkatan

kedatangan

b. umum

Bangunan keberangkatan

kedatangan

b. umum Bangunan keberangkatan

Bangunan kedatangan

Jl. Leuwipanjang

Bus AKDP Non Bus AKDP

Bangunan kedatangan

Jl. Leuwipanjang

Bus AKDP Non Bus AKDP

Vegetasi Masuk Bus AKDP Bangunan

Keluar Bus AKDP

Nonbus AKDP

Parkir motor Jalur keluar dari area parkir Parkir mobil

(6)

Zona servis dan utilitas berpotensi untuk didirikan di sebelah bangunan umum karena memojok dan terhalangi oleh bangunan tersebut, sehingga aktifitasnya tidak dapat terlihat oleh publik.

Gambar 11. Konsep zona servis dan utilitas

Parkir bus diletakkan di bagian atas tapak dan dikelilingi oleh vegetasi untuk menjelaskan bahwa area tersebut adalah zona privat terminal yang tidak boleh dimasuki oleh pengguna yang tidak berkepentingan.

Gambar 12. Konsep zona parkir bus

Zona parkir pengelola ditempatkan di pinggir bangunan dan dekat dengan pintu masuk pengelola agar mudah aksesnya. Penempatan zona di area tersebut supaya pengelola memiliki teritori kepemilikan sendiri.

Gambar 13. Konsep zona parkir pengelola

Zona ini dipisahkan dari bangunan keberangkatan dan kedatangan agar terjaga keprivasiannya. Bangunan ini dibuat dekat dengan area parkir bus agar supir bus dapat dengan mudah mengaksesnya.

Gambar 14. Konsep zona istirahat awak

Bengkel berdekatan dengan

parkir bus dan diletakkan di area tersebut agar bila bus terjadi kerusakan, maka akan dapat dilakukan servis di area tersebut. Area servis bus terhalangi oleh bangunan bengkel dan vegetasi agar aktifitas tersebut tak terlihat oleh umum.

Gambar 15. Konsep zona bengkel

Area servis

Bangunan umum Area utilitas

Area servis

Bangunan umum Area utilitas

Bangunan kedatangan Ruang

istirahat awak Bangunan keberangkatan

Bangunan kedatangan Ruang

istirahat awak Bangunan

keberangkatan

Ruang bengkel Ruang karyawan

bengkel Ruang bengkel

Ruang karyawan bengkel

Parkir bus AKDP vegetasi

Parkir motor Titik pintu kantor

Parkir mobil

Parkir motor Titik pintu kantor

Parkir mobil

(7)

3.3 Konsep Sirkulasi

Tabel 3. Sirkulasi

Jalur Bus AKDP diletakkan paling jauh dari bangunan umum dan disamarkan dari entrance masuk di area publik karena zona tersebut merupakan area yang harus bersih dari pengguna yang tidak berkepentingan kecuali para pengelola yang bekerja pada area tersebut.

Gambar 16. Sirkulasi Bus AKDP

Dari bangunan kedatangan pejalan kaki dapat berjalan menggunakan pedestrian untuk menuju ke bangunan umum.

Dari jalan Soekarno Hatta memiliki jalur lurus langsung menuju entrance bangunan umum.

Gambar 17. Sirkulasi pejalan kaki

Sirkulasi mobil dan motor dibuat 1 jalur masuk dan keluar.

Di dalamnya terdapat area parkir dimana pengendara dapat melakukan manuver dalam area parkir sehingga tidak mengganggu sirkulasi keluarnya kendaraan dari tapak.

Gambar 18. Sirkulasi mobil dan motor

Jalur servis memiliki 1 akses untuk keluar dan masuk. Akses servis dipisahkan langsung dari jalan agar aktifitas servis tidak mengganggu kenyamanan visual pada plaza.

Gambar19. Sirkulasi servis

Bangunan kedatang an Bangunan umum

Soekarno Hatta

Alur sirkulasi Bus AKDP

U

Ruang bengkel Ruang karyawan

bengkel

U

Alur sirkulasi mobil dan motor Parkir mobil

Parkir motor

Ruang bengkel Ruang karyawan

bengkel U

Alur sirkulasi servis Plaza

Sirkulas i dari jalan raya menuju entrance melewati plaza pada tapak. Pola plaza tersebut mengarah ke entrance agar memudahkan pengguna menuju entrance

Pejalan kaki berjalan melewati traffic calming untuk menuju ke bangunan keberangkatan.

Pejalan kaki berjalan melewati zebra cross dan berjalan di pedestrian

Bangunan umum

(8)

Gambar 20. Konsep pergerakan pengguna

3.4 Penerapan Konsep CPTED pada Terminal Bus Leuwipanjang 3.4.1 Natural Surveillance

Gambar 21. Konsep Natural Surveillance

Gambar di samping merupakan konsep Natural Surveilance/ pengawasan alami. Fasad mempunyai bidang transparan, di dalamnya terdapat aktifitas UKM dan foodcourt.

Aktifitas tersebut dapat menjadi titik pengamat bagi pengunjung untuk mengawasi plaza/

parkir dalam meningkatkan konsep saling melihat dan dilihat, sehingga ruang gerak calon kriminal terhambat karena titik tersebut terlihat dari berbagai sudut.

