• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF DISCLOSURE MELALUI FITUR INSTAGRAM STORIES (STUDI PADA MAHASIWA KPI UIN JAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELF DISCLOSURE MELALUI FITUR INSTAGRAM STORIES (STUDI PADA MAHASIWA KPI UIN JAKARTA)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

SELF DISCLOSURE MELALUI FITUR INSTAGRAM STORIES

(STUDI PADA MAHASIWA KPI UIN JAKARTA)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh

Rizki Dewi Ayu NIM: 11160510000186

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rizki Dewi Ayu

NIM : 11160510000186

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Self Disclosure Melalui Fitur Instagram Stories (Studi pada Mahasiswa KPI UIN Jakarta)” adalah benar merupakan hasil karya asli saya dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam proses pembuatannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli atau merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 24 Juli 2021

Rizki Dewi Ayu NIM: 11160510000186

(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

SELF DISCLOSURE MELALUI FITUR INSTAGRAM STORIES

(STUDI PADA MAHASIWA KPI UIN JAKARTA) Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Rizki Dewi Ayu NIM: 11160510000186

Dosen Pembimbing

Dr. H. M. Yakub, MA NIP: 196210181993031002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)
(5)

ABSTRAK

Rizki Dewi Ayu 11160510000186

Self Disclosure melalui Fitur Instagram Stories (Studi pada Mahasiswa KPI UIN JAKARTA)

Salah satu media sosial yakni Instagram dengan fitur Stories-nya saat ini bukan hanya sebagai wadah untuk mencari teman maupun berbagi informasi. Namun juga untuk mencurahkan perasaan serta mengekspresikan diri oleh penggunanya. Fenomena tersebut terus meningkat hingga Instagram Stories menjadi sebuah wadah untuk melakukan pengungkapan diri.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas tentang Self Disclosure Mahasiswa KPI dalam fitur Instagram Stories. Mahasiswa KPI dipilih sebagai representasi generasi Z. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk, tujuan dan dampak melakukan Self Disclosure di dalam fitur Instagram Stories.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Jendela Johari (Johari Windows) dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif.

Hasil pembahasan menjelaskan bahwa aspek terbesar Self Disclosure Mahasiswa KPI adalah area terbuka (Open Area), kemudian terdapat juga area tesembunyi (Hidden Area), Area Buta (Blind Area) dan Area tidak diketahui (Unknown Self). Terdapat tujuan untuk mengekspresikan diri, memotivasi orang lain, keabsahan sosial dan berbagi informasi. Kemudian terdapat dampak positif dan negatif setelah melakukan Self Disclosure di Instagram Stories.

Kata kunci: Self Disclosure, Pengungkapan Diri, Mahasiswa,

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji tak lupa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Self Disclosure melalui Fitur Instagram Stories (Studi Pada Mahasiswa KPI UIN JAKARTA)” dengan lancar. Tak lupa Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi umat Islam. Semoga kita mendapat syafaat kelak di hari kiamat. Aamiin Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan banyak dukungan dan dorongan baik itu berupa pikiran, tenaga dan moril secara tidak langsung maupun langsung dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, S.Ag sebagai Wakil Dekan I bidang akademik, Dr. Sihabuddin Noor, M.Ag sebagai Wakil Dekan II bidang administrasi, dan Dr. Cecep Sastrawijaya, MA. sebagai Wakil Dekan III bidang akademik.

(7)

2. Dr. Armawati Arbi, sebagai Kepala Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

3. Dr, H. Edi Amin, MA. sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

4. Kiky Rizky, M. Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswa.

5. Dr. H. M. Yakub, MA. Sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah senantiasa mencurahkan segenap ilmu, waktu dan tenaga untuk membimbing penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah memberi arahan, saran dan motivasi sehingga penulisan skripsi berjalan dengan baik.

6. Prof. Dr. Andi M. Faisal Bakti, MA. Sebagai penguji 1 dan Ade Masturi, M.A. sebagai penguji 2 dalam sidang skripsi penulis. Terimakasih atas segala masukan, saran, koreksi yang diberikan sehingga penulisan skripsi menjadi lebih baik.

7. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi terutama Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi. Semoga ilmi yang telah diajarkan dapat menjadi ladang pahala dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

(8)

8. Yang paling utama dan terpenting kepada kedua orang tua penulis Muhammad Yusdar dan Sitatun atas doa dan ridhonya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas didikan, motivasi, semangat serta dorongan yang tidak pernah berhenti sehingga penulis selalu bersemangat demi menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa untuk adik penulis Anita Diah Kitani terima kasih juga sudah mau disuruh-suruh jika penulis sedang sibuk menyelesaikan skripsi.

9. Spesial untuk Salman Al Rasyiddin, terima kasih telah menyemangati penulis serta menemani dan selalu ada di saat penulis membutuhkan bantuan kapan pun dan di mana pun. Terima kasih atas segala dukungannya baik tenaga, pikiran maupun materil selama proses penulis mengerjakan skripsi.

10. Untuk kawan-kawan di kelas KPI D angkatan 2016 terkhusus sahabat-sahabat penulis Nurul Dwiana, Savira Salsanabila, Danvie Nurjiyanti Utami, Sarah Anggita terima kasih telah menjadi sahabat penulis sejak awal kuliah hingga sekarang. Membantu penulis menemukan judul skripsi, bertukar pikiran mengenai skripsi, dan selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas dukungan dan perhatian selama ini.

(9)

11. Untuk Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) INSTITUT UIN Jakarta yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk mengembangkan minat dan bakat penulis. Terima kasih khusus keluarga LPM 2018 Herlin Agustini, Nurul Dwiana, Ika Titi Hidayati, Muhammad Silvansyah Syahdi Muharram, Sefi Rafiani yang telah mewarnai kegiatan non-akademik penulis di kampus.

12. Untuk kelompok KKN Empera 52, Luben, Devi, Susi, Rofi, Isma, Rachmi, Bella, Hana, Salma, Almarhumah Panca, Ndaru, Alifian, Kholik, Faiz, Eggy, Malik, Tama, Haris. Yang menjadi keluarga penulis selama sebulan KKN di Barengkok, Leuwiliang tahun 2019.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dan semoga kalian berbahagia selalu. Aamiin.

Tangerang Selatan, 24 Juli 2021

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... V KATA PENGANTAR ... VI DAFTAR ISI ... X DAFTAR GAMBAR ... XII DAFTAR TABEL... XIII

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

F. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 10

G. Metode Penelitian... 13

H. Sistematika Penulisan... 19

BAB II ... 21

KAJIAN PUSTAKA ... 21

A. Komunikasi Antarpribadi ... 21

B. Self Disclosure (Pengungkapan Diri) ... 25

C. Teori Jendela Johari (Johari Window) ... 33

D. Media Sosial ... 35

E. Instagram ... 36

F. Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III ... 40

(11)

A. Gambaran Umum Instagram ... 40

B. Gambaran Umum Komunikasi Penyiaran Islam... 49

BAB IV ... 57

TEMUAN DATA PENELITIAN ... 57

A. Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam dalam Fitur Instagram Stories ... 57

B. Maksud dan Tujuan Melakukan Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam dalam fitur Instagram Stories ... 76

C. Dampak Melakukan Pengungkapan Diri (Self Disclosure) Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam dalam Fitur Instagram Stories ... 81

BAB V ... 89

PEMBAHASAN ... 89

A. Analisis Bentuk Self Disclosure Mahasiswa KPI dalam fitur Instagram Stories ... 89

B. Tujuan Mahasiswa KPI Melakukan Self Disclosure dalam fitur Instagram Stories ... 95

C. Analisis Dampak Mahasiswa KPI Melakukan Self Disclosure pada Instagram Stories ... 99

BAB VI ... 103 PENUTUP ... 103 A. Kesimpulan ... 103 B. Implikasi ... 104 C. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN ... 113

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Pengguna Internet di Indonesia... 2

Gambar 2. Grafik Pengguna Instagran di Indonesia ... 4

Gambar 3. Ilustrasi Teori Johari Window ... 33

Gambar 4. Kerangka Berpikir Teori Self Disclosure (diolah oleh penulis) ... 39

Gambar 5. Logo Instagram dari Masa ke Masa ... 40

Gambar 6. Perubahan Logo Instagram... 42

Gambar 7. Instagram Stories ... 44

Gambar 8. Direct Messenger... 45

Gambar 9 IGTV ... 46

Gambar 10 Fitur Shopping ... 47

Gambar 11 Fitur Search and Explore ... 48

Gambar 12. Logo KPI UIN Jakarta... 49

Gambar 13. Unggahan Story Lulu ... 58

Gambar 14 Ungagahan Story Aageng... 59

Gambar 15. Unggahan Story Rizky ... 61

Gambar 16 Unggahan Stories Fadhli ... 63

Gambar 17. Unggahan Stories Firman ... 64

Gambar 18. Unggahan Stories Wafi ... 66

Gambar 19. Unggahan Stories Nabila ... 67

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Isi Unggahan Instagram Stories Mahasiswa KPI ... 69

Tabel 2. Bentuk Self Disclosure Mahasiswa KPI ... 75

Tabel 3. Tujuan Self Disclosure Mahasiswa KPI ... 80

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan internet saat ini sudah melekat di lini kehidupan manusia. Apalagi manusia sejatinya merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk berbagi rasa, bertukar pikiran, dan kehendak, baik secara langsung maupun tidak, verbal maupun nonverbal.1 Internet mampu membuat manusia untuk saling berinteraksi tanpa terhalang oleh jarak dan waktu, sehingga menimbulkan jalinan keakraban serta komunikasi yang intens.

Berdasarkan data salah satu lembaga riset We Are Social, dari total populasi masyarakat Indonesia yang berjumlah 272,1 juta jiwa, 64% penduduk telah merasakan akses dunia maya. Dalam laporan terbarunya, pada tahun 2020 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai sekitar 175,4 juta orang. Itu berarti ada kenaikan sekitar 17% atau 25 juta pengguna internet dibanding tahun sebelumnya.2 Menariknya, dari total 175,4 juta

1 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2002), h. 8.

2https://wearesocial.com/digital-2020 diakses pada Senin, 1 September 2020,

(15)

orang yang menggunakan internet, 160 juta di antaranya merupakan pengguna aktif media sosial (medsos).3

Sumber: https://wearesocial.com/digital-20204

Mengutip dari Nasrullah5, beberapa ahli seperti Laughey dan Mc Quail menjelaskan bahwa “media sosial merupakan alat komunikasi.” Dengan begitu dapat diartikan pula bahwa media adalah suatu alat yang digunakan dalam kegiatan komunikasi. Lebih lanjut Nasrullah menjelaskan, media sosial merupakan media di internet yang memungkinkan penggunanya untuk merepresentasikan dirinya sehingga dirinya mampu

3

https://inet.detik.com/cyberlife/d-4907674/riset-ada-1752-juta-pengguna-internet-di-indonesia, diakses pada Kamis, 7 Juli 2020 pukul 18.23.

4 https://wearesocial.com/digital-2020 diakses pada Jumat, 27 Agustus 2021

pukul 10.47.

5 Rulli Nasrullah, Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya dan

Sosioteknologi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 3.

(16)

berinteraksi, bekerjasama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual.6

Sebagai alat komunikasi dan interaksi, maka media sosial tak luput menjadi sarana untuk melakukan Self Disclosure atau pengungkapan diri. Menurut Johnson7, “Self Disclosure adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut.” Sedangkan menurut Jourard8 “pengungkapan diri merupakan proses penyampaian informasi yang berhubungan dengan diri sendiri kepada orang lain.”

Istilah pengungkapan diri yang familiar dalam kehidupan masyarakat ialah curahan hati (curhat). Curhat atau curahan hati merupakan saat di mana satu orang mencoba untuk menceritakan sesuatu kepada orang-orang yang dianggap dekat, dan biasanya yang diceritakan itu masalah personal. Misal tentang pekerjaan, pasangan, keluarga, dan lain sebagainya.9

Di era digital seperti sekarang, curhat yang mulanya dilakukan secara tatap muka (langsung) dan bersifat privat kini

6 Rulli Nasrullah, Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya dan

Sosioteknologi), (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 11.

7 Supratiknya, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta:

Kanisisus, 1995), h. 14.

8 Dimas Pamuncak, Pengaruh tipe kepribadian terhadap Self Disclosure

pengguna facebook, Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 21.

9 Sugeng Widodo, dkk,“Rendahnya Intensi Anak Untuk Curhat Kepada Orang

Tua Pada Siswa Mts Mathlaul Anwar”, Jurnal ABDIMAS Vol. 1 ,No. 2, (Mei

(17)

telah bergeser ke dunia maya seperti media sosial. Hal ini dikemukakan oleh Ria Yunita10 yang dalam penelitiannya menjelaskan, “sosial media ibaratkan menjadi online diary bagi sebagian besar penggunanya, di mana pengguna dapat menuliskan aktivitasnya, mengungkapkan perasaannya, dan memberitahu apa yang sedang dilakukan.”

Sebagai wadah untuk melakukan pengungkapan diri baik itu perasaan bahagia, senang, sedih, atau marah, media sosial diyakini menjadi cara yang efektif untuk meredakan perasaan hati. Robert menjelaskan “bahkan terdapat kasus-kasus individual yang merasa bahwa mengungkapkan diri di media sosial dapat menghilangkan depresi.”11

Sumber: https://wearesocial.com/digital-202012

10 Ria Yunita, “Aktivitas Pengungkapan Diri Remaja Putri Melalui Sosial Media

Twitter”, Jurnal Komunikasi Vol 10, No.1, (Maret 2019), h. 26.

11 Werner J. Severin & Tankard, dkk, Teori Komunikasi: Edisi Kelima, (Jakarta:

Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 464.

12https://wearesocial.com/digital-2020 diakses pada Jumat, 27 Agustus 2021

pukul 10.47.

(18)

Media sosial yang tak luput menjadi sarana untuk melakukan pengungkapan diri salah satunya Instagram. Melalui fiturnya yakni Instagram Stories “pengguna dapat berbagi aktivitas terbaru berupa foto, video atau tulisan. Sebab fitur ini dibuat sebagai petunjuk real time mengenai apa yang sedang dilakukan.”13 Ditambah, pada tahun 2020, Instagram masuk dalam lima besar media sosial yang paling sering digunakan di Indonesia14.

Salah satu contoh kasus Self Disclosure di media sosial yang sempat viral beberapa waktu lalu ialah curhatan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang melakukan pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) di bank dengan menggunakan uang receh. Dalam curhatannya ia menceritakan alasannya membayar UKT menggunakan uang receh karena himpitan ekonomi serta krisis efek pandemi yang mengaruskan ia membongkar celengannya. Curhatannya itu mendapat respons yang baik dari warganet serta dukungan yang positif.15

Kasus selanjutnya yang juga viral ialah curhatan mahasiswi UIN Bandung yang menjadi korban pelecehan sosial di jalan.

13 www.Instagram Stories.com/about, diakses pada Jumat, 28 Agustus 2020

pukul 13.13.

14

https://katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-media-sosial-yang-paling-sering-digunakan-di-indonesia, diakses pada Selasa, 6 Oktober 2020 pukul 14.31.