Plaza dan parkir merupakan area yang sering dilalui oleh pengunjung, sehingga area tersebut dapat diawasi oleh pengamat di bangunan umum pada Lantai 1 dan 2 dan sebaliknya area plaza menjadi titik pengunjung untuk mengawasi area Lantai 1 dan 2.

Gambar 22. Konsep skema Natural Surveillance 1

Konsep Natural Surveillance pada tapak menggunakan elemen lanskap berupa pohon yang tidak menyebabkan area tertutup menjadi tempat tersembunyi. Pejalan kaki satu sama lain dapat saling melihat dan dilihat, sehingga skema tersebut dapat meminimalisir area yang menyebabkan aktifitas tindak kriminal.

Pergerakan pejalan kaki terbagi menjadi 2 jalur. Jalur pertama melewati bangunan umum dari jalan Soekarno Hatta menuju bangunan keberangkatan, alur ini banyak dilalui oleh pengguna yang menggunakan kendaraan pribadi. Jalur kedua berawal dari gedung kedatangan yang menuju bangunan keberangkatan dan umum.

A

A

A A

B

Jalan raya

(9)

Gambar 23. Konsep skema Natural Surveillance 2

Gambar di atas menjelaskan skema pengawasan alami (Natural Surveillance) pada bangunan umum.

Dari kantor sentra industri pada lantai 3, pengelola dapat melihat ke arah bawahnya untuk mengontrol aktifitas yang tejadi pada area sentra industri lantai 2 dan Lantai 1, tanpa harus turun.

Fasad bangunan umum memiliki jendela transparan pada Lantai 1 dan 2 yang besar agar memaksimalkan visibilitas antara aktifitas sentra industri dan aktifitas di dalam dan di luar ruang yang terjadi di area plaza dan parkir kendaraan.

Gambar 24. Konsep skema Natural Surveillance 3

Gambar 25. Konsep skema Natural Surveillance 4

Konsep Natural Surveillance di samping menggunakan bidang transparan yang lebar pada sisi skybridge dan memaksimalkan pengawasan aktifitas ke arah luar bangunan, karena secara otomatis pandangan akan melihat ke arah area kedatangan dan keberangkatan.

Skybridge Area kedatangan

Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Bidang transparan

Kantor

Sentra industri

Titik pengamat Arah pengawasan

(10)

3.4.2 Natural Access Control

Tabel 4. Natural Access Control

Gambar 26. Konsep skema Natural Access Control 1

Konsep Natural Access Control di samping merupakan jalur yang lurus dan saling terhubung dari plaza menuju bangunan keberangkatan dan melewati bangunan umum, maka jalur tersebut mudah untuk di kontrol oleh pengguna terminal.

Gambar 27. Konsep skema Natural Access Control 2

Nomor 1 entrance keberangkatan Entrance bangunan keberangkatan ini sejajar lurus dan terlihat dari entrance bangunan umum agar pengunjung mudah mengaksesnya dan tidak mengakses rute yang salah. Hal tersebut merupakan salah satu prinsip konsep CPTED yaitu Natural Access Control.

Nomor 2 bidang transparan

Bila calon penumpang berada di dalam bangunan keberangkatan, pengantar/

keluarga dapat mengawasinya dari luar bangunan, sehingga calon penumpang bus tersebut merasa aman karena terawasi dari luar (merupakan prinsip Natural Surveillance/ pengawasan alami).

Gambar 28. Konsep skema Natural Access Control 3

Gambar di samping merupakan skema Natural Access Control dari plaza menuju entrance bangunan umum.

Pola tapak mengarahkan langsung ke arah entrance agar memudahkan pencarian rute tersebut, sehingga meminimalisir pengunjung yang salah mengakses rute menuju entrance, maka rute menuju bangunan umum akan terkontrol, jadi pengunjung akan berada di area plaza/ parkir kemudian langsung menuju pintu masuk bangunan.

Plaza Bangunan

umum Bangunan

keberangkatan

Entrance Entrance

Pola tapak mengarahkan menuju entrance

(11)

3.4.3 Territorial Reinforcement

Tabel 5. Territorial Reinforcement

Gambar 29. Konsep skema Territorial Reinforcement 1

Area privat (warna merah) dan publik (warna biru) yang memiliki batas bangunan terminal. Bangunan tersebut merupakan pembatas wilayah teritori antara kedua area tersebut agar terjaga masing–masing aktifitasnya.

Gambar 30. Konsep skema Territorial Reinforcement 2

Adanya gate/ pintu pada area transisi antargedung dengan beberapa dilengkapi oleh pos jaga, menjelaskan kawasan teritori yang berbeda dan sebagai titik kontrol antarteritori bangunan.

3.4.4 Maintenance and Management

Maintenance and Management diterapkan pada terminal dengan cara melakukan pembersihan rutin di area potensial kriminal pada toilet dan lanskap agar selalu terlihat rapi dan bersih sehingga bila ada pengguna yang beraktifitas merasa terawasi dan diperhatikan.