15

https://kumparan.com/berita_viral/curhat-mahasiswa-bayar-uang-kuliah-pakai-uang-receh-sempat-ditolak-bank-1u06OsD0X3y/full, diakses pada

(19)

Curhatannya tersebut diungkapkan dalam Instagram Storiesnya. Alhasil, ia mendapat banyak dukungan positif dari warganet.16

Namun, terdapat pula beberapa kasus curhat di media sosial yang berujung pada perkara pidana. Salah satu diantaranya adalah kasus seorang wanita di Medan yang menagih utang melalui Instagram Stories. Akibatnya ia dilaporkan ke polisi atas pencemaran nama baik.17

Dalam Islam sendiri, sesungguhnya tidak semua masalah itu pantas disebar dan diceritakan kepada orang yang diadukannya. Cukup semua perkara yang dihadapi seorang muslim hanya dicurhatkan kepada Allah SWT.18 Seperti yang dialami oleh Nabi Ya’qub a.s ketika sedih kehilangan Yusuf putranya. Maka dengarlah jawaban Nabi Ya’qub yang perlu diteladani setiap muslim:

يِ ثَب ْاوُك ۡشَأ ٓاَمَّنِإ َلاَق

َلَ اَم ِ َّللَّٱ َنِم ُمَل ۡعَأ َو ِ َّللَّٱ ىَلِإ ٓيِن ۡزُح َو

َنوُمَلۡعَت

٨٦

19 16

https://jabar.tribunnews.com/2019/12/10/viral-curhat-pilu-mahasiswi-uin-bandung-jadi-korban-pelecehan-seksual-warganet-beri-dukungan, diakses pada

Kamis 12 Agustus, pukul 11.30.

17

https://regional.kompas.com/read/2020/01/10/07010001/tagih-utang-rp-70-juta-lewat-instagram-wanita-di-medan-jadi-terdakwa?page=all, diakses pada

Jumat 13 Agustus, pukul 16.15.

18 https://islamkita.co/hukum-curhat/, diakses pada 18 Agutus 2021, pukul

13.05.

(20)

Artinya : “Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”20

Kemudian Allah juga berfirman dalam Surah An-Naml ayat 62:

ۡمُكُلَع ۡجَي َو َء ٓوُّسلٱ ُفِش ۡكَي َو ُهاَعَد اَذِإ َّرَط ۡضُمۡلٱ ُبي ِجُي نَّمَأ

َنوُرَّكَذَت اَّم الٗيِلَق ِِۚ َّللَّٱ َعَّم ٞهََٰلِءَأ ِِۗض ۡرَ ۡلۡٱ َءٓاَفَلُخ

٦٢

21

Artinya: “Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.”22

Contoh kasus tersebut membuktikan bahwa masih banyak masyarakat terutama anak muda yang menjadikan media sosial sebagai wadah untuk melakukan pengungkapan diri. Maka, berdasarkan uraian yang telah dipaparkan serta melihat maraknya pengungkapan diri melalui Instagram Stories oleh anak muda khususnya mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Self

20 https://quran.kemenag.go.id/sura/12, diakses pada Rabu, 1 September 2021

pukul 14.09.

21

QS. An-Naml: 62.

22https://quran.kemenag.go.id/sura/27/62,

diakses pada Rabu, 1 September 2021 pukul 14.19.

(21)

Disclosure melalui Instagram Stories (Studi pada Mahasiswa KPI UIN Jakarta).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Media sosial yang pada dasarnya bersifat publik kini menjadi sarana untuk mengemukakan hal-hal yang bersifat pribadi dan rahasia seperti perasaan, pekerjaan, atau aktivitas sehari-hari.

2. Pengguna media sosial terutama anak muda sering meluapkan perasaannya di media sosial secara terang-terangan tanpa rasa canggung dan malu.

3. Efek yang didapat dari curhat di media sosial bisa positif dan negatif. Bahkan terdapat kasus curahan hati (curhat) di media sosial yang berujung pidana.

4. Adapun Islam mengajarkan tidak semua hal pribadi boleh diumbar ke publik. Baiknya segala perkara dicurahkan hanya kepada Allah SWT.

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang di atas, peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

(22)

• Konsep: Penelitian ini tentang Self Disclosure melalui Instagram Stories oleh mahasiswa KPI UIN Jakarta. Mahasiswa KPI dipilih sebagai representasi dari anak muda. • Tempat: Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten.

• Waktu: 1 Februari 2021 – 30 Juni 2021.

D. Rumusan Masalah

Bagaimana Self Disclosure mahasiwa KPI UIN Jakarta pada Instagram Stories? Adapun pertanyaan turunannya adalah: 1. Apa saja bentuk Self Disclosure mahasiswa KPI UIN

Jakarta di Instagram Stories?

2. Seperti apa maksud dan tujuan dari Self Disclosure mahasiswa KPI UIN Jakarta di Instagram Stories?

3. Sejauh mana dampak Self Disclosure di Instagram Stories pada mahasiswa KPI UIN Jakarta?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sebuah penelitian akan lebih fokus dan terarah pada suatu permasalahan apabila tujuan penelitian ditentukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk Self Disclosure mahasiswa KPI UIN Jakarta di Instagram Stories

2. Untuk mengetahui maksud tujuan dari Self Disclosure mahasiswa KPI UIN Jakarta di Instagram Stories.

(23)

3. Untuk mengetahui dampak Self Disclosure mahasiswa KPI UIN Jakarta di Instagram Stories.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat baik dari segi teoretis maupun praktis, sehingga bermanfaat bagi semua pihak.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan Ilmu Komunikasi terutama tentang pengungkapan diri serta diterapkan dalam dunia pendidikan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau acuan bagi penulisan penelitian selanjutnya dengan tema pengungkapan diri.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi acuan bagi mahasiwa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang akan meneliti tentang pengungkapan diri (Self Disclosure). b. Bagi sivitas akademika dan masyarakat diharapkan

daoat memberikan wawasan dan informasi terkait pengaruh pengungkapan diri di media sosial terhadap komunikasi antarpribadi mahasiswa.

F. Tinjauan Kajian Terdahulu Berikut review skripsi atau jurnal:

(24)

1. Rayhan Bayruni,23 Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul skripsi “Pengungkapan Diri Muslimah Bercadar Melalui Instagram: Pendekatan Fenomenologi.” Dalam penelitian ini, Rayhan meneliti tentang pengungkapan diri muslimah bercadar dan fungsinya. Hasilnya, terdapat dua model pengungkapan diri muslimah bercadar di Instagram yakni Open Self secara ekspresif dan Hidden Self secara islami. Perbedaan penelitian ini terdapat pada subjek dan objek yang diteliti. Di penelitian ini Rayhan meneliti muslimah bercadar sedangkan peneliti memilih subjek mahasiswa KPI. Untuk objek, Rayhan memilih Instagram sedangkan peneliti memilih Instagram Stories.

2. Mutiara Ayu Oktavianti,24 mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dalam skripsinya yang berjudul “Instagram Stories Sebagai Media Self Disclosure Mahasiswi Ilmu Komunikasi UINSA.” Penelitian ini menjelaskan Self Disclosure melalui Instagram Stories. Dalam penelitian ini, Mutiara menemukan hasil penelitian bahwa Self Disclosure dilakukan atas dasar menginginkan dirinya diterima dan diakui oleh masyarakat. Kemudian

23 Rayhan Bayruni, Pengungkapan Diri Muslimah Bercadar Melalui Instagram:

Pendekatan Fenomenologi, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2020).

24 Mutiara Ayu Oktavianti, Instagram Stories Sebagai Media Self Disclosure

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UINSA, Skripsi, (Surabaya: Universitas Islam

(25)

tujuan dari melakukan Self Disclosure adalah untuk mengekspresikan perasaan agar menjadi lebih baik. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan metode yang sama yakni penelitian kualititatif. Variabel yang diteliti pun sama yaitu pengungkapan diri. Adapun untuk perbedaan terdapat pada objek yang diteliti.

3. Ajeng Prima Dewi dan Santi Delliana,25 dalam jurnalnya yang berjudul “Self Disclosure Generasi Z di Twitter.” Dalam penelitiannya, terdapat hasil bahwa Self Disclosure di Twitter menjadikan informan merasa lega dengan adanya dukungan dalam bentuk reply atau balasan. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti Self Disclosure di media sosial. Perbedaannya terdapat pada media sosial yang digunakan,

4. Rofiah Ekawati,26 mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya dalam skripsi berjudul “Self Disclosure Remaja Perempuan Melalui Twitter.” Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti Self Disclosure pada media sosial. Perbedaan dari skripsi ini ada pada subjek dan objeknya.

25 Ajeng Prima Dewi dan Santi Deliana, “Self Disclosure Generasi Z di Twitter”,

Jurnal Ilmu Komunikasi: Ekspresi dan Persepsi Vol 3, No.1, (Januari 2020).

26 Rofiah Ekawati, Self Disclosure Remaja Perempuan Melalui Twitter, Skripsi,

(26)

5. Nir Mala Sari Pane,27 mahasiswi Public Relations dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara dalam skripsi berjudul “Keterbukaan Diri Pengguna Akun K-POP Roleplayer Twitter Di Kota Medan.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterbukaan diri dan alasan untuk melakukan keterbukaan diri. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti Self Disclosure. Namun terdapat perbedaan dari subjek dan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek pengguna akun K-POP Roleplayer dan objek media sosial Twitter.

G. Metode Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma positivistik atau klasik. Paradigma positivistik ini menempatkan teori sebagai titik tolak utama dalam kegiatan penelitiannya. Positivistik dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab-akibat). Teori dalam penelitian berparadigma positivistik menjadi sumber utama atas berbagai rasa ingin tahu dari para peneliti.28

27 Nir Mala Sari Pane, Keterbukaan Diri Pengguna Akun K-POP Roleplayer

Twitter di Kota Medan, Skripsi, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2020).

28 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

(27)

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono29, metode penelitian kualitatif adalah “metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada konsisi obyek alamiah di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan. Analisis data besifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasinya.”

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah “orang atau pihak yang dijadikan sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian. Pada penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian disebut dengan informan.”30 Dalam penelitian ini, peneliti mengambil responden mahasiswa KPI Angkatan 2017, 2018, 2019 dan 2020. Masing-masing angkatan dibutuhkan dua orang yang aktif menggunakan fitur Instagram Stories. Maka dari itu jumlah responden adalah 8 mahasiswa KPI.

29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2014), h. 9.

30 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga,

(28)

Adapun karakteristik informan dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa aktif jurusan KPI UIN Jakarta.

b. Mempunyai Instagram.

c. Aktif menggunakan fitur Instagram Stories.

d.Permah melakukan pengungkapan diri melalui Instagram Stories.

Objek penelitian ini adalah Self Disclosure di Instagram. Fenomena ini peneliti angkat karena mahasiswa KPI banyak yang melakukan curhat di media sosial serta mengumbar hal pribadi di Instagram. Maka dari itu dirasa, Self Disclosure telah menjadi hal yang biasa bagi mahasiswa.

4. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ciputat, Tangerang selatan. Mulai 1 Februari 2021- 30 Juni 2021.

5. Sumber Data

Sumber data merupakan sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Sumber data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat langsung dari sumber pertama di lapangan. Sedangkan data untuk menyelesaikan

(29)

masalah dalam penelitian misalnya, literatur, artikel, jurnal, atau situs internet.31

7. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan dalam penelitian ini adalah mengamati secara langsung proses Self Disclosure mahasiswa KPI di Instagram Stories.

b. Wawancara

Peneliti juga melakukan wawancara terhadap delapan informan terpilih, yakni mahasiswa KPI. Teknik ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui bagaimana Self Disclosure mahasiswa KPI lebih dalam lagi. Dengan begitu, peneliti mewawancarai secara mendalam dan menggali jawaban.

c. Dokumentasi

Dokumentasi diperlukan untuk pengumpulan bukti fisik yang diambil dari berbagai informasi tertulis yang relevan dari topik penelitian. Dalah hal ini, peneliti akan

31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

(30)

mengambil sumber dokumentasi berupa screenshot Instagram Stories.32

d. Studi Literatur

Penulis juga mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan penelitian. sumber-sumber kepustakaan diperoleh dari buku, jurnal serta hasil penelitian dari sumber lain. Studi kepustakaan merupakan langkah penting untuk melakukan kajian yang berkaitan dengan teori.33

Adapun jenis literarur menurut tingkat kedalaman analisisnya dibagi menjadi tiga, yaitu:34

1. “Literatur Primer, literarur primer merupakan literatur yang dibuat dari hasil penelitian yang mana hasilnya belum pernah diterbitkan sebelumnya. Dalam artian, penulis yang bersangkutan yang langsung menulis.

2. Literatur Sekunder, literatur sekunder adalah literatur yang dibuat dengan merujuk atau mengutip hasil dari literatur primer.

3. Literatur Tersier, literatur tersier merupakan literatur yang berisi berbagai macam informasi yang

32 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2014), h. 240.

33 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h.

27.

34 Suwandi, “Literasi Abu-abu dalam Perpustakaan”, Jurnal Iqra Vol 11, No.

(31)

berupa petunjuk untuk bisa mendapatkan literatur sekunder. Contohnya beberapa bibliografi, direktori dari direktori, dll.”

8. Teknik Analisis Data

Selanjutnya tahapan analisis dilakukan dengan menggunakan model Miles dan Huberman.35 Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan terus-menerus hingga mencapai kejenuhan data. Adapun tahap-tahap analisis data dalam model ini, yaitu:

a. “Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.”36

b. Penyajian Data

Setelah direduksi, tahapan selanjutnya adalah dengan memaparkan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Kesimpuan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang 35 Sugeng Pujileksono, Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Malang:

Intrans Publishing, 2016), h. 152.

36 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

(32)

sebelumnya masih belum jelas. Temuan dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.”37

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan sistematika penelitian ini, penulis mengacu kepada Pedoman Umum Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Tim Penulis UIN Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017. Untuk memberikan gambaran sederhana maka peneliti membagi menjadi enam bagian.

Pada bab pertama skripsi ini berisikan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika penulisan. Pendahuluan merupakan garis besar dari keseluruhan substansi skripsi.

Selanjutnya untuk memperjelas teori apa yang dipakai dalam penelitian ini, maka dijabarkan dalam bab dua yang berisi kajian pustaka. Di bab dua pula dibahas mengenai landasan teori yang menunjang penelitian seperti teori Self Disclosure.

Untuk menjelaskan secara rinci mengenai subjek dan objek yang diteliti, maka penulis menjelaskannya dalam gambaran umum di bab ketiga. Bab ketiga menjelaskan tentang jurusan

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

(33)

KPI serta profil mahasiswa KPI yang dijadikan subjek penelitian. Adapun peneliti juga menjelaskan sejarah Instagram dan perkembangannya.

Lebih jauh, bab keempat berisi hasil temuan data penelitian. Di sini peneliti menguraikan temuan penelitian selama peneliti melakukan observasi, wawancara, dokumentasi dan studi literatur tentang Self Disclosure mahasiswa KPI di Instagram Stories.

Kemudian agar pemaparan lebih jelas, maka peneliti menyampaikan pembahasan di bab kelima. Dalam bab lima, peneliti juga menyampaikan konfirmasi antara temuan data penelitian dan teori Self Disclosure.

Terakhir, di bab penutup peneliti menyimpulkan hasil dari keseluruhan penelitian yang telah dipaparkan serta mencantumkan saran untuk penelitian selanjutnya.38

38 Tim Penulis, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Komunikasi Antarpribadi

1. Pengertian Komunikasi Antarpribadi

Istilah kata komunikasi berasal dari Bahasa Latin “communicate” yang berarti “membagi sesuatu dengan orang lain, memberikan sebagian untuk seseorang, tukar menukar, bercakap-cakap, bertukar pikiran, dan lain sebagainya.”39 Sedangkan komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk dari sebuah komunikasi.