3.5 Visualisasi Hasil Rancangan 3.5.1 Tampak Bangunan Umum

Fasad bangunan umum menggunakan secondary skin vertikal dan material WPC yang mempunyai tekstur kayu berwarna coklat.

Bagian ini merupakan Lantai 3 kantor, adanya bukaan transparan di sela-sela secondary skin adalah untuk mengawasi aktifitas pada ruang luar.

Gambar 31. Tampak bangunan umum 1

Menggunakan bukaan kaca yang lebar untuk meningkatkan visibilitas ruang dalam dan luar sehingga mudah untuk diawasi. Adanya bukaan juga untuk menunjukan adanya aktifitas komersil sentra industri di dalamnya.

Pola jendela menunjukkan bahwa bila pergerakan makin dekat dengan entrance maka garis semakin rapat.

Gambar 32. Tampak bangunan umum 2

3.5.2 Tampak Bangunan Keberangkatan

Elemen garis horizontal tersebut merupakan garis penunjuk pada area pintu bangunan keberangkatan. Fasad bangunan ini menggunakan material WPC tekstur kayu berwarna coklat yang menunjukkan pintu keluar.

Gambar 33. Tampak bangunan keberangkatan 1

Bukaan kaca lebar pada kantor Lantai 3 yang menghadap Utara, maka adanya bukaan transparan mempermudah pengawasan aktifitas yang terjadi pada area keberangkatan bus.

Gambar 34. Tampak bangunan keberangkatan 2

Skybridge Skybridge

Bangunan kedatang an Bangunan keberangkatan Bangunan umum

Bangunan

Area publik Area privat

(12)

3.5.3 Tampak Bangunan Kedatangan

Fasad bangunan kedatangan memiliki 2 muka fasad yang menggunakan material transparan agar mudah untuk dikontrol dan diawasi antarpengguna di kedatangan Bus AKDP dan bukan AKDP.

Gambar 35. Tampak bangunan kedatangan 1

Fasad bangunan kedatangan menggunakan material perforeted metal sheet, yang ditempatkan paling atas untuk memasukkan udara dari luar ke dalam bangunan.

Gambar 36. Tampak bangunan kedatangan 2 3.5.4 Perspektif

Gambar 37. Perspektif eksterior mata burung Gambar 38. Perspektif eksterior mata manusia

Gambar 39. Perspektif suasana peron Gambar 40. Perspektif interior bangunan umum Merupakan beberapa suasana di Terminal Bus Leuwipanjang yang menggunakan 4 prinsip CPTED.

Dengan konsep tersebut, maka desain yang dirancang diharapkan dapat meminimalisir kesempatan tindakan kriminal yang terjadi pada terminal.

4. SIMPULAN

Dengan menerapkan 4 prinsip dalam konsep CPTED yaitu Natural surveillance, Natural Access Control, Territorial Reinforcement, serta Maintenance and Management pada desain Terminal Bus Leuwipanjang maka diharapkan dapat meminimalisir kesempatan terjadinya tindak kriminal.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan selesainya e-journal Tugas Akhir Arsitektur ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Jendral Perhubungan Darat, Dinas Perhubungan Kota Bandung, dan UPT Terminal Leuwipanjang. Penulis berharap penulisan ini dapat bermanfaat bagi semua orang dan khususnya untuk penulis sendiri dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu arsitektur yang telah dipelajari selama ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Dinas Perhubungan Kota Bandung (2016). “Bandung Urban Mobility Project”.

[2] Pauls, T.; Zywna, D.; Prochilo, K.; White, S.; Christie, F.; & Hainer, C. (2000). Crime Prevention

Gambar

Gambar 1. Konsep gubahan massa 1
Gambar 4. Konsep zoning tapak
Gambar 6. Konsep zona parkir
Gambar 11. Konsep zona servis dan utilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

The occurrence of coastal springs are generally associated with unique hydrogeologic phenomena and beautiful landscape.Due to very rough topography, steep cliffs,

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan pemanasan temperature tinggi secara serentak, sehingga terjadi perubahan sifat metalurgiknya seperti

Pada pertemuan awal ini, tim pengabdian melakukan temu ramah dengan Kepala Sekolah untuk membicarakan kegiatan belajar mengajar di masa pandemic dan platform yang selama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kendali genetik pewarisan sifat ketahanan cabai ( C. annuum L.) terhadap antraknosa yang disebabkan oleh

Jenis batu alam yang sering terdapat dipasaran antara lain batu paras, batu candi, marmo (marmer yang di buat kasar), batu tempel dan banyak jenis batu lainnya termasuk

HAMPIR SEMUA MASYARAKAT YANG ADA DI DESA TERSEBUT BERGERAK DI BIDANG KERAJINAN BAMBU // JENIS BAMBU YANG MEREKA GUNAKAN ANTARA LAIN BAMBU PETUNG / BAMBU APUS / BAMBU ORI DAN

[r]

Modul pelatihan simulasi aliran 1-dimensi dengan bantuan paket program hidrodinamika hec-ras UGM , Juni 2014.. The Study On Belawan Padang Integrated River Basin