Menurut DeVito, “komunikasi antarpribadi adalah pengiriman pesan dari seseorang dan diterima dengan efek dan umpan balik secara langsung oleh orang lain.”40 Komunikasi antarpribadi juga berarti “proses pertukaran informasi diantara dua orang yang dapat langsung diketahui umpan baliknya.”41

Adapun menurut Effendi, “komunikasi antarpribadi adalah komunikasi secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik

39 Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi, (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2016), h. 1.

40 Alo Liliweri, Komunikasi Antar-pribadi, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

1997), h. 12.

41 Surya Muhammad, Psikologi Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,

(35)

secara verbal maupun non verbal.”42 Effendi juga mendefinisikan:

“Pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan, sehingga komunikasi jenis ini dianggap paling berhasil guna untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis berupa percakapan serta arus balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga.”43

Begitupun menurut Gitosudarmo dan Agus Mulyono, “komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi, dua arah, verbal dan non verbal. Serta saling berbagi informasi dan perasaan antar individu dengan individu dalam kelompok kecil.” 44

Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan komunikasi atau hubungan dengan manusia lainnya. Itu sebabnya, “komunikasi antarpribadi merupakan suatu keharusan bagi manusia. Selain itu, ada beberapa kebutuhan manusia yang hanya dapat dipuaskan melalui komunikasi.”

42 Effendi, Ilmu Teori dan FIlsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2003), h. 29.

43 Effendi, Ilmu Teori dan FIlsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya

Bakti, 2003), h. 30.

44 Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.

(36)

Maka dari itu, komunikasi antarpribadi dianggap penting bagi kebahagiaan hidup manusia.45

Adapun, komunikasi antarpribadi dianggap efektif apabila meliputi hal-hal berikut:

1. “Keterbukaan, yaitu adanya keinginan untuk mengungkapkan perasaan pribadi.

2. Empati, yaitu sebuah perasaan untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain dan memahami suasana hati orang lain. 3. Sikap mendukung, sikap dalam membuat

orang lain merasa aman dan tidak tertekan. 4. Sikap positif, mendorong lawan bicara

berinteraksi dan melakukan komunikasi dengan lawan bicara.

5. Kesetaraan, menganggap kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga.”46

2. Komunikasi Antarpribadi dalam Perspektif Islam

Menurut Andi Faisal Bakti, Komunikasi dalam Islam disampaikan melalui dakwah. “Dakwah adalah usaha meyakinkan manusia untuk bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam berdasarkan batas pengertian mereka masing-masing.”47

45 Supratiknya, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi, (Yogyakarta:

Kanisius, 1995), h. 9.

46 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang Selatan:

Kharisma Publishing Group, 2011), h. 123-125.

47 Andi Faisal Bakti, Communications and Family Planning in Islam in

Indonesia: South Sulawesi Muslim Perceptions of a Global Development Program, (Leiden-Jakarta, INIS, 2004), h. 83.

(37)

Dakwah merupakan aktivitas menyeru/mengajak manusia kepada Iman, Islam dan Ihsan. Adapun dakwah tidak saja dibebankan Allah kepada Rasul-Nya namun juga kepada manusia.48

Menurut Armawati Arbi komunikasi antarpribadi bermanfaat “untuk mengenal dan menilai seseorang dengan cermat agar pendakwah dan mitra dakwah mampu menerapkan pendekatan komunikasi antarpribadi.”49

Komunikasi Antarpribadi dalam perspektif Dakwah termasuk dalam dakwah fardiyah. Shaqr mendefinisikan dakwah fardiyah “penyampaian ajaran Islam yang ditujukan kepada seseorang secara face to face dan bisa terjadi dengan dirancang terlebih dahulu.”50 Adapun ciri-ciri dari dakwah

fardiyah adalah sebagai berikut:

1. “Adanya mukhatabah (berbincang-bincang) dan muwajabah (tatap muka) dengan mad’u secara dekat dan intens. Hal ini mempermudah terbukanya berbagai macam permasalahan dan problem yang tidak mungkin bisa dilakukan ketika menghadapi orang banyak. Cara ini menmbuahkan terkumpulnya kemauan dan keaktifan.

48 Siti Zainab, “Pendekatan Personal Dalam Dakwah (Sinergi Dakwah

Fardiyah dan Komunikasi Antarpribadi”, Jurnal HIMMAH Vol VII. No. 18,

(2006), h. 98.

49 Dr. Armawati Arbi, M.Si, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta:

Amzah, 2012) h. 138.

50 Abdul Basit, “Epistemologi Dakwah Fardiyah Dalam Perspektif Komunikasi

(38)

2. Istimrajiah. Yaitu terjaganya keberlanjutan dakwah, khususnya di saat-saat sulit dan dalam kesempitan.

3. Berulang-ulang, dapat dilakukan kapanpun tanpa terhalang waktu.

4. Mudah, dapat dilakukan oleh setiap orang dan tanpa keterampilan khusus. Cukup dengan kemauan serta cara berdialog yang baik. 5. Dakwah fardiyah sifatnya tertutup dan terjaga

sehingga menjaga da’i dari sifat riya’ dan sum’ah.

6. Dalam dakwah fardiyah setiap orang dapat mengungkapkan apa saja yang ada pada dirinya serta kesempatan berbicara bebas.”51 Dakwah Fardiyah memiliki kesamaan dengan jenis komunikasi antarpribadi. Dilihat dari komunikasinya, dakwah fardiyah merupakan komunikasi yang efektif. Sebab dari aspek da’I dengan mad’u bahwa keduanya sama-sama dapat bertemu secara langsung dalam rangka berkomunikasi. Dengan komunikasi secara langsung maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.52

B. Self Disclosure (Pengungkapan Diri) 1. Pengertian Self Disclosure

Secara bahasa, Self Disclosure berasal dari dua kata yakni Self dan Disclosure. Self berarti diri sendiri sedangkan Disclosure berarti terbuka atau keterbukaan. Itu berarti, Self

51 Muhammad Ivan Alfian, “Dakwah Fardiyah”, AT-TABSYIR: Jurnal

Komunikasi Penyiaran Islam Vol.3, No.1, (Juni 2015), h. 69.

52 Nelson, “Dakwah Fardiyah Pengantin Baru”, STAIN Curup: Jurnal Dakwah

(39)

Disclosure memiliki arti keterbukaan diri.53 Sedangkan konsep Self Disclosure menurut DeVito yakni:

“Salah satu tipe komunikasi ketika informasi tentang diri yang biasa dirahasiakan diberi tahu kepada orang lain. Ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu informasi yang diutarakan tersebut harus informasi yang biasanya disimpan atau dirahasiakan dan informasi tersebut harus diceritakan kepada orang lain baik secara tertulis dan lisan.”54

Pengertian lain mengenai Self Disclosure menurut Deddy Mulyana adalah “keterbukaan dapat dikatakan memberikan informasi kepada orang lain.”55 Sedangkan menurut Johnson mengatakan:

“keterbukaan diri atau pengungkapan diri adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan di masa kini tersebut. Dengan begitu, pengungkapan diri berarti terbuka pada orang lain dan terbuka bagi yang lain mengenai

53

Dimas Pamuncak, Pengaruh tipe kepribadian terhadap Self Disclosure

pengguna facebook, Skripsi, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 21.

54 Joseph. A Devito, Komunikasi Antar Manusia: kuliah dasar, Edisi Kelima,

(Jakarta: Professional Books, 1997), h. 40.

55 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja

(40)

perasaan kita terhadap kejadian yang baru kita alami atau rasakan.56

Dalam melakukan sebuah Self Disclosure, seseorang dapat melakukannya dengan cara yang bersifat deskriptif seperti menceritakan berbagai fakta tentang dirinya sendiri yang belum diketahui pendengar, seperti jenis pekerjaan, alamat dan juga usia. Ataupun dilakukan dengan cara yang bersifat evaluatif seperti mengenai pendapat atau perasaan pribadi seperti hal yang dibenci atau disukai.57

2. Dimensi Self Disclosure

Tiap individu memiliki dimensi keterbukaan diri yang berbeda-beda. Berikut lima dimensi keterbukaan diri/Self Disclosure menurut DeVito:

a) “Ukuran atau Jumlah

Ukuran atau jumlah di sini memiliki artian berapa banyak jumlah informasi yang diungkapkan oleh diri kita. Jumlah dan ukuran bisa dilihat berdasarkan frekuensi komunikator dalam menyampaikan atau mengungkapkan pesan. Selain itu, dapat juga diukur menggunakan ukuran waktu, yakni berapa lama komunikator menyampaikan pesan yang mengandung Self Disclosure pada kegiatan komunikasi dengan komunikan.

b) Valensi

56 Supratiknya. Komunikasi Antar Pribadi. (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h.

14.

57 Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. (Yogyakarta:

(41)

Hal ini berkaitan dengan kualitas pengungkapan diri, baik itu positif atau negatif. Ketika komunikator menyampaikan pengungkapan diri dengan rasa yang positif seperti menyenangkan, penuh humor dan juga menarik, maka akan berdampak baik juga dengan lawan komunikasinya. Namun sebaliknua, apabila pengungkapan diri dilakukan secara negatif seperti perasaan sedih dan marah maka tanggapan dari lawan komunikasi tentunya akan berbeda.

c) Kecermatan atau Kejujuran

Ketika seseorang melakukan pengungkapan diri/Self Disclosure maka yang harus dilakukan adalah mengenal dirinya sendiri. Dengan mengenal diri sendiri, maka seseorang akan mampu melakukan Self Disclosure dengan cermat. Selain itu, kejujuran adalah hal yang sangat mempengaruhi ketika akan melakukan pengungkapan diri.

d) Maksud dan Tujuan

Dalam melakukan pengungkapan diri, seseorang harus mengerti maksud dan tujuannya. Dengan mengetahui maksud dan tujuan pengungkapan diri, maka seseorang akan lebih bisa mengontrol diri mereka ketika sedang melakukan pengungkapan diri. e) Keakraban

Keakraban menjadi hal yang paling utama ketika seseorang akan melakukan pengungkapan diri. Semakin akrab seseorang dengan lawan bicaranya, maka makin dalam pula pengungkapan dirinya. Kedalaman pengungkapan diri memang ditentukan oleh derajat keakraban dengan lawan komunikasi. Sebab tidak banyak orang mau melakukan pengungkapan diri kepada orang yang tidak

(42)

dikenal atau tidak memiliki rasa akrab dengan lawan komunikasi.”58

3. Tujuan Self Disclosure

Dalam melakukan Self Disclosure, seseorang tentu memiliki tujuannya tersendiri. Menurut Derlega dan Grzelak, terdapat lima tujuan pengungkapan diri, diantaranya:59

a. “Ekspresi

Seseorang melakukan

pengungkapan diri baik di kehidupan sosial maupun dunia maya biasa bertujuan untuk mengekspresikan perasaaan yang ada dalam pikiran dan hati.

b. Penjernihan Diri

Dengan mengungkapkan diri, maka isi hati dan pikiran akan menjadi jernih sehingga kita bisa menyelesaikan segala persoalan dengan baik.

c. Keabsahan Sosial

Seseorang akan memperoleh informasi mengenai ketepatan pandangan atau asumsi kita ketika kita melakukan pengungkapan diri kepada seseorang. d. Kendali Sosial

Informasi yang dikeluarkan ketika melakukan pengungkapan diri dapat disembunyikan sebagai peranti kendali sosial.

e. Perkembangan Hubungan

58 Joseph. A Devito, Komunikasi Antar Manusia: kuliah dasar, Edisi Kelima,

(Jakarta: Professional Books, 1997), h. 40.

59 David O Sears & Jonathan L Freedman dkk, Psikologi Sosial edisi Kelima

(43)

Dengan pengungkapan diri, maka perkembangan hubungan akan semakin meningkat dan memunculkan keakraban.” 4. Manfaat Self Disclosure

Ada beberapa manfaat yang didapat ketika seseorang melakukan pengungkapan diri. Manfaat pengungkapan diri adalah sebagai berikut:60

a) “Informasi Tentang Diri Sendiri

Ketika seseorang melakukan pengungkapan diri dan terbuka pada orang lain, maka orang tersebut akan mendapatkan perspektif baru tentang dirinya sendiri. Hal tersebut berdampak dengan semakin mengertinya kita tentang diri kita sendiri.

b) Kemampuan untuk Mengatasi Masalah Satu ketakutan manusia adalah takut terbongkarnya masa lalu yang kelam. Namun dengan melakukan pengungkapan diri maka kita akan mendapatkan dukungan untuk mengatasi masalah tersebut.

c) Komunikasi Efektif

Melalui pengungkapan diri, maka seseorang akan lebih mengerti dan memahami topik pembicaraan. Dengan begitu, komunikasi akan menjadi lebih efektif karena antara pembicara dan lawan bicara sudah saling mengenal dengan baik. d) Hubungan Penuh Makna

Hubungan yang terjalin dengan adanya pengungkapan diri membuat kita percaya pada orang lain, saling menghargai dan 60 Sugiyo, Komunikasi AntarPribadi, (Semarang: UNNES PRESS, 2005), h.

(44)

tumbuh rasa peduli. Sehingga pengungkapan diri dapat membawa hubungan menjadi penuh makna.

e) Kesehatan Mental

Yang paling terpenting, dengan melakukan pengungkapan diri maka seseorang akan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh stress. Sebab jika seseorang bercerita tentang masalah yang dikeluarkan melalui pengungkapan diri, maka ada perasaan lega dan merasa semua persoalan hidup terpecahkan. Dengan begitu seseorang akan menjadi rileks dalam menjalankan kehidupan.”

5. Dampak Self Disclosure

Ketika seseorang melakukan Self Disclosure, maka akan mendapat dampak baik dampak positif maupun negatif. Berikut merupakan dampak self disclosure:

• Dampak Positif

Menurut Johnson “pengungkapan diri menjadi dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. Membuka diri juga juga menjadi dasar relasi yang memungkinkan komunikasi terjadi secara intim baik dengan diri kita maupun dengan orang lain.” Maka dari itu, orang yang memiliki sikap terbuka terbukti cenderung memiliki sifat kompeten, terbuka, ekstrovert, fleksibel dan inteligen di mana Sebagian ciri tersebut termasuk ke dalam kategori orang yang masak dan bahagia.61

(45)

• Dampak Negatif

Selain berdampak positif, Self Disclosure juga memiliki risiko. Seperti berikut:

“Pertama, penolakan pribadi dan sosial. Dalam hal ini terjadi apabila seseorang melakukan pengungkapan diri kepada orang yang dipercaya, dan orang yang dipercaya tersebut dianggap mendukung pengungkapan dirinya. Sebaliknya akan terjadi penolakan pribadi apabila hal yang diungkapkan bertentangan dengan pendengar. Kedua. terkadang ketika seseorang melakukan pengungkapan diri akan mengakibatkan kerugian material. Sebagai contoh orang yang mengaku pernah melakukan hal criminal di masa lalu bukan tidak mungkin akan dijauhi oleh teman.

Ketiga, kesulitan intrapribadi. Maksudnya adalah seseorang akan mendapat kesulitan intrapribadi apabila ketika melakukan pengungkapan diri ternyata ditolak dan bukan didukung atau bahkan orang yang dikenal malah menghindar, disitulah pengungkapan diri berada di jalur kesulitan intrapribadi.”62

62 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia Edisi Kelima, (Tangerang

(46)

C. Teori Jendela Johari (Johari Window)

Teori pengungkapan diri atau Self Disclosure Theory sering disebut juga dengan teori “Johari Window” atau Jendela Johari. Teori ini diciptakan oleh Joseph Luft dan Harry Ingham pada tahun 1955. Teori ini menekankan “setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya maupun orang lain.”63 Secara garis besar, teori ini mengungkapkan ada empat kuadran tingkatan keterbukaan dan kesadaran tentang diri, seperti dalam gambar berikut:

Gambar 3. Ilustrasi Teori Johari Window Sumber : Dokumen Pribadi64

63 Alo Liliweri, Komunikasi Antarpersonal, (Jakarta: Prenada Media, 2017), h.

53

(47)

1. “Bingkai 1 menunjukkan area terbuka (open area), di mana diri sendiri dan orang lain mengetahui semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya.

2. Bingkai 2 area buta (Blind Area), area ini menunjukkan semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya tidak diketahui oleh diri sendiri namun diketahui oleh orang lain. 3. Bingkai 3 menunjukkan area tersembunyi

(Hidden Area), yang mana semua hal diketahui oleh diri sendiri dan orang lain tidak mengetahui hal tersebut.

4. Bingkai 4 menunjukkan area tidak tahu (Unknown Area), yang berarti semua informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi, gagasan dan sebagainya tidak diketahui diri sendiri bahkan orang lain.”65

Pearson mengatakan “The Johari Window may also have a different shape with different family members, friends, or acquaintances. As the size of one of the quadrants changes, so do all the others.”66 Itu berarti ukuran area dalam Jendela Johari tidaklah sama dalam artian berbeda-beda tergantung bagaimana tingkat Self Disclosure tiap individu dengan individu lainnya.

65 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2007), h. 108.

66 Chindy Gloria Hariagitta Br Tarigan, Konsep Diri Pengguna Finstagram

Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara, Skripsi, (Medan: Universitas

(48)

D. Media Sosial

1. Pengertian Media Sosial

Perkembangan teknologi internet yang merupakan bentukan dari media baru ini digunakan sebagai media penghubung dalam berkomunikasi. Menurut Luders “istilah bentuk media merujuk pada aplikasi khusus internet seperti berita daring, media sosial dan lain-lain.”67

Media sosial didefinisikan sebagai sebuah media online di mana penggunanya dapat saling berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi. Sosial media menurut Andreas Kaplan dan Michael Haenlein ialah “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun di atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.”68

Definisi lain juga dijelaskan oleh Van Dijk yang mendefinisikan sosial media adalah “platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi.” Dengan begitu dapat disimpulkan media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial.

67 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Edisi 6, (Jakarta: Salemba

Humanika, 2012), h. 149.

68 Andres Kaplan & Michael Haenlein, Users of The World, unite! The

Challenges and Opportunities of Social Media, (Business Horizons 53, 2010),

(49)

Sedangan menurut Shirky69:

“Media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan berbagi, bekerja sama diantara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi.”

Adapun beberapa situs media sosial yang popular sekarang ini antara lain “Blog, Twitter, Facebook, Instagram, Path dan Wikipedia.”70

2. Karakteristik Media Sosial

Media sosial memiliki karakteristik yang khusus dibandingkan media lainnya. Tentu ada batasan-batasan dan ciri khusus media sosial yang tidak dimiliki media lain, diantaranya “jaringan (network), informasi (information), arsip (archive), interaksi (interactivity), simulasi sosial (simulation of society), dan konten oleh pengguna (user-generated conten.”71

E. Instagram

1. Pengertian Instagram

Dalam bukunya, Suranto mengungkapkan bahwa: “Keberadaan teknologi internet saat ini mengubah cara orang berkomunikasi. Maka 69 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan

Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 11.

70 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan

Sosioteknologi, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 11.

71 Rulli Nasrullah, Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan

(50)

dari itu, di era teknologi seperti sekarang berkomunikasi tidak hanya mengandalkan sebuah komunikasi secara tatap muka atau face to face melainkan bisa juga melalui perantara aplikasi chatting. Dengan begitu, tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi menjadi cara baru untuk berkomunikasi dan bersosial.”72

Salah satunya aplikasi yang berfungsi untuk berkomunikasi yakni Instagram. Instagram berasal dari kata insta yang berarti instan. Nama tersebut diambil dari istilah kamera polaroid yang pada masanya lebih dikenal dengan foto instan.73

Instagram merupakan salah satu media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi satu sama lain. selain itu, Instagram memungkinkan pengguna dapat membidik, meng-edit dan mem-posting foto atau video ke halaman utama Instagram dan jejaring sosial lainnya. Foto atau video yang dibagikan nantinya akan terpampang di feed pengguna lain yang menjadi follower Anda.

Instagram awalnya dikembangkan oleh startup bernama Burbn, Inc yang dimotori oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger. Di tangan keduanya Instagram sukses membuat raksasa jejaring sosial Facebook bertekuk lutut sehingga

72 Suranto AW, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h.

141.

73 Neng Dewi Kurnia, dkk, “Hubungan Pemanfaatan Media Sosial Instagram

dengan Kemampuan Literasi Media di UPT Perpustakaan ITENAS”, Tahun 8

(51)

bersedia membelinya seharga $1 miliar, akuisisi itu terjadi pada 9 April 2012.74

2. Fitur-Fitur Utama Instagram

Instagram tentu memiliki beragam fitur yang menarik. Seiring berjalannya waktu fitur-fitur yang dimiliki oleh Instagram kian menarik pengguns. Berikut beberapa fitur paling utama di Instagram.

a. “Stories

Fitur Instagram Stories ini memungkinkan pengguna untuk berbagi momen sehari-hari. Melalui Instagram Stories, pengguna dapat berbagi kegiatan keseharian berupa foto, video maupun teks. Uniknya, foto atau video yang ditampilkan di Instagram Stories hanya bertahan selama 24 jam.

b. Messenger

Fitur Messenger digunakan untuk memulai percakapan sesama pengguna Instagram. Pengguna juga bisa saling mengirim pesan, foto dan video secara privasi.

2) IGTV

Pengguna dapat menonton konten video berdurasi lebih dari satu menit yang diupload di Instagram. Jadi, pengguna bisa mengekspresikan serta mengabadikan momen secara penuh.”75

74https://dailysocial.id/post/apa-itu-instagram, diakses pada Rabu, 14 Oktober

2020 pukul 15.09.

75https://about.instagram.com/features, diakses pada Senin, 1 Februari 2020

(52)

F. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa KPI

Self Disclosure di Instagram Stories

Bentuk Self Disclosure

(Teori Jendela Johari)

Area Terbuka Area Buta Area Terembunyi Area Tidak Diketahui

Tujuan Self

Disclosure

Dampak Self

Disclosure

Dampak Positif Dampak Negatif

(53)

BAB III

GAMBARAN UMUM

Sumber : Kompas.com76

A. Gambaran Umum Instagram

Definisi Instagram menurut Bambang ialah:

“aplikasi media sosial pada smartphone yang memungkinkan penggunanya mengambil foto dan video sebagai bentuk berbagi informasi. Instagram dapat memberikan inspirasi dan meningkatkan kreativitas bagi penggunanya karena Instagram mempunyai fitur yang dapat membuat foto menjadi lebih indah dan lebih artistik.”77

76https://tekno.kompas.com/read/2016/05/12/15400017/Cerita.di.Balik.Logo.B

aru.Instagram, diakses pada 27 Agustus 2021, pukul 11.35.

77 Bambang Atmoko, Instagram Handbook Tips Fotografi Ponsel, (Jakarta:

Media Kita, 2012), h. 10.

(54)

Penamaan Instagram berasal dari kata “insta” yang berarti “instan”. Hal itu karena Instagram menampilkan foto-foto secara instan sama seperti cara kerja kamera polaroid di masanya yang dikenal dengan sebutan “kamera instan”. Sedangkan untuk kata “gram” berasal dari kata “telegram”. Telegram merupakan alat komunikasi zaman dahulu yang mampu mengirim informasi secara cepat kepada orang lain. Dengan begitu, Instagram dapat dikatakan sebagai “media untuk mengunggah foto secara cepat sehingga informasi dapat diterima dengan cepat.”78

a. Sejarah Instagram

Instagram berawal dari gagasan Kevin Systrom dan Mike Krieger yang saat ini juga menjabat sebagai CEO Instagram. Pada awalnya, Kevin dan Mike mendirikan sebuah Burbn, Inc di tahun 2010 yang merupakan sebuah proyek pengembangan aplikasi berbasis lokasi yang dipadukan dengan fotografi mobile. “Dengan aplikasi ini, pengguna bisa berbagi foto dan check-in di suatu lokasi yang dikunjungi.” 79

Meskipun merupakan aplikasi baru, di awal peluncurannya Instagram disebut sebagai aplikasi paling banyak diminati. “Terbukti belum genap satu tahun

78 https://www.instagram.com/about diakses pada Senin 1 Maret 2021 pukul

14.28.

79https://id.wikipedia.org/wiki/Instagram, diakses pada Selasa, 17 Agustus

(55)

peluncurannya, pada Juni 2011 mereka mengumumkan telah memiliki 5 juta pengguna dan pada Agustus 2011 tercatat sebanyak 150 juta foto diunggah ke Instagram.”80 Di Indonesia, menurut data yang dirilis Napoleon Cat “pada 2020 pengguna Instagram di Indonesia mencapai 69,2 juta pengguna. Pencapaian itu merupakan peningkatan dari bulan ke bulan atas penggunaan platform berbagi foto ini.”81

Sumber: Brilio.net82

80Muhammad Rizal Ardiansah Putra, “Kemanfaatan Instagram dalam

Pembentukan Citra Diri Remaja Wanita di Makassar”, Tesis, Program Pasca

Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, (Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar, 2017), h. 76-77.

81

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/14/pengguna-instagram-di-indonesia-disominasi-wanita-dan-generasi-milenial/amp diakses pada Senin 1

Maret 2021 pukul 14.10 WIB.

82

https://www.brilio.net/gadget/cerita-di-balik-logo-lama-instagram-cuma-dibuat-dalam-waktu-45-menit, diakses pada Kamis, 26 Agustus 2021, pukul

10.30.

(56)

Logo Instagram di desain pertama kali oleh pendiri Instagram, Kevin Systrom yang merupakan Chief Executive Officer (CEO) Instagram. Desain pertama Instagram mirip dengan sebuah produk kamera instan yakni polaroid OneStep. Dikarenakan dessin logo Instagram mirip dengan merek dagang, maka Kevin Systrom berencana untuk mengubahnya. Dirinya pun menghubungi Cole Rise yang merupakan seorang desiner dan fotografer professional serta mengajukan ide perubahan logo.83

Namun juga seiring berjalannya waktu logo Instagram berubah kembali. Instagram seakan hendak menunjukkan produknya memiliki tampilan lebih modern dan relevan. “Saat ini logo Instagram terlihat lebih simple dan mengandung warna ungu, jingga, dan merah muda.”84

b. Fitur-fitur Instagram

Seiring berkembangnya waktu, fitur-fitur dalam Instagram kian menarik. Berikut diantaranya:85

83

https://www.liputan6.com/tekno/read/2504962/kisah-inspiratif-perjalanan-logo-instagram diakses pada Selasa, 16 Maret 2021 pukul 15.08 WIB.

84

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160512175043-185-130324/kisah-

di-balik-perubahan-logo-ikonik-instagram diakses pada Selasa, 16 Maret 2021 oukul 15.14 WIB.

85https://www.instagram.com/about diakses pada Senin 1 Maret 2021 pukul

(57)

1. “Stories

Instagram Stories merupakan salah satu fitur yang banyak dipakai oleh pengguna Instagram. Stories memungkinkan pengguna untuk berbagi momen dan pengalaman secara cepat dan mudah. Dalam penggunaanya, Instagram Stories dilengkapi dengan teks, musik, stiker dan juga filter. Saat ini, hasil Stories yang lewat dari 24 jam juga bisa dimunculkan kembali dalam fitur sorotan.

Sumber: Screenshot pribadi86

86 Screenshot Pribadi, (Ciputat, 2021).

(58)

2. Messenger

Sesuai namanya, fitur Messenger merupakan sebuah fitur untuk mengirim pesan secara pribadi kepada pengguna lain. Tidak hanya dalam bentuk teks, pengguna bisa mengirim pesan dalam bentuk foto dan video. Dalam fitur ini juga tersedia forum yang mana memungkinkan beberapa pemgguna bisa saling bertukar pesan dalam satu forum. Sehingga memudahkan berkomunikasi satu sama lain.

Sumber: Screenshot Pribadi87 87 Screenshot Pribadi, (Ciputat, 2021).

(59)

3. IGTV

Sumber: Screenshot Pribadi88

Dikarenakan video yang ditampilkan dalam Instagram Stories terbatas durasinya, maka pengguna bisa meng-upload video dengan durasi lebih di IGTV. Melalui fitur ini juga pengguna Instagram bisa membuat konten video lebih Panjang dan lebih lengkap. Selain itu, fitur IGTV juga bisa menampilkan siaram langsung, yakni berupa konten yang benar-benar dilakukan secara real time dan pengguna juga bisa melakukan komentar di siaran langsung tersebut.

88 Screenshot Pribadi, (Ciputat, 2021).

(60)

4. Shopping

Sumber: Screenshot Pribadi89

Melalui fitur ini, pengguna bisa berbelanja melalui Instagram dengan mengklik foto produk, kemudian harga akan muncul. Pengguna juga bisa menambahkan produk dalam wishlist. Fitur ini membuat pengguna Instagram khususnya online shop makin mudah untuk menampilkan katalog produknya.

89 Screenshot Pribadi, (Ciputat, 2021).

Gambar

Gambar 1. Grafik Pengguna Internet di Indonesia.
Gambar 2. Grafik Pengguna Instagran di Indonesia
Gambar 3. Ilustrasi Teori Johari Window  Sumber : Dokumen Pribadi 64
Foto atau video yang dibagikan nantinya akan terpampang di  feed pengguna lain yang menjadi follower Anda
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanah vertisol dan mineral zeolit yang memiliki kelengasan sesuai dengan ekologi nematoda entomopatogen Steinernema carpocapsae sehingga dapat hidup pada jangka

Semakin lama pasien diabetes melitus mengalami hiperglikemia maka dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi baik komplikasi mikrovaskular dan juga komplikasi

Berdasarkan ketiga aspek di atas dapat disimpulkan bahwa LKPD berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk melatihkan Keterampilan Proses Sains pada

Judul Tugas Akhir : APLIKASI MICROSOFT VISUAL BASIC 6.0 UNTUK SISTEM PENGOLAHAN DATA PERSONIL JASMANI MILITER ISKANDAR MUDA BANDA ACEH. Telah melaksanakan tes program Tugas

Limbah cair ini apabila masuk ke dalam badan air, akan berdampak pada meluasnya pesebaran polutan dalam badan air (Boyd, 1990). Secara alamiah sistem perairan

Pengumpulan data Reduksi data Sajian data Penarikan Kesimpulan.. alasan, maka kegiatan arisan motor Sehati dipindahkan ke GOR SMP N 2 Tempel. Dan dengan pertimbangan

Dari pemilihan proses disebutkan bahwa proses yang digunakan adalah proses Oxo, pembuatan butanol menggunakan bahan baku propilen dan gas sintesa. Proses Oxo dapat diuraiakan

Alasan-alasan penolakan Hadhrat Khalifah ‘Utsman (ra) kepada berbagai Sahabat yang mendesak memerangi para pemberontak: [1] jika mengobarkan perlawanan dan